Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Communication Apprehension Pada Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Communication Apprehension Pada
Mahasiswa

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi

Oleh :
Ineke Yuliana Bureni
NIM : 119114028

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN MOTTO

1 Petrus 5 : 7
Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu
Amsal 19: 20
“Dengarkanlah nasihat dan terimalah
didikan, supaya engkau menjadi bijak di
masa depan”
Albert Einstein
“Hidup ini seperti sepeda. Agar tetap seimbang,
kau harus terus bergerak ”

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


HALAMAN PERSEMBAHAN

Kepada :
Tuhan Yesus sebagai sumber kehidupan dan kekuatan untuk menjalani kehidupan
didunia fana ini

Mama, dan papa sebagai alasan saya untuk menyelesaikan skripsi ini
Sahabat di tanah perantauan yang selalu ingin aku cepat lulus ; Anggi, Monik
Rintan, Monik Susi, Tia, dan Elsa
Pacar yang tidak bisa saya sebutkan namanya karena mungkin ini akan dibaca
banyak orang, terimakasih banyak sudah menolong dan memaksaku untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini

Skripsi ini saya persembahkan untuk kalian individu terpenting dalam hidup saya

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Hubungan Antara Self Efficacy dengan Communication
Apprehension Pada Mahasiswa

Ineke Yuliana Bureni

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara self efficacy
dengan communication apprehension pada mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini menggunakan subjek 40 mahasiswa
perempuan. Instrumen untuk mengukur self efficacy yaitu skala general self
efficacy yang dikembangkan oleh Matthias Jerusalem dan Ralf Schwarzer terdiri
10 item dan adaptasi skala PRCA-24 untuk mengukur communication
apprehension terdiri 24 item. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis
data penelitian ini adalah Person Product Moment karena distribusi data normal.
Nilai koefisien korelasi (-0,178 dengan p = 0,136) menunjukkan tidak terdapat
hubungan negatif yang signifikan antara self efficacy dengan communication
apprehension. Hal tersebut membuat hipotesis pada penelitian ini ditolak.
Kata Kunci : self efficacy, Communication apprehension, GSE, PRCA-24


vii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF EFFICACY AND
COMMUNICATION APPREHENSION FOR COLLEGE
STUDENT

Ineke yuliana Bureni

ABSTRACT
The purpose of this research is to know the relationship between self
efficacy and communication apprehension for Psychology students in Sanata
Dharma University. This research use 40 female students as subject. The
instrument that used to measure self efficacy of a general self efficacy scale that
contents 10 items from Mathias Jerusalem and Ralf Schwarzer also using an
adaptation of PRCA-24 scale that consists of 24 items to measuring
communication apprehension. Statistics method that used to analyz this research
data is Person Product Moment, because of the data distribution is a normal data.

The coefficient correlation value (-0,178 with p =0,136) show that there was no
correlation negative significant between self efficacy with communication
apprehension. It meant that the hypothesis of this research was rejected.
Keywords: Self efficacy, communication apprehension, GSE, PRCA-24

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas semua yang telah diberikan
kepada penulis sehingga atas bimbingan dan pertolongan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara self Efficacy dengan
Communication Apprehension pada Mahasiswa” dapat diselesaikan dengan baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari banyak mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung dan tidak langsung sehingga,
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. Titik Kristiyani M.Psi.Psi selaku Dekan Fakultas Psikologi Program
Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma
2. Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D selaku Kepala Program Studi
Psikologi Universitas Sanata Dharma
3. Monica Eviandaru Madyaningrum Ph.D selaku Dosen Pembimbing
Akademik
4. Bapak Paulus Eddy Suhartanto,M.si selaku Dosen pembimbing Skripsi
yang telah memberikan dukungan dan kesabarannya selama penulis
menyelesaikan tugas akhir.
5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan
banyak ilmu kepada penulis.

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6. Apnel Bureni dan Anastasia Albina Anny, selaku orang tua yang
menyayangi, selalu mendoakan, dan mendorong penulis agar segera
menyelesaikan skripsi

7. Antonius Mighael Bureni dan Jonathan Kelvin selaku adik laki – laki dan
sepupu laki – laki yang selalu menjadi tempat curhat yang baik bagi
penulis
8. Christina Poline Wisanggeni selaku tante yang selalu menyayangi dan
mengurus penulis ketika sehat dan sakit
9. Tante dan om dan seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang selalu menanyakan kapan selesai kuliah, penulis ucapkan
terimakasih
10. Sahabat – sahabat tersayang, Eleonora Anggi, Yanti Mada, Gabriela Yosi,
Agnes Tya, Ivana Astuti, Elisabeth Christi, Claudia Sandy dan teman –
teman lain yang selalu mendengarkan curhatan penulis. I love you guys
11. Sahabat – Sahabat Kos majus, Monik, Elsa, Tya, Icha, Ruth, Anggun,
Priska, Reta, Anggi ,dan beberapa anak lain yang sudah lupa namanya,
terimakasih sudah menjadi teman yang paling baik dan mau mencoba
mengertiku. I love you guys
12. Pundak teman untuk menangis pada saat proses akhir mengerjakan skripsi;
Eleonora Anggi dan Ruth Intan, terimakasih banyak sudah mendengarkan
keluhku dan selalu membuatku menghilangkan pikiran negatif ketika
situasi mendesak. I love you guys


xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13. Pacar yang selalu menemani, menolong dan memaksa saya untuk
mengerjakan skripsi, terimakasih sudah peduli dan menyayangi saya.
14. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang sudah selalu
menanyakan KAPAN LULUS ketika bertemu dan yang sudah hadir di
dalam mewarnai kehidupan penulis. Semoga Tuhan selalu memberkati.
Amin

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING........................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iii

HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...............................................................................v
PERNYATAAN KEASLIANKARYA..................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
ABSTRACT............................................................................................................viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................................ix
KATA PENGATAR ...............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................10
xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan Penelitian.......................................................................................10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................10
1. Manfaat Teoritis...................................................................................10

2. Manfaat Praktis....................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12
A. Communication Apprehesion.....................................................................12
1. Pengertian ............................................................................................12
2. Tipe – Tipe ..........................................................................................13
3. Karakteristik.........................................................................................16
4. Efek Communication Apprehesion......................................................17
5. Personal Report Communication Apprehesion-24..............................17
6. Perhitungan Personal Report Communication Apprehesion-24..........20
7. Interpretasi Personal Report Communication Apprehesion-24...........22
8. Penelitian Sebelumnya ........................................................................23
B. Self Efficacy................................................................................................24
1. Pengertian Self Efficacy........................................................................24
2. Sumber Self Efficacy............................................................................25
3. Dimensi Self Efficacy...........................................................................28
4. Fungsi Self Efficacy .............................................................................29
5. General Self-Efficacy Scale..................................................................30
6. Penelitian Sebelumnya.........................................................................32
C. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma .....................33
1. Pengertian Mahasiswa..........................................................................33

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Wanita..................................................................................................33
3. Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma................34
D. Dinamika Variabel.....................................................................................35
E. Skema Penelitian........................................................................................37
F. Hipotesis Penelitian ...................................................................................37
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................38
A. Jenis Penelitian ..........................................................................................38
B. Variabel Penelitian.....................................................................................38
1. Self Efficacy .........................................................................................38
2. Communication Apprehension.............................................................39
C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................................40
D. Waktu dan Tempat Penelitian....................................................................40
E. Instrumen Penelitian ..................................................................................40
1. Personal Report Communication Apprehesion-24 (PRCA-24)...........40
2. General Self Efficacy (GSE)................................................................42
F. Proses Adaptasi Skala................................................................................43
G. Metode Pengumpulan Data........................................................................44
H. Validitas, Reliabilitas, Seleksi Item dan Kategorisasi...............................44
1. Validitas...............................................................................................44
2. Reliabilitas............................................................................................45
3. Seleksi Item..........................................................................................46
4. Kategorisasi..........................................................................................47
I. Teknis Analisis Data ................................................................................47
xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1. Uji Asumsi ..........................................................................................48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................................50
A. Pelaksanaan Penelitian...............................................................................50
B. Deskripsi Subjek Penelitian.......................................................................50
C. Deskripsi data Penelitian............................................................................55
D. Analisis Data Penelitian ............................................................................55
a. Uji Normalitas......................................................................................56
b. Uji Linearitas........................................................................................57
c. Uji Hipotesis.........................................................................................57
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN.......61
A. Kesimpulan ...............................................................................................61
B. Keterbatasan Penelitian..............................................................................61
C. Saran ..........................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................64

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL
TABEL 1: Blue Print Kuesioner PRCA-24 ..........................................................41
TABEL2: Skor kuesioner PRCA -24 ....................................................................42
TABEL 3 : Pemberian Skor Item Skala self efficacy.............................................42
TABEL 4 : Deskripsi Statistik Data Penelitian......................................................51
TABEL 5 : Uji t Mean Empirik dan Hipotetik Self efficacy..................................52
TABEL6: Uji t Mean Empirik dan Hipotetik Communication Apprehension.......53
TABEL 7 : Rumus Kategorisasi ...........................................................................53
TABEL 8 : Kategorisasi self efficacy.....................................................................54
TABEL 9 : Kategorisasi communication apprehension........................................54
TABEL10: Uji Normalitas ....................................................................................55
TABEL 11: Uji Linearitas.....................................................................................56
TABEL 12: Uji Korelasi........................................................................................57

xvii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Skala Penelitian...........................................................................70
LAMPIRAN 2. Hasil Uji reliabilitas Skala Communication Apprehension..........80
LAMPIRAN 3. Hasil Uji Reliabilitas Skala Self Efficacy.....................................82
LAMPIRAN 4. Uji T dan Uji Kategorisasi...........................................................85
LAMPIRAN 5. Uji Asumsi ..................................................................................88

