BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 1. Pengertian Membaca - DESTI YOSI BAB II

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini 1. Pengertian Membaca Menurut Tampubolon (1990:5) membaca adalah satu dari empat

  kemampuan bahasa pokok, dan merupakan suatu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi, bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf alphabet latin. Pengertian pengubahan disini juga mencangkup pengenalan huruf-huruf serta lambang bunyi-bunyi bahasa.

  Menurut Rahim (2008:2) membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berfikir, membaca mencangkup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interprestasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif.

  Menurut Anderson, dkk (Nurbin Dhieni dkk,2007:5.3) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.

  Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata ungkapan, firasat, kalimat, dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan

  7 maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu dalam kegiatan membaca, pembaca dan menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan pengalamannya.

  Menurut Anderson, dkk (Nurbin Dhieni dkk,2007:5.3) memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.

  Proses yang dialami dalam membaca adalah berupa penyajian kembali dan penafsiran suatu kegiatan dimulai dari mengenali huruf, kata ungkapan, firasat, kalimat, dan wacana serta menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya. Bahkan lebih jauh dari itu dalam kegiatan membaca, pembaca dan menghubungkannya dengan maksud penulis berdasarkan pengalamannya.

  Membaca Permulaan merupakan tahapan proses belajar membaca bagi anak Taman Kanak-kanak. Anak dapat belajar membaca agar dapat memperoleh kemampuan dan menguasai teknik-teknik membaca dan dapat memahami isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang pembelajaran membaca sebagai suatu yang menyenangkan. Menurut Resmini,dkk (2006:27) membaca permulaan adalah untuk membangkitkan, membina, dan memupuk minat anak untuk membaca.

  Anak direkayasa dan distribusi dengan berbagai pengalaman membaca sehingga anak merasa diterima dan sanggup mengembangkan sikap yang diinginkan oleh kemampuan membaca.

  Sedamgkan Menurut Tarigan (2008:7) kemampuan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa lisan.

  Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan kemampuan membaca permulaan merupakan kesanggupan anak untuk mengenali huruf dan kata, kemudian menyambungkan dengan gambar serta memahami makna dari tulisan yang dibaca yang diawali dengan kemampuan memahami huruf dengan benar dan tepat.

2. Faktor Kemampuan Membaca Anak Usia Dini

  Kemampuan membaca permulaan termasuk kegiatan yang komplek dan melibatkan berbagai keterampilan.Kegiatan membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencangkup beberapa kegiatan seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi, maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Pesan atau makna yang terkandung dalam teks bacaan merupakan interaksi timbal balik, interaksi aktif, dan interaksi dinamis antara pengetahuan dasar yang dimiliki pembaca dengan kalimat-kalimat, fakta, dan informasi yang tertuang dalam teks bacaan.

  Pada saat anak menyimak dan membaca, mereka memahami bahasa berdasarkan konsep pengetahuan dan pengalaman mereka (Nurbiana Dhieni, dkk, 2007: 5.18).

  Faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca, baik membaca permulaan maupun membaca lanjut (membaca pemahaman) adalah (1)

  Faktor fisiologis, mencangkup kesehatan fisik, pertimbangan neurologis,

  dan jenis kelamin. Gangguan pada alat bicara, alat pendengaran, dan alat pengeliatan biasa memperlambat kemajuan belajar membaca anak.

  Walaupun tidak mempunyai gangguan pada alat pengelihatannya, beberapa anak mengalami kesukaran belajar yang dapat terjadi karena belum berkembangnya dalam membedakan simbol-simbol cetakan, seperti huruf-huruf, angka-angka, dan kata-kata. (2) Faktor intelektual, suatu kegiatan berfikir yang terdiri dari pemahaman yang ensensial tentang situasi yang diberikan dan meresponnya secara tepat. (3) Faktor

  Inteligensi , kemampuan global individu untuk bertindak sesuai dengan tujuan, berfikir rasional, dan berbuat secara efektif terhadap lingkungan.

