Hukum Ekonomi Internasional Risalah Kuliah

1

HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL

(HEI)



M. AMIRULLOH, S.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG

2

LATAR BELAKANG PENTINGNYA HEI

 BIDANG HUKUM YANG PALING PROGRESIF

PERKEMBANGANNYA

 ARUS GLOBALISASI (EKONOMI) YANG CEPAT --> KEMAJUAN

TEKNOLOGI & KOMUNIKASI -->BORDERLESS ACTIVITY --> REGIONALISME : ASEAN, UNI EROPA

 MENINGKATNYA INTERDEPENDENSI EKONOMI DI DUNIA -->

BERVARIASINYA SDA & FAKTOR DOMINAN LAINNYA, THE MOST IMPORTANT : EKONOMI & TEKNOLOGI

3

PERANAN PENTING HEI

 MELINDUNGI PARA PIHAK, TERUTAMA YANG LEMAH, AGAR

HUBUNGAN-HUBUNGAN EKONOMI ANTAR SUBJEK HEI BERLANGSUNG SECARA ADIL

 MEMBATASI / MENGATUR AGAR TINDAKAN-TINDAKAN

NEGARA-NEGARA TIDAK MERUGIKAN KEPENTINGAN-KEPENTINGAN NEGARA-NEGARA LAIN ATAU WARGA NEGARANYA

4

OBYEK HEI

 PERGERAKAN BARANG-BARANG (INTERNATIONAL

MOVEMENT OF GOODS) --> PERDAGANGAN INT’L

 PERGERAKAN JASA-JASA (INVISIBLE TRADE), EX :

KOMUNIKASI, TOURISME, TRANSPORTASI, PENDIRIAN BADAN-BADAN USAHA KOMERSIAL, DLL

 PERGERAKAN ORANG-ORANG (INT’L MOVEMENT OF

PERSONS), EX : TKA

 PERGERAKAN MODAL YANG MENSYARATKAN PENGAWASAN

LANGSUNG INVESTOR ASING

5

DEFINISI HEI

 BELUM ADA DEFINISI YANG DISEPAKATI SECARA BULAT

 ERLER (JERMAN) : PERBEDAAN PENDEKATAN :

 ASAL NORMA;

 OBYEK --> YG LBH TEPAT --> HEI = H INT’L PUBLIK + HK. PDT +

HK. PUBLIK TTG HUBUNGAN EKONOMI TRANSNASIONAL

 G. SCHWARZENBERGER & VERLOREN VAN THEMAAT : HEI

6

PERSAMAAN HEI DGN HI PUBLIK

 ADANYA PERSAMAAN PENERAPAN PRINSIP ATAU ATURAN

HUKUM INT’L PUBLIK DLM HEI :

 PRINSIP PERSAMAAN KEDUDUKAN ANTARNEGARA;  PRINSIP TANGGUNG JAWAB NEGARA;

7

PERBEDAAN HEI DARI HI PUBLIK

 HANYA SEDIKIT NORMA KEBIASAAN, UMUMNYA HEI

DIDASARKAN PERJANJIAN INT’L YG DIHASILKAN OLEH ORGANISASI INT’L

 LBH BANYAK TERDAPAT PERJANJIAN BILATERAL

 MENGGUNAKAN 2 PENDEKATAN :

 INTERDISIPLINER

8

SEJARAH PERKEMBANGAN HEI

 PRA PD II :

 HEI BERKEMBANG PADA ABAD XII

 SUDAH DIKENAL KLAUSUL MFN & RESIPROSITAS

 BERLAKU PRINSIP-PRINSIP HUKUM LAUT : KEBEBASAN

BERLAYAR, MENANGKAP IKAN; CABOTAGE

9

SEJARAH PERKEMBANGAN HEI

 PASCA PD II : BRETTON WOOD SYSTEM

 DIMULAINYA PEMBENTUKAN LEMBAGA-LEMBAGA /

BADAN-BADAN / ORGANISASI EKONOMI INT’L UNTUK MENCAPAI TUJUAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INT’L : KONFERENSI BRETTON WOODS, PENDIRIAN IMF, IBRD, GATT, OECD, UNCTAD

 ONE NATION ONE VOTE, TAPI DLM IMF & IBRD SISTEMNYA

DIPERBERAT AGAR NEGARA-NEGARA MAJU DOMINAN

 NEGARA-NEGARA BERKEMBANG MENGECAM BRETTON WOODS

SYSTEM --> TATA EKIN BARU (NEW INT’L ECONOMIC ORDER) AGAR SESUAI DGN PEMBANGUNAN DI NEGARA III

10

SEJARAH PERKEMBANGAN HEI

 PASCA PERANG DINGIN :

 BERUPAYA MENANGGULANGI PRAKTIK-PRAKTIK PERDAGANGAN

YANG DPT MENGHALANGI PEMBANGUNAN DAN PEMBENTUKAN PASAR BEBAS

 SEMAKIN BERPERANNYA ORGANISASI INT’L YG MELAHIRKAN

PERJANJIAN INT’L GUNA MENGATUR KEGIATAN EKIN

 ATURAN-ATURAN HUKUM EKIN SEMAKIN KOMPLEKS, EX : GATS,

TRIMS, TRIPs

 TIMBULNYA SENGKETA PERDAGANGAN ANTARNEGARA

 NEGARA-NEGARA DI DUNIA MAU TIDAK MAU HRS MENGIKUTI

11

KAIDAH DASAR HEI

 KAIDAH-KAIDAH DASAR HEI PADA POKOKNYA MENGACU

PADA 2 PRINSIP KEBEBASAN, YANG BIASA DISEBUT SEBAGAI PRINSIP KLASIK HEI, YAITU :

 KEBEBASAN BERNIAGA (FREEDOM OF COMMERCE)

12

FREEDOM OF COMMERCE

 NIAGA DIARTIKAN LUAS, TIDAK HANYA SEKEDAR KEBEBASAN

BERDAGANG, TAPI MENCAKUP SEGALA KEGIATAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN EKONOMI ATAU PERDAGANGAN

 BAHWA SETIAP NEGARA MEMILIKI KEBEBASAN UNTUK

BERDAGANG DENGAN PIHAK ATAU NEGARA MANAPUN DI DUNIA INI

13

FREEDOM OF COMMUNICATION

 BAHWA SETIAP NEGARA MEMILIKI KEBEBASAN UNTUK

MEMASUKI SUATU WILAYAH NEGARA LAIN, BAIK MELALUI DARAT ATAU LAUT UNTUK MELAKUKAN TRANSAKSI-TRANSAKSI EKIN

14

KAIDAH DASAR MINIMUM

(MINIMUM STANDARDS)

 MERUPAKAN KAIDAH UTAMA DALAM HEI, KARENA

MERUPAKAN SATU-SATUNYA KAIDAH YANG TELAH BERKEMBANG MENJADI SUATU ATURAN HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL UMUM (GENERAL INT’L CUSTOMARY LAW)

 ADALAH KEWAJIBAN NEGARA UNTUK SEDIKITNYA

MEMBERIKAN JAMINAN KEPADA PEDAGANG ATAU PENGUSAHA ASING DAN HARTA MILIKNYA

 PENCANTUMAN KAIDAH INI MENJADI SUATU ATURAN HUKUM

KEBIASAAN INT’L & PENERAPANNYA PUN BERKEMBANG, YAITU BERLAKU JUGA TERHADAP SEMUA NEGARA, BUKAN HANYA PEDAGANG

15

KAIDAH DASAR : PERLAKUAN SAMA

(IDENTICAL TREATMENT)

 SUDAH ADA SEJAK LAMA : 2 RAJA BERSEPAKAT UNTUK

SECARA TIMBAL BALIK MEMBERIKAN KEPADA PARA PEDAGANG MEREKA PERLAKUAN YANG SAMA

16

KAIDAH DASAR : PERLAKUAN NASIONAL

(NATIONAL TREATMENT)

 MERUPAKAN PENERAPAN PRINSIP NON-DISKRIMINASI

 BAHWA SUATU NEGARA UNTUK MEMPERLAKUKAN

BARANG-BARANG, JASA-JASA ATAU MODAL YANG TELAH MEMASUKI PASAR DALAM NEGERINYA DGN CARA YANG SAMA SEBAGAIMANA NEGARA TSB MEMPERLAKUKAN PRODUK-PRODUK TSB KETIKA DIBUAT, DIMILIKI ATAU DIAWASI OLEH WARGA NEGARANYA

17

KAIDAH DASAR : KLAUSUL MFN

(MOST FAVOURED-NATIONAL)