xviii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi selalu diperlukan oleh setiap manusia untuk menjalankan
perannya sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan manusia lain untuk
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Komunikasi digunakan sebagai alat untuk
mempermudah manusia dalam berinteraksi dengan sesama (Inah, 2013).
Komunikasi

menggambarkan

bagaimana

seseorang

melihat,

merasakan,

mendengar, dan memahami sekeliling baik lingkungan ataupun orang lain
(Anwar, 2009). Pentingnya komunikasi terbukti dari penelitian Berlo yang
menjelaskan bahwa manusia mengalokasikan waktunya sebesar 70 persen untuk
berkomunikasi (dalam Morrisan, 2010). Hal ini berarti bahwa hampir seluruh
kegiatan manusia selalu berkaitan dengan komunikasi.
Komunikasi menyentuh seluruh

bidang kehidupan manusia tidak

terkecuali dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak akan berjalan tanpa adanya
dukungan komunikasi karena komunikasi memegang peranan dalam proses
pembelajaran yang di dalamnya terdapat proses bertanya, memuji dan pemberian
feedback selain itu, adanya hubungan interpersonal yang terjadi antara pengajar
dengan murid, dan antar murid (Elliot Kratochwill, Littlefielf cook & Travers

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2

dalam Anwar, 2009). Proses pembelajaran dilakukan seperti bebicara dan
mendengarkan secara bergantian seperti halnya dosen menjelaskan dan
mahasiswa bertanya, atau mahasiswa mempresentasikan dan dosen memberikan
feeedback, proses tersebutlah yang menjadi bagian penting dari pendidikan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan mahasiswa
sebagai orang yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Mahasiswa
memiliki tanggung jawab untuk dapat menjadi media participant yang
berkompeten dalam berbagai setting lingkungan sehingga dapat menggunakan
ilmu yang dimilikinya secara efektif. Selain itu, dalam surat kabar digital yaitu
harian kompas mengungkapkan bahwa mahasiswa sebagai intelektual muda
dituntut untuk memiliki soft skill yaitu ketrampilan dalam berkomunikasi (Tak
Hanya Cerdas Generasi Muda Butuh Soft Skill untuk jadi pemimpin masa depan.
diakses pada 26 November 2018 ). Rachmi, & Khotimah (dalam Reyhan, 2014)
mengungkapkan bahwa metode pembelajaran dalam dunia pendidikan dirancang
untuk memfasilitasi individu sehingga menjadi pribadi yang mandiri, memiliki
kemampuan berbicara, dan berfikir kritis hal tersebut dilakukan dengan cara
berinisiatif dalam mencari informasi, melakukan presentasi, mengembangkan
keterampilan komunikasi seperti melakukan diskusi kelompok, diskusi kelas dan
rapat organisasi. Universitas Sanata Dharma mengembangkan Soft skill
mahasiswanya dengan cara, metode pengajaran dua arah, mewajibkan mahasiswa
untuk memiliki sertifikat bukti dari keterlibatannya dalam suatu organisasi baik
dalam ataupun diluar universitas, melakukan kuliah kerja nyata dan hal – hal
lainnya yang dapat digunakan untuk mengembangkan soft skill yang dimiliki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3

Komunikasi dibutuhkan oleh semua jurusan pendidikan tidak terkecuali
Psikologi yang bergerak dalam bidang sosial. Mahasiswa Psikologi dituntut untuk
terampil dalam berkomunikasi di berbagai setting lingkungan sehingga
kemampuan dalam berkomunikasi menjadi nilai jual yang ditawarkan oleh lulusan
psikologi untuk mampu berhadapan langsung dengan orang lain. Menghasilkan
lulusan

Sarjana

Psikologi

dan

professional

helper

yang berkompeten,

bersemangat, mampu berkomunikasi baik intra, antar pribadi maupun dengan
khalayak luas merupakan misi Universitas Sanata Dharma (Buku Pedoman
Program Studi Psikologi, 2011). Namun, tidak semua mahasiswa psikologi
memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Beberapa mahasiswa Fakultas
Psikologi mengaku bahwa mereka mengalami kecemasan pada saat melakukan
komunikasi dengan orang lain misalnya; pada saat presentasi, bertanya pada
dosen, komunitas atau bahkan organisasi (Hasil wawancara, NN, 2018).
Morrissan

