BAB IX - DOCRPIJM b9d5ebf957 BAB IXBAB 9 ASPEK PEMBIAYAAN

Laporan Akhir

BAB IX
ASPEK PEMBIAYAAN
9.1 PROFIL KEUANGAN DAERAH
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan
fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelengggaraan
urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup
kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan (money follow
function).
Analisis pengelolaan keuangan daerah pada dasarnya dimaksudkan untuk
menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam
mendanai penyelengggaraan pembangunan daerah. Mengingat bahwa pengelolaan
keuangan daerah diwujudkan dalam suatu APBD dan laporan keuangan daerah sekurangkurangnya 5 tahun sebelumnya, dimana dalam dokumen RPI2JM ini adalah periode 2008 2012.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan
keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah
(Perda). Dalam hubungannya dengan RPI2JM, APBD merupakan komitmen politik
penyelengggara pemerintahan daerah untuk mendanai strategi pembangunan pada satuan
program dan kegiatan selama kurun waktu 5 tahun.

Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Grobogan
mengandung makna bahwa :

a. Arah belanja APBD Kabupaten Grobogan digunakan sepenuhnya untuk mendukung
kebijakan dan prioritas startegis jangka menengah, 5 tahunan ;

b. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk
mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang substansial dan dengan jumlah yang
memadai.
Mengingat kebijakan masing-masing komponen APBD berbeda, maka kebijakan
keuangan daerah juga dirinci pada masing-masing komponen tersebut, meliputi kebijakan
Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan. Adapun hubungan strategi dengan arah kebijakan
komponen APBD dapat dilihat dalam gambar berikut :

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 1

Laporan Akhir


A RAH KEBIJAKAN
Program/
Kegiatan
P1
P2
P3
Vis
i

Misi

Strateg
i

P4
P5
P6

P

E
N
D
A
P
A
T
A
N
…….

B
E
L
A
N
J
A

(-)


……

P
E
B
I
A
Y
A
A
N

( = ) …….

Gambar 9.1 Kerangka Hubungan Antara Strategi dan Komponen APBD
Gambar di atas menunjukkan hubungan antara proses perencanaan kegiatan
dengan keuangan. Satuan terkecil dari perencanaan stategis adalah program dan kegiatan.
Melalui analisis belanja, standar pelayanan, dan standar harga atas komponen belanja tiap
kegiatan, dapat dihitung kebutuhan belanja. Dengan demikian, arah kebijakan belanja

Kabupaten Grobogan pada prinsipnya adalah agar belanja dapat mendukung kebutuhan
dana seluruh kegiatan. Belanja yang tidak strategis dan tidak memiliki nilai tambah (no
value added) diminimalisir.
Pada tahap berikutnya, untuk menutup semua kebutuhan belanja, APBD harus
mampu mengoptimalkan sumber-sumber pendapatannya. Semua potensi pendapatan
semaksimal mungkin digali agar mampu menutup seluruh kebutuhan belanja. Kebijakan
pendapatan diarahkan agar sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD selama ini
harus diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan
diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi) oleh Pemerintah Kabupaten
Grobogan .
Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus/defisit maka
atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan
dialokasikan ke pembiayaan. Dalam hal suatu APBD mengalami defisit, maka kebijakan
pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup defisit tersebut
(pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami selisih lebih, maka atas
surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan pengeluaran pada pos-pos
pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan.
Sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah yang antara lain menyebutkan bahwa keuangan daerah harus dikelola secara tertib,
taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan dan manfaat untuk
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 2

Laporan Akhir

masyarakat, maka semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang
bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD, dan selanjutnya APBD tersebut akan dipakai
sebagai dasar bagi pemerintah daerah dalam pengelolaan penerimaan dan pengeluaran
daerah yang disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan serta
kemampuan keuangan daerah, oleh karena itu prinsip pengelolaan ini akan tercermin pada
proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan dan struktur belanja daerah.
Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RIPJM Bidang Cipta Karya
pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten Grobogan, yang meliputi:

1. Pembelanjaan untuk pengoperasiaan dan pemeliharaan prasarana yang telah
terbangun
2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada
3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.
Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya perlu
memperhatikan hasil total atau produktivitas dan keuntungan yang diperoleh dan
penggunaan sumber daya bagi masyarakat dan keuntungan ekonomis secara menyeluruh
tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber dana tersebut dan siapa dalam masyarakat
yang menerima hasil adanya kegiatan.
Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya yang
diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dan semua
sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan
tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang
menerima hasil proyek tersebut.
Sumber pembiayaan pembangunan Kabupaten Grobogan terutama bersumber dari
penerimaan yang tertuang pada UU No. 25 tahun 1999 pasal 3, yaitu PAD, dan Dana
Perimbangan. Namun demikian apabila sumber dari APBD Kabupaten tidak mencukupi maka
perlu memanfatkan sumber dana yang lain, yaitu:
 APBN
 APB Provinsi Jawa Tengah

 Bantuan Luar Negeri
 Binadaya Masyarakat
 Peran Serta Masyarakat
Pengeluaran pembangunan selama tahun 2008 - 2012 terbagi atas pengeluaran
aparatur – aparatur daerah, pelayanan publik, bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja
tak disangka. Pengeluaran ini umumnya didominasi oleh pengeluaran untuk belanja pegawai.
Dilihat dari target dan realisasinya, selama tahun 2008 tercatat realisasi pada hampir
semua jenis penerimaan melebihi target yang telah ditetapkan, namun ada juga yang kurang
dari yang ditargetkan.
Perbandingan perkembangan APBD untuk tahun 2008-2012 adalah sebagai berikut:
dari sisi pendapatan berupa Pendapatan Asli Daerah yang pada tahun 2008 mencapai Rp
59.924.849.995 sedangkan pada tahun 2009 mengalami peningkatan sebesar Rp
76.776.418.078 selanjutnya sampai akhir tahun 2012 perencanaan mencapai Rp
105.463.320.984. Pendapatan Asli Daerah sendiri terdiri dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah,
Hasil Perusahaan Milik Daerah dan hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan serta
Lain-lain PAD yang sah. Kemudian untuk Dana Perimbangan mencapai Rp 688.986.155.873
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 3


