HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA | Lesnussa | JURNAL KEPERAWATAN 11898 23724 1 SM
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN
UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO
KABUPATEN HALMAHERA UTARA
Julien Patricya Lesnussa
Mulyadi
Reginus Malara
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
julienpatricya@yahoo.com
Abstract: Rabies is a viral disease of the nervous system that could attack all type of warm-blooded
animals ( especially dogs), and humans. Character is a personality that’s affected by motivation,
which induces need to execute something. The prevention of rabies not only depends on animal
problems, but also human problems. The success of rabies termination depends on the level of
understanding about the rabies disease and awareness of the society. Objective to analyze the
characteristic relationship between dog owner and the effort of rabies prevention in Puskesmas
Tobelo, region of South Halmahera. Research Design : descriptive analytical by using approach of
cross sectional and sampling technic usingpurposive sampling with total of50 samples. Results:
Using chi-square test on Fisher exact with mean value α = 0.05 or 95 % and found value of P (age
of dog owners 0.023, goal keeping dogs 0,000, breed of dog 0,005 and the origin of the dog 0,000).
ConclusionThere are characteristic relationship between dog owner and the effort of rabies
prevention in Tobelo Puskesmas, region of South Halmahera. Advice : Give more motivation to the
dog owner in preventing rabies.
Keywords : Characteristic dog owner, prevention rabies
Abstrak: Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat menyerang
semua jenis binatang berdarah panas dan pada manusia, terutama pada anjing. Karakter (watak)
adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga
bertindak. Pencegahan rabies tidak hanya bergantung pada masalah hewan tetapi juga menyangkut
masalah manusia. Keberhasilan pemberantasan rabies bergantung pada tingkat pemahaman tentang
penyakit rabies dan kesadaran masyarakat.Tujuan untuk Menganalisis HubunganKarakteristik
Pemilik Anjing Dengan Upaya Pencegahan Rabies di Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera
Utara. Desain Penelitian: dekriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan teknik
pengambilan sampel dengan cara purposivesampling berjumlah 50 sampel. Hasil penelitian:
Menggunakan uji Chi-Square pada Fisher exact dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%
didapatkan nilai P (umur pemilik anjing 0,023, tujuan memelihara anjing 0,000, jenis anjing 0, 005,
dan asal anjing 0,000). Kesimpulan yaitu ada hubungan karakteristik pemilik anjing dengan upaya
pencegahan rabies di Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Saran : Lebih memotivasi
pemilik anjing dalam melakukan pencegahan rabies.
Kata kunci : Karakteristik pemilik anjing, pencegahan rabies
1
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Center di Kecamatan Tobelo. Jumlah
penduduk Kecamatan Tobelo yaitu 31.421
jiwa atau 6.284 kepala keluarga. Desa Tobelo
merupakan desa yang memiliki kasus gigitan
tertinggi yaitu tahun 2014 – 2015 bulan
agustus dengan jumlah kasus gigitan 538 kasus
dan yang meninggal 5 orang. Upaya
pencegahan yang telah dilakukan di
Puskesmas Tobelo yaitu pemberian vaksin anti
rabies kepada pasien yang digigit hewan
penular rabies, apabila ada luka diberi alkohol
atau povidion dan selanjutnya diberi edukasi
berupa penyuluhan tentang penyakit rabies dan
jadwal kembali untuk suntikan vaksin berikut
(Profil Puskesmas Tobelo, 2014).
Berdasarkan
observasi
tentang
karakteristik kepemilikan anjing di Tobelo
bahwa pemilik anjing masih membiarkan
anjing berkeliaran di luar rumah, anjing yang
tidak mau divaksinasi oleh pemiliknya serta
tidak ada laporan dari pemilik anjing tentang
korban gigitan hewan penular rabies.
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang apakah terdapat hubungankarakteristik
pemilik anjing dengan upaya pencegahan
penyakit rabies di Puskesmas Tobelo
kabupaten Halmahera Utara.
PENDAHULUAN
Rabies telah menjadi endemis di sebagian
besar wilayah
Indonesia.
Berdasarkan
surveilans laboratorium kesehatan hewan yang
dilakukan sejak 2011 sampai 2013 terhadap
virus rabies, Propinsi Maluku Utara masuk
dalam kategori kriteria ancaman rabies bagi
masyarakat dikategorikan tinggi dengan hasil
positif rabies pada hewan yaitu berkisar 114238 kasus (Menkokesra, 2013).
Propinsi Maluku Utara merupakan salah
satu daerah endemis rabies di Indonesia
dengan jumlah kasus gigitan dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Salah satu
Kabupaten yang endemis rabies di Propinsi
Maluku Utara adalah Kabupaten Halmahera
Utara dengan jumlah kasus gigitan 538 dan
yang meninggal 5 orang(Dinas Kesehatan
Maluku Utara, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kardiwinata tahun 2011 mengatakan
bahwa yang memegang peranan penting
terkait dengan tingginya kasus gigitan hewan
penular rabies pada manusia adalah
kepemilikan, sistem atau cara pemeliharaan
dan status vaksinasi hewan penular rabies yang
kurang baik.Sistem pemeliharaan anjing yang
dimaksud yaitu anjing yang masih dilepas oleh
pemilik anjing, status vaksinasi anjing, jenis
anjing yang dipelihara, pengetahuan tentang
rabies, pengalaman memelihara anjing, jenis
anjing
apa
yang
dipelihara,
tujuan
pemeliharaan anjing serta asal anjing
peliharaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh
Moningka
tahun
2013
bahwa
pengetahuan masyarakat merupakan domain
yang sangat penting dalam tindakan
pencegahan rabies. Mengingat akan bahaya
rabies terhadap kesehatan dan ketenteraman
masyarakat karena dampak buruknya selalu
diakhiri kematian maka usaha pengendalian
penyakit
berupa
pencegahan
dan
pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif
mungkin bahkan menuju pada program
pembebasan.
Puskesmas Tobelo adalah bagian dari
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Halmahera Utara yang berada di Kecamatan
Tobelo dan merupakan Puskesmas Rabies
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu pengumpulan data variabel
independen dan dependen dalam waktu
bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Dalam
penelitian ini pengumpulan data untuk variabel
independen (karakteristik pemilik anjing) dan
variabel dependen (pencegahan rabies).
