Dasar Sistem Kendali BAB III
B A B llI
M ODEL
1.
D e s k r ip s i
K a r a k te r is tik
Beberapa
sebagainya
M A T E M A T IK
S is te m
diperoleh
dengan
dengan
F IS IK
F i s i k utsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
sistem dinamik, seperti mekanik,
dapat dikarakteristikan
terse but dapat
S IS T E M
listrik, termal, hidraulik
persamaan
menggunakan
diferensial.
beberapa
hukum
berlaku pada sistem yang ditinjau, misalnya hukum Newton
dan
Persamaan
fisika
yang
untuk sistem fisik,
hukum Kirchhoff untuk sistem listrik dan sebagainya.
Deskripsi matematik dari karakteristik
matematik.
Langkah
menurunkan
pertama
dalam
modelnya terlebih dahulu.
dalam bentuk yang berbeda,
dinamik suatu sistem disebut model
analisis
suatu
sistem
dinamik
adalah
Model matematik tersebut dapat disajikan
tergantung
pada sistem beserta kondisi
sekeliling
objek yang ditinjau.
Sebagai contoh dalam persoalan optimasi sistem misalnya,
cocok
persamaan
menggunakan
diferensial
orde pertama.
Sementara
analisis respon transien atau frekuensi suatu sistem satu masukan
menggunakan
diperoleh,
fungsi alih akan lebih tepat.
maka berbagai
dalam
satu keluaran
Setelah model matematik suatu sistem
piranti analisis termasuk
komputer
dapat digunakan
dalam analisis maupun sintesis.
Keterlibatan
alat bantu komputer
yang ditinjau demikian kompleks
ketelitian tinggi.
sangat tinggi,
sangat tepat apabila model matematik
dan dituntut agar hasil yang didapat memiliki
Sebaliknya, jika tidak dituntut atau diperlukan
cukup
dengan
mementukan
model yang disederhanakan
layak. Dalam hal ini kita dapat mengabaikan
ditinjau,
namun
diinginkan
Pengabaian
model
dapat tersusun
pengaruh
matematik
linear
secara
beberapa sifat fisis dari sistem yang
(persamaan
melalui parameter-parameter
sifat-sifat
ketelitian yang
fisis tersebut benar-benar
diferensial
biasa)
yang
yang sangat diperlukan.
telah dipertimbangkan
terlebih dahulu, sehingga didapat kesesuaian yang baik antara hasil analisis model
matematik
kata
dengan hasil studi eksperimen
lain model
matematik
pada sistem fisik yang dikaji.
linear parameter
bentuk persamaan diferensial linear pula.
terkumpul
dapat
disusun
Dengan
dalam
47utsrqponmlkjihgfedcbaZ
Model matematik suatu sistem dikatakan linear apabila memenuhi prinsip
Superposisi dan homogenitas.
Dalam hal ini respon yang dihasilkan oleh
penggunaan secara serentak dua buah fungsi penggerak yang berbeda adalah sarna
dengan respon dari dua buah respon individualnya.
Model tersebut dapat
diilustrasikan sebagai suatu sistem yang memiliki respon YllkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(t) dan ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF
Y 2 (t) dengan
dua masukan
Xl
(t) dan
X2
(t) sedemikian rupa. Selanjutnya respon sistem tersebut
terhadap masukannya dapat disusun:
a1x 1 (I) kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ a 2 x 2 (I) ; akan didapat keluaran misal saja:
alY I (I)
+ a 2 Y 2 (I) ; dimana
al
dan
a,
konstan.
Dari rumusan tersebut di atas mudah dipahami bahwa pada sistem linear,
respon terhadap beberapa masukan dapat dihitung dengan mencari respon
terhadap tiap-tiap masukan dan menjumlahkan hasilnya.
Jika parametemya
konstan (time invariant), akan diselesaikan dengan persamaan diferensial linear
parameter konstan (linear time invariant = linear koefisien konstan).
Sekalipun
beberapa
hubungan fisis sering kali dinyatakan
dengan
persamaan linear, namun dalam kebanyakan kasus hubungan yang sebenamya
adalah tidak benar-benar linear. Pada kenyataannya, suatu studi sistem fisik yang
cermat menyatakan bahwa sistem linear hanya benar-benar linear pada daerah
kerjanya. Masalah peredam (damping) yang terjadi pada sistem fisik, mungkin
linear untuk operasi kecepatan rendah dan menjadi non linear pada kecepatan
tinggi dan gaya redaman mungkin jadi sebanding dengan kuadrat kecepatan
kerjanya. Contoh kurva ketidaklinearan ini ditunjukkan pada Gambar III.I.
Output
Output
Output
hukum
kuadrat
jenuh
jenuh
w
G am bar
~
1 1 1 .1 . K u r v a
K a r a k te r is tik
m a ti, (c ) H u k u m
k e tid a k lin e a r a n
k u a d r a t.
~ XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(a ) S a tu r a s i,
(b ) D a e r a h
48utsrqponmlkjihgfedcbaZ
2.
P e r s a m a a n D ife r e n s ia l S is te m F is ik .
Sistem dinamik seperti mekanik, listrik, hidraulik, thermal, dan sebagainya, dapat "dikarakteristikan" dengan persamaan diferensial. Respon suatu sistem
dinamik terhadap suatu masukan (fungsi penggerak) dapat diperoleh dengan
persamaan diferensial. Persamaan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan
hukum fisika seperti Newton dan Kirchhoff.
a.
T r a n s la s i M e k a n ik
Pada sistem translasi mekanik terdapat tiga (3) elemen pokok, yaitu masa,
gaya, dan friksi (gesekan).
Masa adalah elemen inertia; apabila suatu gaya
dikenakan padanya, maka akan menghasilkan gaya reaksi yang besarnya sarna
dengan hasil kali antara masa dan percepatannya, sedang arahnya berlawanan
dengan pereepatannya itu sendiri.
Persamanan gaya tersebut adalah:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
M kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONM
= masa (kg)
M = Ma
dimana
F ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
a
=
percepatan (rn/dtk')
PM
=
gaya (N)
Apabila pegas dikenai gaya luar, maka akan dihasilkan gaya reaksi yang
meneoba untuk mengembalikan kondisi pegas ke panjang yang asli seperti
semula.
Selama deformasi keeil dapat dipertahankan, maka pegas seolah-olah
merupakan elemen linear, yang karakteristiknya seperti Gambar III.2.
Pada
daerah
gesekan
yang
linear
persamaan gayanya adalah:
Fs = K x
Dimana
x
perubahan kondisi
pegas (m)
gaya pegas (N)
o
x
G a m b a r 1 1 1 .2 . K a r a k t e r is t ik p e g a s .
konstanta kekakuan
pegas (N/m).
Pada gerakan sistem mekanik yang bersentuhan dengan dinding permukaan
mekanik itu sendiri akan menimbulkan gesekan (friksi). Dalam sistem kendali
49utsrqponmlkjihgfedcbaZ
gesekan tersebut lazim disebut friksi viskos (viscous friction).
Gaya friksi
tersebut dirumuskan:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
F
f
= .fo , dimanakjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= kecepatan gesekan relative (m /d tk)
v
gaya friksi viskos (N)
Ff
=
f
= koefisien friksi viskos
(N /m /d tk).
Gaya friksi akan melawan kecepatan dengan arah yang berlawanan.
Untuk mempermudah pemahaman tentang gaya friksi ini dapat diilustrasikan pada
pemakaian dan proses kerja dari sebuah "dashpot" seperti Gambar IIL3.
filled with oil-,/. Piston
!~
Gambar 111.3. Konstruksi dash pot
Dashpot terdiri dari sebuah piston dan silinder berisi bahan bakar, antara
keduanya dipisahkan oleh celah yang sangat sempit. Setiap gerakan antara piston
dan silinder dihalangi/dihambat oleh bahan bakar dengan gaya friksi (F f ).
Sistem mekanik dari kerja dashpot di atas ditunjukkan pada gambar
berikut ini.
Dari penyederhanaan sistem mekanik di bawah, masa (M)
ditempatkan pada pegas yang memiliki tingkat "kekakuan" (K) dan dashpot yang
berkoefisien friksi viskos (f) dengan gaya luar (F). Arah pemindahan masa (X) ini
adalah positif. Sementara posisi nol diambil dimana masa dan pegas berada pada
titik setimbang statisnya.
Kx
f lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
dxldt
x
L...-_...-_...I-!- 0
Gambar 111.4. Sistem masa-pegas-dashpot (a) dan diagram bodi (b)
50
Dengan
menerapkan
hukum
Newton
untuk
gerakan
masa
pada
bodi,
persamaannya dapat ditulislkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
d 2x
dx
F kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= M dt 2 + ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
f dt + Kx
(III -1 )
Persamaan terse but adalah persamaan diferensial orde dua yang linear dan
berkoefisien konstan.XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
b.
A s s e le r o m e te r M e k a n ik .
Dalam bentuk yang disederhanakan sebuah asselerometer terdiri dari
sebuah sistem pegas-massa-dashpot sebagaimana ditunjukkan pada Gambar I1L5.
Biasanya
rangka
bergerek/berputar
asselerometer
ditfmpatkan
mi
pada kendaraan bermotor.
Tatkala
pada
bagian
yang
kendaraan bergerak
membuat asselerometer juga turut digerakan, sehingga pegaspun bergeser dan
menghasilkan gaya yang cukup untuk mempercepat geseran massa secepat
gerakan rangka asselerometemya.
Geseran atau simpangan pegas ini terukur langsung melalui sebuah
potensiometer geser linear yang sebanding dengan percepatannya.
Keterangan:
x = perpindahan slider (kontak gaser)
karena gerakan mesin kendaraan
x,
..i O ? O
z:
\
0
•
--+x
Md'
L
(y -
M
xl/dt'.
I
I
f
(bodi asselerometer) yang bertitik
df/dt.
i1
stel di pangkal rangka.
~f
0
y
=
perpindahan slider (kontak gaser)
karena gerakan massa yang bertitik
+
stel di rangka asselerometer.
G am bar
1 1 1 .5 . D ia g r a m a s s e le r o -
m e te r y a n g d is e d e r h a n a k a n .
Arah gerakan (+) dan (-) untuk x dan y
seperti gambar.
51 utsrqponmlkjihgfedcbaZY
geseran y dari titik stel terukur, maka gaya masaihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJ
(M ) terhadap
Karena
pegas
=
-Ky dan terhadap
friksi viskos
=
-f.dy/dt.
Gerakan massa (y) ke arah
positif dari titik stelnya adalah sejauh (y - x). Dengan demikian persamaan gaya
dari sistem tersebut menjadi:
ataulkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
2
dy
M -2
dt
d 2x
dt
dt
(III-2)
=M a
= percepatan masukan.
dimana: a
Bila
dy
+ j-+ K y = M - 2
asselerometer
perpindahan
y juga
mendapat
(dikenai)
konstan
(steady
atau
a
percepatan
state), sehingga
yang
derivatif
konstan,
maka
y menjadi
nol.
Dalam hal ini adalah:
Ma
= Ky
= ( KIM ) y.
Disini berarti pula bahwa geseran y yang tetap (steady state) merupakan pengukur
percepatan masukan yang konstan.XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
c.
S is te m R o ta s i M e k a n ik .
Tiga komponen
torsi pegas
berbeban),
dan friksi viskos.
Apabila
maka akan menghasilkan
antara momen
(menentang)
Tj
dasar dari sistem rotasi mekanik
sebuah benda
yaitu momen
berputar
(motor
torsi lawan yang sarna dengan
inersia dan percepatannya.
Torsi tersebut
arahnya
= Ja,
hasil kali
berlawanan
dimana:
J
= Momen inersia (kg-rrr')
a
=
Percepatan sudut putar (rad/sec/)
= torsi (N-m).
Sebagai contoh torsi lawan berupa puntiran poros yang dikenai torsi luar.
lawan poros ini dapat dikarakteristikan
=
listrik
percepatan sudut putarnya, dan dirumuskan:
Tj
T,
inersia,
K8,
dimana:
dengan persamaan:
T,
=
Torsi lawan (N-m)
e
= Puntiran (radian)
K
= Konstanta torsi (N-m/rad).
Torsi
52
Sementara
friksi viskos terjadi saat rangka bodi berputar dan bergesekan
bodi rangka yang lain.Torsi lawan akan berlawanan
dengan
arah dengan kecepatan sudut
putarnya, dan diformulasikan:
f = fro,
dim ana: T f = torsi lawan friksi viskos (N-m)
T kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(0
=
keeepatan sudut putar relatif diantara sisi
rangka bodi (rad/see)
f
=
koefisien friksi viskos (N-m/rad/sec).
Gambar III. 6 memiliki konstanta-konstanta:
tingkat kehalusan/kekasaran
momen inersia roda/beban J,
poros K, koefisien friksi/viskos
f dan torsi luar yang
digunakan penyebab puntiran poros T.
~
K8
===TS=)=l= ==lL--J
---,J
T f= fd8/dt
(a)
(b)
Gambar 111.6.(a) Sistem rotasi mekanik (b) Diagram rangka bodi
Dari Gambar. III. 6. b, persamaan torsinya adalah:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
T-
T
fdB
-KB
dt
2
d B
= J -2
dt
=J
d2B
dt 2
atau
dB ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ f - + KB
(III-3)
dt
Persamaan sistem di atas merupakan persamaan diferensiallinear
orde dua dengan
koefisien konstan.
d. Roda Gerigi Pereduksi Kecepatan Putar.
Roda gerigi (gear train) ini banyak digunakan
memperoleh
kecepatan putar yang sesuai antara motor dan unit beban.
pada operasi servo motor yang berkecepatan
demikian
pada sistem kendali untuk
tinggi tapi torsinya rendah.
sistem mekanik roda gerigi ini merupakan
halnya pada trafo pada sistem listrik.
piranti penyesuaian
Biasanya
Dengan
seperti
53
Gambar .III.7. berikut ini menunjukan
sebuah motor yang memutar beban
melalui 2 roda gerigi yang dikopel menjadi satu.
gerigi N2 sekunder
Pemindahan
(analog dengan kumparan
Gerigi N] disebut primer dan
primer dan sekunder
pada trafo).
sudut putar dari poros 1 dan 2 dinyatakan dengan 8] dan 82. Momen
inersia dan friksi viskos motor dan gerigi 1 dinyatakan
dengan JkjihgfedcbaZYXWVU
I dan fJ, sedang
gerigi 2 dan beban dinyatakan dengan J2 dan f2.
J: J r:q8" f,
N, teeth
Gear 1 (primary gear)
Shaft 2
8
8
Input torque'
from motor
Shaft 1
TM
2
h:~=+====~===+=
Gear 2 (secondary gear)XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
G am bar
1 1 1 .7 . S is t e m g e r ig i m e k a n ik
Untuk paras pertama, persamaannya
J]B ] + !tB ] + T,
adalah:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= TM
(III-4)
Dimana T M adalah torsi yang dikembangkan
oleh motor dan Tl adalah torsi beban
pada roda gerigi 1.
