STATUS PEREMPUANPARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH.

(1)

STATUS PEREMPUANPARTAI POLITIK DPW PKB JAWA

TIMUR DALAM PERSPEKTIF FIQH SIYASAH

SKRIPSI

Oleh:

FATHOR ROSYI NIM : C03210071

Pembimbing:

NURUL ASIYA NADIFAH, M,HI NIP. 19754232003122001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM ISLAM

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI HUKUM PIDANA ISLAM

SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Status Perempuan Partai Politik DPW PKB Jawa Timur” ini merupakan hasil penelitian lapangan yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang bagaimana peran perempuan dalam kontestasi politik di Jawa Timur menurut Fiqh siyasah.

Data penelitian dihimpun dengan melalui wawancara dan dokumenter. Teknik analisis data dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian seara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara Undang-Undang dengan fakta di lapangan. Selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisis dengan pola pikir induktif.

Hasil penelitian menjelaskan,perempuan di DPW PKB Jawa Timur memiliki beberapa peran yang dilakukan. Melihat dari jumlah kader perempuanya yang mewakili di Dewan Perwakilan Rakyat Jawa Timur sebesar 7 kader perempuan dari DPW PKB Jawa Timur. Terpilihnya perempuan menjadi anggota DPRD Jawa Timur berlatar belakang kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur, menunjukkan bahwa secara kultural, posisi politik perempuan menunjukkan perkembangan signifikan. Perempuan DPW PKB Jawa Timur ternyata mampu menjadi anggota dewan dengan jumlah yang tidak sedikit, sebuah prestasi yang pantas diapresiasi. Hal ini merupakan sebuah nilai plus atas keterbukaan masyarakat Jawa Timur dalam proses kesetaraan gender, baik di bidang politik maupun yang lainnya. Selain peran tersebut Kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur juga melakukan kegiatan sosial pada hari Kartini dengan model kegiatan mengunjungi Ibu-ibu yang melahirkan pada hari tersebut di rumah-rumah sakit yang ada di Jawa Timur. Kegiatan ini dimaksudkan bahwa kader perempuan DPW PKB Jawa Timur sangat merasa prihatin dengan masih banyaknya ibu-ibu di Jatim yang melahirkan bayinya secara prematur. Sebab kelahiran prematur sangat beresiko besar menghilangkan nyawa baik untuk ibu maupun bayinya.

Penulis mengharapkan agar semua partai politik untuk melibatkan srikandi-srikandi partai untuk melakukan perannya dalam perpolitikan di Jawa Timur. Bagi masyarakat, penulis mengharap agar lebih mendukung terhadap keterlibatan perempuan dalam berpolitik terutama dalam perpolitikan di Jawa Timur.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TRANSLITERASI ... xi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 13

C. Rumusan Masalah ... 14

D. Kajian Pustaka ... 15

E. Tujuan Penelitian ... 17

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 17

G. Definisi Operasional ... 18

H. Metode Penelitian ... 19

I. Sistematika Pembahasan ... 21

BAB II PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH A. Politik Bagi Perempuan... 23

B.Hak-Hak Perempuan Dalam Berpolitik ... 27


(8)

D. Baiat Dan Syura... 27 E. Kegiatan politik... 39

BAB III STATUS PEREMPUAN PARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR

A. PKB dalam Lintasan Sejarah... 42 B. Profil Singkat Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 50 C. Karakteristik dan Arah Perjuangan Perempuan Bangsa PKB Jawa

Timur... 51 D.Kontribusi Kader Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur... 54

BAB IV ANALISIS STATUS PEREMPUAN DPW PARTAI KEBANGKITAN

BANGSA JAWA TIMUR DALAM PRESPEKTIF FIQH SIYASAH

A. Status Perempuan DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.. 56 B. Tinjauan Fiqh Siyasah Terhadap Status Politik Perempuan di

Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur. ... 59

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 65 B. Saran ... 66 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diskursus perempuan dalam kancah politik Indonesia dapat dikategorikan dilematis. Satu sisi perempuan Indonesia dituntut untuk berperan dalam segala sektor, tetapi pada sisi lain muncul tuntutan agar perempuan Indonesia berperan sesuai kodratnya saja, yakni di wilayah domestik. Situasi dilematis ini dialami oleh perempuan Indonesia yang berkarier. Perempuan karier merasa terpanggil untuk mendarmabaktikan bakat dan keahliannya bagi perkembangan bangsa dan negara. Di samping itu, perempuan sering dihantui oleh konstruk budaya yang telah mengakar dalam masyarakat bahwa perempuan harus mengabdi pada keluarga1.

Kesenjangan akses, hak dan peran perempuan dalam politik menjadi hambatan sendiri bagi perempuan dalam ikut berperan dalam ranah politk. Pada sisi lain, hal itu juga dilatarbelakangi oleh kualitas perempuan bila dibandingkan dengan laki-laki. Faktor tersebut tidak sepenuhnya kesalahan kaum perempuan,mengingat konstruk budaya masyarakat yang selalu mengekang agar perempuan tidak perlu repot-repot menempuh pendidikan tinggi karena pada ujungnya akan kembali

1Liza Hadisdan Sri WiyantiEddyono, PengakuanPeran Gender dalamKebijakan-Kebijakan di Indonesia, Jakarta: LBH APIK, 200, hal.23.


(10)

2

kewilayah domestik. Terlepas dari itu semua, minimnya kuantitas perempuan dari pada laki-laki dalam ranah politik membuat perempuan tidak mampu berbuat banyak untuk kepentingan bangsa khususnya dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.2 Lebih parah lagi, ketika tidak sedikit kalangan yang menilai bahwa naiknya perempuan dalam jabatan publik tersebut tidak terlepas dari pengaruh laki-laki.

Dominasi laki-laki atas perempuan dalam kehidupan sosial-politik seakan telah menjadi catatan yang tak akan pernah terhapus dalam sejarah perjalanan kehidupan sosial dan politik di Indonesia. Perempuan tidak pernah mendapat tempat layak dalam tata politik di Indonesia. Dalam sejarahnya, perempuan hanya diapresiasi rendah. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan keterwakilan perempuan dalam legislatif yang belum menunjukkan proporsi yang layak, padahal antara laki-laki dengan perempuan secara kapasitas dan kredibilitas tidak ada bedanya, semua kembali kepada integritas masing-masing dalam membangun komitmen kerja.

Begitupun pada ranah hukum, masih banyak dijumpai substansi, struktur dan budaya hukum yang diskriminatif dan tidak berkeadilan gender. Hukum yang ada saat ini masih lemah dalam menjangkau masalah-masalah kekerasan dan tindak kriminal lainnya. Permasalahan lain ialah kesadaran dan akses informasi masyarakat terhadap hukum masih sangat rendah. Salah satu faktor penyebabnya dapat lihat dari peran

2Anonim, RendahnyaAnggotaLegislatif Daerah dalamMenyuarakanPersoalanMasyarakat, Kompas, Edisi17 Agustus 2014.hal. 14.


(11)

3

oraganisasi-organisasi politik, mengingat partai dan organisasi politik merupakan ekspektasi besar dalam memberikan pendidikan politik cerdas kepada masyarakat, khususnya pada kesamaan hak perempuan dalam kancah politik. Dengan demikian, peran dan kuantitas perempuan di dalam lembaga-lembaga negara (legislatif, eksekutif, yudikatif) masih jauh di bawah dominasi kaum laki-laki.

Manusia adalah khalifah Tuhan dimuka bumi. Tugasnya memakmurkan bumi untuk kesejahteraan manusia. Dalam wacana Islam, politik (al-s}iy{a>sa>h) secara sederhana dirumuskan sebagai cara mengatur urusan-urusan kehidupan bersama untuk mencapai kesejahteraan didunia dan kebahagiaan diakhirat.

Islam adalah agama yang melindungi setiap hak-hak manusia tanpa membedakan laki-laki maupun perempuan, yang membedakan adalah tingkat ketakwaan manusia itu sendiri. Di antara hak-hak manusia itu adalah hak untuk memperoleh pekerjaan, sebab dalam Islam tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki untuk memperoleh pekerjaan.

Islam bahkan menganjurkan manusia bekerja untuk menjadikan kesejahteraan dan ketentraman keluarga. Islam mempunyai posisi yang unik karena mengakui status ekonomi perempuan yang independen dan memberi hak untuk memiliki, menggunakan dan menikmatinya tanpa perantara atau wali.


(12)

4

Selama ini, politik dan prilaku politik dipandang sebagai aktivitas laki-laki. Perilaku politik yang dimaksudkan di sini mencakup kemandirian, kebebasan berpendapat, dan tindakan agresif. Ketiga karakteristik tersebut tidakpernah dianggap ideal dalam diri perempuan. Karena itu masyarakat selalu memandang perempuan yang mandiri, berani mengemukakan pendapat, dan agresif, sebagai orang yang tidak dapat diterima atau diinginkan. Dengan ungkapan lain perempuan dengan karakter seperti itu bukan tipe perempuan ideal.

Padahal ada tiga unsur yang merajut kepemimpinan dalam diri seseorang, yaitu kekuasaan, kompetensi diri, dan agresif kreatif. Kekuasaan, sebagai unsur penting dalam membangun dan memimpin seseorang, selalu didefinisikan sebagai kekuatan atau ketegaran atau kemampuan bertindak yang diperlukan guna mencapai sesuatu demi tujuan yang lebih besar. Pada hakekatnya, kekuasaan bersifat netral, bisa digunakan untuk kebaikan dan sekaligus untuk kejahatan.3Kajian

tentang perempuan dan gender terus menemukan momentumnya, perhatian hampir tidak pernah di berikan kepada ulama perempuan. Terdapat cukup banyak ulama perempuan dan sekaligus para perempuan yang memiliki peran penting dalam keilmuan Islam. Demikian juga terdapat perempuan perempuan yang memiliki peran


(13)

5

krusial dalam pembentukan lembaga-lembaga pendidikan Islam seperti madrasah dan lain-lain.