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas
Tobelo Kecamatan Tobelo Kabupaten
Halmahera Utara dari bulan November hingga
bulan Desember 2015.
Populasi yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
memiliki hewan penular rabies yaitu anjing.
Sampel yang digunakan adalah pemilik
anjing yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Tobelo. Total pemilik anjing
berjumlah 250 orang, maka peneliti
2
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6
didapatkan bahwa yang berumur tua adalah
yang terbanyak berjumlah 40 responden
(80,0%).
Tabel 5.2. Distribusi frekwensi berdasarkan
tujuan memelihara anjing
menetapkan sampel dengan rumus yang
terdapat pada buku (Setiadi, 2013), yaitu :
Jika besar populasi ≤ 1000, maka sampel
bisa diambil 20-30%. Jadi, besar populasi
dalam penelitian ini yaitu 250 maka 20% dari
250 yaitu:
x 250 = 50.
Berdasarkan perhitungan di atas jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah non probability sampling dengan
cara purposive sampling yaitu pengambilan
sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti
sendiri (Notoatmodjo, 2012).
Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner
yang telah digunakan Malahayati 2009 yang
dimodifikasi oleh peneliti kemudian dilakukan
uji validitas di Puskesmas Daruba.Lembar
kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan
diberi skor 2 untuk jawaban Ya, skor 1 untuk
jawaban Tidak. Skor tertinggi nilai 30 dan skor
terendah nilai 15. Kuesioner ditentukan
dengan
menggunakan
skala
gutman
(Nursalam, 2008), yaitu menentukan skor
berdasarkan nilai median.
%
Penjaga Rumah
41
82,0
Berburu
9
18,0
Total
50
100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2
didapatkan bahwa yang tujuan memelihara
anjing sebagai penjaga rumah adalah yang
terbanyak berjumlah 41 responden (82,0%).
Tabel 5.3. Distribusi frekwensi berdasarkan
jenis anjing
Jenis Anjing
n
%
Anjing Liar
7
14,0
Anjing Rumahan
43
86,0
Total
50
100
Sumber : Data Primer, 2015
Apabila jawaban responden ≥ 23
dinyatakan positif dan apabila jawaban < 23
dinyatakan negatif.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3
didapatkan bahwa yang mempunyai anjing
rumahan lebih banyak berjumlah 43
responden (86,0%).
HASIL PENELITIAN
1.
n
Sumber : Data Primer, 2015
=
X=
= 22,5 = 23
Tujuan
Memelihara Anjing
Analisa Univariat
Tabel 5.4. Distribusi frekwensi berdasarkan
asal anjing
Tabel 5.1. Distribusi frekwensi berdasarkan
umur pemilik anjing
Umur Pemilik
n
%
Asal Anjing
n
%
Tua
40
80,0
Dipelihara sejak lahir
42
84,0
Muda
10
20,0
Ditemukan/Pemberian
8
16,0
Total
50
100
Total
50
100
Sumber : Data Primer, 2015
Sumber : Data Primer, 2015
3
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
maka didapatkan (nilai p = 0,023 dan nilai
OR = 8,222) dan pengujian statistik
menggunakan
Fisher’s
Exact
yang
menunjukkan adanya hubungan umur
pemilik anjing dengan upaya pencegahan
rabies.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4
didapatkan bahwa anjing yang dipelihara
sejak lahir lebih banyak dengan jumlah 42
responden (84,0%).
Tabel 5.5. Distribusi frekwensi berdasarkan
upaya pencegahan rabies
Upaya Pencegahan
Rabies
n
%
Baik
43
86,0
Tidak Baik
7
14,0
Tabel 5.7. Hubungan tujuan memelihara
anjing dengan upaya pencegahan
rabies
Tujuan
Upaya Pencegahan Rabies
Total
Memelihara
Total
50
100
Anjing
Sumber : Data Primer, 2015
Dari hasil penelitian pada tabel 5.5
didapatkan bahwa yang baik adalah 43
responden (86,0%).
2.
Baik
OR
Tidak Baik
n
%
n
%
n
%
Penjaga
Rumah
40
97,6
1
2,4
41
100
Berburu
3
33,3
6
66,7
9
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
P
80,000 0,000
Analisa Bivariat
Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan karakteristik pemilik
anjing dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera
Utara., maka didapatkan hasil pengujian
analisis bivariat menggunakan uji korelasi
chi square dengan tingkat kemaknaan 95%
(α = 0,05) dengan hasil sebagai berikut:
Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa
responden yang memelihara anjing sebagai
penjaga rumah dan melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik yaitu 40
responden (97,6%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
maka didapatkan (nilai p = 0,000 dan nilai
OR = 80,000) dan pengujian statistik
menggunakan
Fisher’s
Exact
yang
menunjukkan adanya hubungan tujuan
memelihara
anjing
dengan
upaya
pencegahan rabies.
Tabel 5.6. Hubungan umur pemilik anjing
dengan upaya pencegahan rabies
Umur
Upaya Pencegahan Rabies
Tabel 5.8. Hubungan jenis anjing dengan
upaya pencegahan rabies
Total
Pemilik
Baik
Anjing
n
%
OR
Tidak Baik
n
%
n
P
%
Jenis
Tua
37
92,5
3
7,5
40
Upaya Pencegahan Rabies
Total
Anjing
100
Baik
OR
Tidak Baik
P
8,222 0,023
Muda
6
60,0
4
40,0
10
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
n
%
n
%
n
%
40
93,0
3
7,0
43
100
Anjing Liar
3
42,9
4
57,1
7
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
Anjing
Rumahan
Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa
responden yang tua dan yang melakukan
upaya pencegahan rabies dengan baik yaitu
37 responden (92,5%).
4
17,778 0,005
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki anjing rumahan
dan melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik yaitu 40 responden (93,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
maka didapatkan (nilai p = 0,005 dan nilai
OR = 17,778) dan pengujian statistik
menggunakan
Fisher’s
Exact
yang
menunjukan adanya hubungan jenis anjing
dengan upaya pencegahan rabies.
penyakit rabies berdasarkan variabel umur.
