STUDI KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PEMBULATAN HARGA JUAL PADA TRANSAKSI JUAL BELI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) DI STASIUN PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PERTAMINA GRESIK.
STUDI KOMPARASI HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERHADAP PEMBULATAN HARGA JUAL PADA TRANSAKSI
JUAL BELI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) DI STASIUN
PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PERTAMINA
GRESIK
SKRIPSI
Oleh:
Maulida Khasanah
NIM. C02212064
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2016
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian yang akan menjawab permasalahan: 1)
Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual
beli BBM di SPBU Pertamina di Gresik? 2) Bagaimana menurut UU No. 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM di SPBU Pertamina di Gresik? 3) Bagaimana studi komparasi hukum
Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap
pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM di SPBU Pertamina di Gresik?
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris yaitu
lapangan, proses analisis dalam penelitian ini menggunakan pola pikir induktif yaitu
menganalisis data khusus tentang faktor dan mekanisme pembulatan harga jual yang
terjadi di SPBU Pertamina wilayah Gresik kemudian dianalisis dengan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum
Islam dan dikomparasikan antara keduanya untuk kemudian ditarik suatu
kesimpulan.
Analisis hukum Islam dalam mekanisme pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM terdapat penyimpangan, dikarenakan ada beberapa konsumen yang
merasa dirugikan. Kerugian tersebut apabila dianalisis maka sistem pembulatan
harga masih terdapat unsur riba>(tambahan). Akan tetapi Pembulatan harga jual yang
terjadi di SPBU Pertamina bisa diperbolehkan oleh Agama Islam, manakala
manakala unsur kerelaan/taradin dapat terpenuhi yakni konsumen merelakan uang
kembalian pembelian BBM tersebut hanya untuk menempuh jalan keluar dari
kesulitan yang dialami oleh pihak SPBU. Yakni peredaran uang receh mulai hilang
dan uang yang banyak beredar saat ini yaitu uang kertas yang nilai nominalnya
tinggi. Jadi sifatnya hanya menghilangkan kesulitan, yang mana ajaran Islam
memperbolehkannya. Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1999 terdapat sanksi
pada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, seperti yang dijelaskan dalam Pasal
61 ayat (1). Pelaku usaha dapat dikenai atau dijatuhi sanksi berupa pidana penjara
selama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,- (dua
milyar rupiah), ketika mereka melanggar ketentuan Pasal 8 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, dalam kaitanya dengan pembulatan harga jual ini yaitu
terdapat dalam Pasal 8 huruf (c) tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
Bagi pelaku transaksi khususnya pihak Operator SPBU Pertamina di Gresik
hendaknya ketika melakukan pembulatan harga jual mengkonfirmasikan dahulu
kepada pihak konsumen, supaya unsur kerelaan antara penjual dan pembeli dapat
terpenuhi. Kepada konsumen SPBU Pertamina di Gresik yang ingin melakukan
transaksi jual beli BBM dalam hal ini diharapkan konsumen membeli dengan
nominal pas jikalau tidak ingin dirugikan.
v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ....................................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................................
iii
PENGESAHAN .........................................................................................................
iv
ABSTRAK ................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
ix
DAFTAR TRANSLITERASI .....................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
BAB
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah .....................................................................
6
C. Rumusan Masalah .............................................................................................
7
D. Kajian Pustaka ..................................................................................................
8
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................................
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................................
11
G. Definisi Operasional .........................................................................................
12
H. Metode Penelitian .............................................................................................
13
I.
17
Sistematika Pembahasan ..................................................................................
II
TEORI
JUAL
BELI
MENURUT
HUKUM
ISLAM
DAN
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (UUPK)
A. Ketentuan Jual Beli dalam Hukum Islam ............................................................
19
1.
Pengertian dan Hukum Jual Beli ..............................................................
19
2.
Dasar Hukum Jual Beli .............................................................................
20
3.
Rukun dan Syarat Jual Beli.......................................................................
23
B. Ketentuan Jual Beli menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen ...........
29
1.
Pengertian Jual Beli menurut UUPK ........................................................
30
2.
Filosofi lahirnya UUPK ............................................................................
33
3.
Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen ..................................
34
4.
Hak dan Kewajiaban Konsumen ...............................................................
37
5.
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ............................................................
40
6.
Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha.............................................
41
7.
Ketentuan- Ketentuan mengenai Sanksi dalam UUPK ...........................
43
BAB III MEKANISME PEMBULATAN HARGA JUAL PADA TRANSAKSI JUAL
BELI BBM DI SPBU PERTAMINA GRESIK
A.
Gambaran Umum SPBU Pertamina 54.611.20 di Gresik.........................
45
B.
Gambaran Umum SPBU Pertamina 54.611.24 di Gresik.........................
54
C.
Gambaran Umum SPBU Pertamina 54.611.04 di Gresik.........................
57
D.
Faktor dan Mekanisme Pembulatan Harga Jual BBM di Wilayah
Gresik ........................................................................................................
62
i
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
E.
Hasil Wawancara dengan Operator di SPBU Pertamina wilayah
Gresik mengenai Pembulatan Harga BBM ...............................................
F.
Hasil Wawancara kepada Konsumen di SPBU Pertamina wilayah
Gresik mengenai Pembulatan Harga BBM ...............................................
G.
64
66
Akibat yang ditimbulkan oleh Pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM di SPBU Pertamina Gresik ................................................
71
BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU
NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERRHADAP PEMBULATAN HARGA
A. Analisis Pembulatan Harga Jual pada transaksi jual beli BBM (Baha
Bakar Minyak) menurut Hukum Islam dan UU No.8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen ..............................................................
73
B. Analisis Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Islam dan UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap Pembulatan
harga jual dalam transaksi jual beli BBM ................................................
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................
83
B. Saran .............................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kodrat hidup
dalam masyarakat, dalam hidup bermasyarakat disadari atau tidak bahwa manusia
selalu berhubungan satu sama lain dalam menghadapi kebutuhan hidupnya
terutama dalam jual beli.
Dalam kajian kitab fiqh, jual beli sudah dijelaskan di dalam menentukan
aturan-aturan hukumnya antara lain tentang rukun, syarat maupun bentuk-bentuk
jual beli yang dilarang oleh Agama Islam. Oleh karena itu di dalam prakteknya
harus dikerjakan secara konsekuen dan memberi manfaat bagi orang yang
bersangkutan.
Dalam jual beli terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi sah tidaknya
akad tersebut. Diantaranya adalah syarat yang diperuntukkan untuk barang yang
akan dibeli, yaitu syarat saling ridha antara penjual dengan pembeli. Jual beli
dianggap tidak sah hukumnya , apabila salah satu dari penjual atau pembelinya
merasa terpaksa. 1 Sebab Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisaa ayat 29:
ٍ َﺎأَ ـ َﻬﺎ ﺒ ِﺬ َﻦ ءَﺒ َ ﻨُﻮﺒ ﻻَﺗَﺄْ ُ ُﻮﺒ أَْ َﻮﺒَ ُ َـْـﻨَ ُ ِﺎَْﺎ ِ ِ إِﻻ أَ ْن ﺗَ ُ ﻮ َن ِﲡَ َﺎرًة َﻦ ﺗَـَﺮ
... ْ ُ ﺒض ﱢ ﻨ
1
Saleh al-fauzan, Fiqih sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 366.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu... (An-Nisa’ : 29) 2
Dalam jual beli terdapat dua subyek yaitu penjual yang kedudukanya
sebagai pelaku usaha dan pembeli sebagai konsumen. Penjual sebagai pelaku
usaha 3 berusaha menghasilkan berbagai jenis produk yang dibutuhkan oleh
konsumen 4
Dalam proses jual beli, sering kali para pelaku usaha atau produsen tidak
jujur dan melakukan kecurangan-kecurangan atau penipuan kepada konsumen.
Diantaranya kecurangan-kecurangan dan penipuan tersebut adalah mengenai
pembulatan harga dalam Transaksi Jual Beli Bahan Bakar Minyak (BBM). Apabila
konsumen atau pembeli melakukan pengisian bensin penuh (full tank), dan mesin
pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) menunjukkan angka atau harga Rp.
15.257,- atau Rp.19.235,-maka terjadi pembulatan harga yang dilakukan oleh
pihak SPBU yang semula Rp. 15.257,- menjadi Rp. 15.500,- dan Rp.19.235,menjadi Rp.20.000,- Pembulatan harga jual ini sering terjadi apabila kita
melakukan transaksi tunai. Sedangkan pada transaksi penggunaan kartu debet
atau kredit transaksi sesuai dengan harga yang terdapat pada mesin pengisian
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro,
2013),122.
3
Pelaku usaha adalah setiap orang atau perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pasal 1 UndangUndang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999, 3.
4
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999, 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Hal tersebut kerap terjadi di
sebagian besar SPBU di Gresik.
Konsumen dalam peristiwa pembulatan harga bervariasi dalam berpendapat
diantaranya ada yang merelakan uang pembulatan tersebut dan ada juga yang
tidak merelakanya. Bagi yang mengiklaskan atau yang merelakan berpendapat
bahwa pembulatan yang dilakukan oleh karyawan SPBU (Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum) hanya berkisar Rp.400,- masih dibawah nominal Rp.500,merupakan hal yang wajar bagi sebagian orang. 5 Sedangkan pihak yang tidak
merelakan adanya pembulatan harga jual yang dilakukan pihak SPBU berpendapat
bahwa pembelian dengan ketidaksesuaian harga atau tambahan dari harga asli itu
akan merugikan pihak konsumen dan akan menjadi hal biasa yang akan dilakukan
pihak SPBU, meskipun nilainya tidak seberapa tetapi hal tersebut akan merugikan
banyak konsumen dan akan memperkaya pihak SPBU. 6
Kepentingan setiap orang dalam pergaulan hidup menimbulkan adanya hak
dan kewajiban, setiap orang mempunyai hak yang wajib yang selalu diperhatikan
orang lain dan dalam waktu yang sama, juga memikul kewajiban yang harus
ditunaikan terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban tersebut diatur
dalam aturan-aturan hukum untuk menghindari terjadinya bentrokan-bentrokan
kepentingan dari berbagai pihak. Adapun patokan-patokan hukum yang mengatur
5
Siska, Wawancara, SPBU Pertamina Jl. Veteran Gresik, tanggal 12 November 2015.
Hadianto, Wawancara, SPBU Pertamina Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Gresik, tanggal 12 November
2015.
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
hubungan dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat tersebut dikenal dengan
istilah hukum Mu’amalat.