Meski demikian, masih banyak yang harus dilakukan untuk mengungkapkan sejarah keulamaan dan keilmuan di kalangan perempuan muslim, tidak hanya di Timur Tengah dan kawasan muslim lain, tetapi juga di Indonesia. Sebab seperti disimpulkan baik setelah mengkaji kehidupan keagamaan perempuan muslim. Posisi perempuan dalam masyarakat muslim termasuk di Indonesia tidak bisa dipahami tanpa apresiasi menyeluruh tentang konteks di mana mereka hidup, berbagai faktor budaya, politik, ekonomi, sosial dan bahkan agama saling mempengaruhi dalam menentukan posisi perempuan, tidak terkecuali ulama perempuan.

Di sini faktor religio-sosiologis menjadi sangat penting. Di lingkungan masyarakat muslim Indonesia. Seseorang baru benar-benar diakui sebagai ulama, jika telah diakui oleh komunitas nya sendiri sebagai ulama. Pengakuan itu datang bukan semata-mata mempertimbangkan keahlian dalam ilmu agama, khususnya fiqh, tetapi juga integritas moral dan akhlak nya dilengkapi dengan kedekatan dengan umat, khususnya pada tingkat grass root (akar rumput). Kedekatan dengan umat di lapisan bawah ini bisa disimbolkan


(14)

6

dengankepemilikan dan pengasuhannya terhadap pesantren atau madrasah. Seperti lazimnya di lingkungan NU.4

Peranan perempuan untuk tugas-tugas seperti itu tidak dibedakandari laki-laki. Potensi-potensi atau kemampuan-kemampuan untuk bertindak secara otonom diperlukan bagi tanggung jawab menunaikan amanah tersebut. Pembahasan tentang perempuan sebagai suatu kelompok memunculkan sejumlah kesulitan. Konsep “posisi perempuan” dalam masyarakat memberi kesan bahwa, ada beberapa posisi vital yang diduduki oleh perempuan di semua lapisan masyarakat. Kenyataannya bahwa, bukan semata-mata tidak ada pernyataan yang sederhana tentang “posisi perempuan” yang universal, tetapi di sebagian besar masyarakat tidaklah mungkin berkata bahwa perempuan sebagai kelompok yang memiliki kepentingan bersama. Perempuan ikut andil dalam stratifikasi sosial di masyarakat. Ada perempuan kaya, ada pula yang miskin, ada yang pandai, ada pula yang bodoh. Selain itu, latar belakang kelas kaum perempuan mungkin sama penting dengan gendernya dalam menentukan posisi mereka di masyarakat.5

Pada dasarnya perbedaan laki-laki dan perempuan dapat diwakili oleh dua konsep, yaitu jenis kelamin dan gender. Perbedaan

4JajatBurhanudin.UlamaPerempuanIndonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal.81 5Istibsyaroh, Hak-Hak Permpuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al-Sya’rawi, Jakarta: Pena


(15)

7

jenis kelamin mengacu pada perbedaan fisik, terutama pada perbedaan fungsi reproduksi. Sementara itu gender merupakan konstruksi sosio-kultural. Pada prinsipnya gender merupakan interpretasi kultural atas perbedaan jenis kelamin. Bagaimanapun gender memang berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin, akan tetapi tidak selalu berhubungan dengan perbedaan fisiologis seperti selama ini banyak dijumpai dalam masyarakat.6

Dalam al-Qur’an telah jelas terungkap bahwa kedudukan dan kemuliaan seseorang baik laki-laki maupun perempuan dinilai bukan dari kekuatan (superioritas) maupun kepintarannya. Tetapi lebih karena ketakwaannya, firman Allah :

     

Artinya : “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang

laki laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa danbersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.(QS. Al-Hujurat : 13).7

Dari ayat tersebut maka jelaslah bahwa Islam itu menghargai harkat, martabat, derajat, hak setiap perempuan, tanpa membedakan

6FauziRidjal, DinamikaGerakan Perempuan DiIndonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2001, hal.30 7DepartemenAgamaRepublikIndonesia.Al-Qur’an dan


(16)

8

dengan laki-laki. Perempuan bebas untuk mengembangkan ekonominya dan tidak lagi termarginalkan.8

Perempuan kini berhadapan dengan perspektif modernitas yang semakin terbuka lebar. Keterbukaan ruang bagi perempuan untuk mengikuti pendidikan sampai setinggi-tingginya telah melahirkan kemampuan-kemampuan (al-ahliyah) mereka dalam segala urusan yang sebelumnya diklaim hanya menjadi milik laki-laki. Persepsi tendensius bahwa kaum perempuan kurang rasional, lebih emosional dan kurang kompenten menangani urusan domestik dan publik dibanding kaum laki-laki kini telah gugur dan tidak lagi popular. Kaumperempuan kini tengah bergerak merengkuh masa depanya dan mengubur masa lalu yang suram dan penuh nestapa.9

Diktum-diktum Islam telah memberikan ruang pilihan bagi perempuan juga laki-laki untuk menjalani peran-peran politik domestik maupun publik, untuk menjadi cerdas dan terampil. Sejarah kenabian mencatat sejumlah besar perempuan yang ikut memainkan peran-peran ini bersama kaum laki-laki. Khadijah, Aisyah, Umm Salamah, dan para isteri Nabi yang lain, adalah perempuan-perempuan terkemuka yang cerdas. Mereka sering terlibat dalam diskusi-diskusi tentang tema-tema sosial dan politik bahkanmengkritik kebijakan-kebijakan domestik maupun publik

8Mansour Fakih, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Jakarta: INSISTPress, 2008, hal. 148 9 Husein Muhammad.Spiritualitas Kemanusiaan Perspektif Islam Pesantren, Yogyakarta: LKiS


(17)

9

yang patriarkis. Partisipasi perempuan juga muncul dalam sejumlah baiat (perjanjian, kontrak) untuk kesetiaan dan loyalitas kepada pemerintah.10

Selain itu juga di Indonesia pada masa era Orde Baru perempuan lebih ditempatkan sebagai penggembira dengan wilayah garapan yang sangat terbatas, lazim disebut wilayah domestik. Perempuan di bawah kekuasaan militeristik Suharto hanya dijadikan warga negara kelas dua, dimana haknya dibatasi oleh sekat-sekat yang membuai. Dan kini gerakan perempuan memasuki babak baru dari sekian banyak episode kehidupan global yang sedang bergulir.

Perasaan dan mental kegelisahan gerakan perempuan masih dalam hembusan nafas yang sama, yakni melakukan perlawanan terhadap segala bentuk ketidakadilan atas sosok perempuan dan seluruh sisi kehidupan yang melingkupimya. Gerakan perempuan telah tampil ke permukaan dengan wajah yang jauh lebih baik, dibandingkan pada masa rezim silam. Karena secara kuantitas dan kualitas, perempuan di beberapa tempat terbuktidan berhasil mengungguli kaum laki-laki. Dapat dikatakan, walaupun masih jauh dari sempurna bahwa di masa kini perempuan sukses melakukan gerakan strukturalmaupun kultural untuk turut mengubah wajah dunia.11

10Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2007, hal.165. 11Statistik lain hasil studi Patricia Morgan bertitel “Runtuhnya Dunia laki-laki”(1996) menyebutkan bahwa jumlah karyawan perempuan di Amerika melonjak dari 36% pada awak 70-an menjadi 57% pada saat ini. Penghasil70-an or70-ang perempu70-an y70-ang menjadi penomp70-ang ut70-an\ma rumah tangga di Inggris mencapai angka 30 %, sementara di Amerika terdapat 34% kepala


(18)

10

Khusus keterlibatan seorang perempuan dalam politik di Indonesia pada era reformasi telah menemukan momentumnya ketika pada tanggal 18 Februari 2003, DPR mengesahkan Undang-undang Pemilu dimana salah satu klausul penting dalam pasal 65 ayat (10 yang dianggap progesif sekaligus kontroversial adalah dicantumkanya kuota 30% perempuan dalam nominasi calon legislatif di berbagai tingkatan. Kuota 30% perempuan tersebut diakui merupakkan langkah awal bagi partisipasi politik perempuan di republik ini.12 Aturan ini kemudian menjadi salah satu jalan bagi hadirnmya perbaikkan nasib perempuan melalui mekanisme legislasi parlemen.

Masuknya perempuan dalam lembaga legislatif diharapkan dapat menjadi kekuatan penekan sekaligus eksekutor dalam isu-isu publik khususnya yang menyangkut hajat hidup perempuan. Partisipasi perempuan di parlemen juga membesitkan secercah harapan, dimana perempuan dapat mengeliminasi kebijakan publik yang selama ini cenderung bercorak patriarkis.

Dalam setiap negara demokrasi, peranan partai partai politik menenmpati posisi sentral sebagai salah satu pilar tegaknya demokrasi. Di Indonesia pasca tumbang Rezim Orde Baru, partai politik kembali memainkan peranan penting dalam menentukkan arah pengambilan keputusan dari suatu kebijakan pemerintah. Dari sekian banyak partai keluarga berkulit putih dan 56% berkulit hitam tidak mampu memberikkan penghidupan kepada keluarganya secara layak.(Harioan Al-Hayat, 31 Oktober 1999)


(19)

11

politik yang berdiri di Indonesia, disana terdapat Partai Kebangkitan Bangsa yang didirikkan oleh KH. Abdurrahman Wahid atau lebih populer disebut Gus Dur.

