DAMPAK HUKUM PERCERAIAN AKIBAT KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013-2015)
DAMPAK HUKUM PERCERAIAN AKIBAT KEKERASAN DALAM
RUMAH TANGGA
(Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013-2015)
Proposal Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar
Sarjana Hukum Islam Jurusan Peradilan Agama
Pada Fakultas Syariah dan Hukum
UIN Alauddin Makassar
Oleh:
M. RAFII AKBAR
NIM: 10100112003
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2016
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : M. Rafii Akbar NIM : 10100112003 Jurusan : Peradilan Agama Fakultas : Syariah dan Hukum Tempat/tgl. Lahir : Kefamenanu, 30 November 1993 Alamat : BTN Pao-Pao Permai Judul Skripsi :“Dampak Hukum Perceraian Akibat Kekerasan Dalam
Rumah Tangga (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas
1A Makassar Tahun 2013-2015)” Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau dibuat oleh orang lain, sebagian atapun seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Samata, 25 Februari 2016 Penyusun, M. Rafii Akbar NIM : 10100112003
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulis skripsi saudara M. Rafii Akbar, NIM: 10100112003, Mahasiswa Jurusan Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar, setelah meneliti dan mengoreksi secara seksama, skripsi yang berjudul: “Dampak Hukum Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013-2015), memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat disetujui untuk seminar hasil.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses lebih lanjut.
Samata, 25 Februari 2016 Pembimbing I Pembimbing II Dr. Hamzah Hasan, M.Hi.
A. Intan Cahyani, S.Ag., M.Ag.
NIP. 19631231199302003 NIP. 197207192000032002 Mengetahui
Ketua Jurusan Peradilan Agama
Dr. Supardin, M.Hi.
NIP. 196503021994031003
KATA PENGANTAR
Assalamu’Alaikum Warahmatullahi wabarakatuh Alhamdulillahi Rabbil Alamin penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang
Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang, atas segala limpahan rahmat dan petunjuk- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “DAMPAK HUKUM PERCERAIAN AKIBAT KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013-2015).” Serta Salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad saw.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Akan tetapi penulis tak pernah menyerah karena penulis yakin ada Allah swt, yang senantiasa mengirimkan bantuan-Nya dan dukungan dari segala pihak. Oleh karena itu, penulis menghanturkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada keluarga terutama orang tuaku tercinta yang telah memberikan kasih saying, jerih payah, dan yang doa yang tidak putus-putusnya buat penulis, sungguh semua itu tak mampu penulis gantikan. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya kepada:
1. Ayahanda Prof. Dr. Musafir Pababari, M.Si. selaku Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
2. Ayahanda Prof. Dr. Darussalam, M.Ag. selakuu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
3. Ayahanda Dr. Supardin, M.Hi, selaku Ketua dan Ibu Dr. Hj. Patimah, M.
Ag, selaku sekertaris program Studi peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.
4. Ayahanda Dr. Hamzah Hasan, M.Hi selaku pembimbing I yang selalu bijaksana memeberikan bimbingan, Nasehat serta waktunya selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
5. Ibunda A. Intan Cahyan., S. Ag, M.Ag selaku pembimbing II penulis, yang tiada henti memberikan semangat dan masukan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan menyelesaikan skripsi ini.
7. Keluarga tercinta, Abah, Mamak, kakanda Abd. Azis Aliramdlani, adinda Hikmatul Ulya, dan Ahmad Qodi Irfan yang selalu memberikan dorongan dan doa, sehingga menjadi Energi dan Motivasi saya untuk selalu melangkah dengan semangat menjadi seorang yang lebih baik lagi, menjadi insan yang berguna bagi nusa dan bangsa.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Peradilan Agama Angkatan 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang memberikan semangat dan dukungan selama di bangku perkuliahan memberikan kebersamaan dan keceriaan kepada penulis.
9. Keluarga Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Makassar yang telah mendidik dan membangun karakter dan pola pikir sebagai landasan dalam hidup ini.
10. Orang yang selalu setia mendampingi dan memberikan semangat serta dorongan Elsah Agsari yang menjadi semangat dan inspirasi dalam menyselesaikan skripsi ini.
11. Pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dalam penyelsaian skripsi ini.
Semoga Allah swt. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi erbaikan selanjutnya, Saran dan kritik yang membangun akan penulis terimah dengan senang hati, Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis serahkan segalanya, mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.