Responden yang berada pada umur 50
tahun ke atas terlihat lebih baik
pertisipasinya dibandingkan yang berada
pada umur 25-49 tahun. Hal ini
dikarenakan responden 50 tahun ke atas
mengaku lebih suka mengikat anjing
peliharaannya agar tidak mengganggu
orang lain.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan
hasil penelitian dari Mutiara, 2011 yang
mengatakan bahwa diperkirakan umur
seseorang
akan
mempengaruhi
tindakannya yang dalam hal ini partisipasi
pemilik anjing dalam program pencegahan
penyakit
rabies,
karena
dengan
meningkatnya umur, berarti pengalaman
dalam memelihara anjing terkait tentang
penyakit rabies juga akan meningkat
terutama pemilik anjing yang tinggal di
daerah endemis rabies.
Tabel 5.9. Hubungan jenis anjing dengan
upaya pencegahan rabies
Asal
Upaya Pencegahan Rabies
Total
Anjing
Baik
OR
Tidak Baik
n
%
n
%
n
%
Dipelihara
sejak lahir
40
95,2
2
4,8
42
100
Ditemuka/
Pemberian
3
37,5
5
62,5
8
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
P
33,333 0,000
b. Tujuan Memelihara Anjing
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo, menunjukkan sebagian
besar responden yang memelihara anjing
bertujuan sebagai penjaga rumah dengan
jumlah responden 40 responden (97,6%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dari Tagueha, 2012 yang menyatakan
bahwa anjing yang dipelihara sebagai
penjaga rumah dan dalam jangka waktu
lama oleh masyarakat memiliki kekebalan
lebih tinggi dari pada yang dipelihara
sebagai berburu.
Dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa
responden yang
memiliki anjing yang
dipelihara sejak lahir dan melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik yaitu
berjumlah 40 responden (95,2%).
Berdasarkan hasil uji statistik chisquare maka didapatkan (nilai p = 0,000
dan nilai OR = 33,333) dan pengujian
statistik menggunakan Fisher’s Exactyang
menunjukkan adanya hubungan asal anjing
dengan upaya pencegahan rabies.
c. Jenis Anjing
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo, menunjukkan sebagian
besar responden memiliki anjing yaitu
anjing rumahan (Family Dog) dengan
jumlah responden berjumlah 40 responden
(93,0%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Marpaung, 2010 yang
mengatakan bahwa anjing rumahan lebih
banyak dipelihara karena dapat dikontrol
kesehatan dibandingkan anjing liar.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suartha, 2012 yang
PEMBAHASAN
a. Umur Pemilik Anjing
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar responden berumur tua berjumlah 37
responden (92,5%) yang melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik di
Puskesmas Tobelo.
Umur seseorang dapat mempengaruhi
dalam upaya pencegahan rabies. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
dari Malahayati, 2010 mengatakan bahwa
adanya perbedaan partisipasi responden
dalam melaksanakan program pencegahan
5
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
menyatakan bahwa tingginya jumlah kasus
rabies pada kelompok anjing liar (81%)
dibandingkan anjing rumahan (2%). Hal ini
dikarenakan untuk menangkap anjing liar
cukup sulit sedangkan anjing rumahan
mudah ditangkap dan diberi vaksin.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Malahayati,
2010
mengatakan
bahwa
variabel
umur
berpengaruh terhadap partisipasi pemilik
anjing dalam program pencegahan penyakit
rabies dan penelitian lain yang sejalan
dengan Sunaryo (2004) yang mengatakan
bahwa
umur
dapat
mempengaruhi
seseorang, semakin cukup umur tingkat
kemampuan dan kematangan seseorang
akan lebih tinggi dalam berpikir dan
menerima informasi.
d. Asal Anjing Peliharaan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo, menunjukkan sebagian
besar responden memiliki anjing yang
dipelihara sejak lahir berjumlah 40
responden (95,2%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tagueha, 2012
menyatakan bahwa asal anjing paling
banyak dipelihara sejak lahir (56,70%)
sedangkan ditemukan/pemberian (38,76%).
g. Hubungan Tujuan Memelihara Anjing
dengan Upaya Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan tujuan memelihara anjing dengan
upaya pencegahan rabies di Puskesmas
Tobelo menunjukkan bahwa dari 50
responden yang tujuan memelihara anjing
sebagai penjaga rumah dan melakukan
upaya pencegahan rabies dengan baik yaitu
berjumlah 40 responden (97,6%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh
p = 0,000 artinya nilai p < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tujuan memelihara anjing
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tagueha (2012) mengatakan
bahwa anjing yang dipelihara dengan tujuan
sebagai
penjaga
rumah
memiliki
kecenderungan untuk divaksin 1,59 kali
lebih sering dibandingkan dengan tujuan
memelihara sebagai berburu. Sejalan juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Utami (2008) mengatakan bahwa terdapat
asosiasi yang kuat antara cara pemeliharaan
anjing dengan pelaksanaan program
vaksinasi, pemilik yang memelihara
anjingnya sebagai penjaga rumah lebih
bertanggung jawab terhadap kesehatan
anjingnya,
bukan
hanya
sekedar
bertanggung jawab dalam memberi makan
tetapi juga dalam menjaga kesehatan dan
rutin melakukan vaksinasi.
e. Upaya Pencegahan Rabies
Hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo menunjukkan responden
yang melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik berjumlah 43 responden
(86,0%).
Penyakit menular dapat dicegah dan
dikontrol. Program kontrol penyakit
menular adalah mengurangi prevalensi
suatu penyakit yang dapat dilakukan
dengan berfokus pada hilangnya suatu
penyakit dari area geografik. Pencegahan
ditekankan
pada
pemutusan
rantai
penularan penyakit (Sumijatun, 2006).
f. Hubungan Umur Pemilik Anjing dengan
Upaya Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan umur pemilik anjing dengan
upaya pencegahan rabies menunjukkan dari
50 responden yang berumur tua dan yang
melakukan upaya pencegahan dengan baik
yaitu berjumlah 42 responden (97,7%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher Exact Test maka
diperoleh p = 0,023 artinya nilai p < 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara umur pemilik anjing
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
6
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
h. Hubungan Jenis Anjing dengan Upaya
Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan jenis anjing dengan upaya
pencegahan rabies di Puskesmas Tobelo
menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang memelihara jenis anjing rumahan dan
melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik berjumlah 40 responden
(93,0%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh
p = 0,005 artinya nilai p < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara jenis anjing peliharaan
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marpaung (2010) yang
mengatakan bahwa lebih dari 2,5 juta ekor
anjing yang berada di daerah tertular rabies
hampir keseluruhannya merupakan anjing
liar. Anjing liar yang terdapat di Indonesia
berpotensi sebagai reservoir rabies.