Laporan Akhir

pada tahun 2008 sedangkan tahun 2009 sebesar Rp 713.129.581.551 dan di akhir tahun
2012 mencapai Rp 976.816.606.098 selanjutnya Lain-lain PAD yang sah mencapai Rp
64.165.806.639 pada tahun 2008 . Selanjutnya dari sisi belanja terdiri dari belanja operasi
dan belanja modal. Untuk pos belanja pada tahun 2008 mencapai Rp 870.652.060.324
sedangkan untuk tahun 2009 meningkat sebesar Rp 813.339.696.881 sedangkan sampai
akhir tahun perencanaan yaitu tahun 2012 mencapai Rp 1.203.540.602.867
9.1.1

Penerimaan Daerah
Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan yang merupakan hak
pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan
terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3)
Pendapatan lainnya yang sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu sub komponen
Pendapatan dan gambaran umum tentang sub komponen Pendapatan di Kabupaten
Grobogan pada umumnya.
 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD
bersumber dari :
1. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di
atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air
Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak
Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir, dan Pajak lainlain. Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang
Pajak Daerah.
2. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi
Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi
Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi pasar, Retribusi
Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran, dan
lain-lain. Retribusi ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/2001
tentang Retribusi Daerah.
3. Bagian Laba Usaha Daerah, antara lain hasil deviden BUMD
4. Lain-lain Pendapatan Yang Sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan
daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan
selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah.
Didalam realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten Grobogan

Tahun 2012, total penerimaan dari Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) adalah
sebesar Rp 39.095.689.325,terdiri dari :
 Pajak Daerah sebesar Rp 18.690.718.677
 Retribusi Daerah sebesar Rp 15.134.904.001
 Bagian Laba Usaha Daerah sebesar Rp 6.712.724.685
 Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp 64.924.973.621
Menurut data tersebut diatas, sumber penerimaan yang terbanyak dari Lainlain PAD yang Sah sebesar Rp 64.924.973.621 dan yang terkecil dari Bagian

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 4

Laporan Akhir

Laba Usaha Daerah yaitu sebesar Rp 6.712.724.685. Dengan demikian perlu
usaha-usaha peningkatan pendapat dari pajak daerah dan penerimaan lainnya.


Dana Perimbangan
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dan Pendapatan APBN yang
dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :
1. Dana Bagi Hasil terbagi atas Bagi Hasil Pajak (BHP) dan Bagi Hasil Bukan
Pajak (BHBP) atau yang berasal dari hasil pengelolaan sumber daya
alam. BHP antara lain: Pajak Bumi Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan Badan
maupun Pribadi; sedangkan BHBP atara lain : kehutanan,
pertambangan umum, perikanan, penambangan minyak bumi,
pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.
2. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan "Celah Fiskal" yaitu
selisih antara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi
Dasar.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus,
misalnya: reboisasi, penambahan sarana pendidikan dan kesehatan,
dan bencana alam.
Realisasi penerimaan tahun 2012 yang bersumber dari Dana Perimbangan
adalah sebesar Rp 976.816.606.098 yang terdiri dari :
 Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil bukan Pajak sebesar Rp 66.770.846.098
 Dana Alokasi Umum sebesar Rp 812.990.740.000.
 Dana Alokasi Khusus sebesar Rp. 97.055.020.000.
Berdasar pada data tersebut diatas, menunjukkan bahwa penerimaan dari bagi
hasil pajak / bagi hasil bukan pajak relatif besar yaitu Rp 66.770.846.098
sedangkan penerimaan dari DAU cukup tinggi yaitu sebesar Rp
812.990.740.000. Maka dari perlu usaha-uasha untuk peningkatan Dana
Alokasi Khusus yang ada melalui optimalisasi pengelolaan Dana Perimbangan
Kabupaten Grobogan.

9.1.2

Pengeluaran Belanja Daerah
Kondisi eksisiting pengeluaran daerah Kabupaten Grobogan dari tahun 2008-2012
mengalami pertambahan dari tahun ke tahun yaitu Rp 870.652.060.324 menjadi Rp.
1.203.540.602.867. Komponen pengeluaran belanja terdiri dari :
1. Belanja Operasi
2. Belanja Modal
3. Transfer ke Desa/Kelurahan
4. Belanja Tak Terduga

Untuk lebih jelasnya mengenai pengeluaran daerah Kabupaten Grobogan Tahun
2012, dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Berdasarkan tabel tersebut diatas, total pengeluaran sebesar Rp 1.203.540.602.867, untuk
pengeluaran yang terbesar adalah untuk belanja operasi yaitu sebesar Rp. 749.901.302.406,
atau sebesar 62,3%, kemudian belanja barang dan jasa sebesar Rp. 190.555.668.746, atau