Partai Kebangkitan Bangsa adalah partai politik dengan basis dukungan berasal dari kalangan tradisionalis khususnya warga NU. Namun, walaupun demikian dalam “Mabda Siyasi” partai, PKB menegaskan diri sebagai partai terbuka dalam pengertian lintas agama, suku, ras dan lintas golongan yang dimanifestasikan dalam bentuk visi, misi, progam perjuangan, keanggotaan dan kepemimpinan. Artinya, keterbukaan PKB tidak hanya disimbolkan dalam kehadiran kepengurusan atau keanggotaan yang pluralistik namun yang lebih subtansial lagi adalah keterbukaan dalamn sikap dan perilaku politik serta rumusan cita-cita partai tersebut.

Pada kerangka itulah PKB menjadi partai yang banyak mengakomodir isu-isu politik kontemporer yang tengah berkembang pada ranah politik global, termasuk salahsatunya peranan politik perempuan. PKB yang memiliki keterkaitan erat dengan para Ulama-ulama pondok pesantren melakukan tafsir ulang terhadap nash-nash al-Qur’an dan kitab -kitab fiqh yang pada masa lalu menempatkan perempuan sebagai manusia kelas dua.13

13Gerakan penafsiran ulang terhadap teks-teks keagamaan yang dianggap mendiskriminasi kaum perempuan di pimpin langsung oleh istri Gus Dur (Ibu Shinta Nuriah Wahid), pidatao pada acara MUSKER DPP PKB 2004.


(20)

12

Pada era selanjutnya kegiatan-kegiatan tersebut memicu munculnya wacana-wacana tafsir fiqh baru terhadap perempuan yang dilakukan intelektulal muda Islam. Kondisi ini memumculkan kesadaran untuk menggagas kembali berapa tafsir kaidah Fiqh Al-Nisayang dianggap kurang memberikkan keadilan bagi perempuan. Terlepas dari Pro dan Kontra terhadap gagasan para penganut paham fiqh moderat tersebut, tradisi baru ini juga menjadi pemicu menguatnya wacan kesetaraan gender dalam masyarakat. Dan Partai Kebangkitan Bangsa berada pada baris terdepan dalam mempromosikan gagasan tersebut. Untuk merealisasikan ide pemberdayaan perempuan, PKB kemudian membentuk sebuah sayap partai khusus perempuan yang dinamai dengan Pergerakkan Perempuan Kebangkitan Bangsa (PPKB).

Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa PKB adalah salah satu partai politik yang menyambut baik keterlibatan aktif kaum perempuan dalam dunia politik. Dalam hal ini sangat terbukti keberpihakan PKB terhadap kaum perempuan pada saat pemilu 2004, dimana calon anggota legislatif perempuan diberikan jatah 30% dan menempati no urut jadi. Hal lain dari komitmen PKB terhadap Perempuan adalah ketika DPP PKB menunjuk Ida Fauziyah menjadi ketua fraksi PKB di DPR, penunjukkan ini sekaligus juga menempatkan Ida Fauziyah menjadi satu-satunya perempuan yang menduduki jabatan ketua fraksi DPR RI.14

14www.GP-anshor.com, Tentang Gerakan Politik Perempuan, di akses Pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 19.00


(21)

13

Selain dari fakta yang telah disebutkan diatas di Jawa Timur sendiri sudah terbukti kalau PKB memang konsisten dalam mengawal peran perempuan di Indonesia, ini terbukti dengan keterwakilanya 7 perempuan anggota legislatif di Dewan Perwakilan Daerah Jawa Timur, selain itu juga di Jawa Timur sendiri juga ada perwakilan di daerah Pergerakan Perempuan Kebangkitan Bangsa yang pada Muktamar PKB 2014 di Surabaya berubah namanya menjadi Perempuan Bangsa.

Dengan adanya kepengurusan DPW Perempuan Bangsa di Jawa Timur penulis tertarik untuk meneliti mengenai “Status Perempuan Partai Politik Dalam Perspektif Fiqh Siyasah”

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah menjelaskan kemungkinan-kemungkinan capaian yang muncul dalam penelitian dengan mengidentifikasi sebanyak mungkin yang seterusnya diduga sebagai masalah. Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang muncul didalamnya, yaitu: a. Faktor yang melatarbelakangi status politik perempuan

b. Undang-undang Pemilu dimana salah satu klausul penting dalam pasal 65 ayat 10 yang dianggap progresif sekaligus kontroversial adalah dicantumkannya kuota 30% perempuan.


(22)

14

c. Status perempuan dalam Partai politik dalam hal ini Partai Kebangkitan Bangsayang telah melahirkan sebuah sayap partai khusus bagi Perempuan.

d. Ditunjuknya kader perempuan PKB di DPR RI untuk menjadi Ketua Fraksi.

e. Status politik Perempuan yang mendapat 7 kursi di DPRD Jawa Timur.

2. Batasan Masalah

Mengingat terlalu luas bahasan pada objek yang akan dijadikkan penelitian ini, maka penulis kiranya sangat penting dalam memberikan batasan dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut:

1. Status politik perempuan dalam Status Perempuan Partai Politik Dalam Perspektif Fiqh Siyasah

2. Pandangan Politik Islam tentang Status Politik Perempuan di Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur dalam Perspektif Fiqh Siyasah.

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas, peneliti akan membahas bagaimana peran politik perempuan pesantren dalam proses menuju pemilu legislatif. Maka pokok permasalahan yang akan diangkat dalam skripsi ini adalah:


(23)

15

1. Bagaimana Status Perempuan Partai Politik Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur

2. Bagaimana Status Perempuan Dewan Pimpinan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur Dalam Prespektif Fiqh Siyasah?

D. Kajian Pustaka

Kajian tentang perempuan dalam politik telah banyak di tulis oleh para pemikir dan teman-teman dalam Skripsinya, berdasarkan temannya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Amatullah Shafiyyah dalam bukunya Kiprah Politik Muslimah Konsep Dan Implementasinya. Pada Tahun 2005 Fakultas SyariahJurusan Siyasah Jinayah, yang di dalam buku ini menjelaskan tindakan politik atau sama dengan istilah partisipasi politik, bagi kaum muslimah terasa begitu jauh. Politik di abad-abad terakhir telah menjadi ruang yang gelap dan tabuh bagi muslimah. Para muslimah dan juga kaum perempuan pada umumnya. Pada saat ini, para muslimah dalam dimensi ruang dan waktu yang berbeda disadari atau tidak telah melakukan aktivitas politik. Contoh partisipasi politik yang paling sederhana dan hampir di lakukan semua orang adalah ikut dalam pemilihan umum (pemilu).15

Nur Laili Rohmah Fakultas Ushuludin Jurusan Aqidah Filsafat tahun 2004. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam. Skripsi ini membahas tentang perempuan yang memangku jabatan

15 Amatullah Shafiyyah. Kiprah Politik Muslimah Konsep Dan Implementasinya, Skripsi fakultas Syariah Jurusan Siyasah Jinayah pada tahun 2005.


(24)

16

menurut pandangan Islam. Islam mengakui adanya persamaan kedudukan dalam masyarakat, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hal itu disebabkan Islam datang membawa persamaan antara laki-laki dan perempuan, sebab. Sebagian dari mereka berasal dari sebagian yang lain. Laki-laki dari perempuan dan perempuan dari laki-laki. Tidak ada perbedaan antara mereka dalam hal esensi alami sehingga keduanya di bebani hak dan kwajiban yang sama untuk menegakkan Amar Ma’ruf Nahi Munkar walaupun ada perbedaan berkaitan dengan status dan peranan masing-masing.16

So’idah. Fakultas Syariah Jurusan Ahwalus Syakhsiyah. Tahun 2002. skripsi yang berjudul Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di Indonesia Menurut Persepektif Hukum Islam. Yang di mana, di dalamnya, Hukum Islam membolehkan wanita untuk memegang peranan dalam dunia politik pada masa sekarang ini jika dia memang mempunyai potensi dan mampu menangani di bidang politik tersebut tanpa berbenturan dengan kemaslahatan umat dankeluarga.17

Skripsi yang mengangkat “Status Perempuan Partai Politik Dalam Perspektif Fiqh Siyasah”ini merupakan penelitian tentangkajian-kajian yang berkenaan dengan popularitas gender yang terkait dengan kekuasaan dan kepemimpinan yaitu mereka calon anggota legislatif (Caleg) yang sekarang banyak didominasi oleh kaum perempuan, yang dianggap

16Nur Laili Rohmah. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam. Skripsi fakultas Ushuludin pada tahun. 2004.

17So’idah. Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di Indonesia Menurut Persepektif HukumIslam. Skripsi fak. Syari’ah thn. 2002


(25)

17

mumpuni dalam mengembangkan kesejahteraan masyarakat dan bisa menjadi memimpin yang lebih baik. Yang membedakan skripsi ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah kekhususannya akan pembahasan akan status perempuan dalam partai politik yang ditinjau dari perspektif Fiqh Siyasah.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui Status Perempuan Partai Politik Dalam Perspektif Fiqh Siyasah

2. Untuk mengetahui bagaimana pandangan Fiqh Siyasah tentang Status Politik Perempuandi Partai Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

F. Kegunaan Pelitian

Hasil dari studi ini diharapkan dapat berguna: 1. Secara Teoritis:

a. Untuk memperkaya khazanah keilmuan dalam fiqh siyasah terutama dalam kaitannya dengan peran politik perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

b. Untuk memahamiperan politik perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

2. Secara Praktis : untuk dijadikan bacaan, referensi, dan rangsangan bagi penelitian berikutnya, terutama yang berkaitan tentang peran politik perempuan di Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.