Menurut Hasbi as-Siddiqiey “menjual” adalah mengalihkan kepemilikan
sesuatu barang kepada orang lain dengan menerima harga dengan kerelaan kedua
belah pihak, atau pertukaran harta atas jalan sama-sama rela, 7 yakni perpindahan
milik kepada seseorang dengan jalan ganti rugi yang dapat dibenarkan oleh
syara’. 8
Allah Ta'ala berfirman dalam Q.S Al-Isra' ayat 87 yang berbunyi:
ﻀَ ُ َ ﺎ َن ََْ َ َ ِ ًﲑﺒ
ْ َ إِﻻ َر ْﲪَ ًﺔ ﱢ ﻦ رﱢ َ إِن
Artinya : Kecuali karena rahmat dari Rabbmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu
adalah benar. (Al-Isra’ : 87)9
Dalam Islam tidak ada larangan jual beli, akan tetapi Islam melarang
setiap tindakan curang, penipuan para pelaku usaha terhadap konsumen. Larangan
ini disebutkan dalam Q.S Huud ayat 85 yang berbunyi:
ِ
ِ ِِ ِ
ِ
ِ ﻨﺎس أَ ْﺷَﺂءَ ُ ْ َوﻻَﺗَـ ْﺜَـ ْﻮﺒ ِﰲ ﺒْﻷ َْر
ض ُ ْ ِﺴ ِﺪ َﻦ
َ َوَﺎ َـ ْﻮم أ َْوُﻮﺒ ﺒْ ْ َ َﺎل َوﺒْ َﺰﺒ َن ﺎْ ْﺴ َوﻻَﺗَـْ َﺨ ُﺴﻮﺒ ﺒ
Artinya : Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan. (Huud : 85) 10
7
Hasbi ash-Siddiqiey, Hukum-Hukum Fiqih Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1962) , 378.
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa : Komaruddin A. Marzuki, (Bandung : PT Alma’arif,
1994) , 47-48.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 175.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 155.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Berdasarkan dalil dari Al-Qur,an diatas menunjukkan bahwa dalam Islam
pun ada Perlindungan terhadap Konsumen, walaupun tidak secara definitif.
Dalam perspektif Islam landasan yang mendorong perilaku seorang pelaku
bisnis hendaknya jangan didasarkan karena adanya rasa takut pada sebuah
pemerintahan, tidak juga karena hasrat untuk menumpuk dan menimbun kekayaan.
Perilaku bisnis mereka hendaknya berpondasikan atas rasa takut pada Allah dalam
usaha menggapai ridho-Nya. Jadi bisnis hendaknya melampaui sesuatu yang bersifat
legal. Seseorang bukan hanya semata mengharapkan rasa keadilan, bahkan lebih jauh
dari itu ia menginginkan yang melampaui hal tersebut dalam rangka memenuhi
kebajikan dan keluhuran budi. Sebagaimana juga tuntunan bagi seorang muslim yang
bertakwa, dia bukan hanya menghindari semua hal yang dilarang, bahkan lebih dari
itu ia hendaknya menghindari Syubhat , dimana apabila ia melakukan tindakan itu ia
merasa tidak mendapatkan ketenangan batin. Singkatnya, perilaku seseorang
hendaknya diwarnai oleh sebuah kesopanan tindakan dan niat yang sublime sesuai
dengan kadar dirinya sebagai makhluk Allah yang Mulia. 11
Berangkat dari pemikiran seperti yang dipaparkan diatas, tentang
pembulatan harga yang dilakukan pelaku usaha SPBU, penulis lebih membahas dari
sisi Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap pembulatan
harga pada transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) studi kasus di SPBU
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Gresik, dan bagaimana tinjauan hukum
11
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), 7-8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Islam terhadap masalah tersebut apakah mempunyai nash abadi dan universal yang
mengaturnya serta memiliki daya.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.
Praktek jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak)
2.
Pembulatan harga jual pada praktek jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM)
3.
Pendapat konsumen mengenai praktek pembulatan harga
4.
Mekanisme pembulatan harga jual BBM dalam Hukum Islam
5.
UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai praktek
pembulatan harga jual dalam transaksi jual beli BBM.
6.
Perbedaan dan Persamaan antara hukum Islam dan Undang-Undang No 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual BBM.
Supaya pokok permasalahan di atas lebih terarah mengenai praktek
pembulatan harga jual, maka titik fokus permasalahan tersebut akan dibatasi dengan
hal-hal berikut ini:
1. Analisis hukum islam terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli
BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)
Pertamina di Gresik
2. Analisis Undang-Undang No 8 Tahun 1999 terhadap pembulatan harga jual pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik
3. Studi komparasi hukum islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan
Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di
Gresik
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka bisa ditarik kesimpulan:
Studi komparasi hukum islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan
Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di
Gresik
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis hukum islam terhadap pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum) Pertamina di Gresik ?
2. Bagaimana menurut UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar
Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik?
3. Bagaimana Studi komparasi hukum islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)
Pertamina di Gresik ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat jelas
bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi
dari kajian atau penelitian yang pernah ada. 12
1. Skripsi yang ditulis oleh Aminatuz Zuhriyah dengan judul Skripsi Tinjauan
Hukum Islam terhadap pembulatan biaya pulsa wartel Studi kasus di Desa
Bungurasih Kec. Waru Kab Sidoardjo pada tahun 2003. Di dalam Rumusan
masalah membahas tentang bagaiman deskripsi pelaksanaan pembulatan biaya
pulsa telpon wartel di Desa Bungurasih kecamatan Waru Kabupaten Sidoardjo,
bagaimana sistem pembayaran sewa dan profit sharingnya, dan bagaimana
tinjauan Hukum Islam terhadap pembulatan biaya pulsa telepon wartel. 13 Dalam
skripsi tersebut disimpulkan bahwa pembulatan biaya pulsa wartel dibolehkan
dalam agama Islam karena hal tersebut dapat memberikan kemaslahatan.
Sedangkan mengenai profit sharingnya ada beberapa ketentuan yang diberikan
12
Tim Penyusun Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Penulisan Skripsi, (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.
13
Aminatuz Zuhriyah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pembulatan Biaya Pulsa Telepon Wartel
(Studi Kasus di Desa Bungurasih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoardjo”, (Skripsi--IAIN Sunan
Ampel, 2003) , 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
oleh pihak PT.Telkom kepada pemilik wartel sesuai dengan perjanjian. Hukum
Islam memandang biaya pembulatan pulsa wartel dikategorikan sah, hal ini
disebabkan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh pemilik wartel dengan pengguna
jasanya. Pembulatan pulsa dilakukan untuk menghilangkan kesulitan atau
kemudharatan.
2. Skripsi yang ditulis oleh M.Alfian Yazdad dengan judul skripsi Analisis Hukum
Islam terhadap Pembulatan Harga Jual dalam transaksi jual beli bensin di SPBU
Pertamina di Surabaya Selatan dengan permasalahan apa alasan pihak SPBU
tentang Pembulatan Harga jual bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan,
Bagaimana pendapat Konsumen tentang pembulatan harga jual bensin di SPBU
Pertamina tersebut, Bagaimana tinjauan hukum islam mengenai pembulatan
harga jual bensin di SPBU Pertamina tersebut. 14Dalam skripsi tersebut
disimpulkan bahwa pembulatan harga jual bensin boleh atau sah dilakukan
apabila pembulatan dilakukan dibawah Rp.50,3. Skripsi yang ditulis oleh Silvia Khaulia Maharani dengan judul skripsi Analisis
Hukum Islam terhadap pembulatan timbangan pada Jasa Pengiriman Barang di
PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) jalan karimun jawa Surabaya, dengan
permasalahan bagaimana mekanisme pembulatan timbangan pada jasa
pengiriman barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) karimun jawa
Surabaya dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap pembulatan timbangan
14
M.Alfian Yazdad , “Analisis Hukum Islam terhadap Pembulatan Harga Jual dalam transaksi jual
beli bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan”, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, 2011), 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
pada jasa pengiriman barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) karimun
jawa Surabaya. 15 Dalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa menurut hukum
Islam dalam pelaksanaan pembulatan yang terjadi pada PT.TIKI Jalur Nugraha
Ekakurir (JNE) jalan karimun jawa Surabaya bertentangan dengan akad ija>
rah
karena
dalam
landasan
teorinya
terdapat
penyimpangan
pada
saat
berlangsungnya transaksi karena pihak JNE tidak memberitahukan berat asli
dari barang yang akan dikirim, tetapi pada saat menimbang pihak JNE langsung
menentukan tarif tanpa memberitahukan berat asli barangnya.
Dalam kaitanya dengan penelitian yang dilakukan oleh Saudara M.Alfian
Yazdad
mengenai pembulatan harga jual pada transaksi jual beli bensin hanya
membahas tentang alasan pihak SPBU Pertamina (Pemilik, Manager, Karyawan) dan
apakah ada ketentuan tentang pembulatan tersebut dan pendapat konsumen
mengenai pembulatan harga Bensin di SPBU Pertamina Surabaya Selatan.
Sedangakan yang akan ditulis oleh penulis adalah membahas dari sisi UndangUndang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap pembulatan harga pada
transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) studi kasus di SPBU (Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum) di Gresik, dan bagaimana tinjauan hukum Islam
terhadap masalah tersebut apakah mempunyai nash abadi dan universal yang
mengaturnya serta memiliki daya.
15
Silvia Khaulia Maharani, “Analisis Hukum Islam terhadap pembulatan timbangan pada Jasa
Pengiriman Barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) jalan karimun jawa Surabaya”,
(Skripsi--UIN Sunan Ampel, 2015), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masaalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1.
Mengetahui bagaimana analisis hukum Islam terhadap Pembulatan harga jual
pada transaksi jual Beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik
2.
Mengetahui status hukum dan peranan Undang-Undang No 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum) Pertamina di Gresik
3.
Mengetahui Perbedaan dan Persamaan antara Hukum Islam dan UndangUndang No 8 Tahun 1999 tetang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan
harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1.
Secara teoretik, penelitian ini diharapkan mampu menberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu syari’ah pada umumnya, dan khususnya
jurusan Muamalah serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang
pembulatan harga jual beli di SPBU
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2.
Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
SPBU Pertamina khususnya yang menjadi objek penelitian, dalam melayani
konsumen dan memperhatikan hak-hak pembeli.
G. Definisi Operasional
Dalam rangka untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dan lahirnya
multi-interpretasi terhadap judul ini, maka penulis merasa penting untuk
menjabarkan tentang maksud dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul diatas,
dengan kata-kata kunci sebagai berikut:
1.
Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini
mengikat untuk semua yang beragama Islam, berdasarkan Al-Qur’an, Hadis dan
pendapat para Ulama fiqih mengenai praktek jual beli.
2.
Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah
Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk mewujudkan
keseimbangan Perlindungan Konsumen, perlindungan kepentingan konsumen
dan pelaku usaha agar tercipta perekonomian yang sehat.
3.
Pembulatan harga jual BBM adalah proses membulatkan nilai jual suatu barang
yang ditawarkan kepada pembeli berupa BBM yang terdiri dari Premium,
Pertamax, Solar, Solar Dex dan Pertalite.
4.
Gresik Kota meliputi Kecamatan Sentolang, Kebomas, Suci, Bunder.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
H. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris
yaitu lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif,
karena kualitatif memuat tentang prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa tulisan atau perkataan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.