 KAIDAH SENTRAL DALAM THE BRETTON WOODS SYSTEM

 PRINSIP NON-DISKRIMINASI DIANTARA NEGARA-NEGARA

 BAHWA SUATU NEGARA HARUS MEMBERIKAN HAK KEPADA

SUATU NEGARA SEBAGAIMANA HALNYA IA MEMBERIKAN HAK SERUPA KEPADA NEGARA KETIGA

 ADA 2 MACAM KEWAJIBAN MFN :

 BERSYARAT;

18

KAIDAH DASAR : KLAUSUL MFN

(MOST FAVOURED-NATIONAL)

 PENGECUALIAN :

 BAGI ORGANISASI-ORGANISASI REGIONAL DALAM BIDANG

EKONOMI ATAU WILAYAH-WILAYAH KAWASAN BEBAS

 KONSEP GENERALIZED SYSTEMS OF PREFERENCES (GSP)

ATAS TARIF UNTUK PERDAGANGAN YANG BERASAL DARI NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG

 SAFEGUARDS ATAU ESCAPE CLAUSE (PEMBERIAN

KELONGGARAN UNTUK SEMENTARA WAKTU GUNA MEMUNGKINKAN INDUSTRI DALAM NEGERI DAPAT MENYESUAIKAN SUATU SITUASI YANG MERUGIKAN SECARA SERIUS YANG DIAKIBATKAN OLEH MENINGKATNYA IMPOR)

19

KAIDAH DASAR : KEWAJIBAN MENAHAN DIRI UTK TDK

MERUGIKAN NEGARA LAIN

 KEWAJIBAN SUATU NEGARA UNTUK TIDAK MENIMBULKAN

BEBAN-BEBAN EKONOMI KEPADA NEGARA LAIN KARENA ADANYA KEBIJAKSANAAN-KEBIJAKSANAAN EKONOMI DOMESTIK NEGARA YBS

 EX : DUMPING

 DUMPING : PENUALAN SUATU PRODUK DI LUAR NEGERI

DENGAN HARGA YANG LEBIH RENDAH DARIPADA HARGA DI DALAM NEGERINYA, ATAU HARGA DI PASAR DI NEGARA YANG MENGIMPOR BARANG TERSEBUT

20

KAIDAH DASAR : TINDAKAN PENGAMANAN / KLAUSUL

PENYELAMAT

(SAFEGUARDS & ESCAPE CLAUSE)

 DIGUNAKAN JIKA ATURAN-ATURAN PERJANJIAN INT’L

MENGENAI HUBUNGAN-HUBUNGAN EKONOMI DIRASAKAN TERLALU MEMBERATKAN & DIKHAWATIRKAN AKAN MENIMBULKAN DAMPAK NEGATIF BAGI PEREKONOMIAN SUATU NEGARA

 BIASANYA DIPERUNTUKKAN BAGI NEGARA BERKEMBANG

21

KAIDAH DASAR : TINDAKAN PENGAMANAN / KLAUSUL

PENYELAMAT

(SAFEGUARDS & ESCAPE CLAUSE)

 BHW PENANGGALAN UTK JK WKT TTT THD KETATNYA

ATURAN-ATURAN INT’L HRS DIBERIKAN AGAR SUATU NEGARA / SEKTOR-SEKTOR INDUSTRI / EKONOMI TTT DPT MENYESUAIKAN DIRI PADA KONDISI-KONDISI BARU DEMI MENDORONG PERSAINGAN INT’L

 EX : TRIPs-GATT (1994) MEMBERIKAN KELONGGARAN

JANGKA WAKTU 10 TAHUN BAGI NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG UNTUK MEMBERLAKUKAN SECARA PENUH ISI PERJANJIAN TSB

22

KAIDAH DASAR : PREFERENSI BAGI NEGARA SEDANG

BERKEMBANG

 KAIDAH YANG MENSYARATKAN PERLUNYA SUATU

KELONGGARAN-KELONGGARAN ATAS ATURAN-ATURAN HUKUM (ATAU KAIDAH DASAR) BAGI NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG. ARTINYA NEGARA INI PERLU MENDAPAT PERLAKUKAN KHUSUS MANAKALA NEGARA-NEGARA MAJU BERHUBUNGAN DENGAN MEREKA

 MISALNYA PENGURANGAN BEA MASUK PRODUK-PRODUK NB

KE DALAM PASAR NEGARA MAJU

 DASAR TEORI : PENYIMPANGAN KLAUSUL MFN UTK

MEMBERIKAN KEUNTUNGAN KOMPETITIF TTT DLM MASYARAKAT INDUSTRI YG MENJADI SASARAN EKSPOR

23

KAIDAH DASAR : PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DAMAI

 BIASANYA TERCANTUM DALAM KLAUSUL-KLAUSUL SUATU

PERJANJIAN INTERNASIONAL

 MELALUI NEGOSIASI ATAU KONSULTASI --->ARBITRASE

 ALTERNATIF LAIN : MELALUI BADAN-BADAN YANG TERDAPAT

DALAM SUATU ORGANISASI EKIN; EX : DISPUTE SETTLEMENT BODY - WTO

24

SUBYEK-SUBYEK HEI

 PENGERTIAN SUBYEK DALAM HI PERTAMA KALI

DIKEMUKAKAN OLEH MAHKAMAH INT’L DALAM KASUS

REPARATIONS FOR INJURIES CASE (1949) :

SUBJECT OF THE LAW IS AN ENTITY CAPABLE POSESSING INT’L RIGHTS AND DUTIES AND HAVING THE CAPACITY TO MAINTAIN ITS RIGHTS BY BRINGING INT’L CLAIMS

(SETIAP KESATUAN YANG MAMPU MEMILIKI HAK DAN KEWAJIBAN SERTA MEMILIKI KEMAMPUAN UNTUK MEMPERTAHANKANNYA MENURUT HUKUM (EKONOMI) INT’L)

25

SUBYEK-SUBYEK HEI

 MULANYA, HANYA NEGARA SBG SUBYEK HEI; INDIVIDU

BUKANLAH SUBYEK HEI

 SUBYEK HEI DEWASA INI :

 NEGARA;  INDIVIDU;

 PERUSAHAAN TRANSNASIONAL;  ORGANISASI EKONOMI INT’L;

26

NEGARA

 SUBYEK YANG TERPENTING, KARENA MENDOMINASI

HUBUNGAN-HUBUNGAN EKIN

 SYARAT-SYARAT NEGARA : (KONV. MONTEVIDEO, 1933)

 PENDUDUK;  WILAYAH;  PEMERINTAH

 KEMAMPUAN MENGADAKAN HUBUNGAN DGN NEGARA LAIN

(UNSUR TERPENTING YG MENUNJUKKAN NEGARA TERSEBUT BERDAULAT)

27

INDIVIDU

 SUBYEK YG TERBATAS KEDUDUKANNYA, BERGANTUNG ISI

KETENTUAN PERJANJIAN-PERJANJIAN YANG MEMBERIKAN KEDUDUKANNYA TSB

 MNRT HI KLASIK, INDIVIDU MENDAPATKAN KEDUDUKAN DARI

ATURAN-ATURAN PENTING HUKUM KEBIASAAN INTERNASIONAL, MISALNYA ATURAN MENGENAI PERLAKUAN TERHADAP ORANG ASING

 PERKEMBANGAN : INDIVIDU TIDAK HANYA BERARTI ORANG

PERORANGAN, TAPI JUGA BADAN HUKUM (JURIDICAL PERSON) YANG MEMILIKI PERSONALITAS, BAIK MNRT HK. NASIONAL MAUPUN HK. INT’L

28

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL

 ISTILAH MULTINASIONAL MEMBERIKAN KATA YANG KELIRU

KARENA SEOLAH-OLAH MENUNJUKKAN PERUSAHAAN TSB MEMILIKI STATUS NASIONALITAS DI BEBERAPA NEGARA

 TRANSNASIONAL LEBIH TEPAT KARENA MENGACU PADA

SUATU BENTUK OTONOMI PADA SUATU PERUSAHAAN YANG BERADA DI BEBERAPA NEGARA

 DEFINISI YG UMUM DIIKUTI MENGGUNAKAN PENDEKATAN

STRUKTURAL, YG MENEKANKAN KPD KEKHUSUSAN KEADAAN : PERUSAHAAN TRANSNASIONAL YG DIDIRIKAN BERDASARKAN HK. NAS. NEGARA PENERIMA HANYA DPT BERTINDAK JIKA ADA INSTRUKSI PERUSAHAAN INDUK

29

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL

 UNCITRAL :

THE TERM MULTINASIONAL ENTERPRISE IS USED IN A BROAD SENSE AND INCLUDES ENTERPRISES WHICH THROUGH BRANCHES, SUBSIDIARIES OR AFFILIATES OR OTHER ESTABLISHMENTS ENGAGE IN SUBSTANTIAL COMMERCIAL OR OTHER ECONOMIC ACTIVITIES IN STATES (HOST STATES) OTHER THAN THE STATE OR STATES IN WHICH DECISION MAKING AND/OR CONTROL IS CENTERED (THE HOME STATE)

