LAPORAN S U R V E I PANDEGLANG DAN EKSKAVASI ANYAR JAWA BARAT 1979

BERI TA PENELI TI AN ARKEOLOGI

No. 28

LAPORAN
SURVEI PANDEGLANG DAN EKSKAVASI ANYAR
JAWA BARAT 1979

JAKARTA
1982

LAPORAN
S U R V E I PANDEGLANG DAN EKSKAVASI A N Y A R
JAWA BARAT 1979

No. 28

Penyusun :
Haris Sukendar
R. Indraningsih Panggabean
Rokhus Due A w e


Proyek Penelitian Purbakala Jakarta
Departemen P & K

Copyright
Pusat Penelitian A r k e o l o g i Nasional
1982
KATA

PENGANTAR

Penelitian di A n y a r , Jawa Barat yang dilaksanakan pada tanggal 2 4 September sampai 12 Oktober
1979, merupakan realisasi kegiatan penelitian menurut anggaran r u t i n tahun 1979 — 1980, dengan
tuj uan melengkapi data mengenai sistem penguburan tempayan.
Dalam pelaksanaannya. Pusat Penelitian Arkeol ogi Nasional telah bekerja-sama dengan instansiinstansi Departemen di Propinsi, Kabupaten dan Kecamatan.
DEWAN

REDAKSI
Penelitian ini mencakup survei dan ekskavasi di A n y a r sendiri, serta survei di luar daerah A n y a r


Penasehat

-

R P- Soejono

Pemi mpi n Redaksi/
Penanggung Jawab - Satyawati Suleiman
Staf Redaksi

- Soejatmi Satari
Hasan Muarif A m b a r y
Nies A . Subagus
R. Indraningsih Panggabean

yang m e l i p u t i situs-situs paleolitik di Cigeulis dan Ceruk Karang, dan situs megalitik di Cadasbeureum.
U n t u k penelitian di A n y a r telah disusun t i m sebagai b e r i k u t :
1. Drs. HarisSukendar

Ketua T i m


( Pus.Pan )

2. Dra. R. Indraningsih Panggabean

Anggota

( Pus.Pan )

3. Rokhus Due A w e

Anggota

( Pus.Pan )

4 . Waluyo

Anggota

( Pus.Pan )


5. Suroso

Anggota

( Pus.Pan )

6. Suba Subaryat

Anggota

( Penilik Kebudayaan Dep. P dan K,
Serang )

Survei di luar daerah A n y a r dilakukan oleh t i m yang terdi ri dari :
1. Drs. Haris Sukendar

Ketua T i m

( Pus.Pan )


2. Suroso

Anggota

( Pus.Pan )

3. Sadjiman

Anggota

( Pus.Pan )

4. Z. Sumedi

Anggota

( Pus.Pan )

5. Sudarso


Anggota

6. T a m p u b o l o n

Anggota

7. A c h m a d Djunaedi

Anggota

Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat telah banyak pula memberikan perhatian dan bantuannya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar. U n t u k ini kami mengucapkan teri ma kasih.

Percetakan Offset PT. Bunda Karya
TIDAK UNTUK

DIPERDAGANGKAN

DAFTAR


ISI

halaman

KATA PENGANTAR

iii

I. P E N D A H U L U A N

1

A.

Riwayat Penelitian

1

B. Tuj uan dan Metode Penelitian


1

II. SURVEI

2

A . Situs A n y a r Lor

2

B. Situs Cigeulis

2

C. Situs Palanyar

3

D. Situs Cadasbeureum


4

E. Temuan megalitik

B

1. Dolmen

B

2. Batu Bergores

B

3. Batu Tegak (menhir)

B

4 . Arca Megalitik


6

5. Lumpang Batu

6

III. EKSKAVASI

7

A.

Lokasi E kskavasi

7

B.

Sektor I


7

C. Sektor II

16

IV. HASIL EKSKAVASI
A.

V.

22

Rangka Manusia

22

B. Tempayan

23

C.

23

Benda Gerabah lain

D. Manik-manik

23

E.

Benda Logam

24

F.

Kerang

24

KESIMPULAN

26

SUMMARY

27

v

DAFTAR

2 8

KEPUSTAKAAN

2 8

LAMPIRAN
A.

D A F T A R T E M U A N , PETA, G A M B A R , F O T O

B.

PETA-PETA

C.

GAMBAR-GAMBAR

D.

FOTO-FOTO

••

3 1
4 2

I.

PENDAHULUAN

A.

Riwayat Penelitian

sebagai

4 4
8 7

orang-orang

"Budo"

yang hidup di masa sebelum adanya pengaruh Islam. Sebagai alasan di kemukakan bah-

Daerah A n y a r telah menarik perhatian para sar-

wa

jana sejak d i t e m u k a n tempayan oleh seorang pen-

cara

penguburannya

sangat

berlainan

dengan cara penguburan Islam. Pada w a k t u

d u d u k bernama Muni r, yang kemudian d i t e l i t i dan
••••

peninggalan

pembuatan sumur, saluran air dan lain-lain

digali oleh H.R. van Heekeren dan Basuki pada ta-

sering d i t e m u k a n rangka-rangka manusia ter-

hun 1955. Dalam ekskavasi ini telah di temukan se-

sebut.

buah tempayan besar yang digunakan sebagai wac. Rangka-rangka yang di temukan di Anyar di dah penguburan primeryxwvutsrponmlkjihgfedcbaXVTSPNMLKJIGDBA
(primary
bu rial). Penguperkirakan juga sebagai rangka-rangka peburan tempayan dilakukan dengan cara menempatkerja rodi pada zaman pendudukan Jepang.
kan si mati dalam posisi j o n g k o k . Bekal k u b u r terDi sini dikatakan bahwa rangka-rangka ini
di ri dari berbagai benda dari tanah liat berupa
adalah sisa-sisa pekerja rodi yang mati d i periuk kecil, dulang (semacam tempat buah), kendi
bunuh.
dan lain-lain. Van Heekeren menyebutkan bahwa
meng-

Dengan d i t e m u k a n n y a rangka-rangka manusia

hasilkan benda logam (Van Heekeren 1958). Rang-

situs

penguburan

dalam j u m l a h yang cukup banyak, jelaslah bahwa

ka manusia yang di temukan dalam ekskavasi ter-

peninggalan prasejarah di daerah ini padat. Hal ini

sebut telah di tel i ti oleh T. Jacob (Jacob 1964).

antara

Penelitian

tempayan

kubur

A n y a r ti dak

tempayan

Anyar

terputus

lain juga

menunj ukkan

efekti fnya

peng-

hunian lokasi tersebut di masa lalu.

pada tahun 1955 itu dan baru dilakukan lagi se-

Dari temuan-temuan yang diperoleh di A n y a r ,

telah adanya petunj uk berupa pecahan tempayan

diperkirakan bahwa cara penguburan yang di l aku-

serta tulang-tulang manusia pada tahun 1976. Pada

kan di sini, tidak hanya penguburan primer, te-

w a k t u itu d i t e m u k a n rangka manusia dipermukaan

tapi juga penguburan sekunder, seperti d i b u k t i k a n

tanah dalam posisi membuj ur lurus, arah ti mur-

oleh temuan

barat dengan kepala di bagian barat (arah laut).

serta

Bekal k u b u r tidak d i t e m u k a n .

1958).

Bermacam-macam cerita telah beredar di ka-

B.

posisi

rangka

yang sudah tidak

yang tidak

teratur

lengkap

(Van Heekeren,

Tuj uan dan metode penelitian

langan penduduk setempat yang dihubungkan dengan temuan tempayan di daerah A n y a r .

