1.1 Latar Belakang - PENGARUH ATRAKTOR RUMPON PLASTIK UV TERHADAP HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR DI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) KABUPATEN ACEH BARAT - Repository utu

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km (Dahuri et al., 2001 dalam Wijaya, 2007). Dengan luas perairan tersebut, potensi lestari produksi perikanan tangkap Indonesia mencapai 4,9 juta ton ikan dengan tingkat pemanfaatan sektor perikanan tangkap baru mencapai 64% (Syaukani, 2004).

  Pemanfaatan potensi perikanan tangkap adalah upaya meningkatkan produksi hasil penangkapan oleh nelayan. Teknologi penangkapan ikan bukan hanya ditujukan untuk meningkatkan hasil tangkapan, tetapi juga memperbaiki proses penangkapan untuk meminimumkan dampak penangkapan ikan terhadap lingkungan Perairan dan biodiversitinya (Arimoto et al., 1999).

  Beberapa cara dapat dilakukan dalam upaya optimalisasi hasil tangkapan, diantaranya dengan menggunakan alat bantu penangkapan. Nelayan tradisional belum menggunakan teknologi penangkapan yang memadai dan masih menggunakan cara “berburu” dalam aktivitas penangkapan ikan. Oleh karena itu, di antara nelayan telah menggunakan alat bantu untuk membentuk daerah penangkapan ikan seperti alat bantu rumpon (Hafinuddin, 2014).

  Beverly et al., 2012 menyatakan bahwa keuntungan menggunakan rumpon adalah dapat mengurangi masa/waktu untuk melaut sehingga mengurangi biaya operasional dan sekaligus meningkatkan hasil tangkapan.

  Rumpon yang selama ini digunakan oleh nelayan tradisional di Aceh khususnya Aceh Barat adalah rumpon yang terbuat dari daun kelapa dan daun pinang. Yusfiandayani (2004) menyatakan bahwa rumpon daun kelapa hanya bertahan selama 3 bulan di laut, sedangkan rumpon daun pinang hanya mampu bertahan di Perairan selama 15 hari. Penelitian Ali (2000) menyebutkan bahwa aktraktor plastik kanvas dapat bertahan selama 17 bulan di Perairan, hanya saja kekurangan dari aktraktor tersebut adalah aktraktor plastik kanvas membutuhkan biaya yang besar. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa diperlukan bahan lain sebagai pengganti bahan aktraktor daun pinang dan daun kelapa sebagai alternatif yang digunakan oleh nelayan dimasa yang akan datang dan tetap mempertimbangkan biaya yang terjangkau oleh nelayan.

  Plastik UV merupakan plastik yang sangat sering digunakan dan dimanfaatkan oleh nelayan di Kabupaten Aceh Barat dalam aktivitas bongkar muat dan pemasaran ikan. Hanya saja, limbah plastik UV yang telah rusak termanfaatkan dengan baik, bahkan limbah plastik UV menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan jika dibuang sembarangan.

  Ali (2000) menyatakan bahwa penggunaan plastik kanvas secara ekonomis menguntungkan nelayan. Hal ini dikarenakan masa pakai dari atraktor yang relatif lebih lama dari pada atraktor dari bahan alami. Berbasis kepada penelitian Ali (2000) maka pemanfaatan limbah plastik UV sebagai bahan atraktor rumpon layak untuk diuji. Oleh karena itu, penelitian tentang rumpon dengan aktraktor berbahan plastik UV di ZPPI Kabupaten Aceh Barat sangat penting untuk dilakukan.

  1.2 Rumusan Masalah

  Adapun masalah dalam penelitian ini berdasarkan latar belakang yaitu:

  1. Bagaimana pengaruh hasil tangkapan pada jenis atraktor yang berbeda (atraktor plastik UV dan atraktor daun pinang) dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur di ZPPI Kabupaten Aceh Barat?

  2. Apa saja jenis ikan yang terdapat pada atraktor rumpon plastik UV di ZPPI Kabupaten Aceh Barat?

  1.3 Hipotesis Penelitian

  Adapun Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: H0 : Tidak ada pengaruh bahan atraktor pada rumpon terhadap jumlah hasil tangkapan H1 : Ada pengaruh bahan atraktor pada rumpon terhadap jumlah hasil tangkapan.