Agar penulisan skripsi dapat tersusun dengan benar, penulis memandang
perlu menggunakan metode penulisan skripsi sebagai berikut :
1. Data yang dikumpulkan
Data merupakan kumpulan dari keterangan atau informasi yang benar dan
nyata yang diperoleh baik dari sumber primer, maupun sekunder. 16 Data adalah
bahan keterangan tentang suatu objek uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita
pendek. 17 Data yang peneliti kumpulkan diantaranya, yaitu :
a. Data Kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, jenis data yang akan
dicari adalah segala kata dan tindakan yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti 18 yakni mengenai pembulatan harga jual pada transaksi jual beli
Bahan Bakar Umum (BBM) di Pertamina Gresik Kota.
b. Data mengenai mekanisme pembulatan harga jual yang terjadi di salah satu
SPBU Pertamina Gresik Kota.
16
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (tk: Gramedia Press), 211.
Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif & Kualitatif, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2001), 123.
17
18
Ibid., 123.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung
yakni informan di SPBU meliputi:
1) Pimpinan, Pengawas dan Karyawan di SPBU Pertamina Gresik Kota.
2) Konsumen atau pelanggan SPBU tersebut.
b. Sumber data sekunder
Sumber data ini diambil dari dokumen dan bahan pustaka (literatur buku)
yang ada hubungannya dengan penelitian ini antara lain:
1. Ahmad Azhar Basyir, Asas- asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata
Islam) ,Yogyakarta, 1990.
2. Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Hasbi ash-Siddiqiey, Hukum-Hukum Fiqih Islam ,Jakarta: Bulan Bintang,
1962.
4. Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa : Komaruddin A. Marzuki,
Bandung : PT Alma’arif, 1994.
5. Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen , Jakarta:
Gramedia, 2001
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
6. Tini Hadad, Upaya Perlindungan Konsumen, kaitanya dengan UndangUndang Perlindungan Konsumen , Sulawesi Selatan : YLK Sulawesi
Selatan, 2000
7. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2001
8. Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif &
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press, 2001
9. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2005
10. Dan buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
mengenai pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM.
3. Teknik Pengumpulan data
a. Metode Observasi yaitu suatu penggalian data dengan cara mengamati,
memperhatikan, mendengar dan mencatat terhadap peristiwa, keadaan, atau
hal lain yang menjadi sumber data. Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh data langsung ke lapangan yakni SPBU Pertamina yang ada di
Gresik Kota.
b. Wawancara yaitu komunikasi secara langsung antara peneliti dengan
responden yang terdiri atas Pengusaha (Pemiklik SPBU), Pengawas SPBU,
Karyawan SPBU mengenai alasan mengapa melakukan pembulatan harga
pada transaksi jual beli BBM dan konsumen SPBU mengenai pendapat
tentang pembulatan harga BBM.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
4. Teknik Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Organizing, yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tjuan penelitian. 19
b. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang relevan
dengan tema penelitian agar lebih fungsional. 20
c. Editing, yaitu kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta
menghilangkan keraguan akan kebenaran/ketepatan data tersebut. 21
5. Teknik Analisis Data
Setelah tahapan pengolahan data, langkah selanjutya yaitu menganalisa
data. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif,
yakni menggambarkan kondisi, situasi atau fenomena yang tertuang dalam data
yang diperoleh tentang faktor dan mekanisme Pembulatan Harga Jual yang terjadi
di SPBU Pertamina di Gresik kemudian dianalisis dengan Undang-Undang No 8
Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan Dianalisis dengan perspektif
hukum Islam.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola pikir induktif,
yaitu menganalisis data khusus tentang mekanisme pembulatan harga jual dalam
transaksi jual beli Bahan Bakar Umum (BBM) di SPBU Gresik Kota yang telah
19
Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2004), 66
Ibid., 99
21
Ibid., 97
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
dianalisis dengan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Hukum Islam dan dikomparasikan antara keduanya untuk
kemudian ditarik suatu kesimpulan.
I. Sistematika Pembahasan
Bab Pertama adalah penulis membahas tentang latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab Kedua merupakan teori jual beli dan penerapan UU No 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, sehingga penulis di dalamnya membahas tentang
(a) pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat dalam jual beli (b)
undang-undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi latar
belakang dan dasar perlindungan konsumen, tujuan perlindungan konsumen,
pengertian konsumen, hak dan kewajiban konsumen, pengertian pelaku usaha,
serta hak dan kewajiban pelaku usaha.
Bab Ketiga merupakan mekanisme pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pertamina di Gresik, penulis
didalamnya memaparkan data teoritis dan hasil riset objek tentang kasus
pembulatan harga jual BBM , alasan pihak SPBU Pertamina dan pendapat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
konsumen pelanggan mengenai pembulatan harga jual dalam transaksi jual beli
BBM di SPBU Pertamina Gresik Kota
Bab Keempat merupakan komparasi dan analisis hukum Islam dan UU No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual
pada transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pertamina Gresik
Kota. Penulis didalamnya memaparkan tentang persamaan dan perbedaan antara
hukum Islam dengan UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
terhadap pembulatan harga jual dalam transaksi jual beli BBM di Pertamina
Gresik Kota.
Bab Kelima ini merupakan bagian akhir dari bahasan skripsi yang berisi
kesimpulan sebagai jawaban permasalahan dan juga tentang saran-saran, selain
dari itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang dianggap perlu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir, 1990, Asas-asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam) ,
Yogyakarta: UII Press
Burhan Burgin, 2001, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif &
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press
Elli Nur Laila, 2009, “Analisis Hukum Islam terhadap mekanisme Bagi Hasil di
SPBU Syirkah Amanah di desa Balen Kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro”, Skripsi IAIN Sunan Ampel
Gunawan Widjaja, 2001, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: Gamedia
Hasbi ash-Siddiqiey, 1962, Hukum-Hukum Fiqih Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Mustaq Ahmad, 2001, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
M.Alfian Yazdad , 2011, “Analisis Hukum Islam terhadap Pembulatan Harga Jual
dalam transaksi jual beli bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan”,
Skripsi IAIN Sunan Ampel
Sayyid Sabiq, 1994, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa: Komaruddin A. Marzuki, Bandung
: PT Alma’arif
Silvia Khaulia Maharani, 2015, “Analisis Hukum Islam terhadap pembulatan
timbangan pada Jasa Pengiriman Barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir
(JNE) jalan karimun jawa Surabaya”, Skripsi UIN Sunan Ampel
Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha
ilmu
Tini Hadad, 2000, Upaya Perlindungan Konsumen kaitanya dengan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, Sulawesi Selatan: YLK
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk memperoleh suatu data dari
pihak SPBU dan Konsumen/Pelanggan di SPBU Gresik :
•
Pertanyaan untuk pihak SPBU
1. Apakah pembulatan harga jual sering terjadi di SPBU ?
2. Bagaimana pihak SPBU menanggapi mengenai pembulatan harga jual
yang terjadi ?
3. Apa alasan pihak SPBU melakukan pembulatan harga jual ?
4. Bagaimana langkah yang akan ditempuh petugas SPBU untuk
memperkecil nilai suatu pembulatan harga ?
5. Apakah selisih harga jual dengan pembulatan tersebut diserahkan
kepada pihak Manajemen SPBU ?
•
Pertanyaan yang akan diajukan untuk Konsumen/Pelanggan SPBU
1. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pembulatan harga jual yang
terjadi dalam pengisian BBM di SPBU ?
2. Apakah ada konfirmasi dari petugas pengisian mengenai pembulatan
harga yang terjadi ?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TEORI JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN (UUPK)
A. Ketentuan Jual Beli dalam Hukum Islam
1. Pengertian dan Hukum Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan yang lain. Lafadz al-bai’ dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawanya, yakni kata asy-syira>
’ (beli).
Dengan demikian, kata al-bai’ berarti jual, tetapi juga sekaligus jual beli. 22
Menurut Imam Nawawi dalam kitab Majmu>
’ jual beli adalah tukar menukar
barang dengan barang dengan maksud memberi kepemilikan. Menurut Ibnu
Qadamah dalam kitab al-mugni jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan memberi kepemilikan dan menerima hak milik.23
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan
para ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi sama.
Sayyid Sabiq, 24 mendefenisikanya dengan :
ِ ِ ﺳ
ِ ِ ض ﺴﻰ ﺒﺸﻮﺟ ِ ﺒﺸ ﺄﺸ ذُو ِن
ِ
ﺳِ ﺳ
ُﺴ ﺴﺎدﺴﺔُ ﺴ ﺎل ﲟﺴﺎل ﺴﺴﻰ ﺴ ِﺸ ِ ﺒ ﺴـﺮﺒﺿ ﺸ ﻻ ﺒﺴﺸوﺴـ ﺸﻘ ُ ﺸ ِ ﺴﻮ ﺳ ﺴ ﺴ ﺸ ﺴ ﺸ ﺸ
22
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 73.
Wahbah Az-Zuhaili; Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani,dkk, Fiqih Islam (Jakarta: Gema Insani,
2011), 25.
24
Sayyid Sabiq; Penerjemah Nor Hasanuddin,, Fiqh Sunnah, (Beirut: Darul Fath), 126.
23
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Artinya : Jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling
merelakan”. Atau “memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Definisi lain dikemukakan oleh ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Wahbah
al-Zuhaily, jual beli adalah: 25
ُﺴ ﺴﺎدﺴﺔُ ﺴ ﺳﺎل ِﲟﺴ ﺳﺎل ﺴﺴﻰ ﺴو ﺸﺟ ﺳ ﳐﺴﺸ ُ ﺸﻮ ﺳ
صﻻ أ ﺸﺴو ُﺴ ﺴﺎدﺴﺔُ ﺴ ﺸ ﺳﺊ ﺴ ﺸﺮﻏُ ﺸﻮ ﺳب ِﺸ ِ ﲟِِﺜﺸ ِ ﺴﺴﻰ ﺴو ﺸﺟ ﺳ ُ ﺴﻘ ﺳﺪ ﳐﺴﺸ ُ ﺸﻮ ﺳ
ص
Artinya : Saling tukar harta dengan harta melalui cara tertentu. Atau Tukar
menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melaui cara tertentu yang
bemanfaat.
Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara yang khusus yang
ja>
b (ungkapan membeli dari
dimaksudkan ulama Hanafiah adalah melalui i>
pembeli) dan qabu>
l (pernyataan menjual dari penjual), atau juga boleh melalui
saling memberikan barang dan harga dari harga penjual dan pembeli. Disamping
itu, harta yang diperjualbelkan harus bermanfaat bagi manusia, sehingga bangkai,
minuman keras, dan darah, tidak termasuk sesuatu yang boleh diperjualbelikan,
karena benda-benda itu tidak bermanfaat bagi muslim. Apabila jenis-jens barang
seperti itu tetap diperjualbelikan menurut uama Hanafiyah, jual belinya tidak sah.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antar sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Terdapat sejumlah ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang jual beli, diantaranya
dalam QS. Al-Baqarah 2:275 yang berbunyi:
25
Abdul Rahman Ghazali,M.A, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
ﺴﺣ ﺒﷲُ ﺒﺸﺴـﺸ ﺴ ﺴو ﺴﺣﺮﺴم ﺒ ﱢﺮﺴﺎ
ﺴوأ ﺴ
Artinya : Allah telah menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan Riba
(QS.Al-Baqarah (2):275)
Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad jual beli
adalah haram sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang berdasarkan ayat
m dalam ayat tersebut untuk
ini. Hal ini dikarenakan huruf alif dan la>
menerangkan jenis, dan bukan untuk yang sudah dikenal karena sebelumnya tidak
disebutkan ada kalimat al-bai’ yang dapat dijadikan refrens, dan jika ditetapkan
bahwa jual beli adalah umum, maka ia dapat dikhususkan dengan apa yang telah
kami sebutkan berupa riba dan yang lainya dari benda yang dilarang untuk
diakadkan seperti minuman keras, bangkai, dan yang lainya dari apa yang
disebutkan dalam sunnah dan ijma para ulama akan larangan tersebut. 26
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa (4) ayat 49 yang berbunyi :
ً ِأﺴ ﺴﺸ ﺴـﺴﺮ ﺐِ ﺴ ﺒ ِﺬ ﺴ ـُﺴﺰ ﻮ ﺴن أﺴ ُ ﺴ ُﻬ ﺴ ِ ﺒﷲُ ـُﺴﺰﱢ ﺴ ﺴ ﺴ ﺂءُ ﺴو ﺴ ُﻈﺸﺴ ُ ﻮ ﺴن ﺴ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu. (QS. An-Nisa (4):49)
Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara batil yaitu
tanpa ganti dan hibah, yang demikian itu adalah batil berdasarkan ijma’ umat dan
termasuk didalamnya juga semua jenis akad yang rusak yang tidak boleh secara
26
Abdul aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi daam Fiqih Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
syara’ baik karena ada unsur riba>atau jaha>
lah (tidak diketahui), atau karena kadar
ganti yang rusak seperti minuman keras, babi, dan yang lainya, dan jika yang
diakadkan itu adalah harta perdagangan, maka boleh hukumnya, sebab
pengecualian dalam ayat diatas adalah terputus karena harta perdagangan bukan
termasuk harta yang tidak boleh dijual belikan. Ada juga yang mengatakan
istisna’ (pengecualian) dalam ayat bermakna la>
kin (tetapi) artinya, akan tetapi,
makanlah dari harta perdagangan, dan perdagangan merupakan gabungan antara
penjualan dan pembelian. 27
Dasar hukum jual beli berdasarkan sunnah Rasulullah antara lain: 28
Hadis dari Al-Baihaqi, Ibn Majah dan Ibn Hibban, Rasulullah menyatakan
ﺐِﳕﺴﺎ ﺒﺸﺴـﺸ ُ ﺴ ﺸ ﺴـﺴﺮ ﺳ
ﺒض ﱡروﺒ ﺒ ﻬﻘﻰﱠ
Artinya : Jual beli itu didasarkan atas suka sama suka. (HR. Baihaqi)
Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi’ :
ﺴ ﺴ ُ ﺒ ﺮ ُﺟ ِ ِﺴ ِﺪ ِ ﺴو ُ ﺴـﺸ ﺳ ﺴ ﺸـ ُﺮﺸوﺳر: أﺴي ﺒﺸ ﺴ ﺸ ِ أﺴﻃﺸﺴ ُ ؟ ﺴـ ﺴﻘ ﺴﺎل: و
ﺒ ِﱯ ﻰ ﺒ ﺷ
ﺒ ﺰُر وﺒ ﺎ ﱠ
ِ
ُﺌ ﺴ
ﱡروﺒ
Artinya : Rasululah saw ditanya salah seorang sahabat megenai pekerjaan (profesi)
apa yang paling baik? Rasulullah saw. Menjawab : Usaha tangan manusia sendiri
dan setiap jual beli yang diberkati. (HR.Al-Bazzar dan Al-Hakim)
Penjelasan
dari
hadis
yang
diriwayatkan
Rasulullah
SAW
adalah
sesungguhnya jual beli itu atas dasar saling ridha. Ketika Rasulullah SAW ditanya
27
28
Ibid., 27.
Abdul Rahman Ghazali,M.A, dkk, Fiqh Muamalat..., 69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
ditanya tentang usaha apa yang paling utama ? beliau menjawab: “ usaha
seseorang dengan tanganya sendiri, dan setiap jual beli yang mabrur”. Jual beli
yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan hianat, sedangkan
dusta itu adalah penyamaran dalam barang yang dijual, dan penyamara itu adalah
menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli. Adapun makna khianat ia
lebih umum dari itu sbab selain menyamarkan bentui barang yang dijual, sifat,
atau hal-hal luar seperti dia menyifatkan dengan sifat yang tidak benar atau
memberi tahu harga yang dusta. 29
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli
itu dapat dikatakan sah oleh syara>
’. Dalam menentukan rukun jual beli terdapat
perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama.
Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut
mereka rukun dari jual beli hanyalah kerelaan (rid}ha/tarad}i) kedua belah pihak
untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu
merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka
diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak.
Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi
jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan kabul, atau melalui cara
29
Ibid., 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
saling memberikan barang dan harga barang (ta’at}i). 30
Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, 31
yaitu:
1. Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli)
2. Ada sigha>
t (lafal ijab dan kabul)
3. Ada barang yang dibeli
4. Ada nilai tukar pengganti barang.
Dalam jual beli juga terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi sah
tidaknya akad tersebut. Diantaranya adalah syarat yang diperuntukkan bagi dua
orang yang melaksanakan akad dan syarat yang diperuntukkan untuk barang yang
akan dibeli. Jika salah satu darinya tidak ada, maka akad jual beli tersebut
dianggap tidak sah. 32
1. Untuk kedua orang yang mengadakan jual beli ditetapkan beberapa syarat. 33
a. Saling ridha
Jual beli dianggap tidak sah hukumnya, jika salah satu dari penjual atau
pembelinya merasa terpaksa yang bukan dalam hal benar. Sebab Allah
telah berfirman dalam QS. An-Nisaa ayat 29 yang berbunyi:
ﺐِ أﺴ ﺸن ﺴ ُ ﻮ ﺴن ِﲡﺴ ﺴﺎرًة ﺴ ﺴـﺴﺮ ﺳ
ﺒض ﱢ ُ ﺸ
30
31
32
33
Abdul Rahman Ghazali,M.A, dkk, Fiqh Muamalat..., 71.
Sayyid sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), 126.
Saleh Al-Fauzan, Fiqih sehari-hari, (jakarta: Gema Insani Press, 2005), 366.
Ibid., 366.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Artinya: kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. (An-Nisaa: 29)
Rasulullah juga bersabda,
أِﳕﺴﺎ ﺒﺸﺴـﺸ ُ ﺴ ﺸ ﺴـﺴﺮ ﺳ
ﺒض
Artinya: sesungguhnya jual beli itu atas dasar suka sama suka. (HR. Ibnu
Hibban dan Ibnu Majjah)
Namun apabila pemaksaan tersebut atas dasar pemaksaan yang benar,
maka jual beli itu dianggap sah. Seperti jika ada seorang hakim yang
memaksanya menjual hak miliknya untuk menunaikan kewajiban
agamanya, maka paksaan ini adalah paksaan yang didasarkan oleh
kebenaran
b. Orang yang melakukan akad adalah orang yang merdeka.
Disyaratkan pula apabila kedua belah pihak yang melakukan akad
jual beli adalah orang yang merdeka, mukallaf, dan dewasa. Dengan
demikian, tidak sah sebuah akad jual beli jika pihak yang melakukan
adalah anak kecil, idiot dan gila. Dan seorang buadak pun tidak
dibolehkan melakukan jual beli tanpa seizing tuanya.
c. Ada hak milik penuh
Disyaratkan agar kedua bela
NO 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERHADAP PEMBULATAN HARGA JUAL PADA TRANSAKSI
JUAL BELI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) DI STASIUN
PENGISIAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PERTAMINA
GRESIK
SKRIPSI
Oleh:
Maulida Khasanah
NIM. C02212064
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Syari’ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata Islam
Prodi Hukum Ekonomi Syariah
Surabaya
2016
ABSTRAK
Skripsi ini merupakan penelitian yang akan menjawab permasalahan: 1)
Bagaimana analisis hukum Islam terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual
beli BBM di SPBU Pertamina di Gresik? 2) Bagaimana menurut UU No. 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM di SPBU Pertamina di Gresik? 3) Bagaimana studi komparasi hukum
Islam dan UU No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen terhadap
pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM di SPBU Pertamina di Gresik?
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris yaitu
lapangan, proses analisis dalam penelitian ini menggunakan pola pikir induktif yaitu
menganalisis data khusus tentang faktor dan mekanisme pembulatan harga jual yang
terjadi di SPBU Pertamina wilayah Gresik kemudian dianalisis dengan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan Hukum
Islam dan dikomparasikan antara keduanya untuk kemudian ditarik suatu
kesimpulan.
Analisis hukum Islam dalam mekanisme pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM terdapat penyimpangan, dikarenakan ada beberapa konsumen yang
merasa dirugikan. Kerugian tersebut apabila dianalisis maka sistem pembulatan
harga masih terdapat unsur riba>(tambahan). Akan tetapi Pembulatan harga jual yang
terjadi di SPBU Pertamina bisa diperbolehkan oleh Agama Islam, manakala
manakala unsur kerelaan/taradin dapat terpenuhi yakni konsumen merelakan uang
kembalian pembelian BBM tersebut hanya untuk menempuh jalan keluar dari
kesulitan yang dialami oleh pihak SPBU. Yakni peredaran uang receh mulai hilang
dan uang yang banyak beredar saat ini yaitu uang kertas yang nilai nominalnya
tinggi. Jadi sifatnya hanya menghilangkan kesulitan, yang mana ajaran Islam
memperbolehkannya. Sedangkan menurut UU No. 8 Tahun 1999 terdapat sanksi
pada pelaku usaha yang melakukan pelanggaran, seperti yang dijelaskan dalam Pasal
61 ayat (1). Pelaku usaha dapat dikenai atau dijatuhi sanksi berupa pidana penjara
selama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,- (dua
milyar rupiah), ketika mereka melanggar ketentuan Pasal 8 Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, dalam kaitanya dengan pembulatan harga jual ini yaitu
terdapat dalam Pasal 8 huruf (c) tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan
jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya.