Samata, 25 Februari 2016 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ ii PENGESAHAN............................................................................................. iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv DAFTAR ISI ................................................................................................ vii PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... iv ABSTRAK .................................................................................................... xv
BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ………………………………………………….8 C. Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian ....................... 8 D. Kajian Pustaka .............................................................................. 11 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 14 BAB II : TINJAUAN TEORETIS A. Pengertian Umum ......................................................................... 16
a. Pengertian Perkawinan............................................................ 16
b. Tujuan Perkawinan………… .................................................. 17
c. Syarat Perkawinan .................................................................. 20
d. Putusnya Perkawinan .............................................................. 22
B. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) .................................. 27
a. Pengertian Kekerasan Dalam Rumah Tangga .......................... 27
b. Bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga ............................... 28
c. Sebab Kekerasan Dalam Rumah Tangga ................................. 30
C. Dasar Hukum ............................................................................... 31
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Lokasi Penelitian ......................................................... ..33 B. Pendekatan Penelitian ................................................................. ..34 C. Sumber Data ................................................................................. 34 D. Metode Penumpulan Data ………………………………………... 35 E. Instrumen Penelitian………………………………………….……35 F. Teknik Analisis ………………………………………………... 36
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………37 B. Dampak Hukum Perceraian Akibat Kekerasan Dalam RumahTangga…………………………………………………… 41 C. Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga…………………………….……….…. 44 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………………..……………………………….……… 53 B. Saran……………………………………………………………….. 54 KEPUSTAKAAN .......................................................................................... 55 DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... 56
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
Huruf Nama Huruf Latin Nama Arab
Alif Tidak Tidak dilambangkan
ا
dilambangkan ba b Be
ب
ta t Te
ت
sa s es (dengan titik di atas)
ث
jim j Je
ج
ha h ha (dengan titik di
ح
bawah) kha kh kadan ha
خ
dal d De
د
zal z zet (dengan titik di atas)
ذ
ra r Er
ر
zai z Zet
ز
sin s Es
س
syin sy esdan ye
ش
sad s es (dengantitik di bawah)
ص
dad d de (dengantitik di bawah)
ض
ta t te (dengantitik di bawah)
ط
za z zet (dengan titk di
ظ
bawah) ‘ain ‘ Apostrop terbalik
ع
غ
و
Fathah A A
Kasrah i
Tanda Nama Huruf Latin Nama
2. Vokal Vokal bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri atas vocal tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau di ftong. Vokal tungggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat, transliterasinya sebagai berikut:
ya y Ye Hamzah yang terletak di awal kata mengikuti vokalnya tanpa diberi tanda apapun. Jika ia terletak di tengah atau di akhir, maka ditulis dengan tanda ( ).
ي
hamzah , Apostop
ء
ha h Ha
ه
wau w We
nun n En
gain g Ge
ن
mim m Em
م
lam l El
ل
kaf k Ka
ك
qaf q Qi
ق
fa f Ef
ف
I
Dammah u U
Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu : Tanda Nama Huruf Latin Nama
Fathah dan ya ai a dan i Fathah dan wau au a dan u
3. Maddah
Maddah atau vocal panjang yang lambangnya berupa harakat dan huruf,
transliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu : Harkat dan Nama Huruf dan Tanda Nama
Huruf
Fathah dan alif
a a dan garis di
atau ya
atas
Kasrah dan ya i i dan garis di
atas
Dam mahdan u u dan garis di wau atas
4. Ta Marbutah
Transliterasi untuk ta marbutah ada dua, yaitu: ta marbutah yang hidup
atau mendapat harkat fathah, kasrah, dan dammah, yang transliterasinya adalah [t]. Sedangkan ta marbutah yang mati atau mendapat harkat sukun transliterasin ya adalah [h].
Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbutah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka
ta marbutah itu transliterasinya dengan [h].
5. Syaddah ( Tasydid )
Syaddah atau tasydid yang dalam system tulisan Arab dilambangkan
dengan sebuah tanda tasydid ( ), dalam transliterasinya ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda) yang diberi tanda syaddah. Jika huruf ber-tasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf
ي kasrah maka ia ditransliterasikan seperti huruf maddah (i).
(ي),
6. Kata Sandang Kata sandang dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan huruf
ا ل
(alif lam ma’arifah). Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang xv ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia di ikuti oleh huruf syamsiah Maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang xv mengikutinya dan dihubungkan dengan garis mendatar (-).
7. Hamzah Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrop ( )hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata.Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif.