  1.4 Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yaitu:

  1. Untuk mengetahui pengaruh hasil tangkapan pada atraktor yang berbeda (atraktor plastik UV dan atraktor daun pinang) dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur di ZPPI Kabupaten Aceh Barat

  2. Untuk mengetahui jenis ikan yang terdapat pada atraktor rumpon plastik UV di ZPPI Kabupaten Aceh Barat

  1.5 Manfaat Penelitian

  Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka manfaat yang diharapkan adalah:

  1. Sebagai sumber data dan referensi bagi mahasiswa/i untuk melakukan penelitian selanjutnya

  2. Sebagai informasi untuk acuan pengembangan alat bantu penangkapan ikan untuk ke depannya

  3. Sebagai acuan penggunaan bahan aktraktor untuk alat bantu penangkapan ikan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pengertian Rumpon

  Rumpon atau Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah untuk ditangkap (Freon dan Dagorn, 2000).

  Menurut Monintja (1993) dalam Suwarsih (2011) rumpon banyak digunakan di Indonesia pada tahun 1980, sedangkan negara yang sudah mengoperasikan rumpon di antaranya Jepang, Philipina, Srilanka, Papua Nugini dan Australi. Freon dan Dagorn (2000) menyatakan teori tentang rumpon sebagai tempat berasosiasi (association place) bagi jenis-jenis ikan tertentu. Ikan berkumpul disekitar rumpon untuk mencari makan. Samples dan Sproul (1985)

  

dalam Suwarsih (2011) mengemukakan teori tertariknya ikan yang berada

  disekitar rumpon disebabkan karena :

  1. Rumpon sebagai tempat berteduh (shading place) bagi beberapa jenis ikan tertentu

  2. Rumpon sebagai tempat mencari makan\feeding growd\ bagi ikan-ikan tertentu.

  3. Rumpon sebagai substrat untuk meletakkan telurnya bagi ikan-ikan tertentu.

  4. Rumpon sebagai tempat berlindung dari predator bagi ikan-ikan tertentu Rumpon sebagai tempat titik acuan navigasi (meeting point) bagi ikan- ikan tertentu yang beruaya.

  2.2 Fungsi dan Manfaat Rumpon

  Direktorat Jenderal Perikanan (1995) melaporkan beberapa keuntungan dalam penggunaan rumpon yakni memudahkan pencarian gerombolan ikan biaya eksploitasi dapat dikurangi dan dapat dimanfaatkan oleh nelayan kecil. Fungsi rumpon sebagai alat bantu dalam penangkapan ikan adalah sebagai berikut :

  1. Sebagai tempat mengkonsentrasi ikan agar lebih mudah ditemukan gerombolan ikan dan menangkapanya

  2. Sebagai tempat berlindung bagi ikan dari pemangsanya

  3. Sebagai tempat berkumpulnya ikan

  4. Sebagai tempat daerah penangkapan ikan

  5. Sebagai tempat mencari makan bagi ikan

  6. Sebagai tempat berlindung jenis ikan tertentu

  7. Terlindung dari serangan ikan predator

  8. Sebagai tempat untuk memijah bagi ikan

  9. Banyak ikan kecil dan plankton yang berkumpul disekitar rumpon dimana ikan dan plankton tersebut merupakan sumber makanan bagi ikan besar.

  Beberapa jenis ikan seperti tuna dan cakalang yang menjadi rumpon sebagai tempat untuk bermain sehingga nelayan dapat dengan mudah untuk menangkapnya antara lain :

  a. Memudahkan nelayan menemukan tempat untuk mengoperasikan alat tangkapnya b. Mencegah terjadinya destruktif fishing, akibat penggunaan bahan peledak dan bahan kimia/beracun.

  c. Meningkatkan produksi dan produktifitas nelayan.