(26)

18

G. Definisi Operasional

1. Status : Keadaan atau kedudukan (orang

atau badan dan sebagaiannya) dalam hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya.18

2. Perempuan : salah satu dari dua jenis kelamin manusia; satunya lagi adalah lelaki atau pria. Berbeda dari wanita, istilah "perempuan" dapat merujuk kepada orang yang telah dewasa maupun yang masih anak-anak.19

3.Perempuan Bangsa (PB) : Adalah barisan perempuan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang merupakan salah satu organisasi sayap pkb yang konsen terhadap perempuan baik dalam bidang politik, sosial, budaya dan agama. Kehadiran organisasi sayap perempuan ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat secara

18PusatBahasaDepartemenPendidikanNasional,

KamusBesarBahasaIndonesiaEdisi3.Jakarta:PT.(Persero)PenerbitandanPercetakanBalaiPustaka,20 05, hal, 936


(27)

19

luas terutama kalangan perempuan. Sebagai mahluk feminis, perempuan kerap menjadi salah satu objek dari ketidak adilan gender di berbagai hal dalam kehidupan nyata.20

4. Fiqh Siyasah : Ilmu yang membahas tentang cara pengaturan masalah ketatanegaraan semisal (bagaimana mengadakan) perundang-undangan dan berbagai peraturan (lainnya) yang sesuai dengan prinsip-prinsip islam, kendatipun mengenai penataan semua persoalan tersebut tidak ada dalil khusus yang mengaturnya.21

Status politik perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa adalah sebagai pelaku kekuasaan untuk membuat aturan hukum dan melaksanakannya dalam kehidupan masyarakat di dalam kancah politik atau pemilu legislatif khususnya di Jawa Timur.

H. Metode Penelitian

20http://pkb.or.id/perempuan-bangsa-harus-jadi-motor-penyelesaian

permasalahan-perempuan-indonesia, Diakses pada tanggal 01 Mei 2016 pukul 14.30 Wib.

21Abdul Wahab Khalaf, al siyasah syar’iyyah aw nidzham al dawlah al islamiyyah (Al Kaherah: Dar al Anshar, 1977), hal 5.


(28)

20

1. Data Yang Dikumpulkan

a. Data yang berkenaan dengan status politik perempuan yang ada di Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

b. Data tentang Analisi Fiqh Siyasah status perempuan dan posisi perempuan di Partai Politik.

2. Sumber Data.

a. Sumber Data Primer : Cara yang dihasilkan dari orang atau wawancara dengan kader perempuan di PKB Jawa Timur

b. Sumber Data Skunder : Yaitu literatur-literatur masalah perempuan dalam berpolitik diperoleh dari buku-buku atau kitab-kitab yang berkaitan dengan masalah perempuan dalam berpolitik.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan tahapan teknik sebagai berikut :

a. Wawancara atau interview adalah mengadakan wawancara dengan informan dalam hal ini yang menjadi informan adalahkader perempuan PKB Jawa Timur yang terlibat dalam peranan politik. b. Observasi adalah dengan melihat atau mencatat sendiri peristiwa

yang terjadi di lapangan.

c. Dokumenter adalah sebuah data yang ada di lingkungan Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timuryang berhubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti sebagai pelengkap penelitian.


(29)

21

d. Kajian pustaka adalah data yang diperoleh dari buku-buku atau literatur- literatur dan dokumen-dokumen yang membahas tentang perempuan dalam berpolitik.

4. Teknik Analisis Data

Skripsi ini menggunakan teknik analisa data deskriptif analisis Yudikatif yaitu teknik analisis data dengan memaparkan data dengan apa adanya, dalam penelitian ini adalah, peran perempuan di DPW PKB Jawa Timur kemudian dianalisa dan diverifikasi dengan menggunakkan teori fiqh Siyasah, yaitu teori tentang peranan perempuan dalam kancah perpolitikan menurut perspektif fiqh siyasah,yang diambil dari dalil-dalil al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar.

I. Sistematika Pembahasan

Supaya pembahasan skripsi ini sistematis dan terarah maka penulis menguraikan bab demi bab. Dari bab tersebut di bagi menjadi sub bab, kemudian untuk menjadi jelasnya penulis paparkan sebagi berikut.

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisikan gambaran umum yang membuat pola dasar penulisan skripsi ini meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan sistematika pembahasan

Bab kedua merupakan landasan teoritik yang mengkaji tentang politik bagi perempuan, hak-hak perempuan dalam berpolitik,


(30)

22

kepemimpinan perempuan, baiat dan syuro, kegiatan politik dalam perspektif Fiqh Siyasyah.

Bab ketiga berisi tentang data-data di lapangan terkait dengan status politik perempuan di Dewan Perwakilan Wilayah Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur.

Bab keempat menjelaskan analisa tentang status poltik perempuan dalam Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Timur beserta tinjauan fiqh siyasah. Dalam hal ini penulis juga menganalisa motif dan faktor-faktor yang melatarbelakangi lahirnya Badan Otonom Perempuan Bangsa.

Bab kelima Penutup bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah mengadakan analisis terhadap data yang diperoleh, sebagaimana diuraikan pada bab sebelumnya, dan merupakan jawaban atas pertanyaan pada rumusan masalah, sedang saran adalah harapan penulis selesai mengadakan penelitian.


(31)

BAB II

PEREMPUAN DALAM POLITIK MENURUT PERSPEKTIF FIQIH SIYASAH

A. Politik Bagi Perempuan

Politik pada hakekatnya adalah kekuasaan (power) dan pengambilan keputusan. Lingkupnya dimulai dari institusi keluarga hingga institusi politik formal tertinggi. Oleh karena itu pengertian politik pada prinsipnya meliputi masalah-masalah pokok dalam kehidupan sehari-hari yang pada kenyataannya selalu melibatkan perempuan. Keterlibatan perempuan dalam politik bukanlah dimaksudkan untuk menjatuhkan, menurunkan, atau merebut kekuasaan dari laki-laki, melainkan dimaksudkan agar bisa menjadi mitra sejajar laki-laki.1

Ketika bicara politik, harus berbicara insan politiknya. Insan politik yang dimaksud di sini adalah manusia sebagai pelaku dan sekaligus obyek politik. Pada dasarnya semua wacana pelaku politik telah menjadi kajian dan ulasan dari kitab-kitab fiqh politik, namun dalam hal ini masih ada wacana pelaku politik yang terlupakan, yaitu wacana politik kaum perempuan. Sebagai salah satu pelaku dan pencipta wacana politik, kaum perempuan tidak mendapat tempat yang berarti, bahkan termaginalkan. Diakui atau tidak, domain yang disediakan oleh fiqh politik, misalnya tentang lembaga-lembaga pemerintahan, seperti Imamah, perwakilan, kementerian dan

1


(32)

25

sebagainya. Tampaknya lebih akrab dengan aktivitas laki-laki dibandingkan dengan aktivitas perempuan.2

Oleh karena itu kedudukan perempuan dalam fiqh politik ini merupakan agenda tersendiri dan sangat penting untuk dilihat. Persoalannya tidak sekedar mempertanyakan kembali boleh dan tidaknya perempuan menjadi imam (pemimpin), tetapi bagaimana konsepsi fiqh dalam memandang peran politik perempuan secara umum. Secara garis besar, dalam membicarakan keberadaan hak-hak kaum perempuan berpolitik ada tiga pendapat yang berkembang sebagaimana yang diterangkan di bawah ini: 1. Pendapat Konservatif

Pendapat konservatif ini mengemukakan argumentasi bahwa dalam praktik politik, Islam tidak mengakui persamaan politik antara laki-laki dan perempuan. Ulama-ulama yang mendukung pendapat seperti ini, misalnya, Imam al-Ghozali yang menyatakan bahwa seorang perempuan tidak bisa didudukan sebagai imam (kepala negara). Menurutnya bagaimana bisa seorang perempuan melaksanakan pemerintahan sedangkan dia sendiri tidak memiliki hak untuk memutuskan perkara besar dan tidak mampu memberikesaksian dalam perbagai persoalan keputusan hukum.3Pendapat yang sama dilontarkan juga oleh al-Qalqasyandi. Dengan jelasia mengatakan bahwa perempuan

2

Syafiq Hasyim Hal-Hal Yang Tak Terpikiurkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam. h. 189.

3


(33)

26

dilarang menjadi kepala pemerintahan karena dia memilikikekurangan dalam dirinya. Mereka berlandasan dari hadist :

ٍةَمِلَكِب َللا َِِعَفَ ن ْدَقَل َلاَق َةَرْكَب َِِأ ْنَع ِنَسَْْا ْنَع ٌفْوَع اََ ثَدَح ِمَثْيَْْا ُنْب ُناَمْثُع اََ ثَدَح

َمَلَسَو ِْيَلَع َُللا ىَلَص ََِِلا َغَلَ ب اَمَل ِلَمَْْا َماَيَأ ملسو يلع ها يلص ه لوسر نم اهتعم

َلاَق َرْسِ ن ب مهيلع اوُكَلَم دق ِراَ ل ا َنَأ

ةَأَرْما ْمَُرْمَأ اْوَلَو ٌمْوَ ق َحِلْفُ ي ْنَل

(

اور

يراخبلا

)

Artinya:“tidak akan berjaya suatu kaum yang mengangkat seorang wanita

sebagai pemimpin mereka”(H.R. Bukhari)

Hadits ini dari segi riwayat tidak seorang pun pakar Hadits yang mempersoalkan kesahihannya. Sedangkan dari segi diroyah; dalalah hadits ini menunjukkan dengan pasti haramnya wanita memegang kekuasaan negara. Menurut faham konservatif ini, Islam telah menentukan peran perempuan dalam wilayah khusus (domestic role). Menurut mereka, Islam tidak pernah menyandarkan urusan publik kepada perempuan, bahkan sejak masa kenabian tak satupun perempuan yang terlibat secara langsung dalam kegiatan politik.

2. Pendapat Liberal-Progresif

Pendapat liberal-progresif adalah yang menyatakan bahwa Islam sejak awal telah memperkenalkan konsep keterlibatan perempuan dalam peran politik. Secara eksplisit kelompok ini mengatakan bahwa perempuan mempunyai hak pilih dalam berpolitik. Mereka juga diizinkan memangku tugas-tugas politik seberat yang dipangku oleh laki-laki.