8. Penulisan Kata Arab yang Lazim digunakan dalam Bahasa Indonesia Kata, istilah atau kalimat Arab yang ditransliterasi adalah kata, istilah atau kalimat yang sudah lazim dan menjadi bagian dari perbendaharaan bahasa Indonesia, atau sudah sering ditulis dalam tulisan bahasa Indonesia, tidak lagi ditulis menurut cara transliterasi di atas. Misalnya kata Al-Qur’an (dari al-Qur’an), sunnah, khusus dan umum. Namun, bila kata-kata tersebut menjadi bagian dari satu rangkaian teks Arab, maka mereka harus ditransliterasi secara utuh.
9. Lafz al-Jalalah
(ﷲ)
Kata “Allah” yang didahului partikel seperti huruf jar dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai mudafilaih (frase nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah. Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafz a- ljalalah, ditransliterasi dengan huruf [t].
10. Huruf Kapital Walau sistem tulisan Arab tidak mengenal huruf kapital (All caps), dalam transliterasinya huruf-huruf tersebut dikenai ketentuan tentang penggunaan huruf capital berdasarkan pedoman ejaan Bahasa Indonesia yang berlaku (EYD). Huruf kapital, misalnya, digunakan untuk menuliskan huruf awal nama dari (orang, tempat, bulan) dan huruf pertama pada permulaan kalimat. Bilanama diri didahului oleh kata sandang (al-), maka yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal kata sandangnya. Jika terletak pada awal kalimat, maka huruf A dari kata sandang tersebut menggunakan huruf kapital (AL-). Ketentuan yang sama juga berlaku untuk huruf awal dari judul referensi yang didahului oleh kata sandang al-, baik ketika ia ditulis dalam teks maupun dalam catatan rujukan (CK,DP, CDK, dan DR).
ABSTRAK
Nama : M. Rafii Akbar Nim : 10100112003 Judul : Dampak Hukum Peceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga
(Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013- 2015)
Pokok Masalah penelitian ini adalah bagaimana Dampak Hukum Perceraian yang diakibatkan oleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013-2015). Pokok Masalah tersebut dibagi menjadi dua Sub Masalah yakni: a.) Apa Faktor Penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar.? b.) Apa Dampak Hukum Perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar?
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis dan empiris, data diperoleh dari hakim dan pegawai di Pengadilan Agama kelas 1A Makassar, metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan penelusuran berbagai literature atau referensi, teknik pengolahan dan analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu Reduksi Data, Penyajian, dan Pengambilan Kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: 1.) Faktor yang menyebabkan terjadinya perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga adalah antara lain: a.) Rendahnya Norma Agama b.) Gaya Hidup Yang Semakin Bebas
c.) Kurangnya komunikasi dan Pengendalian Diri Yang Rendah. 2.) Dampak Hukum yang timbul dari perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga dalam hukum materil pada dasarnya tidak mengatur secara spesifik tentang alasan-alasan perceraian dari berbagai problematika sehingga pada perinsipnya perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga sama dengan perkara perceraian lainnya namun biasanya dalam ijtihad seorang hakim perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga berpengaruh terhadap siapa yang berhak memiliki hak asuh anak, bagi pelaku kekerasan dalam ruamh tangga biasanya dibebankan tidak memiliki hak asuh anak dengan pertimbangan kemaslahatan kehidupan anak kedepan.
Implikasi dari penelitian ini adalah: 1.) Seorang Pria maupun wanita yang hendak mengikat diri dalam ikatan tali perkawinan hendaknya lebih selektif dalam mencari pasangan hidup untuk masa depan keluarga yang harmonis. 2.) Sebelum membentuk rumah tangga hendaknya pemahaman tentang nilai-nilai, norma- norma agama di permatang.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah A. Perkawinan merupakan sunatullah bagi ummat muslim dan bernilai ibadah
bagi yang melaksanakannya. Pernikahan sangatlah penting untuk dilaksanakan oleh seorang pria maupun wanita guna untuk menjaga keturunan yang baik, sehat, dan diridhoi Allah swt. Disamping itu perkawinan merupakan kebutuhan biologis bagi setiap manusia untuk mendapatkan pendamping hidup tempat seorang dapat saling berbagi dan melengkapi. Perkawinan adalah suatu perjanjian yang di adakan oleh dua orang, dalam hal ini perjanjian antara seorang pria dan seorang wanita dengan tujuan material, yakni membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai asas pertama
1 dalam Pancasila.