Penelitian di A n y a r terutama bertujuan melengkapi data mengenai situs kubur di sini dan

a. Bencana meletusnya Gunung Krakatau pada
tahun 1883. Penduduk menghubungkan bencana ini atas dasar kenyataan bahwa rangkarangka yang telah di temukan tidak memper-

mengusahakan

penyelamatan

sisa-sisa

kehidupan

masa prasejarah yang sudah hampir musnah i ni .
Survei di sekitar Anyar dilakukan pula guna penambahan data arkeologis.

lihatkan arah hadap yang beraturan. Hal ini
terjadi

karena bencana tersebut ti dak ter-

Survei di daerah Pandeglang dilakukan u n t u k

duga dan sangat cepat. Bahkan selanjutnya

mencari

hubungan

antara

temuan

megalitik

di

dikatakan bahwa u n t u k menghindarkan diri

daerah ini dengan peninggalan megalitik di daerah

dari bencana i t u , orang masuk ke dalam tem-

Banten Selatan

payan.

dokumentasi

lainnya. Temuan hasil survei d i -

dan diklasifikasi

menurut jenisnya.

Kepadatan temuan permukaan merupakan indikasi
b. Rangka-rangka di dalam tempayan dikatakan

vi

kuat u n t u k penelitian selanjutnya.
1

2. Rangka manusia, d i t e m u k a n di halaman

Penentuan letak Sektor I ekskavasi A n y a r di dasarkan atas temuan pecahan gerabah dan tulang

rumah

manusia di dekat rumah Bapak A c h m a d Djunaedi

pembuatan pembuangan air. Rangka ini

(gb. 1). Letak Sektor II d i t e m u k a n berdasarkan te-

(juga) dipindahkan ke Gg. Sepuh.

muan rangka manusia pada tahun 1976 yang mem-

Supriyanto

pada

waktu

U n t u k menentukan kotak-kotak ekskavasi d i Utara-Selatan.

tanggal

10 Oktober

1979, t i m ekskavasi A n y a r

mengadakan survei di Cigeulis.
Geomorfol ogi

pertama. Situs kedua ini belum dapat ditinjau ka-

situs Cigeulis

memperlihatkan

memperlihatkan ciri-ciri yang terdapat pada situs

buatan sumur.

7B — 80 derajat. Sekarang i n i , sungai tersebut ma-

matan ini perlu dilakukan ekskavasi dengan sistem
parit bertingkat sesuai dengan undak-undak yang

sudut

kemiringan

Serpihan

sebelah barat, dengan temuan-serta be-

salah satu rumah penduduk. K o t a k - k o t a k ekskavasi

20 — 30 cm yang berwarna coklat kehitam-hitam-

rupa

pada masing-masing sektor berjumlah 9 buah, na-

an, di bawah lapisan humus yang merupakan hasil

hilang.

dengan

kedalaman

10 c m , disertai

pengukuran,

kendi

yang

kemudian

manusia

di temukan di

bagian

rangka

tepi

tersebut

pantai).

Karena

berada di

per-

Bapak

Tjitjik

B. Situs Cigeulis

12B meter di sebelah utara jalan besar, pada ke-

A n y a r Lor, yai tu di lokasi ekskavasi H.R. van Hee-

tinggian ± B00 meter dari muka laut. Berita per-

keren dan Basuki pada tahun 19BB. Tidak jauh dari

tama diperoleh pada tahun 1978 dari Djajusman,

tempat ekskavasi itu d i t e m u k a n mangkuk kecil,

seorang pengusaha batu permata. Keterangan ini

pecahan gerabah serta tulang-tulang manusia yang

diberikan kepada Hasan Muarif A m b a r y yang me-

terdi ri dari fragmen atap tengkorak, tulang jari dan

m i m p i n t i m penelitian pada w a k t u i t u .

Bapak

A c h m a d Djunaedi, salah seorang penduduk di sana.
Beberapa informasi mengenai temuan-temuan
lain dari daerah A n y a r Lor ialah :
1. Rangka manusia, d i t e m u k a n di belakang
rumah
Gang

Bapak
H.

N a w i r i , di bagian

Djasim

(Jasim).

utara

Rangka

ini

akhi rnya dipindahkan karena di tempat
itu akan dibuat jamban.

mengalami

pe-

dalam

penetapan

kronologi

situs ini dalam hu-

bungannya dengan situs-situs yang memperlihatkan
ciri-ciri yang hampir serupa, seperti Sangiran (Jawa
Tengah), Punung (Jawa T i m u r ) , Paroto (Sulawesi
Selatan).
C. Situs Palanyar.
Lokasi penelitian terletak di lereng-lereng gu-

Undak-undak sungai yang banyak mengandung
serpihan batu rejang berada pada ketinggian 30 —
oleh r u m p u t , ilalang dan gelagah ( F o t o 2). Menurut

Barat yang bertugas di Banten, dilakukan survei di

rumah

sudah

lum di ketahui .

camatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, kira-kira

samping

antaranya

B0 meter di atas permukaan sungai dan t e r t u t u p

K a n t o r Wilayah Departemen P dan K Propinsi Jawa

di

di

kekuning-kuningan

(Cicik) Effendi . Konteks temuan ini be-

Situs Cigeulis terletak di desa Marapat, Ke-

tepat

Beberapa

patinasi berwarna

ada. Hasil ekskavasi antara lain dapat dipergunakan

lapukan.

Bidang Permuseuman, Sejarah dan Kepurbakalaan,

rusuk,

juga serpihan batuan rejang dan andesit yang sudah
sebagai akibat lamanya terendam dalam air sungai.

(di

A . Situs A n y a r Lor.

tulang

lapisan setebal

Pangaradan

(arah barat laut) rumah

Berdasarkan informasi Chalwany Mighrob dari

pada

mengalami

6. Temuan tulang paha di sebelah kanan

SURVEI

tampak

denudasi pada masa lalu. Di situs ini d i t e m u k a n

mukaan tanah.

dari spit yang bersangkutan.

batu

t i m u r rumah Bapak Hasiin di Gg. Masjid
erosi,

penggambaran, pencatatan dan klasifikasi temuan

II.

sebuah

B. Rangka

Dalam pengupasan tanah digunakan sistem Spit

banyak

paleolitik di Punung. U n t u k memperkuat penga-

dengan

8 meter dari rumah Bapak M u l y a d i , di

tersebut.

Cigeulis

antara

terjal

berada di tempat yang dianggap permanen, yai tu

karena sulit u n t u k mengerjakan kesembilan kotak

pengamatan, situs

buah palung yang c u k u p dalam, dengan undak-

sih mengalir.

yang digali masih d i p i l i h lagi,

Menurut

undak

4 . Rangka manusia di temukan pada jarak

kotak-kotak

rena w a k t u yang terbatas.

mah Bapak Mulyadi pada w a k t u pem-

T i t i k u k u ryxwvutsrponmlkjihgfedcbaXVTSPNMLKJIGDBA
(datum point)
Sektor I dan Sektor II

mun

situs lain yang terletak tidak begitu jauh dari situs

suatu daerah undak sungai tua dan merupakan se-

3. Rangka manusia d i t e m u k a n di dalam ru-

perlihatkan posisi timur-barat.

pakai sistem Grid dengan sumbu

Bapak

nung Pulosari, sebelah selatan Pandeglang. Daerah
ini sulit dicapai karena jalan yang sempit dengan
tanjakan-tanjakan terjal.
Penelitian

di

daerah ini terutama

bertujuan

pengamatan, daerah temuan mel i puti areal yang

mencari hubungan (korelasi) antara temuan megali

c u k u p luas, terutama sepanjang undak-undak pa-

t i k di daerah Pandeglang dengan penemuan megali-

lung tersebut.

t i k di Banten selatan lainnya, terutama di Lebak

Di antara serpihan rejang, t i m menemukan beberapa

artefak

scraper)

yang dikerjakan pada satu bidang (gb. 2 ) .

Juga

terdapat

berbentuk

serut

alat serpih yang

samping

(side

memperlihatkan

penggunaan ganda, t e r b u k t i dari perimping-perim-

Sibedug
daerah

Cikeusik

Cisolok

yang

(Baduy).

