Bahan Presentasi Mendag 18 Agustus 2016 r2
1
“
MENJAGA MOMENTUM,
MENINGKATKAN KEPERCAYAAN
”
PAKET KEBIJAKAN EKONOMI (PKE)
DISAMPAIKAN OLEH :
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA KETUA KELOMPOK KERJA I
SATUAN TUGAS PERCEPATAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI JAKARTA, 18 AGUSTUS 2016
SATUAN TUGAS PERCEPATAN DAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI – POKJA 1
(2)
2
(3)
3
(4)
4
(awal 80-an) Resesi
Minyak Dunia
(97-98) Krisis
Moneter
(08) Krisis
Keuangan Global
Sumber: Penn World Tables: The Economist
REAL VALUE
THE LONG SLOW DOWN
(5)
5
CHINA
UNITED STATES
• MONETARY POLICY (NORMALIZED FED),
• RECOVERY SIGNAL ECONOMIC CONDITION
• PROBABILITY OF NEXT RECESSION
EUROPE
JAPAN
NEGATIVE INTEREST RATE POLICY
• UNCERTAIN MONETARY & FINANCIAL SECTOR
(DEVALUATION & INTERVENTION)
• WEAKENING ECONOMY PERFORMANCE
• POTENTIAL INSTABILITY DUE TO BREXIT OF EU
• IN GENERAL, ECONOMIC CONDITION IS STILL WEAK, IN PARTICULAR
GREECE
• NEGATIVE INTEREST RATE POLICY: GERMANY, DENMARK, SWISS
GLOBAL GROWTH PROJECTION
COMMODITY PRICE PROJECTION
IMF COMMODITY INDEX
IMF-WEO REVISED THE GLOBAL ECONOMIC GROWTH 2016 FLUCTUATIVE GLOBAL COMMODITY MARKET WITH WEAKENING TREND AND INCREASING PRESSURE TO GLOBAL AND DOMESTIC ECONOMY
GLOBAL ECONOMIC HEADWINDS
(6)
6
ISSUANCE OF ECONOMIC DEREGULATION PACKAGES IS TO COUNTER
THE SLOWING DOWN OF ECONOMIC GROWTH
DEREGULATION
Real output growth went down to 4.7% yoy on Q1-2015 – lowest since 2009. Thus national economic growth was predicted to grow only by 4.7% for 2015, lower than earlier projection of 5.2%, significantly lower that the expected 7% growth.
Source: Central Bureau of Statistics
Source: Investment Coordinating Board
CPI of June 2015 was 120.14: there was , since 2012, 20.14% prices increases (inflation) due to supply side constrains.
CCI went down by 7% during Jan-Jun 2015.
Source: Bank of Indonesia and Central Bureau of Statistic
104 106 108 110 112 114 116 118 120 122
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
Consumer Price Index (CPI) 2014 – Jun 2015 (2012=100)
148.0
175.3 221.0
270.4 307.0 92.2 60.5 76.0 92.2 128.2 156.1 42.9 208.5 251.3 313.2 398.6 463.1 135.1 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500
2010 2011 2012 2013 2014 Q2-2015
FDI DDI Total
6.18
6.03
5.56
5.02 4.79
Higher realized investment but occurred only in Java Island; none was on new industrial sector and employed less worker as they are capital intensive ones
Realized Investment (IDR Trillion)
380.932,20 381.709,80 369.180,50
354.471,30 0,00 100.000,00 200.000,00 300.000,00 400.000,00 500.000,00
2011 2012 2013 2014
LOWER PERFORMANCE OF INTERNATIONAL TRADE (USD Million)
I EXPORT II IMPORT TOTAL
Export decreased significantly during 2012 – 2014, and negative trade balance set in as export value declined more than that of import value.