(2010)

mendefinisikan

kecemasan

komunikasi

sebagai

kecemasan yang cenderung dialami oleh individu dalam berbagai situasi yang
berbeda dan waktu yang relatif lama. Menurut Rahmat (dalam Wahyuni, 2014)
kecemasan

berkomunikasi

dengan

orang

lain

dikenal

dengan

istilah

communication apprehension. Lukmantoro menyatakan bahwa di dalam
kehidupan akademis pada dasarnya setiap individu berpotensi untuk mengalami
communication apprehension. Hal ini bisa terjadi baik pada pengajar maupun
pada mahasiswa. Menurut Rachmi & Khotimah (dalam Reyhan, 2014)
menyatakan bahwa penelitian yang dilakukan disebuah universitas Indonesia
mengungkapkan 73 persen mahasiswa yang menjadi partisipan memiliki tingkat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4

kecemasan komunikasi yang tinggi. Di Amerika diperkirakan 20 persen
populasinya mengalami communication apprehension yang tergolong cukup
tinggi (McCroskey, 1976).
Richmond dan McCroskey (dalam Hassal, et al. 2013) menyatakan bahwa
individu yang memiliki komunikasi dengan kategori tinggi akan takut untuk
berkomunikasi dengan orang lain sehingga, individu tersebut berfikir bahwa
komunikasi merupakan sesuatu yang harus dihindari. Muslimin (2013) juga
menambahkan mengenai karakteristik orang yang memiliki communication
apprehension akan menarik diri dari pergaulan, berusaha sekecil mungkin untuk
berkomunikasi dan jika terpaksa untuk melakukan komunikasi biasanya
pembicaraannya menjadi tidak relevan. Beberapa karakteristik juga ditambahkan
oleh McCroskey (1976) yaitu tidak komunikatif, tidak memiliki ketertarikan
sosial, dan tidak dapat dipercaya.
Lee (2015) perubahan fisik dan psikologis akan terjadi ketika seorang
individu mengalami kecemasan komunikasi. Respon fisik seperti telapak tangan
berkeringat, nafas pendek, jantung berdebar, dan berbicara dengan terbata – bata
sedangkan respon psikologis yang timbul meliputi; perasaan negatif, pikiran
kosong dan kebingungan. Javis (2002) menambahkan respon psikologis yang
muncul

yaitu

kekhawatiran

tentang

kinerja,

ketidakmampuan

untuk

berkonsentrasi, dan tidak fokus (dalam Suhartono & Herdiana, 2017). Hasil
wawancara dengan mahasiwa fakultas Psikologi mengungkapkan bahwa respon
fisik dan psikologis yang dijelaskan oleh Lee dan Javis terjadi pada diri mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5

seperti jantung berderak cepat, banyak mengeluarkan keringat, mempercepat
tempo bicara, merasa gugup, tidak nyaman dengan diri sendiri
Devito (2011) mengungkapkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
communication apprehension yaitu situasi atau konteks komunikasi yang
tergolong baru bagi individu, pengalaman negatif di masa lalu, serta berbicara
dengan orang yang dianggap lebih superior (dalam Suhartono dan Herdiana,
2017). Selain itu, jenis kelamin juga menjadi faktor yang mempengaruhi
communication
mengungkapkan

apprehension.
bahwa

Micolay

perempuan

(2018)

memiliki

dalam

penelitiannya

tingkat

communication

apprehension lebih tinggi dibandingkan dengan laki- laki.

Hal ini karena,

perempuan memiliki perasaan lebih sensitif dan rentan terhadap perasaan negatif
yang nantinya akan mempengaruhi keadaan psikologisnya (Clark, dalam Djayati
dan Rahmatika, 2015).
Penelitian communication apprehension di Indonesia lebih banyak
meneliti comunication apprehension pada satu konteks komunikasi yaitu public
speaking

seperti penelitian yang dilakukan Suhartono, dan Herdina (2017)

meneliti mengenai hubungan antara self esteem dengan kecemasan komunikasi
public speaking pada mahasiswa baru, selain itu wahyuni (2014) megenai
hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan berbicara di depan umum
pada mahasiswa psikologi. Penelitian lainnya Anwar (2009) melakukan penelitian
dengan judul hubungan antara self efficacy dengan kecemasan berbicara di depan
umum pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian mereka mengalami kecemasan
komunikasi di depan umum.
Post Report of Communication Apprehension-24 (PRCA-24) merupakan
alat ukur yang paling banyak digunakan untuk mengukur Communication
apprehension. PRCA-24 merupakan skala milik McCroskey yang memiliki 24
item pernyataan yang dibagi ke dalam 4 konteks komunikasi. PRCA-24 memiliki
validitas prediktif yang sangat tinggi dan reliabilitas skala dikatakan reliabel
dengan reliabitas 0,75 sampai 0,90. PRCA-24 ini telah banyak digunakan oleh
penelitian – penelitian sebelumnya untuk mengukur kecemasan komunikasi
namun hanya pada public speaking. Hal sangat disayangkan karena McCroskey
menyarankan instrumen lain yang dianggap lebih handal untuk mengukur public
speaking

yaitu Personal Report of Public Speaking Anxiety (PRPSA)