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL SECARA LUAS BERARTI PERUSAHAAN-PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN KEGIATAN KOMERSIAL DAN EKONOMI LAINNYA UNTUK NEGARA-NEGARA LAIN MELALUI PERUSAHAAN CABANGNYA DI NEGARA-NEGARA LAIN TERSEBUT

30

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL

 MASALAH-MASALAH :

 PERPAJAKAN;  TENAGA KERJA;  ALIH TEKNOLOGI;

 JAMINAN HARTA KEKAYAAN;

 EKSPROPRIASI / NASIONALISASI;  PENYELESAIAN SENGKETA;

31

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL

 EKSPROPRIASI

 PENDAPAT NEGARA-NEGARA BARAT : KEBEBASAN NEGARA

HARUS DIBATASI AGAR TIDAK MENASIONALISASI PERUSAHAAN ASING. KALAUPUN DILAKUKAN, HARUS UNTUK KEPENTINGAN UMUM YANG DISERTAI DENGAN GANTI RUGI BERDASARKAN PRINSIP PROMPT, ADEQUATE AND EFFECTIVE COMPENSATION

 PENDAPAT NEGARA-NEGARA BERKEMBANG : SETIAP NEGARA

MEMILIKI HAK TAK TERBATAS UNTUK MENASIONALISASI HARTA MILIK (PERUSAHAAN) ASING SESUAI DENGAN HUKUM NASIONALNYA. JIKA ADA PEMBAYARAN GANTI RUGI MAKA BESARNYA HARUS TUNDUK PADA KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM NASIONAL

32

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL

 ASPEK NEGATIF PERUSAHAAN TRANSNASIONAL :

 SERING MENCAMPURI URUSAN DALAM NEGERI (POLITIK &

EKONOMI) NEGARA PENERIMA;

 KURANG MEMAHAMI KONDISI NEGARA PENERIMA;

 SERINGKALI MENGHINDARI MEMBAYAR PAJAK DGN

MENGALIHKAN PEMBAYARAN PAJAKNYA KE NEGARA-NEGARA YANG SISTEM PAJAKNYA LUNAK;

 MENGURAS KEKAYAAN ALAM YANG TIDAK DAPAT

DIPERBAHARUI LAGI;

 KURANG PEDULI TERHADAP PERLINDUNGAN KONSUMEN &

33

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL

 ASPEK POSITIF PERUSAHAAN TRANSNASIONAL :

 MEMILIKI KEKUATAN EKONOMI GUNA MENDORONG

PEMBANGUNAN NEGARA PENERIMA;

 MENYERAP TENAGA KERJA & MENGURANGI PENGANGGURAN;  MENINGKATKAN PEMASUKAN KEUANGAN MELALUI PAJAK &

ALIH TEKNOLOGI MELALUI PERJANJIAN PATUNGAN DENGAN PERUSAHAAN LOKAL;

 PENGATURAN YANG BERSIFAT INT’L THD KEGIATAN

PERUSAHAAN TRANSNASIONAL MASIH SANGAT LEMAH DALAM PENEGAKANNYA, KARENA NEGARA-NEGARA MAJU MENGANGGAPNYA HANYA SEBAGAI SOFT LAW, BUKAN ATURAN YANG SIFATNYA MEMAKSA

34

ORGANISASI EKONOMI INT’L

 ADALAH SUATU PERHIMPUNAN NEGARA-NEGARA YANG

DIBENTUK MELALUI SUATU PERJANJIAN DAN MEMILIKI ORGAN-ORGAN YANG TETAP, MEMILIKI KEKUASAAN DAN FUNGSI OTONOMI SERTA MEMILIKI TUJUAN EKONOMI BERSAMA YANG AKAN DICAPAI DENGAN BEKERJASAMA DIANTARA NEGARA-NEGARA ANGGOTANYA

 PERTAMA KALI DITEGASKAN SEBAGAI SUBYEK HEI DALAM

KASUS THE REPARATION FOR INJURIES CASE (1948), KETIKA PBB MEMINTA ADVISORY OPINION PADA MAHKAMAH INT’L

35

ORGANISASI EKONOMI INT’L

 ORGANISASI EKONOMI INT’L DIANGGAP MEMILIKI LEGAL

PERSONALITY MENURUT HUKUM INT’L

 SEBAGAI SUBYEK HI, MAMPU UNTUK MENGIKUTI DAN

MENJADI PESERTA DALAM PERJANJIAN INT’L, MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KEPADA KARYAWANNYA, DLL.

36

BENTUK - BENTUK ORGANISASI EKIN

 ORGANISASI YG BERTUJUAN HANYA UTK MENETAPKAN

SISTEM TARIF PREFERENSIAL MULTILATERAL;

 FREE TRADE AREAS : BERUPAYA SECARA BERTAHAP

MENGHAPUSKAN SEMUA TARIF-TARIF INTERNAL & PEMBATASAN-PEMBATASAN KUANTITATIF;

 CUSTOMS UNIONS : FREE TRADE AREAS + KESEPAKATAN

MENGENAI TARIF EKSTERNAL BERSAMA;

 COMMON MARKETS : CUSTOM UNIONS + KOORDINASI DI

BIDANG KEBIJAKAN MONETER DAN PAJAK;

 INTEGRASI EKONOMI PENUH (TOTAL ECONOMIC

INTEGRATIONS) : TELAH MEMILIKI KEBIJAKAN-KEBIJAKAN EKONOMI YANG SERAGAM

37

ORG. EKIN : BANK DUNIA

 IBRD : THE INT’L BANK FOR RECONSTRUCTION &

DEVELOPMENT

 DIBENTUK SAAT KONFERENSI BRETTON WOODS, JULI 1944

BERSAMA-SAMA IMF

 TERGABUNG DALAM THE WORLD BANK GROUP BERSAMA

THE INT’L DEVELOPMENT ASSOCIATION (IDA), THE INT’L FINANCE CORPORATION (IFC), DAN INT’L CENTER FOR SETTLEMENT OF INVESTMENT DISPUTES (ICSID)

 1947 RESMI SEBAGAI BADAN KHUSUS PBB & BERMARKAS DI

38

ORG. EKIN : BANK DUNIA

 TUJUAN : (PS. 1 ARTICLE OF AGREEMENT)

 MEMBANTU PEMBANGUNAN NEGARA-NEGARA ANGGOTA;  MEMAJUKAN PENANAMAN MODAL ASING;

 MEMBERIKAN BANTUAN PINJAMAN KEUANGAN UNTUK

TUJUAN-TUJUAN PRODUKTIF;

 MEMAJUKAN PERTUMBUHAN PERDAGANGAN INT’L &

MEMELIHARA NERACA PEMBAYARAN;

 MENGELOLA PINJAMAN UNTUK PROYEK-PROYEK YANG

BERMANFAAT DAN MENDESAK;

 MELAKUKAN KEGIATAN LAINNYA DGN MEMPERHATIKAN

AKIBAT-AKIBAT PENANAMAN MODAL INT’L PADA KONDISI BISNIS DI WILAYAH NEGARA ANGGOTANYA

39

ORG. EKIN : BANK DUNIA

 KEANGGOTAAN :

 HANYA NEGARA ANGGOTA IMF

 SETIAP ANGGOTA MEMILIKI 250 SUARA DITAMBAH 1 SUARA

TAMBAHAN UNTUK SETIAP SAHAM SENILAI US $ 100.000

 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PEMILIHAN SUARA,

UMUMNYA DENGAN SUARA MAYORITAS

 STRUKTUR ORGANISASI : BORAD OF GOVERNORS;

40

ORG. EKIN : BANK DUNIA

 HAK-HAK ISTIMEWA & KEKEBALAN :

 MEMILIKI PERSONALITAS HUKUM PENUH (KHUSUSNYA DAPAT

MEMBUAT PERJANJIAN, MEMILIKI HARTA KEKAYAAN, DAN DAPAT MENGAJUKAN TUNTUTAN HUKUM)

 SBLM ADA PUTUSAN FINAL PENGADILAN, HARTA KEKAYAAN

KEBAL THD SEMUA BENTUK SITA ATAU EKSEKUSI, PEMERIKSAAN, SERTA PENGENAAN PAJAK & BEA LAINNYA

 ARSIP-ARSIPNYA TIDAK DAPAT DIGANGGU GUGAT

 BADAN-BADANYA TDK TUNDUK KPD PROSES HUKUM SUATU

41

ORG. EKIN : IMF

 TUJUAN UTAMA : UNTUK MENCEGAH TERULANGNYA KRISIS

MONETER PADA TAHUN 1930-AN

 FUNGSI & KEGIATAN :