100 105 110 115 120 125
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun
Consumer Confidence Index (CCI) 2014 – Jun 2015
(7)
7
LEMAHNYA INDUSTRIALISASI SEBAGAI PENYEBAB UTAMA
Source: Central Bureau of Statistic
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Growth of Manufacturing Sector 4.6 4.6 4.7 3.7 2.2 4.7 6.3 5.6 4.5 4.6 Share of GDP 28.1 27.8 27.4 26.8 26.2 25.8 21.8 21.5 21.0 21.0
5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 P e rc e n ta g e
PORTIONS OF MANUFACTURING SECTOR TO PDB Share of manufacturing sector to
GDP declined sharply in 10 consecutive years, from 28.1% in 2005 to 21.0% in 2014.
WTO Data shows that share of export of manufacturing sector to total national export averaged at 37%, while share of national manufacturing sector is about 1% of total global import.
Source: Investment Coordinating Board
Domestic Investment
Foreign Investment
LABOR ABSORPTION IN MANUFACTURING SECTOR
Domestic Investment: lower labor absorption by 56% -- from 279,099 workers in 2012 and only 124,135 workers in 2014.
Foreign Investment, lower labor absorption by 56% -- from 510,540 in 2012 and only 222,345 in 2014.
(8)
8
PENJELASAN PAKET KEBIJAKAN
DEREGULASI EKONOMI
(9)
9
(10)
10
REPUBLIK INDONESIA
FOKUS MERESPON PERKEMBANGAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT
PAKET III,
7 Oct ’15PERLUASAN AKSES PEMBIAYAAN DAN PENGURANGAN BIAYA PRODUKSI: Perluasan cakupan KUR, Fasilitasi jasa keuangan, pembiayaan ekspor, fasilitas pertanahan, dan insentif listrik, BBM, Gas bagi industri
PAKET IV,
15 Oct ‘15JAMINAN SISTIM PENGUPAHAN DAN PENGAMANAN PHK: sistem pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi serta Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang lebih murah dan luas.
PAKET V,
22 Oct ‘15REVALUASI ASET DAN AKSES PEMBIAYAAN SYARIAH: insentif pajak bagi perusahaan yang merevaluasi aset, dan insentif dana investasi real estate, serta kemudahan pembiayaan syariah
PAKET VI,
6 Nov ‘15MENGGERAKKAN EKONOMI DI WILAYAH PINGGIRAN DAN KELANCARAN BAHAN BAKU OBAT: insentif KEK, pengairan, dan sistim eletronik (INSW) pengadaan bahan baku obat
PAKET VII,
7 Dec ‘15INSENTIF PAJAK INDUSTRI PADAT KARYA DAN SERTIFIKASI TANAH: Mendorong daya saing industri padat karya melalui insentif PPh Pasal 21 dan kemudahan sertifikasi tanah
PAKET VIII,
21 Dec ‘15KEPASTIAN USAHA DAN INVESTASI JASA PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG (MRO) DAN MINYAK: one map policy yang mempermudah penyelesaian konflik lahan, upaya meningkatkan produksi minyak nasional, dan mendorong jasa MRO
PAKET IX,
27 Jan ‘16INFRASTRUKTUR LISTRIK DAN LOGISTIK: Pemenuhan listrik rakyat, stabilisasi pasokan daging, dan agregator ekspor UKM untuk pengembangan logistik desa ke pasar global
PAKET X,
11 Feb ‘16KETERBUKAAN INVESTASI: perubahan kebijakan daftar negatif investasi yang menjamin efektivitas pelaksanaan investasi, meningkatkan perlindungan dan pengembangan UMKM dan koperasi, serta mendorong investasi teknologi tinggi, padat modal, dan wisata
PAKET I,
9 Sept ‘15MENDORONG DAYA SAING INDUSTRI: mengurangi dan menyederhanakan regulasi serta mempermudah birokrasi
PAKET II,
29 Sept ‘15PROMOSI INVESTASI DAN DEVISA: Kemudahan perizinan investasi (izin 3 jam), dan insentif devisa hasil ekspor
PAKET XI,
29 Mar ‘16AKSES PEMBIAYAAN, DWELLING TIME, DAN INDUSTRI FARMASI/ALKES: Kredit Usaha Rakyat Berorientasi Ekspor, insentif BPHTB bagi DIRE, manajemen resiko untuk kelancaran arus barang (INSW), dan pengembangan industri farmasi/alkes
PAKET XII,
28 Apr ‘16PENINGKATAN PERINGKAT EASE of DOING BUSINESS (EoDB): Memangkas Izin,
Prosedur, Waktu, dan Biaya untuk Kemudahan Berusaha di Indonesia
HARMONIZING REGULATIONS SIMPLIFYING BUREAUCRATIC PROCESS ENSURING LAW ENFORCEABILITY
Meningkatkan daya saing industri, daya beli masyarakat, investasi, ekspor, wisata, dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.