dibandingkan dengan PRCA-24. PRCA-24 memberikan informasi pada setiap
konteks komunikasi yaitu; group discussion, meetings, interpersonal, public
speaking (http://www.jamescmccroskey.com/measures/prca24.htm).
Kecemasan yang terjadi pada masing-masing individu sangat beragam
tergantung pada penilaian individu terhadap kemampuan yang dimilikinya disebut
self efficacy (Sarifino, dalam Suhartono & Herdiana, 2017). Self efficacy akan
mempengaruhi individu dalam bereaksi terhadap sesuatu yang menekan. Menurut
Bandura (1997) self efficacy merupakan keyakinan yang dimiliki seorang terhadap
kemampuannya untuk mengelola perilakunya dalam melakukan tugas, mengatasi
rintangan, dan mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Self efficacy memiliki
pengaruh yang besar bagaimana seseorang berusaha mencapai sasaran yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7

diinginkan, menyelesaikan tugas, dan mengatasi rintangan. Salah satu fungsi self
efficacy yaitu untuk melatih kontrol seseorang dalam menghadapi tekanan atau
tantangan yang hadir di kehidupannya (Bandura, 1997).
Keyakinan terhadap diri sendiri sangat diperlukan oleh mahasiswa untuk
mengelola perilakunya dalam mengambil tindakan, mengoptimalkan usaha dan
bersikap ulet (Prakoso, dalam Anwar, 2009). Self efficacy secara efektif dapat
berkontribusi dalam pengurangan kecemasan yang dialami seorang individu
(Dwyer, Kangas & Fus.A, 1999). Santrock (2008) menyatakan bahwa individu
yang memiliki self efficacy yang tinggi biasanya bersikap tekun dan tidak mudah
menyerah ketika harus berhadapan dengan kesulitan atau tantangan bahkan pada
kegagalan.
General Self Efficacy merupakan salah satu skala milik Matthias
Jerusalem dan Ralf Schwarzer yang fungsinya untuk mengukur self efficacy yang
dimiliki oleh individu. Instrumen ini memiliki 10 item pernyataan dengan
koefisien reliabilitas skala self efficacy milik Ralf Schwarzer 0,78 sampai 0,91
sehingga dapat dikatakan reliabel. Penelitian yang dilakukan di Indonesia
menggunakan skala ini yaitu Istifa (2011) mengenai pengaruh self efficacy dan
kecemasan akademis terhadap self –regulated Learning Mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Jakarta, Setiani (2015) sumber coping dan
strategi coping pada remaja, Rahmawati (2017) yang menggunakan skala tersebut
untuk subjek lansia berjumlah 119 orang dan Syifa (2018) yang mengkaitkan self
efficacy dengan perilaku mencontek. Responden yang menjadi sampel dalam
penelitian ini sangat bervariasi dari remaja hingga lansia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8

Penelitian mengenai self efficacy dengan communication telah dilakukan
oleh beberapa peneliti sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwyer

Kangas & Dennis (2002) dengan judul perceptions of communication competence
,Self –efficacy, and trait communication apprehension : Is there an impact on
basic course success? Menggunakan skala PRCA-24, skala adaptasi self efficacy
dari Pintrich dan DeGroot’s dan perceptions of communication competence diukur
dengan menggunakan Self-Perceived Public Speaking Competency Scale (SPPSC)
yang dikembangkan oleh Ellis. Hasil penelitian bahwa hubungan signifikan
dengan korelasi paling kuat yaitu antara self efficacy dengan communication
apprehension pada mahasiswa kursus public speaking. Penelitian tersebut juga
mengungkapkan bahwa tingginya tingkat communication diikuti oleh rendahnya
self efficacy. Penelitian Micolay (2018) yang memfokuskan penelitiannya kepada
communication apprehension, namun hanya pada meetings dan komunikasi
interpersonal dari penelitiannya menunjukkan bahwa perempuan memiliki tingkat
communication lebih tinggi dibandingkan laki – laki selain itu, communication
apprehension dan self efficacy tidak memiliki perbedaan pada penggunaan
layanan di kampus.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2017) mengenai
hubungan usia, jenis kelamin, dan etnis terhadap kecemasan komunikasi
(communication apprehension) pada mahasiswa di Fakultas Kedokteran
Universitas Lampung memberikan hasil bahwa kecemasan komunikasi yang
dialami oleh dewasa muda lebih tinggi dibandingkan dengan usia remaja pada
mahasiswa kedokteran di lampung. Selain itu, penelitian ini juga menyatakan ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9