(34)

27

Kaum ulama dari golongan dari kelompok Khawarij dan Musyabbihah menggunakan dalil-dalil al-Qur’an tentang konsep adalah (keadilan) dan musawah (persamaan) yang selalu dijunjung tinggi dalam Islam, dan juga sebagai organisasi Islam terbesar di indonesia, Nahdlatul ulama (NU) tidak saja selalu menghiasi wacana publik Indonesia, tetapi juga menjadi inspirasi bagi gerakan dan pemikiran keislaman yang berwawasan kebangsaan, respon terhadap perubahan dan akomodatif terhadap kebudayaan lokal nusantara. NU selalu memposisikan diri sebagai jangkar nusantara, terutama yang digalang oleh kader-kader mudanya.

Mereka mempunyai gagasan keagamaan progresif dalam merespon modernitas dengan menggunakan basis pengetahuan tradisional yang mereka miliki setelah di persentuhkan dengan pengetahuan baru dari berbagai khazanah modern. Mereka tidak hanya peduli dengan modernitas yang terus di kritik dan disikapi secara hati-hati, tetapi juga melakukan revitalisasi tradisi.4

Dalam konteks ini, NU menjadikan kepercayaan teologis sebagai basis pengembangan masyarakat dengan mengusung isu-isu universal seperti, HAM, demokrasi, civil society termasuk juga kesetaraan gender, dengan munculnya calon-calon ulama perempuan di Indonesia ini sebagai salah satu indikator awal akan terbebasnya perempuan dari belenggu penindasan dan ketidakadilan. Pengertian ulama sebagai penerus Nabi

4


(35)

28

ulama’u waratsatul ambiya’) tidak hanya tertentu bagi kaum laki-laki. Perempaun yang seringkali hanya ditempatkan di dalam rumah, sudah saatnya tampil ke ruang publik untuk mengayomi seluruh umat, baik laki-laki maupun perempuan. Pada biasanya, laki-laki-laki-laki dengan sifat keperkasaannya menjadi ulama atau pimpinanan agama, sehingga tidak jarang ia anarkis dan destruktif. Dengan demikian, kehadiran ulama perempuan menjadi sungguh dinantikan oleh seluruh umat manusia

3. Pendapat Apologis

Pendapat apologis adalah yang menyatakan bahwa ada bagian wilayah politik tertentu yang bisa dimasuki perempuan dan ada wilayah tertentu yang sama sekali tidak boleh dijamah oleh perempuan. Menurut kelompok ini, yang menjadi wilayah politik perempuan adalah menjadi ibu. Di samping itu, kelompok ini masih menganggap bahwa porsi emosional perempuan lebih besar di bandingkan dengan porsi rasionalnya.5Ketiga pendapat ini pada dasarnya mewakili corak pandang para ahli Fiqh zaman klasik.

B. Hak-Hak Perempuan Dalam Berpolitik

Al-Qur’an berbicara tentang perempuan dalam berbagai surat dan ayat yang menyangkut berbagai sisi kehidupannya. Adapula yang menguraikan keistimewaan tokoh-tokoh perempuan dalam sejarah

5Syafiq Hasyim, “

Hal-Hal Yang Tak Terpikiurkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam Islam.” hlm. 195


(36)

29

kemanusiaan secara umum,misalnya dalam surat an-Nisa’ayat 32 yang menunjukkan hak-hak perempuan.

اوُبَسَتْ ا اَِِ ٌبيِصَن ِلاَجِرلِل ٍضْعَ ب ىَلَع ْمُكَضْعَ ب ِِب َُللا َلَضَ اَم اْوَ َمَتَ ت َََو

ٍءْيَش ِلُكِب َناَ ََللا َنِإ ِِلْضَ ْنِم ََللا اوُلَأْساَو ََْْسَتْ ا اَِِ ٌبيِصَن ِءاَسِلِلَو

اًميِلَع

Artinya: “Karena bagi orang laki-laki ada bagian dari pada apa yang mereka usahakan dan bagi para perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka

usahakan”6

Menurut ayat di atas hak politik menurut ahli hukum adalah hak yang dimiliki dan digunakan oleh seseorang dalam kapasitasnya sebagai anggota dalam organisasi politik seperti hak memilih dan dipilih, mencalonkan diri dan memegang jabatan umum dalam negara. Selain itu, hak politik bisa diartikan sebagai hak-hak dimana individu memberi andil melalui hak tersebut dalam mengelola negara.

Ada yang berpendapat bahwa Islam tidak menetapkan persamaan antara perempuan dan laki-laki, khususnya dalam memperoleh hak-hak politik. Masalah hak perempuan dalam pencalonan memiliki dua dimensi lain, yaitu pertama : perempuan menjadi anggota di parlemen, kedua: ikut serta dalam pemilihan anggota di parlemen. Untuk mengetahui ketentuan dalam kedua masalah ini, yang pertama mengandung kewenangan dalam


(37)

30

urusan-urusan umum, maka harus dijelaskanbahwa kewenangan itu ada dua, yaitu kewenangan umum dan kewenangan khusus.

Kewenangan umum adalah kekuasaan dalam urusan-urusan masyarakat, seperti kewenangan pembuatan undang-undang, keputusan proses pengadilan, implementasi hukum, dan kontrol terhadap para penegak hukum. Sedangkan kewenangan khusus adalah kekuasaan mengatur masalah tertentu, seperti wasiat kepada anak yang masih kecil, kewenangan terhadap harta, dan pengaturan wakaf.

Syariat memberikan kesempatan kepada perempuan dalam kewenangan yang nomor dua di atas. Dalam hal itu, ia memiliki kekuasaan seperti yang dimiliki laki-laki, sebagaimana memiliki kekuasaan dalam mengatur kepentingan-kepeningan khusus dirinya.7Pendapat ini didasarkan pada surat At Taubah ayat 71:

ٍضْعَ ب ُءاَيِلْوَأ ْمُهُضْعَ ب ُتاَِمْؤُمْلاَو َنوُِمْؤُمْلاَو

ۚ

َنوُميِقُيَو ِرَكُْمْلا ِنَع َنْوَهْ َ يَو ِفوُرْعَمْلاِب َنوُرُمْأَي

َُلوُسَرَو ََللا َنوُعيِطُيَو َةاَ َزلا َنوُتْؤُ يَو َة َََصلا

ۚ

َُللا ُمُهََُْرَ يَس َكِئَٰلوُأ

ٌميِكَح ٌزيِزَع ََللا َنِإ

Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh kebaikan, mencegah kemungkaran, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rosul-Nya. Mereka itu akan di beri rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah itu maha perkasa lagi maha bijaksana.” (QS.

At Taubah[9]:71).8

7

Ikhwan Fauzi, perempuan dan kekuasaan, menulusuri hak politik dan kekuasaan gender dalam Islam hlm. 36-38.

8Depag RI, Alqur’


(38)

31

Ayat ini menunjukkan bahwa perempuan seperti laki-laki. Masing-masing mereka boleh berpartisipasi dalam politik dan mengatur urusan masyarakat, dan mempunyai hak dalam mengatur kepentingan umum.

Hak-hak politik ini mencakup :

1. Hak dalam mengungkapkan pendapat dalam pemilihan dan refrendum dengan berbagai cara.

2. Hak dalam pencalonan menjadi anggota lembaga perwakilan dan anggota setempat.

3. Hak dalam pencalonan menjadi presiden dan hal-hal lain yang mengandung persekutuan dan penyampaian pendapat yang berkaitan dengan politik.9

Berkaitan dengan posisi perempuan dan memperoleh hak-hak politik, Islam mengakui pentingnya peran kaum perempuan dalam kehidupan masyarakat dan dampaknya dalam kehidupaun politik. Oleh karena itu kaum perempuan telah diberikan hak-hak politik yang mencerminkan status mereka yang bermartabat, terhormat dan mulia dalam Islam. Sebagian hak-hak tersebut adalah sebagi berikut :

1. Kebebasan untuk Menyampaikan Pendapat.

Saling bertukar pikiran adalah prinsip yang sangat penting dalamIslam. Metodologi yang disusun oleh Islam untuk menciptakan


(39)

32

sebuah bangsa yang berhasil ini mengajak setiap anggotanya untuk salingmenasehati dan bermusyawarah satu sama lain. Allah SWT berfirman :

َنوُقِفُي ْمُاَْ قَ َر اََِِو ْمُهَ ْ يَ ب َروُش ْمُُرْمَأَو َة َََصلا اوُماَقَأَو ْمِِ َرِل اوُباَ َتْسا َنيِ َلاَو

Artinya: “Dan bagi orang-orang yang menerimah (mematuhi) seruan tuhan Nya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (di putuskan) dengan musyawarah antara mereka dan mereka menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. (QS : Asy-syura 42:38)10

Ayat di atas menjelaskan pentingnya musyawarah dalam menyelesaikan sebuah masalah. Karena kaum muslimin disuruh menyelesaikan segala urusan mereka dengan bermusyawarah, maka semua muslim baik laki-laki maupun perempuan wajib menyampaikan pendapatnya, jika mereka merasa bahwa dengan melakukan itu mereka dapat memberikan nasehat yang berharga dan bijaksana untuk kepentingan umat Islam dan juga mengikuti prinsip menyuruh kebaikan dan melarang kejahatan (amar ma’ruf nahi munkar).