Untuk poros yang kedua
J lJ lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
2 + 1282 + TL = T2
Dimana T2 adalah torsi yang ditrasmisikan
Dimisalkan
radius
pemindahan
pada permukaan
8lrl
= 82r2.
proporsional
82
81
Disini
=
sementara
1
ke roda gerigi 2 dan TL
= r) dan roda gerigi 2 = r2.
masing-masing
jumlah
gerigi
=
torsi beban.
karena jarak
roda gerigi sarna dan linear, maka
pada
setiap
permukaan
roda
selalu
terhadap radius gerigi, maka didapat rasio:
N,
(III-6)
N2
tingkat
sehingga
roda gerigi
(IIl-5)
kehalusan
gesekan
poros
roda gerigi
dianggap
tidak ada daya hilang dalam proses transformasi
tak berhingga
dan akibatnya
hasil
kerja roda gerigi 1 dan 2 adalah sarna. Oleh sebab itu:
(III-7)
54
Bila persamaan (11I-6) clan (IIl-7) clikombinasikan cliclapat:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
r;
B2
N\ kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF
(III-8)
-= -= -
T2 ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
B\
N2
Selanjutnya
persamaan
(III-8) didiferensiir
dua kali, sehingga
diperoleh
relasi
kecepatan putaran dan percepatan, yaitu:
..
.
B2
B2
B\
BI
N\
N
'.....
-;;=-. =
(III-9)
2
Oleh sebab itu bila (N] / N2 < 1), dari persamaan
terjadi pengurangan/penurunan
(III-8) dan (III-9) di atas akan
kecepatan putaran dan memperkuat
torsinya.
Dengan meniaclakan TI clan T2 clari persamaan (III-4) clan (III-5) clengan bantuan
dari persamaan (III -6), didapat:
J\BI+f.BI+;:(J)}2+f2B2+TL)=TM
Bila 82 ditiadakan
dari persamaan
(III-I0)
(111-10) dengan
bantuan
persamaan
(III-9),
cliperoleh hasil:
+(zJ J, ]0,+ +(zJ
[J,
Jadi ekivalen
dari momen
J,
]ii,+(Z}
=
TM
...•...
(III-II)
inersia dan friksi viskos roda gerigi pada poros
1
adalah:
J , .,= J ,
Sehubungan
+(Z:)'
J , dan
/,
,,= /,
+(zJ
J,
dengan itu, ekivalen momen inersia dan friksi pada persamaan
(III-
11) dapat ditulis sebagai:
J,
ek
Disini ( N
I /
8, + f.
ek (;,
+ ( ;~)
T L = TM
N2 ) T L adalah forsi beban pada poras 1. demikian
halnya untuk 8 1
clan 82 dari persamaan (III-l 0) dengan bantuan persamaan (Ill-9), ekivalen momen
inersia clan friksi viskos roda gerigi di bagian poros beban adalah:
Jz
ek
=
J
Z
+ ( ~ ~
r
J
I
dan
Iz
ek
=
r
r; + ( ~ ~ II
55
Adapun persamaan torsi pada poros beban, dapat diekspresikan
sebagai:
e. Sistem Listrik
Resistor, induktor dan kapasitor adalah tiga komponen
listrik.
Rangkaian tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan
Kirchhoff
dalam
pokok dalam untai
tegangan
maupun arus.
seri (Gambar.
Berikut ini akan dianalisis
III. 8a dan 8b) dengan
menggunakan
rangkaian
hukum
hukum
L-R-C
Kirchhoff
tegangan.kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
vOlm g
.source
ecf01
~
~
(a)
Gambar 111.8. Rangkaian L-R-C (a) Seri (b) Paralel.
Bentuk persamaan sistem terse but adalah:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
L :: + Ri + ~ fidt
~ fidt
Karena
fidt
=
d 2q
L dt 2
=
=
e
(III-12)
(III-13)
eo
q, maka persamaan (I1I-12) menjadi:
dq
1
+ R dt + C q= e
(III-14)
Identik dengan cara di atas, untuk untai parallel dianalisis
hukum Kirchhoff arus. Persamaannya
~ fedt+ ~ +c~;
Karena
fedt
= ,maka
=
dengan menggunakan
adalah:
ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
i
(III-I 5)
persamaan (III-I 5) dapat ditulis:
56kjihgfedcbaZYXWVU
f.
Sistem Analogi
Dengan membandingkan persamaan (III-I) untuk translasi sistem mekanik
(Gambar III. 4. a), atau persamaan (III-3) untuk sistem rotasi mekanik (Gambar
iii. 8. a), temyata memiliki kesamaan bentuk.
Dalam hal ini pemakaian
persamaan deferensial orde 2, sehingga disebut juga sistem analogi.
Gaya F
(Torsi T) dan tegangan e adalah variabel-variabel yang dianalogikan.
Hal ini
lazim disebut Analogi Gaya (Torsi)-Tegangan.
Daftar variabel-variabel yang
dianalogikan terse but sebagaimana tertulis pada Tabel 1.
Demikian pula halnya persamaan-persamaan (III-I) dan (III-3) serta
persamaan (III-16) untuk sistem listrik (Gambar III. 8. b) sangat identik sekali.
Dalam hal ini Gaya F (Torsi T) dan arus i adalah variabel-variabel yang
dianalogikan. Hal ini lazim disebut Analogi Gaya (Torsi)-Arus. Daftar besaran
yang dianalogikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Daftar Analogi Gaya (Torsij-Tegangan
Sistem Translasi Mekanik
Sistem Rotasi Mekanik
Sistem Listrik
Gaya, F
Torsi, T
Tegangan, e
Massa, M
Momen Inersia, J
Induktansi, L
Koef. Friksi viskos, f
Koef. Friksi Viskos, f
Resistansi, R
Kekakuan pegas, K
Kekakuan torsi pegas, K
Kapasitansi (ek), lIC
Displacement, x
Angular Displacement, 8
Muatan, qihgfedcbaZYXWVUTSRQPONML
1\
1\
Arus, i
Kecepatan,lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
x
Kecepatan sudut, e
Tabel 2. Daftar Analogi Gaya (Torsi)-Arus
Sistem Translasi
Mekanik
Sistem Rotasi Mekanik
Sistem Listrik
Gaya, F
Torsi, T
Arus,
Massa, M
Momen Inersia, J
Kapasitansi, C
Koef. Friksi viskos, f
Koef. Friksi Viskos, f
Resistansi (ek), lIR
Kekakuan pegas, K
Kekakuan torsi pegas, K
Induktansi (ek), IlL
Displacement, x
Angular Displacement,
1\
Kecepatan, x
1\
Kecepatan sudut,
f)
e
i
Fluksimagnet,
Tegangan,e
57
Konsep
sistem analogi di atas sangat berguna,
mempelajari/menganalisis
variasi-variasi
sebagai
acuan di dalam
sistem yang lain seperti listrik, mekanik,
panas, tinggi muka cairan, dan sebagainya.
Apabila
telah diketemukan,
untuk sistem-sistem
maka dapat dikembangkan
penyelesaian
satu sistem
analogi yang
lain. Pada umumnya cara tersebut banyak dipakai untuk mempelajari
Iistrik
dianalogikan
dengan
sistem
listrik,
karena
relatif
sistem non
lebih
mudah
dieksperimenkan.
g. Sistem Tinggi Muka Cairan.
Pada sistem pengendalian
melalui
aliran.
persamaan
diferensial
tinggi muka cairan hanya dapat digambarkan
linear bila sistem
terse but mempunyai
variasi
Proses ini banyak dijumpai di Industri dimana aliran tersebut disalurkan
lewat pipa-pipa dan tanki.
penyelesaian
Sistem
Gerakan/aliran
sistem tersebut biasanya menghendaki
melalui persamaan diferensiaI tidak linear.
pengendalian
tinggi muka cairan
sederhana
ditunjukkan
seperti
Gambar III. 9., dimana tanki mendapat suplai cairan melalui pipa pendek.
Pada
kondisi tetap tertentu, katakanlah cairan yang mengalir ke dalam tanki Qi
= Qo.
Untuk aliran yang bergerak atau berguncang
dan pengosongan
Gambar
hubungan
antara tinggi permukaan
bersifat tidak linear dan dapat digambarkan
III. 10).
Secara
matematik
keadaan
tersebut
secara grafik (lihat
dapat
diformulasikan
sebagai:
Q=kihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.fii
Pertambahan
terhadap
cairan yang mengalir
ke dalam
tanki (~Qi)
harga keadaan tetap tinggi muka caiaran semula.
cairan ini akan mengakibatkan
relatif
Pertambahan
kecil
aliran
tinggi muka cairan dalam tanki bertambah sebesar
~H, demikian pula aliran yang keluar bertambah sebesar ~Qo.
Perubahan
aliran cairan yang keluar dari tanki ditandai
oleh perubahan
~H, dan besamya perubahan dapat dideteksi melalui persamaan yang dilinearkan,
yaitu:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
dQ
AH
H o AH
atau ~Q o = ~Q o ~ kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
dH
R
-I
58
Dimana:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
R = dH kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
I = 2JHo(
m
)
.
dQ H o
k
Cub - m / s
Disini R didefinisikan
Apabila
sebagai tahanan aliran.
cairan yang mengalir
keluar dari tanki disalurkan
yang panjang sekali, maka akan memperbesar
ini dapat disamakan
didefinisikan
nilai tahanan aliran, yang dalam hal
dengan besar tahanan pad a tangki penampung
di atas.
melalui pipa
sebagaimana
Dengan demikian R adalah dianggap sebagai tahanan total
aliran cairan pada sistem tanki-pipa terse but.
Head
H-----------------------------
Q
Gambar
Flour rate
Gambar 111.10. Grafik tinggi
111.9. Sistem
u k a cairan versus
m XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
permukaan cairan
kecepatan aliran.
Sistem dinamika aliran ini dapat diuraikan sebagai suatu persamaan setara
khusus kecepatan aliran, yaitu:
perbandingan
~Qi-~Qo
C
d(~)
cairan tersimpan dalam tankiihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-I 7)
dt
Satuan C dalam m2, yang didefinisikan
sebagai kapasitansi
tanki pada daerah
luasan yang ditempati air secara efektif.
Bila dilakukan substitusi terhadap ~Qo
dari persamaan (III-I 7), hasilnya didapat:
RCd(~)
+ ~
= R(~Q i)
(III-I 8)
dt
h. Sistem Termal
Persyaratan
dasar
yang
harus
termal dengan model atau seragam.
dipenuhi
menggambarkan
sistem
Dengan demikian untuk melakukan
analisis
yang cukup cermat diperlukan penggunaan
guna
model parameter terdistribusi.
Walau
59
demikian,
untuk
diumpamakan
menyederhanakan
benar-benar
anal isis,
keseragaman
temperatur
harus
dicapai, sehingga sistem tersebut dapat digambarkan
dengan sebuah model parameter blok yang lebih sederhana.
Sistem termal sederhana ditunjukkan
pada Gambar III. 11. Dari gambar
tampak bahwa tangki diberi isolasi guna mengeliminir
Tidak
pula
temperatur
(mixer).
ada
panas
yang
terserap pada
panas yang hilang di udara.
isolasi,
sehingga
cairan dalam tanki terjadi setelah ditempatkannya
Bila tanpa bantuan mixer, pendistribusian
keseragaman
elemen pencampur
temperatur cairan yang merata
dalam tanki sulit dicapai dan bersifat kompleks (menuntut pemecahan
pemakaian
persamaan diferensial parsial).
Dari sistem ini diketahui
bahwa temperature
tetap (steady state) cairan
yang mengalir ke dalam tankikjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
= ei dan yang menglir keluar dari tanki = e, sedang
panas yang dihasilkan
"heater"
=
H dan besar aliran dari cairan
diyakinkan
konstan.
Pertambahan
nilai
tetapnya
kenaikkan
memang
sangat
kecil,
namun
sebesar ~H (joule/menit)
demikian
akan
dari
menghasilkan
panas pada aliran keluaran sebesar ~Hl dan panas cairan dalam tanki
sebesar ~H2.
demikian
panas masukan dari "heater"
Pada gilirannya
pula temperatur
(0C). Mengingat
temperatur
cairan dalam tanki akan turut naik,
cairan yang keluar dari tanki bertambah
tidak terjadi kebocoran panas pada isolasi tanki, maka kenaikan
temperatur cairan yang keluar dari dalam tanki dapat diformulasikan
~Hl
= qs
dimana
sebesar ~e
sebagai:
~e
q
=
keajegan banyaknya aliran cairan (kg/menit)
S
=
panas spesifik cairan (joule/kg-X').
Formulasi di atas dapat ditulis ulang dalam bentuk:
~Hl =~e/R
Dimana
R
=
l/qs, yang didefinisikan
(III-I 9)
sebagai tahanan
termal dengan
satuan
°C/Joule/menit.
Banyaknya panas yang tersimpan di dalam tanki diformulasikan
sebagai:
60utsrqponmlkjihgfedcbaZ
Dimana M = massa cairan dalam tanki (kg).
= kenaikkan temperatur dalam tanki
d8o/dt
selanjutnya persamaan di atas dapat pula ditulis dalam bentuk:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
=
I1 H 2
dimana C =
C d~e)
(III-20)
MS, yang didefinisikan
sebagai kapasitansi
termal dengan satuan
Joule/DC.
Jadi persamaan aliran panasnya adalah:
I1 H
=
1 1 H ]+ 1 1 H 2
=
l1 e kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ C d (l1 e ) lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
R
dt
atau
d
RC
(11 e)
dt
(11I-21)
+ l1 e = R (I1 H )
(III-21) di atas menggambarkan
Persamaan
persamaan
dinamika
sistem
termal dimaksud dengan asumsi bahwa temperatur sepanjang aliran cairan terjaga
konstan.
Dalam
praktiknya
fluktuasi (berubah-ubah)
dari
"heater"
akan
temperatur
cairan
(disturbance
signal).
temperatur
aliran cairan
setiap saatnya.
terjadi
aliran
mengalami
Jadi selama ada panas (signal masuk)
pertambahan
sepanjang
ini nyatanya
signal
yang
yang juga
lazim
disebut
merubah
signal
kondisi
pengganggu
Mixer
Liquid in
----+
Heater
Gambar
Misalkan
temperatur
heater
saja perubahan temperatur
ajegnya
berakibat
111.11. Sistem pemanasan termaI.
(steady state).
terjadinya
cairan yang masuk sebesar 118i dari
Penambahan
perubahan
panas
Persamaan panas aliran ini akan berubah menjadi:
temperatur
cairan
yang diterima
yang
terbawa
dari
aliran.
61 lkjihgfedcbaZYXWVUTSR
M l utsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ I'1Bi= 1'18 +C ~(1'18)
atau
R
R
dt
RC~(1'18)+ 1'18
dt
Kini lupakan
yang meyakinkan
bertambah
2
Dimana
sebesar
(111-22)
tentang
1'18,
asumsi
dikemukakan
panas
yang
bahwa keandalan
isolasi tanki
di atas bahwa temperatur eairan
mengalir
melalui
dinding
tanki
rambatan panas mediumnya bertambah (naik) sebesar:
=
Ml
sementara
itu. Sebagaimana
(naik)
menyebabkan
= I'1Bi+ R(M l)
1'18
Rt
Rt adalah
tahanan
termal
dari
dinding
tanki.