hubungan usia dan jenis kelamin terhadap communication apprehension, namun
tidak ada hubungan communication apprehension terhadap etnis.
Dengan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya penulis
ingin mengetahui hubungan antara self efficacy dengan communication
apprehension pada mahasiswa Fakultas Psikologi dengan menggunakan skala
adaptasi PRCA-24 dan General Self Efficacy. Peneliti menggunakan skala PRCA24 milik McCroskey karena skala ini merupakan instrumen yang lebih baik
dibandingkan dengan instrumen sebelumnya dan PRCA-24 ini memberikan
informasi pada setiap konteks komunikasi yaitu group discussion, meetings,
interpersonal, dan public speaking. Peneliti juga menggunakan skala General
Self Efficacy milik Matthias Jerusalem and Ralf Schwarzer karena memiliki
koefisien reliabilitas yang tergolong reliabel. Menurut Ralf Schwarzer (dalam,
Ishtifa 2011) skala ini dapat dibuktikan melalui validitas diskriminan dan validitas
konvergen sehingga skala dapat dipergunakan pada masa dan jangka waktu yang
berbeda serta dengan karakteristik responden yang berbeda. Penggunaan
responden yaitu mahasiswa Fakultas Psikologi karena sebagai calon sarjana
Psikologi yang nantinya dapat bekerja sebagai ilmuan atau praktisi yang terampil
berkomunikasi diberbagai lembaga atau instansi kerja (Website resmi Universitas
Sanata Dharma, diakses pada 13 desember 2018). Selain itu, misi Universitas
dalam buku Pedoman Program Studi Psikologi (2011) yang ingin menghasilkan
lulusan sebagai Sarjana Psikologi dan professional helper yang berkompeten,
bersemangat, mampu berkomunikasi baik intra, antar pribadi maupun dengan
khalayak luas sehingga informasi mengenai communication apprehension dan self

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10

efficacy akan sangat berguna bagi mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti ingin
melihat hubungan antara Self Efficacy dengan communication apprehension pada
mahasiwa.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah dalam penelitian ini adalah
1. Apakah ada hubungan antara self efficacy dengan communication
apprehension pada mahasiswa

C. Tujuan Penelitian
Tujuan di dalam penelitian ini yaitu
1. Mengetahui hubungan antara self efficacy dengan communication
apprehension pada mahasiswa

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis maupun manfaat teoritis.
1. Manfaat teoritis
-

Penelitian ini berharap dapat memberikan sumbangan pengetahuan
pada bidang psikologi, khususnya yang berkaitan dengan self efficacy
dan communication apprehension

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11

2. Manfaat Praktis
-

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada mahasiswa terkait
dengan pentingnya self efficacy pada seorang individu dan
communication apprehension yang terjadi di mahasiswa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Communication Apprehension
1. Pengertian Communication Apprehension
Konsep

awal

dari

communication

apprehension

melihat

communication apprehension sebagai kecemasan yang berkaitan
dengan komunikasi oral. Secara teoritik, Communication apprehension
dibagi menjadi dua perspektif yaitu trait-like prodisposition dan statelike

response.

Trait-like

predisposition

yaitu

kecemasan

berkomunikasi yang muncul dalam diri seseorang dalam semua
konteks komunikasi sedangkan state-like response yaitu kecemasan
yang timbul karena situasi tertentu yang menyebabkan seseorang
mengalami kecemasan komunikasi (McCroskey & Beatty, 1986)
Menurut Morrissan (2010) kecemasan berkomunikasi ialah
kecemasan yang cenderung dialami oleh individu dalam berbagai
situasi yang bebeda dan waktu yang relatif lama. Communication
Apprehension merupakan reaksi kecemasan atau ketakutan yang
terjadi pada individu dalam melakukan komunikasi nyata atau
diantisipasi baik dalam melakukan komunikasi di public maupun
komunikasi antar pribadi (McCroskey, 1976). Individu yang memiliki
kecemasan komunikasi yang tinggi akan berusaha keras untuk

12

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13

menghindari komunikasi dengan orang lain, jika terpaksa melakukan
komunikasi individu akan merasa tidak nyaman, tegang, dan malu.
Kecemasan komunikasi atau Communication Apprehension,
menurut Burgoon dan Ruffner (dalam Dewi & andrianto, 2006)
sebagai suatu reaksi negatif berupa kecemasan yang dialami seseorang
ketika berkomunikasi antar pribadi, komunikasi di depan umum
maupun komunikasi massa.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa
Communication Apprehension yang dimaksudkan adalah reaksi negatif
yang timbul pada individu berupa perasaan kecemasan, ketakutan,
kekhawatiran, gugup dan tegang pada saat berbicara dengan orang
lain.

2. Tipe -Tipe Communication Apprehension
Mc Croskey (1984) menyebutkan kecemasan berkomunikasi dalam
4 (empat) tipe yaitu :
a. Traitlike Communication Apprehension
Tipe ini digunakan melihat kesemasan komunikasi sebagai
sifat sejati yang sulit diubah. Kecemasan tipe ini dipandang sebagai
kecemasan komunikasi yang relatif panjang. Tipe ini dipandang
jika individu dihadapkan pada berbagai konteks komunikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14

b. Context-Based Communication Apprehension
Kecemasan

komunikasi

dalam

sudut

pandang

ini

menunjukkan orientasi terhadap komunikasi dalam konteks yang
digeneralisasikan. Individu dengan tipe ini merasa sangat cemas
dalam berkomunikasi di satu konteks tetapi tidak cemas dalam
konteks komunikasi yang lain.
c. Person- Group Communication Apprehension
Tipe ini menggambarkan reaksi dari individu dalam
berkomunikasi dengan individu atau kelompok dalam waktu
tertentu.