Karena agama Islam menghormati hak kebebasan berfikir dan mengungkapkan pendapat kepada seluruh umat manusia. Kebebasan berpendapat ini tidak hanya diberikan kepada warga negara ketika melawan tirani. Namun juga bagi warga suatu negara untuk bebas


(40)

33

mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda dan mengekspresikannya berbagai masalah.11

2. Hak Terhadap Pemilihan

Keputusan tentang persoalan-persoalan politik sangat

diperhitungkan dan dihargai dalam rangka memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan masyarakatnya sendiri.12 Dalam al-Qur’an

Allah berfirman:

ْمُكِْم ِرْمَْْا ِِوُأَو َلوُسَرلا اوُعيِطَأَو ََللا اوُعيِطَأ اوَُمآ َنيِ َلا اَه يَأ اَي

ٍءْيَش ِِ ْمُتْعَ اََ ت ْنِإَ

ِرِخ ْْا ِمْوَ يْلاَو َِللاِب َنوُِمْؤُ ت ْمُتُْ ْنِإ ِلوُسَرلاَو َِللا ََِإ ُودُرَ

ۚ

ًَيِوْأَت ُنَسْحَأَو ٌرْ يَخ َكِلَٰ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan ulil amri di antara kamu, jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikan ia kepada Allah dan Al-Qur’an dan rosul atau sunnahnya. Jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu yang lebih utama bagimu dan lebih baik akibatnya. (QS. An-nisa’ 4:59)13

Ayat tersebut menjelaskan tentang administrasi pemerintahan dalam suatu negara dipercayakan bagi seorang amir atau pemimpin. Semua orang muslim yang telah dewasa mendapat hak untuk ikut serta dalam pemilihan seorang pemimpin, baik secara langsung dan tidak langsung.

11

Fatimah Umar Nasif, Hak Dan Kewajiban Perempuan Dalam Islam, Terjemahan Burhan Wirasubrata, hlm.170

12

Syekh Syaukat Hussein, HAM dan Islam. Terj. Abdul Rochim, hlm. 18 13Depag RI, Alqur’an dan Terjemah. Jakarta. hlm. 128


(41)

34

Dengan demikian sebagai anggota umat secara keseluruhan, perempuan juga berhak untuk menentukan nasibnya sendiri dan nasib bangsanya. Karena semua individu mempunyai hak untuk memilih kepalanegara dan menduduki jabatan di jajaran pemerintahan.14Syura (musyawarah) menurut Al-Quran hendaknya merupakan salah satu prinsip pengelolaan bidang-bidang kehidupan bersama, termasuk kehidupan politik. Ini dalam arti bahwa setiap warga negara dalam hidup bermasyarakat dituntut untuk senantiasa mengadakan musyawarah.

Sejarah Islam juga menunjukkan betapa kaum perempuan tanpa kecuali terlibat dalam berbagai bidang kemasyarakatan. Al-Quran menguraikan permintaan para perempuan di zaman Nabi Saw. untuk melakukan bai'at (janji setia kepada Nabi dan ajarannya), sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Mumtahanah ayat 12 sebagai berikut :

اَي

اَه يَأ

َِِلا

اَ ِإ

َكَءاَج

ُتاَِمْؤُمْلا

َكَْعِياَبُ ي

ٰىَلَع

ْنَأ

ََ

َنْ ِرْ ُي

َِللاِب

اًئْيَش

َََو

َنْقِرْسَي

َََو

َ ِنْزَ ي

َََو

َنْلُ تْقَ ي

َنَُد ََْوَأ

َََو

َ ِتْأَي

ٍناَتْهُ بِب

َُيَِ ْفَ ي

َْ َ ب

َنِهيِدْيَأ

َنِهِلُجْرَأَو

َََو

َكَيِصْعَ ي

ِِ

ٍفوُرْعَم

َنُهْعِياَبَ

ْرِفْ َ تْساَو

َنَُْ

ََللا

َنِإ

ََللا

ٌروُفَ

ٌميِحَر

Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS al-Mumtahanah : 12).15

14

Fatimah Umar Nasif, hak dan kewajiban, hlm. 172 15Depag RI, Alqur’an dan Terjemah. Jakarta. hlm. 925


(42)

35

3. Hak Mendapat Perlindungan Kehormatan

Hak penting ketiga yang diberikan Islam kepada perempuan adalah berupa perlindungan kehormatan. Kaum muslimin dilarang untuk saling menyerang kehormatan orang lain dengan cara apapun. Hal ini

disampaikan rasulullah pada haji wada’nya. Kaum muslimin terikat untuk menjaga kehormatan orang lain, dapat dihukum oleh pengadilan hukum setelah terbukti kesalahanya. Negara juga harus melindungi kehormatan warganegaranya tanpa diskriminasi apapun. Allah berfirman didalam

al-Qur’an :

ٍءاَسِن ْنِم ٌءاَسِن َََو ْمُهْ ِم اًرْ يَخ اوُنوُكَي ْنَأ ٰىَسَع ٍمْوَ ق ْنِم ٌمْوَ ق ْرَخْسَي ََ اوَُمآ َنيِ َلا اَه يَأ اَي

َنُهْ ِم اًرْ يَخ َنُكَي ْنَأ ٰىَسَع

ِباَقْلَْْاِب اوُزَ باََ ت َََو ْمُكَسُفْ نَأ اوُزِمْلَ ت َََو

ُمْس َِا َسْئِب

ِناَمِْْا َدْعَ ب ُقوُسُفْلا

ۚ

َنوُمِلاَللا ُمُ َكِئَٰلوُأَ ْبُتَ ي َْ ْنَمَو

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman. Janganlah suatu kaum

mengolok-olok suatu kaum yamg lain karena boleh jadi mereka yang diolok-olok lebih baik dari pada mereka.(QS. Al-Hujarat 49:11).16

Ayat di atas menjelaskan perlindungan kehormatan sesama manusia, harus berbuat baik dan saling tolong menolong antara sesama manusia, terlebih kaum perempuan, karena Allah memerintahkan kepada kita untuk melindungi dan membela kaum perempuan, membantu

16Depag RI, Alqur’


(43)

36

integrasi mereka ke dalam masyarakat dan memberikan kehidupan yang terhormat.17

4. Hak Pengawasan

Umat dan individu memiliki hak mengawasi kepala negara dan seluruh jabatan dijajaran pemerintah. Dalam pekerjaan dan tingkah laku mereka menyangkut urusan negara. Hak pengawasan ini dimaksudkan untuk meluruskan kepala negara jika dia menyimpang dari jalan yang lurus. Karena Islam telah menganugerahkan hak bagi seluruh umat manusia untuk mengecam kedzaliman pemerintah.

C. Kepemimpinan Perempuan

Sebagai seorang muslim sudah selayaknya menjadikan Islam sebagai cara pandangnya dalam memandang, menghadapi dan menyelesaikan segala persoalan. Di mana dalam bidang kepemimpinan perempuan, Islam bertolak dari status manusia sebagai khalifah. Akhir surat al-Ahzab mempertegas kekhalifahan manusia ini di muka bumi. Bumi sebagi

pengemban amanat Allah untuk mengolah, memelihara, dan

mengembangkan bumi. QS al-Ahzab ayat 35 sebagai berikut :

ِتاَقِداَصلاَو َ ِقِداَصلاَو ِتاَتِناَقْلاَو َ ِتِناَقْلاَو ِتاَِمْؤُمْلاَو َ ِِمْؤُمْلاَو ِتاَمِلْسُمْلاَو َ ِمِلْسُمْلا َنِإ

ِتاَمِئاَصلاَو َ ِمِئاَصلاَو ِتاَقِدَصَتُمْلاَو َ ِقِدَصَتُمْلاَو ِتاَعِشاَْْاَو َ ِعِشاَْْاَو ِتاَرِباَصلاَو َنيِرِباَصلاَو

اًميِلَع اًرْجَأَو ًةَرِفْ َم ْمَُْ َُللا َدَعَأ ِتاَرِ اَ لاَو اًِْثَ ََللا َنيِرِ اَ لاَو ِتاَلِ اَْْاَو ْمُهَجوُرُ َ ِلِ اَْْاَو

17


(44)

37

Artinya: “Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan tetap dalam ketaatanya, laki-laki dan perempuan dalam yang benar, laki-laki dan perempuan dalam keadaan sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang beresedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki- laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”.(Qs al-Ahzab :35).18

Inilah tugas pokok manusia tidak berbeda antara perempuan dengan laki-laki. Di situ disebutkan setiap orang adalah mukallaf (penerima amanat).Islam mengangkat derajat manusia dan memberikan kepercayaan yang tinggi, karena setiap manusia secara fungsional dan sosial adalah pemimpin. Akan tetapi, ada manusia yang bisa merealisasikan potensinya dan ada manusia yang tidak mampu merealisasikan potensinya menjadi pemimpin. Orang yang tampil sebagai pemimpin adalah orang-orang yang melengkapi dirinya dengan segala macam persyaratan kepemimpinan.

Ini adalah penjelasan yang berkaitan dengan perkembangan peradaban dan budaya manusia, yang pada giliranya menempatkan laki-laki sebagi kepala keluarga, artinya laki-laki berfungsi sebagai suami dan ayah, yang berarti pemimpin untuk seluruh keluarga. Ibu dalam pengertian

pemimpin rumah tangga.19 Pemimpin dalam hal ini mempunyai

kecendrungan konotasi keibuannya, yang bertugas mendidik dan sebagainya.

18Depag RI, Alqur’an dan Terjemah. Jakarta. hlm. 673 19

Lily Zakiyah Munir. Memposisikan Kodrat : Perempuan dan Perubahan dalam Prespektif Islam, hlm. 170 .