Peninggalan

mel i puti

di

Pangguyangan,

Tugu-gede, Salak datar dan Ciarea pernah d i t e l i t i ,
bahkan Van der Hoop dan Van T r i c h t sudah meninjau situs ini sebelum tahun 1932.

ping (retus-retus) yang terdapat pada sisi tajaman
ujung dan samping alat tersebut (gb. 3 ) .

dan

Dalam penelitian di daerah Palanyar t i m Pusat
Penelitian Arkeol ogi Nasional berhasil menemukan
beberapa situs megalitik yang kebanyakan terletak

Berita kedua didapat dari Chalwany Mighrob
yang

membenarkan

keterangan

di

atas

dengan

Di antara alat serpih yang sudah disebutkan di
atas, terdapat

sebuah alat

memberikan b u k t i - b u k t i temuan alat-alat paleolitik

perimbas

berupa tatal-tatal batu dari bahan batu gamping

B — 8 c m , terbuat dari

kersikan (silicified

limestone).

Beberapa di antara-

fossil).

(chopper),

masif berupa

berukuran

kapak

sedang,

antara

kayu membatu

(wood

A l a t ini dipergunakan sebagai serut ujung

nya telah disimpan di rumahnya ( F o t o 1). Oleh

( F o t o 3 ) . Selain alat-alat tersebut, juga banyak d i -

penduduk setempat situs tersebut dianggap sebagai

dapatkan pecahan, serpih, batu inti dan lain-lain

bekas kerajaan besar yang kaya akan batu permata.

( F o t o 4 dan B).

Berdasarkan informasi-informasi di atas, pada

Djajusman juga memberi informasi mengenai

di lereng gunung Pulosari, pada ketinggian 6B0 meter

di

atas muka-laut.

Adanya berbagai

obyek

megalitik ini secara kebetulan diketahui oleh t i m
yang mengadakan penelitian pada tahun 1979 di
bawah pi mpi nan

Hasan Muarif

A m b a r y . Benda-

benda berupa menhir, arca megalitik dan

"batu

gamel an" di sini sangat menarik dan perlu d i t e l i t i
lebih

lanjut.

Bangunan

megalitik

di daerah

ini

hingga sekarang masih mempunyai peranan penting

3

Tidak jauh dari Cadasbeureum, yaitu 500 me-

sebut " s i r i t b a d u y " yang berarti "phallus b a d u y " .

non-artefaktual m u n g k i n dapat membantu dalam

kesuburan atau pada w a k t u

ter ke arah selatan, terdapat sebuah benda (dari ba-

Baduy adalah nama seseorang yang dianggap se-

pemecahan permasalahan di sini.

panen. Penelitian tentang tradisi megalitik d i Jawa

t u ) yang oleh penduduk disebut " t u n g k u s u m b i " .

bagai nenek moyang orang di sini. Menhir tersebut

Barat yang pernah di l akukan o l e h V a n der H o o p ,

Di sekitar " t u n g k u s u m b i " ini d i t e m u k a n sisa-sisa

berukuran panjang 87 cm dengan garis tengah mak-

V a n T r i c h t , Pleyte dan Van Heekeren belum men-

arang dan

dugaan

simum 25 cm serta berongga (gb. 4, f o t o 9 ) . Batu-

Satu-satunya batu bergores d i t e m u k a n di kam-

jangkau daerah i ni .

bahwa t u n g k u

fungsi yang erat

batu kecil yang merupakan menhir d i t e m u k a n di

pung Cidaresi, desa Palanyar, kecamatan Cimanuk

sekitar "si ri t b a d u y " .

(gb. 7 ) . Oleh penduduk batu ini dinamakan " b a t u

dalam upacara-upacara yang di l akukan dalam hubungannya

dengan

Peninggalan dari tradisi megalitik di Pandeglang
ti dak

merupakan

(Norman
Hoop
dar

kompleks

seperti

di

Cikeusik

1 9 7 9 ) , Ciarca dan Salak-datar (Van der

1 9 3 2 ) , Tugugede dan Pangguyangan (Suken-

1977). Temuan di Pandeglang, seperti halnya

kerak

hubungannya

besi, sehingga t i m b u l

ini mempunyai

dengan penuangan

logam.

Bentuk

sebuah

fragmen

periuk

(bagian tepian)

hiasan tekan, tepat pada ceruk Cadasbeureum, ber-

lubang

sama-sama dengan pecahan gerabah lainnya.

menyerupai

bejana

batu

yang

berdiri

sendiri.

Menilik

Benda-benda megalitik yang berada dalam sebuah k e l o m p o k

(kompleks) yang agak besar d i -

dapatkan di desa Sanghyangdengkek,

kecamatan

Saketi. Di sini di temukan arca menhir dan be-

kepadatan

7.yxwvutsrponmlkjihgfedcbaXVTSPNMLKJIGDBA
Dolmen

dengan

juga di Cinolong, hanya berupa sebuah batu ber-

bergores

mukaan sebuah m o n o l i t berukuran 55 x 123 x

E. Temuan megalitik.

Budi Santoso berhasil pula menemukan in-situ

Batu

t u m b u n g " . Goresan-goresan dipahatkan pada per-

t u n g k u dari batu semacam ini juga d i t e m u k a n d i
lembah Mekhong (Colani 193S).

2.

179 cm yang terletak di tengah sawah (Foto 1 2 a ) .
Pada sisi yang lain terdapat lubang-lubang besar

Satu-satunya dolmen di temukan di kampung

dan kecil yang agaknya sengaja dibuat u n t u k ke-

Baturanjang, desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk,

perluan t e r t e n t u . Batu bergores ini terletak mem-

Kabupaten

bujur utara-selatan dengan permukaan yang ber-

- Pandeglang.

Dibandingkan

dengan

temuan pecahan gerabah

dolmen di Lampung, dolmen Baturanjang ini lebih

gores

pada ceruk Cadasbeureum i n i , dapatkah diperkira-

maju. Dolmen ini terdi ri dari sebuah batu datar

lubang-lubang menghadap ke t i m u r . Bentuk gores-

kan bahwa tempat ini pernah menjadi tempat pe-

dari batu andesit yang dikerjakan sangat halus de-

an pada batu ini sangat berlainan dengan goresan-

ngan permukaan yang rata dan halus pula. Batu

goresan yang telah di temukan diberbagai tempat

datar ini berukuran 110 x 250 c m , dan disangga

lain

oleh 4 buah penyangga yang dikerjakan

raharjo,

m u k i m a n dalam tradisi prasejarah.
Pada sebuah b u k i t yang tingginya 2 0 meter,

di

di

sebelah

Indonesia

barat

sedangkan

seperti

sisi

Cabangdua,

dengan

Pugung-

berapa buah batu bulat yang oleh penduduk se-

yaitu

t e m p a t disebut " b a t u gamelan". Komposisi benda-

Cadasbeureum, terdapat sebuah m o n o l i t yang sa-

rapi

melingkar

(Purworejo), Terjan (Rembang), Sulawesi Tengah,

benda megalitik, terutama di Jawa Barat sepintas

ngat besar. Pada bagian permukaan yang rata ter-

(gb. 5, f o t o 10 dan 11). Diantara permukaan tanah

Sulawesi Utara. Batu bergores di Minahasa yang

memperlihatkan ciri yang khas u n t u k Jawa B a r a t :

dapat 7 buah lubang yang dipahat halus dan jelas

dan

hampir menyerupai batu bergores dari

sebuah m o n o l i t sebagai menhir utama dikelilingi

memperlihatkan bekas-bekas pemakaian : m u n g k i n

setinggi 25 c m . Sebagian dari kaki-kaki dol men

telah dibahas khusus oleh Riedel dalam karangan-

oleh menhir-menhir kecil. Hal ini dapat di l i hat pula

u n t u k m e n u m b u k sesuatu, seperti biji-bijian, padi.

tersebut tidak tampak karena t e r t u t u p oleh tanah.

nya : " D e Watoe Reroemeren ne Empoeng in de

di

Batu

"pa-

Tiang penyangga dolmen berukuran tinggi 35 c m ,

Minahasa" (Riedel

(Baduy).

n i i s a n " , yaitu tempat u n t u k mendinginkan logam

dan di bawahnya terdapat fondasi dari batu kali

di tempat-tempat lain pada u m u m n y a tidak mem-

(emas) setelah peleburan ( F o t o 6, 7 dan 8 ) . Lu-

yang

perlihatkan

D. Situs Cadasbeureum.

bang-lubang pada batu tersebut berukuran sebagai

benam ke dalam tanah.