Dengan
demikian
persamaan (III-22) di atas dapat dimodifikasi menjadi:
M l + I'1Bi= (1'18 + 1'18)+ C~(1'18)
R
R
Rt
dt
atau
RC~(1'18)+ 1'18
dt
.
dimana
=
(R)I'1Bi+ R(M l)
R
R _ RRt
- R+ Rt
(III-23)
tahanan efektif termal berkenaan dengan panas
ram bat pada pipa aliran dan dinding tanki
diperhitungkan
--
seeara paralel yaitu R dan Rt.
Formulasi di atas, pada dasarnya panas yang tersimpan pada dinding tanki
masih
dapat
mempengaruhi
i.
diabaikan.
Dengan
(menyederhanakan)
mengabaikan
asumsi
tersebut
dapat
besarnya kapasitansi termal (C).
Sistem Pneumatik.
Sistem pneumatik
sumber
pneumatik
memasok
sebuah pipa penyalur.
dimungkinkan
sederhana
adanya
ditunjukkan
pada Gambar
udara ke dalam sebuah
bejana
III. 12; dimana
(tabung)
melalui
Selama drop tekanan pada pipa penyalur masih keeil, dapat
semburan
udara
yang
mengalir.
Dengan
dinamika sistem tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan linear.
demikian
62
Source
PikjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ ~Pi 1'""""""'='---,
Gambar III. 12. Sistem pneumatic sederhana
Besar aliran udara yang masuk ke dalam tabung berdasar perhitungan
tekanan diferensial dapat ditentukan, yaitu:
AQ lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
M i-I!!.Po
(31
=
m memit)
o
(III-24)
R
2
' ik an sebazai
yang did
I e fiIllISI
agar ta h anan a I'Iran u d ara yang
diimana R (newtonlm
)'
3
m Im enzt
mengalir melalui pipa penyalur yang juga merupakan konstanta semburan udara
yang rnengalir.
Keterangan:
Pi
=
tekanan udara dalam sumber saat steady state (Newton/rrr')
Po
=
tekanan udara dalam tabung saat steady state (Newton/m ')
~Pi
=
perubahan (keci!) tekanan udara dalam sumber
~Po
=
perubahan (kecil) tekanan udara dalam tabung
Besar volume udara dalam sumber (Pi) yang diterima tersimpan dalam
tabung dan menyebabkan naiknya tekanan didalamnya sebesar ~Po adalah ~ V
~Qdt.
=
Volume terse but berbanding langsung terhadap temperatur tabung untuk
tetap konstan. Dalam hal ini dapat diformulasikan sebagai:
~V=C~Po
I!!.V (
dimana C = --
Mo
m
3
)
2
yang didefinisikan sebagai kapasitansi tabung.
newtonlm
Hasil diferensiasi persamaan ini tiada lain adalah isi udara yang tersimpan dalam
tabung, yaitu:
d(~V)
dt
=
Cd(M o)
(III-25)
dt
Keseimbangan antara udara yang dialirkan dari sumber (Pi) dan yang tersimpan di
dalam tabung (Po) dapat ditulis:
63lkjihgfedcbaZYXWVUT
=
M i-M o
C d(M o)
R
dt
atau
RC
d{M o)
+Mo
dt
Dari pembahasan
.
=ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Ml
(III-26)
mengenai beberapa variabel dan parameter yang terdapat
pada sistem termal, tinggi muka cairan dan sistem pneumatik
dianalogikan
ke dalam sistem listrik sebagaimana
semuanya
dapat
dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 3. Daftar Analogi Besaran dan Satuannya.
Sistem Muka
Sistem
Cairan
Pneumatik
Aliran panas, joule
Aliran cairan, rrr'
Aliran udara, m '
Besar aliran panas,
Besar aliran
Besar aliran udara,
Sistem Listrik
Sistem Termal
Muatan, coulomb
Arus, ampere
cairan,
jo u le /m e n it
3
3
m /m e n it
m /m e n it
Tinggi
Tegangan, volt
Temperatur, °C
Tekanan,
permukaan, m
Tahanan,
Tahanan, ohm
°C /jo u le /m e n it
farad
Tahanan,
m/rrr'zmenit
N /m 2 1 m Im e n it
Kapasitansi,
joule/iC
2
Tahanan,
Kapasitansi,
Kapasitansi,
N e w to n /m
3
Kapasitansi,
3
m /m
m 3/Newton/m 2
3. Fungsi Alih
Fungsi
alih
sistem
perbandingan
dari
transformasi
transformasi
Laplace
masukan
semua
syarat
awal
adalah
linear
nol,
parameter
Laplace
(fungsi
konstan
keluaran
penggerak),
Sebagai
contoh
didefinisikan
(fungsi
dengan
perhatikan
sebagai
respons)
dan
anggapan
bahwa
bentuk
umum
persamaan diferensial berikut ini.
(n)
(n-I)
(m )
(m -l)
ao y kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ al y +...+an-Iy+any = bo x + bi x + ... + bm=ix + bmx
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-27)
64
Catatan:
disini n> m
y
Fungsi
= keluaran sistem, x = masukan sistem
alih dari sistem di atas diperoleh
Laplace dari kedua ruas persamaan
dengan
meneari
(111-27), dengan menganggap
transformasi
bahwa semua
syarat awal adalah no!.
Fungsi alih:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
O(s)
=
m
m 1
yes) kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= bos
+bls - +
+bm_1s+bm
n1
X(s)
aos" +als - +
+an_ls+an
Fungsi alih adalah suatu ekspresi yang merelasikan
sistem linear parameter
keluaran dan masukan suatu
konstan dalam bentuk parameter
sistem dan merupakan
sifat dari sistem itu sendiri, tidak tergantung pada fungsi masukan atau penggerak.
Fungsi alih meneakup
dengan keluaran.
mengenai
satuan-satuan
Meskipun
yang diperlukan untuk merelasikan
demikian,
struktur fisik dari sistem.
masukan
fungsi alih tidak memberikan
informasi
Fungsi alih dari beberapa
sistem fisik yang
konsep ini, kita dapat menyatakan
dinamika sistem
berbeda mungkin identik.
Dengan menggunakan
dengan
beberapa
penyebut
persamaan
aljabar
dalam
s.
Pangkat
fungsi alih sarna dengan orde suku turunan
tertinggi
tertinggi
dari spada
dari s tersebut
adalah n, maka sistem tersebut disebut :sistem orde ke-n".
a. Sistem Translasi Mekanik
Dari
menganggap
gambar
III.13
tentang
sistem
pegas-massa-dashpot,
bahwa gaya x(t) sebagai masukan dan perpindahan
sebagai keluaran.
Langkah-Iangkah
kita
dapat
y(t) dari massa
yang harus ditempuh adalah sbb:
(1) Menulis persamaan diferensial dari sistem.
(2) Meneari
.
transformasi
Laplace
cliferensial
sistem
menganggap
bahwa semua syarat awal no!.
(3) Meneari
yang
perbandingan
di
dari persamaan
clapat
dari keluaran
dengan
Y(s) dan
~y
masukan X(s). Rasio perbandingan ini adalah
fungsi alih yang dicari.
Gambar 111.13. Sistem Pegas-Massa-Dashpot.
65
hukum Newton pada sistem tersebut di atas, kita peroleh:lkjihgfedcbaZYXWVUTSR
Dengan menerapkan
2
dy
m -2
dt
Dengan mencari transformasi
L[ m ~:;
2
dy
f--K y+ x
dt
=-
atau
= f[sY(s)-
dy
dt
dt
Laplace tiap suku persamaan (III-28) diperoleh:
] ~ + 'Y(S)-Sy(O )-
L[f ::]
dy
m - 2 kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ f-+ K y
= x
(III-28)
;(0)]
y(O)]
L (ky) = kY(s)
L(x)=X(s).
Jika kita tentukan syarat awalnya sama dengan nol, sedemikian
sehingga y(O)
=
0
dan y(O) = 0, maka transformasi Laplace dari persamaan (III-28) dapat ditulis:
(ms 2
+ fS+k
)Y(s) = X(s)
Dengan mencari perbandingan
yes) dan Xes). Kita peroleh fungsi alih dari sistem
terse but:
2
1
. . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Fungsi alihihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
G (s) = yes) =
Xes)
ms + fS+k
(III-29)
b. Sistem Rotasi Mekanik
Dari Gambar
III. 14 tampak
bahwa sistem rotasi mekanik
inersia beban dan peredam gesekan viskos.
Gambar III. 14. Sistem rotasi mekanik.
Keterangan:
momen inersia beban (kg-rrr')
J
=
f
= koefisien gesekan viskos
0)
=
kecepatan sudut (rad/det)
T
=
torsi yang dikenakan pada sistem (N-m)
(N -m /rad/det)
terdiri
dari
66utsrqponmlkjihgfedcbaZ
bahwa:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONML
Untuk sistem rotasi mekanik, hukum Newton menyatakan
a = E'I'
dimana:
J = momen inersia beban (kg-rrr')
J lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.
Dengan
=
T
= torsi (N-m)
T
menganggap
kecepatan
= percepatan sudut (rad/der')
hukum Newton pada sistem tersebut diperoleh:kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONM
Dengan menerapkan
J tir + fro
a
bahwa
torsi
T yang
dikenakan
adalah
masukan,
dan
sudut putar ro adalah keluaran, maka fungsi alih dari sistem ini didapat
sebagai berikut:
o(s)
1
=
T(s)
Js+
dimana:
f
Q(s)
=
L [ro(t)]
T(s)
=
L [T(t)]
c. Sistem Listrik (Rangkaian L-R-C)
Rangkaian tersebut terdiri dari induktansi L (Henry), tahanan R (Ohm) dan
kapasitansi
C (farad).
Dengasn
menerapkan
hukum Kirchhoff
pada sistem ini
didapat persamaan:
L -d i + RO1 + -1 rOd
1 t
C
dt
~ Jidt
= eo
0
0
0
••
= el
0
Dengan mencari transformasi
menganggap
L
0
(III-30)
0
•
0
0
•
0
0
0
0
•
0
••
0
0
0
•••••
0
••
0
••
0
•
•
•
•
•
•
(III-31)
•
Laplace dari persamaan (III-30) dan (III-31) dengan
syarta awal no I, diperoleh:
R
=
+ RI(s) + l.!.l(s)
Lsl(s)
Ei(s)
Cs
1 1
--
][C
:_i
=
1(8)
Cs
Eo(s)
o
Gambar III. 15. Rangkaian listrik L-R-C.
Jika ei dianggap sebagai masukan dan eo sebagai keluaran, maka fungsi alih dari
sistem ini adalah:
1
Eo(s)
•••••••••
Ei(s)
LCs
2
+ RCs + 1
0
•
0
0
••••
0
••
0
••
0
••
0
•
•
••
(lII-32)
67 utsrqponmlkjihgfedcba
d. Impedansi Kompleks
Dari Gambar
III. 16. ZI dan Z2 menyatakan
suatu rangkaian 2 terminal adalah perbandingan
impedansi kompleks Z dari
antara E(s), transformasi
dari tegangan listrik pada terminal tersebut, dengan I(s), transformasi
arus Iistrik yang melalui eIemen tersebut dengan anggapan
Laplace
Laplace dari
bahwa semua syarat
awal adalah nol, sehingga Z(s) = E(s)ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
I I(s).
i
i
~
i
(a)
(b)
Gambar
ITI.16. Rangkaian Iistrik impedansi.
Jika eIemen 2 terminal terse but adalah tahanan R, kapasitansi C, dan induktansi L,
maka impedansi kompleks dari elemen tersebut masing-masing
lICs,
dan Ls.
impedansi
Jika impedansi
totalnya
kompleks
diberikan oleh R,
itu dihubungkan
sarna dengan masing-masing
impedansi
secara
seri, maka
kompleks
terse but.
Untuk Gambar III. 16. (b). di atas, fungsi alih rangkaian tersebut adalah:
E o (s)
=
Z 2 (s)
------= ---= ---
(III-33)
Z I(s) + Z 2 (s)
E i(s)
Sedang sistem yang ditentukan Gambar III. 15. di muka adalah:
Z1
=
Ls + R ; Z2
= lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
l/Cs
Oleh karena itu fungsi alih E o (s) dapat ditulis sebagai:
E i(s)
E o (s)
E i(s)
e.
=
I/C s
L s+ R + lIC s
I
=
2
LCs
• • • • • • • • • • • • • • ••
(III-34)
+ R C s+ I
Sistem Analogi Mekanik-Listrik
Dari sistem translasi mekanik sebagaimana
sistem pegas-massa-dashpot
dapat dianalogikan
telah dijelaskan di muka, yaitu
dengan sistem rangkaian
listrik
yang terdiri dari tiga komponen pasif L, R danC. Ketiga komponen pasif terse but
dapat ditinjau dari besaran gaya (torsi) versus tegangan, yaitu L, R dan C dalam
68utsrqponmlkjihgfedcbaZY
seri dan ditinjau dari besaran gaya (torsi) versus arus, yaitu L, R dan C terpasang
parelel.
Untuk
memudahkan
perhatikan Gambar
x
pemahaman
kita
tentang
sistem
analogi
ini
III. 17. berikut ini.kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
c[[3=
iL
L
iR
R
ic
e
C
~,
(b)
(a)
Gambar
(c)
III. 17. Sistem mekanik (a), Sistem Iistrik seri (b), dan
Sistem Iistrik parallel (c)
Dari gambar di atas dapat ditulis kembali bentuk persamaan
masing-rnasing
a)
sistem sebagai berikut:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Sistem translasi mekanik:
2
dq
b) Sistem listrik seri: L dt 2
dimana:
Sistem listrik parallel:
d¢
dt
= e
(¢
d?
d
dt 2
dt
m----.L + ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC
f -.Z + Icy = x
(III-35)
dq
1
+ R dt + C q
2
c)
diferensial
=
e
(III-36)
!¢ = i
C d ¢2 + ~ d ¢ +
R dt
L
dt
(III-37)
= fluksi magnet parallel)
Secara khusus komponen
pasif R dan C dapat diekivalensikan
sistem mekanik yang memiliki fungsi alih identik.
dengan
Dalam hal ini adalah analogi
gaya (torsi) versus tegangan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
III. 18.
69
R
It kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Xi
k >
~
ei
I
Xo(s)
CLolkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
=
~
Xi(s)
0
Eo(s)
Ei(s)
1
=
Is+ I
k
~~
RCs + 1
f;k
0
Is
k
f~'
R
ei
Xo(s)
eo
0------.x,
Eo(s)
Ei(s)
=
fs+ l
k
k
RCs
RCs + I XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
G am bar
1 1 1 .1 8 . S is t e m a n a lo g i b e s e r t a f u n g s i a lih n y a .
Di dalam menurunkan
terkadang
=
Xi(s)
komponen
fungsi alih sistem fisik ke dalam
satu dengan
lainnya saling membebani.
sistem listrik
Komponen
RC
diumpankan
ke
bertingkat seperti ditunjukkan pada Gambar III. 19.
ei
o
G am bar
Pada sistem
masukan
o
1 1 1 .1 9 . R a n g k a ia n R C b e r t in g k a t .
listrik di atas keluaran
tingkat kedua (R2, C2).
tingkat pertama
(RI,
Cl)
Dengan kata lain, tingkat kedua akan turut
membebani tingkat pertama.