  Secara umum inteligensi tidak mempengaruhi sepenuhnya berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan. Kemampuan guru juga turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak. (4) Faktor

  lingkungan , faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi kemampuan

  membaca siswa. Faktor ini mencangkup latar belakang dan pengalaman siswa di rumah, dan sosial emosional keluarga siswa. Lebih lanjut (5)

  Faktor pisikologis, faktor ini mencangkup motifasi, minat, kematangan

  sosial, emosional, dan penyesuaian diri. Lamb dan Arnold (dalam Rahim, 2008:16).

  Kemampuan membaca ialah kecepatan membaca dan memahani isi. Dalam membaca lanjut, yang menjadi tujuan utama ialah mencapai kemampuan membaca yang maksimal. Dalam hal ini ditemukan beberapa faktor-faktor yang dapat memberikan penjelasan dalam kemampuan membaca. (1) Kompetensi Kebahasaan, Penguasaan bahasa dalam tata bahasa dan kosa kata, termasuk berbagai arti dan nuansa serta ejaan dan tanda-tanda baca, dan pengelompokan kata. (2) Kemampuan Mata keterampilan mata mengadakan gerakan-gerakan membaca yang efisien. Derakan yang di maksud yaitu jangkauan penglihatan dan jangkauan pemahaman. (3) Penentuan Informasi Fokus menentukan lebih dulu informasi yang di perlukan sebelum memulai membaca dan dapat meningkatkan efisiensi membaca (Tampubolon, 1990:241).

  Perkembangan kemampuan membaca permulaan anak dipengaruhi oleh interaksi personal (pengalaman membaca permulaan bersama orang tua, saudara dan anggota keluarga lain di rumah), lingkungan fisik yang mencakup bahan bacaan di rumah, dan suasana yang penuh perasaan.

  Emosional, dan memberikan dorongan.Motivasional, yang cukup

  hubungan antar individu di rumah. SedangkanBahan bacaan, Faktor ini sangat mempengaruhi minat serta kemampuan membaca seseorang. Bahan bacaan untuk anak adalah bahan bacaan yang kritis dan mudah untuk dipahami oleh anak, karena bahan bacaan yang terlalu sulit untuk dipahami dapat mematikan selera untuk membaca (Dhieni, dkk, 2007: 5.20)

  Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan kemampuan membaca anak dipengaruhi oleh beberapa faktor.

3. Tahap-Tahap Membaca Anak Usia Dini

  Sebagai mana dalam perkembangan kemampuan membaca pada anak usia dini berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu. Dhieni, dkk (2007:3.17) mengatakan tahap-tahap belajar membaca pada anak, yaitu: tahp fantasi, tahap pembentukan konsep diri, tahap membaca gambar, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca lancar. (1) Tahap fantasi (Magical Stage), tahapan ini terdiri dari: mulai menggunakan buku; mulai berpikir bahwa buku itu penting; melihat atau membolak-balikkan buku; kadang-kadang membawa buku kesukaannya. (2) Tahap Pembentukan Konsep Diri (Self Concept Stage), tahapan ini terdiri dari dari beberapa tahap yaitu : anak memandang dirinya sebagai pembaca; mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca; pura-pura membaca buku; memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku; menggunakan bahasa buku (gambar) meskipun tidak cocok dengan tulisan. (3) Tahap Membaca Gambar (Bridging Reading Stage), tahap ini terdiri dari beberapa ciri yaitu : anak mulai sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenalnya; anak dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya; anak dapat mengulang kembali cerita yang tertulis; dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu dikenalkan; anak sudah mengenal abjad. (4) Tahap Pengenalan Bacaan (Take-off reader), tahap ini terdiri dari beberapa ciri penting yaitu : anak tertarik pada tulisan; anak mulai mengingat kembali cetakan pada konteksnya; anak berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan; anak membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan. Lebih lanjut (5) Tahap Membaca Lancar (Idependent Reader Stage), tahap ini terdiri dari beberapa ciri yaitu : anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas; anak menyusun pengertian diri tanda, pengalaman, dan isyarat yang dikenalinya; anak mulai menggunakan bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman sehingga anak semakin mudah membaca.