Bagi pelaku transaksi khususnya pihak Operator SPBU Pertamina di Gresik
hendaknya ketika melakukan pembulatan harga jual mengkonfirmasikan dahulu
kepada pihak konsumen, supaya unsur kerelaan antara penjual dan pembeli dapat
terpenuhi. Kepada konsumen SPBU Pertamina di Gresik yang ingin melakukan
transaksi jual beli BBM dalam hal ini diharapkan konsumen membeli dengan
nominal pas jikalau tidak ingin dirugikan.
v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ....................................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................................
iii
PENGESAHAN .........................................................................................................
iv
ABSTRAK ................................................................................................................
v
KATA PENGANTAR .................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ......................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................................
ix
DAFTAR TRANSLITERASI .....................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
BAB
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................
1
B. Identifikasi dan Batasan Masalah .....................................................................
6
C. Rumusan Masalah .............................................................................................
7
D. Kajian Pustaka ..................................................................................................
8
E. Tujuan Penelitian ..............................................................................................
11
F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................................................
11
G. Definisi Operasional .........................................................................................
12
H. Metode Penelitian .............................................................................................
13
I.
17
Sistematika Pembahasan ..................................................................................
II
TEORI
JUAL
BELI
MENURUT
HUKUM
ISLAM
DAN
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN (UUPK)
A. Ketentuan Jual Beli dalam Hukum Islam ............................................................
19
1.
Pengertian dan Hukum Jual Beli ..............................................................
19
2.
Dasar Hukum Jual Beli .............................................................................
20
3.
Rukun dan Syarat Jual Beli.......................................................................
23
B. Ketentuan Jual Beli menurut Undang-Undang Perlindungan Konsumen ...........
29
1.
Pengertian Jual Beli menurut UUPK ........................................................
30
2.
Filosofi lahirnya UUPK ............................................................................
33
3.
Asas dan Tujuan Hukum Perlindungan Konsumen ..................................
34
4.
Hak dan Kewajiaban Konsumen ...............................................................
37
5.
Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha ............................................................
40
6.
Perbuatan yang dilarang bagi Pelaku Usaha.............................................
41
7.
Ketentuan- Ketentuan mengenai Sanksi dalam UUPK ...........................
43
BAB III MEKANISME PEMBULATAN HARGA JUAL PADA TRANSAKSI JUAL
BELI BBM DI SPBU PERTAMINA GRESIK
A.
Gambaran Umum SPBU Pertamina 54.611.20 di Gresik.........................
45
B.
Gambaran Umum SPBU Pertamina 54.611.24 di Gresik.........................
54
C.
Gambaran Umum SPBU Pertamina 54.611.04 di Gresik.........................
57
D.
Faktor dan Mekanisme Pembulatan Harga Jual BBM di Wilayah
Gresik ........................................................................................................
62
i
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
E.
Hasil Wawancara dengan Operator di SPBU Pertamina wilayah
Gresik mengenai Pembulatan Harga BBM ...............................................
F.
Hasil Wawancara kepada Konsumen di SPBU Pertamina wilayah
Gresik mengenai Pembulatan Harga BBM ...............................................
G.
64
66
Akibat yang ditimbulkan oleh Pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM di SPBU Pertamina Gresik ................................................
71
BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN UU
NO. 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN
TERRHADAP PEMBULATAN HARGA
A. Analisis Pembulatan Harga Jual pada transaksi jual beli BBM (Baha
Bakar Minyak) menurut Hukum Islam dan UU No.8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen ..............................................................
73
B. Analisis Persamaan dan Perbedaan antara Hukum Islam dan UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap Pembulatan
harga jual dalam transaksi jual beli BBM ................................................
78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................................
83
B. Saran .............................................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
ix
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya manusia sebagai makhluk sosial mempunyai kodrat hidup
dalam masyarakat, dalam hidup bermasyarakat disadari atau tidak bahwa manusia
selalu berhubungan satu sama lain dalam menghadapi kebutuhan hidupnya
terutama dalam jual beli.
Dalam kajian kitab fiqh, jual beli sudah dijelaskan di dalam menentukan
aturan-aturan hukumnya antara lain tentang rukun, syarat maupun bentuk-bentuk
jual beli yang dilarang oleh Agama Islam. Oleh karena itu di dalam prakteknya
harus dikerjakan secara konsekuen dan memberi manfaat bagi orang yang
bersangkutan.
Dalam jual beli terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi sah tidaknya
akad tersebut. Diantaranya adalah syarat yang diperuntukkan untuk barang yang
akan dibeli, yaitu syarat saling ridha antara penjual dengan pembeli. Jual beli
dianggap tidak sah hukumnya , apabila salah satu dari penjual atau pembelinya
merasa terpaksa. 1 Sebab Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisaa ayat 29:
ٍ َﺎأَ ـ َﻬﺎ ﺒ ِﺬ َﻦ ءَﺒ َ ﻨُﻮﺒ ﻻَﺗَﺄْ ُ ُﻮﺒ أَْ َﻮﺒَ ُ َـْـﻨَ ُ ِﺎَْﺎ ِ ِ إِﻻ أَ ْن ﺗَ ُ ﻮ َن ِﲡَ َﺎرًة َﻦ ﺗَـَﺮ
... ْ ُ ﺒض ﱢ ﻨ
1
Saleh al-fauzan, Fiqih sehari-hari, (Jakarta: Gema Insani Press, 2005), 366.
1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka di antara kamu... (An-Nisa’ : 29) 2
Dalam jual beli terdapat dua subyek yaitu penjual yang kedudukanya
sebagai pelaku usaha dan pembeli sebagai konsumen. Penjual sebagai pelaku
usaha 3 berusaha menghasilkan berbagai jenis produk yang dibutuhkan oleh
konsumen 4
Dalam proses jual beli, sering kali para pelaku usaha atau produsen tidak
jujur dan melakukan kecurangan-kecurangan atau penipuan kepada konsumen.
Diantaranya kecurangan-kecurangan dan penipuan tersebut adalah mengenai
pembulatan harga dalam Transaksi Jual Beli Bahan Bakar Minyak (BBM). Apabila
konsumen atau pembeli melakukan pengisian bensin penuh (full tank), dan mesin
pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) menunjukkan angka atau harga Rp.
15.257,- atau Rp.19.235,-maka terjadi pembulatan harga yang dilakukan oleh
pihak SPBU yang semula Rp. 15.257,- menjadi Rp. 15.500,- dan Rp.19.235,menjadi Rp.20.000,- Pembulatan harga jual ini sering terjadi apabila kita
melakukan transaksi tunai. Sedangkan pada transaksi penggunaan kartu debet
atau kredit transaksi sesuai dengan harga yang terdapat pada mesin pengisian
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro,
2013),122.
3
Pelaku usaha adalah setiap orang atau perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan
dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui
perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi. Pasal 1 UndangUndang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999, 3.
4
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat baik
bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999, 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum). Hal tersebut kerap terjadi di
sebagian besar SPBU di Gresik.
Konsumen dalam peristiwa pembulatan harga bervariasi dalam berpendapat
diantaranya ada yang merelakan uang pembulatan tersebut dan ada juga yang
tidak merelakanya. Bagi yang mengiklaskan atau yang merelakan berpendapat
bahwa pembulatan yang dilakukan oleh karyawan SPBU (Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum) hanya berkisar Rp.400,- masih dibawah nominal Rp.500,merupakan hal yang wajar bagi sebagian orang. 5 Sedangkan pihak yang tidak
merelakan adanya pembulatan harga jual yang dilakukan pihak SPBU berpendapat
bahwa pembelian dengan ketidaksesuaian harga atau tambahan dari harga asli itu
akan merugikan pihak konsumen dan akan menjadi hal biasa yang akan dilakukan
pihak SPBU, meskipun nilainya tidak seberapa tetapi hal tersebut akan merugikan
banyak konsumen dan akan memperkaya pihak SPBU. 6
Kepentingan setiap orang dalam pergaulan hidup menimbulkan adanya hak
dan kewajiban, setiap orang mempunyai hak yang wajib yang selalu diperhatikan
orang lain dan dalam waktu yang sama, juga memikul kewajiban yang harus
ditunaikan terhadap orang lain. Hubungan hak dan kewajiban tersebut diatur
dalam aturan-aturan hukum untuk menghindari terjadinya bentrokan-bentrokan
kepentingan dari berbagai pihak. Adapun patokan-patokan hukum yang mengatur
5
Siska, Wawancara, SPBU Pertamina Jl. Veteran Gresik, tanggal 12 November 2015.
Hadianto, Wawancara, SPBU Pertamina Jl. Dr. Wahidin Sudirohusodo Gresik, tanggal 12 November
2015.
6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
hubungan dan kewajiban dalam hidup bermasyarakat tersebut dikenal dengan
istilah hukum Mu’amalat.
Menurut Hasbi as-Siddiqiey “menjual” adalah mengalihkan kepemilikan
sesuatu barang kepada orang lain dengan menerima harga dengan kerelaan kedua
belah pihak, atau pertukaran harta atas jalan sama-sama rela, 7 yakni perpindahan
milik kepada seseorang dengan jalan ganti rugi yang dapat dibenarkan oleh
syara’. 8
Allah Ta'ala berfirman dalam Q.S Al-Isra' ayat 87 yang berbunyi:
ﻀَ ُ َ ﺎ َن ََْ َ َ ِ ًﲑﺒ
ْ َ إِﻻ َر ْﲪَ ًﺔ ﱢ ﻦ رﱢ َ إِن
Artinya : Kecuali karena rahmat dari Rabbmu. Sesungguhnya karunia-Nya atasmu
adalah benar. (Al-Isra’ : 87)9
Dalam Islam tidak ada larangan jual beli, akan tetapi Islam melarang
setiap tindakan curang, penipuan para pelaku usaha terhadap konsumen. Larangan
ini disebutkan dalam Q.S Huud ayat 85 yang berbunyi:
ِ
ِ ِِ ِ
ِ
ِ ﻨﺎس أَ ْﺷَﺂءَ ُ ْ َوﻻَﺗَـ ْﺜَـ ْﻮﺒ ِﰲ ﺒْﻷ َْر
ض ُ ْ ِﺴ ِﺪ َﻦ
َ َوَﺎ َـ ْﻮم أ َْوُﻮﺒ ﺒْ ْ َ َﺎل َوﺒْ َﺰﺒ َن ﺎْ ْﺴ َوﻻَﺗَـْ َﺨ ُﺴﻮﺒ ﺒ
Artinya : Dan Syu'aib berkata: "Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan
dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak
mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan
membuat kerusakan. (Huud : 85) 10
7
Hasbi ash-Siddiqiey, Hukum-Hukum Fiqih Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1962) , 378.
Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa : Komaruddin A. Marzuki, (Bandung : PT Alma’arif,
1994) , 47-48.
9
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 175.
10
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya..., 155.
8
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
Berdasarkan dalil dari Al-Qur,an diatas menunjukkan bahwa dalam Islam
pun ada Perlindungan terhadap Konsumen, walaupun tidak secara definitif.
Dalam perspektif Islam landasan yang mendorong perilaku seorang pelaku
bisnis hendaknya jangan didasarkan karena adanya rasa takut pada sebuah
pemerintahan, tidak juga karena hasrat untuk menumpuk dan menimbun kekayaan.