Orang

dengan

kecemasan

komunikasi

tipe

ini

memperlihatkan bahwa beberapa orang atau kelompok membuat
orang tersebut merasa sangat cemas. Hal ini tidak dipandang
sebagai respon terhadap kendala situasi yang dihasilkan oleh orang
atau kelompok lain. Dalam tipe ini, CA muncul karena
ketidakfamiliaran/ tidak dikenal dengan orang yang diajak
komunikasi.
d. Situasional Communication Apprehension
Reaksi

yang

dimunculkan

oleh

individu

dalam

berkomunikasi dengan individu atau kelompok tertentu dalam
jangka waktu yang telah ditentukan. CA terjadi lebih pada situasi
yang khusus bukan pada situasi seperti kehidupan sehari – hari.
Kecemasan

komunikasi

akan

muncul

ketika

seseorang

mendapatkan perhatian yang tidak biasa dari orang lain. Tipe ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15

lebih pada sebagai respon dari keadaan situasional yang dihasilkan
oleh orang ataupun kelompok lain dan bukan berdasarkan
kepribadian.

Menurut Horwits (2001) communication apprehension memiliki empat
tipe:
a. Aspek kognitif
Dalam hal ini individu memberikan perhatian yang berlebihan
terhadap diri sendiri dan juga pandangan atau penilaian orang lain.
b. Aspek Motorik
Timbulnya perasaan malu, gelisah, dan bingung, jika harus
berbicara di depan umum.
c. Perubahan Fisiologis
Ditandai dengan meningkatnya detak jantung dan nadi, keringat
berlebihan, tangan dan kaki dingin serta perut yang mulas atau
sakit.
d. Perilaku motorik
Ditandai dengan berbicara yang terpatah – patah, lebih memilih
untuk tidak berbicara, gemetaran, selalu merunduk atau berusaha
untuk mengindari tatap mata dengan lawan jenis
Berdasarkan

uraian

yang

dikemukakan

oleh

beberapa

penelitian di atas, peneliti menggunakan empat tipe Communication

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16

Apprehension yang dikemukakan oleh McCroskey sesuai dengan
kebutuhan penelitian ini.
3. Karakteristik Communication Apprehension
McCroskey (1984) menyatakan Communication Apprehension
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Internal Discomfort
Individu

yang

memiliki

kecemasan

komunikasi

akan

mengalami perasaan yang tidak nyaman terhadap dirinya
sendiri. Hal ini menimbulkan respon negatif seperti ketakutan
atau kekhawatiran sehingga individu akan terlihat panik, malu
dan gugup.
b. Avoidance of communication
Individu yang mengalami kecemasan komunikasi akan
cenderung mencoba untuk menghindar dari situasi komunikasi.
Mereka biasanya merespon pertanyaan dengan singkat atau
berbicara seperlunya.
c. Communication Disruption
Individu yang mengalami kecemasan dalam berkomunikasi
akan mencoba untuk menarik diri dalam situasi komunikasi.
Individu akan mengurangi keterlibatannya dalam melakukan
komunikasi dengan orang lain. Hal yang sama diungkapkan
oleh Hassal et. al (2013) mengungkapkan bahwa individu akan
melakukan penghindaran seperti, memilih tempat duduk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17

diujung, dan memilih rumah yang lingkungannya tidak banyak
interaksi komunikasi.
d. Overcommunication
Individu yang memiliki kecemasan komunikasi yang tinggi
akan menampilkan respon yang berlebihan untuk menutupi
kekurangan yang dimilikinya dalam hal berkomunikasi.
Misalnya, pada saat presentasi di depan kelas individu
mengucapkan kalimat – kalimat yang tidak sesuai dengan tema
yang sedang dibawakan.

4. Efek Communication Apprehension
McCroskey (1976) menyatakan bahwa individu yang memiliki
Communication Apprehension biasanya tidak dianggap secara positif
oleh orang lain, tidak dianggap responsif, tidak komunikatif, tidak
memiliki ketertarikan sosial, tidak kompeten, tidak dapat dipercaya,
dan sulit untuk dimengerti. Selain itu Hassal, et al.(2013)
mengungkapkan seseorang yang memiliki kecemasan komunikasi akan
memilih untuk menghindari komunikasi karena dianggap sesuatu yang
tidak menyenangkan.

5. Personal Report Communication Apprehension-24
Personal Report Communication Apprehension-24 merupakan
instrumen

yang

paling

banyak

digunakan

untuk

mengukur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18

communication apprehension yang dikembangkan oleh McCroskey
(http://www.jamescmccroskey.com).
Instrumen ini memiliki empat konteks komunikasi yang di
perkirakan paling relevan dengan communication apprehension.
Konteks komunikasi tersebut yaitu :
1. Group Discussion
Tingkat kecemasan komunikasi yang terjadi ketika individu
berkomunikasi dengan beberapa orang dalam seuatu kelompok
kecil. Group discussion diukur dengan enam item pernyataan milik
McCroskey sebagai berikut:
a.Saya tidak suka berpartisipasi dalam diskusi kelompok
b.Biasanya saya merasa nyaman saat berpartisipasi dalam
diskusi kelompok
c. Saya merasa tegang dan gugup saat berpartisipasi dalam
diskusi kelompok
d. Saya ingin terlibat dalam diskusi kelompok
e. Terlibat dalam diskusi kelompok dengan orang – orang baru
membuat saya tegang dan gugup
f. Saya merasa tenang dan rileks saat berpartisipasi dalam
diskusi kelompok
2. Meeting
Kecemasan dalam konteks meeting adalah tingkat kecemasan
komunikasi ketika berkomunikasi dengan beberapa orang saat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19