(11)
11
(12)
12
Resume Perkembangan Deregulasi Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) Tahap I-XII
Total Regulasi yang dideregulasi pada
Paket Kebijakan
Ekonomi Tahap I
–
XII
sebanyak
213 regulasi
.
Total Regulasi yang dikeluarkan dari proses deregulasi
pada
Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I
–
XII
sebanyak
10 regulasi
sehingga total regulasi yang efektif di
deregulasi menjadi
203 regulasi
.
Total Regulasi yang telah selesai dideregulasi (sampai
dengan 1 Agustus 2016) sebanyak
202 regulasi (99%)
.
Total Regulasi yang masih dalam tahap pembahasan
(sampai dengan 1 Agustus 2016) sebanyak
1 regulasi
(1%)
.
202
SELESAI
99%
213
TOTAL REGULASISEMULAI
–
XII
1
DALAM PEMBAHASAN1%
10
203
DIKELUARKAN154
154
KEMENTERIAN/LEMBAGA100%
TOTAL TOTAL REGULASI 47 TOTAL 42 SELESAI PRESIDENTIAL49
TOTAL SELESAI
48
PRESIDENSIAL
99 %
UPDATE: 16 AGUSTUS 2016
(13)
13
Resume Perkembangan Regulasi Teknis Paket Kebijakan Ekonomi Tahap I-XII
T
otal
Regulasi
Teknis
yang
dibutuhkan
guna
menjalankan
Paket Kebijakan Ekonomi I-XII
sebanyak
26 Peraturan Teknis
.
D
ari
total
26
Peraturan,
20
Peraturan sudah selesai dan 6
Peraturan
masih
dalam
Pembahasan.
S
esuai kesepakatan, target waktu
penyelesaian
Regulasi
Teknis
sebagai Turunan Paket Kebijakan
Ekonomi adalah pada Juni 2016.