Persamaan untuk sistem tersbut di atas adalah:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
_1
C1
J(i1-iz)dt+ R1i 1
(III-38)
= ei
dan
_1
C1
f(iz -i1)dt
Dengan mengeliminasi
+ R z i z = __ 1
c.
fi2dt
=
=eo
I](s) dan b(s) dari persamaan
didapat fungsi alih antara Eo(s) dan Ei(s), yaitu:
(III-39)
(III-38) dan (III-39), akan
70
Persarnaan
(III-38)
dengan rnenganggap
dan
(III-39),
selanjutnya
dicari
transformasi
Laplacenya
bahwa syarat awal sarna dengan nol, didapat:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC
1
E o(s)
=~----~------~-----
(R IC ls kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ lX R 2 C 2 s + 1) + R P 2S
E i(s)
1
. . . . . . . . ..
=------~~~------------~---
R P IR 2C 2S 2
+ (R P I
(III-42)
+ R 2 C 2 + R 1C 2 )S + 1
= R2 = R dan CI = C2 = C, rnaka persarnaan (III-42) dapat pula
Jika Rl
diformulasikan
sebagai:
E o(s)
E i(s)
dirnana •
=
=
.2
1
S 2 + 3. s + 1
(III-43)
RC.
Fungsi alih dari rnasing-rnasing
persarnaan
rangkaian
(III-42) tampak bahwa keseluruhan
RC adalah
1/(1 + rs).
Dari
fungsi alih kedua rangkaian
RC
+ I)] dengan [1/(R2C2s + 1)],
tidak sarna dengan hasil kali antara [1/(RICls
rnelainkan sebagai pengganti yaitu 1/(.2S2 + 3TS + 1).
Alasannya
adalah
sendiri-sendiri
pada
dipenuhi.
fungsi
beban dianggap tak terhingga
keluaran.
dihubungakan
diserapnya.
saat rnenurunkan
alih rangkaian
RC secara
dengan menganggap bahwa pada keluaran tidak dibebani.
kata lain impedansi
daya
bahwa
Namun
demikian,
bila
Dengan
yang berarti tidak menyerap
rnasukan
rangkaian
kedua
dengan keluaran rangkaian pertama, rnaka ada sejumlah daya yang
Oleh sebab itu, anggapan bahwa tidak ada pernbebanan
tidak dapat
Mengingat fungsi alih sistern di atas didapat dengan anggapan tidak ada
pembebanan,
maka fungsi alih tersebut tidak berlaku.
f. XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
S is te m T e r m a l
Apabila
ditetapkan,
fungsi alih dari suatu sistem fisik telah dapat ditentukan
maka
dapat
diilustrasikan
dengan
diagram
blok
sederhana
atau
yang
71
menggambarkan
tersebut.
hubungan
Melalui
an tara masukan
visualisasi
Dengan
subsistem
demikian
menjadi
persamaan-persamaan
hubungan
lebih
sistem yang ditinjau
blok ini akan mempercepat
pengujian danlatau penyelesaian
tadi.
dan keluaran
antar
sederhana
blok
dan
yang dimiliki sistem fisik
fungsi
mudah
dan mempermudah
alih
untuk
suatu
sistem
diselesaikan
atau
dengan
memakai persamaan sistem linear koefisien konstan.
Dari persamaan
sebagaimana
(III-23) yangmenyatakan
pada Gambar III. 11, adalah:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
ditunjukkan
~ B (s)
fungsi alih dari sistem termal
R
-~=--- lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
M I(s)
RC, kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ 1
Diagram blok fungsi alih terse but dapat ditunjukkan
(III-44)
seperti pada Gambar III. 20.
berikut ini:
I
~H(s)
M(s)
R
"IRes +
1
(a)
L'l8(s)
L'lR(s)
(b)
GambarXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
I I I . 20. Diagram blok sistem termal
g. Fungsi Alih Gelombang Sinus
Fungsi
alih respon tunak (steady
state response)
suatu sistem
kendali
dengan masukan sinusoida dapat ditentukan dengan cara mengganti s denganj OJ .
Fungsi alih dari aselerometer
seperti ditunjukkan
pada Gambar III. 5 misalnya,
adalah didapat dari persamaan (III-2), yaitu:
yes)
M S2
= ---:----
M S2+ fs+ K
Xes)
S2
+ f / M .s + K / M
Fungsi alih sinusoidal dari aselerometer mekanik terse but dapat pula ditulis dalam
bentuk lain yaitu:
Y (s)
Xes)
=
(jOJ)2
(jOJ)2 +
f / M(jOJ)
+K /M
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-45)
72
persamaan
(III-45)
ini menyatakan
karakteristik
yang
dimiliki
mekanik jika digunakan
sebagai piranti pengukur pergeseran
menyerupai
sinus. Bila frekuensi
xu m)
gelombang
aselerometer
yang berubah-ubah
sinyal masukan
sinuslkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLK
gelombang
to < ta kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
n = ~(K / M), maka fungsi alih yang
ini sangat rendah, katakanlah
ditulis pada persamaan (III-45) dapat didekati dengan persamaan:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHG
Y (jO )
- 0)2
~"---:...-~-X (jO J)
K /M
Untuk frekuensi yang sangat rendah (m
keluaran
yang rendah dan munculnya
system tersebut.
Dengan demikian
rendah memakai aselerometer
< m n) akan menyebabkan
sinyal
nois (desah) yang sulit dihilangkan
pengkuran
pergerakan
mekanik
dari
berfrekuensi
tidak lagi reliable. Sebaliknya untuk frekuensi yang
sangat tinggi (m > oi n), fungsi alih sebagaimana
tertulis pada persamaan
(III-45)
dapat didekati dengan formula:
Y (jO J)/ X (jm )
Jadi
pada
mengikuti
sistem
frekuensi
~ 1
yang
perubahan
pergerakan
aselerometer
bergelombang
sangat
dapat
tinggi,
keluaran
masukannya.
digunakan
aselerometer
akan
selalu
Pada rentang frekuensi seperti ini
untuk
mengukur
suatu
gerakan
terutama pada seismografik.
Untuk percepatan
tunak dari aselerometer
yes)
ini dirumuskan sebagai:
1
=
A (s)
suatu masukan berbentuk sinusoidal, fungsi alih respon
2
(jm )
+f
Selama kondlsi to < ca n
/ M (jm ) + K / M
=
~(K / M)
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ••
(III -46)
dapat bertahan, fungsi alih dari aselerometer
dapat didekati dengan formula:
Y (jm )
M
A (jO J)
K
---'''----''- ~ -
Dari uraian
mengukur percepatan
(percepatan
di atas mudah difahami
aselerometer
cocok
untuk
suatu gerakan berbentuk gelombang sinus dari frekuensi nol
konstan) hingga frekuensi
jenis aselerometer
bahwa
yang digunakan.
(ron )
tertentu, tergantung
pada spesifikasi
73XWVUTSRQPONMLK
h.
M o to r
Servo
Di dalam
dasarnya
pengendalian
sarna dengan
atau pengaturan
motor de, dibedakan
sistem
dalam
Perbedaan dimaksud adalah (l) modus pengendalian
tetap dan (2) pengendalian
1)
servo yang konstruksi
dua modus
pengendalian.
armature dengan arus medan
medan dengan arus armature tetap.
P e n g e n d a lia n A r m a tu r
Dalam
aplikasi
sistem servo, motor de ini umumnya
daerah kurva kemagnetan
diopersikan
pada
yang linear. Oleh sebab itu fluksi pada eelah udara
sebanding dengan arus medanya, dalam hal ini adalah:
=lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
K ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
fi f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-47)
Model pengendalian
motor de dengan
armature
terkendali
ditunjukkan
pada Gambar III. 21 berikut ini.
G a m b a r 1 1 1 .2 1 . M o t o r d e d e n g a n
a r m a tu r te r k e n d a li
Torsi yang dapat dikembangkan
Pada sistem tersebut diketahui :
Ra
= tahanan armature (Ohm)
LakjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
= induktansi kumparan arm. (H)
ia
= arus armature (A)
= arus kumparan medan (A)
if
e
= tegangan armature (V)
eb
= emf. lawan (V)
Tm = torsi motor (N-m)
o = sudut putar poros (rad)
J
= momen inersia motor dan
beban (kg-m")
= koefisien gesekan viskos
fa
(ekivalen) paras motor dan
beban (N-m)/(rad/see)
oleh motor (Tm) akan sebanding
dengan hasil
kali antara arus armatur dengan fluksi eelah udara, dalam hal ini adalah:
T M = K I Kfifia
• • • • • • • • • • • . • • • • • • • . • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ••
(III -48)
dimana KJ adalah suatu konstanta.
Pada motor de armatur terkendali, arus medan selalu terjaga konstan, oleh
karena itu persamaan (III-48) dapat ditulis:
T M = Kr ia
dimana Kr adalah konstanta dari torsi motor.
(III-49)
74utsrqponmlkjihgfedcbaZ
Perlu
diingat
pula
emf lawan
pada
motor
selalu
sebanding
dengan
Oleh sebab itu persamaanya dapat ditulis sebagai:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
kecepatannya.
eb
bahwa
de lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= Kb -
(III-50)
dt
dimana Kb adalah konstanta emf lawan.
Persamaan diferensial dari rangkaian armatumya adalah:
di;
L a-+
R'
(III-51 )
a1a+ eb= e
dt
Persamaan untuk torsinya adalah:
de 2
de
dt
dt
J - 2 kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ fo= TM = Kria .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Dengan mencari tranformasi
menganggap
syarat awal
=
Laplace dari persamaan
(III-51) dan (III-52) dengan
0, didapat:
Eb(S) = KbS8(S)
(Las + Ra) la(s)
(JS2 + fos)
Dari persamaan
(III-52)
(III-53)
= E(s) - Eb(S)
. . . . . . . . ..
e (s) = T M(S)= KTla(s)
(III-53)
hingga
persamaan
(III-54)
(III-55)
(III-55),
fungsi
alih sistem
servo
tersebut dapat ditulis sebagai:
K:
e (s)
G (s) = =
E(s)
s[(Ra + sLJ(Js + fo)+ KrKbJ
Diagram biok dari persamaan
II1.22a, dimana
lingkaran
disebut titik penjumlahan
.. . .. .. .. .. ...
(Ill-58) dapat ditunjukkan
biok menyatakan
aksi perbedaan
(summing point). Untuk persamaan
(III-56)
melalui Gambar
atau selisih
yang
(III-55) ditunjukkan
meIaIui sebuah biok seperti pada Gambar Ill. 22b.
8(5)
(c)
(a)
~
Take
off
point
8(s) XWVUTSRQPONMLKJIH
(d)
G am bar
1 1 1 .2 2 . D ia g r a m
B 1 0 k m o to r d e a r m a tu r e
te r k e n d a li
75
Persamaan
(III-54) dapat dinyatakan dengan diagram blok seperti Gambar
III. 22c, dimana sinyal dimulai dari suatu titik pemberangkatan
dan diumpankan
(a take off point)
ke blok umpan balik. Gambar III. 22.d merupakan
lengkap dari sistem tersebut yang merupakan
diagram blok
gabungan dari Gambar III. 22.a, b
dan c.
Bagian-bagian
dari diagram blok terse but di atas dapat pula digambarkan
secara langsung melalui sistem fisik sesuai Gambar III. 21, yaitu memakai fungsi
alih yang
diturunkan
ke dalam
rangkaian
listrik
sederhana.
Besar
tegangan
rangkaian armaturnya adalah E(s) dengan emf lawan Eb(S). Tegangan jaringan (EE b) terjadi pad a rangkaian
secara
linear berupa tahanan dan indukator
seri serta mempunyai
armature
fungsi alih
yang terhubung
lI(sLakjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ Ra). Hasilnya berupa arus
sebesar Ia/s). Torsi yang dapat dikembangkan
oleh motor pada arus
medan yang konstan adalah KTIaCs).Torsi ini akan memutar beban pad a kecepatan
j dan gesekan viskos dengan koefisien fo [fungsi
8 (s) melawan momen inersiaihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
alihnya adalah lI(Js + fo). Sinyal emf lawan E,
dengan
cara
ditujukkan
mengintegrasikan
8(s), yaitu
pada Gambar III. 23 yang ekivalen
menukar titik pemberangkatan
Rangkaian
fungsi
kecepatan
induktansi
alih dari motor
disederhanakan
= Kb8(s) diambil dari keepatan
1/s. Hasil
dengan Gambar
keseluruhan
III. 22 dengan
dari 8' (s) ke 8(s).
armature
dengan
La biasanya
armature
terkendali
diabaikan,
oleh karena
(persamaan
III-56)
E(s)
x, /s,
=
2
Js
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ••
(III-57)
+ s(fo + Ki K; / Ra)
Faktor (fo + KTKJRa) menyatakan
memperbesar
dapat
menjadi:
B (s) lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
-
itu
bahwa emf lawan motor secara efeektif akan
gesekan vikson dari sistem terse but. Dalam hal ini adalah f
=
fo +
KTKblRa, sehingga persamaan (III-57) akan berubah menjadi:
B (s)
E(s)
Seianjutnya
s, /s, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
= --'-----"-
(III-58)
s(Js + f)
fungsi alih yang dinyatakan
dalam bentuk lain, yaitu:
pada persamaan
(III-58) dapat dituiis
76ihgfedcbaZYXWVUTSRQ
8(s)
s(sT m kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ 1)
E (s)
dimana : Km = KT/Raf
Tm
=
J/f
=
konstanta penguatan motor
=
tetapan waktu motor.
Konstanta motor KT dan emf lawan K, keduanya saling berhubungan
hubungan tersebut dapat dideduksikan
(III-59)
erat. Kedua
seperti di bawah ini. Dalam satuan matriks,
Kb dalam V/rad/see dan KT dalam N-m/amper.
~
Daya listrik yang diubah dalam bentuk mekanik:
ebia = Kb'8ia watt
~
Daya pada poros (dalam bentuk mekanik):
T'9 = KTia'8 watt
~
Pada saat keeepatan tunak dieapai, kedua daya besarnya seimbang. Dalam
hal ini adalah:
Kb'8ia = KTia8 atau Ks= KT(dalam saruan MKS)
Hasil tersebut di atas di dalam prakteknya akan banyak memberikan
sebagai missal besar K, dapat diukur Iebih mudah dengan ketelitian
keuntungan,
yang lebih
tinggi bila disbanding KT.
2)XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P e n g e n d a lia n M e d a n
Motor de dengan medan terkendali ditunjukkan pada Gambar III.23.
Pada sistem ini diketahui:
Rf
la (constant)
Rr
= tahanan kumparan medan (Ohm)
Lf
= induktansi kumparan medan (H)
e
=
tegangan medan yang dikendalikan
(V)
if
= arus medan (Am per)
TM
=
torsi yang dikembangkan motor
(N-m)
G a m b a r III. 2 3 . M o to r d e d e n g a n
J
m e d a n te r k e n d a li
=
momen inersia ekivalen motor dan
beban yang dkenakan pad a poros
(kg - m2)
77utsrqponmlkjihgfedcbaZ
= koefisien
gesekan viskos (ekivalen) dari motor dan beban yang dikenakan
fkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
pada porosihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(N -m /rad/sec)
8
=
sudut pu
M ODEL
1.