Perilaku bisnis mereka hendaknya berpondasikan atas rasa takut pada Allah dalam
usaha menggapai ridho-Nya. Jadi bisnis hendaknya melampaui sesuatu yang bersifat
legal. Seseorang bukan hanya semata mengharapkan rasa keadilan, bahkan lebih jauh
dari itu ia menginginkan yang melampaui hal tersebut dalam rangka memenuhi
kebajikan dan keluhuran budi. Sebagaimana juga tuntunan bagi seorang muslim yang
bertakwa, dia bukan hanya menghindari semua hal yang dilarang, bahkan lebih dari
itu ia hendaknya menghindari Syubhat , dimana apabila ia melakukan tindakan itu ia
merasa tidak mendapatkan ketenangan batin. Singkatnya, perilaku seseorang
hendaknya diwarnai oleh sebuah kesopanan tindakan dan niat yang sublime sesuai
dengan kadar dirinya sebagai makhluk Allah yang Mulia. 11
Berangkat dari pemikiran seperti yang dipaparkan diatas, tentang
pembulatan harga yang dilakukan pelaku usaha SPBU, penulis lebih membahas dari
sisi Undang-Undang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap pembulatan
harga pada transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) studi kasus di SPBU
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) di Gresik, dan bagaimana tinjauan hukum
11
Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001), 7-8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
Islam terhadap masalah tersebut apakah mempunyai nash abadi dan universal yang
mengaturnya serta memiliki daya.
B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
masalah
diatas,
maka
penulis
mengidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1.
Praktek jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak)
2.
Pembulatan harga jual pada praktek jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM)
3.
Pendapat konsumen mengenai praktek pembulatan harga
4.
Mekanisme pembulatan harga jual BBM dalam Hukum Islam
5.
UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen mengenai praktek
pembulatan harga jual dalam transaksi jual beli BBM.
6.
Perbedaan dan Persamaan antara hukum Islam dan Undang-Undang No 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual BBM.
Supaya pokok permasalahan di atas lebih terarah mengenai praktek
pembulatan harga jual, maka titik fokus permasalahan tersebut akan dibatasi dengan
hal-hal berikut ini:
1. Analisis hukum islam terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli
BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)
Pertamina di Gresik
2. Analisis Undang-Undang No 8 Tahun 1999 terhadap pembulatan harga jual pada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik
3. Studi komparasi hukum islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan
Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di
Gresik
Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka bisa ditarik kesimpulan:
Studi komparasi hukum islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan
Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di
Gresik
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis hukum islam terhadap pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum) Pertamina di Gresik ?
2. Bagaimana menurut UU No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar
Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik?
3. Bagaimana Studi komparasi hukum islam dan UU No 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi jual beli
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum)
Pertamina di Gresik ?
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian atau penelitian yang
sudah pernah dilakukan di seputar masalah yang diteliti sehingga terlihat jelas
bahwa kajian yang akan dilakukan ini tidak merupakan pengulangan atau duplikasi
dari kajian atau penelitian yang pernah ada. 12
1. Skripsi yang ditulis oleh Aminatuz Zuhriyah dengan judul Skripsi Tinjauan
Hukum Islam terhadap pembulatan biaya pulsa wartel Studi kasus di Desa
Bungurasih Kec. Waru Kab Sidoardjo pada tahun 2003. Di dalam Rumusan
masalah membahas tentang bagaiman deskripsi pelaksanaan pembulatan biaya
pulsa telpon wartel di Desa Bungurasih kecamatan Waru Kabupaten Sidoardjo,
bagaimana sistem pembayaran sewa dan profit sharingnya, dan bagaimana
tinjauan Hukum Islam terhadap pembulatan biaya pulsa telepon wartel. 13 Dalam
skripsi tersebut disimpulkan bahwa pembulatan biaya pulsa wartel dibolehkan
dalam agama Islam karena hal tersebut dapat memberikan kemaslahatan.
Sedangkan mengenai profit sharingnya ada beberapa ketentuan yang diberikan
12
Tim Penyusun Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam, Petunjuk Penulisan Skripsi, (Surabaya: UIN
Sunan Ampel Surabaya, 2014), 8.
13
Aminatuz Zuhriyah, “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pembulatan Biaya Pulsa Telepon Wartel
(Studi Kasus di Desa Bungurasih Kecamatan Waru Kabupaten Sidoardjo”, (Skripsi--IAIN Sunan
Ampel, 2003) , 7.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
oleh pihak PT.Telkom kepada pemilik wartel sesuai dengan perjanjian. Hukum
Islam memandang biaya pembulatan pulsa wartel dikategorikan sah, hal ini
disebabkan oleh kebiasaan yang dilakukan oleh pemilik wartel dengan pengguna
jasanya. Pembulatan pulsa dilakukan untuk menghilangkan kesulitan atau
kemudharatan.
2. Skripsi yang ditulis oleh M.Alfian Yazdad dengan judul skripsi Analisis Hukum
Islam terhadap Pembulatan Harga Jual dalam transaksi jual beli bensin di SPBU
Pertamina di Surabaya Selatan dengan permasalahan apa alasan pihak SPBU
tentang Pembulatan Harga jual bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan,
Bagaimana pendapat Konsumen tentang pembulatan harga jual bensin di SPBU
Pertamina tersebut, Bagaimana tinjauan hukum islam mengenai pembulatan
harga jual bensin di SPBU Pertamina tersebut. 14Dalam skripsi tersebut
disimpulkan bahwa pembulatan harga jual bensin boleh atau sah dilakukan
apabila pembulatan dilakukan dibawah Rp.50,3. Skripsi yang ditulis oleh Silvia Khaulia Maharani dengan judul skripsi Analisis
Hukum Islam terhadap pembulatan timbangan pada Jasa Pengiriman Barang di
PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) jalan karimun jawa Surabaya, dengan
permasalahan bagaimana mekanisme pembulatan timbangan pada jasa
pengiriman barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) karimun jawa
Surabaya dan bagaimana analisis hukum Islam terhadap pembulatan timbangan
14
M.Alfian Yazdad , “Analisis Hukum Islam terhadap Pembulatan Harga Jual dalam transaksi jual
beli bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan”, (Skripsi--IAIN Sunan Ampel, 2011), 12.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
pada jasa pengiriman barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) karimun
jawa Surabaya. 15 Dalam skripsi tersebut disimpulkan bahwa menurut hukum
Islam dalam pelaksanaan pembulatan yang terjadi pada PT.TIKI Jalur Nugraha
Ekakurir (JNE) jalan karimun jawa Surabaya bertentangan dengan akad ija>
rah
karena
dalam
landasan
teorinya
terdapat
penyimpangan
pada
saat
berlangsungnya transaksi karena pihak JNE tidak memberitahukan berat asli
dari barang yang akan dikirim, tetapi pada saat menimbang pihak JNE langsung
menentukan tarif tanpa memberitahukan berat asli barangnya.
Dalam kaitanya dengan penelitian yang dilakukan oleh Saudara M.Alfian
Yazdad
mengenai pembulatan harga jual pada transaksi jual beli bensin hanya
membahas tentang alasan pihak SPBU Pertamina (Pemilik, Manager, Karyawan) dan
apakah ada ketentuan tentang pembulatan tersebut dan pendapat konsumen
mengenai pembulatan harga Bensin di SPBU Pertamina Surabaya Selatan.
Sedangakan yang akan ditulis oleh penulis adalah membahas dari sisi UndangUndang Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 terhadap pembulatan harga pada
transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) studi kasus di SPBU (Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum) di Gresik, dan bagaimana tinjauan hukum Islam
terhadap masalah tersebut apakah mempunyai nash abadi dan universal yang
mengaturnya serta memiliki daya.
15
Silvia Khaulia Maharani, “Analisis Hukum Islam terhadap pembulatan timbangan pada Jasa
Pengiriman Barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) jalan karimun jawa Surabaya”,
(Skripsi--UIN Sunan Ampel, 2015), 8.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan rumusan masaalah diatas, penelitian ini mempunyai tujuan
sebagai berikut:
1.
Mengetahui bagaimana analisis hukum Islam terhadap Pembulatan harga jual
pada transaksi jual Beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun
Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik
2.
Mengetahui status hukum dan peranan Undang-Undang No 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU (Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Umum) Pertamina di Gresik
3.
Mengetahui Perbedaan dan Persamaan antara Hukum Islam dan UndangUndang No 8 Tahun 1999 tetang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan
harga jual pada transaksi jual beli BBM (Bahan Bakar Minyak) di SPBU
(Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum) Pertamina di Gresik
F. Kegunaan Hasil Penelitian
1.
Secara teoretik, penelitian ini diharapkan mampu menberikan sumbangan
pemikiran bagi pengembangan ilmu syari’ah pada umumnya, dan khususnya
jurusan Muamalah serta menjadi rujukan penelitian berikutnya tentang
pembulatan harga jual beli di SPBU
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
2.
Secara Praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi
SPBU Pertamina khususnya yang menjadi objek penelitian, dalam melayani
konsumen dan memperhatikan hak-hak pembeli.
G. Definisi Operasional
Dalam rangka untuk menghindari kesalahpahaman persepsi dan lahirnya
multi-interpretasi terhadap judul ini, maka penulis merasa penting untuk
menjabarkan tentang maksud dari istilah-istilah yang berkenaan dengan judul diatas,
dengan kata-kata kunci sebagai berikut:
1.
Hukum Islam adalah seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan
Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini
mengikat untuk semua yang beragama Islam, berdasarkan Al-Qur’an, Hadis dan
pendapat para Ulama fiqih mengenai praktek jual beli.
2.
Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen adalah
Segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk mewujudkan
keseimbangan Perlindungan Konsumen, perlindungan kepentingan konsumen
dan pelaku usaha agar tercipta perekonomian yang sehat.
3.
Pembulatan harga jual BBM adalah proses membulatkan nilai jual suatu barang
yang ditawarkan kepada pembeli berupa BBM yang terdiri dari Premium,
Pertamax, Solar, Solar Dex dan Pertalite.
4.
Gresik Kota meliputi Kecamatan Sentolang, Kebomas, Suci, Bunder.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
H. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan berorientasi pada pengumpulan data empiris
yaitu lapangan. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah penelitian kualitatif,
karena kualitatif memuat tentang prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa tulisan atau perkataan dari orang-orang atau pelaku yang diamati.
Agar penulisan skripsi dapat tersusun dengan benar, penulis memandang
perlu menggunakan metode penulisan skripsi sebagai berikut :
1. Data yang dikumpulkan
Data merupakan kumpulan dari keterangan atau informasi yang benar dan
nyata yang diperoleh baik dari sumber primer, maupun sekunder. 16 Data adalah
bahan keterangan tentang suatu objek uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita
pendek. 17 Data yang peneliti kumpulkan diantaranya, yaitu :
a. Data Kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka, jenis data yang akan
dicari adalah segala kata dan tindakan yang relevan dengan masalah yang
akan diteliti 18 yakni mengenai pembulatan harga jual pada transaksi jual beli
Bahan Bakar Umum (BBM) di Pertamina Gresik Kota.
b. Data mengenai mekanisme pembulatan harga jual yang terjadi di salah satu
SPBU Pertamina Gresik Kota.