Catatan
: Dalam perkembangan, pada rapat Pokja II di KSP 23 Juni 2016 perwakilan KemenPUPERA menyebutkan ada 5 Peraturan Menteri PUPERA yang menjadi turunan PP Nomor 122 Tahun 2015 SPAM dan dari 5 Peraturan tersebut sudah selesai dua Permen yaitu Permen PUPERA Nomor 10/2016 tentang Standar Kompetensi Kerja Nasional Bidang SPAM dan Permen PUPERA 19/2016 tentang Dukungan Pemerintah dan Pemerintah Daerah atas SPAM.Total 26 Peraturan
Selesai
20 Peraturan
Pembahasan
6 Peraturan
REPUBLIK INDONESIA(14)
14
14
REPUBLIK INDONESIA
(15)
15
15
Penerima Benefit: AKI, APHI, IMA, APBI, AKUMINDO, KADIN, APINDO, ABSEISSINDO, APERSI, KSPI, API, AMI, APRISINDO, APAI, GIAMM, APGI
(16)
16
16
Penerima Benefit: NAMPA, KUKMI, KSPI, APFINDO, APPSI, PPSKI, GAPPSI
(17)
17
17
REPUBLIK INDONESIA
(18)
18
18
Penerima Benefit: AIPPI, ASEIBSSINDO, ISWA, ASIPPINDO, Perusahaan BUMN, AKUMINDO, APINDO, GINSI
(19)
19
19
Penerima Benefit: AKPI, ASPERAPI, ASITA, GIPI, PHRI, ASPI
(20)
20
BEBERAPA HASIL KEBIJAKAN DEREGULASI YANG MENJADI ATRAKSI
INVESTASI
1
PUSAT LOGISTIK BERIKAT (PLB)
Telah diresmikan 12 PLB dan 16 Calon PLB, antara lain industri perawatan pesawat terbang dan perminyakan
2
PERIZINAN INVESTASI 3 JAM
Telah dimanfaatkan 74 perusahaan dengan nilai investasi Rp. 200,96 Triliun (per 20 Juni 2016)
3
9
KAWASAN INDUSTRI (KI)
Jawa Tengah telah mengusulkan 3 KI: Kendal, Demak, dan Ungaran
Kawasan Industri Farmasi di Bitung Tahun 2017
5
KEMUDAHAN DAN INSENTIF KEKSebanyak 42 sektor usaha dengan total nilai sebesar Rp 28,7 Triliun (per 15 Mei 2016)
6
PEMBIAYAAN EKSPOR/KURBEPembiayaan ekspor Gerbong Kereta Api ke Bangladesh
7
KEMUDAHAN BERUSAHA BAGI UMKM (EODB) Memangkas Izin, Prosedur, Waktu, dan Biaya dalam10 indikator Kemudahan Berusaha
4
SISTEM PENGUPAHAN14 Provinsi telah menetapkan UMP 2016 sesuai PP78/2015 (Kepri, Kalbar, NTB, Sumbar, Jambi, NAD,
Kalsel, Banten, Gorontalo, NTT, Jabar, Bali, Sumut, dan Babel).
8
MEMPERSINGKAT PROSES INSENTIF FISKAL
Telah dimanfaatkan 18 perusahaan dengan lama
pengurusan rata-rata 13,4 hari (sebelumnya 2 tahun)
AGREGATOR/KONSOLIDATOR PRODUK EKSPOR UKM
Sudah dilakukan ekspor perdana kelapa dari Sulawesi Utara oleh Sinergi BUMN
10
REVISI DNI (PERPRES NO. 44/2016)
Implementasi DNI, per 24 Juni 2016 sudah ada 527 perusahaan yang memanfaatkan, rencana investasi USD 12,926 milyar
(21)
21
ANALISA DAMPAK DAN PENYELESAIAN
KASUS
(22)
22
RINGKASAN SURVEI
AWARENESS
*
(1/3)
*) Hasil survei sementara, s.d. tanggal 26 Juli 2016 (n=210, 157 dunia usaha dan 53 Pemerintah Daerah)
Dari 157 responden yang menjawab, 86,0%
menyatakan mengetahui mengenai 12 Paket
Kebijakan Ekonomi (PKE) yang dikeluarkan
oleh Pemerintah. Sementara terdapat 14,0%
responden yang tidak mengetahui mengenai
PKE, terutama responden yang berada di
daerah.
Dari 53 responden Pemerintah Daerah (25
provinsi), hanya 1,9% yang tidak mengetahui
mengenai 12 Paket Kebijakan Ekonomi (PKE)
yang dikeluarkan oleh Pemerintah.
(23)
23
RINGKASAN SURVEI
AWARENESS
(3/3)
Sebanyak 48,4% dan 51,6% responden
dunia
usaha
menyatakan
bahwa
PKE
berpotensi efektif dalam mengembangkan
ekonomi
makro
yang
kondusif
dan
menggerakkan ekonomi nasional.