 MENETAPKAN SUATU KERANGKA BAGI SISTEM PEMBAYARAN

MULTILATERAL DAN SUATU MEKANISME UNTUK MENCEGAH FLUKTUASI NILAI TUKAR MATA UANG

 MEMBERIKAN PINJAMAN JANGKA PENDEK & MENENGAH KPD

NEGARA YG MEMBUTUHKAN

 MEMBANGUN & MENGEMBANGKAN ATURAN-ATURAN BAGI

NEGARA-NEGARA MENGENAI MONETER INT’L

 SEBAGAI FORUM DISKUSI & PENYELESAIAN SOAL-SOAL

42

ORG. EKIN : IMF

 KEANGGOTAAN :

 ANGGOTA HRS NEGARA

 MAMPU MELAKSANAKAN HUBUNGAN LUAR NEGERI

 MAMPU SERTA BERKEHENDAK MELAKSANAKAN KEWAJIBAN

43

ORG. EKIN : IMF

 PEMUNGUTAN SUARA :

 SETIAP ANGGOTA MEMILIKI 250 SUARA

 TAMBAHAN 1 SUARA UNTUK SETIAP SAHAM SENILAI US$ 100.000  KEPUTUSAN DENGAN MAYORITAS SEDERHANA (1/2 + 1), UNTUK

MASALAH YG PENTING DISYARATKAN 85%

 STRUKTUR ORGANISASI : i. BOARDS OF GOVERNORS; ii.

44

ORG. EKIN : ICSID

 DIBENTUK OLEH BANK DUNIA DGN KONVENSI ICSID

(CONVENTION ON THE SETTLEMENT OF INVESTMENT DISPUTE BETWEEN STATE AND NATIONALS OF OTHER STATES) / KONVENSI WASHINGTON / KONVENSI BANK DUNIA 1965

 AKIBAT TAHUN 1950-60-AN BANYAK NEGARA BERKEMBANG

45

ORG. EKIN : ICSID

 TUJUAN UTAMA :

 MENJEMBATANI JURANG ATAU MENGISI KEKOSONGAN UPAYA

HUKUM DLM MENYELESAIKAN KASUS-KASUS PENANAMAN MODAL DGN MEKANISME KHUSUS : ARBITRASE ATAU KONSILIASI

 MENDORONG & MELINDUNGI ARUS MODAL DARI NEGARA MAJU

KE NEGARA KETIGA

 WEWENANG BADAN INI KHUSUS & TERBATAS PADA

PENANAMAN MODAL SAJA YANG SALAH SATU PIHAKNYA ADALAH NEGARA PENERIMA PENANAMAN MODAL

46

ORG. EKIN : ICSID

 KEANGGOTAAN :

 NEGARA ANGGOTA BANK DUNIA; ATAU

 NEGARA ANGGOTA STATUTA MAHKAMAH INT’L

 STRUKTUR ORGANISASI :

 DIKELOLA OLEH ADMINISTRATIVE COUNCIL; SETIAP NEGARA

PESERTA MEMILIKI SEORANG WAKIL & SATU SUARA; DIKETUAI OLEH PRESIDEN BANK DUNIA

 SECRETARY GENERAL; YANG BERFUNGSI SBG REGISTRAR

47

ORG. EKIN : ICSID

 KARAKTERISTIK ICSID DIBANDING DGN LEMBAGA ARBITRASE

LAINNYA :

 MRP ORGANISASI INT’L YG DIBENTUK OLEH KONVENSI

WASHINGTON & BERLAKU 14 OKTOBER 1966

 TERKAIT / TERAFILIASI DGN BANK DUNIA --> SUBSIDI DARI BANK

DUNIA SHG BIAYA RELATIF LBH MURAH; MELAKSANAKAN TUJUAN BANK DUNIA

 MRP. PERANGKAT / MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA YG

BERDIRI SENDIRI, TERLEPAS DARI SISTEM-SISTEM HUKUM NASIONAL SUATU NEGARA TERTENTU (PERSIDANGAN DILAKUKAN DLM KONTEKS HUKUM INT’L MNRT REGULATIONS AND RULES ICSID TERSENDIRI)

 MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA KEPENTINGAN NEGARA

48

ORG. EKIN : WTO

 AWALNYA ITO (DAN GATT) MELALUI PIAGAM HAVANA NAMUN

TIDAK JADI BERDIRI KARENA AS MENOLAK MENANDATANGANI

 DASAR PEMIKIRAN GATT ADALAH SUATU KESEPAKATAN

YANG MEMUAT HASIL-HASIL NEGOSIASI TARIF & KLAUSUL-KLAUSUL PERLINDUNGAN (PROTEKTIF) GUNA MENGATUR KOMITMEN TARIF; SEHINGGA DIRANCANG SEBAGAI PERSETUJUAN TAMBAHAN YANG POSISINYA DIBAWAH ITO

 AWALNYA GATT TDK DIRANCANG UTK MENJADI SUATU

ORGANISASI; NAMUN KRN ITO GAGAL, NEGARA-NEGARA MEMBUAT SUATU PROTOCOL OF PROVISIONAL APPLICATION (PPA) UNTUK MEMBERLAKUKAN GATT

49

ORG. EKIN : WTO

 MEI 1990 CANADA MENGUSULKAN PENDIRIAN MULTILATERAL

TRADE ORGANIZATION, 1994 DI MAROKO DISETUJUI MENJADI WTO (PUTARAN URUGUAY)

 TUJUAN POKOKNYA (=TUJUAN GATT) :

 MENINGKATKAN STANDAR HIDUP & PENDAPATAN,  MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA YANG LUAS

 MEMPERLUAS PRODUKSI DAN PERDAGANGAN

50

ORG. EKIN : WTO

 KEGIATAN :

 MEMPERKENALKAN PEMIKIRAN “PEMBANGUNAN

BERKELANJUTAN” (SUSTAINABLE DEVELOPMENT) DALAM MEMANFAATKAN SUMBER KEKAYAAN DUNIA DAN KEBUTUHAN UNTUK MELINDUNGI SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN YANG SESUAI DENGAN TINGKAT-TINGKAT PEMBANGUNAN EKONOMI YANG BERBEDA-BEDA;

 MENGAKUI ADANYA UPAYA-UPAYA POSITIF GUNA MENDAPAT

KEPASTIAN BAHWA NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG & KHUSUSNYA NEGARA-NEGARA KURANG BERUNTUNG MENDAPATKAN BAGIAN PERKEMBANGAN YANG LEBIH BAIK DALAM PERDAGANGAN INT’L

51

ORG. EKIN : WTO

 PIAGAM WTO MEMUAT ATURAN-ATURAN KELEMBAGAAN

BESERTA 4 LAMPIRAN (ANNEX) PENTING

 ANNEX 1 MEMUAT PERSETUJUAN-PERSETUJUAN

MULTILATERAL YANG TERDIRI DARI HASIL-HASIL PERUNDINGAN URUGUAY YANG SEMUANYA BERSIFAT “MEMAKSA”

 ANNEX 1A : GATT 1994 (KETENTUAN GATT 1947 + REVISI)

 ANNEX 1B : GATS, GENERAL AGREEMENT ON TRADE IN

SERVICES

 ANNEX 1C : GENERAL AGREEMENT ON TRADE RELATED

52

ORG. EKIN : WTO

 ANNEX 2 : KETENTUAN & PROSEDUR PENYELESAIAN

SENGKETA

 ANNEX 3 : PEMBENTUKAN TRADE POLICY REVIEW

MECHANISM

 ANNEX 4 : PERJANJIAN YANG SIFATNYA OPSIONAL; TTG

GOVERNMENT PROCUREMENT (PENGADAAN BARANG-BARANG PEMERINTAH); TRADE IN CIVIL AIRCRAFT

(PERDAGANGAN PESAWAT UDARA SIPIL); BOVINE MEAT

53

ORG. EKIN : WTO

 KEANGGOTAAN :

 ANGGOTA GATT DGN ISTILAH “CONTRACTING PARTIES”

BUKAN “MEMBER”

 PROSEDUR MENJADI CONTRACTING PARTIES :

(I) PROSEDUR NORMAL DGN PERSETUJUAN 2/3 MAYORITAS

SUARA DARI SELURUH ANGGOTA;

(II) SPONSORSHIP VIDE PS. XXVI : 5 (C) KHUSUS BAGI NEGARA

YANG BARU MERDEKA & SEBELUM MERDEKA BERADA DIBAWAH KEKUASAAN SUATU NEGARA ANGGOTA GATT (INDONESIA NEGAR PERTAMA YANG MENGGUNAKAN CARA INI TAHUN 1950)

54

ORG. EKIN : WTO

 STRUKTUR ORGANISASI :