SIMPULAN
1. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori umur yang
paling banyak responden ada pada kategori
dengan umur tua.
2. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori tujuan
memelihara anjing yang paling banyak ada
pada kategori sebagai penjaga rumah.
3. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori jenis anjing
yang paling banyak ada pada kategori
anjing rumahan (Family Dog).
4. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori asal anjing
yang paling banyak ada pada kategori
dipelihara sejak lahir.
5. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh paling banyak responden yang
melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik.
6. Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya
hubungan
karakteristik
pemilik
anjing(umur pemilik anjing, tujuan
memelihara anjing, jenis anjing, dan asal
anjing) dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
i. Hubungan Asal Anjing Peliharaan dengan
Upaya Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan asal anjing peliharaan dengan
upaya pencegahan rabies menunjukkan
bahwa dari 50 responden yang memelihara
anjing sejak lahir dan melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik berjumlah
40 responden (95,2%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh
p = 0,000 artinya nilai p < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara asal anjing peliharaan
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tagueha (2012)
mengatakan bahwa asal anjing dipelihara
sejak lahir (56,70%), anjing yang dipelihara
sejak lahir pemilik lebih memperhatikan
kesehatan hewan peliharaannya sehingga
hewan peliharaannya memiliki kekebalan
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Maluku Utara. (2014). Profil
Dinas Kesehatan Maluku Utara.
Sofifi.
Harmani, N. (2013). Hubungan Antara
Karakteristik Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit DBD Di
Kecamatan
Karang
Tengah
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat tahun 2013. Jawa Barat:
UHAMKA.
Hasdianah & Dewi. (2014). Virologi:
mengenal virus, penyakit, dan
pencegahannya. Jogjakarta: Nuha
Medika.
Insikhnas. (2012). Manual Penyakit Hewan
Mamalia. Jakarta.
Kardiwinata. (2011). Sistem Pemeliharaan
Anjing sebagai Salah Satu Hewan
Penular Rabies pada Penderita
7
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Rabies di Propinsi Bali Tahun 2011.
Bali: Universitas Udayana
Puskesmas Tobelo. (2014). Profil Puskesmas
Tobelo. Tobelo.
Kemenkes.(2014). Pusat Data dan Informasi
Rabies. Jakarta.
Rachmat.
(2013).
Pengetahuan
Grasindo.
Kemenkes.
(2015).
Strategi
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 20152019. Jakarta.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Malahayati. (2010). Pengaruh Karakteristik
Pemilik
Anjing
terhadap
Partisipasinya
dalam
Program
Pencegahan Rabies di Kelurahan
Kwala Bekala Kecamatan Medan
Johor Kota Medan tahun 2009.
Medan: USU
Sri Utami. (2008). Status Vaksinasi Rabies
Pada Anjing Di Kota Makassar.
Yogyakarta: UGM.
Suartha. (2012). Pengetahuan Masyarakat
tentang Rabies dalam Upaya Bali
Bebas Rabies. Bali: Universitas
Udayana.
Marpaung. (2010). Hubungan Faktor Internal
dan Eksternal Pemilik Anjing Dengan
Pemeliharaan Anjing Dalam Upaya
Mencegah Rabies Di Kecamatan
Sumbul Kabupaten Dairi tahun 2009.
Medan: USU.
Subronto. (2006). Penyakit Infeksi Parasit dan
Mikroba pada Anjing dan Kucing.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Sumijatun.
(2006).
Konsep
Keperawatan Komunitas.
EGC
Menkokesra. (2013). Laporan Pengendalian
Zoonosis. Jakarta
Moningka.
(2013).
Hubungan
antara
Pengetahuan dan Sikap Pemilik
Anjing dengan Upaya Pencegahan
Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas
Ongkaw
Kabupaten
Minahasa
Selatan. Manado: Universitas Sam
Ratulangi
Mutiara.
Ringkasan
Ilmu
Alam.
Jakarta:
Sunaryo.
(2004).
Psikologi
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dasar
Jakarta:
untuk
Tagueha, A. (2012). Tingkat Kekebalan Anjing
Terhadap Rabies di Kota Ambon
Tahun 2012. Yogyakarta: UGM.
Tarigan, I. (2012). Cakupan Vaksinasi Anti
Rabies Pada Anjing dan Profil
Pemilik Anjing di Daerah Kecamatan
Baturiti Tabanan tahun 2012. Bali:
Udayana.
(2011).
Karakteristik
Orang
Tersangka Rabies di Klinik Bestari
Medan tahun 2011. Medan: USU.
Notoatmodjo,
S.
(2012).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
WHO (World Health Organization). (2013).
Sub Bidang Pengendalian Penyakit
Zoonosis. Jakarta
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan: Pedoman skirpsi, tesis,
dan
instrumen
penelitian
keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Williams & Willkins. (2011).
Memahami
berbagai
penyakit. Jakarta. Indeks.
Nursing:
macam
Yusuf, S & Purba, F. (2008). Semua Tentang
Anjing. Yogyakarta: Media Pressindo.
PSIK Universitas Sam Ratulangi. (2013).
Panduan Penulisan Tugas Akhir
Proposal dan Skripsi. Manado.
8
HUBUNGAN KARAKTERISTIK PEMILIK ANJING DENGAN
UPAYA PENCEGAHAN RABIES DI PUSKESMAS TOBELO
KABUPATEN HALMAHERA UTARA
Julien Patricya Lesnussa
Mulyadi
Reginus Malara
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
julienpatricya@yahoo.com
Abstract: Rabies is a viral disease of the nervous system that could attack all type of warm-blooded
animals ( especially dogs), and humans. Character is a personality that’s affected by motivation,
which induces need to execute something. The prevention of rabies not only depends on animal
problems, but also human problems. The success of rabies termination depends on the level of
understanding about the rabies disease and awareness of the society. Objective to analyze the
characteristic relationship between dog owner and the effort of rabies prevention in Puskesmas
Tobelo, region of South Halmahera. Research Design : descriptive analytical by using approach of
cross sectional and sampling technic usingpurposive sampling with total of50 samples. Results:
Using chi-square test on Fisher exact with mean value α = 0.05 or 95 % and found value of P (age
of dog owners 0.023, goal keeping dogs 0,000, breed of dog 0,005 and the origin of the dog 0,000).