2.3 Desain Rumpon

  Secara garis besar rumpon terdiri atas empat komponen utama yaitu: pelampung (float), tali (rope), pemikat (atractor) dan pemberat (Anchon). Tali yang menghubungkan pemberat dan pelampung pada jarak tertentu disisipkan daun nyiur yang masih melekat pada pelepahnya setelah dibelah menjadi dua. Panjang tali bervariasi, tetapi pada umumnya adalah 1,5 kali kedalaman laut tempat rumpon tersebut ditanam (Subani, 1986). Tim pengkajian rumpon IPB (1987) mengemukakan bahwa persyaratan umum komponen komponen dan konstruksi rumpon adalah sebagai berikut :

  1. Pelampung,  Mempunyai kemampuan mengapung yang cukup baik (bagian yang mengapung diatas air 1/3 bagian)  Konstruksi cukup kuat  Tahan terhadap gelombang dan air  Mudah dikenali dari jarak jauh dan bahan pembuatnya mudah didapat;

  2. Atraktor atau pemikat,  Mempunyai daya pikat yang baik terhadap ikan  Tahan lama  Mempunyai bentuk seperti posisi potongan vertikal dengan arah ke bawah  Melindungi ikan-ikan kecil  Terbuat dari bahan yang kuat, tahan lama dan murah;

  3. Tali-temali,  Terbuat dari bahan yang kuat dan tidak mudah busuk  Harganya relatif murah mempunyai daya apung yang cukup untuk mencegah gesekan terhadap benda-benda lainnya dan terhadap arus  Tidak bersimpul (less knot);

  4. Pemberat,  Bahannya murah, kuat dan  mudah diperoleh  Massa jenisnya besar, permukaannya tidak licin dan dapat mencengkeram.

  Menurut Nasution, et al (1986) rumpon laut dalam dipasang pada perairan dengan kedalaman lebih dari 200 meter tetapi umumnya dipasang pada kedalaman lebih dari 1000 meter. Barus et al (1992) dalam Suwarsih (2011) menjelaskan bahwa metode pemasangan dari rumpon laut dangkal dan dalam hampir sama, perbedaannya hanya pada desain rumpon, lokasi daerah pemasangan serta bahan yang digunakan. Sedangkan Subani dan Barus (1989) menambahkan bahwa panjang tali rumpon bervariasi, tetapi pada umumnya 1,5 kali kedalaman laut. Panjang tali jangkar yang digunakan sepanjang 2 kali kedalaman perairan, ini agar pelampung tidak akan terangkat secara vertikal pada saat cuaca buruk.

  Tali jangkar dipasang dengan keadaan kendor, ini dimaksudkan agar pada saat terjadi gelombang tinggi atau arus kencang gaya yang diterima oleh jangkar tidak terlalu besar. Pemberat rumpon ditempatkan pada bagian dasar rumpon, agar posisi rumpon tidak berpindah-pindah pada saat keadaan oseanografi berubah.

2.4 Peraturan Pemasangan Rumpon

  Pemasangan rumpon tidak hanya menimbulkan efek positif dengan meningkatkan produksi perikanan. Akibat dari pemasangan rumpon yang tidak teratur dan lokasi penangkapan yang berdekatan dapat merusak pola ruaya ikan yang bermigrasi. Kondisi tersebut dapat merusak keseimbangan ekosistem dan menimbulkan konflik baik antar nelayan rumpon maupun antar nelayan rumpon dengan nelayan lainnya selain nelayan rumpon. Selain itu kemudahan menangkap ikan di sekitar rumpon dapat mengakibatkan overfishing (Jungjunan, 2009). Berdasarkan Kepmen Kelautan dan Perikanan No. Kep 30/MEN/2004, berikut merupakan tata cara pemasangan rumpon:

  1. Rumpon dapat dipasang di wilayah:

  a. Perairan dua mil laut sampai dengan empat mil laut diukur dari garis pantai pada titik surut terendah.

  b. Perairan diatas empat mil laut sampai dengan 12 mil laut diukur dari garis pantai pada titik surut terendah.

  c. Perairan diatas 12 mil laut dan ZEE Indonesia.

  d. Perorangan atau perusahaan berbadan hukum yang akan memasang rumpon wajib terlebih dahulu memperoleh ijin.

  2. Pengusaha atau nelayan yang akan memasang rumpon mengajukan permohonan izin kepada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi atau Kabupaten atau Kota sesuai dengan kewenangan pemberi izin.