D e s k r ip s i
K a r a k te r is tik
Beberapa
sebagainya
M A T E M A T IK
S is te m
diperoleh
dengan
dengan
F IS IK
F i s i k utsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
sistem dinamik, seperti mekanik,
dapat dikarakteristikan
terse but dapat
S IS T E M
listrik, termal, hidraulik
persamaan
menggunakan
diferensial.
beberapa
hukum
berlaku pada sistem yang ditinjau, misalnya hukum Newton
dan
Persamaan
fisika
yang
untuk sistem fisik,
hukum Kirchhoff untuk sistem listrik dan sebagainya.
Deskripsi matematik dari karakteristik
matematik.
Langkah
menurunkan
pertama
dalam
modelnya terlebih dahulu.
dalam bentuk yang berbeda,
dinamik suatu sistem disebut model
analisis
suatu
sistem
dinamik
adalah
Model matematik tersebut dapat disajikan
tergantung
pada sistem beserta kondisi
sekeliling
objek yang ditinjau.
Sebagai contoh dalam persoalan optimasi sistem misalnya,
cocok
persamaan
menggunakan
diferensial
orde pertama.
Sementara
analisis respon transien atau frekuensi suatu sistem satu masukan
menggunakan
diperoleh,
fungsi alih akan lebih tepat.
maka berbagai
dalam
satu keluaran
Setelah model matematik suatu sistem
piranti analisis termasuk
komputer
dapat digunakan
dalam analisis maupun sintesis.
Keterlibatan
alat bantu komputer
yang ditinjau demikian kompleks
ketelitian tinggi.
sangat tinggi,
sangat tepat apabila model matematik
dan dituntut agar hasil yang didapat memiliki
Sebaliknya, jika tidak dituntut atau diperlukan
cukup
dengan
mementukan
model yang disederhanakan
layak. Dalam hal ini kita dapat mengabaikan
ditinjau,
namun
diinginkan
Pengabaian
model
dapat tersusun
pengaruh
matematik
linear
secara
beberapa sifat fisis dari sistem yang
(persamaan
melalui parameter-parameter
sifat-sifat
ketelitian yang
fisis tersebut benar-benar
diferensial
biasa)
yang
yang sangat diperlukan.
telah dipertimbangkan
terlebih dahulu, sehingga didapat kesesuaian yang baik antara hasil analisis model
matematik
kata
dengan hasil studi eksperimen
lain model
matematik
pada sistem fisik yang dikaji.
linear parameter
bentuk persamaan diferensial linear pula.
terkumpul
dapat
disusun
Dengan
dalam
47utsrqponmlkjihgfedcbaZ
Model matematik suatu sistem dikatakan linear apabila memenuhi prinsip
Superposisi dan homogenitas.
Dalam hal ini respon yang dihasilkan oleh
penggunaan secara serentak dua buah fungsi penggerak yang berbeda adalah sarna
dengan respon dari dua buah respon individualnya.
Model tersebut dapat
diilustrasikan sebagai suatu sistem yang memiliki respon YllkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(t) dan ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF
Y 2 (t) dengan
dua masukan
Xl
(t) dan
X2
(t) sedemikian rupa. Selanjutnya respon sistem tersebut
terhadap masukannya dapat disusun:
a1x 1 (I) kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ a 2 x 2 (I) ; akan didapat keluaran misal saja:
alY I (I)
+ a 2 Y 2 (I) ; dimana
al
dan
a,
konstan.
Dari rumusan tersebut di atas mudah dipahami bahwa pada sistem linear,
respon terhadap beberapa masukan dapat dihitung dengan mencari respon
terhadap tiap-tiap masukan dan menjumlahkan hasilnya.
Jika parametemya
konstan (time invariant), akan diselesaikan dengan persamaan diferensial linear
parameter konstan (linear time invariant = linear koefisien konstan).
Sekalipun
beberapa
hubungan fisis sering kali dinyatakan
dengan
persamaan linear, namun dalam kebanyakan kasus hubungan yang sebenamya
adalah tidak benar-benar linear. Pada kenyataannya, suatu studi sistem fisik yang
cermat menyatakan bahwa sistem linear hanya benar-benar linear pada daerah
kerjanya. Masalah peredam (damping) yang terjadi pada sistem fisik, mungkin
linear untuk operasi kecepatan rendah dan menjadi non linear pada kecepatan
tinggi dan gaya redaman mungkin jadi sebanding dengan kuadrat kecepatan
kerjanya. Contoh kurva ketidaklinearan ini ditunjukkan pada Gambar III.I.
Output
Output
Output
hukum
kuadrat
jenuh
jenuh
w
G am bar
~
1 1 1 .1 . K u r v a
K a r a k te r is tik
m a ti, (c ) H u k u m
k e tid a k lin e a r a n
k u a d r a t.
~ XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(a ) S a tu r a s i,
(b ) D a e r a h
48utsrqponmlkjihgfedcbaZ
2.
P e r s a m a a n D ife r e n s ia l S is te m F is ik .
Sistem dinamik seperti mekanik, listrik, hidraulik, thermal, dan sebagainya, dapat "dikarakteristikan" dengan persamaan diferensial. Respon suatu sistem
dinamik terhadap suatu masukan (fungsi penggerak) dapat diperoleh dengan
persamaan diferensial. Persamaan tersebut dapat diperoleh dengan menggunakan
hukum fisika seperti Newton dan Kirchhoff.
a.
T r a n s la s i M e k a n ik
Pada sistem translasi mekanik terdapat tiga (3) elemen pokok, yaitu masa,
gaya, dan friksi (gesekan).
Masa adalah elemen inertia; apabila suatu gaya
dikenakan padanya, maka akan menghasilkan gaya reaksi yang besarnya sarna
dengan hasil kali antara masa dan percepatannya, sedang arahnya berlawanan
dengan pereepatannya itu sendiri.
Persamanan gaya tersebut adalah:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
M kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONM
= masa (kg)
M = Ma
dimana
F ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
a
=
percepatan (rn/dtk')
PM
=
gaya (N)
Apabila pegas dikenai gaya luar, maka akan dihasilkan gaya reaksi yang
meneoba untuk mengembalikan kondisi pegas ke panjang yang asli seperti
semula.
Selama deformasi keeil dapat dipertahankan, maka pegas seolah-olah
merupakan elemen linear, yang karakteristiknya seperti Gambar III.2.
Pada
daerah
gesekan
yang
linear
persamaan gayanya adalah:
Fs = K x
Dimana
x
perubahan kondisi
pegas (m)
gaya pegas (N)
o
x
G a m b a r 1 1 1 .2 . K a r a k t e r is t ik p e g a s .
konstanta kekakuan
pegas (N/m).
Pada gerakan sistem mekanik yang bersentuhan dengan dinding permukaan
mekanik itu sendiri akan menimbulkan gesekan (friksi). Dalam sistem kendali
49utsrqponmlkjihgfedcbaZ
gesekan tersebut lazim disebut friksi viskos (viscous friction).
Gaya friksi
tersebut dirumuskan:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
F
f
= .fo , dimanakjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= kecepatan gesekan relative (m /d tk)
v
gaya friksi viskos (N)
Ff
=
f
= koefisien friksi viskos
(N /m /d tk).
Gaya friksi akan melawan kecepatan dengan arah yang berlawanan.
Untuk mempermudah pemahaman tentang gaya friksi ini dapat diilustrasikan pada
pemakaian dan proses kerja dari sebuah "dashpot" seperti Gambar IIL3.
filled with oil-,/. Piston
!~
Gambar 111.3. Konstruksi dash pot
Dashpot terdiri dari sebuah piston dan silinder berisi bahan bakar, antara
keduanya dipisahkan oleh celah yang sangat sempit. Setiap gerakan antara piston
dan silinder dihalangi/dihambat oleh bahan bakar dengan gaya friksi (F f ).
Sistem mekanik dari kerja dashpot di atas ditunjukkan pada gambar
berikut ini.
Dari penyederhanaan sistem mekanik di bawah, masa (M)
ditempatkan pada pegas yang memiliki tingkat "kekakuan" (K) dan dashpot yang
berkoefisien friksi viskos (f) dengan gaya luar (F). Arah pemindahan masa (X) ini
adalah positif. Sementara posisi nol diambil dimana masa dan pegas berada pada
titik setimbang statisnya.
Kx
f lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
dxldt
x
L...-_...-_...I-!- 0
Gambar 111.4. Sistem masa-pegas-dashpot (a) dan diagram bodi (b)
50
Dengan
menerapkan
hukum
Newton
untuk
gerakan
masa
pada
bodi,
persamaannya dapat ditulislkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
d 2x
dx
F kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= M dt 2 + ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
f dt + Kx
(III -1 )
Persamaan terse but adalah persamaan diferensial orde dua yang linear dan
berkoefisien konstan.XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
b.
A s s e le r o m e te r M e k a n ik .
Dalam bentuk yang disederhanakan sebuah asselerometer terdiri dari
sebuah sistem pegas-massa-dashpot sebagaimana ditunjukkan pada Gambar I1L5.
Biasanya
rangka
bergerek/berputar
asselerometer
ditfmpatkan
mi
pada kendaraan bermotor.
Tatkala
pada
bagian
yang
kendaraan bergerak
membuat asselerometer juga turut digerakan, sehingga pegaspun bergeser dan
menghasilkan gaya yang cukup untuk mempercepat geseran massa secepat
gerakan rangka asselerometemya.
Geseran atau simpangan pegas ini terukur langsung melalui sebuah
potensiometer geser linear yang sebanding dengan percepatannya.
Keterangan:
x = perpindahan slider (kontak gaser)
karena gerakan mesin kendaraan
x,
..i O ? O
z:
\
0
•
--+x
Md'
L
(y -
M
xl/dt'.
I
I
f
(bodi asselerometer) yang bertitik
df/dt.
i1
stel di pangkal rangka.
~f
0
y
=
perpindahan slider (kontak gaser)
karena gerakan massa yang bertitik
+
stel di rangka asselerometer.
G am bar
1 1 1 .5 . D ia g r a m a s s e le r o -
m e te r y a n g d is e d e r h a n a k a n .
Arah gerakan (+) dan (-) untuk x dan y
seperti gambar.
51 utsrqponmlkjihgfedcbaZY
geseran y dari titik stel terukur, maka gaya masaihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJ
(M ) terhadap
Karena
pegas
=
-Ky dan terhadap
friksi viskos
=
-f.dy/dt.
Gerakan massa (y) ke arah
positif dari titik stelnya adalah sejauh (y - x). Dengan demikian persamaan gaya
dari sistem tersebut menjadi:
ataulkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
2
dy
M -2
dt
d 2x
dt
dt
(III-2)
=M a
= percepatan masukan.
dimana: a
Bila
dy
+ j-+ K y = M - 2
asselerometer
perpindahan
y juga
mendapat
(dikenai)
konstan
(steady
atau
a
percepatan
state), sehingga
yang
derivatif
konstan,
maka
y menjadi
nol.
Dalam hal ini adalah:
Ma
= Ky
= ( KIM ) y.
Disini berarti pula bahwa geseran y yang tetap (steady state) merupakan pengukur
percepatan masukan yang konstan.XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
c.
S is te m R o ta s i M e k a n ik .
Tiga komponen
torsi pegas
berbeban),
dan friksi viskos.
Apabila
maka akan menghasilkan
antara momen
(menentang)
Tj
dasar dari sistem rotasi mekanik
sebuah benda
yaitu momen
berputar
(motor
torsi lawan yang sarna dengan
inersia dan percepatannya.
Torsi tersebut
arahnya
= Ja,
hasil kali
berlawanan
dimana:
J
= Momen inersia (kg-rrr')
a
=
Percepatan sudut putar (rad/sec/)
= torsi (N-m).
Sebagai contoh torsi lawan berupa puntiran poros yang dikenai torsi luar.
lawan poros ini dapat dikarakteristikan
=
listrik
percepatan sudut putarnya, dan dirumuskan:
Tj
T,
inersia,
K8,
dimana:
dengan persamaan:
T,
=
Torsi lawan (N-m)
e
= Puntiran (radian)
K
= Konstanta torsi (N-m/rad).
Torsi
52
Sementara
friksi viskos terjadi saat rangka bodi berputar dan bergesekan
bodi rangka yang lain.Torsi lawan akan berlawanan
dengan
arah dengan kecepatan sudut
putarnya, dan diformulasikan:
f = fro,
dim ana: T f = torsi lawan friksi viskos (N-m)
T kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(0
=
keeepatan sudut putar relatif diantara sisi
rangka bodi (rad/see)
f
=
koefisien friksi viskos (N-m/rad/sec).
Gambar III. 6 memiliki konstanta-konstanta:
tingkat kehalusan/kekasaran
momen inersia roda/beban J,
poros K, koefisien friksi/viskos
f dan torsi luar yang
digunakan penyebab puntiran poros T.
~
K8
===TS=)=l= ==lL--J
---,J
T f= fd8/dt
(a)
(b)
Gambar 111.6.(a) Sistem rotasi mekanik (b) Diagram rangka bodi
Dari Gambar. III. 6. b, persamaan torsinya adalah:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
T-
T
fdB
-KB
dt
2
d B
= J -2
dt
=J
d2B
dt 2
atau
dB ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ f - + KB
(III-3)
dt
Persamaan sistem di atas merupakan persamaan diferensiallinear
orde dua dengan
koefisien konstan.
d. Roda Gerigi Pereduksi Kecepatan Putar.
Roda gerigi (gear train) ini banyak digunakan
memperoleh
kecepatan putar yang sesuai antara motor dan unit beban.
pada operasi servo motor yang berkecepatan
demikian
pada sistem kendali untuk
tinggi tapi torsinya rendah.
sistem mekanik roda gerigi ini merupakan
halnya pada trafo pada sistem listrik.
piranti penyesuaian
Biasanya
Dengan
seperti
53
Gambar .III.7. berikut ini menunjukan
sebuah motor yang memutar beban
melalui 2 roda gerigi yang dikopel menjadi satu.
gerigi N2 sekunder
Pemindahan
(analog dengan kumparan
Gerigi N] disebut primer dan
primer dan sekunder
pada trafo).
sudut putar dari poros 1 dan 2 dinyatakan dengan 8] dan 82. Momen
inersia dan friksi viskos motor dan gerigi 1 dinyatakan
dengan JkjihgfedcbaZYXWVU
I dan fJ, sedang
gerigi 2 dan beban dinyatakan dengan J2 dan f2.
J: J r:q8" f,
N, teeth
Gear 1 (primary gear)
Shaft 2
8
8
Input torque'
from motor
Shaft 1
TM
2
h:~=+====~===+=
Gear 2 (secondary gear)XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
G am bar
1 1 1 .7 . S is t e m g e r ig i m e k a n ik
Untuk paras pertama, persamaannya
J]B ] + !tB ] + T,
adalah:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= TM
(III-4)
Dimana T M adalah torsi yang dikembangkan
oleh motor dan Tl adalah torsi beban
pada roda gerigi 1.