ConclusionThere are characteristic relationship between dog owner and the effort of rabies
prevention in Tobelo Puskesmas, region of South Halmahera. Advice : Give more motivation to the
dog owner in preventing rabies.
Keywords : Characteristic dog owner, prevention rabies
Abstrak: Rabies adalah suatu penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang dapat menyerang
semua jenis binatang berdarah panas dan pada manusia, terutama pada anjing. Karakter (watak)
adalah kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga
bertindak. Pencegahan rabies tidak hanya bergantung pada masalah hewan tetapi juga menyangkut
masalah manusia. Keberhasilan pemberantasan rabies bergantung pada tingkat pemahaman tentang
penyakit rabies dan kesadaran masyarakat.Tujuan untuk Menganalisis HubunganKarakteristik
Pemilik Anjing Dengan Upaya Pencegahan Rabies di Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera
Utara. Desain Penelitian: dekriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan teknik
pengambilan sampel dengan cara purposivesampling berjumlah 50 sampel. Hasil penelitian:
Menggunakan uji Chi-Square pada Fisher exact dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95%
didapatkan nilai P (umur pemilik anjing 0,023, tujuan memelihara anjing 0,000, jenis anjing 0, 005,
dan asal anjing 0,000). Kesimpulan yaitu ada hubungan karakteristik pemilik anjing dengan upaya
pencegahan rabies di Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera Utara. Saran : Lebih memotivasi
pemilik anjing dalam melakukan pencegahan rabies.
Kata kunci : Karakteristik pemilik anjing, pencegahan rabies
1
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Center di Kecamatan Tobelo. Jumlah
penduduk Kecamatan Tobelo yaitu 31.421
jiwa atau 6.284 kepala keluarga. Desa Tobelo
merupakan desa yang memiliki kasus gigitan
tertinggi yaitu tahun 2014 – 2015 bulan
agustus dengan jumlah kasus gigitan 538 kasus
dan yang meninggal 5 orang. Upaya
pencegahan yang telah dilakukan di
Puskesmas Tobelo yaitu pemberian vaksin anti
rabies kepada pasien yang digigit hewan
penular rabies, apabila ada luka diberi alkohol
atau povidion dan selanjutnya diberi edukasi
berupa penyuluhan tentang penyakit rabies dan
jadwal kembali untuk suntikan vaksin berikut
(Profil Puskesmas Tobelo, 2014).
Berdasarkan
observasi
tentang
karakteristik kepemilikan anjing di Tobelo
bahwa pemilik anjing masih membiarkan
anjing berkeliaran di luar rumah, anjing yang
tidak mau divaksinasi oleh pemiliknya serta
tidak ada laporan dari pemilik anjing tentang
korban gigitan hewan penular rabies.
Berdasarkan uraian dan fenomena di atas,
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang apakah terdapat hubungankarakteristik
pemilik anjing dengan upaya pencegahan
penyakit rabies di Puskesmas Tobelo
kabupaten Halmahera Utara.
PENDAHULUAN
Rabies telah menjadi endemis di sebagian
besar wilayah
Indonesia.
Berdasarkan
surveilans laboratorium kesehatan hewan yang
dilakukan sejak 2011 sampai 2013 terhadap
virus rabies, Propinsi Maluku Utara masuk
dalam kategori kriteria ancaman rabies bagi
masyarakat dikategorikan tinggi dengan hasil
positif rabies pada hewan yaitu berkisar 114238 kasus (Menkokesra, 2013).
Propinsi Maluku Utara merupakan salah
satu daerah endemis rabies di Indonesia
dengan jumlah kasus gigitan dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Salah satu
Kabupaten yang endemis rabies di Propinsi
Maluku Utara adalah Kabupaten Halmahera
Utara dengan jumlah kasus gigitan 538 dan
yang meninggal 5 orang(Dinas Kesehatan
Maluku Utara, 2014).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Kardiwinata tahun 2011 mengatakan
bahwa yang memegang peranan penting
terkait dengan tingginya kasus gigitan hewan
penular rabies pada manusia adalah
kepemilikan, sistem atau cara pemeliharaan
dan status vaksinasi hewan penular rabies yang
kurang baik.Sistem pemeliharaan anjing yang
dimaksud yaitu anjing yang masih dilepas oleh
pemilik anjing, status vaksinasi anjing, jenis
anjing yang dipelihara, pengetahuan tentang
rabies, pengalaman memelihara anjing, jenis
anjing
apa
yang
dipelihara,
tujuan
pemeliharaan anjing serta asal anjing
peliharaan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh
Moningka
tahun
2013
bahwa
pengetahuan masyarakat merupakan domain
yang sangat penting dalam tindakan
pencegahan rabies. Mengingat akan bahaya
rabies terhadap kesehatan dan ketenteraman
masyarakat karena dampak buruknya selalu
diakhiri kematian maka usaha pengendalian
penyakit
berupa
pencegahan
dan
pemberantasan perlu dilaksanakan seintensif
mungkin bahkan menuju pada program
pembebasan.
Puskesmas Tobelo adalah bagian dari
wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Halmahera Utara yang berada di Kecamatan
Tobelo dan merupakan Puskesmas Rabies
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional, yaitu pengumpulan data variabel
independen dan dependen dalam waktu
bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Dalam
penelitian ini pengumpulan data untuk variabel
independen (karakteristik pemilik anjing) dan
variabel dependen (pencegahan rabies).
Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas
Tobelo Kecamatan Tobelo Kabupaten
Halmahera Utara dari bulan November hingga
bulan Desember 2015.
Populasi yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang
memiliki hewan penular rabies yaitu anjing.
Sampel yang digunakan adalah pemilik
anjing yang berdomisili di wilayah kerja
Puskesmas Tobelo. Total pemilik anjing
berjumlah 250 orang, maka peneliti
2
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6
didapatkan bahwa yang berumur tua adalah
yang terbanyak berjumlah 40 responden
(80,0%).