2.5 Tingkah Laku Ikan di Sekitar Rumpon

  Asikin (1985) mengemukakan bahwa keberadaan ikan di sekitar rumpon karena berbagai sebab, antara lain:

  1. Rumpon sebagai tempat bersembunyi di bawah bayang-bayang daun rumpon bagi beberapa jenis ikan tertentu.

  2. Rumpon sebagai tempat berpijah bagi beberapa jenis ikan tertentu;

  3. Rumpon itu sebagai tempat berlindung bagi beberapa jenis ikan yang mempunyai sifat fototaksis negatif.

  Menurut Katiandagho (1990) menyatakan adanya rumpon sangat baik untuk penangkapan ikan-ikan pelagis kecil yang biasanya bergerombol dan dekat dengan permukaan air sehingga mudah untuk ditangkap. Daerah penyebaran ikan ini meliputi perairan pantai seluruh Indonesia, Teluk Benggala, Teluk Siam, sepanjang pantai Laut Cina Selatan dan perairan tropis Australia (Genisa, 1999).

  Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya diketahui bahwa ikan- ikan yang ditangkap di sekitar rumpon umumnya ikan pelagis seperti ikan Layang bulat (Decapterus macrosoma.), Layang gepeng (Decapterus russelli), Kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta.), kembung perempuan (Rastrelliger

  

macrosoma), selar hijau (Atule mate), Selar kuning (Selaroides leptolepis), Selar

  bentong (Selar crumenophthalmus), Lemuru (Sardinella lemuru), Tembang

  

(Sardinella fimbriata), Siro (Ambligaster sirm), Tongkol (Auxis thazard), dan

  lain-lain. Jenis-jenis ikan tersebut, sifatnya bergerombol, pemakan plankton, udang , ikan dan telur ikan (Monintja dan Zulkarnain, 1995).

2.6 Konstruksi Pancing Ulur

  Konstruksi pancing ulur termasuk konstruksi yang sederhana, karena pancing ulur hanya berupa tali pancing dan kail (mata pancing). Secara keseluruhan, bagian-bagiannya terdiri atas penggulung, tali utama yang terbuat dari polyamide (PA) monofilament nylon No. 80, sebuah kili-kili, tali cabang yang terbuat dari polyamide (PA) monofilament nylon No. 70, kail No. 18 dan pemberat timah seberat 400 g.

  Jumlah pancing yang digunakan untuk setiap tali cabang tidak terbatas. Panjang tali pancing secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kedalaman perairan tempat pancing ulur dioperasikan. Biasanya berkisar antara 9-25 m. Mata pancing umumnya dibuat dari kawat baja, kuningan, atau bahan lain yang tahan karat. Pada ujung mata pancing umumnya berkait balik, walaupun ada beberapa jenis yang tidak berkait balik. Ukuran mata pancing tergantung pada ukuran ikan target penangkapan (Subani dan Barus, 1989).

2.7 Pengembangan dan Penerapan Informasi Spasial ZPPI LAPAN

  Informasi spasial ZPPI telah dikembangkan di LAPAN beberapa tahun lalusebagai tindak lanjut dari penelitian suhu permukaan laut menggunakan data NOAA-AVHRR yang telah dikembangkan sejak tahun 1984 (Hasyim, 1984). Setelah melalui penelitian panjang tentang pemanfaatan data NOAA-AVHRR untuk mendapat data suhu permukaan laut sesuai dengan karakteristik perairan laut Indonesia, selanjutnya dikembangkan informasi spasial ZPPI sejak tahun1999. Pengembangan informasi spasial ZPPI dilatar belakangi oleh : 1) Komitmen LAPAN dalam membantu menyediakan informasi spasial sumberdaya alam pesisir dan laut terkait dengan program pengembangan ekonomi masyarakat. 2) Terbatasnya kemampuan nelayan dalam memahami kondisi oseanografi yang berkaitan dengan daerah fishing ground sehingga hasil tangkapannya menjadi tidak pasti. 3) Terbatasnya data dan informasi mengenai kondisi oseanografi yang berkaitan erat dengan daerah potensi penangkapan ikan. 4) Penelitian LAPAN dalam memanfaatkan teknologi penginderaan jauh satelit guna memantau fisik perairan sudah dilakukan sejak tahun 1986. 5) Diharapkan adanya informasi zona potensi penangkapan ikan dari pengindaraan jauh satelit dapat dipergunakan untuk mendukung pengamatan dan pengelolaan perikanan tangkap.