  Sedangkan Cochrane, et al (dalam Suyanto, 2005:168) mengatakan ada lima tahap perkembangam kemampuan membaca pada anak, yaitu tahap magis, tahap konsep diri, tahap membaca peralihan, tahap membaca lanjut dan tahap membaca mandiri. (1) Pada tahap magis, anak anak mulai menyukai bacaan, suka membolak-balikkan buku, suka membawa buku kesukaannya dan menganggap bacaan itu penting dan buku bergambar dapat digunakan untuk mengembangkan imajinasi anak. Tahap magis sudah mulai terlihat saat anak berusia dua tahun. (2) Tahap konsep

  diri , sudah mulai terlihat pada saat anak berusia tiga tahun. Pada tahap ini

  anak menganggap dirinya sudah dapat membaca (padahal belum) dan mereka sering berpura-pura membaca buku, dan anak sering menerangkan isi atau gambar dalam buku yang ia sukai kepada orang lain seakan anak sudah dapat membaca. (3) Tahap membaca,peralihan mulai terlihat saat anak berusia empat tahun. Anak mulai mengingat huruf atau kata yang sering ia jumpai dan mereka mulai tertarik dengan jenis-jenis huruf dalam ukuran besar. (4) Tahap membaca lanjut, terlihatkan saat anak berusia lima tahun. Pada tahap ini anak mulai sadar akan fungsi bacaan dan cara membacanya. Anak tertarik dengan berbagai bacaan yang ada gambarnya, dan anak mulai mengeja dan membaca kata. Sedangkan (5) Tahap

  

membaca mandiri , Tahap membaca mandiri pada saat anak berusia 6-7

  tahun biasanya sudah mencapai tahap ini. Pada tahap ini anak sudah mulai dapat membaca buku sendiri dan mencoba memahami makna dari apa yang ia baca. Buku bacaan bergambar yang berwarna-warni dengan ukuran besar dapat menarik minat anak untuk membaca mandiri.

  Lebih lanjut Tarigan (2008:18) dalam uraian terdahulu, kita telah berbicara mengenai proses membaca. Tahap-tahap dalam pengajaran dan pelajaran membaca. Berikut ini, kita kemukakan beberapa tahap yang dapat diikuti bila perlu dalam situasi serta kondisi memungkinkan. Tahap

  Pertama , Para pelajar disuruh membaca bahan yang telah mereka pelajari,

  mengucapkannya dengan baik atau bahan yang mungkin telah mereka ingat. Bahan-bahan tersebut mungkin berupa suatu percakapan, suatu nyanyian, serangkaian kalimat tindakan, suatu cerita sederhana mengenai hal-hal yang telah dialami oleh anggota kelas dan telah mereka diskusikan, kalimat-kalimat model yang memgandung beberapa struktur yang telah diajarkan tersebut. Dalam tahap ini, para pelajar haruslah dibimbing untuk mengembangkan/ meningkatkan response-responsi visual yang otomatis terhadap gambaran-gambaran huruf yang akan mereka lihat pada halaman cetakan. Guru menyuruh para pelajar mengucapkan/ menceritakan bahan yang telah dikenal/ diketahui itu tanpa melihatnya. Kemudian, guru membaca bahan itu dengan suara nyaring pada saat para pelajar melihat bahan bacaan itu. Setelah itu, mereka dapat membacanya bersama-sama mengikuti guru. Lalu kelompok atau perorangan dapat disuruh membacanya berganti-ganti. Tahap Dua, Guru atau kelompok guru bahasa asing pada sekolah yang bersangkutan menyusun kata-kata serta struktur- struktur yang telah diketahui tersebut menjadi bahan dialog atau paragraph yang beraneka ragam, para pelajar dibimbing serta dibantu dalam membaca bahan yang baru disusun yang mengandung usnur-unsur yang sudah biasa bagi mereka. Tahap Tiga, Para pelajar mulai membaca bahan yang berisi sejumlah kata dan struktur yang masih asing atau belum biasa bagi mereka. Suatu komite guru-guru dapat menulis/ menyediakan bahan yang dimaksud, atau menyusun teks-teks dengan kosa kata dan struktur yang bertaraf rendah tetapi berdaya tarik yang bertaraf tinggi selaras dengan usia para pelajar. Beberapa percobaan informal telah menunjukkan bahwa para pelajar mengalami sedikit bahkan tidak mengalami kesulitan sama sekali menghadapi sebuah kata baru yang diselipkan di antara tiga puluh kata biasa. Acapkali teks-teks tata bahasa berisi paragraf-paragraf atau pilihan-pilihan yang sesuai buat bacaan pada tahap ini. Tahap Empat, Beberapa spesialis dalam bidang membaca menganjurkan penggunaan teks-teks sastra yang telah disederhanakan atau majalah-majalah sebagai bahan bacaan pada tahap ini. Tetapi terdapat pula sejumlah ahli yang menolak anjuran tersebut dengan alasan bahwa bahan serupa itu tidak lagi mencerminkan gaya bahasa atau semangat serta jiwa pengarang. Walaupun demikian, masih terdapat buku-buku yang telah disederhanakan yang sangat baik di toko-toko buku, yang dapat dimanfaatikan oleh para