Sementara,
sebanyak
68,8%
responden
dunia usaha menilai PKE belum efektif
dalam
melindungi
masyarakat
berpenghasilan rendah dan menggerakkan
ekonomi pedesaan.
Dari sisi Pemerintah Daerah, hampir seluruh
responden meyakini efektivitas PKE untuk
mengembangkan
ekonomi
makro
yang
kondusif, menggerakkan ekonomi nasional
dan melindungi masyarakat berpenghasilan
rendah
dan
menggerakkan
ekonomi
pedesaan.
(24)
24
Perkembangan penanganan kasus/masalah di POKJA IV
-
Total laporan yang masuk ke POKJA 4 s/d saat ini sebanyak 74 kasus
( 7 terkait bidang energi, 12 terkait Bea dan Pajak, 4 terkait bidang pariwisata, 6 terkait bidang perbankan, 11 terkait
bidang perdagangan, 5 terkait bidang perindustrian, 13 terkait Pertanian dan LHK, 7 terkait tenaga kerja, 5 terkait bidang
transportasi dan 5 terkait bidang yang lain)
-
Dari keseluruhan laporan yang masuk, saat ini sudah ditangani sebanyak 31 kasus/masalah. 9 diantaranya telah tuntas (3
kasus direkomendasikan ke Pokja 2 dan Pokja 3), sementara 22 kasus lainnya sedang dalam proses pembahasan yang
melibatkan kementerian/lembaga terkait serta pihak dunia usaha yang mengadukan/melaporkan permasalahan
tersebut.
(sebagai catatan, 2 kasus ditolak karena ketidakjelasan informasi yang diberikan saat melaporkan, dan pemberi laporan
tidak bisa dikonfirmasi)
-
Menteri Hukum dan HAM selaku Ketua Pokja 4 telah melaksanakan rapat/pertemuan yang mengundang berbagai Asosiasi
Pengusaha, yang pada intinya membuka pintu komunikasi seluas-luasnya kepada pengusaha untuk dapat memberikan
masukan dan saran demi efektifnya pelaksanaan Paket Kebijakan Ekonomi yang telah disampaikan oleh Pemerintah.
-
Saat ini, telah tergelar sekretariat sementara Pokja 4, yang berada di Gedung Setjen Kemenkumham, lantai 5. Tempat ini
akan menjadi pusat penerimaan laporan terkait kasus/masalah yang menghambat pelaksanaan Paket Kebijakan
Ekonomi.
(25)
25
Beberapa kasus yang dibahas serta Respons yang diberikan
(selama bulan Agustus 2016) (1/3)
Kasus/masalah Respons
Penetapan besaran pajak hotel sebesar 10% yang dinilai terlalu tiinggi, apalagi jika dibandingkan dengan negara tetangga
Direkomendasikan ke Pokja 2 dan 3 untuk pertimbangan deregulasi. (Telah disampaikan melalui surat dari Pokja 4)
Permen Kebudayaan dan Pariwisata No.86/2010 ttg tata cara pendaftaran usaha penyediaan akomodasi yang juga
mensyaratkan terhadap perseorangan.
Direkomendasikan ke Pokja 2 dan 3 untuk pertimbangan deregulasi. (Telah disampaikan melalui surat dari Pokja 4)
Peraturan Menteri Keuangan No. 141/2015 telah meningkatkan beban administrasi yang besar dalam bukti poton
Ditjen Pajak melakukan pengkajian bersama Eurocham terkait 5 jasa (pengurusan transportasi, logistik, pengurusan dokumen, pengepakan,
pengangkutan/ekspedisi) untuk dikeluarkan atau tidak dari Peraturan Menteri Keuangan Nomor 141/2015
Rekomendasi dari Kementerian Pertanian dan Kepala BPOM
dalam memenuhi ketentuan Permendag No. 5 Tahun 2016 tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Hewan dan Produk Hewan, dianggap duplikasi
Direkomendasikan ke Pokja 2 dan 3 untuk pertimbangan deregulasi. (Telah disampaikan melalui surat dari Pokja 4)
(26)
26
Beberapa kasus yang dibahas serta Respons yang diberikan
(selama bulan Agustus 2016) (2/3)
Kasus/masalah Respons
Sucofindo tidak ada di Maluku, saat ini untuk ekspor
terutama pala dan cengkeh harus melalui Surabaya
sehingga memerlukan waktu lama
Kementerian Perindustrian melakukan pengkajian untuk
menyediakan sistem standarisasi produk pala dan cengkeh yang
akan diekspor dari wilayah Indonesia Bagian Timur.