  Dalam upaya mendapatkan feedback hasil identifikasi ZPPI, telah dilakukan sosialisasi dan penerapan ZPPI kedalam upaya mendapatkan beberapa daerah seperti Pekalongan, Bangkalan (Madura), Bengkulu, Manado biak, Padang, Balikpapan, Parepare (Sulawesi Selatan) dan Nusa Tenggara Timur. Uji coba penerapan ZPPI ini mendapatkan feedback hasil penangkapan pada lokasi yang ditentukan dan jenis ikan hasil tangkapan (Harttuti, 2006).

  Di sisi lain bahwa sebaran SPL yang diperoleh dari satelit penginderaan jauh NOAA-AVHRR dapat digunakan untuk mengidentifikasi sebaran ZPPI yang paling prospektif untuk penangkapan ikan di Selat Madura (Hasyim et al, 2009). Informasi Zona Potensi Penangkapan Ikan dapat dilihat pada Gambar 1,2,3,4,5 dan 6. Gambar 1. ZPPI Bulan Januari 2016 Gambar 2. ZPPI Bulan Februari 2016 Gambar 3. ZPPI Bulan Maret 2016 Gambar 4. ZPPI Bulan April 2016 Gambar 5. ZPPI Bulan Mai 2016 Gambar 6. ZPPI Bulan Juni 2016

  Sumber : Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh 2016

  11

III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2016.

  Penetapan lokasi penelitian berdasarkan kesesuaian daerah pemasangan rumpon 15 mil dari pinggir pantai. Hal tersebut dilakukan pada saat sebelum rumpon diletakkan di Perairan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kegagalan dalam operasional penelitian nantinya. Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 7.

  Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian Adapun titik koordinat dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1.

  Tabel 1. Titik koordinat rumpon plastik UV dan rumpon daun pinang

  No Nama Rumpon Lintang Bujur

  1 Plastik UV 3°59'15.8"N 95°58'34.5"E

  2 Daun Pinang 3°57'59.8"N 95°59'47.3"E

  3.1.1 Data dan Sumber Data

  Penelitian ini menggunakan dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder.

  3.1.2 Data primer

  Data primer dalam penelitian ini dapat diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti dengan melakukan kegiatan penangkapan ikan secara langsung. Teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data primer antara lain dengan melihat hasil tangkapan ikan baik banyaknya ikan atau jenis ikan yang tertangkap pada alat tangkap pancing ulur di ZPPI Kabupaten Aceh Barat.

  3.1.3 Data Sekunder

  Adapun data dan sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa lembaga, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Data dan sumber data sekunder

  No Data Sumber Tahun 1.

  Laporan jenis ikan dan alat tangkap DKP Aceh Barat 2014 2. Bathimetry Bappeda Aceh Barat 2014 3. ZPPI LAPAN 2016

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

  Alat dan bahan yang digunakan pada rumpon plastik UV dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Alat dan bahan

  1 UPI Pancing Ulur Sebagai unit penangkapan ikan dalam pengoperasian alat bantu rumpon

  2 Rumpon Plastik UV Sebagai bahan pemikat/aktraktor

  3 Rumpon Daun Pinang Sebagai bahan pemikat/aktraktor

  4 GPS Alat ntuk menentukan titik kordinat

  5 Camera Digital Dokumentasi

  6 Pena dan Buku Tulis Sebagai alat pencatat hasil

  7 Timbangan Digital Untuk menimbang ikan

  8 Jam Tangan Untuk melihat durasi waktu

  No Alat dan Bahan Kegunaan

3.2.1 Kontruksi Rumpon Plastik UV

  Komponen utama rumpon plastik UV adalah pelampung, tali utama, atraktor dan pemberat. Jumlah plastik UV yang digunakan sebagai atraktor adalah sebanyak 30 lembar, adapun tahapan pembuatan plastik UV sebagai atraktor pada rumpon dimulai dengan pemotongan secara vertikal pada bagian plastik UV dan kemudian bagian ujung dari plastik tersebut diikat dengan menggunakan tali PE Ø 5 mm. Selanjutnya plastik UV yang telah diikat dirangkai/dipasang ke tali utama rumpon (PE Ø 14 mm). Jarak antara antara atraktor plastik UV adalah 3 meter dan satu atraktor menggunakan 2 lembar plastik UV. Komponen dan kontruksi rumpon plastik UV dapat dilihat pada Tabel 4 dan Gambar 8.