pelajar yang tidak akan pernah mampu mencari taraf itu. Selanjutnya

  Tahap Lima, Bahan bacaan tidak dibatasi. Seluruh dunia buku terbuka

  bagi para pelajar. Beberapa diantaranya mungkin mencapai keterampilan- keterampilan tersebut sesudah melwati program 6 tahun di sekolah lanjut pertama dan sekolah lanjutan atas, bahakan ada pula yang mencapainya sesudah mendapatkan latihan dan bimbingan selama satu atau dua tahun di perguruan tinggi.

  Berdasarkan beberapa definisi membaca yang telah diuraikan tersebut dapat dikemukakan bahwa kegiatan membaca mempunyai berbagai macam tujuan dan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Setiap orang yang akan melakukan kegiatan membaca tentu mempunyai maksud mengapa perlu membaca yang selanjutnya dapat mengambil manfaat setelah kegiatan membaca berlangsung. Manfaat kegiatan membaca antara lain (1) media informasi, (2) media penambahan wawasan, (3) media belajar suatu keterampilan, (4) media aktualisasi diri, dan (5) media pembentukan kecerdasan emosi dan spiritual.

B. Metode Bermain Kotak Berkait

1. Metode Bermain pada Anak Usia Dini

  Ketika permainan kotak berkait ini di lakukan, maka anak dapaat mengembangkan pengembangan bahasanya yaitu menggunakan bahasa dalam menyebutkan huruf yang di dapat, menyambungkan huruf yang didapat dengan gambar dan kata dalam kotak dan membaca kata. Kegiatan kotak berkait ini dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak dalam memahami huruf yang didapatnya.

  Menurut Moeslichatoen (1999:8) Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditentukan. Metode merupakan cara, yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.

  Setiap guru akan menggunakan metode sesuai gaya melaksanakan kegiatan. Namun yang harus ingat di taman kanak-kanak mempunyai cara yang khas. Oleh karena itu ada metode-metode lain yang lebih sesuai bagi anak TK dibandingkan dengan metode-metode lain. Metode-metode yang memungkinkan anak satu dengan anak lain berhubungan anak lebih memenuhi kebutuhan dan minat anak, melalui pendekatan hubungan antara guru dan anak.

  Menurut Anita Yus (2011:136) dapat dinyatakan bahwa metode bermain itu merupakan sumbangan yang berarti bagi perkembangan belajar anak. Artinya tidak diragukan lagi bahwa bermain dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat menggunakan sebagai metode dalam kegiatan pelaksanaan program TK.

  Kegiatan menggunakan metode permainan dengan kotak berkait dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak TK.

  Permainan ini sangat memberikan pengaruh positif, karena dalam kegiatan ini dilakukan motivasi dan minat belajar membaca permulaan anak menjadi meningkat.

  Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bermain kotak berkait adalah bermain secara individu dengan media kotak yang berisikan huruf agar setiap anak mampu menyebutkan huruf, menyambungkan gambar dan kata, dan membaca kata sehingga dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan.

2. Bermain Kotak Berkait pada Anak Usia Dini

  Menurut Anita Yus (2011:134) bermain merupakan suatu kegiatan yang sangat disenangi anak. Pada berbagai situasi dan tempat selalu saja anak menyempatkan untuk menggunakannya sebagai arena bermain dan permainan.