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 5

Laporan Akhir

sebesar 15,83%, diteruskan belanja modal sebesar Rp. 190.074.980.581 atau sebesar
15,78%.Sementara itu, pengeluaran yang terkecil adalah belanja tak terduga yaitu sebesar
Rp. 47.178.063 atau sebesar 0,004%.
Dalam kegiatan RIPJM bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan, instansi yang
terlibat didalamnya adalah Bappeda, DCTRK, Sekda, DPPKAD, BLH, Bappermas, PDAM dan
Dinkes. Adapun pengeluaran daerah dari instansi tersebut diatas,dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

9.1.3

Pembiayaan Daerah
Komponen Pembiayaan Daerah (Financing) merupakan komponen yang baru
dalam Sistem Keuangan Daerah. Istilah Pembiayaan berbeda dengan Pendanaan (Funding).
Pendanaan diartikan sebagai dana atau uang dan digunakan sebagai kata umum, sedangkan
Pembiayaan diartikan sebagai penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran
yang akan diterima kembali.
Contoh konkritnya, di dalam SAP-D yang lama, apabila daerah memperoleh
pinjaman, pinjaman tersebut diakui sebagai Penerimaan Pendapatan. Selanjutnya,
Penerimaan Pendapatan dan Pinjaman ini tidak mempunyai konsekuensi atau dic atat
pembayaran kembali sedangkan di dalam SAP-D yang baru, apabila daerah
memperoleh Pinjaman, maka diterima sebagai Penerimaan Pembiayaan yang perlu
dibayar kembali. Demikian pula bila daerah memberi pinjaman, maka dikeluarkan
sebagai Pengeluaran Pinjaman karena akan diterima kembali.
Salah satu aspek penting dalam pelaksanaan rencana kota adalah tersedianya
dana yang cukup untuk membiayai setiap program pembangunan kota yang telah
dirumuskan. Walaupun secara formal kewenangan pelaksanaan program
pembangunan fasilitas pelayanan kota merupakan wewenang dan tanggung jawab
Pemerintah Daerah, namun penyediaan sumber pembiayaan pembangunan dapat
dilakukan dengan melakukan penggalangan potensi pembiayaan dari pemerintah,
swasta dan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan yang sesuai. Dengan demikian
diharapkan bahwa pembiayaan dari pemerintah hanya dilakukan pada program program kunci, yang mampu merangsang kegiatan pembangunan dari sumber -sumber lain yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh swasta dan/atau masyara kat.
Pembiayaan dari pemerintah tergantung pada kondisi sumber-sumber
penerimaan Pemerintah Daerah, balk berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
Perimbangan, Pinjaman maupun Penerimaan-Penerimaan dari sumber-sumber lain
yang sah menurut UU No.25 Tahun 1999 dimana pada pasal 3 disebutkan bahwa
sumber-sumber penerimaan Pemerintah Daerah terdiri dari :
 Pendapatan Asli Daerah (PAD), terdiri dari :
1. Hasil Pajak Daerah
2. Hasil retribusi daerahProfil Keuangan Perusahaan Daerah
3. Hasi perusahaan daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya
yang dipisahkan, serta
4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
 Dana Perimbangan, terdiri dari
1. Bagian daerah dari penerimaan PBB, biaya perolehan hak atas tanah dan
bangunan, serta penerimaan dari sumber daya alam
2. Dana Alokasi Umum
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 6

Laporan Akhir

3. Dana Alokasi Khusus
4. Pinjaman Daerah
5. Lain-lain Penerimaan yang Sah

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 7

Laporan Akhir
Tabel 9.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
NO
1.

URAIAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
Pajak Daerah
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
2.
DANA PERIMBANGAN
Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana Alokasi Umum (DAU)
Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana Perimbangan dari Provinsi
3
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Dana Hibah
Dana Darurat
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
Dana bagi Hasil pajak dari Prov.
Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemda Lain
JUMLAH
% Kenaikan Realisasi Pendapatan Pertahun
Rata-rata Kenaikan 2008 – 2012
Sumber : DPPKAD Kabupaten Grobogan, 2013

2008
59.924.849.995
9.164.095.556
29.910.218.734
2.445.426.705

2009
76.776.418.078
11.169.301.732
45.107.615.394
2.838.319.156

17.405.109.000
688.986.155.873
53.944.198.873
615.030.004.000
10.325.000.000
9.686.953.000
64.165.806.639
14.300.000.000
32.167.322.389
17.698.484.250
813.076.812.507
0,00

17.661.181.796
713.129.581.551
53.918.290.551
614.891.166.000
26.808.000.000
52.971.292.647
40.747.992.647
12.233.300.000
842.877.292.300
3,67

TAHUN ANGGARAN
2010
78.364.888.399
15.104.906.059
48.712.800.832
2.942.439.032
11.604.742.476
746.052.421.038
60.752.838.038
617.827.183.000
67.472.400.000
119.548.293.707
37.955.403.707
59.847.060.000
21.745.830.000
943.965.603.144
11,99
13,17

2011
87.912.458.185
14.990.198.823
14.261.854.045
5.895.692.871

2012
105.463.320.984
18.690.718.677
15.134.904.001
6.712.724.685

52.764.712.446
805.407.794.183
58.173.272.183
668.995.422.000
78.239.100.000
270.538.151.824
193.272.367.280
50.222.209.544
27.043.575.000
1.163.858.404.192
23,29

64.924.973.621
976.816.606.098
66.770.846.098
812.990.740.000
97.055.020.000
241.557.683.434
709.703.500
131.494.643.000
63.125.944.934
46.227.392.000
1.323.837.610.516
13,75