  Tabel 4. Komponen kontruksi rumpon plastik UV

  No Komponen Kontruksi Jumlah Bahan Ukuran

  1 Pelampung Bulat 6 buah Plastik HDPE 8. inc

  1 m x 120 m (per

  2 Plastik UV Atraktor 30 lbr

  petak)

  3 Tali atraktor 14 mm

  Polietilena (PE) Panjang 40 m 50 cm x 50 cm (per

  4 Semen/tanah Pemberat

  3

  petak)

  Gambar 8. Kontruksi Rumpon Plastik UV

3.2.2 Kontruksi Rumpon Daun Pinang

  Proses pembuatan rumpon daun pinang tidak jauh berbeda dengan rumpon plastik UV, perbedaannya hanya pada bahan atraktor. Pada rumpon daun pinang, jumlah daun pinang yang digunakan sebagai atraktor adalah sebanyak 30 pelepah. Daun pinang diikat pada tali utama (PE Ø 14 mm) menggunakan tali PE Ø 5 mm. Jarak pemasangan antara atraktor adalah 3 meter dan setiap atraktor menggunakan 2 pelepah daun pinang. Komponen dan kontruksi rumpon daun pinang dapat dilihat pada pada Tabel 5. dan Gambar 9. Tabel 5. Komponen kontruksi rumpon daun pinang

  No Komponen Kontruksi Unit Bahan Ukuran

  1 Pelampung Bulat

  6 Plastik HDPE 8 inchi

  2 Atraktor 30 pelepah

  Daun pinang Panjang 3 m

  3 Tali atraktor dan jangkar 14 mm

  Polietilena (PE) Panjang 40 m 50 cm x 50 cm

  4 Pemberat

  3 Semen/tanah

  (per petak)

  Gambar 9. Kontruksi Rumpon Daun Pinang

  3.3 Metode Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental

  

fishing. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artifisial

condition) dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti. Tujuan dari

  penelitian eksperimental adalah untuk menyelidiki ada tidaknya suatu hubungan sebab akibat serta berapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara melakukan perlakuanperlakuan tertentu pada beberapa kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Nazir, 2003). Menurut Supranto (2003), metode eksperimen adalah usaha pengumpulan data sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk memperoleh suatu kesimpulan yang jelas terutama mengenai kebenaran suatu hipotesis yang mencakup hubungan sebab dan akibat dengan melakukan pengontrolan terhadap satu variabel atau lebih yang pengaruhnya tidak kita kehendaki.

  Penelitian ini telah dilaksanakan 2 bulan dengan perlakuan rumpon plastik UV dan rumpon daun pinang. Sebelum pengambilan data pada minggu pertama atraktor rumpon plastik UV dan atraktor rumpon daun pinang akan direndam selama 1 minggu, selanjutnya pengambilan data pada masing-masing rumpon direncanakan 1 minggu sekali selama 6 kali trip pengambilan data.

  Pengambilan data penelitian menggunakan alat tangkap pancing ulur. Durasi waktu penangkapan adalah selama 120 menit dengan menggunakan pancing ulur pada masing-masing rumpon. Aktivitas penangkapan ikan pada rumpon plastik UV dimulai waktu pagi hari, dari pukul 06.00 WIB sampai pukul

  08.00 WIB. Selanjutnya pada rumpon daun pinang dimulai dari pukul 08.30 WIB sampai pukul 10.30 WIB.

  3.4 Rancangan Percobaan

  Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) dengan dua perlakuan dan masing-masing perlakuan dengan 6 kali ulangan. Model Rancangan Acak Lengkap yang digunakan (Budi Susetio dan Aunuddin , 1992 dalam Yusnandar , 2002) yaitu :

  

Yij = µ + σi + εij

  Dimana : i : 1,2,3,...........(perlakuan) j : 1,2,3,...........(ulangan) Yij : Hasil pengamatan yang menerima perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai rata-rata umum σi : Pengaruh Perlakuan ke-i εij : Kesalahan (galat) dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

  Tabulasi data hasil penelitian rumpon plastik UV dan rumpon daun pinang untuk rancangan acak lengkap (RAL) dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Tabulasi data hasil penelitian rumpon plastik UV dan rumpon daun pinang