  Kegiatan belajar di TK lebih banyak dilakukan dengan bermain. Pada dasarnya, situasi TK didesain sebagai arena bermain. Apa saja yang ada selalu berkaitan dengan bermain. Hal ini dapat dilihat dari penataan benda-benda yang ada, warna, gambar dan peralatannya. Sehingga kalau kita memasuki lingkungan TK akan disambut dengan suara riuh dan aktivitas anak yang beragam.

  Menurut Anggani Sudono (2010:1) bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.

  Sedangkan menurut Moeslichatoen (2004:31) sebagian besar orang mengerti apa yang dimaksud dengan bermain, namun demikian mereka tidak dapat memberi batasan apa yang dimaksud dengan bermain. Beberapa ahli peneliti memberi batasan arti bermain dengan memisahkan aspek-aspek tingkah laku yang berbeda dalam bermain. Dikemukakan sedikitnya ada lima kriteria dalam bermain (Dworetzky, 1990: 395-396).

  a. Motivasi intrinsik. Tingkah laku bermain dimotivasi dari dalam diri anak, karena itu dilakukan demi kegiatan itu sendiri dan bukan karena adanya tuntutan masyarakat fungsi-fungsi tubuh;

  b. Pengaruh positif. Tingkah laku itu menyenangkan atau menggembirakan untuk dilakukan.

  c. Tingkah laku itu bukan dilakukan sambil lalu, karena itu tidak mengikuti pola atau urutan yang sebenarnya, melainkan lebih bersifat pura-pura.

  d. Cara/tujuan. Cara bermain lebih diutamakan daripada tujuannya. Anak lebih tertarik pada tingkah laku itu sendiri dari pada keluaran yang dihasilkan.

  e. Kelenturan. Bermain itu perlu yang lentur. Kelenturan ditunjukan baik dalam bentuk maupun dalam hubungan serta berlaku dalam setiap situasi.

  Jika kita menggunakan kelima kriteria tersebut, maka kita dapat mengatakan bahwa bila seseorang anak menggunakan mainan hewan- hewanan dengan cara yang lentur tanpa tujuan yang jelas dalam pikirannya, kegiatannya berpura-pura, menyenangkan bagi dirinya sendiri, dan melakukan kegiatan hanya untuk bergiat, maka dapat dikatakan ia sedang bermain.

  Lebih lanju t menurut Hurlock (1978:320) “Bermain” (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Arti yang paling tepat iyalah setiap kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Bermain dilakukan secara suka rela dan tidak ada paksaan atau tekanan dari luar atau kewajiban.

  Bermain juga merupakan tututan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memasukan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial, nilai, dan sikap hidup.Melalui bermain anak juga dapat mengembangkan bahasanya dengan cara: mendengarkan beraneka bunyi, mengucapkan suku kata atau kata, memperluas kosa kata, berbicara sesuai dengan tata bahasa indonesia, dan sebagainya.

  Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpualan bahwa metode bermain kotak berkait adalah metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dimana anak diminta memainkan kotak yang berisikan huruf di dalamnya dan sebisa mungkin anak dapat menyebutkan huruf yang di dapatnya, lalu huruf tersebut disambungkan dengan gambar dan kata dan membaca kata melalui permainan kotak berkait ini.

3. Langkah-Langkan Metode Bermain Kotak Berkait

  Langkah-langkah permainan kotak berkait adalah meliputi: persiapan, dan pelaksanaan kegiatannya. Menurut Sofia (2005:85) Bermain merupakan sebuah sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal. Sebab bermain berfungsi sebagai kekuatan, pengaruh terhadap perkembangan, dan lewat bermain pula didapat pengalaman yang penting dalam dunia anak. Hal inilah yang menjadi dasar dari inti pembelajaran yang penting pada anak usia dini.

  Menurut Dhieni (2007:5.8) membaca merupakan kemampuan berbahasa yang bersifat reseptif. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang bersifat kompleks dan melibatkan fisik dan mental. Adapun kegiatan-kegiatan yang terlibat dalam kegiatan membaca adalah (1) pengenalan huruf atau aksara, (2) bunyi huruf dan rangkaian huruf- huruf, dan (3) makna atau maksud, dan (4) pemahaman terhadap makna atau maksud berdasarkan konteks wacana.