Tabel 9.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
NO
I.
1
2
3

URAIAN
BELANJA TIDAK LANGSUNG
Belanja Pegawai
Belanja Bunga
Belanja Subsidi

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

2008
508.440.114.095
447.885.987.549
641.661.259
-

2009
555.190.632.467
486.853.346.004
3.955.243.628
-

TAHUN ANGGARAN
2010
2011
642.416.058.857
763.713.596.921
553.408.923.631
675.042.247.926
2.261.205.632
255.955.760
31.425.159.609
0

IX - 8

2012
786.954.166.858
713.945.515.724
47.178.063
300.000.000

Laporan Akhir

NO
4
5
6
7
8

URAIAN

Belanja Hibah
Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil
Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga
Persentase Kenaikan Pertahun
Rata-rata Kenaikan
II
BELANJA LANGSUNG
1
Belanja Pegawai
2
Belanja Barang dan Jasa
3
Belanja Modal
Persentase Kenaikan Pertahun
Rata-rata Kenaikan
Jumlah
Persentase Kenaikan Pertahun
Rata-rata Kenaikan
Sumber : DPPKAD Kabupaten Grobogan, 2013

2008
12.489.000.000
22.519.381.937
740.737.100
24.138.326.250
25.020.000
0,00

2009
22.434.565.000
15.624.735.859
740.832.000
23.683.296.420
1.898.613.555
9,19

362.211.946.229
41.148.353.703
138.009.347.307
183.054.245.219
0,00

258.149.064.414
43.072.762.117
117.604.406.627
97.471.895.670
-28,73

870.652.060.324
0,00

813.339.696.881
-6,58

TAHUN ANGGARAN
2010
2011
28.255.753.480
26.065.640.186
740.832.000
23.609.166.778
26.160.548.141
1.097.550.000
163.636.364
28.072.511.525
9570524746
15,71
18,88
11,71
259.722.699.159
409.500.114.947
37.405.738.955
50.175.681.507
130.717.703.081
198.002.896.664
91.599.257.123
161.321.536.776
0,61
57,67
7,82
902.138.758.016 1.173.213.711.868
10,92
30,05
9,24

2012
29.530.353.825
12.746.595.330
1.349.400.000
28.544.692.366
490.431.550
3,04
416.586.436.009
35.955.786.682
190.555.668.746
190.074.980.581

1,73
1.203.540.602.867
2,58

Tabel 9.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir
URAIAN
PENDAPATAN
BELANJA
SURPLUS/DEFISIT
Penerimaan Pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan
PEMBIAYAAN NETTO
Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran Tahun Berkenaan

2008
813.076.812.507
870.652.060.324
57.575.247.817
140.105.609.213
24.792.689.541
115.312.919.672
57.737.671.855

2009
843.180.476.379
813.339.696.881
29.840.779.498
92.454.014.781
72.642.255.976
19.811.758.805
49.652.538.303

TAHUN ANGGARAN
2010
2011
943.965.603.144 1.163.858.404.192
902.138.758.016 1.173.213.711.868
902.138.758.016
-9.355.307.676
65.472.509.071
70.556.130.412
43.290.933.393
25.620.550.951
22.181.575.678
44.935.579.461
64.008.420.806
35.580.271.785

Sumber : DPPKAD Kabupaten Grobogan, 2013

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 9

2012
1.323.837.610.516
1.203.540.602.867
120.297.007.649
37.346.712.765
18.508.537.580
18.838.175.185
139.135.182.834

Laporan Akhir

10.1 PROYEKSI KEUANGAN DAERAH
Komponen utama dari Pendapatan Asli Daerah adalah pajak dan retribusi
daerah, sedangkan dua komponen lainnya (hasil perusahaan daerah dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan Asli
Daerah yang sah) umumnya masih memberikan kontribusi yang kecil. Oleh karena itu
biasanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditentukan oleh meningkatnya
penerimaan pajak dan retribusi daerah. Namun demikian, tidak semua jenis pajak
dan retribusi daerah berpotensi untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Upaya pemungutan pajak dan retribusi daerah diarahkan pada pajak dan retribusi
daerah yang diperkirakan potensial.
Selain peningkatan pajak dan retribusi daerah tersebut, peningkatan penerimaan
daerah dapat dilakukan dengan melakukan usaha melalui perusahaan perusahaan daerah dengan melakukan pengelolaan terhadap aset-aset daerah.
Pengembangan perusahaan-perusahaan daerah ini tidak hanya dilakukan pada
kegiatan-kegiatan yang bersifat pelayanan saja, namun juga pada kegiatan-kegiatan
yang bersifat mencari keuntungan. Dengan demikian, perusahaan daerah tidak hanya
tertuju pada pemberian pelayanan pada masyarakat semata, tapi juga
bertujuan untuk meningkatkan kontribusi perusahaan daerah dalam
pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian dimasa datang
terdapat tiga komponen yang menjadi kontributor utama dalam mobilisasi
Pendapatan Asli Daerah. Agar mampu memenuhi perannya misalnya, perusahaan
daerah harus dikelola secara profesional dan efisien agar tidak menjadi beban
pemerintah.
Pengelolaaan atau pendayagunaan aset-aset daerah dapat dilakukan
dengan melakukan suatu kerjasama dengan pihak lain (swasta) melalui mekanisme-mekanisme tertentu sehingga dapat meningkatkan hasil yang diperoleh. Dibawah ini
merupakan tabel proyeksi keuangan daerah Kabupaten Grobogan yang diperoleh dari
pos pendapatan daerah dan dan pos belanja.