Tabel 5.2. Distribusi frekwensi berdasarkan
tujuan memelihara anjing
menetapkan sampel dengan rumus yang
terdapat pada buku (Setiadi, 2013), yaitu :
Jika besar populasi ≤ 1000, maka sampel
bisa diambil 20-30%. Jadi, besar populasi
dalam penelitian ini yaitu 250 maka 20% dari
250 yaitu:
x 250 = 50.
Berdasarkan perhitungan di atas jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 50 orang.
Metode pengambilan sampel dalam penelitian
ini adalah non probability sampling dengan
cara purposive sampling yaitu pengambilan
sampel didasarkan atas pertimbangan peneliti
sendiri (Notoatmodjo, 2012).
Kuesioner yang digunakan yaitu kuesioner
yang telah digunakan Malahayati 2009 yang
dimodifikasi oleh peneliti kemudian dilakukan
uji validitas di Puskesmas Daruba.Lembar
kuesioner yang terdiri dari 15 pertanyaan
diberi skor 2 untuk jawaban Ya, skor 1 untuk
jawaban Tidak. Skor tertinggi nilai 30 dan skor
terendah nilai 15. Kuesioner ditentukan
dengan
menggunakan
skala
gutman
(Nursalam, 2008), yaitu menentukan skor
berdasarkan nilai median.
%
Penjaga Rumah
41
82,0
Berburu
9
18,0
Total
50
100
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2
didapatkan bahwa yang tujuan memelihara
anjing sebagai penjaga rumah adalah yang
terbanyak berjumlah 41 responden (82,0%).
Tabel 5.3. Distribusi frekwensi berdasarkan
jenis anjing
Jenis Anjing
n
%
Anjing Liar
7
14,0
Anjing Rumahan
43
86,0
Total
50
100
Sumber : Data Primer, 2015
Apabila jawaban responden ≥ 23
dinyatakan positif dan apabila jawaban < 23
dinyatakan negatif.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3
didapatkan bahwa yang mempunyai anjing
rumahan lebih banyak berjumlah 43
responden (86,0%).
HASIL PENELITIAN
1.
n
Sumber : Data Primer, 2015
=
X=
= 22,5 = 23
Tujuan
Memelihara Anjing
Analisa Univariat
Tabel 5.4. Distribusi frekwensi berdasarkan
asal anjing
Tabel 5.1. Distribusi frekwensi berdasarkan
umur pemilik anjing
Umur Pemilik
n
%
Asal Anjing
n
%
Tua
40
80,0
Dipelihara sejak lahir
42
84,0
Muda
10
20,0
Ditemukan/Pemberian
8
16,0
Total
50
100
Total
50
100
Sumber : Data Primer, 2015
Sumber : Data Primer, 2015
3
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
maka didapatkan (nilai p = 0,023 dan nilai
OR = 8,222) dan pengujian statistik
menggunakan
Fisher’s
Exact
yang
menunjukkan adanya hubungan umur
pemilik anjing dengan upaya pencegahan
rabies.
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4
didapatkan bahwa anjing yang dipelihara
sejak lahir lebih banyak dengan jumlah 42
responden (84,0%).
Tabel 5.5. Distribusi frekwensi berdasarkan
upaya pencegahan rabies
Upaya Pencegahan
Rabies
n
%
Baik
43
86,0
Tidak Baik
7
14,0
Tabel 5.7. Hubungan tujuan memelihara
anjing dengan upaya pencegahan
rabies
Tujuan
Upaya Pencegahan Rabies
Total
Memelihara
Total
50
100
Anjing
Sumber : Data Primer, 2015
Dari hasil penelitian pada tabel 5.5
didapatkan bahwa yang baik adalah 43
responden (86,0%).
2.
Baik
OR
Tidak Baik
n
%
n
%
n
%
Penjaga
Rumah
40
97,6
1
2,4
41
100
Berburu
3
33,3
6
66,7
9
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
P
80,000 0,000
Analisa Bivariat
Berdasarkan tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk
mengetahui hubungan karakteristik pemilik
anjing dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo Kabupaten Halmahera
Utara., maka didapatkan hasil pengujian
analisis bivariat menggunakan uji korelasi
chi square dengan tingkat kemaknaan 95%
(α = 0,05) dengan hasil sebagai berikut:
Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa
responden yang memelihara anjing sebagai
penjaga rumah dan melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik yaitu 40
responden (97,6%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
maka didapatkan (nilai p = 0,000 dan nilai
OR = 80,000) dan pengujian statistik
menggunakan
Fisher’s
Exact
yang
menunjukkan adanya hubungan tujuan
memelihara
anjing
dengan
upaya
pencegahan rabies.
Tabel 5.6. Hubungan umur pemilik anjing
dengan upaya pencegahan rabies
Umur
Upaya Pencegahan Rabies
Tabel 5.8. Hubungan jenis anjing dengan
upaya pencegahan rabies
Total
Pemilik
Baik
Anjing
n
%
OR
Tidak Baik
n
%
n
P
%
Jenis
Tua
37
92,5
3
7,5
40
Upaya Pencegahan Rabies
Total
Anjing
100
Baik
OR
Tidak Baik
P
8,222 0,023
Muda
6
60,0
4
40,0
10
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
n
%
n
%
n
%
40
93,0
3
7,0
43
100
Anjing Liar
3
42,9
4
57,1
7
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
Anjing
Rumahan
Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa
responden yang tua dan yang melakukan
upaya pencegahan rabies dengan baik yaitu
37 responden (92,5%).
4
17,778 0,005
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Dari tabel 5.8 menunjukkan bahwa
responden yang memiliki anjing rumahan
dan melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik yaitu 40 responden (93,0%).
Berdasarkan hasil uji statistik chi-square
maka didapatkan (nilai p = 0,005 dan nilai
OR = 17,778) dan pengujian statistik
menggunakan
Fisher’s
Exact
yang
menunjukan adanya hubungan jenis anjing
dengan upaya pencegahan rabies.
penyakit rabies berdasarkan variabel umur.
Responden yang berada pada umur 50
tahun ke atas terlihat lebih baik
pertisipasinya dibandingkan yang berada
pada umur 25-49 tahun. Hal ini
dikarenakan responden 50 tahun ke atas
mengaku lebih suka mengikat anjing
peliharaannya agar tidak mengganggu
orang lain.