  Sedangkan menurut Shofi (2005:92) kegiatan bermain yang dilakukan oleh anak pada dasarnya mencerminkan tingkat perkembangan mereka. Karena berikut akan diuraikan tentang tahapan bermain dari para ahli. Sesuai dengan tingkat usia seseorang anak, tahapan bermain dibagi menjadi 3 (tiga) tahap, yaitu:

  1. Exploration Play (0-2 tahun) Dalam tahap bermain ini anak sudah mulai tumbuh rasa ingin tahunya untuk menjelajahi dunia sekitar dan dirinya sendiri. Anak akan bergerak kesana dan kemari hanya untuk memasukkan rasa ingin tahunya dilakukan tanpa aturan serta tujuan yang jelas.

  2. Competency Play (3-6 tahun) Adalah tahap anak melakukan aktifitas dengan cara meniru orang lain yang dilihatnya. Pada tahap ini anak sudah mulai mampu untuk mencapai tingkat keterampilan tertentu, misalnya cara memegang pingsil.

3. Achievement Play ( 7-10 tahun)

  Adalah tahap permainan dimana anak mulai melakukan kegiatan bermain yang sifatnya kompetitif. Kegiatan ini dilakukan karena anak sudah ingin menunjukan persentasinya. Tahap pelaksanaan permainan kotak berkait ini adalah:

  Kondisikan motivasi anak untuk mengikuti permainan, beri reword dengan tepuk tangan, bintang atau acungan jempol ketika anak dapat mengikuti permainan. Sebelum kegiatan ini berjalan jelaskan terlebih dahulu cara bermain kotak berkait tersebut dan kenalkanlah huruf A a sampai huruf Z z terlebih dahulu. Letakan tiga kotak berkait di atas meja, kotak pertama berisi kartu huruf, kotak kedua berisi kartu gambar, dan kotak ketiga berisi kartu kata. Anak di minta mengambil kartu huruf yang ada di kotak pertama apa bila anak mendapatkan huruf D dalam kotak pertama anak dapat menyambungkan huruf tersebut dengan gambar binatang yang ada di kotak kedua dengan sesuai gambar yang berkaitan dengan huruf D, setelah itu anak baru menyambungkan gambar tersebut dengan kata yang ada di kotak ketiga (D = = Domba).

  Ketika anak sudah mampu melakukan setiap tahap kemampuan yang tertera di indikator tersebut berikan reword tepuk tangan dan motivasi pada anak yang sudah mengikuti permainan ini.

C. Kriteria Keberhasilan 1. Pedoman Evaluasi/ Pedoman Penilaian

  a. Pengertian Penilaian Hasil Belajar Penilaian sebagai salah satu komponen kegiatan belajar atau pembelajaran yang dapat memberi informasi tentang kegiatan tersebut telah dilakukan, dan kegiatan apa lagi yang mungkin akan dilakukan. Kemudian informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan untuk menentukan ketercapaian setiap anak dalam mengikuti kegiatan pelaksanaan program dan keberhasilan dalam kegiatan. Berdasarkan informasi, guru menentukan kegiatan belajar berikutnya baik untuk semua anak maupun secara individu. Dengan begitu penilaian merupakan komponen lainnya seperti langkah kegiatan, tema, subtema kegiatan, media dan pelaksanaan program.

  Penilaian adalah suatu usaha mengumpulkan dan menafsirkan berbagai informasi secara sistematis, berkala, berkelanjutan, menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan serta perkembangan yang telah dicapai oleh anak. (Aqib, 2009:57)

  Penilaian pendidikan di taman kanak-kanak menurut Anita Yus (2005:31) lebih banyak untuk mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak. Melalui penilaian dapat diketahui dan ditetapkan aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan yang belum dicapai oleh anak.