(45)

38

Maka dalam hal ini kita harus memahami duduk persoalan kepemimpinan perempuan di dalam ajaran Islam, yang didukung oleh fakta-fakta peradaban manusia sejak dahulu hingga sekarang, dan tidak ada kitab fiqh yang mengatakan perempuan tidak boleh menjadi pemimpin di dalam rumah tangga. Semua kebudayaan mengakui hal ini. Sebagian ulama berpendapat bahwa perempuan tidak boleh memegang jabatan penting seperti jabatan kepala negara, hakim dan sebagainya. Akan tetapi, kalau di lihat realitasnya dalam sejarah Islam yang tampil sebagai pemimpin. Aisyah istri Nabi diakui sebagi seorang mufti. Maka dia memberikan fatwa kepada segenap sahabat Nabi yang lain (Abu bakar, Umar, Ibnu Abbas, dan lainnya). Bahkan kedudukanya sebagai panglima pada perang unta juga diakui.20Ada tiga negara Islam yang saat ini menampilkan perempuan sebagai pemimpin, yaitu Pakistan dan Bangladesh. Tentu di negara-negara tadi banyak ulama dan mengerti, namun karena luasnya wawasan mereka, maka mereka menerima perempuan sebagai pemimpin pemerintahan.

D. Baiat Dan Syura

Dalam ruang lingkup yang lebih luas (rumah tangga negara). Baiat merupakan suatu komitmen bersama dari semua komponen masyarakat Islam untuk selalu bertindak sesuai dengan ketetapan undang-undang dan taat pada tugasnya masing-masing. Baiat merupakan jaminan sebagai legitimasi penempatan kedudukan politik termasuk bagi perempuan yang di

20


(46)

39

dalamnya terdapat kesepakatan dari anggota masyarakat untuk dapat menerima perempuan sebagai pemegang kebijaksanaan publik (yang tertuang dalam lembaga-lembaga politik).21

Variabel yang kedua adalah syura dalam prinsip demokrasi. Musyawarah menjadi ciri utamanya. Dalam syura keterlibatan unsur-unsur yang berada dalam masyarakat menutup kemungkinan timbulnya konflik yang disebabkan kesalah pahaman dan ketidak sepakatan dalam menentukan suatu kebijaksanaan. Syura merupakan mekanisme yang terbaik untuk membuat keputusan, yang memberi peluang agar tercapai konsensus secara terbuka, yang melalui pengambilan keputusan terbaik dari berbagai pendapat tanpa adanya paksaan. Jadi walaupun pemegang jabatan kekuasaan politik itu adalah perempuan. Sebagaimana yang tercantum dalam (QS : Asy-syura 42:38) sebelumnya.

Akan tetapi hal ini berarti tetap terkontrol dalam kerangka aturan hukum yang telah disepakati. Bahkan seorang presiden perempuan pun tidak akan menjadi persoalan besar manakala sistem kontrol (legislatif melalui undang-undang dan yudikatif sebagai pengawas) dapat menjamin kelangsungan pelaksanaan sistem ketatanegaraan. Syura merupakan media menentukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh orang-orang beriman yang mempunyai wawasan berfikir luas (menerima seruan Tuhannya,

21

Dalam dunia politik istilah baiat berarti janji setia terhadap seorang pemimpin politik. Menurut madzhab Sunni, baiat merupakan salah satu sarat sahnya kedudukan seseorang sebagai khalifah. Pada masa Rasulullah SAW, baiat yang dilakukan kaum muslimin lebih bersifat ikrar janji untuk tetap membela Islam tanpa mempunyai ikatan yang bersifat politis tertentu.


(47)

40

mendirikan shalat, lemah lembut, tidak bersifat keras dan berhati kasar). Semua ini ditujukan pada orang-orang yang beriman secara keseluruan tidak ada perbedaan jenis kelamin, baik laki-laki atau perempuan.

Lembaga legislatif dengan menggunakan dua mekanisme tersebut dapat mengatur kompetensi politik perempuan maupun laki-laki dengan tidak adanya larangan partisipasi perempuan dalam kedudukan politik. Maka yang menjadi penentu peran atau keterlibatan mereka adalah kembali pada ukuran-ukuran semula. Yang menjadi persyaratan pejabat politik yang telah disepakati para ulama dengan mengesampingkan persyaratan gender.

E. Kegiatan politik

Kegiatan politik juga di pandang sebagai kewajiban karena itu dapat di kelompokan sebagai fardhu ain (seperti baiat atau sumpah kesetiaan dan bermusyawarah) dan fardhu kifayah (seperti jihad, jabatan pemerintah, memerintahkan kebaikan dan melarang kejelekan).

Lebih dari itu persoalan-persoalan yang menyangkut

kemasyarakatan dan politik yang paling pentingadalah faktor kemaslahatan. Ibnu Qoyyim al-Jauziyah, mengutip ucapan ibnu Aqil dengan tegas mengatakan:

Dalam urusan-urusan politik yang di perlukan adalah cara-cara yang dapat mengantarkan masyarakat pada kehidupan yang menjamin kemaslahatan dan menjauhkan mereka dari kerusakan atau kebinasaan meskipun cara-cara


(48)

41

itu tidak pernah di lakukan oleh Rasulullah dan tidak wahyu tuhan. (di kutip dari ibnu aqil)

Kaidah yang benar dalam hal ini tindak penguasa terhadap rakyatnya harus di dasarkan dalam kemaslahatan mereka. Kemaslahatan dalam kegiatan umum atau pablik antara lain dapat di tegakkan melalui cara-cara kepemimpinan demokratis dan berdasarkan konstitusi, serta perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia, bukan kekuasaan tirani, otoriter dan sentralistis. Jadi semua jelas dan kuat bahwa kepemimpinan pablik tidak ada kaitanya sama sekali dengan urusan jenis kelamin. Melainkan pada kualifikasi pribadi, integritas intelektual dan moral serta sistem politik yang mendukungnya.22 Sifat wajib, kegiatan berpolitik berdasarkan konsep perwakilan Tuhan terhadap manusia di bumi (khalifah) di mana laki-laki dan perempuan membawa tanggung jawab pribadi juga bersama untuk memenuhi perintah Tuhan di bumi.23

22

Husain muhammad ”Fiqih Perempuan”.hlm. 51 23


(49)

BAB III

STATUS PEREMPUAN PARTAI POLITIK DPW PKB JAWA TIMUR

A. PKB dalam Lintasan Sejarah

Setelah hampir tiga puluh dua (32) tahun, era tinggal landas pembangunan yang ditetapkan Orde Baru terpaksa kandas di tengah jalan ketika badai krisis ekonomi dan moneter menerjang kawasan Asia pada Juli tahun 1997. Di Indonesia, peristiwa tersebut membawa dampak pada goyangnya tonggak pembangunan ekonomi yang dipancangkan penguasa Orde Baru. Kemudian krisis mata uang regional tersebut berujung pada kisruh politik, ekonomi dan keamanan yang sangat hebat bagi Indonesia. Dan pada gilirannya, legitimasi Orde Baru dari sisi pembangunan ekonomi dan stabilitas politik pun setahap demi setahap sirna.

Muara dari segala petaka tersebut berujung pada tuntutan rakyat perihal pergantian pucuk pimpinan nasional. Mantan Presiden Suharto beserta para punggawanya tak kuasa membendung hantaman gelombang demonstrasi dari kalangan kampus dan non-kampus yang mendesak dirinya agar sesegera mungkin meletakkan mandatnya sebagai Presiden. Tuntutan reformasi politik berkembang dalam eskalasi krisis politik yang menunjukan kekuatan reformasi dan tidak mungkin bisa dibendung lagi. Akhirnya, tepat pada tanggal 21 Mei 1998, Soeharto pun bersedia menanggalkan jabatannya sebagai orang nomer satu di Republik Indonesia. Dengan demikian, Indonesia


(50)

43

memasuki suatu era transisi dari sistem pemerintahan otoriter ke suatu sistem yang lebih demokratis.1

Tumbangnya rezim otoritarian Orde Baru meniupkan angin segar perubahan, yang kemudian mendobrak sekat-sekat tiranik yang selama ini mengurung bangsa Indonesia. Demokratisasi menjadi senandung syahdu yang diperdengarkan pada setiap bilik-bilik rakyat di negeri ini. Momentum kejatuhan Soeharto menjadi sebuah pemantik yang dahsyat bagi demokrasi, hal inilah yang kemudian mendorong segenap warga Nahdliyin berinisiatif mengadakan diskusi dan halaqah politik yang intensif dalam kerangka menyongsong perubahan tersebut.

Pertemuan-pertemuan tersebut membicarakan bagaimana seharusnya peran warga NU yang telah lama termarginalisasi dalam arus perubahan yang tengah bergerak akseleratif nyaris tak terkendali itu. Berbagai masukan, desakan dan ragam interpretasi pun bermunculan menyikapi situasi politik nasional yang sarat dengan ketidakpastian. Arah pembicaraan pun kemudian semakin mengkristal pada sebuah pilihan, yaitu tentang perlunya warga NU memiliki suatu wadah untuk menampung aspirasi politiknya.2 Dalam konteks ini sebagian besar warga NU menginginkan pada masa-masa mendatang terjadinya sebuah pengambilalihan kekuasaan secara konstitusional dan demokratis melalui perpanjangan tangan politik yang berbentuk partai politik. Hal tersebut merupakan konsekuensi politik mengingat sebagian besar warga negara Indonesia merupakan warga Nahdhatul 'Ulama.

1

Max Lane, Bangsa Yang Belum Selesai: Indonesia, Sebelum dan Sesudah Soeharto (Jakarta: Reform Institute, 2007), h. 193.