 MINISTERIAL CONFERENCE

 GENERAL SECRETARY

 GENERAL COUNCIL : SERVICES; GOODS; TRIPs  DISPUTE SETTLEMENT BODY

55

ORG. EKIN : WTO

 PEMBUATAN KEPUTUSAN :

 KONSENSUS; JIKA TDK BERHASIL

 SUARA MAYORITAS (ONE STATE ONE VOICE)

 MSLH PENAFSIRAN PIAGAM WTO : 3/4 SUARA DARI SELURUH

ANGGOTA

 MSLH WAIVER ATAS SUATU KEWAJIBAN SUATU NEGARA

ANGGOTA : HRS KONSENSUS; JIKA TDK BERHASIL, DITEMPUH 3/4 SUARA DARI SELURUH ANGGOTA

56

SUMBER-SUMBER HEI

 SEBAGAI BAGIAN DARI HI PUBLIK, MAKA SUMBER-SUMBER HI

PUBLIK JUGA BERLAKU DLM HEI

 SUMBER-SUMBER HI PUBLIK VIDE PS. 38 AYAT (1) STATUTA

MAHKAMAH INT’L :

 KONVENSI-KONVENSI INT’L  HUKUM KEBIASAAN INT’L

 PRINSIP-PRINSIP HUKUM UMUM  YURISPRUDENSI & DOKTRIN

57

SUMBER-SUMBER HEI

 SUMBER-SUMBER HEI = SUMBER-SUMBER HI PUBLIK +

PENDATANG HUKUM BARU (SECONDARY LAW)

 SECONDARY LAW = PRODUK-PRODUK HUKUM YANG

DIBENTUK OLEH ORGAN-ORGAN ATAU BADAN-BADAN ORGANISASI INT’L, BERUPA :

 RESOLUSI-RESOLUSI (RESOLUTIONS)  KEPUTUSAN-KEPUTUSAN (DECISIONS)

58

RESOLUTIONS

 SUMBER HUKUM YANG PENTING GUNA MENETAPKAN &

MENGIKAT ANGGOTA-ANGGOTA ORGANISASI INT’L :

 MENAFSIRKAN INSTRUMEN HUKUM ORGANISASI YBS

 MENGUBAH KEPUTUSAN-KEPUTUSAN & ANGGARAN DASAR

ORGANISASI YBS

 PERKEMBANGANNYA : MENGAKOMODASI PENDAPAT

59

RESOLUTIONS

 KELEMAHAN :

 WAKTU PERUMUSAN YANG LAMA

 UMUMNYA BUKAN MERUPAKAN HASIL PENGKAJIAN YANG

DETAIL & ILMIAH

 DILATARBELAKANGI OLEH FAKTOR-FAKTOR YANG SEMATA-MATA

POLITIS & SENSITIF

 HANYA BERSIFAT ANJURAN SEMATA (EX : RESOLUSI MAJELIS

60

DECISIONS

 CARA YANG PALING BANYAK DIGUNAKAN OLEH ORGANISASI

INT’L DALAM MEMBUAT ATURAN-ATURAN DASARNYA

 PADA POKOKNYA HANYA BERLAKU & MENGIKAT KE DALAM;

DLM BEBERAPA HAL BERLAKU KELUAR

 CARA PENGAMBILAN KEPUTUSAN :

 MAYORITAS KHUSUS

 MAYORITAS SEDERHANA

61

DECISIONS

 EX : OECD (ORGANIZATION FOR ECONOMIC COOPERATION

AND DEVELOPMENT)

 PS. 5 TENTANG KEWENANGAN UNTUK MENGELUARKAN

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN

 PS. 6 TENTANG KONSENSUS SEBAGAI CARA PENGAMBILAN

KEPUTUSAN

 TAHUN 1977 KEPUTUSAN YANG MEMBATASI IMPOR MINYAK

MENTAH HINGGA BATAS 26 JUTA BAREL PER HARI S.D. TAHUN 1985 - SEC. TDK LANGSUNG BERLAKU KELUAR, BAGI NEGARA-NEGARA PENGEKSPOR MINYAK

62

CODES OF CONDUCT

 ISTILAH ‘CODE’ DIGUNAKAN UNTUK MENUNJUKKAN SUATU

INSTRUMEN TERTULIS YANG MEMUAT SUATU KODIFIKASI PRINSIP-PRINSIP & ATURAN-ATURAN HUKUM SECARA SISTEMATIS

 MULAI DIGUNAKAN TAHUN 1970-AN, UNTUK MENUNJUK

KEPADA SUATU PERANGKAT ATURAN BAGI HUBUNGAN-HUBUNGAN BISNIS TRANSNASIONAL YANG DIBENTUK BUKAN SAJA OLEH NEGARA, ORGANISASI ANTARPEMERINTAH, TETAPI JUGA OLEH PERUSAHAAN-PERUSAHAAN SWASTA

(COMPANY CODE)

63

CODES OF CONDUCT

 UMUMNYA DIGUNAKAN OLEH ORGANISASI INT’L YG

KHUSUSNYA TDK BEGITU MEMILIKI KELEMBAGAAN YG KUAT & KETENTUAN-KETENTUAN YG LENGKAP GUNA MENCAPAI TUJUAN-TUJUAN ORGANISASI

 PEMBENTUKANNYA MEMERLUKAN WAKTU YG LAMA KARENA

DIAWALI DENGAN PENELITIAN, KONSULTASI, NEGOSIASI DAN BERUPAYA MENCARI KOMPROMI DARI BERBAGAI PENDAPAT DARI NEGARA-NEGARA PESERTA

 KEKUATAN MENGIKATNYA :

 SUKARELA (VOLUNTARY)

64

PIAGAM HAK-HAK & KEWAJIBAN EKONOMI NEGARA-NEGARA

 RESOLUSI MAJELIS UMUM PBB NO. 3281 (XXIX) TANGGAL 12

DESEMBER 1974

 PERTAMA KALI DIUSULKAN OLEH PRESIDEN MEXICO LUIS

ECHEVERRIA ALVAREZ TAHUN 1971; DIUPAYAKAN OLEH NSB + UNCTAD

 NSB BERPENDAPAT BAHWA PIAGAM INI MERUPAKAN

DOKUMEN TERPENTING KEDUA SETELAH PIAGAM PBB, KARENA DALAM PIAGAM PBB SENDIRI TIDAK DIATUR SECARA KHUSUS TENTANG HAK-HAK & KEWAJIBAN NEGARA-NEGARA DI BIDANG EKONOMI

 120 NEGARA SETUJU; 6 MENOLAK (BELGIA, DENMARK,

65

MUKADIMAH

 TERDIRI DARI 13 AYAT ATAU PARAGRAF

 PAR 3 : MEMPERTEGAS TUJUAN DIBENTUKNYA PBB

 PAR 4 : TUJUAN FUNDAMENTAL PIAGAM INI : MEMAJUKAN

PEMBENTUKAN TATA EKONOMI INT’L BARU YANG DIDASARKAN PADA KEADILAN, PERSAMAAN KEDAULATAN, KETIDAK TERGANTUNGAN, KEPENTINGAN BERSAMA DAN KERJASAMA DIANTARA NEGARA-NEGARA TANPA MELIHAT SISTEM EKONOMI DAN SOSIALNYA

66

MUKADIMAH

 UNTUK MEMAJUKAN PEMBENTUKAN TATA EKONOMI INT’L

BARU INI, DIRASA PERLU TERBENTUKNYA KONDISI-KONDISI SEPERTI :

 MENCIPTAKAN KEMAKMURAN YANG LEBIH LUAS DIANTARA

SEMUA NEGARA DAN STANDAR HIDUP YANG LEBIH TINGGI BAGI SEMUA BANGSA;

 MEMAJUKAN EKONOMI DAN SOSIAL SEMUA BANGSA,

KHUSUSNYA NEGARA SEDANG BERKEMBANG OLEH SEGENAP MASYARAKAT INT’L, MEMAJUKAN KERJASAMA ATAS DASAR KEUNTUNGAN DAN MANFAAT TIMBAL BALIK BAGI SEMUA NEGARA PECINTA DAMAI YANG BERSEDIA MELAKSANAKAN KETENTUAN PIAGAM DI BIDANG EKONOMI, PERDAGANGAN, ILMU PENGETAHUAN & TEKNIK TANPA MEMANDANG SISTEM POLITIK, EKONOMI ATAU SOSIAL;

67

MUKADIMAH

 MENANGGULANGI RINTANGAN-RINTANGAN UTAMA BAGI

PEMBANGUNAN EKONOMI NEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG;