Ketentuan Surat Persetujuan Impor Tekstil dan Produk
Tekstil dari Kementerian Perdagangan, dengan masa
berlaku 1 tahun sangat memberatkan pengusaha.
Permendag No. 85/2015 tentang Ketentuan Impor TPT:
penyalahgunaan izin impor, beberapa produsen
memperjualbelikan barang yang diimpornya.
•
Kementerian Peridustrian melakukan pertemuan dengan
Kementerian Perdagangan untuk membahas Permendag Nomor
85 Tahun 2015 tentang Impor TPT dan Ketentuan Surat
Persetujuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil dari Kementerian
Perdagangan yang masa berlakunya 1 tahun.
•
Kemenko Polhukam mengkoordinasikan K/L terkait, untuk
mengintensifkan pengawasan implementasi Permendag No.
85/2015 tentang Ketentuan Impor dan penegakan hukum
terhadap penyelundupan barang import
(27)
27
Beberapa kasus yang dibahas serta Respons yang diberikan
(selama bulan Agustus 2016) (3/3)
Kasus/masalah Respons
Permasalahan yang disampaikan PT SEIN dan Asosiasi Industri Perangkat telematika Indonesia (AIPTI) tentang
Permohonan fasilitas pajak penghasilan (tax allowance) PT. SEIN
Perubahan ketentuan syarat mendapatkan izin importasi telepon selular, komputer genggam dan komputer tablet sebagaimana diatur dalam Permendag No. 38/2013
Ketentuan dan Tata Cara Perhitungan Nilai TKDN Produk Elektronika dan Telematika, disepakati untuk 80% untuk hardware dan 20% untuk R&D.
Telepon selular ilegal (tidak memiliki izin postel dan nomor International Mobile Station Equipment Identity (IMEI)
Menteri Keuangan melakukan pengkajian ulang tentang pemberian tax allowance kepada PT. SEIN dengan melibatkan BKPM, Kementerian
Perindustrian.
Kementerian Perindustrian melakukan pengkajian tentang implementasi Permendag Nomor 41 Tahun 2016 dengan melibatkan Menteri
Perdagangan, Menteri Kominfo, dan asosiasi.
Kementerian Kominfo membuat regulasi yang mendukung penerapan
kontrol IMEI oleh operator dengan melibatkan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan. Kementerian Perdagangan , Kabareskrim Polri, Kemkominfo melakukan pengawasan peredaran ponsel yang tidak sesuai standar (ilegal).
Kemenko Polhukam mengkoordinasikan K/L terkait untuk mengintensifkan penanganan masalah penyelundupan.