  Ulangan Perlakuan A B

  C1 yAC1 yBC1 C2 yAC2 yBC2 C3 yAC3 yBC3 C4 yA C4 yBC4 C5 yA C5 yBC5 C6 yA C6 yBC6

ALIR PENELITIAN

  

MULA

  I Persiapan Alat dan Bahan

  Pembuatan Rumpon Rumpon Daun

  Rumpon Plastik Uv Seting Rumpon di Laut

  Pengambilan Data Exsperimental Fishing

  Jenis Ikan yang Tertangkap di Penimbangan Hasil

  Sekitar Rumpon Tangkapan Per Rumpon

  Analisis Data Analisis Data Analisis Ragam

  Analisis Deskriptif Hasil

  Kesimpula Gambar 10. Diagram Alir Penelitian

3.5 Teknik Pengumpulan Data

  Teknik pengambilan data dalam penelitan ini yaitu sebanyak 6 kali trip selama 2 bulan. Pengambilan data setiap 1 minggu sekali, dengan menggunakan pancing ulur dan hasil tangkapan ditimbang dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasi.

  3.5.1 Teknik penangkapan ikan

  Pemancingan dilakukan dengan mengaitkan umpan berupa umpan hidup ataupun umpan tiruan pada mata pancing, mata pancing dan umpan dimasukan kedalam air hingga kedalaman tertentu. Tali pancing ditarik perlahan agar umpan terlihat bergerak dan menarik perhatian ikan. Ketika ikan menangkap umpan dan terkait pada mata pancing, tali ditarik hingga ikan tangkapan terangkat dari air (Rahmat, 2007).

  3.5.2 Teknik penimbangan ikan

  Penimbangan hasil tangkapan pada rumpon plastik UV dan rumpon daun pinang, hasil tangkapan tersebut ditimbang dengan menggunakan timbangan digital, lalu dicatat hasil tangkapan dalam satuan kilogram (kg) dan selanjutnya ditabulasikan sampai pengulangan ke enam.

  3.5.3 Teknik identifikasi jenis ikan

  Identifikasi merupakan kegiatan untuk mencari dan mengenal ciri-ciri yang beraneka ragam dari individu-individu. Kemudian mencari perbedaan- perbedaan yang mantap sifatnya diantara individu-individu yang nampaknya sama. Identifikasi Ikan mungkin menjadi cukup sulit dilakukan oleh orang kebanyakan. Saat identifikasi hanya mengandalkan pola warna (colour pattern) hal ini tidak dapat dijadikan sebagai acuan, mengingat warna dapat saja berubah berdasarkan atas umur individu, maupun kondisi phisiologis dari ikan tersebut. Karakter penting untuk identifikasi ikan juga meliputi jumlah dari spine,dan rays pada sirip yang berbeda, jumlah sisik sepanjang linea lateralis, bentuk kepala, bentuk sirip, dan lain sebagainya (Taufik, 2011).

3.6 Analisis Data

3.6.1 Pengaruh bahan atraktor yang berbeda terhadap hasil tangkapan

  Hasil pengumpulan data dari aktivitas penangkapan ikan di sekitar rumpon dengan menggunakan bahan atraktor yang berbeda yaitu plastik UV dan daun pinang, dilanjutkan dengan analisis data untuk melihat pengaruh bahan atraktor yang berbeda terhadap hasil tangkapan ikan di sekitar rumpon. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik F (analysis of variance/ANOVA). Jika hasil uji F menunjukkan perbedaan nyata dimana P<0,05 maka akan dilanjutkan dengan uji rentang BNT (beda nyata terkecil) untuk melihat perlakuan mana yang terbaik. Namun, sebelum data diuji dengan menggunakan uji F (ANOVA) maka data hasil tangkapan akan diuji kenormalan (uji Kolmogorov-Smirnov). Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan sofware SPSS.

  3.6.2 Jenis ikan yang tertangkap di sekitar rumpon Analisis data untuk jenis ikan yang tertangkap di sekitar rumpon plastik

  UV dan rumpon daun pinang menggunakan analisis deskriptif yaitu data yang telah diperoleh ditabulasikan ke dalam tabel dan grafik serta dijelaskan secara deskriptif dan sistematis. Analisis deskriptif akan menggunakan software Microsoft Excel.