Perkawinan pada hakekatnya merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat dibawah suatu peraturan khusus atau khas dan suatu yang sangat diperhatikan baik oleh Agama, Negara, maupun Adat, artinya bahwa dari peraturan tersebut bertujuan untuk mengumumkan status baru kepada orang lain sehingga pasangan ini diterima dan diakui statusnya sebagai pasangan yang sah menurut hukum baik Agama, Negara, maupun Adat, dengan sederetan hak dan kewajiban untuk dijalankan oleh keduanyasehingga pria itu bertindak sebagai suami sedangkan wanita bertindak sebagai istri. 1
Dalam perkawinan pasangan suami istri mengikat dirinya pada persetujuan umum yang diakui untuk setia mentaati peraturan dan ketentuan-ketentuan di dalam masyarakat mereka secara timbal balik, terhadap anak-anaknya, sanak keluarganya, dan terhadap orang lain dalam masyarakat. Dari perkawinan laki-laki dan perempuan inilah terbentuk suatu lembaga baru yaitu lembaga keluarga.
Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 telah menjelaskan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga) yang bahagia dan kekal
2
berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Begitupula didalam Intruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 pasal 2 tentang Kompilasi Hukum Islam bahwa yang dimaksud dengan Perkawinan atau Pernikahan yaitu akad yang sangat Kuat untuk
3 menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Perkawinan merupakan kebutuhan primer manusia yang sehat sebagai mahluk Allah swt. Artinya bahwa setiap manusia yang sudah dewasa dan setiap manusia yang sehat jasmani dan rohani, pasti membutuhkan teman hidup agar dapat memenuhi kebutuhan biologisnya, ia dapat mencintai dan dicintai, dapat mengasihi dan dikasihi serta dapat diajak bekerja sama untuk mewujudkan ketentraman, kedamaian dan kesejahtraaan dalam hidup berumah tangga.
2 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Pelaksana Lainnya Di Negara Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali pers, 2004), h.329 3 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan Perkawinan merupakan sunatullah yang disenangi dan termasuk masalah keagamaan, dan juga merupakan sesuatu perbuatan hukum, maka dalam hal melangsungkan perkawinan, haruslah tunduk dan patuh pada peraturan-peraturan tentang perkawinan yang telah di tetapkan oleh Negara. Seperti yang dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
4
yaitu: 1.) Perkawinan adalah sah, apabila di lakukan menurut hukum masing- masing agamanya dan kepercayaan itu.
2.) Tiap-tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku .
Pasal tersebut mempunyai arti bahwa tidak ada perkawinan di luar hukum agama dan kepercayaannya, dari masing-masingpihak yang melangsungkan perkawinan tersebut.dengan demikian seseorang yang beragama Islam, Perkawinannya baru dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum Islam.
Sehingga perkawinan adalah suatu perikatan perjanjian yang juga terdapat sangat
5
banyak di dalam hukum perdata pada umumnya Membentuk sebuah rumah tangga, hak dan kewajiban antara suami istri haruslah berjalan dengan seimbang antara satu sama lain, karena bilamana dalam perakteknya terjadi suatu penyimpangan, maka akan berpotensi menimbulkan konflik, baik itu dari suami maupun dari istri jika hal itu terjadi dalam sebuah 4 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan
Pelaksana Lainnya Di Negara Hukum Indonesia, h.329-330 5 rumah tangga maka tujuan perkawinan yang di amanatkan oleh Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan tidak akan tercapai. Dan apabila konflik tersebut tidak dapat di selesaikan secara kekeluargaan, maka akan dapat menambah kemudaratan dalam rumah tangga sehingga kebahagiaan tidak dapat tercipta, dan bilaman hal itu terjadi maka dimungkinkan untuk melakukan perceraian melalui sebuah pengadilan dan tentunya setelah pengadilan berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak baik melalui mediasi ataupun cara lainnya, akan tetapi apabila upaya perdamaian tersebut tidak dapat tercapai, maka pengadilan tersebut dapat mengabulkan perceraiannya apabila di sertai dengan bukti-bukti.
Oleh karna itu sebelum melakukan sebuah perkawinan yang akan di lakukan oleh seorang laki-laki dan seorang perempuan haruslah di lakukan dengan penuh pertimbangan dan ketelitan oleh kedua belah pihak. Sehingga di anggap sangat penting sebelum melakukan sebuah perkawinan untuk saling memahami dan saling mempelajari watak dan sifat masing-masing. Bahkan jika perlu diharuskan untuk melakukan sebuah perjanjian perkawinan. Karna janji adalah
6 suatu sendi yang amat pentng dalam hukum perdata .
6
Putusnya perkawinan sebagaimana diatur pada pasal 38 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan di sebabkan oleh tiga hal yaitu :
1. Kematian
2. Perceraian, dan
7 3. Keputusan pengadilan.