 MEMAJUKAN PERKEMBANGAN EKONOMI NEGARA-NEGARA

SEDANG BERKEMBANG UNTUK MENGURANGI JURANG PEMISAH ANTARA NEGARA SEDANG BERKEMBANG DENGAN NEGARA MAJU; DAN

68

MUKADIMAH

 PAR 7 : TEKAD NEGARA-NEGARA UNTUK MEMAJUKAN

KEAMANAN EKONOMI KOLEKTIF UNTUK PEMBANGUNAN, KHUSUSNYA NEGARA SEDANG BERKEMBANG, DENGAN MENGHORMATI PERSAMAAN KEDAULATAN SETIAP NEGARA MELALUI KERJASAMA MASYARAKAT INT’L KESELURUHANNYA

 PARAGRAF YANG KONTROVERSIAL MENURUT

NEGARA-NEGARA MAJU ADALAH PARAGRAF 4 & 7 --> MENGUNDANG REAKSI NEGATIF & ABSTAIN

69

15 PRINSIP DASAR HUB. EKIN

 KEDAULATAN, INTEGRITAS WILAYAH & KEMERDEKAAN POLITIK

NEGARA-NEGARA

 PERSAMAAN KEDAULATAN SEMUA NEGARA

 NON-AGRESI

 NON-INTERVENSI

 SALING MEMBERI MANFAAT & ADIL

 KOEKSISTENSI DAMAI

 HAK-HAK SAMA DAN PENENTUAN NASIB SENDIRI BAGI RAKYAT

70

15 PRINSIP DASAR HUB. EKIN

 MEMPERBAIKI KETIDAKADILAN YANG DIAKIBATKAN OLEH SUATU

NEGARA

 MELAKSANAKAN KEWAJIBAN-KEWAJIBAN INTERNASIONAL DENGAN

ITIKAD BAIK

 MENGHORMATI HAK ASASI MANUSIA DAN KEBEBASAN-KEBEBASAN

FUNDAMENTAL

 TIDAK MENCARI HEGEMONI DAN PENGARUH KEKUASAAN

 MEMAJUKAN KEADILAN SOSIAL INT’L

 KERJASAMA INT’L UNTUK PEMBANGUNAN

 AKSES BEBAS KE DAN DARI LAUT OLEH NEGARA-NEGARA YANG

DIKELILINGI OLEH DARAT DALAM RUANG LINGKUP PRINSIP-PRINSIP DI ATAS

71

HAK-HAK & KEWAJIBAN EKONOMI

 KEDAULATAN & PENANAMAN MODAL ASING (PS. 1, 2, 7 & 16)

SERTA HARTA KEKAYAAN YANG DIKELOLA BERSAMA (PS. 3)

 ATURAN-ATURAN PERDAGANGAN INT’L (PS. 4 - 6, 14, 18, 20-22

& 26 - 28)

 PERLAKUAN PREFERENSIAL TERHADAP NEGARA-NEGARA

KURANG MAJU (PS. 18 - 19, 21, 25 & 26)

 ORGANISASI INT’L (PS. 10 & 11)

 KELOMPOK-KELOMPOK (ORGANISASI) EKONOMI REGIONAL

72

HAK-HAK & KEWAJIBAN EKONOMI

 ALIH TEKNOLOGI (PS. 13)

 KEWAJIBAN-KEWAJIBAN UMUM UNTUK MEMAJUKAN

PEMBANGUNAN DAN KERJASAMA EKONOMI (PS. 7 – 9, 11 & 17)

73

KEDAULATAN & PMA

SERTA

SHARED RESOURCES

 PS. 2 : ADALAH HAK SETIAP NEGARA UNTUK DENGAN BEBAS

MELAKSANAKAN KEDAULATAN PERMANEN PENUH..ATAS SEMUA KEKAYAAN, KEKAYAAN ALAM, DAN KEGIATAN-KEGIATAN EKONOMINYA

 PS. 3 : DALAM MENGEKSPLOITASI KEKAYAAN ALAM OLEH 2

ATAU LEBIH NEGARA, MASING-MASING NEGARA HARUS BEKERJASAMA ATAS DASAR SUATU SISTEM INFORMASI & BERKONSULTASI SEBELUMNYA UNTUK MENCAPAI PEMANFAATAN OPTIMAL TANPA MERUGIKAN KEPENTINGAN SAH NEGARA LAINNYA

74

KEDAULATAN & PMA

SERTA

SHARED RESOURCES

 PS. 2 : 2A : NEGARA BERKEWAJIBAN UNTUK TIDAK

MEMBERIKAN PERLAKUKAN KHUSUS KEPADA PMA

 PS. 2 : 2B : PERUSAHAAN TRANSNASIONAL BERKEWAJIBAN

UNTUK TIDAK MENCAMPURI URUSAN-URUSAN DALAM NEGERI SUATU NEGARA

 PS. 2 : 2C : JIKA TIMBUL SENGKETA TTG GANTI RUGI. MSLH

TSB HRS DISELESAIKAN BERDASARKAN HUKUM NASIONAL & DIADILI OLEH PENGADILAN HOST STATE, KECUALI DITENTUKAN LAIN  DITENTANG OLEH NEG MAJU

75

TEORI GANTI RUGI DALAM NASIONALISASI

 TEORI GIRVAN : SUATU NEGARA YANG MENASIONALISASI

DAPAT MENUNTUT BALIK UNTUK MEMINTA GANTI RUGI KARENA AKIBAT-AKIBAT PENDERITAAN YANG DIDERITANYA SEWAKTU MASA PENJAJAHAN YANG DILAKUKAN OLEH NEGARA LAIN

 TEORI ALLENDE : SUATU NEGARA BERHAK MENDAPATKAN

PENGURANGAN GANTI RUGI ATAS TINDAKAN NASIONALISASI THD PERUSAHAAN ASING YANG TELAH MEMPEROLEH KEUNTUNGAN YANG BERLEBIHAN

76

ATURAN-ATURAN PERDAGANGAN INT’L

 PS. 4 : HAK SETIAP NEGARA UNTUK MELAKUKAN

PERDAGANGAN INT’L & BENTUK-BENTUK LAIN KERJASAMA EKONOMI TANPA MEMANDANG PERBEDAAN SISTEM POLITIK, EKONOMI & SOSIAL  KEWAJIBAN NON-DISKRIMINASI

BDSRK PERBEDAAN SISTEM POLEKSOS

 PS. 14 : KEWAJIBAN SETIAP NEGARA UNTUK BEKERJASAMA

DALAM MEMAJUKAN PERLUASAN & LIBERALISASI PERDAGANGAN DUNIA & MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN & STANDAR KEHIDUPAN RAKYATNYA, KHUSUSNYA BAGI NSB

 PS. 18 : NEGARA MAJU HARUS MEMBERIKAN PERLAKUAN,

PERLUASAN & PENINGKATAN SISTEM TARIF PREFERENSIAL YANG SIFATNYA TIDAK TIMBAL BALIK (PAMRIH) & NON DISKRIMINATIF KPD NSB

77

ATURAN-ATURAN PERDAGANGAN INT’L

 PS. 18 : NEGARA MAJU HARUS BERUSAHA MENGHINDARI

TINDAKAN-TINDAKAN YANG BERAKIBAT NEGATIF TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI NASIONAL NSB

 PS. 20 : NSB DALAM HUB DAGANG DGN NEG. SOSIALIS

HARUS MEMBERIKAN PERHATIAN UNTUK MEMPERLUAS PERDAGANGAN DGN MEMBERIKAN SYARAT-SYARAT PERDAGANGAN YANG TIDAK KURANG MENGUNTUNGKAN DRPD SYARAT YG DIBERIKAN KPD NEGARA MAJU

 PS. 21 : NSB HRS BERUSAHA MEMBERIKAN PREFERENSI

PERDAGANGAN KPD NSB LAINNYA TANPA HRS MEMBERIKAN PREFERENSI TSB KPD NEGARA MAJU, ASALKAN USAHA-USAHA TSB TDK MENGHALANGI LIBERALISASI & PERLUASAN PERDAGANGAN UMUM

78

ATURAN-ATURAN PERDAGANGAN INT’L

 PS. 26 : PENERAPAN PRINSIP MFN DLM HUBUNGAN EKONOMI

NEGARA-NEGARA YANG SELEVEL; SEDANGKAN PRINSIP

PREFERENTIAL NON-RECIPROCAL TREATMENT MERUPAKAN BENTUK KHUSUS, YG HRS DITERAPKAN DALAM HUBUNGAN YANG TIDAK SELEVEL (MAJU – NSB; NSB – MISKIN)