16
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (tk: Gramedia Press), 211.
Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif & Kualitatif, (Surabaya:
Airlangga University Press, 2001), 123.
17
18
Ibid., 123.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri atas sumber data primer dan
sumber data sekunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung
yakni informan di SPBU meliputi:
1) Pimpinan, Pengawas dan Karyawan di SPBU Pertamina Gresik Kota.
2) Konsumen atau pelanggan SPBU tersebut.
b. Sumber data sekunder
Sumber data ini diambil dari dokumen dan bahan pustaka (literatur buku)
yang ada hubungannya dengan penelitian ini antara lain:
1. Ahmad Azhar Basyir, Asas- asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata
Islam) ,Yogyakarta, 1990.
2. Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
3. Hasbi ash-Siddiqiey, Hukum-Hukum Fiqih Islam ,Jakarta: Bulan Bintang,
1962.
4. Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa : Komaruddin A. Marzuki,
Bandung : PT Alma’arif, 1994.
5. Gunawan Widjaja, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen , Jakarta:
Gramedia, 2001
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
6. Tini Hadad, Upaya Perlindungan Konsumen, kaitanya dengan UndangUndang Perlindungan Konsumen , Sulawesi Selatan : YLK Sulawesi
Selatan, 2000
7. Mustaq Ahmad, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2001
8. Burhan Burgin, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif &
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press, 2001
9. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 2005
10. Dan buku-buku lain yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas
mengenai pembulatan harga jual pada transaksi jual beli BBM.
3. Teknik Pengumpulan data
a. Metode Observasi yaitu suatu penggalian data dengan cara mengamati,
memperhatikan, mendengar dan mencatat terhadap peristiwa, keadaan, atau
hal lain yang menjadi sumber data. Metode ini penulis gunakan untuk
memperoleh data langsung ke lapangan yakni SPBU Pertamina yang ada di
Gresik Kota.
b. Wawancara yaitu komunikasi secara langsung antara peneliti dengan
responden yang terdiri atas Pengusaha (Pemiklik SPBU), Pengawas SPBU,
Karyawan SPBU mengenai alasan mengapa melakukan pembulatan harga
pada transaksi jual beli BBM dan konsumen SPBU mengenai pendapat
tentang pembulatan harga BBM.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
4. Teknik Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Organizing, yaitu suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan,
pencatatan, dan penyajian fakta untuk tjuan penelitian. 19
b. Coding, yaitu kegiatan mengklasifikasi dan memeriksa data yang relevan
dengan tema penelitian agar lebih fungsional. 20
c. Editing, yaitu kegiatan memperbaiki kualitas data (mentah) serta
menghilangkan keraguan akan kebenaran/ketepatan data tersebut. 21
5. Teknik Analisis Data
Setelah tahapan pengolahan data, langkah selanjutya yaitu menganalisa
data. Penelitian ini dianalisa dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif,
yakni menggambarkan kondisi, situasi atau fenomena yang tertuang dalam data
yang diperoleh tentang faktor dan mekanisme Pembulatan Harga Jual yang terjadi
di SPBU Pertamina di Gresik kemudian dianalisis dengan Undang-Undang No 8
Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen dan Dianalisis dengan perspektif
hukum Islam.
Proses analisis data dalam penelitian ini menggunakan pola pikir induktif,
yaitu menganalisis data khusus tentang mekanisme pembulatan harga jual dalam
transaksi jual beli Bahan Bakar Umum (BBM) di SPBU Gresik Kota yang telah
19
Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha ilmu, 2004), 66
Ibid., 99
21
Ibid., 97
20
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
dianalisis dengan Undang-Undang No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dan Hukum Islam dan dikomparasikan antara keduanya untuk
kemudian ditarik suatu kesimpulan.
I. Sistematika Pembahasan
Bab Pertama adalah penulis membahas tentang latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan
penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab Kedua merupakan teori jual beli dan penerapan UU No 8 tahun 1999
tentang perlindungan konsumen, sehingga penulis di dalamnya membahas tentang
(a) pengertian jual beli, dasar hukum jual beli, rukun dan syarat dalam jual beli (b)
undang-undang no.8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen meliputi latar
belakang dan dasar perlindungan konsumen, tujuan perlindungan konsumen,
pengertian konsumen, hak dan kewajiban konsumen, pengertian pelaku usaha,
serta hak dan kewajiban pelaku usaha.
Bab Ketiga merupakan mekanisme pembulatan harga jual pada transaksi
jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pertamina di Gresik, penulis
didalamnya memaparkan data teoritis dan hasil riset objek tentang kasus
pembulatan harga jual BBM , alasan pihak SPBU Pertamina dan pendapat
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
konsumen pelanggan mengenai pembulatan harga jual dalam transaksi jual beli
BBM di SPBU Pertamina Gresik Kota
Bab Keempat merupakan komparasi dan analisis hukum Islam dan UU No 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen terhadap pembulatan harga jual
pada transaksi jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) di SPBU Pertamina Gresik
Kota. Penulis didalamnya memaparkan tentang persamaan dan perbedaan antara
hukum Islam dengan UU No 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
terhadap pembulatan harga jual dalam transaksi jual beli BBM di Pertamina
Gresik Kota.
Bab Kelima ini merupakan bagian akhir dari bahasan skripsi yang berisi
kesimpulan sebagai jawaban permasalahan dan juga tentang saran-saran, selain
dari itu dalam bab terakhir ini akan dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran-lampiran yang dianggap perlu.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar Basyir, 1990, Asas-asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam) ,
Yogyakarta: UII Press
Burhan Burgin, 2001, Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif &
Kualitatif, Surabaya: Airlangga University Press
Elli Nur Laila, 2009, “Analisis Hukum Islam terhadap mekanisme Bagi Hasil di
SPBU Syirkah Amanah di desa Balen Kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro”, Skripsi IAIN Sunan Ampel
Gunawan Widjaja, 2001, Hukum tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: Gamedia
Hasbi ash-Siddiqiey, 1962, Hukum-Hukum Fiqih Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Mustaq Ahmad, 2001, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Pustaka al-Kautsar
M.Alfian Yazdad , 2011, “Analisis Hukum Islam terhadap Pembulatan Harga Jual
dalam transaksi jual beli bensin di SPBU Pertamina di Surabaya Selatan”,
Skripsi IAIN Sunan Ampel
Sayyid Sabiq, 1994, Fiqh as-Sunnah, alih bahasa: Komaruddin A. Marzuki, Bandung
: PT Alma’arif
Silvia Khaulia Maharani, 2015, “Analisis Hukum Islam terhadap pembulatan
timbangan pada Jasa Pengiriman Barang di PT.TIKI Jalur Nugraha Ekakurir
(JNE) jalan karimun jawa Surabaya”, Skripsi UIN Sunan Ampel
Sonny Sumarsono, 2004, Metode Riset Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Graha
ilmu
Tini Hadad, 2000, Upaya Perlindungan Konsumen kaitanya dengan Undang-Undang
Perlindungan Konsumen, Sulawesi Selatan: YLK
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Beberapa pertanyaan yang akan diajukan untuk memperoleh suatu data dari
pihak SPBU dan Konsumen/Pelanggan di SPBU Gresik :
•
Pertanyaan untuk pihak SPBU
1. Apakah pembulatan harga jual sering terjadi di SPBU ?
2. Bagaimana pihak SPBU menanggapi mengenai pembulatan harga jual
yang terjadi ?
3. Apa alasan pihak SPBU melakukan pembulatan harga jual ?
4. Bagaimana langkah yang akan ditempuh petugas SPBU untuk
memperkecil nilai suatu pembulatan harga ?
5. Apakah selisih harga jual dengan pembulatan tersebut diserahkan
kepada pihak Manajemen SPBU ?
•
Pertanyaan yang akan diajukan untuk Konsumen/Pelanggan SPBU
1. Bagaimana menurut bapak/ibu tentang pembulatan harga jual yang
terjadi dalam pengisian BBM di SPBU ?
2. Apakah ada konfirmasi dari petugas pengisian mengenai pembulatan
harga yang terjadi ?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB II
TEORI JUAL BELI MENURUT HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG
PERLINDUNGAN KONSUMEN (UUPK)
A. Ketentuan Jual Beli dalam Hukum Islam
1. Pengertian dan Hukum Jual Beli
Jual beli dalam istilah fiqh disebut dengan al-bai’ yang berarti menjual,
mengganti dan menukar sesuatu dengan yang lain. Lafadz al-bai’ dalam bahasa
Arab terkadang digunakan untuk pengertian lawanya, yakni kata asy-syira>
’ (beli).
Dengan demikian, kata al-bai’ berarti jual, tetapi juga sekaligus jual beli. 22
Menurut Imam Nawawi dalam kitab Majmu>
’ jual beli adalah tukar menukar
barang dengan barang dengan maksud memberi kepemilikan. Menurut Ibnu
Qadamah dalam kitab al-mugni jual beli adalah tukar menukar barang dengan
barang yang bertujuan memberi kepemilikan dan menerima hak milik.23
Secara terminologi, terdapat beberapa definisi jual beli yang dikemukakan
para ulama fiqh, sekalipun substansi dan tujuan masing-masing definisi sama.
Sayyid Sabiq, 24 mendefenisikanya dengan :
ِ ِ ﺳ
ِ ِ ض ﺴﻰ ﺒﺸﻮﺟ ِ ﺒﺸ ﺄﺸ ذُو ِن
ِ
ﺳِ ﺳ
ُﺴ ﺴﺎدﺴﺔُ ﺴ ﺎل ﲟﺴﺎل ﺴﺴﻰ ﺴ ِﺸ ِ ﺒ ﺴـﺮﺒﺿ ﺸ ﻻ ﺒﺴﺸوﺴـ ﺸﻘ ُ ﺸ ِ ﺴﻮ ﺳ ﺴ ﺴ ﺸ ﺴ ﺸ ﺸ
22
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), 73.
Wahbah Az-Zuhaili; Penerjemah Abdul Hayyie Al-Kattani,dkk, Fiqih Islam (Jakarta: Gema Insani,
2011), 25.
24
Sayyid Sabiq; Penerjemah Nor Hasanuddin,, Fiqh Sunnah, (Beirut: Darul Fath), 126.
23
19
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
Artinya : Jual beli ialah pertukaran harta dengan harta atas dasar saling
merelakan”. Atau “memindahkan milik dengan ganti yang dapat dibenarkan.