Banyaknya kasus perceraian yang melanda pasangan suami istri saat ini merupakan suatu pelajaran bagi setiap orang yang belum membangun sebuah rumah tangga untuk lebih seleksi dan introspeksi diri dalam memilih pasangan dalam membentuk dan menjalin sebuah rumah tangga yang bahagia, dan sejahtera.
Pengadilan yang berwenang menangani dan memeriksa serta memutus perceraian adalah untuk mereka yang beragama Islam, atau mereka yang beragama non-muslim akan tetapi pernikahannya dilaksanakan secara Islam. Maka penyelesaiannya di Pengadilan Agama, dan bagi mereka yang beragama selain Islam, penyelesaianya di Pengadilan Negeri. Sedangkan untuk dapat mengajukan gugatan perceraian di Pengadilan haruslah disertai alasan-alasan yang telah ditetapkan dalam undang-undang.
Adapaun alasan-alasan yang dapat diajukan sebagai alasan perceraian, telah diatur dalam pasal 39 ayat 2 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974, sebagai tersebut: 7 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan
1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,penjudi dan lain sebagainya yang sukar di sembuhkan.
2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selam 2 (dua) tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.
3. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung.
4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain.
5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit denga akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/istri.
6. Antara suami dan istri secara terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
8 Selanjutnya Dewasa ini, di sosial Media maupun media elektronik banyak
memberitakan kasus-kasus mengenai kekejaman atau penganiayaan berat yang di lakukan oleh suami terhadap istrinya yang mengakibatkan renggangnya hubungan pernikahan antara suami dan istri, dan apabila hal itu terjadi makapara istri dapan mengajukan ke pengadilan agama untuk mengajukan gugat cerai yang di sebabkan kekejaman atau penganiayaan yang di deritanya sehingga perkawinan itu tidak dapat berjalan dengan harmonis dan sejahtera. 8 Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam& Peraturan
Apabila dilihat dari tujuan dilaksanakan sebuah perkawinan sebagaiamana yang telah tercantum dalam Kompilasi Hukum Islam adalah untuk mewujudkan kehidupan yang sakinah, mawaddah, dah rahmah. Masyarkat yang berada di kota Makassar mayoritas beragama Islam, tidak perlu terjadi sebuah peristiwa Kekerasan dalam rumah tangga. Namun yang terjadi di Pengadilan Agama kelas
1A Makassar, dalam menjalankan tugas dan fungsinya banyak di perhadapkan dengan kasus-kasus perceraian yang disebabkan karena adanya tindak kekerasan dalam rumah tangga.
Data Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassa Tahun 2013-2015.
Tahun Perkara yang di terima Pengadilan Perceraian Akibat Kekerasan Agama Kelas 1A Makassar Dalam Rumah Tangga 2013 1992 1467
2014 1968 1566 2015 2030 1716
Jumlah 5990 4749
Tabel Laporan tentang Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perceraian
9 Tahun 2013-2015 di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar 9 Pengadilan Agama Makassar, Laporan tentang Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Data tersebut menerangkan bahwa Perceraian yang di sebabkan oleh Kekerasn Dalam Rumah Tangga (KDRT) melebihi 65% dari keseluruhan Gugatan Perceraian. Maka demikian penulis tertarik untuk melakukan sebuah penelitian terhadap permasalahan ini dan akan melakukan sebuah penelitian dengan judul :“Dampak Hukum Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1 A Makassar Tahun 2013-2015)”.
Rumusan Masalah B.
Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah Dampak Hukum Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar Tahun 2013-2015). Kemudian masalah pokok ini di bahas dalam Submasalah sbb:
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sebagai alasan perceraian pada Pengadilan Agama kelas 1A Makassar?
2. Bagaimanakah dampak hukum dari perceraian dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) di Pengadilan Agama Makassar Kelas 1A ?.
Definisi Operasional dan Ruang Lingkup Penelitian C.