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 10

Laporan Akhir
Tabel 9.4 Proyeksi Keuangan Daerah Kabupaten Grobogan Tahun 2013 - 2017
Komponen
APBD
Pendapatan
Asli Daerah
Dana
Perimbanga
n
DAU

2010

2011

2012

Persentase
Pertumbuha
n

78.364.888.399

87.912.458.185

105.463.320.984

13,17%

Realisasi

617.827.183.00
0

668.995.422.000

812.990.740.000

13,17%

60.752.838.038

58.173.272.183

66.770.846.098

13,17%

67.472.400.000

78.239.100.000

97.055.020.000

13,17%

119.548.293.70
7

270.538.151.824

241.557.683.434

13,17%

1.163.858.404.19
2
Sumber Hasil Analisis Penyusun,, 2013

1.323.837.610.51
6

DBH
DAK
Lain Lain
Pendapatan
yang sah
Total APBD

943.965.603.14
4

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

Proyeksi
2013

2014

2015

2016

2017

119.352.840.358

135.071.609.433

152.860.540.395

172.992.273.565

195.775.355.994

-

-

-

-

-

920.061.620.458

1.041.233.735.87
2

1.178.364.218.88
7

1.333.554.786.51
4

1.509.183.951.89
8

75.564.566.529

85.516.419.941

96.778.932.447

109.524.717.851

123.949.123.191

109.837.166.134

124.302.720.914

140.673.389.258

159.200.074.624

180.166.724.451

273.370.830.342

309.373.768.698

350.118.294.036

396.228.873.360

448.412.215.982

1.498.187.023.82
1

1.695.498.254.85
8

1.918.795.375.02
3

2.171.500.725.91
4

2.457.487.371.51
6

IX - 11

Laporan Akhir

11.1 ANALISIS PERMASALAHAN KEUANGAN DAERAH
Pembangunan Daerah sebagai bagian integral dari Pembangunan Nasional
dilaksanakan melalui otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang memberi
kesempatan bagi peningkatan kinerja daerah yang berdaya guna dalam penyelenggaraan
pelayanan masyarakat dan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam rangka menuju daerah otonomi daerah maka kebutuhan prasarana terutama
prasarana kota yang selalu mengikuti kebutuhan lingkungan, maka dipakai pendekatan
yang terpadu yaitu RPI2JM Bidang Cipta Karya.
Untuk itu diperlukan adanya usaha-usaha untuk menggali potensi daerah secara
intensif dan ekstensif serta perlu disusun suatu rencana yang terperinci mengenai kegiatankegiatan untuk meningkatkan pendapatan daerah guna menunjang pelaksanaan RPI2JM
Bidang Cipta Karya di Kabupaten Grobogan
Problematika atau permasalahan keuangan daerah yang biasa terjadi yaitu
menyangkut pajak dan retribusi daerah karena kedua unsur tersebut turut andil dalam
peningkatan Pendapatan Asli Daerah untuk membiayai program-program pembangunan
prasarana kota yang dibutuhkan. Beberapa permasalahan yang dihadapi untuk
meningkatkan pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Grobogan :
a. Sistem pemungutan pajak dan retribusi yang kurang akurat
Dalam hal ini dapat diketahui dari sistem pemungkutan yaitu potensi wajib pajak
dan retribusi yang belum dapat digali secara optimal
b. Rendahnya kesadaran masyarakat
Keberhasilan peningkatan pendapatan masyarakat sangat tergantung pada
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya fungsi keuangan daerah. Apabila
kesadaran membayar pajak dan retribusi masih rendah maka perlu ditingkatkan
melalui program penyuluhan yang efektif kepada masyarakat.
c. Kurang berfungsinya Unit Penerimaan Daerah dalam Peningkatan Penerimaan
Daerah

9.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya
9.3.1 Gambaran Pembiayaan Pembangunan Bidang Cipta Karya Kabupaten Grobogan
Tahun 2008 – 2012.
Pemerintah Kabupaten Grobogan memiliki tugas untuk membangun prasarana
permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan
pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta
Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya
meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang
sudah ada. Tabel merangkum proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada
terhadap APBD Kabupaten Grobogan Tahun 2008 – 2012. Yang tersebar di Dinas Teknis
yang terkait bidang keciptakaryaan baik dari sisi perencanaan, pelaksaan dan monitoring

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 12

Laporan Akhir

evaluasi yaitu Bappeda, Dinas Cipatakarya Tata Ruang dan Kebersihan (DCTRK), Badan
Lingkungan Hidup (BLH), Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bappermas), Dinkes.
Dari Tabel 9.5 dapat dilihat rekapitulasi dana yang tersedia untuk infrastruktur Cipta Karya
bersumber dari dana APBD Kabupaten Grobogan selama tahun 2008-2012. Total Dana yang
direalisasikan pada tahun 2008 sebesar Rp 15.290.614.000,00 (1,76% dari total APBD Kab.),
Tahun 2009 sebesar Rp. 14.448.023.775,00 (1,78 % dari total APBD Kab.), Tahun 2010
sebesar Rp. 20.091.550.000,00 (2,23 % dari total APBD Kab.), Tahun 2011 sebesar Rp.
20.882.633.000,00 (1,78 % dari total APBD Kab.), Tahun 2012 sebesar Rp.
38.851.116.500,00 (3,23 % dari total APBD Kab.). Sedangkan perkembangan Dana Alokasi
Khusus Air Minum dan Sanitasi pada tahun 2008 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 6.6.
.