Hasil penelitian ini sejalan juga dengan
hasil penelitian dari Mutiara, 2011 yang
mengatakan bahwa diperkirakan umur
seseorang
akan
mempengaruhi
tindakannya yang dalam hal ini partisipasi
pemilik anjing dalam program pencegahan
penyakit
rabies,
karena
dengan
meningkatnya umur, berarti pengalaman
dalam memelihara anjing terkait tentang
penyakit rabies juga akan meningkat
terutama pemilik anjing yang tinggal di
daerah endemis rabies.
Tabel 5.9. Hubungan jenis anjing dengan
upaya pencegahan rabies
Asal
Upaya Pencegahan Rabies
Total
Anjing
Baik
OR
Tidak Baik
n
%
n
%
n
%
Dipelihara
sejak lahir
40
95,2
2
4,8
42
100
Ditemuka/
Pemberian
3
37,5
5
62,5
8
100
Jumlah
43
86,0
7
14,0
50
100
P
33,333 0,000
b. Tujuan Memelihara Anjing
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo, menunjukkan sebagian
besar responden yang memelihara anjing
bertujuan sebagai penjaga rumah dengan
jumlah responden 40 responden (97,6%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
dari Tagueha, 2012 yang menyatakan
bahwa anjing yang dipelihara sebagai
penjaga rumah dan dalam jangka waktu
lama oleh masyarakat memiliki kekebalan
lebih tinggi dari pada yang dipelihara
sebagai berburu.
Dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa
responden yang
memiliki anjing yang
dipelihara sejak lahir dan melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik yaitu
berjumlah 40 responden (95,2%).
Berdasarkan hasil uji statistik chisquare maka didapatkan (nilai p = 0,000
dan nilai OR = 33,333) dan pengujian
statistik menggunakan Fisher’s Exactyang
menunjukkan adanya hubungan asal anjing
dengan upaya pencegahan rabies.
c. Jenis Anjing
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo, menunjukkan sebagian
besar responden memiliki anjing yaitu
anjing rumahan (Family Dog) dengan
jumlah responden berjumlah 40 responden
(93,0%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Marpaung, 2010 yang
mengatakan bahwa anjing rumahan lebih
banyak dipelihara karena dapat dikontrol
kesehatan dibandingkan anjing liar.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Suartha, 2012 yang
PEMBAHASAN
a. Umur Pemilik Anjing
Hasil penelitian menunjukkan sebagian
besar responden berumur tua berjumlah 37
responden (92,5%) yang melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik di
Puskesmas Tobelo.
Umur seseorang dapat mempengaruhi
dalam upaya pencegahan rabies. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian
dari Malahayati, 2010 mengatakan bahwa
adanya perbedaan partisipasi responden
dalam melaksanakan program pencegahan
5
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
menyatakan bahwa tingginya jumlah kasus
rabies pada kelompok anjing liar (81%)
dibandingkan anjing rumahan (2%). Hal ini
dikarenakan untuk menangkap anjing liar
cukup sulit sedangkan anjing rumahan
mudah ditangkap dan diberi vaksin.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan
oleh
Malahayati,
2010
mengatakan
bahwa
variabel
umur
berpengaruh terhadap partisipasi pemilik
anjing dalam program pencegahan penyakit
rabies dan penelitian lain yang sejalan
dengan Sunaryo (2004) yang mengatakan
bahwa
umur
dapat
mempengaruhi
seseorang, semakin cukup umur tingkat
kemampuan dan kematangan seseorang
akan lebih tinggi dalam berpikir dan
menerima informasi.
d. Asal Anjing Peliharaan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo, menunjukkan sebagian
besar responden memiliki anjing yang
dipelihara sejak lahir berjumlah 40
responden (95,2%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tagueha, 2012
menyatakan bahwa asal anjing paling
banyak dipelihara sejak lahir (56,70%)
sedangkan ditemukan/pemberian (38,76%).
g. Hubungan Tujuan Memelihara Anjing
dengan Upaya Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan tujuan memelihara anjing dengan
upaya pencegahan rabies di Puskesmas
Tobelo menunjukkan bahwa dari 50
responden yang tujuan memelihara anjing
sebagai penjaga rumah dan melakukan
upaya pencegahan rabies dengan baik yaitu
berjumlah 40 responden (97,6%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh
p = 0,000 artinya nilai p < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara tujuan memelihara anjing
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tagueha (2012) mengatakan
bahwa anjing yang dipelihara dengan tujuan
sebagai
penjaga
rumah
memiliki
kecenderungan untuk divaksin 1,59 kali
lebih sering dibandingkan dengan tujuan
memelihara sebagai berburu. Sejalan juga
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Utami (2008) mengatakan bahwa terdapat
asosiasi yang kuat antara cara pemeliharaan
anjing dengan pelaksanaan program
vaksinasi, pemilik yang memelihara
anjingnya sebagai penjaga rumah lebih
bertanggung jawab terhadap kesehatan
anjingnya,
bukan
hanya
sekedar
bertanggung jawab dalam memberi makan
tetapi juga dalam menjaga kesehatan dan
rutin melakukan vaksinasi.
e. Upaya Pencegahan Rabies
Hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Tobelo menunjukkan responden
yang melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik berjumlah 43 responden
(86,0%).
Penyakit menular dapat dicegah dan
dikontrol. Program kontrol penyakit
menular adalah mengurangi prevalensi
suatu penyakit yang dapat dilakukan
dengan berfokus pada hilangnya suatu
penyakit dari area geografik. Pencegahan
ditekankan
pada
pemutusan
rantai
penularan penyakit (Sumijatun, 2006).
f. Hubungan Umur Pemilik Anjing dengan
Upaya Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan umur pemilik anjing dengan
upaya pencegahan rabies menunjukkan dari
50 responden yang berumur tua dan yang
melakukan upaya pencegahan dengan baik
yaitu berjumlah 42 responden (97,7%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher Exact Test maka
diperoleh p = 0,023 artinya nilai p < 0,05.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara umur pemilik anjing
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
6
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
h. Hubungan Jenis Anjing dengan Upaya
Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan jenis anjing dengan upaya
pencegahan rabies di Puskesmas Tobelo
menunjukkan bahwa dari 50 responden
yang memelihara jenis anjing rumahan dan
melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik berjumlah 40 responden
(93,0%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh
p = 0,005 artinya nilai p < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara jenis anjing peliharaan
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Marpaung (2010) yang
mengatakan bahwa lebih dari 2,5 juta ekor
anjing yang berada di daerah tertular rabies
hampir keseluruhannya merupakan anjing
liar. Anjing liar yang terdapat di Indonesia
berpotensi sebagai reservoir rabies.