  Dalam melaksanakan penilaian ada beberapa jenis ada observasi pengamatan langsung terhadap sikap dan prilaku anak, kemudian catatan anekadot, catatan tentang sikap dan prilaku anak secara khusus, dan juga untuk kerja yang merupakan penilaian yang menurut anak didik untuk melakukan tugas dalam perbuatan yang dapat di amati, serta hasil karya anak didik setelah melakukan kegiatan hal ini menghasilkan berupa keterampilan tangan atau karya seni.

  b. Jenis-Jenis Penilaian Hasil Belajar Menurut Zainal Aqib (2009:59-60) dalam melaksanakan penilaian terdapat 6 jenis penilaian yang dapat digunakan sebagai alat dan cara penilaian yaitu diantaranya : 1.) Observasi

  Observasi adalah cara pengumpulan data/ informasi melalui pengamatan langsung terhadap sikap dan perilaku anak. Observasi akan lebih terarah bila ada pedoman observasi yang dikembangkan oleh guru dengan mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.

  2.) Catatan anekdot (anecdotal record) Catatan anekdot adalah catatan tentang sikap dan perilaku anak secara khusus (peristiwa yang terjadi secara insidental/ tiba- tiba.

  3.) Percakapan Percakapan adalah cara penilain yang dilakukan melalui bercakap- cakap antara anak didik dengan guru, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. 4.) Penugasan

  Penugasan merupakan cara penilaian berupa pemberian tugas yang harus dikerjakan anak didik dalam waktu tertentu, baik secara perorangan maupun kelompok. 5.) Unjuk kerja (performance)

  Unjuk kerja merupakan penilaian yang menuntut anak untuk melakukan tugas dalam perbuatan angar dapat diamati, misalnya perktik menyanyi, olah raga, memperagkan sesuatu. 6.) Hasil karya

  Hasil karya adalah hasil kerja anak setelah melakukan suatu kegiatan dapat berupa pekerjaan tangan atau karya seni.

  c. Pedoman Penilaian Hasil Belajar Zainal Aqib (2009:61-62) mengatakan bahwa dalam hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut :

  1.) Catatlah hasil penilaian perkembangan anak pada kolom penilain di satuan kegiatan harian (SKH ) atau rencana kegiatan harian (RKH). 2.) Anak yang perilakunya belum sesuai dengan apa yang diharapkan dan belum dapat memenuhi kemampuan (indikator) seperti yang diharapkan dalam SKH/ RKH, maka pada kolom penilaian tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran kosong ( O ).

  Tanda lingkaran kosong ( O ) juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa anak melakukan/ menyelesaikan tugas selalu dibantu guru. 3.) Anak yang perilakunya melebihi yang diharapkan dan dapat menunjukkan kemampuan melebihi kemampuan (indikator) yang tertuang dalam SKH/RKH, maka pada kolom penilaian tersebut dituliskan nama anak dan tanda lingkaran berisi penuh ().

  Tanda lingkaran penuh () juga dapat digunakan untuk menunjukkan bahwa anak mampu melakukan/ menyelesaikan tugas tanpa bantuan guru.

  Hasil catatan penilaian yang ada dalam kolom penilain di satuan kegiatan harian (SKH ) atau rencana kegiatan harian (RKH) dirangkum dan dipindahkankedalam format rangkuman penilaian perkembangan anak didik Taman Kanak-kanak.

  Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada SKH/RKH lebih cenderung memperoleh bulatan penuh, maka hasilnya akan dipindahkan bulatan penuh pada rangkuman bulanan. Apabila hasil penilaian pada perkembangan anak dalam 1 bulan pada SKH/RKH lebih cenderung memperoleh bulatan kosong maka hasilnya akan dipindahkan bulatan kosong pada rangkuman bulanan. Apabila hasil penilaian pada SKH/RKH perkembangan anak dalam 1 bulan lebih cenderung seimbang perolehan bulatan penuh dan bulatan kosong maka hasilnya berupa Tanda Ceklis ( ) yang kemudian dipindahkan ke rangkuman bulanan.

  Menurut Kemendiknas dirjen Mandas (2010:11) catatan hasil penilaian harian adalah sebagai berikut : 1.) Anak yang belum berkembang (BB) sesuai indikator seperti, dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang (). 2.) Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan indikator yang diharapkan RKH mendapat tanda dua bintang ().

  3.) Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH mendapat tanda tiga bintang (  ).

  4.) Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapat tanda empat bintang ().