Tugugede, Ciarca, Salak

Datar dan

Cikeusik

Situs ini terletak disebuah ceruk karang yang
tingginya 13 meter, 10 meter di sebelah barat sungai

Anyar.

Daerah ini berada pada

ketinggian

7B meter di atas muka-laut;

bukit

Perigi, 29 meter di sebelah selatan

ini oleh penduduk setempat disebut

berikut:

dengan

pahatan

seperti

pelipit

sangat

(bagian bawah) batu datar terdapat rongga

menjaga

agar tiang

penyangga

tidak

ter-

Terjan

Dolmen ini di temukan tanpa unsur-unsur mega-

Lubang 1 garis tengah 20 c m , dalam 36 c m
2 garis tengah 14 c m , dalam 20 cm
3 garis tengah 14 c m , dalam 20 cm

Penelitian terhadap situs ini pertama kali d i -

4 garis tengah 14 c m , dalam 2 0 cm

lakukan oleh Budi Santoso dan Agung Sukardjo

B garis tengah 13 c m , dalam 13 cm

yang berhasil mencatat temuan pecahan gerabah

6 garis tengah 14 c m , dalam 15 cm

polos dan berhias di ceruk-karang tersebut. T e m u -

7 garis tengah 15 c m , dalam 15 c m .

an gerabah ternyata menyebar dipermukaan tanah

l i t i k lain kecuali 2 buah batu berlubang yang terletak di sebelah t i m u r n y a (gb. 6 ) . Dolmen berorientasi

timur-barat

dan

ternyata, arah

hadap

tidak menuju Gunung Pulosari. Bentuk dolmen ini
menyerupai bentuk dol men yang dipakai di Sumba

sebagai k u b u r atau sarana upacara, belum dapat

cahan gerabah d i t e m u k a n bersama-sama dengan pe-

sebuah b u k i t yang berketinggian 10 meter di atas

unsur-unsur megalitik lainnya, seperti menhir dan

cahan keramik yang diduga berasal dari

muka laut, berupa sebuah menhir, di buat dari batu

sebagainya. Penelitian

padas. Oleh penduduk setempat peninggalan ini di-

yang akan menghasilkan data artefaktual maupun

4

suatu

yang

lingkaran.

Banyu

Uri p

Lampung

1898). Goresan yang terdapat
bentuk

berbentuk

Di

(Lampung),

tertentu,

lingkaran

Pugungraharjo

kecuali

dan

goresan

di

setengah
berbentuk

huruf T. Goresan yang terdapat di Pandeglang berbentuk

segitiga dengan

lubang di tengahnya se-

hingga menyerupai kemaluan wanita. Karena itu
pula

maka

penduduk

setempat

menamakannya

" b a t u t u m b u n g " ( t u m b u n g berarti kemaluan wabatu besar dan kecil, namun dari pengamatan lebih

Apakah dolmen di Pandeglang ini digunakan

Peninggalan megalitik lain di temukan di atas

dinasti S u n g d a n Ming (abad 10 — 13).

Ringkih

nita). Di sekitar batu bergores ini di temukan batu-

u n t u k penguburan raja-raja.

disekitar ceruk sampai areal seluas 100 m 2 . Pezaman

Air

dipastikan,

terlebih-lebih

karena

lebih

tidak

lanjut, di sekitar ini tidak di temukan unsur-unsur
megalitik lainnya.

adanya

lanjut di daerah ini

3.

Batu tegak

(menhir).

Di kampung Sanghyangdengkek, Jawa Barat,
5

ditemukan

menhir

besar dengan batu-batu kecil

linga dibuat sederhana dan hidungnya ti dak nyata.

yang berdiri tegak di kanan-kirinya. Susunan se-

Kedua tangan menj ul ur ke bawah ke arah perut,

perti ini didapatkan juga di Salakdatar, Tugugede

sedangkan

dan Ciarca. Menhir ini dibuat dari batu andesit

dengan arca-arca megalitik

lain dari Ciarca dan

A n y a r adalah kota kecamatan dalam Wilayah

dengan bentuk yang mengecil ke atas. Tingginya

Kuningan yang digambarkan dalam posisi d u d u k ,

kabupaten Serang. Letaknya sekitar 17 k m di se-

12B c m dengan garis tengah 8B c m . Tidak jauh dari

arca megalitik Sanghyangdengdek merupakan arca

belah

batu ini d i t e m u k a n " b a t u gamel an", sebuah batu

yang digambarkan berdiri dengan orientasi t i m u r -

sebelah barat daya Serang. Daerah A n y a r merupa-

berbentuk

barat menghadap

Sanghyangdengdek,

kan daerah pantai dan tanah landai di tepian teluk

halus dan cembung. Tinggi batu gamelan 20 cm di

di atas sebuah gundukan batu kecil-kecil yang d i -

Sunda, dengan luas areal kira-kira 3 k m ^ . Pen-

atas tanah sedangkan garis tengahnya berukuran

susun melingkar. Tinggi arca 9 0 cm (dari m u k a

duduk

4B c m . Kira-kira BO meter di sebelah barat " b a t u

tanah) dan lebarnya (garis tengah) 4 3 c m . T u b u h

caharian bertani dan mencari ikan (nelayan). Situs

K o t a k K II grid D - G Z 1 - 4

bawah

A n y a r mudah sekali dicapai, baik dengan kendara-

K o t a k K III grid G-3 Z 1 - 4

m a k i n mengecil. Arca ini d i t e m u k a n bersama arca

an besar maupun kecil, karena jalan beraspal telah

Kotak K V grid D - G Z 4 - 7

megalitik

menghubungkan

Kotak K V I I grid A - D Z 7 - 1 0

silinder yang bagian atasnya dipahat

gamel an" ini terdapat arca megalitik yang biasa
disebut "Sanghyangdengdek" (gb. 8). Di tempat
lain

temuan

"umpak

serupa

batu".

("batu

Menhir

gamelan")

di

disebut

Sanghyangdengdek

arca

genitalianya

berbentuk
lain

ti dak

ke menhir

silinder
yang

tampak.

yang

telah

makin

diteliti

Berbeda

ke

pada

tahun

Sebuah arca yang berada di kampung Cigeulis,

ngan arah utara-selatan dan ditandai oleh batu-batu
kecil yang disusun berbentuk persegi empat panjang. ( F o t o 13)
U n t u k mengetahui lebih dalam tentang fungsi
menhir tunggal di sini dan korelasinya dengan arca

Pandeglang

yang dinamakan

"batu

orok"

oleh

"batu

serban"

menunj ukkan

adanya

pengaruh

tanahnya berpasir halus berwarna kuni ng keabu-

Lokasi ekskavasi

selatan Cilegon, atau kira-kira 3B k m

berjumlah

772 orang dengan mata

di

pen-

terdapat pegunungan kapur m e m u t i h yang mem-

lurahan A n y a r Lor, kecamatan A n y a r , kurang lebih

jauh dari d o l m e n Baturanjang, di temukan pula se-

2 2 0 m dari pantai dan 1B m di sebelah utara tepian

buah arca megalitik yang tingginya 3 0 c m . Namun

sungai A n y a r yang mengalir ke arah barat ( F o t o

arca tersebut sekarang telah hilang.