Untuk poros yang kedua
J lJ lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
2 + 1282 + TL = T2
Dimana T2 adalah torsi yang ditrasmisikan
Dimisalkan
radius
pemindahan
pada permukaan
8lrl
= 82r2.
proporsional
82
81
Disini
=
sementara
1
ke roda gerigi 2 dan TL
= r) dan roda gerigi 2 = r2.
masing-masing
jumlah
gerigi
=
torsi beban.
karena jarak
roda gerigi sarna dan linear, maka
pada
setiap
permukaan
roda
selalu
terhadap radius gerigi, maka didapat rasio:
N,
(III-6)
N2
tingkat
sehingga
roda gerigi
(IIl-5)
kehalusan
gesekan
poros
roda gerigi
dianggap
tidak ada daya hilang dalam proses transformasi
tak berhingga
dan akibatnya
hasil
kerja roda gerigi 1 dan 2 adalah sarna. Oleh sebab itu:
(III-7)
54
Bila persamaan (11I-6) clan (IIl-7) clikombinasikan cliclapat:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
r;
B2
N\ kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGF
(III-8)
-= -= -
T2 ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
B\
N2
Selanjutnya
persamaan
(III-8) didiferensiir
dua kali, sehingga
diperoleh
relasi
kecepatan putaran dan percepatan, yaitu:
..
.
B2
B2
B\
BI
N\
N
'.....
-;;=-. =
(III-9)
2
Oleh sebab itu bila (N] / N2 < 1), dari persamaan
terjadi pengurangan/penurunan
(III-8) dan (III-9) di atas akan
kecepatan putaran dan memperkuat
torsinya.
Dengan meniaclakan TI clan T2 clari persamaan (III-4) clan (III-5) clengan bantuan
dari persamaan (III -6), didapat:
J\BI+f.BI+;:(J)}2+f2B2+TL)=TM
Bila 82 ditiadakan
dari persamaan
(III-I0)
(111-10) dengan
bantuan
persamaan
(III-9),
cliperoleh hasil:
+(zJ J, ]0,+ +(zJ
[J,
Jadi ekivalen
dari momen
J,
]ii,+(Z}
=
TM
...•...
(III-II)
inersia dan friksi viskos roda gerigi pada poros
1
adalah:
J , .,= J ,
Sehubungan
+(Z:)'
J , dan
/,
,,= /,
+(zJ
J,
dengan itu, ekivalen momen inersia dan friksi pada persamaan
(III-
11) dapat ditulis sebagai:
J,
ek
Disini ( N
I /
8, + f.
ek (;,
+ ( ;~)
T L = TM
N2 ) T L adalah forsi beban pada poras 1. demikian
halnya untuk 8 1
clan 82 dari persamaan (III-l 0) dengan bantuan persamaan (Ill-9), ekivalen momen
inersia clan friksi viskos roda gerigi di bagian poros beban adalah:
Jz
ek
=
J
Z
+ ( ~ ~
r
J
I
dan
Iz
ek
=
r
r; + ( ~ ~ II
55
Adapun persamaan torsi pada poros beban, dapat diekspresikan
sebagai:
e. Sistem Listrik
Resistor, induktor dan kapasitor adalah tiga komponen
listrik.
Rangkaian tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan
Kirchhoff
dalam
pokok dalam untai
tegangan
maupun arus.
seri (Gambar.
Berikut ini akan dianalisis
III. 8a dan 8b) dengan
menggunakan
rangkaian
hukum
hukum
L-R-C
Kirchhoff
tegangan.kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
vOlm g
.source
ecf01
~
~
(a)
Gambar 111.8. Rangkaian L-R-C (a) Seri (b) Paralel.
Bentuk persamaan sistem terse but adalah:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
L :: + Ri + ~ fidt
~ fidt
Karena
fidt
=
d 2q
L dt 2
=
=
e
(III-12)
(III-13)
eo
q, maka persamaan (I1I-12) menjadi:
dq
1
+ R dt + C q= e
(III-14)
Identik dengan cara di atas, untuk untai parallel dianalisis
hukum Kirchhoff arus. Persamaannya
~ fedt+ ~ +c~;
Karena
fedt
= ,maka
=
dengan menggunakan
adalah:
ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
i
(III-I 5)
persamaan (III-I 5) dapat ditulis:
56kjihgfedcbaZYXWVU
f.
Sistem Analogi
Dengan membandingkan persamaan (III-I) untuk translasi sistem mekanik
(Gambar III. 4. a), atau persamaan (III-3) untuk sistem rotasi mekanik (Gambar
iii. 8. a), temyata memiliki kesamaan bentuk.
Dalam hal ini pemakaian
persamaan deferensial orde 2, sehingga disebut juga sistem analogi.
Gaya F
(Torsi T) dan tegangan e adalah variabel-variabel yang dianalogikan.
Hal ini
lazim disebut Analogi Gaya (Torsi)-Tegangan.
Daftar variabel-variabel yang
dianalogikan terse but sebagaimana tertulis pada Tabel 1.
Demikian pula halnya persamaan-persamaan (III-I) dan (III-3) serta
persamaan (III-16) untuk sistem listrik (Gambar III. 8. b) sangat identik sekali.
Dalam hal ini Gaya F (Torsi T) dan arus i adalah variabel-variabel yang
dianalogikan. Hal ini lazim disebut Analogi Gaya (Torsi)-Arus. Daftar besaran
yang dianalogikan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Daftar Analogi Gaya (Torsij-Tegangan
Sistem Translasi Mekanik
Sistem Rotasi Mekanik
Sistem Listrik
Gaya, F
Torsi, T
Tegangan, e
Massa, M
Momen Inersia, J
Induktansi, L
Koef. Friksi viskos, f
Koef. Friksi Viskos, f
Resistansi, R
Kekakuan pegas, K
Kekakuan torsi pegas, K
Kapasitansi (ek), lIC
Displacement, x
Angular Displacement, 8
Muatan, qihgfedcbaZYXWVUTSRQPONML
1\
1\
Arus, i
Kecepatan,lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
x
Kecepatan sudut, e
Tabel 2. Daftar Analogi Gaya (Torsi)-Arus
Sistem Translasi
Mekanik
Sistem Rotasi Mekanik
Sistem Listrik
Gaya, F
Torsi, T
Arus,
Massa, M
Momen Inersia, J
Kapasitansi, C
Koef. Friksi viskos, f
Koef. Friksi Viskos, f
Resistansi (ek), lIR
Kekakuan pegas, K
Kekakuan torsi pegas, K
Induktansi (ek), IlL
Displacement, x
Angular Displacement,
1\
Kecepatan, x
1\
Kecepatan sudut,
f)
e
i
Fluksimagnet,
Tegangan,e
57
Konsep
sistem analogi di atas sangat berguna,
mempelajari/menganalisis
variasi-variasi
sebagai
acuan di dalam
sistem yang lain seperti listrik, mekanik,
panas, tinggi muka cairan, dan sebagainya.
Apabila
telah diketemukan,
untuk sistem-sistem
maka dapat dikembangkan
penyelesaian
satu sistem
analogi yang
lain. Pada umumnya cara tersebut banyak dipakai untuk mempelajari
Iistrik
dianalogikan
dengan
sistem
listrik,
karena
relatif
sistem non
lebih
mudah
dieksperimenkan.
g. Sistem Tinggi Muka Cairan.
Pada sistem pengendalian
melalui
aliran.
persamaan
diferensial
tinggi muka cairan hanya dapat digambarkan
linear bila sistem
terse but mempunyai
variasi
Proses ini banyak dijumpai di Industri dimana aliran tersebut disalurkan
lewat pipa-pipa dan tanki.
penyelesaian
Sistem
Gerakan/aliran
sistem tersebut biasanya menghendaki
melalui persamaan diferensiaI tidak linear.
pengendalian
tinggi muka cairan
sederhana
ditunjukkan
seperti
Gambar III. 9., dimana tanki mendapat suplai cairan melalui pipa pendek.
Pada
kondisi tetap tertentu, katakanlah cairan yang mengalir ke dalam tanki Qi
= Qo.
Untuk aliran yang bergerak atau berguncang
dan pengosongan
Gambar
hubungan
antara tinggi permukaan
bersifat tidak linear dan dapat digambarkan
III. 10).
Secara
matematik
keadaan
tersebut
secara grafik (lihat
dapat
diformulasikan
sebagai:
Q=kihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.fii
Pertambahan
terhadap
cairan yang mengalir
ke dalam
tanki (~Qi)
harga keadaan tetap tinggi muka caiaran semula.
cairan ini akan mengakibatkan
relatif
Pertambahan
kecil
aliran
tinggi muka cairan dalam tanki bertambah sebesar
~H, demikian pula aliran yang keluar bertambah sebesar ~Qo.
Perubahan
aliran cairan yang keluar dari tanki ditandai
oleh perubahan
~H, dan besamya perubahan dapat dideteksi melalui persamaan yang dilinearkan,
yaitu:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
dQ
AH
H o AH
atau ~Q o = ~Q o ~ kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
dH
R
-I
58
Dimana:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
R = dH kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
I = 2JHo(
m
)
.
dQ H o
k
Cub - m / s
Disini R didefinisikan
Apabila
sebagai tahanan aliran.
cairan yang mengalir
keluar dari tanki disalurkan
yang panjang sekali, maka akan memperbesar
ini dapat disamakan
didefinisikan
nilai tahanan aliran, yang dalam hal
dengan besar tahanan pad a tangki penampung
di atas.
melalui pipa
sebagaimana
Dengan demikian R adalah dianggap sebagai tahanan total
aliran cairan pada sistem tanki-pipa terse but.
Head
H-----------------------------
Q
Gambar
Flour rate
Gambar 111.10. Grafik tinggi
111.9. Sistem
u k a cairan versus
m XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
permukaan cairan
kecepatan aliran.
Sistem dinamika aliran ini dapat diuraikan sebagai suatu persamaan setara
khusus kecepatan aliran, yaitu:
perbandingan
~Qi-~Qo
C
d(~)
cairan tersimpan dalam tankiihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-I 7)
dt
Satuan C dalam m2, yang didefinisikan
sebagai kapasitansi
tanki pada daerah
luasan yang ditempati air secara efektif.
Bila dilakukan substitusi terhadap ~Qo
dari persamaan (III-I 7), hasilnya didapat:
RCd(~)
+ ~
= R(~Q i)
(III-I 8)
dt
h. Sistem Termal
Persyaratan
dasar
yang
harus
termal dengan model atau seragam.
dipenuhi
menggambarkan
sistem
Dengan demikian untuk melakukan
analisis
yang cukup cermat diperlukan penggunaan
guna
model parameter terdistribusi.
Walau
59
demikian,
untuk
diumpamakan
menyederhanakan
benar-benar
anal isis,
keseragaman
temperatur
harus
dicapai, sehingga sistem tersebut dapat digambarkan
dengan sebuah model parameter blok yang lebih sederhana.
Sistem termal sederhana ditunjukkan
pada Gambar III. 11. Dari gambar
tampak bahwa tangki diberi isolasi guna mengeliminir
Tidak
pula
temperatur
(mixer).
ada
panas
yang
terserap pada
panas yang hilang di udara.
isolasi,
sehingga
cairan dalam tanki terjadi setelah ditempatkannya
Bila tanpa bantuan mixer, pendistribusian
keseragaman
elemen pencampur
temperatur cairan yang merata
dalam tanki sulit dicapai dan bersifat kompleks (menuntut pemecahan
pemakaian
persamaan diferensial parsial).
Dari sistem ini diketahui
bahwa temperature
tetap (steady state) cairan
yang mengalir ke dalam tankikjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCB
= ei dan yang menglir keluar dari tanki = e, sedang
panas yang dihasilkan
"heater"
=
H dan besar aliran dari cairan
diyakinkan
konstan.
Pertambahan
nilai
tetapnya
kenaikkan
memang
sangat
kecil,
namun
sebesar ~H (joule/menit)
demikian
akan
dari
menghasilkan
panas pada aliran keluaran sebesar ~Hl dan panas cairan dalam tanki
sebesar ~H2.
demikian
panas masukan dari "heater"
Pada gilirannya
pula temperatur
(0C). Mengingat
temperatur
cairan dalam tanki akan turut naik,
cairan yang keluar dari tanki bertambah
tidak terjadi kebocoran panas pada isolasi tanki, maka kenaikan
temperatur cairan yang keluar dari dalam tanki dapat diformulasikan
~Hl
= qs
dimana
sebesar ~e
sebagai:
~e
q
=
keajegan banyaknya aliran cairan (kg/menit)
S
=
panas spesifik cairan (joule/kg-X').
Formulasi di atas dapat ditulis ulang dalam bentuk:
~Hl =~e/R
Dimana
R
=
l/qs, yang didefinisikan
(III-I 9)
sebagai tahanan
termal dengan
satuan
°C/Joule/menit.
Banyaknya panas yang tersimpan di dalam tanki diformulasikan
sebagai:
60utsrqponmlkjihgfedcbaZ
Dimana M = massa cairan dalam tanki (kg).
= kenaikkan temperatur dalam tanki
d8o/dt
selanjutnya persamaan di atas dapat pula ditulis dalam bentuk:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFED
=
I1 H 2
dimana C =
C d~e)
(III-20)
MS, yang didefinisikan
sebagai kapasitansi
termal dengan satuan
Joule/DC.
Jadi persamaan aliran panasnya adalah:
I1 H
=
1 1 H ]+ 1 1 H 2
=
l1 e kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ C d (l1 e ) lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
R
dt
atau
d
RC
(11 e)
dt
(11I-21)
+ l1 e = R (I1 H )
(III-21) di atas menggambarkan
Persamaan
persamaan
dinamika
sistem
termal dimaksud dengan asumsi bahwa temperatur sepanjang aliran cairan terjaga
konstan.
Dalam
praktiknya
fluktuasi (berubah-ubah)
dari
"heater"
akan
temperatur
cairan
(disturbance
signal).
temperatur
aliran cairan
setiap saatnya.
terjadi
aliran
mengalami
Jadi selama ada panas (signal masuk)
pertambahan
sepanjang
ini nyatanya
signal
yang
yang juga
lazim
disebut
merubah
signal
kondisi
pengganggu
Mixer
Liquid in
----+
Heater
Gambar
Misalkan
temperatur
heater
saja perubahan temperatur
ajegnya
berakibat
111.11. Sistem pemanasan termaI.
(steady state).
terjadinya
cairan yang masuk sebesar 118i dari
Penambahan
perubahan
panas
Persamaan panas aliran ini akan berubah menjadi:
temperatur
cairan
yang diterima
yang
terbawa
dari
aliran.
61 lkjihgfedcbaZYXWVUTSR
M l utsrqponmlkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ I'1Bi= 1'18 +C ~(1'18)
atau
R
R
dt
RC~(1'18)+ 1'18
dt
Kini lupakan
yang meyakinkan
bertambah
2
Dimana
sebesar
(111-22)
tentang
1'18,
asumsi
dikemukakan
panas
yang
bahwa keandalan
isolasi tanki
di atas bahwa temperatur eairan
mengalir
melalui
dinding
tanki
rambatan panas mediumnya bertambah (naik) sebesar:
=
Ml
sementara
itu. Sebagaimana
(naik)
menyebabkan
= I'1Bi+ R(M l)
1'18
Rt
Rt adalah
tahanan
termal
dari
dinding
tanki.