Definisi lain dikemukakan oleh ulama Hanafiyah yang dikutip oleh Wahbah
al-Zuhaily, jual beli adalah: 25
ُﺴ ﺴﺎدﺴﺔُ ﺴ ﺳﺎل ِﲟﺴ ﺳﺎل ﺴﺴﻰ ﺴو ﺸﺟ ﺳ ﳐﺴﺸ ُ ﺸﻮ ﺳ
صﻻ أ ﺸﺴو ُﺴ ﺴﺎدﺴﺔُ ﺴ ﺸ ﺳﺊ ﺴ ﺸﺮﻏُ ﺸﻮ ﺳب ِﺸ ِ ﲟِِﺜﺸ ِ ﺴﺴﻰ ﺴو ﺸﺟ ﺳ ُ ﺴﻘ ﺳﺪ ﳐﺴﺸ ُ ﺸﻮ ﺳ
ص
Artinya : Saling tukar harta dengan harta melalui cara tertentu. Atau Tukar
menukar sesuatu yang diingini dengan yang sepadan melaui cara tertentu yang
bemanfaat.
Dalam definisi ini terkandung pengertian bahwa cara yang khusus yang
ja>
b (ungkapan membeli dari
dimaksudkan ulama Hanafiah adalah melalui i>
pembeli) dan qabu>
l (pernyataan menjual dari penjual), atau juga boleh melalui
saling memberikan barang dan harga dari harga penjual dan pembeli. Disamping
itu, harta yang diperjualbelkan harus bermanfaat bagi manusia, sehingga bangkai,
minuman keras, dan darah, tidak termasuk sesuatu yang boleh diperjualbelikan,
karena benda-benda itu tidak bermanfaat bagi muslim. Apabila jenis-jens barang
seperti itu tetap diperjualbelikan menurut uama Hanafiyah, jual belinya tidak sah.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli sebagai sarana tolong menolong antar sesama umat manusia
mempunyai landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.
Terdapat sejumlah ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang jual beli, diantaranya
dalam QS. Al-Baqarah 2:275 yang berbunyi:
25
Abdul Rahman Ghazali,M.A, dkk, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010),
67.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
ﺴﺣ ﺒﷲُ ﺒﺸﺴـﺸ ﺴ ﺴو ﺴﺣﺮﺴم ﺒ ﱢﺮﺴﺎ
ﺴوأ ﺴ
Artinya : Allah telah menghalalkan Jual Beli dan mengharamkan Riba
(QS.Al-Baqarah (2):275)
Riba adalah haram dan jual beli adalah halal. Jadi tidak semua akad jual beli
adalah haram sebagaimana yang disangka oleh sebagian orang berdasarkan ayat
m dalam ayat tersebut untuk
ini. Hal ini dikarenakan huruf alif dan la>
menerangkan jenis, dan bukan untuk yang sudah dikenal karena sebelumnya tidak
disebutkan ada kalimat al-bai’ yang dapat dijadikan refrens, dan jika ditetapkan
bahwa jual beli adalah umum, maka ia dapat dikhususkan dengan apa yang telah
kami sebutkan berupa riba dan yang lainya dari benda yang dilarang untuk
diakadkan seperti minuman keras, bangkai, dan yang lainya dari apa yang
disebutkan dalam sunnah dan ijma para ulama akan larangan tersebut. 26
Allah berfirman dalam QS. An-Nisa (4) ayat 49 yang berbunyi :
ً ِأﺴ ﺴﺸ ﺴـﺴﺮ ﺐِ ﺴ ﺒ ِﺬ ﺴ ـُﺴﺰ ﻮ ﺴن أﺴ ُ ﺴ ُﻬ ﺴ ِ ﺒﷲُ ـُﺴﺰﱢ ﺴ ﺴ ﺴ ﺂءُ ﺴو ﺴ ُﻈﺸﺴ ُ ﻮ ﺴن ﺴ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku
dengan suka sama suka diantara kamu. (QS. An-Nisa (4):49)
Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara batil yaitu
tanpa ganti dan hibah, yang demikian itu adalah batil berdasarkan ijma’ umat dan
termasuk didalamnya juga semua jenis akad yang rusak yang tidak boleh secara
26
Abdul aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi daam Fiqih Islam, (Jakarta:
Amzah, 2010), 26.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
syara’ baik karena ada unsur riba>atau jaha>
lah (tidak diketahui), atau karena kadar
ganti yang rusak seperti minuman keras, babi, dan yang lainya, dan jika yang
diakadkan itu adalah harta perdagangan, maka boleh hukumnya, sebab
pengecualian dalam ayat diatas adalah terputus karena harta perdagangan bukan
termasuk harta yang tidak boleh dijual belikan. Ada juga yang mengatakan
istisna’ (pengecualian) dalam ayat bermakna la>
kin (tetapi) artinya, akan tetapi,
makanlah dari harta perdagangan, dan perdagangan merupakan gabungan antara
penjualan dan pembelian. 27
Dasar hukum jual beli berdasarkan sunnah Rasulullah antara lain: 28
Hadis dari Al-Baihaqi, Ibn Majah dan Ibn Hibban, Rasulullah menyatakan
ﺐِﳕﺴﺎ ﺒﺸﺴـﺸ ُ ﺴ ﺸ ﺴـﺴﺮ ﺳ
ﺒض ﱡروﺒ ﺒ ﻬﻘﻰﱠ
Artinya : Jual beli itu didasarkan atas suka sama suka. (HR. Baihaqi)
Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi’ :
ﺴ ﺴ ُ ﺒ ﺮ ُﺟ ِ ِﺴ ِﺪ ِ ﺴو ُ ﺴـﺸ ﺳ ﺴ ﺸـ ُﺮﺸوﺳر: أﺴي ﺒﺸ ﺴ ﺸ ِ أﺴﻃﺸﺴ ُ ؟ ﺴـ ﺴﻘ ﺴﺎل: و
ﺒ ِﱯ ﻰ ﺒ ﺷ
ﺒ ﺰُر وﺒ ﺎ ﱠ
ِ
ُﺌ ﺴ
ﱡروﺒ
Artinya : Rasululah saw ditanya salah seorang sahabat megenai pekerjaan (profesi)
apa yang paling baik? Rasulullah saw. Menjawab : Usaha tangan manusia sendiri
dan setiap jual beli yang diberkati. (HR.Al-Bazzar dan Al-Hakim)
Penjelasan
dari
hadis
yang
diriwayatkan
Rasulullah
SAW
adalah
sesungguhnya jual beli itu atas dasar saling ridha. Ketika Rasulullah SAW ditanya
27
28
Ibid., 27.
Abdul Rahman Ghazali,M.A, dkk, Fiqh Muamalat..., 69.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
ditanya tentang usaha apa yang paling utama ? beliau menjawab: “ usaha
seseorang dengan tanganya sendiri, dan setiap jual beli yang mabrur”. Jual beli
yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta dan hianat, sedangkan
dusta itu adalah penyamaran dalam barang yang dijual, dan penyamara itu adalah
menyembunyikan aib barang dari penglihatan pembeli. Adapun makna khianat ia
lebih umum dari itu sbab selain menyamarkan bentui barang yang dijual, sifat,
atau hal-hal luar seperti dia menyifatkan dengan sifat yang tidak benar atau
memberi tahu harga yang dusta. 29
3. Rukun dan Syarat Jual Beli
Jual beli mempunyai rukun dan syarat yang harus dipenuhi, sehingga jual beli
itu dapat dikatakan sah oleh syara>
’. Dalam menentukan rukun jual beli terdapat
perbedaan pendapat ulama Hanafiyah dengan jumhur ulama.
Rukun jual beli menurut ulama Hanafiyah hanya satu yaitu ijab (ungkapan
membeli dari pembeli) dan kabul (ungkapan menjual dari penjual). Menurut
mereka rukun dari jual beli hanyalah kerelaan (rid}ha/tarad}i) kedua belah pihak
untuk melakukan transaksi jual beli. Akan tetapi, karena unsur kerelaan itu
merupakan unsur hati yang sulit untuk diindra sehingga tidak kelihatan, maka
diperlukan indikasi yang menunjukkan kerelaan itu dari kedua belah pihak.
Indikasi yang menunjukkan kerelaan kedua belah pihak yang melakukan transaksi
jual beli menurut mereka boleh tergambar dalam ijab dan kabul, atau melalui cara
29
Ibid., 27.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
saling memberikan barang dan harga barang (ta’at}i). 30
Akan tetapi jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, 31
yaitu:
1. Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli)
2. Ada sigha>
t (lafal ijab dan kabul)
3. Ada barang yang dibeli
4. Ada nilai tukar pengganti barang.
Dalam jual beli juga terdapat beberapa syarat yang mempengaruhi sah
tidaknya akad tersebut. Diantaranya adalah syarat yang diperuntukkan bagi dua
orang yang melaksanakan akad dan syarat yang diperuntukkan untuk barang yang
akan dibeli. Jika salah satu darinya tidak ada, maka akad jual beli tersebut
dianggap tidak sah. 32
1. Untuk kedua orang yang mengadakan jual beli ditetapkan beberapa syarat. 33
a. Saling ridha
Jual beli dianggap tidak sah hukumnya, jika salah satu dari penjual atau
pembelinya merasa terpaksa yang bukan dalam hal benar. Sebab Allah
telah berfirman dalam QS. An-Nisaa ayat 29 yang berbunyi:
ﺐِ أﺴ ﺸن ﺴ ُ ﻮ ﺴن ِﲡﺴ ﺴﺎرًة ﺴ ﺴـﺴﺮ ﺳ
ﺒض ﱢ ُ ﺸ
30
31
32
33
Abdul Rahman Ghazali,M.A, dkk, Fiqh Muamalat..., 71.
Sayyid sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, 1983), 126.
Saleh Al-Fauzan, Fiqih sehari-hari, (jakarta: Gema Insani Press, 2005), 366.
Ibid., 366.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
Artinya: kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu. (An-Nisaa: 29)
Rasulullah juga bersabda,
أِﳕﺴﺎ ﺒﺸﺴـﺸ ُ ﺴ ﺸ ﺴـﺴﺮ ﺳ
ﺒض
Artinya: sesungguhnya jual beli itu atas dasar suka sama suka. (HR. Ibnu
Hibban dan Ibnu Majjah)
Namun apabila pemaksaan tersebut atas dasar pemaksaan yang benar,
maka jual beli itu dianggap sah. Seperti jika ada seorang hakim yang
memaksanya menjual hak miliknya untuk menunaikan kewajiban
agamanya, maka paksaan ini adalah paksaan yang didasarkan oleh
kebenaran
b. Orang yang melakukan akad adalah orang yang merdeka.
Disyaratkan pula apabila kedua belah pihak yang melakukan akad
jual beli adalah orang yang merdeka, mukallaf, dan dewasa. Dengan
demikian, tidak sah sebuah akad jual beli jika pihak yang melakukan
adalah anak kecil, idiot dan gila. Dan seorang buadak pun tidak
dibolehkan melakukan jual beli tanpa seizing tuanya.
c. Ada hak milik penuh
Disyaratkan agar kedua bela