1B). Lokasi penggalian yang berketinggian ± 2 m di
atas mukal aut, berada di atas sebidang tanah ko-

batu.

song diantara rumah Bapak A c h m a d Djunaidi dan
megalitik

rumah Bapak Djasman, di sebelah kanan jalan besar

yang banyak d i t e m u k a n di Indonesia. Sebuah lum-

yang menghubungkan Cilegon dengan A n y a r . Ke-

namun mengenai fungsinya belum dapat diketahui

pang batu

adaan tanahnya

dengan pasti, tetapi jelas ada hubungannya dengan

ranjang, desa Palanyar, Kecamatan Cimanuk, yai tu

pemujaan.

di sebelah t i m u r dolmen Baturanjang. Bentuk lu-

H i n d u , seperti terlihat dari

pahatan-pahatannya,

Lumpang

batu

telah

merupakan

di temukan

di

unsur

kampung

Batu-

bangnya ti dak sempurna seperti lumpang batu yang
4.

Arca

megalitik

Arca

megalitik

lazim didapatkan. Lumpang batu ini berukuran:
di

Sanghyangdengdek

ber-

panjang 72 c m , lebar BB c m , tinggi (dari muka ta-

bentuk seperti menhir yang pada bagian puncaknya

nah) 2 0 c m , garis tengah lubang 41 cm serta dalam-

dipahat sebagai muka manusia. Pahatannya sangat

nya 11 c m . Sebuah lumpang batu yang lebih kecil

sederhana: mata bulat, m u l u t berupa goresan, te-

didapatkan di dekatnya.

1B0 x 1B0 c m , y a i t u k o t a k I sZd I X . Sebagian dari
kotak-kotak I, I I I , I V , V I I I dan I X masuk ke dalam
fondasi rumah Bapak A c h m a d Djunaidi dan Bapak
Djasman. Menurut rencana kotak-kotak yang akan
digali adalah :

/.

Kotak

II

merupakan t i t i k tertinggi. Kedalaman spit pertama

terangan penduduk di kampung Baturanjang, t i d a k

Lumpang

terdiri dari 9 kotak yang masing-masing berukuran

Ekskavasi di mul ai dari sudut barat daya yang

bujur dari utara ke selatan (Peta 1). (Peta 2 ) .
Lokasi ekskavasi terletak di kampung Desa, ke-

5.

abuan. Ekskavasi dilakukan dengan sistem grid dan

kota ini dengan kota-kota lain.

ke-

penduduk, belum sempat d i t i n j a u . Menurut

megalitik di dekatnya, perlu diadakan ekskavasi
di situs i n i . Di lain pihak, " b a t u gamel an" atau

A.

Beberapa kilometer di sebelah t i m u r pantai A n y a r

1979. ( F o t o 14)

m u n g k i n merupakan tempat pemujaan. Di sekitar
menhir d i t e m u k a n makam-makam, m e m b u j u r de-

BAB I I I . EKSKAVASI

landai

berpasir

halus

berwarna

kekuning-kuningan.

setebal 1B cm m e l i p u t i tanah humus berpasir halus
berwarna k u n i n g keabu-abuan. Dalam pengupasan
tanah digunakan alat sudip bambu dan cetok, karena diharapkan temuan akan t i m b u l
pertama i ni . Daerah
oleh

erosi

seperti

ini sebagian telah terkupas

t e r b u k t i dari

ekskavasi

d i l a k u k a n , temuan

pecahan

gerabah

ber-

dasar 1 buah. Pecahan gerabah tersebut rata-rata

peroleh

ketebalan antara 3 —9 m m .

maupun

berupa

semuanya

j uml ah 22 buah, terdi ri dari pecahan badan 16 b u -

berwarna coklat

artefak

permukaan

dikumpulkan,

ah, tepian berhias 1 buah, karinasi 2 buah dan

Ekskavasi di A n y a r di l akukan pada 2 Sektor
sebanyak

temuan-temuan

rangka dan periuk di permukaan tanah. Sebelum

yang terletak agak berjauhan dengan tuj uan memdata

pada spit

mungkin,

non-artefak, u n t u k

baik

berupa

mengetahui

lebih luas mengenai sistem penguburan yang d i lakukan oleh pendukung kebudayaan yang berkembang dalam masa prasejarah di A n y a r i ni .
B. Sektor I
Sektor I terletak B m di sebelah selatan lokasi

Pada sudut tenggara grid

F-GZ3—4 terdapat

dalaman B c m . Gejala tersebut berwarna cokl at
kehitam-hitaman

dan

mengandung

pecahan

ke-

reweng polos berwarna kehitaman. Tanah galian
diayak u n t u k menghindarkan tercecernya temuan-

ekskavasi 19BB, di sebidang tanah kosong antara
rumah penduduk ( F o t o 16 dan 17). Sumbu utara-

nya.

ada di sebelah barat dan t i m u r Sektor I. Keadaan

dengan variasi

gejala tanah berukuran 3 0 x 30 cm dengan ke-

temuan

selatan tidak sejajar dengan fondasi rumah yang

kehitam-hitaman

kecil seperti manik-manik

Pada grid

F—GZ2—3

dan lain-lain-

di temukan

konsentrasi

kereweng yang t e r d i r i dari pecahan badan dan te-

7

pian.

Sebuah

fragmen

merah-merahan

tempayan

ditemukan

pada

berwarna
grid

ke-

F —G/1 —2

dan pasir abu-abu di j umpai di sana-sini. Tanahnya
belati danyxwvutsrponmlkjihgfedcbaXVTSPNMLKJIGDBA
"petel". Temuan-temuan lepas terdi ri

kode temuan N o . 2 sedangkan temuan N o . 3 be-

dari pecahan gerabah (badan) sebanyak 2 buah,

ti dak

yang merupakan temuan penting ( N o . 1 , F o t o 18).

berwarna merah. Temuan kerang terdi ri dari Pe-

m u n g k i n lapisan ini sudah steril, sedangkan kerang

rupa periuk sedang, yang juga d i t e m u k a n di dalam

Temuan ini bergaris tengah 80 c m , sedangkan ti ng-

lecypoda, Gastropoda, dan karang Coelenterata. Di

Gastropoda,

patahan-patahan

tempayan, bergaris tengah 4 0 c m , tinggi 25 cm dan

ginya

masih tertanam.

samping itu d i t e m u k a n sebuah tulang. Pada akhi r

karang yang didapatkan c u k u p banyak. Pada sisi

tebal 0,6 c m , pada kedalaman 5 c m , grid G—HZ

Ketebalan rata-rata 3,6 —4 , B m m . Tanah sekeliling

s p i t - 2 muncul gumpalan-gumpalan padas yang sa-

t i m u r tanahnya keras berpadas, k o m p a k , berwarna

2 —3 . Setelah temuan N o m o r 1 , 2 dan 3 kelihatan

tempayan

kehitam-

ngat keras berwarna keabu-abuan, bercampur de-

abu-abu.

dengan jelas, ketiganya di dokumentasi kan. Temuan

hi taman, agak lunak dan mengandung pasir. T e m -

ngan partikel pasir halus dan remukan kerang serta

payan tersebut ternyata masih melanjut ke kotak

patahan kerang.

belum

diketahui

tersebut

karena

berwarna

cokl at

K I I I , grid G —3 / 1 —4 . Selain pecahan gerabah, pada
spit-1 d i t e m u k a n juga pecahan tulang dan kerang.
Tulang-tulang tersebut sangat fragmentaris sehingga
ti dak m u n g k i n di i denti fi kasi . Pada akhir spit 1 , gejala yang terdapat pada sudut tenggara hilang, sedangkan tempayan (No. 1) masih melanjut pada
spit 2. Penggambaran situasi temuan spit-1 di l akukan setelah spit ini berakhir, terutama tempayannya.