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 13

Laporan Akhir

Tabel 9.5 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir
Tahun - 2012
Sektor

Alokasi

Pengembangan
Air Minum
Pengembangan
PPLP
Pengembangan
Permukiman
Penataan
Bangunan dan
Lingkungan
Total Belanja
APBD Bidang
Cipta Karya
Total Belanja
APBD

Tahun - 2011
%
APBD

Tahun - 2010
%
APBD

Alokasi

Tahun - 2009
%
APBD

Alokasi

Alokasi

Tahun - 2008
%
APBD

Alokasi
345.900.000,00

%
APBD

472.925.000,00

0,04

513.940.000,00

0,04

480.000.000,00

0,05

1.255.745.000,00

0,15

9.601.474.500,00

0,80

1.906.808.000,00

0,16

3.486.900.000,00

0,39

3.568.812.950,00

0,44

10.036.815.000,00

0,83

6.175.108.000,00

0,53

5.112.200.000,00

0,57

1.858.987.250,00

0,23

18.739.902.000,00

1,56

12.286.777.000,00

1,05

11.012.450.000,00

1,22

7.764.478.575,00

0,95

7.298.814.000,00

0,84

3,23

20.882.633.000,00

1,78

20.091.550.000,00

2,23

14.448.023.775,00

1,78

15.290.614.000,00

1,76

3.376.900.000,00
4.269.000.000,00

38.851.116.500,00
1.173.213.711.868

902.138.758.016

813.339.696.880

870.652.060.324

1.203.540.602.867

Sumber : APBD Kabupaten grobogan, Tahun 2008 - 2012

Tabel 9.6 Perkembangan Dana Alokasi Khusus Air Minum dan Sanitasi dalam 5 Tahun Terakhir
Jenis DAK
DAK Air Minum

Tahun - 2012
856.512.000,00

Tahun - 2011
1.152.200.000,00

Tahun - 2010
939.900.000,00

DAK Sanitasi
287.000.000,00

. Sumber : APBD Kabupaten grobogan, Tahun 2008 - 2012

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 14

Tahun – 2009
2.559.000.000,00

Tahun -2008
656.000.000,00

0,04
0,39
0,49

Laporan Akhir

12.1 RENCANA PENINGKATAN PENDAPATAN
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional
dilaksanakan melalui otonomi daerah dan pengaturan sumber daya nasional yang berdaya
guna dan berhasil guna dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan
pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Komponen utama dari Pendapatan Asli Daerah adalah Pajak dan Retribusi Daerah,
sedangkan dua komponen lainnya .(Hasil Perusahaan Daerah dan Hasil Pengelolaan
Kekayaan Daerah yang dipisahkan, serta Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah)
umumnya masih memberikan kontribusi yang kecil. Oleh karena itu biasanya peningkatan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditentukan oleh meningkatnya penerimaan pajak dan
retribusi daerah. Namun demikian, tidak semua jenis pajak dan retribusi daerah berpotensi
untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah.
Selain peningkatan pajak dan retribusi daerah tersebut, peningkatan penerimaan
daerah dapat dilakukan dengan melakukan usaha melalui perusahaan-perusahaan daerah
dengan melakukan pengelolaan terhadap aset-aset daerah. Pengembangan perusahaanperusahaan daerah ini tidak hanya dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat
pelayanan saja, namun juga pada kegiatan-kegiatan yang bersifat mencari keuntungan.
Dengan demikian, perusahaan daerah tidak hanya tertuju pada pemberian pelayanan pada
masyarakat semata, tapi juga bertuluan untuk meningkatkan kontribusi perusahaan daerah
dalam pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Dengan demikian di masa datang terdapat
tiga komponen yang menjadi kontributor utama dalam mobilisasi Pendapatan Asli Daerah.
Agar mampu memenuhi perannya ini perusahaan daerah harus dikelola secara profesional
dan efisien agar tidak menjadi beban pemerintah. Pengelolaaan atau pendayagunaan asetaset daerah dapat dilakukan dengan melakukan suatu kerjasama dengan pihak lain (swasta)
melalui mekanisme-mekanisme tertentu sehingga dapat meningkatkan hasil yang
diperoleh.
Rencana tindak penguatan pendapatan adalah serangkaian kegiatan yang
mencakup kegiatan analisis sumber-sumber pendapatan daerah sebagai salah satu sumber
pendanaan infrastruktur di Kabupaten Grobogan. Kegiatan ini dilakukan dengan
mempertimbangkan faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal merupakan faktor
yang berpengaruh dan berada di dalam kendali manajemen. Sedangkan faktor eksternal
merupakan faktor yang berpengaruh, namun berada di luar kendali manajemen. Dimana
faktor eksternal bersifat unccertainty.
Tujuan dan pengembangan Rencana Tindak Peningkatan Pendapatan daerah
adalah meningkatnya pendapatan, khususnya pendapatan Kabupaten Grobogan, dalam
upaya mencukupi kebutuhan pembiayaan program investasi pembangunan infrastruktur di
Kabupaten Grobogan termasuk dalam mendanai operasi dan pemeliharaan infrastruktur
yang ada.
Peningkatan Pendapatan Pemerintah Kabupaten Grobogan dilakukan antara lain
melalui optimalisasi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dan retribusi dan
pajak, termasuk di dalamnya peningkatan fungsi dan peran kelembagaan yang terkait.
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 15