 PS. 28 : KEWAJIBAN UNTUK BEKERJASAMA DALAM MENCAPAI

PENYESUAIAN HARGA EKSPOR NSB DALAM KAITANNYA DGN HARGA IMPOR MEREKA  PERDAGANGAN YANG ADIL BAGI

79

PREFERENSI BAGI NSB

 PS. 19 : PENEGASAN KEMBALI PERLUNYA PEMBERIAN

PREFERENSI TANPA PAMRIH (NON-RECIPROCAL) & NON-DISKRIMINASI OLEH NEGARA MAJU KPD NSB UNTUK MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI NSB & MEMPERKECIL JURANG PEMISAH ANTARA NEGARA MAJU DGN NSB

 PS. 25 : NEGARA MAJU HARUS MEMPERHATIKAN

KEBUTUHAN-KEBUTUHAN & MASALAH-MASALAH KHUSUS NEGARA MISKIN DIANTARA NSB & NEGARA KEPULAUAN SEDANG BERKEMBANG DGN TUUAN MEMBANTU MENANGGULANGI KESULITAN KHUSUS TSB

 TAHUN 1988 NSB MENGELUARKAN GLOBAS SYSTEM OF

80

ORGANISASI INT’L

 PS. 10 : SEMUA NEGARA SECARA HUKUM MEMILIKI

KEDUDUKAN YG SAMA SBG ANGGOTA MSY INT’L, SHG MEMILIKI HAK YANG SAMA DALAM PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH-MASALAH EKONOMI, KEUANGAN & MONETER DUNIA MELALUI, ANTARA LAIN, ORGANISASI INT’L

 PS. 11 : KEWAJIBAN NEGARA UNTUK BEKERJASAMA GUNA

MEMPERKUAT & MENINGKATKAN EFISIENSI ORGNAISASI INT’L

81

KELOMPOK-KELOMPOK

(ORGANISASI) EKONOMI REGIONAL

 PS. 12 : NEGARA-NEGARA MEMILIKI HAK UNTUK BERGABUNG

DALAM KELOMPOK-KELOMPOK KERJASAMA SUBREGIONAL, REGIONAL & INTERREGIONAL DALAM UPAYA MENGEJAR PEMBANGUNAN EKONOMI & SOSIALNYA  KEWAJIBAN

UNTUK TIDAK MEMBUAT KEBIJAKAN EKONOMI YANG MERUGIKAN KEPENTINGAN NEGARA LAIN ATAU MSY INT’L, KHUSUSNYA NSB

82

ALIH TEKNOLOGI

 PS. 13.1 : SETIAP NEGARA MEMILIKI HAK UNTUK MENDAPAT

MANFAAT DARI KEMAJUAN & PERKEMBANGAN IPTEK UNTUK MENINGKATKAN PEMBANGUNAN SOSIAL & EKONOMINYA 

KEWAJIBAN MEMAJUKAN KERJASAMA IPTEK ANTAR NEGARA & ALIH TEKNOLOGI

 PS. 13.2 : SEMUA NEGARA HRS MEMBERIKAN KESEMPATAN

BAGI NSB KPD TEKNOLOGI & PEMBENTUKAN TEKNOLOGI DASAR UNTUK KEPENTINGAN EKONOMI & KEBUTUHAN-KEBUTUHAN NSB

83

ALIH TEKNOLOGI

 PS. 13.3 : NEGARA-NEGARA MAJU HRS BEKERJASAMA DGN

NSB DLM MEMBENTUK, MEMPERKUAT & MEMBANGUN INFRASTRUKTUR & PENELITIAN ILMU PENGETAHUAN GUNA MEMBANTU PERLUASAN & PENINGKATAN EKONOMI NSB

 SEMUA NEGARA HRS BEKERJASAMA DLM BIDANG

PENELITIAN GUNA MENGEMBANGKAN PEDOMAN-PEDOMAN ATAU PENGATURAN-PENGATURAN YANG DITERIMA SECARA INT’L UNTUK ALIH TEKNOLOGI, DGN MEMPERHATIKAN KEPENTINGAN-KEPENTINGAN NSB

84

KEWAJIBAN UMUM UNTUK MEMAJUKAN PEMBANGUNAN &

KERJASAMA EKONOMI

 PS. 7 : SETIAP NEGARA MEMILIKI TANGGUNG JAWAB UTAMA

UNTUK MEMAJUKAN PERTUMBUHAN EKONOMI, SOSIAL & BUDAYA RAKYATNYA

 KEWAJIABN INDIVIDU & KOLEKTIF UTK BEKERJASAMA DLM

MENGHAPUS RINTANGAN YG MENGHAMBAT MOBILISASI & PENGGUNAAN KEKAYAAN (ALAMNYA)

 SETIAP NEGARA MEMILIKI HAK & TANGGUNG JAWAB UTK

85

KEWAJIBAN UMUM UNTUK MEMAJUKAN PEMBANGUNAN &

KERJASAMA EKONOMI

 PS. 8 : SETIAP NEGARA HARUS :

 BEKERJASAMA DALAM MEMPERLANCAR HUBUNGAN EKIN YG

LBH RASIONAL & ADIL; DAN

 MENGGALAKKAN PERUBAHAN-PERUBAHAN STRUKTURAL

DALAM PEREKONOMIAN DUNIA YANG HARMONIS SESUAI DGN KEBUTUHAN & KEPENTINGAN SEMUA NEGARA, KHUSUSNYA NSB

 PS. 9 : SEMUA NEGARA MEMILIKI TANGGUNG JAWAB UNTUK

BEKERJASAMA DI DALAM LAPANGAN EKONOMI, SOSIAL & BUDAYA, IPTEK UNTUK MEMAJUKAN TINGKAT EKONOMI & SOSIAL DI SELURUH DUNIA, KHUSUSNYA NSB

86

PERLUCUTAN SENJATA

 PS. 15 : KEWAJIBAN NEGARA UNTUK MENCAPAI

PERLUCUTAN SENJATA YANG DILAKSANAKAN DI BAWAH PENGAWASAN INT’L GUNA KEPENTINGAN PEMBANGUNAN EKONOMI & SOSIAL NEGARA-NEGARA, KHUSUSNYA NSB

87

DEKOLONISASI

 PS. 16 : ADALAH HAK & KEWAJIBAN SEMUA NEGARA BAIK

SENDIRI-SENDIRI ATAU BERSAMA UNTUK MENGHAPUSKAN KOLONIALISME, APARTHEID, DISKRIMINASI RAS, NEO-KOLONIALISME, & SEMUA BENTUK AGRESI, OKUPASI & DOMINASI EKONOMI

 PS. 16.1 : NEGARA-NEGARA YG MELAKUKAN

TINDAKAN-TINDAKAN DI ATAS BERTANGGUNG JAWAB SECARA EKONOMIS KPD PIHAK-PIHAK YANG DIRUGIKAN & HRS MEMBAYAR GANTI RUGI PENUH ATAS PENGEKSPLOITASIAN, PENGURANGAN & KERUSAKAN THD HARTA KEKAYAAN ALAM & KEKAYAAN LAINNYA

88

DEKOLONISASI

 PS. 16.1 : SEMUA NEGARA BERKEWAJIBAN UNTUK MEMBERI

BANTUAN KPD NEGARA YG DIRUGIKAN TSB

 PS. 16.2 : LARANG BAGI NEGARA-NEGARA UNTUK

MENANAMKAN MODALNYA KE NAGARA-NEGARA YANG DAPAT MENJADI RINTANGAN BAGI MERDEKANYA SUATU WILAYAH YANG DIDUDUKI DGN KEKERASAN

89

TGG JWB BERSAMA THD MSY INT’L

 PS. 29 : MENGAKUI & MENYATAKAN KONSEP WARISAN

BERSAMA UMAT MANUSIA THD DASAR LAUT & TANAH DI BAWAHNYA, DI LUAR WILAYAH YURISDIKSI NASIONAL 

PRINSIP HUKUM LAUT INT’L (PS. 136 KONVENSI HUKUM LAUT 1982)  RESOLUSI MU PBB NO. 2749 (XXV) TANGGAL 17

DESEMBER 1970

 PS. 30 : MENGATUR PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN &

PENEGAKAN LINGKUNGAN YANG DIAKUI SEBAGAI TANGGUNG JAWAB SEMUA NEGARA

90

KETENTUAN PENUTUP

 PS. 31 : TUGAS SEMUA NEGARA UNTUK MENYUMBANGKAN

PERLUASAN YANG BERIMBANG DARI EKONOMI DUNIA

 PS. 32 : TUGAS SEMUA NEGARA UNTUK MENAHAN DIRI DARI

PENGGUNAAN TEKANAN POLITIK & EKONOMI THD NEGARA LAIN

 PS. 33 : KETENTUAN PIAGAM ADALAH SALING BERKAITAN

SHG HARUS DITAFSIRKAN SESUAI DGN KONTEKS KETENTUAN-KETENTUAN LAINNYA; DALAM IMPLEMENTASI HRS DIGUNAKAN PERTIMBANGAN SISTEMATIS & KOMPREHENSIF