Dengan

adanya

perbedaan

ketinggian

per-

mukaan maka kedalaman dari penggalian spit 1 ini
ti dak sama. Sudut baratdaya mencapai kedalaman
15 c m , sudut baratlaut 7 c m , sudut tenggara 6 c m ,

dan

Spit-6 sedalam 10 c m . Tanah gembur berpasir,

Spit-3 berkedalaman 10 c m . Tanahnya keras

t u j u a n mencari data perbandingan lapisan tanah.

berwarna kuning keabu-abuan dan k o m p a k . Te-

Baik artefak, maupun karang ti dak d i t e m u k a n pada

muan artefak atau sisa-sisa organis lainnya ti dak

spit i n i . Petel digunakan karena tanahnya sangat

banyak, baik dari hasil ekskavasi langsung m a u p u n

keras. Temuan kerang t e r d i r i dari Gastropoda dan

dari ayakannya. Temuan yang menonjol

Pelecypoda.

berupa

kerang Gastropoda, Pelecypoda dan bunga karang

pecahan gerabah dari spit ini mem-

punyai berbagai ketebalan, yaitu 2 m m , 3 m m ,

rupa pecahan tepian polos, sedangkan yang lain
berupa pecahan badan, berwarna cokl at, hi tam dan
merah polos. Kerang terdi ri dari Gastropoda dan
Pelecypoda.
Pada spit-1 ini tampak bahwa pecahan gerabah
hanya d i t e m u k a n di dalam konsentrasi tempayan.

Spit-7 sedalam

10 c m . Tanah masih serupa

Spit-2 sedalam 10 cm memperlihatkan keadaan

dengan

Bercak-bercak

tanah yang masih sama dengan s p i t - 1 , keras dan

tersebut

kotak

padas selalu muncul berselang-seling dengan tanah

berwarna kuning keabu-abuan. Tanah di sekitar

galian, diduga bahwa daerah ini dahulunya merupa-

lunak mengandung pasir berwarna c o k l a t , sehingga

temuan N o . 1 dengan ukuran 6 0 x 8 0 cm ti dak d i -

di temukan

tersebar

di

seluruh

kan laut. Spit-3 mencapai kedalaman 24 c m di
sudut barat laut, 35 cm di sudut barat daya, 15 cm
di sudut t i m u r laut dan 22 cm di sudut tenggara.
Spit-4 sedalam 10 cm m e l i p u t i lapisan tanah
berpasir berwarna kuning-keabuan, tidak k o m p a k

tanah

spit

sebelumnya.

secara horizontal maupun vertikal keadaan tanah-

gali lagi agar tempayan ti dak pecah, sekaligus men-

nya t i d a k k o m p a k . Karena ti dak didapatkan lagi

cari konteks dengan temuan lain yang diharapkan

t e m u a n , ekskavasi K II berhenti pada s p i t - 7 yang

diperoleh ( F o t o 18). Pecahan gerabah spit 2 t e r d i r i

mencatat kedalaman maksi mum 75 c m di sudut

dari tepian dan badan, bersama dengan kerang dari

barat daya.

kelas Gastropoda dan Pelecypoda.

tenggara tanah berwarna coklat

kekuningan.

Tanah

pada

sudut t i m u r laut agak lunak, berpasir dan berwarna

karena ada bagian yang keras dan lunak. Di sudut
Temuan

lain berupa pecahan gerabah. Satu di antaranya be-

dalam keadaan patah. Karena jenis kerang-kerang

kerang terdi ri dari Gastropoda, Pelecy-

poda dan karang dari Phylum Coelenterata.

Pelecypoda

terutama di bagian barat. Pengupasan spit ini ber-

sedangkan sudut t i m u r l a u t 0 cm (belum digali).
Temuan

k o m p a k dan temuan sudah sangat jarang,

ngah 12,5 c m , tinggi 8 cm dan tebal 0,4 c m ; diberi

2. Kotak

Di

bagian barat laut terdapat tanah " g e m b u r " yang

III

cokl at kehitam-hitaman. Di samping itu d i t e m u k a n

K o t a k III bersebelahan dengan K I I . Sisi t i m u r

pula 2 buah fragmen tulang yang diduga berasal

II merupakan sisi barat K I I I . Ekskavasi K III

dari konsentrasi kereweng dibagian barat K I I I ,

4 m m , 5 m m , 6 m m , u m u m n y a berwarna coklat

mengandung pasir berwarna coklat dan di dalam-

K

kehitaman dan polos, yang terdi ri dari pecahan:

nya banyak terdapat bunga karang. Temuan dari

terutama bertujuan mentrasir temuan N o . 1 di K II

karena

badan, tepian dan leher. Pecahan tersebut rupanya

spit ini hanya berupa pecahan kerang Gastropoda

di samping memperoleh data stratigrafis dan arte-

spit 2 ini belum d i t e m u k a n tulang-tulang manusia.

berasal dari pecahan periuk kecil berwarna cokl at

dan

faktual lainnya.

Di bagian lain dari k o t a k

dan pecahan tempayan besar yang digunakan se-

ayakan kasar. Pengamatan lapisan tanah pada situs

bagai wadah serta pecahan t u t u p tempayan yang

Spit-1 mengupas tanah keras berpasir kwarsa

ini dilakukan dengan pendalaman kotak K II yang

berdinding tebal.

berwarna kuning keabu-abuan. Tanah di sekitar

dimaksudkan

serta

grid G - H Z 1 - 3 gembur berwarna agak kehitaman.

Spit-2 setebal 10 c m , terdi ri dari lapisan tanah
pasir kwarsa yang keras dan hampir sama dengan
lapisan tanah spit-4. Warnanya tetap kuning keabu-abuan. Tanah sekitar tempayan ( N o . 1) pada
di ndi ng t i m u r K II ti dak digali u n t u k menahan agar
tempayan tersebut tidak pecah. Pada sudut teng-

Pelecypoda, yang semuanya diperoleh

untuk

mengetahui stratigrafi

dari

didapat dari hasil ayakan. Sampai
III ti dak

pada

didapatkan

tul ang, sehingga m e n i m b u l k a n dugaan bahwa t e m patZsitus ini hanya digunakan sebagai tempat penguburan.

menentukan secara pasti keletakan temuan. Se-

Ternyata pada grid tersebut d i t e m u k a n tempayan

bagai hasil ayakan diperoleh 3 pecahan badan ber-

(pecah) yang merupakan lanjutan temuan N o . 1

ngupas tanah yang mengandung kwarsa, berwarna

warna kehitam-hitaman yang agaknya berasal dari

dari K I I . Kemudian diusahakan u n t u k menampak-

kuning keabu-abuan. Tanah yang agak lunak ber-

spit-spit sebelumnya. Coelenterata juga didapatkan

kan temuan tempayan. Setelah tempayan tampak

warna coklat t u a di bagian t i m u r kotak merupakan

dalam spit-4 i n i .

dengan jelas, diketahui bahwa tempayan tersebut

lanjutan dari spit 2 dan jelas menunj ukkan bahwa

bergaris tengah 80 c m . Di dalam tempayan, pada

tanah ini masih baru dan merupakan tanah urugan

Spit-5 berukuran 10 c m . Tanah keras berpasir

II tanahnya sangat keras sehingga ti dak

berwarna abu-abu diselingi tanah berpasir warna

kedalaman

kecil, y a i t u

dalam pembuatan fondasi rumah Bapak Djasman.

m u n g k i n digali dengan alat ringan, maka digunakan

cokl at. Bercak-bercak padas dengan partikel karang

pada grid G - H Z 1 - 2 . Periuk ini yang bergaris te-

Di bagian lain K I I I tanahnya keras dan steril. Ke-

gara K

8

5 cm ditemukan

periuk

Spit-3 sedalam 10 c m . Tanah keras, masih me-

9

reweng tidak d i t e m u k a n sama sekali. Spit-3 dari

A t a p tengkorak telah mengeras dan tampak pati-

K III tampak mencapai tanah steril dengan kerang

nasi larutan kapur dan pasir. Tengkorak tersebut

jenis Gastropoda dan Pelecypoda.

diberi

Spit-4 sedalam 10 cm di l akukan disekitar te-

kode

R II (rangka kedua) sesuai dengan

urutan w a k t u penemuannya. Di bawah tengkorak

muan N o . 1 di K II dan K III u n t u k mempermudah

d i t e m u k a n tulang k a k i , tulang tangan serta tulang

proses pengangkatannya. Tanahnya sangat keras,

jari

terdi ri dari bercak-bercak padas, mengandung pasir

pengumpil dan tulang hasta di temukan sebuah ge-

lagi. Pada tulang

yang sudah tidak teratur

Tempayan yang berdinding tipis (0,6 cm) ini telah

lapisan tanah serupa ini biasanya pecahan gerabah

pecah ( F o t o 2 2 ) . Di bawah tempayan, y a i t u pada

berwarna

kedalaman ± 40 cm dari permukaan terdapat batu

tebalan.