Untuk menyempurnakan penulisan dan untuk memberikan batasan pengertian dalam penulisan. Maka penulis memberi beberapa batasan pengertian dari beberapa istilah yang tercantum dalam penulisan ini :
1. Dampak hukum perceraian adalah akibat hukum yang timbul karna adanya perceraian yang terjadi antara suami dan istri. Pasal 41 Undang-Undang
Perkawinan menyebutkan bahwa akibat hukum yang terjadi karena perceraian adalah sebagai berikut: a. Baik ibu maupun Bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberi putusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang di perlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataannya tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberi baiaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri
d. Adanya pembagian harta keluarga sesuai dengan agama masing-
10
masing
2. Kekerasan dalam rumah tangga adalah tindakan yang dilakukan dalam rumah tangga baik oleh suami, istri, maupun anak yang berdampak buruk terhadap keutuhan fisik, psikis, dan keharmonisan.Adapun Kekerasan dalam Rumah Tangga secara umum dibagi menjadi 4 Macam yaitu: a. Kekerasan dalam Rumah Tangga secara fisik 10
b. Kekerasan dalam Rumah Tangga secara Psikis
Dody Riyant, Akibat hukum dari perceraian, c. Kekerasan dalam Rumah Tangga secara Seksual
11
d. Kekerasan dalam Rumah tangga dari segi Ekonomi
3. Keluarga adalah Margaret mead mendefinisikan keluarga sebagai unit social terkecildalam masyarakat yang anggotanya terikat oleh adanya hubungan perkawinan serta hubungan darah atau juga anak tiri atau anak pungut.
4. Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan yang berwenang memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
5. Panitera adalah pejabat pengadilan yang salah satu tugasnya adalah membantu hakim dalam membuat berita acara pemeriksaan dalam proses persidangan.
6. Penggugat adalah orang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu Keputusan TUN.
7. Tergugat adalah Badan atau Pejabat TUN yang mengeluarkan Keputusan berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang diguguat oleh orang atau badan hukum perdata.
8. Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik
9. Istri (Sanskerta: strī yang artinya adalah "wanita" atau "perempuan") 11 adalah salah seorang pelaku pernikahan yang berjenis kelaminwanita.
Fatiha, Jenis Kekerasan Dal Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya se seorang istri dan pasangannya sebagai seorang suami. 10. anak adalah seorang yang n dari perkawinan antara seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan 12 pernikahan tetap dikatakan anak
Kajian Pustaka D.
Terdapat dalam beberapa literatur yang membahas tentang dampak hukum perceraian akibat kekerasan dalam rumah tangga dalam berbentuk buku dan skripsi, diantaranya:
1. Dalam buku Prof. Mohammad Taufik Makarao, S.H, MH. Dkk, yang berjudul Hukum Perlindungan Anak dan Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga, dijelaskan bahwa untuk mencegah
melindungi korban, dan menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga, Negara dan masyarakat wajib melaksanakan pencegahan perlindungan dan penindakan pelaku sesuai falsafah Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Negara berpandangan bahwa segala bentuk kekerasan, terutama dalam rumah tangga adalah pelanggaran
12 andi lasmana “Definisi Anak” https://andibooks.wordpress.com/definisi-anak/, (26 hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat kemanusiaan
13 serta bentuk diskriminasi.
2. Dalam skripsi Andi Syaiful Fahri, yang berjudul Penerapan Undang
Undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Makassar),
membahas tentang latar belakang yang menjadi faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga terkhususnya perkara di Pengadilan Negeri Makassar dan penerapan Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah
14 tangga.
3. Dalam buku adil samadani, yang berjudul kompetensi pengadilan
agama terhadap tindak kekerasan dalam rumah tangga, dijelaskan
bahwa penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi secara spontanitas, namun memiliki sebab-sebab tertentu yang mendorong lak-laki berbuat kekerasan terhadap perempuan (Istri) yang secara umum kekerasan dapat diindentifikasi karena faktor gender dan patriarki, relasi kuasa yang timpang, dan role modeling
15
(Perilaku hasil Meniru)
13 Mohammad Taufik Makarao,dkk, Hukum perlindungan anak dan penghapusan kekerasan dalam rumah tangga (cet I; Jakarta: PT Rineka Cipta,2013), h.175 14 Andi Syaiful Fahri, Penerapan Undang Undang nomor 23 tahun 2004 tentang penghapusan kekerasan dalam rumah tangga, (Makassar: UIN Alauddin Makassar, 2009). 15 H.U. Adil Samadani, Kompetensi Pengadilan Agama terhadap tindak kekerasan dalam
4. Dalam buku Prof. Dr. Maidin gultom, S.H M.Hum. yang berjudul
Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan, dijelaskan bahwa keluarga dan kekerasan sekilas seperti sebuah paradoks.
Kekerasan bersifat merusak, berbahaya dan menakutkan, sementara disisi lain keluarga diartikan sebagai lingkungan kehidupan manusia, merasakan kasih sayang, mendapatkan pendidikan,pertumbuhan fisik dan rohani, tempat berlindung. Kerugian korban kekerasan dalam rumah tangga bukan hanya berpengaruh terhadap material tetapi juga immaterial seperti psikologis yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Kekerasan yang terjadi terhadap anak dan perempuan rawan. Disebut rawan adalah karena kedudukan anak dan perempuan yang kurang menguntungkan. Anak dan perempuan mempunyai resiko besar mengalami gangguan
16 atau masalah dalam perkembangannya.