91

KELEMAHAN-KELEMAHAN PIAGAM

 KEPENTINGAN NSB LEBIH DOMINAN _ TDK MEMENUHI

PRINSIP INTEREST REALIZATION (KEPENTINGAN INT’L)

 TDK MEMUAT KETENTUAN TTG KELEMBAGAAN & PROSEDUR

PENYELESAIAN SENGKETA

 RUANG LINGKUPNYA TERBATAS HANYA PADA HAK &

KEWAJIBAN NEGARA, KURANG MENGATUR TTG HAK & KEWAJIBAN PERUSAHAAN & INDIVIDU

92

KELEMAHAN-KELEMAHAN PIAGAM

 KETENTUAN TTG NASIONALISASI BERDAMPAK NEGATIF :

 KONTRADIKTIF DGN ATURAN HI SEBELUMNYA (HRS ADA GANTI

RUGI + FORMULA CORDEL HULL)

 SECARA IMPLISIT MENGHILANGKAN KEBERADAAN & PERANAN

ORGANISASI INT’L , EX : ICSID

 KEKUATAN MENGIKAT :

 NEGARA MAJU : SOFT LAW (ANJURAN YG TDK MENGIKAT)  NSB : HARD LAW (MENGIKAT)

93

PENYELESAIAN SENGKETA INT’L

 PENGERTIAN SENGKETA MNRT MAHKAMAH INT’L PERMANEN

DALAM KASUS MAVROMMATIS PALESTINE CONCESSIONS MELIPUTI 3 ASPEK :

 TIDAKADANYA KESEPAKATAN MENGENAI MASALAH FAKTA;  TIDAKADANYA KESEPAKATAN MENGENAI MASALAH HUKUM;  TIDAKADANYA KESEPAKATAN MENGENAI KEPENTINGAN;

 PENGATURAN SECARA KHUSUS DI BIDANG EKONOMI

PERTAMA KALI DILAKUKAN LBB TAHUN 1930 DGN MEMBUAT SUATU ATURAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI ANTAR NEGARA YG DISAHKAN DEWAN LBB PADA 28 JANUARI 1932

94

KLASIFIKASI PSI

1. - PENYELESAIAN SENGKETA SECARA DIPLOMATIK :

DIPERLUKAN PERSETUJUAN PARA PIHAK MENGENAI SYARAT-SYARAT ATAU PERATURAN PENYELESAIAN

SENGKETA (EX : NEGOSIASI, PENYELIDIKAN, MEDIASI, KONSILIASI)

- PENYELESAIAN SENGKETA SECARA HUKUM : PARA PIHAK SUDAH MELEPASKAN PENGAWASANNYA THD BEBERAPA PROSEDUR HUKUM ACARA PENYELESAIANNYA (EX : PENGADILAN & ARBITRASE)

* INTI PERBEDAAN : PENGAWASAN THD PROSEDUR & HASIL

2. - PENYELESAIAN LANGSUNG OLEH PARA PIHAK

95

METODE PSI

 MNRT PS. 33 AYAT (1) PIAGAM PBB :

1. NEGOSIASI;

2. PENYELIDIKAN (FACT FINDING OR INQUIRY); 3. MEDIASI;

4. KONSILIASI; 5. ARBITRASE; 6. PENGADILAN;

7. BADAN-BADAN REGIONAL; 8. CARA-CARA DAMAI LAINNYA

96

METODE PENYELESAIAN

SENGKETA

AJUDIKASI NON AJUDIKASI

ADR

LITIGASI NON LITIGASI

NEGOSIASI MEDIASI KONSILIASI

ETC

ARBITRASE PENGADILAN

97

NEGOSIASI

 CARA YANG PALING DASAR & PALING TUA & PALING

PENTING;  ANTARA 2 PIHAK YG BERSENGKETA, TANPA ADA

CAMPUR TANGAN PIHAK KETIGA

 PARA PIHAK DAPAT MENGAWASI PROSEDUR PENYELESAIAN

SENGKETANYA DAN SETIAP PENYELESAIANNYA DIDASARKAN PADA KESEPAKATAN PARA PIHAK

 DAPAT DIGUNAKAN UNTUK MENYELESAIKAN SETIAP

BENTUK SENGKETA, BAIK EKONOMI, POLITIK, HUKUM, WILAYAH, KELUARGA, SUKU, DLL

 DPT DIGUNAKAN MESKI PARA PIHAK TLH MENYERAHKAN

98

KELEMAHAN NEGOSIASI

 TDK EFEKTIF DLM HAL KEDUDUKAN PARA PIHAK TIDAK

SEIMBANG

 PROSESNYA RELATIF LAMBAT & MEMAKAN WAKTU YANG

LAMA (TDK ADA BATAS WAKTU DLM PROSES INI)

 DAPAT TERJADI JALAN BUNTU JIKA SALAH SATU PIHAK

99

PROSEDUR NEGOSIASI

 KONSULTASI : SENGKETA BELUM ADA

100

PENYELIDIKAN

 DIGUNAKAN DALAM HAL KONFLIK MENGENAI FAKTA

 DITEMPUH JIKA CARA-CARA KONSULTASI & NEGOSIASI

GAGAL

 MELIBATKAN PIHAK KETIGA YANG BERTUGAS

MENGUNGKAPKAN FAKTA & BUKAN MERUPAKAN KEPUTUSAN SEHINGGA TDK MENGIKAT PARA PIHAK

102

MEDIASI

 PIHAK KETIGA (MEDIATOR) SECARA AKTIF MEMBERIKAN

USULAN-USULAN PENYELESAIAN (SECARA INFORMAL) BERDASARKAN INFORMASI YANG DIBERIKAN OLEH PARA PIHAK (BUKAN ATAS PENYELIDIKANNYA)

 FUNGSI UTAMA MEDIATOR : MENCARI BERBAGAI SOLUSI;

MENGIDENTIFIKASI HAL-HAL YANG DAPAT DISEPAKATI PARA PIHAK; SERTA MEMBUAT USULAN-USULAN YG DPT MENYELESAIKAN SENGKETA

103

KONSILIASI

 PIHAK KETIGA (KONSILIATOR) SECARA AKTIF MEMBERIKAN

USULAN-USULAN PENYELESAIAN (SECARA FORMAL) BERDASARKAN FAKTA YANG DIPEROLEH DALAM SIDANG TERTULIS & LISAN

 USUSLAN-USULAN PENYELESAIN SIFATNYA TDK MENGIKAT  BEDANYA DGN MEDIASI :

 USULAN PENYELESAIAN DIBUAT SECARA FORMAL  ADA TAHAPAN SIDANG : TERTULIS & LISAN

104

ARBITRASE

 PENYERAHAN SENGKETA SECARA SUKARELA KEPADA PIHAK

KETIGA YANG NETRAL SERTA PUTUSAN YANG DIKELUARKAN SIFATNYA FINAL & MENGIKAT

 METODE PENYERAHAN SENGKETA :

 ACTA COMPROMIS : SENGKETA SDH ADA

 CLAUSE COMPROMISSOIRE : BLM ADA SENGKETA

 KEUNTUNGAN :

 DITANGANI EXPERT DARI BERBAGAI BIDANG;  KERAHASIAAN TERJAGA;

105

ARBITRASE

 PEMILIHAN ARBITER : KESEPAKATAN PARA PIHAK

 STLH DITUNJUK, ARBITER MENETAPKAN TERM OF

REFERENCE ATAU “ATURAN MAIN” YANG HRS DISETUJUI PARA PIHAK YANG BERISI :

 POKOK MASALAH;

 KEWENANGAN (JURISDIKSI) ARBITER;

106

PENGADILAN INT’L

 ADA 2 KATEGORI : PERMANAN & AD HOC (KHUSUS)  PENGADILAN PERMANEN KURANG DIMINATI, KRN :

 KURANG ADANYA PENGHARGAAN THD FAKTA-FAKTA

SPESIFIK MENGENAI DUDUK PERKARA

 KURANGNYA KEAHLIAN DLM BIDANG HUKUM EKIN

 KADANGKALA JURISDIKSINYA TERBATAS HANYA PADA

107

PENGADILAN INT’L

 PENGADILAN INT’L AD HOC ATAU KHUSUS LEBIH POPULER,

TERUTAMA DALAM KERANGKA SUATU ORGANISASI EKIN, KRN :

 DITANGANI OLEH PARA AHLI DIBIDANGNYA

 SEBAGIAN BESAR NEGARA KURANG PERCAYA KPD SUATU

BADAN PERADILAN YANG DIANGGAP KURANG TEPAT UNTUK MENYELESAIKAN MASALAH DIBIDANG HUKUM EKONOMI INT’L