kehitam-hitaman

dengan

berbagai

karang (padas) yang sangat keras yang melapisi

S p i t —2 se dalam 10 cm mencapai tanah keras,

dasar tempayan. Pada w a k t u tempayan diangkat

terdi ri dari bercak-bercak padas keras, berpasir dan

d i t e m u k a n pecahan-pecahan badan karinasi, 2 buah

warnanya

abu-abu,

dengan

bagian-bagian

lunak. Keadaan tanah tidak terlalu k o m p a k . Te-

runggu.

muan pecahan gerabah tersebar di seluruh k o t a k

lang perunggu ( N o . 4) berbentuk pi pi h dan dalam

warna cokl at kehitam-hitaman yang terdapat pada

keadaan patah. Dari posisi gelang tersebut jelas

3. Kotak

bagian t i m u r tepat beri mpi t dengan fondasi rumah

bahwa gelang dipakai pada w a k t u penguburan. Ge-

K o t a k V ini terletak tepat di pusat Sektor I.

tidak menghasilkan temuan apapun. Kerang terdi ri

lang (temuan No. 4) yang lebarnya 12 m m dengan

Spit-1 se dalam 1B cm di l akukan dengan sistem ga-

dan kebanyakan diperoleh dengan mengayak setiap

V

spit. Pada pusat kotak ini terdapat gejala yang berbentuk bundar dengan garis tengah 1B c m , berisi
tanah halus berwarna h i t a m . Gejala ini agaknya me-

dari Gastropoda dan Pelecypoda yang hancur. Te-

tebal 2 m m , berhiasan huruf S miring yang me-

r u k dari sudut barat daya yang merupakan per-

muan lepas berupa 2 buah pecahan gerabah diduga

menuhi seluruh permukaan | (Gb. 1 0 f ) .

mukaan

masih berasal dari konsentrasi tempayan No. 1 ,

dengan gelang perunggu tersebut d i t e m u k a n pula

k o m p a k ; ada yang keras sekali (tanah padas) tetapi

mengingat bahwa spit 4 sudah mencapai lapisan

fragmen perunggu yang belum diketahui

bentuk

ada pula yang gembur dan mengandung pasir ber-

steril. Spit 4 mengakhiri ekskavasi K III yaitu pada

asalnya (temuan No. B) yaitu pada grid G - H Z 2 - 3 .

warna cokl at. Lapisan humus berwarna kehitaman

kedalaman 4B cm disudut barat laut sebagai t i t i k

Di sebelah tengkorak pada grid yang sama d i t e m u -

yang hanya beberapa sentimeter tebalnya mengan-

tertinggi.

kan sebuah manik-manik dari batu kalsedon yang

dung

merupakan temuan penting ( N o . 6 ) . Manik-manik

mengerti

tersebut berwarna p u t i h

dan

daerah tepian sungai A n y a r dan Selat Sunda i ni . Pa-

Dibandingkan

II dan K I I I , Sektor I A n y a r diangkat dengan

berukuran panjang 16 m m , garis tengah 12 m m dan

da spit ini telah d i t e m u k a n pecahan-pecahan gera-

padatan temuan pada s p i t —2 tampak

hati-hati. Jika di j umpai gejala arkeologis yang d i -

garis tengah lubang 2 m m . Di bawah tengkorak d i -

anggap penting, diadakan pendokumentasian baik

temukan

penggambaran maupun pemotretan. Pertama-tama

Na

diangkat

Pada tanggal 6 — 10 — 1929 Temuan N o . 1 dari
K

kekuning-kuningan

yang

gelang perunggu (patah) dan 2 buah kepingan pe-

berwarna keabu-abuan. Tanah urugan K I I I ber-

Bersama

ke-

yang

tertinggi.

Keadaan

tanah

ti dak

rupakan bekas tiang, karena bentuk

penampang

yang bundar dan lurus ke bawah. Gejala ini masih
melanjut pada spit b e r i k u t n y a . Dua buah pecahan
tulang manusia yang sangat fragmentaris d i t e m u kan bersama dengan pecahan k u l i t kerang.

di-

Pecahan gerabah didapatkan tersebar sedang-

karena erosi yang kuat telah mengikis

kan pecahan yang kecil didapatkan melalui ayakan.

pelapukan

organisme.

Hal

ini

dapat

dengan

Seluruh

merahan, coklat kehitam-hitaman) dengan ketebal-

spit-2

melingkar

an yang bervariasi antara 0,26 — 0B c m . Pecahan-

cahan badan polos B2 buah dan pecahan tepian

merupakan

pada tulang pengumpil dan tulang hasta ( F o t o 2 1 ) .

pecahan gerabah ini seluruhnya berjumlah 192 bu-

polos 7 buah. Melihat warna dan ketebalannya baik

bekal k u b u r yang d i t e m u k a n pada grid G —H/1 —2.

Pecahan gerabah yang d i t e m u k a n dalam tempayan

ah yang diperoleh melalui ayakan kasar dan d i -

bibir maupun badannya berasal dari periuk yang

Periuk tersebut sudah pecah. Dari bagian-bagian

hampir semuanya merupakan pecahan badan. Ba-

yang masih u t u h (tidak pecah) dan dapat d i u k u r ,

temukan dalam kotak secara merata tetapi belum

berlainan, tetapi yang terbanyak adalah pecahan

gian atas tempayan N o . 1 sudah tidak ada sehingga

didapatkan konsentrasi yang berarti. Di sudut barat

berwarna coklat kemerah-merahan. Temuan kerang

diperkirakan bahwa garis tengah badan 12,5 c m ,

sulit diketahui bentuk aslinya. Di dalam tempayan

laut terdapat lapisan kehitam-hitaman yang banyak

terdiri dari Gastropoda dan Pelecypoda sebanyak

garis tengah bibir 9 cm dan tingginya 10,B c m .

berhasil

yang

Periuk berwarna coklat kemerah-merahan, tanpa

mengandung pecahan gerabah. Pada akhir spit 1 ini

20 buah. Pelecypoda terdi ri dari keluarga Luci ni -

semuanya berhias. Pecahan pertama berpola hias

gejala tersebut hilang, karena ternyata tempat ini

dae Fleming B buah, dan Tellinidae Deshayes B bu-

hiasan. Ti dak jauh dari periuk kecil ini terdapat

periuk

kecil

(No. 2) yang

perunggu

2) berwarna hijau, berkarat dan

di temukan

dua

pecahan

tepian

berjumlah

pecahan

menurun.

bah dari berbagai warna (coklat, coklat kemerah-

gelang

berupa

ke-

(temuan

lagi sebuah

temuan

temuan pada s p i t —1 ,
gerabah

dari

B9 buah yang terdi ri dari pe-

belah ketupat yang digores, sedangkan yang kedua

merupakan bekas lubang. Pecahan gerabah terdi ri

ah, sedangkan Gastropoda terdi ri dari Operculum

sebuah gigi seri yang memperlihatkan adanya la-

mempunyai pola hias tekan garis-garis kecil beriring

dari pecahan badan, tepian polos, karinasi dan pe-

2 buah, Volutidae Gray 3 buah, Cerithiidae Menke

pisan warna coklat pada gigi tersebut. Periuk kecil

yang rupanya ti dak digambarkan pada permukaan

cahan terakota. Temuan lain berupa kerang dan

3 buah, Cypraeidae Gray 1 buah dan Neritidae La-

temuan N o . 2 kemudian diangkat dalam keadaan

secara

patahan bunga karang. Kerang terdi ri dari Gastro-

marck 1 buah. Gejala tanah pada grid D —E Z 5 —7

pecah-pecah, tetapi besar kemungkinannya u n t u k

(Gb. 10 a, b).