(28)
28
“
TERIMA KASIH
”
INDONESIA...for better Indonesia
SATUAN TUGAS PERCEPATAN DAN EFEKTIVITAS
PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI – POKJA 1
www.ekon.go.id
|
www.kemendag.go.id
(29)
29
(30)
30
STRUKTUR ORGANISASI SATUAN TUGAS PERCEPATAN DAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN
KEBIJAKAN EKONOMI
UNIT PENDUKUNG
KETUA
SESMENKO PEREKOMIAN WAKIL KETUA
DEPUTI V KEMENKO PEREKONOMIAN
POKJA I KAMPANYE DAN DISEMINASI KEBIJAKAN
KETUA: MENTERI PERDAGANGAN
WAKIL KETUA: KEPALA BKPM
POKJA II PERCEPATAN DAN PENUNTASAN REGULASI
KETUA: KEPALA STAF KEPRESIDENAN WAKIL KETUA:
MENTERI SEKRETARIS NEGARA
POKJA III EVALUASI DAN ANALISA DAMPAK
KETUA: DEPUTI GUBERNUR SENIOR
BANK INDONESIA
WAKIL KETUA: RADEN PARDEDE
POKJA IV PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KASUS
KETUA: MENKUMHAM
WAKIL KETUA:
PURBAYA YUDHI SADEWA
PIMPINAN
KETUA
MENKO PEREKONOMIAN
WAKIL KETUA I MENKO POLHUKAM
WAKIL KETUA III
SOFYAN WANANDI, TIM AHLI WAPRES
WAKIL KETUA II
SEKRETARIS KABINET
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
Mekanisme kerja Satgas dilakukan melalui rapat paripurna secara 2 mingguan setiap hari Selasa, sedangkan rapat internal Pokja dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan, serta secara berkala dilaporkan kepada
Presiden.
(KEPMENKO NO. 80 TAHUN 2016 SEBAGAI TINDAK LANJUT INPRES NO. 12 TAHU 2015)
(31)
31
NO
POKJA
TUGAS
1
Kampanye Kebijakan
•
Sosialisasi, desiminasi, publikasi, road show, business matching, CEO
meeting, talk show/dialog dalam dan luar negeri
2
Penuntasan Regulasi
•
Menyelesaikan seluruh peraturan dan peraturan teknis yang
diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan deregulasi ekonomi
3
Evaluasi
•
Memantau, menganalisa, dan mengevaluasi pelaksanaan
kebijakan/regulasi serta dampak ekonomi (regulatory impact)
•
Mengkaji usulan deregulasi baru
4
Penyelesaian
•
Menjadi saluran pengaduan pelaksanaan kebijakan deregulasi
•
Menyelesaikan kasus-kasus yang berkaitan dengan pelaksanaan
kebijakan deregulasi
5
Unit Pendukung
•
Mendukung kegiatan Tim/Pokja dalam administrasi, keuangan,
pelaporan
•
Mengkoordinasikan substansi deregulasi antar K/L dan daerah
•
Melakukan klinik bisnis dan PPC untuk uji publik dan efektivitas
kebijakan
(1)
26
Beberapa kasus yang dibahas serta Respons yang diberikan
(selama bulan Agustus 2016) (2/3)
Kasus/masalah Respons
Sucofindo tidak ada di Maluku, saat ini untuk ekspor
terutama pala dan cengkeh harus melalui Surabaya
sehingga memerlukan waktu lama
Kementerian Perindustrian melakukan pengkajian untuk
menyediakan sistem standarisasi produk pala dan cengkeh yang
akan diekspor dari wilayah Indonesia Bagian Timur.
Ketentuan Surat Persetujuan Impor Tekstil dan Produk
Tekstil dari Kementerian Perdagangan, dengan masa
berlaku 1 tahun sangat memberatkan pengusaha.
Permendag No. 85/2015 tentang Ketentuan Impor TPT:
penyalahgunaan izin impor, beberapa produsen
memperjualbelikan barang yang diimpornya.
•
Kementerian Peridustrian melakukan pertemuan dengan
Kementerian Perdagangan untuk membahas Permendag Nomor
85 Tahun 2015 tentang Impor TPT dan Ketentuan Surat
Persetujuan Impor Tekstil dan Produk Tekstil dari Kementerian
Perdagangan yang masa berlakunya 1 tahun.
•
Kemenko Polhukam mengkoordinasikan K/L terkait, untuk
mengintensifkan pengawasan implementasi Permendag No.