5. Dalam buku Moerti soeroso yang berjudul kekerasan dalam rumah
tangga dalam perspektif Yuridis-viktimologis, dijelaskan bahwa
sampai sejauh ini kekerasan dalam rumah tangga merepakan suatu bentuk perbuatan yang dianggap baru. Meskipun pada dasarnya bentuk-bentuk kekerasan ini dapat ditemui dan terkait pada bentuk perbuatan pidana tertentu, seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan dan pencurian. Mula-mula pengertian kekerasan dapat 16 kita jumpai pada pasal 89 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Maidan Gultom, Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dan Perempuan, (Cet.I;
(KUHP) yang berbunyi; “Membuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan”. Pasal tersebut tidak menjelaskan bagaimana cara kekerasan tersebut dilakukan. Demikian juga tidak dijelaskan bagaimana bentuk-bentuk kekerasan tersebut.
Sedangkan pengertian “Tidak Berdaya” adalah tidak mempunyai kekeuatan atau tenaga sama sekali, sehingga tidak dapat mengadakan perlawanan sedikitpun.
17 Dari referensi di atas tentang perceraian dan kekerasan dalam rumah
tangga sebenarnya telah terlihat faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan dalam rumah tangga secara umum, setelah mengkaji referensi di atas belum ada yang membahas tentang dampak hukum perceraian akibat kekerasan dalam rumah tangga, sebagian besar membahas faktor penyebab kekerasan dalam rumah tangga secara umum dan dampak bagi korban kekerasan dalam rumah tangga. Sehingga peneliti meyakini bahwa belum ada yang meneliti tentang dampak hukum perceraian yang disebabkan oleh kekerasan dalam rumah tangga.
17 Moeti soeroso, kekerasan dalam rumah tangga dalam perspektif Yuridis-Viktimologis
Tujuan & Manfaat Penelitian E.
Sesuai Rumusan masalah tersebut, maka penuilis memaparkan tentang tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengkaji dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istri sebagai salah satu alasan perceraian di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar!
2. Mengkaji dan mengetahui akibat hukum dari perceraian yang di sebabkan oleh Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) di Pengadilan Agama Kelas 1A Makassar.!
Manfaat dalam penulisan ini diharapkan :
1. Sebagai pengembangan terhadap ilmu hukum pada umumnya dan pengembangan ilmu hukum keperdataan pada khususnya yang mencakup tindak kekerasan dalam rumah tangga sebagai alasan perceraian.
2. Sebagai konstribusi pemikiran, dan menambah khasanah serta masukan yang bersifat permulaan bagi masyarakat untuk dapat mencegah terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga.
BAB II TINJAUAN TEORETIS Pengertian Umum A.
a. Pengertian Perkawinan Perkawinan menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah ikatan lahur bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
1 kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Didalam pengertian perkawinan dalam Pasal 1 Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Tersebut mencantumkan kata Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila sila pertama yaitu Ketuhanan yang maha Esa, sehingga disini dengan tegas dinyatakan bahwa sebuah perkawinan bukanlah hanya suatu ikatan yang di bangun dari segi fisik seseorang melainkan perkawinan pula berkaitan erat dengan agama, kerohanian. Sehingga perkawinan bukan hanya memiliki unsur jasmani melainkan kerohanian pula. Sehingga dalam Undang- Undang Perkawinan tidak di mungkinkan perkawinan yang pasangannya beda agama.
Perkawinan menurut Undang-Undang RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 Apabila diperinci dapat memberi gabaran sebagai berikut :
1. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria sebagai suami dan 1 wanita sebagai istri.
Muhammad Amin Suma, Himpunan Undang-Undang Perdata Islam & Peraturan
2. Ikatan lahir batin adalah ikatan yang sangat kuat antara jamani dan rohani untuk membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera.