poda, keluarga Vol uti dae. Sedang Pelecypoda ter-

yang berisi tanah halus mengandung pasir warna

di

diri dari keluarga Vencritae dan Tellinidae, juga d i -

cokl at kehitam-hitaman masih tampak pada s p i t —2 .

keabu-abuan.

temukan pecahan moluska archidae. Beberapa pe-

S p i t —3 juga sedalam 10 cm masih memperlihat-

kedalaman

cahan gerabah yang besar d i t e m u k a n di grid D—EZ

kan tanah yang sama dengan s p i t —2 , yai tu bercak-

3B cm dari permukaan tempayan. Walaupun peng-

B—7. Keadaan tanah lepas (berderai) mengandung

bercak padas keras diselingi dengan tanah berpasir

ambilan

pasir dan berwarna coklat kehitam-hitaman. Dalam

cokl at. Pada grid F —G Z 4 - 7 warna tanah kuning

menyel uruh

tetapi

bagian

per

bagian

dapat di rekonstruksi , terutama bagian badannya.
Perlu
Pada w a k t u pembersihan temuan periuk No. 3
yang terletak
(Gb. 9)
posisi

di tengah-tengah tempayan N o . 1

d i t e m u k a n sebuah

menghadap

ke bawah

tengkorak
(Foto

dalam

20). Periuk

N o . 3 diduga merupakan tempayan penutup k u b u r .
10

dalam

ditambahkan

tempayan

Dasar tempayan

hati,

di

sini

bahwa tanah

berwarna kuning

No. 1 berada pada

temuan-temuan

keutuhannya

tidak

dilakukan dengan
dapat

hati-

dipertahankan.
11

dari

sentrasi t e r d i r i dari bagian tepian, badan dan dasar

kerang dan patahan bunga karang. Tanah di sekitar

gejala dari spit sebelumnya, tetapi rupanya ti dak

sudut barat laut yang merupakan t i t i k tertinggi. Ta-

yang tebalnya ti dak sama, begitu juga warnanya

temuan N o . 1 dan N o . 2 juga berupa padas keras

keabu-abuan. Pada grid D—EZB—7 masih tampak

nahnya terdi ri dari lapisan humus berwarna cokl at

bervariasi kehitam-hitaman cokl at kemerah-merah-

berwarna p u t i h yang steril. Rupanya erosi telah

gejala dari spit sebelumnya, tetapi rupanya tidak

dan padas keras dari pasir kwarsa yang warnanya

an, h i t a m dan ada pula yang dipoles merah (slip).

lama berlangsung di daerah ini sehingga temuan-

keabu-abuan. Pada grid D—EZB—7 masih tampak

mengandung temuan kecuali pecahan-pecahan gen-

S p i t —1

digali

sedalam

16 c m , dimulai

abu-abu. Lapisan humus di sini sangat ti pi s sebab

Berdasarkan pecahan gerabah yang terdapat pada

temuan banyak yang berada di permukaan, sedang-

jelaslah

sudah tererosi. Pecahan gerabah diperoleh baik dari

konsentrasi ini diperkirakan

kan

lubang

ekskavasi maupun dari hasil ayakan. Di sudut barat

pada penguburan

yang mungkin dipergunakan sebagai tempat pem-

ti ng

masa

bahwa

sekarang.

Dengan

demikian

gejala tersebut merupakan bekas

tersebut

bahwa bekal
terdi ri

dari

kubur

berbagai

di

bawahnya

ditemukan

padas keras yang

steril.

daya dijumpai konsentrasi pecahan gerabah yang

benda gerabah, tetapi karena sudah pecah, bentuk-

Pada kedalaman 5,6 cm dari permukaan tanah,

buangan genting. Tanah dari s p i t —3 steril yang

c u k u p banyak bercampur dengan kerang Gastro-

nya t i d a k dapat d i k e t a h u i , m u n g k i n mangkuk (ca-

yai tu pada grid A —B Z 8 —9 terdapat sebuah manik-

t i d a k menghasilkan t e m u a n , kecuali pecahan bunga

poda dan Pelecypoda yang sudah pecah-pecah. Di

w a n ) , periuk

mani k

karang dan pecahan kerang. Di sudut barat daya

bagian barat k o t a k , yai tu pada grid A - C Z 9 - 1 0 ,

tahun 1955iVan Heekeren berhasil menemukan se-

penting N o . 3. Determinasi bahannya belum dapat

yang merupakan t i t i k terti nggi , s p i t - 3 mencapai

terdapat

kehitam-

macam dulang berkaki dari tanah liat dalam tem-

d i l a k u k a n , karena masih diragukan antara batuan

kedalaman maksimum 3B c m . U n t u k pengamatan

hi taman, berderai dan berpasir yang rupa-rupanya

payan besar yang diduga merupakan wadah buah-

kalsedon atau jenis kerang tridacna. Manik-manik

agar pendokumentasian dan pengamatan stratigrafi

merupakan tanah urugan pada w a k t u penguburan.

buahan. Penemuan cawan sebagai bekal k u b u r ter-

lebih cermat, maka walaupun setelah s p i t —3 tanah

itu berukuran panjang 2,5 c m , garis tengah 0,7 cm

Pada kedalaman B - 7 cm gejala ini baru tampak de-

jadi pula di situs paleometalik akhir di Plawangan.

dengan garis tengah lubang 2 m m , dan berbentuk

ngan jelas, seperti

Cawan tersebut diletakkan di atas l u t u t dan ke-

bikon

maluan.

yang tepat berada di tengah konsentrasi kereweng,

sudah steril, pendalaman tetap dilakukan dengan
menggunakan linggis dan petel. K o t a k V selesai d i gali dengan s p i t —7 yang disudut t i m u r laut mencapai kedalaman 75 c m . Sebagai catatan dapat di -

gejala tanah berwarna cokl at

terlihat

dari warna dan ke-

kerasan tanahnya yang berbeda j i ka dibandingkan
dengan keadaan tanah di luar grid tersebut. Gejala

Secara horizontal

keadaan tanah pada akhir

manik-manik

(Gb. 11d)

Melihat keletakkannya

ini m u n g k i n terdapat dalam benda

spit ini memperlihatkan perbedaan antara grid satu

gerabah (tempayan). Kira-kira 15 cm di t i m u r laut

dengan lainnya yai tu grid B - C Z 7 - 8 (sudut tengga-

temuan mangkuk N o . 1 , di temukan pecahan atap

gerabah beserta cawan (Temuan N o . 1) berwarna

ra), keras berwarna abu-abu, sedangkan grid C - D Z

tengkorak beserta tulang-tulang rusuk bercampur

hitam dan pecahan periuk besar berwarna kemerah-

8 - 1 0 yai tu di sekitar p o h o n j ambu (sudut tenggara

dengan tulang-tulang binatang. Menurut keterangan

merahan. Selain i tu d i t e m u k a n pula tulang-tulang

K V I I ) gembur, berwarna h i t a m . Temuan lain yang

penduduk, tengkoraknya sendiri telah diambil ke-

manusia yang sudah tidak lengkap lagi dan tulang

diperoleh berupa: pecahan badan, karinasi, tepian

t i k a pembuatan fondasi rumah dan dipindahkan ke

batang pohon jambu dan melekat pada fondasi

binatang

dan pecahan dasar. Juga d i t e m u k a n fragmen tulang

tempat lain. Pada grid itu juga banyak di temukan

rumah Achmad Junaedi. Ekskavasi di kotak

binatang dan manusia.

manik-manik

lihatkan tanah dengan bercak-bercak padas yang
steril.
4. Kotak

VII

K o t a k V I I berada di sebelah kanan dekat se-

(ayam)

memanjang

bulat

dan di dalamnya di temukan konsentrasi pecahan

memper-

segi empat

berwarna p u t i h yang merupakan temuan

utara-selatan,

tambahkan bahwa s p i t —4 , —B dan —6

berbentuk

kecil dan lain-lain. Pada ekskavasi

yang rupanya disertakan

pada

ini

w a k t u penguburan. Temuan cawan tanah liat ber-

dila