SIMPULAN
1. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori umur yang
paling banyak responden ada pada kategori
dengan umur tua.
2. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori tujuan
memelihara anjing yang paling banyak ada
pada kategori sebagai penjaga rumah.
3. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori jenis anjing
yang paling banyak ada pada kategori
anjing rumahan (Family Dog).
4. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh bahwa dari kategori asal anjing
yang paling banyak ada pada kategori
dipelihara sejak lahir.
5. Dari hasil penelitian di Puskesmas Tobelo
diperoleh paling banyak responden yang
melakukan upaya pencegahan rabies
dengan baik.
6. Dari hasil penelitian ini diperoleh adanya
hubungan
karakteristik
pemilik
anjing(umur pemilik anjing, tujuan
memelihara anjing, jenis anjing, dan asal
anjing) dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
i. Hubungan Asal Anjing Peliharaan dengan
Upaya Pencegahan Rabies
Berdasarkan hasil penelitian mengenai
hubungan asal anjing peliharaan dengan
upaya pencegahan rabies menunjukkan
bahwa dari 50 responden yang memelihara
anjing sejak lahir dan melakukan upaya
pencegahan rabies dengan baik berjumlah
40 responden (95,2%).
Dari hasil uji chi-square dengan
menggunakan Fisher’s Exact Test diperoleh
p = 0,000 artinya nilai p < 0,05. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara asal anjing peliharaan
dengan upaya pencegahan rabies di
Puskesmas Tobelo.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Tagueha (2012)
mengatakan bahwa asal anjing dipelihara
sejak lahir (56,70%), anjing yang dipelihara
sejak lahir pemilik lebih memperhatikan
kesehatan hewan peliharaannya sehingga
hewan peliharaannya memiliki kekebalan
yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Maluku Utara. (2014). Profil
Dinas Kesehatan Maluku Utara.
Sofifi.
Harmani, N. (2013). Hubungan Antara
Karakteristik Ibu Dengan Perilaku
Pencegahan Penyakit DBD Di
Kecamatan
Karang
Tengah
Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa
Barat tahun 2013. Jawa Barat:
UHAMKA.
Hasdianah & Dewi. (2014). Virologi:
mengenal virus, penyakit, dan
pencegahannya. Jogjakarta: Nuha
Medika.
Insikhnas. (2012). Manual Penyakit Hewan
Mamalia. Jakarta.
Kardiwinata. (2011). Sistem Pemeliharaan
Anjing sebagai Salah Satu Hewan
Penular Rabies pada Penderita
7
eJournal Keperawatan (eKp) Volume 4 Nomor 1, Mei 2016
Rabies di Propinsi Bali Tahun 2011.
Bali: Universitas Udayana
Puskesmas Tobelo. (2014). Profil Puskesmas
Tobelo. Tobelo.
Kemenkes.(2014). Pusat Data dan Informasi
Rabies. Jakarta.
Rachmat.
(2013).
Pengetahuan
Grasindo.
Kemenkes.
(2015).
Strategi
Rencana
Pembangunan Jangka Panjang 20152019. Jakarta.
Setiadi. (2013). Konsep dan Praktik Penulisan
Riset Keperawatan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Malahayati. (2010). Pengaruh Karakteristik
Pemilik
Anjing
terhadap
Partisipasinya
dalam
Program
Pencegahan Rabies di Kelurahan
Kwala Bekala Kecamatan Medan
Johor Kota Medan tahun 2009.
Medan: USU
Sri Utami. (2008). Status Vaksinasi Rabies
Pada Anjing Di Kota Makassar.
Yogyakarta: UGM.
Suartha. (2012). Pengetahuan Masyarakat
tentang Rabies dalam Upaya Bali
Bebas Rabies. Bali: Universitas
Udayana.
Marpaung. (2010). Hubungan Faktor Internal
dan Eksternal Pemilik Anjing Dengan
Pemeliharaan Anjing Dalam Upaya
Mencegah Rabies Di Kecamatan
Sumbul Kabupaten Dairi tahun 2009.
Medan: USU.
Subronto. (2006). Penyakit Infeksi Parasit dan
Mikroba pada Anjing dan Kucing.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Sumijatun.
(2006).
Konsep
Keperawatan Komunitas.
EGC
Menkokesra. (2013). Laporan Pengendalian
Zoonosis. Jakarta
Moningka.
(2013).
Hubungan
antara
Pengetahuan dan Sikap Pemilik
Anjing dengan Upaya Pencegahan
Rabies di Wilayah Kerja Puskesmas
Ongkaw
Kabupaten
Minahasa
Selatan. Manado: Universitas Sam
Ratulangi
Mutiara.
Ringkasan
Ilmu
Alam.
Jakarta:
Sunaryo.
(2004).
Psikologi
Keperawatan. Jakarta: EGC.
Dasar
Jakarta:
untuk
Tagueha, A. (2012). Tingkat Kekebalan Anjing
Terhadap Rabies di Kota Ambon
Tahun 2012. Yogyakarta: UGM.
Tarigan, I. (2012). Cakupan Vaksinasi Anti
Rabies Pada Anjing dan Profil
Pemilik Anjing di Daerah Kecamatan
Baturiti Tabanan tahun 2012. Bali:
Udayana.
(2011).
Karakteristik
Orang
Tersangka Rabies di Klinik Bestari
Medan tahun 2011. Medan: USU.
Notoatmodjo,
S.
(2012).
Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta
WHO (World Health Organization). (2013).
Sub Bidang Pengendalian Penyakit
Zoonosis. Jakarta
Nursalam. (2013). Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan: Pedoman skirpsi, tesis,
dan
instrumen
penelitian
keperawatan.
Jakarta:
Salemba
Medika.
Williams & Willkins. (2011).
Memahami
berbagai
penyakit. Jakarta. Indeks.
Nursing:
macam
Yusuf, S & Purba, F. (2008). Semua Tentang
Anjing. Yogyakarta: Media Pressindo.
PSIK Universitas Sam Ratulangi. (2013).
Panduan Penulisan Tugas Akhir
Proposal dan Skripsi. Manado.
8