Laporan Akhir

Cara – cara yang dapat dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan untuk
meningkatkan Kemampuan Pendanaan Pembangunan adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Penerimaan Daerah
Peningkatan penerimaan daerah dapat dilakukan dalam bentuk
meningkatkan volume/nilai dari sumber-sumber penerimaan yang telah ada
atau dengan berusaha untuk menggali sumber-sumber penerimaan baru. Dari jenis
- jenis sumber penerimaan daerah di atas, sumber-sumber penerimaan yang
dapat ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah meliputi keseluruhan sumber
penerimaan. Tetapi dalam pembahasan ini, peningkatan penerimaan daerah
digolongkan kedalam tiga kelompok, yaitu peningkatan Pendapatan Asli Daerah,
peningkatan Dana Perimbangan dan pemanfaatan sumber-sumber lainnya.
2. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah
Komponen utama dari Pendapatan Asli Daerah adalah pajak daerah dan
retribusi daerah. Dua komponen lainnya yaitu Hasil perusahaan Daerah dan
Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain Pendapatan
Asli Daerah yang sah, umumnya masih memberikan konstribusi yang kecil. Oleh
karena itu biasanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ditentukan oleh
meningkatnya penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. Selain
peningkatan pajak clan retribusi daerah tersebut, peningkatan penerimaan
daerah dapat dilakukan dengan melakukan usaha melalui perusahaanperusahaan daerah dengan melakukan pengelolaan terhadap aset-aset yang
dimiliki daerah. Pengembangan perusahaan-perusahaan daerah ini tidak hanya
dapat dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang bersifat pelayanan saja, namun
juga pada kegiatan yang bersifat mencari keuntungan.
Dengan demikian, perusahaan daerah tidak hanya tertuju pada pemberian
pelayanan pada masyarakat semata, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan
kontribusi perusahaan daerah dalam pembentukan Pendapatan Asli Daerah.
Dengan demikian dimasa yang akan datang terdapat tiga komponen yang
menjadi kontributor utama dalam mobilisasi Pendapatan Asli Daerah. Agar
dapat berperan sebagai kontributor Pendapatan Asli Daerah, perusahaan
daerah harus dapat dikelola secara profesional clan efisien, karena tanpa
profesionalisme clan efisiensi tersebut justru akan hanya menjadi beban
pemerintah. Pengelolaan aset-aset yang dimiliki daerah (atau desa) dapat
dilakukan dengan melakukan suatu kerjasama dengan pihak lain (swasta)
melalui mekanismemekanisme tertentu. Dengan kerjasama tersebut
diharapkan bahwa pendayagunaan aset-aset yang ada dapat dilakukan
sehingga hasil yang diperoleh pun menjadi meningkat.
A. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Derah.
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 16

Laporan Akhir

Pajak dikelola oleh pemerintah daerah stempat sehingga seluruh hasil pajak
masuk ke kas daerah.
Dasar pendapatan diatur melalui Perda dimana pemungutan dan
pengelolaannya dilakukan oleh Dipenda yang pembagian tugasnya berdasarkan
jenis dan nmacam pajak yang dipungut. Dalam kaitannya dengan pajak daerah
ini maka subyek pajak dibedakan antara wajib pajak dan pemikul pajak, dimana
wajib pajak adalah mereka yang ditunjuk dalam ketetapan pajak dan pemikul
pajak adalah mereka yang secara nyata memikul pembayaran beban itu.
Berdasarkan jenisnya, maka pajak dapat dibagi menjadi pajak langsung dan
pajak tidak langsung. Pajak langsung merupakan pajak yang dipungut secara
langsung dari wajib pajak, sedangkan pajak tidak langsung merupakan pajak
yang pemungutannya dilakukan melalui perantara (pemilik usaha).
Pajak daerah yang potensial di Kabupaten Grobogan antara lain :
a. Pajak Hotel dan Restoran
b. Pajak Hiburan
c. Pajak Reklame
d. Pajak Penerangan Jalan Umum
e. Pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C
f. Pajak pemanfaatan air bawah tanah dan air permukaan
B. Retribusi Daerah
Retribusi merupakan pembayaran dengan jasa atau dengan kata lain
retribusi ini dipungut setelah menggunakan/memberikan failitas secara
langsung yang disediakan oleh pemerintah daerah.
Jenis retribusi yang dapat ditingkatkan penerimaannya antara lain :
a. Retribusi Pelayanan Kesehatan
b. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
c. Retribusi Penggunaan Biaya Cetak KTP dan Akte
d. Retribusi Parkir di tepi jalan umum
e. Retribusi Pasar
f. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
g. Retribusi Terminal
h. Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
i. Retribusi Rumah Pemotongan Hewan
j. Retribusi Ijin Trayek
k. Retribusi Ijin Gangguan
l. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan
m. Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah
n. Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
o. Retribusi Penyedotan Kakus

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 17

Laporan Akhir

Kiat-kiat untuk meningkatkan Pajak dan Retribusi Daerah sebagai berikut :
 Menaikkan cakupan obyek pajak clan retribusi.
 Pembenahan pemungutan baik pajak maupun retribusi.
 Peningkatan administrasi pemungutan pajak maupun retribusi melalui
penyederhanaan mekanisme prosedur pemungutan.
 Pembentukan Tim khusus untuk peningkatan agrisivitas penagihan baik
pajak maupun retribusi.
 Melakukan sosialisasi kepada wajib pajak dan retribusi.
 Melakukan kontrol lapangan.
 Melakukan Pembenahan manajemen organisasi pemungut.
 Melakukan pembenahan terhadap sistem pelaporan baik pajak maupun
retribusi.
 Melakukan pengawasan internal melalui Waskat untuk pajak dan
retribusi.
 Melakukan perluasan obyek pajak clan retribusi melalui riset potensi dan
pendataan.
 Melakukan operasi penertiban terhadap wajib pajak maupun wajib retribusi
yang menunggak.
3. Peningkatan Dana Perimbangan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dana perimbangan terdiri dari
tiga sumber, yaitu bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan,
Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan dan penerimaaan dari Sumber
Daya Alam, Dana Alokasi Umum dan Dana Alokasi Khusus. Dari ketiga sumber
tersebut seluruhnya merupakan sumber-sumber penerimaan yang besarnya
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sehingga penerimaaan dari sumber-sumber
tersebut tergantung kepada kondisi keuangan Pemerintah Pusat.
Namun sumber bagian daerah terutama pembagian hasil dari
penerimaan PBB dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan merupakan
sumber penerimaan yang dapat ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten
Grobogan.
Hal yang perlu dilakukan adalah dengan meningkatkan perkembangan
fisik Kabupaten Grobogan. Meningkatnya pembangunan fisik akan
meningkatkan PBB yang akan diperoleh.
Dengan demikian, hasil pembagian yang akan diterimapun akan
meningkat. Selain itu dengan peningkatan pembangunan fisik yang dilakukan
diharapkan akan terjadi mobilitas pemilikan tanah dan bangunan yang semakin
meningkat, sehingga diharapkan bahwa pungutan/ bea yang dihasilkan juga
akan semakin meningkat.
4. Pemanfaatan Sumber-sumber Pembiayaan Lain.
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 18