Dengan
demikian
persamaan (III-22) di atas dapat dimodifikasi menjadi:
M l + I'1Bi= (1'18 + 1'18)+ C~(1'18)
R
R
Rt
dt
atau
RC~(1'18)+ 1'18
dt
.
dimana
=
(R)I'1Bi+ R(M l)
R
R _ RRt
- R+ Rt
(III-23)
tahanan efektif termal berkenaan dengan panas
ram bat pada pipa aliran dan dinding tanki
diperhitungkan
--
seeara paralel yaitu R dan Rt.
Formulasi di atas, pada dasarnya panas yang tersimpan pada dinding tanki
masih
dapat
mempengaruhi
i.
diabaikan.
Dengan
(menyederhanakan)
mengabaikan
asumsi
tersebut
dapat
besarnya kapasitansi termal (C).
Sistem Pneumatik.
Sistem pneumatik
sumber
pneumatik
memasok
sebuah pipa penyalur.
dimungkinkan
sederhana
adanya
ditunjukkan
pada Gambar
udara ke dalam sebuah
bejana
III. 12; dimana
(tabung)
melalui
Selama drop tekanan pada pipa penyalur masih keeil, dapat
semburan
udara
yang
mengalir.
Dengan
dinamika sistem tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan linear.
demikian
62
Source
PikjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ ~Pi 1'""""""'='---,
Gambar III. 12. Sistem pneumatic sederhana
Besar aliran udara yang masuk ke dalam tabung berdasar perhitungan
tekanan diferensial dapat ditentukan, yaitu:
AQ lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
M i-I!!.Po
(31
=
m memit)
o
(III-24)
R
2
' ik an sebazai
yang did
I e fiIllISI
agar ta h anan a I'Iran u d ara yang
diimana R (newtonlm
)'
3
m Im enzt
mengalir melalui pipa penyalur yang juga merupakan konstanta semburan udara
yang rnengalir.
Keterangan:
Pi
=
tekanan udara dalam sumber saat steady state (Newton/rrr')
Po
=
tekanan udara dalam tabung saat steady state (Newton/m ')
~Pi
=
perubahan (keci!) tekanan udara dalam sumber
~Po
=
perubahan (kecil) tekanan udara dalam tabung
Besar volume udara dalam sumber (Pi) yang diterima tersimpan dalam
tabung dan menyebabkan naiknya tekanan didalamnya sebesar ~Po adalah ~ V
~Qdt.
=
Volume terse but berbanding langsung terhadap temperatur tabung untuk
tetap konstan. Dalam hal ini dapat diformulasikan sebagai:
~V=C~Po
I!!.V (
dimana C = --
Mo
m
3
)
2
yang didefinisikan sebagai kapasitansi tabung.
newtonlm
Hasil diferensiasi persamaan ini tiada lain adalah isi udara yang tersimpan dalam
tabung, yaitu:
d(~V)
dt
=
Cd(M o)
(III-25)
dt
Keseimbangan antara udara yang dialirkan dari sumber (Pi) dan yang tersimpan di
dalam tabung (Po) dapat ditulis:
63lkjihgfedcbaZYXWVUT
=
M i-M o
C d(M o)
R
dt
atau
RC
d{M o)
+Mo
dt
Dari pembahasan
.
=ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Ml
(III-26)
mengenai beberapa variabel dan parameter yang terdapat
pada sistem termal, tinggi muka cairan dan sistem pneumatik
dianalogikan
ke dalam sistem listrik sebagaimana
semuanya
dapat
dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 3. Daftar Analogi Besaran dan Satuannya.
Sistem Muka
Sistem
Cairan
Pneumatik
Aliran panas, joule
Aliran cairan, rrr'
Aliran udara, m '
Besar aliran panas,
Besar aliran
Besar aliran udara,
Sistem Listrik
Sistem Termal
Muatan, coulomb
Arus, ampere
cairan,
jo u le /m e n it
3
3
m /m e n it
m /m e n it
Tinggi
Tegangan, volt
Temperatur, °C
Tekanan,
permukaan, m
Tahanan,
Tahanan, ohm
°C /jo u le /m e n it
farad
Tahanan,
m/rrr'zmenit
N /m 2 1 m Im e n it
Kapasitansi,
joule/iC
2
Tahanan,
Kapasitansi,
Kapasitansi,
N e w to n /m
3
Kapasitansi,
3
m /m
m 3/Newton/m 2
3. Fungsi Alih
Fungsi
alih
sistem
perbandingan
dari
transformasi
transformasi
Laplace
masukan
semua
syarat
awal
adalah
linear
nol,
parameter
Laplace
(fungsi
konstan
keluaran
penggerak),
Sebagai
contoh
didefinisikan
(fungsi
dengan
perhatikan
sebagai
respons)
dan
anggapan
bahwa
bentuk
umum
persamaan diferensial berikut ini.
(n)
(n-I)
(m )
(m -l)
ao y kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ al y +...+an-Iy+any = bo x + bi x + ... + bm=ix + bmx
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-27)
64
Catatan:
disini n> m
y
Fungsi
= keluaran sistem, x = masukan sistem
alih dari sistem di atas diperoleh
Laplace dari kedua ruas persamaan
dengan
meneari
(111-27), dengan menganggap
transformasi
bahwa semua
syarat awal adalah no!.
Fungsi alih:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
O(s)
=
m
m 1
yes) kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= bos
+bls - +
+bm_1s+bm
n1
X(s)
aos" +als - +
+an_ls+an
Fungsi alih adalah suatu ekspresi yang merelasikan
sistem linear parameter
keluaran dan masukan suatu
konstan dalam bentuk parameter
sistem dan merupakan
sifat dari sistem itu sendiri, tidak tergantung pada fungsi masukan atau penggerak.
Fungsi alih meneakup
dengan keluaran.
mengenai
satuan-satuan
Meskipun
yang diperlukan untuk merelasikan
demikian,
struktur fisik dari sistem.
masukan
fungsi alih tidak memberikan
informasi
Fungsi alih dari beberapa
sistem fisik yang
konsep ini, kita dapat menyatakan
dinamika sistem
berbeda mungkin identik.
Dengan menggunakan
dengan
beberapa
penyebut
persamaan
aljabar
dalam
s.
Pangkat
fungsi alih sarna dengan orde suku turunan
tertinggi
tertinggi
dari spada
dari s tersebut
adalah n, maka sistem tersebut disebut :sistem orde ke-n".
a. Sistem Translasi Mekanik
Dari
menganggap
gambar
III.13
tentang
sistem
pegas-massa-dashpot,
bahwa gaya x(t) sebagai masukan dan perpindahan
sebagai keluaran.
Langkah-Iangkah
kita
dapat
y(t) dari massa
yang harus ditempuh adalah sbb:
(1) Menulis persamaan diferensial dari sistem.
(2) Meneari
.
transformasi
Laplace
cliferensial
sistem
menganggap
bahwa semua syarat awal no!.
(3) Meneari
yang
perbandingan
di
dari persamaan
clapat
dari keluaran
dengan
Y(s) dan
~y
masukan X(s). Rasio perbandingan ini adalah
fungsi alih yang dicari.
Gambar 111.13. Sistem Pegas-Massa-Dashpot.
65
hukum Newton pada sistem tersebut di atas, kita peroleh:lkjihgfedcbaZYXWVUTSR
Dengan menerapkan
2
dy
m -2
dt
Dengan mencari transformasi
L[ m ~:;
2
dy
f--K y+ x
dt
=-
atau
= f[sY(s)-
dy
dt
dt
Laplace tiap suku persamaan (III-28) diperoleh:
] ~ + 'Y(S)-Sy(O )-
L[f ::]
dy
m - 2 kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ f-+ K y
= x
(III-28)
;(0)]
y(O)]
L (ky) = kY(s)
L(x)=X(s).
Jika kita tentukan syarat awalnya sama dengan nol, sedemikian
sehingga y(O)
=
0
dan y(O) = 0, maka transformasi Laplace dari persamaan (III-28) dapat ditulis:
(ms 2
+ fS+k
)Y(s) = X(s)
Dengan mencari perbandingan
yes) dan Xes). Kita peroleh fungsi alih dari sistem
terse but:
2
1
. . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Fungsi alihihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
G (s) = yes) =
Xes)
ms + fS+k
(III-29)
b. Sistem Rotasi Mekanik
Dari Gambar
III. 14 tampak
bahwa sistem rotasi mekanik
inersia beban dan peredam gesekan viskos.
Gambar III. 14. Sistem rotasi mekanik.
Keterangan:
momen inersia beban (kg-rrr')
J
=
f
= koefisien gesekan viskos
0)
=
kecepatan sudut (rad/det)
T
=
torsi yang dikenakan pada sistem (N-m)
(N -m /rad/det)
terdiri
dari
66utsrqponmlkjihgfedcbaZ
bahwa:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONML
Untuk sistem rotasi mekanik, hukum Newton menyatakan
a = E'I'
dimana:
J = momen inersia beban (kg-rrr')
J lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
.
Dengan
=
T
= torsi (N-m)
T
menganggap
kecepatan
= percepatan sudut (rad/der')
hukum Newton pada sistem tersebut diperoleh:kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONM
Dengan menerapkan
J tir + fro
a
bahwa
torsi
T yang
dikenakan
adalah
masukan,
dan
sudut putar ro adalah keluaran, maka fungsi alih dari sistem ini didapat
sebagai berikut:
o(s)
1
=
T(s)
Js+
dimana:
f
Q(s)
=
L [ro(t)]
T(s)
=
L [T(t)]
c. Sistem Listrik (Rangkaian L-R-C)
Rangkaian tersebut terdiri dari induktansi L (Henry), tahanan R (Ohm) dan
kapasitansi
C (farad).
Dengasn
menerapkan
hukum Kirchhoff
pada sistem ini
didapat persamaan:
L -d i + RO1 + -1 rOd
1 t
C
dt
~ Jidt
= eo
0
0
0
••
= el
0
Dengan mencari transformasi
menganggap
L
0
(III-30)
0
•
0
0
•
0
0
0
0
•
0
••
0
0
0
•••••
0
••
0
••
0
•
•
•
•
•
•
(III-31)
•
Laplace dari persamaan (III-30) dan (III-31) dengan
syarta awal no I, diperoleh:
R
=
+ RI(s) + l.!.l(s)
Lsl(s)
Ei(s)
Cs
1 1
--
][C
:_i
=
1(8)
Cs
Eo(s)
o
Gambar III. 15. Rangkaian listrik L-R-C.
Jika ei dianggap sebagai masukan dan eo sebagai keluaran, maka fungsi alih dari
sistem ini adalah:
1
Eo(s)
•••••••••
Ei(s)
LCs
2
+ RCs + 1
0
•
0
0
••••
0
••
0
••
0
••
0
•
•
••
(lII-32)
67 utsrqponmlkjihgfedcba
d. Impedansi Kompleks
Dari Gambar
III. 16. ZI dan Z2 menyatakan
suatu rangkaian 2 terminal adalah perbandingan
impedansi kompleks Z dari
antara E(s), transformasi
dari tegangan listrik pada terminal tersebut, dengan I(s), transformasi
arus Iistrik yang melalui eIemen tersebut dengan anggapan
Laplace
Laplace dari
bahwa semua syarat
awal adalah nol, sehingga Z(s) = E(s)ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
I I(s).
i
i
~
i
(a)
(b)
Gambar
ITI.16. Rangkaian Iistrik impedansi.
Jika eIemen 2 terminal terse but adalah tahanan R, kapasitansi C, dan induktansi L,
maka impedansi kompleks dari elemen tersebut masing-masing
lICs,
dan Ls.
impedansi
Jika impedansi
totalnya
kompleks
diberikan oleh R,
itu dihubungkan
sarna dengan masing-masing
impedansi
secara
seri, maka
kompleks
terse but.
Untuk Gambar III. 16. (b). di atas, fungsi alih rangkaian tersebut adalah:
E o (s)
=
Z 2 (s)
------= ---= ---
(III-33)
Z I(s) + Z 2 (s)
E i(s)
Sedang sistem yang ditentukan Gambar III. 15. di muka adalah:
Z1
=
Ls + R ; Z2
= lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
l/Cs
Oleh karena itu fungsi alih E o (s) dapat ditulis sebagai:
E i(s)
E o (s)
E i(s)
e.
=
I/C s
L s+ R + lIC s
I
=
2
LCs
• • • • • • • • • • • • • • ••
(III-34)
+ R C s+ I
Sistem Analogi Mekanik-Listrik
Dari sistem translasi mekanik sebagaimana
sistem pegas-massa-dashpot
dapat dianalogikan
telah dijelaskan di muka, yaitu
dengan sistem rangkaian
listrik
yang terdiri dari tiga komponen pasif L, R danC. Ketiga komponen pasif terse but
dapat ditinjau dari besaran gaya (torsi) versus tegangan, yaitu L, R dan C dalam
68utsrqponmlkjihgfedcbaZY
seri dan ditinjau dari besaran gaya (torsi) versus arus, yaitu L, R dan C terpasang
parelel.
Untuk
memudahkan
perhatikan Gambar
x
pemahaman
kita
tentang
sistem
analogi
ini
III. 17. berikut ini.kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
c[[3=
iL
L
iR
R
ic
e
C
~,
(b)
(a)
Gambar
(c)
III. 17. Sistem mekanik (a), Sistem Iistrik seri (b), dan
Sistem Iistrik parallel (c)
Dari gambar di atas dapat ditulis kembali bentuk persamaan
masing-rnasing
a)
sistem sebagai berikut:lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Sistem translasi mekanik:
2
dq
b) Sistem listrik seri: L dt 2
dimana:
Sistem listrik parallel:
d¢
dt
= e
(¢
d?
d
dt 2
dt
m----.L + ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC
f -.Z + Icy = x
(III-35)
dq
1
+ R dt + C q
2
c)
diferensial
=
e
(III-36)
!¢ = i
C d ¢2 + ~ d ¢ +
R dt
L
dt
(III-37)
= fluksi magnet parallel)
Secara khusus komponen
pasif R dan C dapat diekivalensikan
sistem mekanik yang memiliki fungsi alih identik.
dengan
Dalam hal ini adalah analogi
gaya (torsi) versus tegangan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
III. 18.
69
R
It kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
Xi
k >
~
ei
I
Xo(s)
CLolkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
=
~
Xi(s)
0
Eo(s)
Ei(s)
1
=
Is+ I
k
~~
RCs + 1
f;k
0
Is
k
f~'
R
ei
Xo(s)
eo
0------.x,
Eo(s)
Ei(s)
=
fs+ l
k
k
RCs
RCs + I XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
G am bar
1 1 1 .1 8 . S is t e m a n a lo g i b e s e r t a f u n g s i a lih n y a .
Di dalam menurunkan
terkadang
=
Xi(s)
komponen
fungsi alih sistem fisik ke dalam
satu dengan
lainnya saling membebani.
sistem listrik
Komponen
RC
diumpankan
ke
bertingkat seperti ditunjukkan pada Gambar III. 19.
ei
o
G am bar
Pada sistem
masukan
o
1 1 1 .1 9 . R a n g k a ia n R C b e r t in g k a t .
listrik di atas keluaran
tingkat kedua (R2, C2).
tingkat pertama
(RI,
Cl)
Dengan kata lain, tingkat kedua akan turut
membebani tingkat pertama.