3. Tujuan ikatan lahir batin tersebut harus berdasarkan dengan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Yang di maksud dengan ikatan lahir batin adalah sebuah ikatan yang di bangun begitu kuat karena melibatkan dua unsur yang sangat penting yang di miliki oleh setiap manusia yaitu lahir dan batin sehingga perkawinan itu merupakan landasan dalam membangun sebuah rumah tangga yang bersifat tangguh dan kekal untuk mewujudkan kesejahteran dalam kehidupan rumah tangga.
b. Tujuan Perkawinan Setiap orang didalam melakukan sesuatu, tentu memiliki tujuan. Demikian pula halnya dengan sebuah perkawinan. Dari beberapa tujuan perkawinan salah satunya adalah untuk melaksanakan apa yang telah di syariatkan oleh Allah Swt sebagai sebuah perintah untuk melaksanakan sebuah perkawinan, baik dari pihak laki-laki maupun perempuan. Tentunya perkawinan yang di benarkan dan di ridhoi oleh Allah Swt. demi memperoleh keturunan yang sah dan terpuji dalam masyarakat, serta penuh cinta kasih antara suami dan isri tersebut.
Firman Allah swt: QS. al-Nisa/4:3;
َعﺎَﺑُرَو َث َﻼُﺛَو َٰﲎْـﺜَﻣ ِءﺎَﺴﱢﻨﻟا َﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻟ َبﺎَﻃ ﺎَﻣ اﻮُﺤِﻜْﻧﺎَﻓ ٰﻰَﻣﺎَﺘَﻴْﻟا ِﰲ اﻮُﻄِﺴْﻘُـﺗ ﱠﻻَأ ْﻢُﺘْﻔِﺧ ْنِإَو
ۚ ۖ ُلﻮُﻌَـﺗ ﱠﻻَأ َٰﱏْدَأ َﻚِﻟَٰذْﻢُﻜُﻧﺎَْﳝَأ ْﺖَﻜَﻠَﻣ ﺎَﻣ ْوَأ ًةَﺪِﺣاَﻮَـﻓ اﻮُﻟِﺪْﻌَـﺗ ﱠﻻَأ ْﻢُﺘْﻔِﺧ ْنِﺈَﻓ
Terjemahnya : Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua, tiga atau empat, kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil, maka
2 (Kawinilah) satu saja.
Jika di lihat secara umum tujuan sebuah perkawinan tentunya untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan di dunia dan di akhirat.Namun secara khusus tentunya tujuan perkawinan sangat beragam sesuati dengan pelakunya masing- masing. Ada yang bertujuan untuk karir, untuk meraih jabatan tertentu, untuk bisnis, dll.
Akan tetapi jika bertitik tolak pada ajaran islam, maka secara garis bersar tujuan perkawinan itu kalau di lihat dari sisi hukumnya dapat di kelompokkan menjadi 3 (Tiga) Kelompok sebagai berikut :
1. Untuk Mentaati Perintah Allah Setiap umat muslim yang baik, sudah sepatutnya untuk mengacu kepada tatanan agamanya. Hidup berkeluarga adalah tatanan syariat islam yang sangat di anjurkan Allah swt. dan Rasulnya, Sehingga seorang muslim dalam melaksanakan pernikahannya juga harus bertujuan untuk mentaati agamanya dan juga untuk menyempurnakan ibadahnya. 2 Kementrian Agama, Mushaf Al-Qur’an Tajwid dan terjemahan, (Banjarmasin: Abyan,
2. Untuk mewujudkan keluarga Sakinah, Mawaddah, Warohmah.
Keluarga sakinah merupakan salah satu tujuan sebuah perkawinan. Di dalam QS. al-Rum/31:21 Allah swt Berfirman :
ﱠنِإ ًﺔَْﲪَرَو ًةﱠدَﻮَﻣ ْﻢُﻜ َﻖَﻠَﺧ ْنَأ ِﻪِﺗﺎَﻳآ ْﻦِﻣَو
َﻨْـﻴَـﺑ َﻞَﻌَﺟَو ﺎَﻬْـﻴَﻟِإ اﻮُﻨُﻜْﺴَﺘِﻟ ﺎًﺟاَوْزَأ ْﻢُﻜِﺴُﻔْـﻧَأ ْﻦِﻣ ْﻢُﻜَﻟ
َنوُﺮﱠﻜَﻔَـﺘَـﻳ ٍمْﻮَﻘِﻟ ٍتﺎَﻳﻵ َﻚِﻟَذ ِﰲ
Terjemahnya : “Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaanya ialah dia menciptakan untuk mu istri-istri dari jenis mu sendiri agar kamu tentram hidup bersamanya, dan
3 diciptakannya rasa kasih dan sayang diantara kamu”.
Dalam ayat tersebut Allah menerangkan bahwa tujuan di ciptakan sitri adalah agar suami dapat membangun keluarga sakinah bersama istrinya, keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera lahir dan bathin.
3. Untuk pengembangan dakwah Islamiyah.