85/2015 tentang Ketentuan Impor dan penegakan hukum
terhadap penyelundupan barang import
(2)
27
Beberapa kasus yang dibahas serta Respons yang diberikan
(selama bulan Agustus 2016) (3/3)
Kasus/masalah Respons
Permasalahan yang disampaikan PT SEIN dan Asosiasi Industri Perangkat telematika Indonesia (AIPTI) tentang
Permohonan fasilitas pajak penghasilan (tax allowance) PT. SEIN
Perubahan ketentuan syarat mendapatkan izin importasi telepon selular, komputer genggam dan komputer tablet sebagaimana diatur dalam Permendag No. 38/2013
Ketentuan dan Tata Cara Perhitungan Nilai TKDN Produk Elektronika dan Telematika, disepakati untuk 80% untuk hardware dan 20% untuk R&D.
Telepon selular ilegal (tidak memiliki izin postel dan nomor International Mobile Station Equipment Identity (IMEI)
Menteri Keuangan melakukan pengkajian ulang tentang pemberian tax allowance kepada PT. SEIN dengan melibatkan BKPM, Kementerian
Perindustrian.
Kementerian Perindustrian melakukan pengkajian tentang implementasi Permendag Nomor 41 Tahun 2016 dengan melibatkan Menteri
Perdagangan, Menteri Kominfo, dan asosiasi.
Kementerian Kominfo membuat regulasi yang mendukung penerapan
kontrol IMEI oleh operator dengan melibatkan Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, dan Dirjen Bea Cukai Kementerian Keuangan. Kementerian Perdagangan , Kabareskrim Polri, Kemkominfo melakukan pengawasan peredaran ponsel yang tidak sesuai standar (ilegal).
Kemenko Polhukam mengkoordinasikan K/L terkait untuk mengintensifkan penanganan masalah penyelundupan.
(3)
28
“
TERIMA KASIH
”
INDONESIA...for better Indonesia
SATUAN TUGAS PERCEPATAN DAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN EKONOMI – POKJA 1
www.ekon.go.id
|
www.kemendag.go.id
(4)
29
(5)
30
STRUKTUR ORGANISASI SATUAN TUGAS PERCEPATAN DAN EFEKTIVITAS PELAKSANAAN
KEBIJAKAN EKONOMI
UNIT PENDUKUNG
KETUA
SESMENKO PEREKOMIAN
WAKIL KETUA
DEPUTI V KEMENKO PEREKONOMIAN
POKJA I KAMPANYE DAN DISEMINASI KEBIJAKAN
KETUA: MENTERI PERDAGANGAN
WAKIL KETUA: KEPALA BKPM
POKJA II PERCEPATAN DAN PENUNTASAN REGULASI
KETUA: KEPALA STAF KEPRESIDENAN
WAKIL KETUA:
MENTERI SEKRETARIS NEGARA
POKJA III EVALUASI DAN ANALISA DAMPAK
KETUA: DEPUTI GUBERNUR SENIOR BANK INDONESIA
WAKIL KETUA: RADEN PARDEDE
POKJA IV PENANGANAN DAN PENYELESAIAN KASUS
KETUA: MENKUMHAM
WAKIL KETUA:
PURBAYA YUDHI SADEWA
PIMPINAN
KETUA
MENKO PEREKONOMIAN
WAKIL KETUA I
MENKO POLHUKAM
WAKIL KETUA III
SOFYAN WANANDI, TIM AHLI WAPRES
WAKIL KETUA II
SEKRETARIS KABINET
ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA
Mekanisme kerja Satgas dilakukan melalui rapat paripurna secara 2 mingguan setiap hari Selasa, sedangkan rapat internal Pokja dapat dilakukan setiap saat sesuai kebutuhan, serta secara berkala dilaporkan kepada
Presiden.
(KEPMENKO NO. 80 TAHUN 2016 SEBAGAI TINDAK LANJUT INPRES NO. 12 TAHU 2015)
(6)
31