Persamaan untuk sistem tersbut di atas adalah:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
_1
C1
J(i1-iz)dt+ R1i 1
(III-38)
= ei
dan
_1
C1
f(iz -i1)dt
Dengan mengeliminasi
+ R z i z = __ 1
c.
fi2dt
=
=eo
I](s) dan b(s) dari persamaan
didapat fungsi alih antara Eo(s) dan Ei(s), yaitu:
(III-39)
(III-38) dan (III-39), akan
70
Persarnaan
(III-38)
dengan rnenganggap
dan
(III-39),
selanjutnya
dicari
transformasi
Laplacenya
bahwa syarat awal sarna dengan nol, didapat:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDC
1
E o(s)
=~----~------~-----
(R IC ls kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ lX R 2 C 2 s + 1) + R P 2S
E i(s)
1
. . . . . . . . ..
=------~~~------------~---
R P IR 2C 2S 2
+ (R P I
(III-42)
+ R 2 C 2 + R 1C 2 )S + 1
= R2 = R dan CI = C2 = C, rnaka persarnaan (III-42) dapat pula
Jika Rl
diformulasikan
sebagai:
E o(s)
E i(s)
dirnana •
=
=
.2
1
S 2 + 3. s + 1
(III-43)
RC.
Fungsi alih dari rnasing-rnasing
persarnaan
rangkaian
(III-42) tampak bahwa keseluruhan
RC adalah
1/(1 + rs).
Dari
fungsi alih kedua rangkaian
RC
+ I)] dengan [1/(R2C2s + 1)],
tidak sarna dengan hasil kali antara [1/(RICls
rnelainkan sebagai pengganti yaitu 1/(.2S2 + 3TS + 1).
Alasannya
adalah
sendiri-sendiri
pada
dipenuhi.
fungsi
beban dianggap tak terhingga
keluaran.
dihubungakan
diserapnya.
saat rnenurunkan
alih rangkaian
RC secara
dengan menganggap bahwa pada keluaran tidak dibebani.
kata lain impedansi
daya
bahwa
Namun
demikian,
bila
Dengan
yang berarti tidak menyerap
rnasukan
rangkaian
kedua
dengan keluaran rangkaian pertama, rnaka ada sejumlah daya yang
Oleh sebab itu, anggapan bahwa tidak ada pernbebanan
tidak dapat
Mengingat fungsi alih sistern di atas didapat dengan anggapan tidak ada
pembebanan,
maka fungsi alih tersebut tidak berlaku.
f. XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
S is te m T e r m a l
Apabila
ditetapkan,
fungsi alih dari suatu sistem fisik telah dapat ditentukan
maka
dapat
diilustrasikan
dengan
diagram
blok
sederhana
atau
yang
71
menggambarkan
tersebut.
hubungan
Melalui
an tara masukan
visualisasi
Dengan
subsistem
demikian
menjadi
persamaan-persamaan
hubungan
lebih
sistem yang ditinjau
blok ini akan mempercepat
pengujian danlatau penyelesaian
tadi.
dan keluaran
antar
sederhana
blok
dan
yang dimiliki sistem fisik
fungsi
mudah
dan mempermudah
alih
untuk
suatu
sistem
diselesaikan
atau
dengan
memakai persamaan sistem linear koefisien konstan.
Dari persamaan
sebagaimana
(III-23) yangmenyatakan
pada Gambar III. 11, adalah:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
ditunjukkan
~ B (s)
fungsi alih dari sistem termal
R
-~=--- lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
M I(s)
RC, kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ 1
Diagram blok fungsi alih terse but dapat ditunjukkan
(III-44)
seperti pada Gambar III. 20.
berikut ini:
I
~H(s)
M(s)
R
"IRes +
1
(a)
L'l8(s)
L'lR(s)
(b)
GambarXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
I I I . 20. Diagram blok sistem termal
g. Fungsi Alih Gelombang Sinus
Fungsi
alih respon tunak (steady
state response)
suatu sistem
kendali
dengan masukan sinusoida dapat ditentukan dengan cara mengganti s denganj OJ .
Fungsi alih dari aselerometer
seperti ditunjukkan
pada Gambar III. 5 misalnya,
adalah didapat dari persamaan (III-2), yaitu:
yes)
M S2
= ---:----
M S2+ fs+ K
Xes)
S2
+ f / M .s + K / M
Fungsi alih sinusoidal dari aselerometer mekanik terse but dapat pula ditulis dalam
bentuk lain yaitu:
Y (s)
Xes)
=
(jOJ)2
(jOJ)2 +
f / M(jOJ)
+K /M
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-45)
72
persamaan
(III-45)
ini menyatakan
karakteristik
yang
dimiliki
mekanik jika digunakan
sebagai piranti pengukur pergeseran
menyerupai
sinus. Bila frekuensi
xu m)
gelombang
aselerometer
yang berubah-ubah
sinyal masukan
sinuslkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLK
gelombang
to < ta kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
n = ~(K / M), maka fungsi alih yang
ini sangat rendah, katakanlah
ditulis pada persamaan (III-45) dapat didekati dengan persamaan:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHG
Y (jO )
- 0)2
~"---:...-~-X (jO J)
K /M
Untuk frekuensi yang sangat rendah (m
keluaran
yang rendah dan munculnya
system tersebut.
Dengan demikian
rendah memakai aselerometer
< m n) akan menyebabkan
sinyal
nois (desah) yang sulit dihilangkan
pengkuran
pergerakan
mekanik
dari
berfrekuensi
tidak lagi reliable. Sebaliknya untuk frekuensi yang
sangat tinggi (m > oi n), fungsi alih sebagaimana
tertulis pada persamaan
(III-45)
dapat didekati dengan formula:
Y (jO J)/ X (jm )
Jadi
pada
mengikuti
sistem
frekuensi
~ 1
yang
perubahan
pergerakan
aselerometer
bergelombang
sangat
dapat
tinggi,
keluaran
masukannya.
digunakan
aselerometer
akan
selalu
Pada rentang frekuensi seperti ini
untuk
mengukur
suatu
gerakan
terutama pada seismografik.
Untuk percepatan
tunak dari aselerometer
yes)
ini dirumuskan sebagai:
1
=
A (s)
suatu masukan berbentuk sinusoidal, fungsi alih respon
2
(jm )
+f
Selama kondlsi to < ca n
/ M (jm ) + K / M
=
~(K / M)
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ••
(III -46)
dapat bertahan, fungsi alih dari aselerometer
dapat didekati dengan formula:
Y (jm )
M
A (jO J)
K
---'''----''- ~ -
Dari uraian
mengukur percepatan
(percepatan
di atas mudah difahami
aselerometer
cocok
untuk
suatu gerakan berbentuk gelombang sinus dari frekuensi nol
konstan) hingga frekuensi
jenis aselerometer
bahwa
yang digunakan.
(ron )
tertentu, tergantung
pada spesifikasi
73XWVUTSRQPONMLK
h.
M o to r
Servo
Di dalam
dasarnya
pengendalian
sarna dengan
atau pengaturan
motor de, dibedakan
sistem
dalam
Perbedaan dimaksud adalah (l) modus pengendalian
tetap dan (2) pengendalian
1)
servo yang konstruksi
dua modus
pengendalian.
armature dengan arus medan
medan dengan arus armature tetap.
P e n g e n d a lia n A r m a tu r
Dalam
aplikasi
sistem servo, motor de ini umumnya
daerah kurva kemagnetan
diopersikan
pada
yang linear. Oleh sebab itu fluksi pada eelah udara
sebanding dengan arus medanya, dalam hal ini adalah:
=lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
K ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
fi f . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
(III-47)
Model pengendalian
motor de dengan
armature
terkendali
ditunjukkan
pada Gambar III. 21 berikut ini.
G a m b a r 1 1 1 .2 1 . M o t o r d e d e n g a n
a r m a tu r te r k e n d a li
Torsi yang dapat dikembangkan
Pada sistem tersebut diketahui :
Ra
= tahanan armature (Ohm)
LakjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIH
= induktansi kumparan arm. (H)
ia
= arus armature (A)
= arus kumparan medan (A)
if
e
= tegangan armature (V)
eb
= emf. lawan (V)
Tm = torsi motor (N-m)
o = sudut putar poros (rad)
J
= momen inersia motor dan
beban (kg-m")
= koefisien gesekan viskos
fa
(ekivalen) paras motor dan
beban (N-m)/(rad/see)
oleh motor (Tm) akan sebanding
dengan hasil
kali antara arus armatur dengan fluksi eelah udara, dalam hal ini adalah:
T M = K I Kfifia
• • • • • • • • • • • . • • • • • • • . • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ••
(III -48)
dimana KJ adalah suatu konstanta.
Pada motor de armatur terkendali, arus medan selalu terjaga konstan, oleh
karena itu persamaan (III-48) dapat ditulis:
T M = Kr ia
dimana Kr adalah konstanta dari torsi motor.
(III-49)
74utsrqponmlkjihgfedcbaZ
Perlu
diingat
pula
emf lawan
pada
motor
selalu
sebanding
dengan
Oleh sebab itu persamaanya dapat ditulis sebagai:ihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
kecepatannya.
eb
bahwa
de lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
= Kb -
(III-50)
dt
dimana Kb adalah konstanta emf lawan.
Persamaan diferensial dari rangkaian armatumya adalah:
di;
L a-+
R'
(III-51 )
a1a+ eb= e
dt
Persamaan untuk torsinya adalah:
de 2
de
dt
dt
J - 2 kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ fo= TM = Kria .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..
Dengan mencari tranformasi
menganggap
syarat awal
=
Laplace dari persamaan
(III-51) dan (III-52) dengan
0, didapat:
Eb(S) = KbS8(S)
(Las + Ra) la(s)
(JS2 + fos)
Dari persamaan
(III-52)
(III-53)
= E(s) - Eb(S)
. . . . . . . . ..
e (s) = T M(S)= KTla(s)
(III-53)
hingga
persamaan
(III-54)
(III-55)
(III-55),
fungsi
alih sistem
servo
tersebut dapat ditulis sebagai:
K:
e (s)
G (s) = =
E(s)
s[(Ra + sLJ(Js + fo)+ KrKbJ
Diagram biok dari persamaan
II1.22a, dimana
lingkaran
disebut titik penjumlahan
.. . .. .. .. .. ...
(Ill-58) dapat ditunjukkan
biok menyatakan
aksi perbedaan
(summing point). Untuk persamaan
(III-56)
melalui Gambar
atau selisih
yang
(III-55) ditunjukkan
meIaIui sebuah biok seperti pada Gambar Ill. 22b.
8(5)
(c)
(a)
~
Take
off
point
8(s) XWVUTSRQPONMLKJIH
(d)
G am bar
1 1 1 .2 2 . D ia g r a m
B 1 0 k m o to r d e a r m a tu r e
te r k e n d a li
75
Persamaan
(III-54) dapat dinyatakan dengan diagram blok seperti Gambar
III. 22c, dimana sinyal dimulai dari suatu titik pemberangkatan
dan diumpankan
(a take off point)
ke blok umpan balik. Gambar III. 22.d merupakan
lengkap dari sistem tersebut yang merupakan
diagram blok
gabungan dari Gambar III. 22.a, b
dan c.
Bagian-bagian
dari diagram blok terse but di atas dapat pula digambarkan
secara langsung melalui sistem fisik sesuai Gambar III. 21, yaitu memakai fungsi
alih yang
diturunkan
ke dalam
rangkaian
listrik
sederhana.
Besar
tegangan
rangkaian armaturnya adalah E(s) dengan emf lawan Eb(S). Tegangan jaringan (EE b) terjadi pad a rangkaian
secara
linear berupa tahanan dan indukator
seri serta mempunyai
armature
fungsi alih
yang terhubung
lI(sLakjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ Ra). Hasilnya berupa arus
sebesar Ia/s). Torsi yang dapat dikembangkan
oleh motor pada arus
medan yang konstan adalah KTIaCs).Torsi ini akan memutar beban pad a kecepatan
j dan gesekan viskos dengan koefisien fo [fungsi
8 (s) melawan momen inersiaihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
alihnya adalah lI(Js + fo). Sinyal emf lawan E,
dengan
cara
ditujukkan
mengintegrasikan
8(s), yaitu
pada Gambar III. 23 yang ekivalen
menukar titik pemberangkatan
Rangkaian
fungsi
kecepatan
induktansi
alih dari motor
disederhanakan
= Kb8(s) diambil dari keepatan
1/s. Hasil
dengan Gambar
keseluruhan
III. 22 dengan
dari 8' (s) ke 8(s).
armature
dengan
La biasanya
armature
terkendali
diabaikan,
oleh karena
(persamaan
III-56)
E(s)
x, /s,
=
2
Js
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • ••
(III-57)
+ s(fo + Ki K; / Ra)
Faktor (fo + KTKJRa) menyatakan
memperbesar
dapat
menjadi:
B (s) lkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
-
itu
bahwa emf lawan motor secara efeektif akan
gesekan vikson dari sistem terse but. Dalam hal ini adalah f
=
fo +
KTKblRa, sehingga persamaan (III-57) akan berubah menjadi:
B (s)
E(s)
Seianjutnya
s, /s, . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
= --'-----"-
(III-58)
s(Js + f)
fungsi alih yang dinyatakan
dalam bentuk lain, yaitu:
pada persamaan
(III-58) dapat dituiis
76ihgfedcbaZYXWVUTSRQ
8(s)
s(sT m kjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
+ 1)
E (s)
dimana : Km = KT/Raf
Tm
=
J/f
=
konstanta penguatan motor
=
tetapan waktu motor.
Konstanta motor KT dan emf lawan K, keduanya saling berhubungan
hubungan tersebut dapat dideduksikan
(III-59)
erat. Kedua
seperti di bawah ini. Dalam satuan matriks,
Kb dalam V/rad/see dan KT dalam N-m/amper.
~
Daya listrik yang diubah dalam bentuk mekanik:
ebia = Kb'8ia watt
~
Daya pada poros (dalam bentuk mekanik):
T'9 = KTia'8 watt
~
Pada saat keeepatan tunak dieapai, kedua daya besarnya seimbang. Dalam
hal ini adalah:
Kb'8ia = KTia8 atau Ks= KT(dalam saruan MKS)
Hasil tersebut di atas di dalam prakteknya akan banyak memberikan
sebagai missal besar K, dapat diukur Iebih mudah dengan ketelitian
keuntungan,
yang lebih
tinggi bila disbanding KT.
2)XWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
P e n g e n d a lia n M e d a n
Motor de dengan medan terkendali ditunjukkan pada Gambar III.23.
Pada sistem ini diketahui:
Rf
la (constant)
Rr
= tahanan kumparan medan (Ohm)
Lf
= induktansi kumparan medan (H)
e
=
tegangan medan yang dikendalikan
(V)
if
= arus medan (Am per)
TM
=
torsi yang dikembangkan motor
(N-m)
G a m b a r III. 2 3 . M o to r d e d e n g a n
J
m e d a n te r k e n d a li
=
momen inersia ekivalen motor dan
beban yang dkenakan pad a poros
(kg - m2)
77utsrqponmlkjihgfedcbaZ
= koefisien
gesekan viskos (ekivalen) dari motor dan beban yang dikenakan
fkjihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
pada porosihgfedcbaZYXWVUTSRQPONMLKJIHGFEDCBA
(N -m /rad/sec)
8
=
sudut pu