berada dalam pertemuan ataupun rapat. Konteks Meeting diukur
dengan enam pernyataan milik McCroskey sebagai berikut;
a. Biasanya, saya gugup saat harus berpartisipasi dalam
pertemuan atau rapat.
b. Biasanya saya merasa nyaman ketika harus berpartisipasi
dalam sebuah rapat atau pertemuan.
c. Saya sangat tenang dan bersikap santai ketika saya
dipanggil untuk mengungkapkan pendapat saya pada saat
rapat atau pertemuan.
d. Saya takut mengekpresikan diri saya di dalam pertemuan
atau rapat.
e. Melakukan komunikasi dalam pertemuan atau rapat
biasanya membuat saya tidak nyaman.
f. Saya sangat santai ketika menjawab pertayaan saat rapat/
pertemuan.
3. Interpersonal
Kecemasan dengan individu lain

(interpersonal) adalah

tingkat kecemasan komunikasi ketika berkomunikasi dengan
individu dalam interaksi dengan satu orang. Interpersonal diukur
dengan enam item penyataan milik McCroskey sebagai berikut :
a. Saat berpartisipasi dalam percakapan dengan kenalan baru
saya merasa gugup.
b. Saya tidak merasa takut saat berbicara di dalam percakapan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20

c. Biasanya saya sangat tegang dan gugup dalam percakapan.
d. Saya biasanya sangat tenang dan santai dalam percakapan
e. Saat berbicara dengan orang yang baru saya kenal, saya merasa
sangat santai.
f. Saya takut untuk berbicara dalam pembicaraan.
4. Public Speaking (komunikasi yang dilakukan di muka umum)
Kecemasan dalam konteks public speaking adalah tingkat
kecemasan komunikasi dengan banyak orang dalam situasi formal.
Public Speaking diukur dengan menggunakan enam item
pernyataan McCroskey:
a. Saya tidak merasa takut untuk berbicara di depan umum.
b. Bagian tertentu dari tubuh saya sangat tegang dan kaku ketika
berbicara di depan umum.
c. Saya merasa santai saat berbicara di depan umum.
d. Pikiran saya menjadi bingung dan campur aduk ketika saya
berbicara di depan umum.
e. Saya berbicara di depan umum dengan penuh percaya diri.
f. Saat saya berbicara di depan umum, saya sangat gugup
sehingga saya lupa dengan apa yang akan saya sampaikan.

6. Perhitungan Personal Report Communication Apprehension-24
Skor yang di dapatkan pada Personal Report Communication
Apprehension-24 berkisar dari 24 – 120. Perhitungan Personal Report

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21

of Communication Apprehension (PRCA-24) dapat diperoleh dengan
cara

sebagai

berikut

(http://www.jamescmccroskey.com/measures/prca24.htm) :
a. Perhitungan Group Discussion
Perhitungan dalam Group Discussion sebagai berikut :
18 – (Skor jawaban item 2, 4, & 6) + (Skor jawaban item 1, 3, & 5)
b. Perhitungan Meetings
Perhitungan dalam Meetings sebagai berikut :
18 – (Skor jawaban item 8, 9, & 12 ) + (Skor jawaban item 7, 10,
& 11)
c. Perhitungan Interpersonal
Perhitungan dalam Interpersonal sebagai berikut :
18 – (Skor jawaban item 14, 16 & 17 ) + (Skor jawaban item 13,
15, & 18)
d. Perhitungan Public Speaking
Perhitungan dalam Public Speaking sebagai berikut :
18 – (Skor jawaban item 19, 21 & 23 ) + (Skor jawaban item 20,
22, & 24)
e. Total Skor Keseluruhan
Perhitungan total PRCA- 24 secara keseluruhan dihitung sebagai
berikut :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22

Jumlah dari perhitungan group discussion + jumlah dari
perhitungan meetings + jumlah dari perhitungan interpersonal +
jumlah dari perhitungan public Speaking

7. Interpretasi Skor Personal Report Communication Apprehension24
Interpretasi yang dapat ditarik dari skor yang diperoleh pada
Personal Report Communication Apprehension (PRCA-24) sebagai
berikut :
Konteks
High
Group
>20
Meeting
>20
Interpersonal
>18
Public Speaking
>24
Total
>80
Sumber : http://www.jamescmccroskey.com
a.

Pada konteks Group,

Low