2. Indikator Hasil Belajar

  Pengembangan metode bermain kotak berkait bertujuan mengembangkan minat baca permulaan anak terhadap kosa kata yang lebih luas, melatih komunikasi secara efektif, dapat merespon ketika diajak berbicara, mengembangkan kemampuan keterampilan pemahaman dan melatih daya ingat anak. Dengan menggunakan permainan kotak berkait anak dapat melaksanakan kegiatan yang dapat mengembangkan minat baca permulaan anak. Menurut Tarigan (2008: 1) dalam kurikulum di sekolah keterampilan berbahasa mencangkup 4 segi keterampilan yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Mula-mula pada masa kecil anak belajar menyimak bahasa kemudian berbicara sangat berkait erat dengan kemampuan menyimak, berbicara dan menulis.

  Menurut Tampubolon (1990:5) membaca adalah suatu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan suatu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan, lambang-lambang bunyi, bahasa diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf alphabet latin. Pengertian pengubahan disini juga mencangkup pengenalan huruf-huruf serta lambang bunyi-bunyi bahasa.

  Sedangkan menurut Catron dan Allen (dalam Syaodih, 2005:1) bahasa mencangkup mengkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan individu dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol seperti lisan, tulisan, isyarat, bilangan, lukisan atau mimik yang digunakan untuk mengucapkan sesuatu. Kegiatan bermain memungkinkan anak belajar tentang diri mereka sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Dalam kegiatan bermain, anak bebas untuk berimajinasi, bereksplorasi, dan menciptakan sesuatu.

  Melalui bermain anak akan lebih tertarik mengikuti kegiatan yang di berikan oleh guru dan dalam pembelajaran memungkinkan anak akan aktif dengan berbagai hal seprti aktif dalam bermain, tanya jawab, dan lain sebagainya.

  Kritetia hasil belajar anak yang diadaptasi dari kurikulum (2010) yang ada di TK yang berkaitan dengan membaca permulaan anak dengan kegiatan metode bermain kotak berkait adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Kemampuan Membaca Anak

  No Indikator Keberhasilan Kemampuan Membaca Anak

  1. Kemampuan menyebutkan huruf pada kotak pertama 2.

  Kemampuan menyambungkan huruf dengan gambar pada kotak kedua

  3. Kemampuan menyambungkan gambar menjadi kata pada kotak ketiga

  4. Kemampuan membaca kata pada kotak ketiga Dari indikator diatas dapat disimpulkan bahwa yang diharapkan oleh peneliti pada anak yang akan nantinya dapat menambah kemampuan membaca permulaan dan dapat meningkatkan kemampuan baca anak selain itu untuk menambah wawasan kosa kata yang lebih luas dan sederhana.

D. Kerangka Berpikir

  Alur kerangka berfikir dapat digambarkan secara praktis menggunakan metode permainan kotak berkait untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada Kelompok B2 TK Aisyiyah 1 Purwokerto, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :

  BAGAN ALUR BERFIKIR PERENCANAAN1

  1. Minat belajar Dilakukan upaya rendah perbaikan PTK dengan

  Kondisi Awal

  2. Kemampuan metode bermain kotak membaca siswa berkait masih rendah

  Hasil Siklus 1 PelaksanaanSiklus I

  Observasi/

  1. Siswa lebih aktif Evaluasi

  Dilakukan metode

  2. Kemampuan bermain kotak berkait

  Kemampuan membaca meningkat membaca anak

  3X pertemuan

  3. Hasil belajar belum Siklus 1 optimal

  Hasil Siklus 2 Observasi /

  PelaksanaanSiklus II Evaluasi

  1. Kemampuan membaca anak meningkat Dilakukan metode

  Kemampuan maksimal bermain kotak berkait membaca anak

  2. Siswa sudah aktif

  3X pertemuan Siklus 2

  3. Hasil belajar meningkat

  Hasil Akhir

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian Tindakan Kelas

E. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan kerangka berfikir diatas, dinyatakan bahwa melalui kegiatan “Bermain Kotak Berkait dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan pada anak didik kelompok B2 TK Aisyiyah 1 Purwokerto, Kecamatan Purwokerto Timur, Kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun ajaran 2013-

  2014”.