Laporan Akhir

Dalam upaya meningkatkan kemampuan daerah untuk membiayai
pembangunan daerah saat ini telah dikembangkan penyediaan dana dari
sumber pinjaman dengan persetujuan DPRD, baik yang berasal dari dalam
negeri maupun dari luar negeri melalui pemerintah pusat. Pinjaman tersebut
terutama dimaksudkan untuk membiayai pembangunan prasarana yang
nantinya akan menjadi aset daerah dan dapat menghasilkan penerimaan untuk
pengembalian pinjaman tersebut (investasi). Dengan demikian pinjaman ini
dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang bersifat self
financing atau dapat mengembalikan pinjaman dari hasil operasional kegiatan
itu sendiri.
Dalam pelaksanaan program pembangunan Kota, Pemerintah Daerah
dapat memanfaatan sumber dana ini untuk menyediakan/memperluas jaringan
air bersih, pengembangan terminal, pasar dan lain-lain, yang dari
operasionalisasi kegiatannya dapat menghasilkan penerimaan untuk
pengembalian pinjaman tersebut.
Dengan adanya kemudahan dalam memperoleh pinjaman, maka
diharapkan sumber pembiayaan tersebut dimanfaatkan semaksimal mungkin
terutama untuk pengadaan fasilitas yang menghasilkan pengembalian
investasi sehingga pelunasan pinjaman dapat diperoleh dari investasi itu
sendiri, juga untuk kepentingan pemeliharaan.

5. Peningkatan Partisipasi Swasta dan Masyarakat
Peningkatan partisipasi swasta dalam penyediaan fasilitas pelayanan
dapat dilakukan dengan memberikan kemudahan-kemudahan kepada pihak
masyarakat dan/atau swasta yang berminat melakukan investasi dalam
pembangunan prasarana wilayah, misalnya dalam pembangunan sarana
perbelanjaan/pertokoan. Kemudahan-kemudahan yang diberikan dapat berupa
kemudahan dalam memperoleh ijin lokasi serta ijin mendirikan bangunan
sejauh tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan. Penghematan
yang diperoleh pihak swasta karena adanya kemudahan yang diberikan
pemerintah dapat dikompensasikan dengan mewajibkan pihak swasta tersebut
membangun fasilitas pelayanan yang dibutuhkan seluruh warga.
Partisipasi masyarakat terutama diharapkan dalam upaya pemeliharaan
fasilitas pelayanan yang telah disediakan oleh Pemerintah Daerah. Langkah
yang periu dilakukan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat adalah dengan
menanamkan kesadaran kepada warga bahwa sebagai penerima manfaat dari
prasarana wilayah, maka sudah selayaknya jika masyarakat ikut pula
memberikan konstribusinya. Di samping itu, perlu juga ditanamkan bahwa
konstribusi yang dibayarkan kepada pemerintah daerah nantinya akan
dikembalikan dalam bentuk pembangunan dan pelayanan yang lebih baik lagi.
Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 19

Laporan Akhir

Bentuk kerjasama lain yang dapat dijalin antara masyarakat, pemerintah
daerah clan swasta adalah penghubung potensi-potensi yang dimiliki oleh
masing-masing pihak agar dapat lebih berdaya guna. Hal ini dilakukan agar
pembangunan wilayah yang dilakukan dapat memberikan manfaat dan
keuntungan kepada seluruh pihak. Misalnya, potensi masyarakat dalam
pemilikan lahan yang walaupun luasnya terbatas dan terpecah-pecah menjadi
milik perorangan, dapat dilibatkan dalam kegiatan pembangunan Kota dalam
sistem land sharing. Dalam sistem ini, pemilikan lahan masyarakat dapat
diikutkan dalam kegiatan pembangunan sebagai kontribusi/saham anggota
masyarakat yang bersangkutan dalam pembangunan kegiatan wilayah yang
dilakukan. Sehingga apabila dapat digalang kerjasama yang saling
menguntungkan, maka berarfi bahwa kegiatan pembangunan dapat dilakukan
tanpa merugikan masyarakat pemilik lahan.
Kerjasama antara pemerintah, swasta dan masyarakat juga dapat
diwujudkan dalam program konsolidasi lahan. Dalam program ini, pemerintah
daerah dapat melakukan penyediaan lahan untuk pembangunan wilayah dan
masyarakat dapat menikmati peningkatan harga lahan yang telah dimatangkan.

Penyusunan RPI2JM Bidang Cipta Karya
Kabupaten Grobogan Tahun 2015 - 2018

IX - 20