2


(51)

44

Namun demikian, dalam merespon wacana yang mengemuka di tengah-tengah penganutnya, PBNU bertindak hati-hati dan tidak gegabah dalam menentukan sikap politiknya agar tidak berakibat tidak baik bagi pengikutnya. Kehati-hatian sikap para pengurus PBNU terjadi karena ada satu konsensus bersama yang tidak boleh dilanggar oleh NU secara institusional. Di mana pada Muktamar ke-27 di Situbondo, NU secara organisasional menetapkan tidak terkait dengan partai politk manapun dan tidak melakukan kegiatan politik praktis dan diputuskan kembali kepada khittah 1926.76 Menyaksikan sikap para pimpinan teras PBNU tersebut, kemudian memicu kekecewaan dan ketidakpuasan di kalangan internal kaum santri itu, khususnya pada tataran akar rumput.3

Menyikapi kondisi sosial dan realitas politik yang sedang berlangsung saat itu, PBNU tidak dapat menutup mata dan mengabaikan desakan yang begitu deras yang mengarah kepada PBNU. Akhirnya, PBNU mengadakan Rapat Harian Syuriah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 3 Juni 1998 yang menghasilkan keputusan untuk membentuk Tim Lima yang diberi tugas untuk memenuhi aspirasi warga NU. Tim Lima diketuai oleh KH. Ma'ruf Amin (Rais Suriyah/Koordinator Harian PBNU), dengan anggota, K.H. M. Dawam Anwar (Katib Aam PBNU), Dr. K.H. Said Aqil Siradj, M.A. (Wakil Katib Aam PBNU), H.M. Rozy Munir, S.E., M.Sc. (Ketua PBNU), dan Ahmad

3


(52)

45

Bagdja (Sekretaris Jenderal PBNU). Untuk mengatasi hambatan organisatoris, Tim Lima itu dibekali Surat Keputusan PBNU.4

Selanjutnya, untuk memperkuat posisi dan kemampuan kerja Tim Lima seiring semakin derasnya usulan warga NU yang menginginkan partai politik, maka pada Rapat Harian Syuriyah dan Tanfidziyah PBNU tanggal 20 Juni 1998 memberi Surat Tugas kepada Tim Lima, selain itu juga dibentuk Tim Asistensi yang diketuai oleh Arifin Djunaedi (Wakil Sekjen PBNU) dengan anggota H. Muhyiddin Arubusman, H.M. Fachri Thaha Ma'ruf, Lc., Drs. H. Abdul Aziz, M.A., Drs. H. Andi Muarli Sunrawa, H.M. Nasihin Hasan, H. Lukman Saifuddin, Drs. Amin Said Husni dan Muhaimin Iskandar. Tim Asistensi bertugas membantu Tim Lima dalam mengiventarisasi dan merangkum usulan yang ingin membentuk partai politik baru, dan membantu warga NU dalam melahirkan parpol baru yang dapat mewadahi aspirasi poitik warga NU.

Pada tanggal 22 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan rapat untuk mendefinisikan dan mengelaborasikan tugas-tugasnya. Tanggal 26-28 Juni 1998 Tim Lima dan Tim Asistensi mengadakan konsinyering di Villa La Citra Cipanas untuk menyusun rancangan awal pembentukan parpol. Pertemuan ini menghasilkan lima rancangan: Pokok-pokok Pikiran NU Mengenai Reformasi Politik, Mabda' Siyasiy, Hubungan Partai Politik dengan NU, AD/ART dan Naskah Deklarasi.5 Hal penting yang dinyatakan dalam

4

Nadhif Alawi (ed.,), Partai Kebangkitan Bangsa dan Pemilu 2004: Kesiapan PKB Menjelang pemilu2004, (Jakarta: Lembaga Pemenangan Pemilu Dewan Pengurus Pusat PKB, 2003), h. 3. 5

Alawi (ed.,), Partai Kebangkitan Bangsa dan Pemilu 2004 (Jakarta: Lembaga Pemenangan Pemilu Dewan Pengurus Pusat PKB, 2003), h. 4.


(53)

46

pokok-pokok pikiran NU mengenai reformasi politik, antara lain adalah tentang perlunya kehidupan yang lebih demokratis dan dikembalikannya kedaulatan kepada rakyat.

Mabda' Siyasi antara lain memuat visi, misi dan strategi partai politik. Hubungan partai politik dengan NU memuat hubungan historis, kultural dan aspiratif antara NU dengan parpol bentukannya. Sedangkan sturktur dan lambang parpol dimuat dalam rancangan AD/ART.6 Setelah melalui perdebatan yang panjang dan melelahkan, akhirnya saat-saat yang bersejarah sekaligus dinanti-nantikan oleh segenap warga NU pun tiba, karena tepat pada tanggal 23 Juli 1998 pukul 15:00 WIB dideklarasikanlah Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di kediaman K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ciganjur, Jakarta Selatan.7 Pucuk pimpinan PKB untuk kali pertama disematkan kepada Matori Abdul Djalil sebagai Ketua Umum PKB.

Dalam Anggaran Dasar PKB dicantumkan bahwa tujuan PKB adalah mewujudkan cita-cita kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur secara lahir dan batin, materi-spritual, dan mewujudkan tatanan politik nasional yang demokratis, bersih dan terbuka, dan berakhlakul karimah.8

Terpilihnya nama Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menurut Gus

Dur adalah karena “Kebangkitan Bangsa” merupakan pilihan yang paling

6

A. Effendy Choirie, PKB Politik Jalan Tengah NU (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 2002), h.186-187. 7

Para deklarator tersebut adalah K.H. M. Ilyas Ruchiyat, K.H. Munasir Ali, K.H. Mustofa Bisri, K.H. Muchith Muzadi, dan K.H. Abdurrahman Wahid.

8Bahrul 'Ulum, “Bodohnya NU” apa “NU dibodohi” (Yogyakarta: Ar


(54)

47

tepat. Karena kata “Kebangkitan” adalah terjemahan dari kata nahdhah dalam

Nahdlatul Ulama, karena memang dari dahulu ulama NU menginginkan

“kebangkitan bangsa”. Selain itu, kata “bangsa” sudah inheren dengan

kehidupan kebangsaan Indonesia dan masuk dalam lubuk hati warga NU.9 Dikarenakan negara Indonesia yang sangat heterogenitas, terutama dari dimensi agama. Oleh karena itu, jika partai yang akan didirikan memakai kata

“umat”, maka konotasinya hanya umat Islam, sementara umat yang di luar Islam tidak masuk. Akan tetapi jika memakai kata “bangsa”, maka di sana

tidak hanya orang Islam tetapi orang di luar Islam juga termasuk di dalamnya. Kemudian dalam perjalanannya, terdapat beberapa orang yang beragama non muslim dalam kepengurusan PKB. Dengan demikian telah lahir sebuah partai politik yang mewadahi komunitas nahdhiyin sekaligus menandakan era baru bagi bangkitnya peran politik NU yang sejak lama terpinggirkan oleh tamaknya kekuasaan. PKB diharapkan mampu membawa aspirasi politik warga NU khususnya dan umumnya bangsa Indonesia dalam mengarungi terjalnya jalan kehidupan.10

Sejalan dengan komitmen untuk membangun tatanan politik demokrasi maka demokrasi harus dimaknai sebagai code of conduct dalam mengelola kehidupan politik. Salah satu karakter demokrasi adalah terbukanya ruang untuk berbeda pemikiran, pendapat atau sikap. Situasi tersebut memang dapat memunculkan konflik, namun hal itu bukan sesuatu yang tabu dalam demokrasi. Dalam kerangka itu, konflik menjadi bagian dari

9

Wawancara, Aida Fitriati Anggota Perempuan Bangsa Jawa Timur, 13 Juli 2016. 10


(55)

48

proses untuk memperoleh hasil terbaik dengan memaksimalkan beragam potensi yang dimiliki para anggota organisasi. Namun, konflik akan menjadi hal yang kontraproduktif jika lebih banyak didorong oleh kepentingan pragmatis, jangka pendek dan kepentingan sesaat lainnya. Dalam sisi ini, konflik justru membuat organisasi menjadi kerdil dan tidak berkembang. Energi para aktivisnya akan lebih banyak tersita untuk menyelesaikan konflik yang tidak pernah kunjung usai. Konflik internal partai politik bukan sesuatu yang baru dalam sejarah kepartaian di Indonesia. Kompetisi yang ketat dalam memperebutkan sumber- sumber kekuasaan menjadi bagian dari konflik. Setidaknya, ada tiga elemen kekuasaan yaitu: authority, influence dan force yang menjadi media atau ruang konflik.11 Kepentingan yang berbeda dan saling bertentangan di antara individu atau aktor politik dapat menjadi pemicu konflik. Hampir semua konflik internal partai berawal dari pertarungan dalam perebutan kepemimpinan dalam partai. Imbas konflik itu selalu membuahkan kepengurusan tandingan. Konflik internal PKB menjadi bagian dari hal tersebut, di mana dalam perjalanannya Partai Kebangkitan Bangsa tidak pernah lepas dari persoalan konflik internal PKB. Partai Kebangkitan Bangsa dapat dikatakan dalam proses tranformasi kepemimpinan internal partai nyaris tidak pernah berlangsung secara normal dan damai. Diawali dari perpecahan yang terjadi antara Matori Abdul Djalil selaku Ketua Umum PKB dengan Abdurrahman Wahid yang menganggap

11


(56)

49

Matori telah berkhianat kepada dirinya.12 yang diberhentikan oleh Gus Dur dalam Muktamar Luar Biasa di Yogyakarta pada 2002, MLB ini kemudian memilih Alwi Shihab sebagai pimpinan teranyar PKB versi MLB Yogyakarta.

Ternyata konflik dengan internal PKB pada era Matori Abdul Djalil bukanlah konflik yang pertama dan terakhir, karena setelah persitiwa tersebut serentetan perpecahan terus melanda bahtera Partai Kebangkitan Bangsa. Pasca konflik dengan Matori Gus Dur kembali “pecah kongsi” dengan Alwi Shihab, yang kemudian mendirikan PKNU bersama sejumlah Kyai Langitan. PKB seperti telah ditakdirkan untuk berkembang dalam situasi konflik internal, karena awan kelam konflik kembali menaungi PKB dalam Muktamar II di Semarang 2005. Kali ini yang menjadi sasaran tembak adalah kubu Choirul Anam yang menyusun struktur kepengurusan sendiri, di mana yang Ketua Dewan Syuro adalah K.H. Abdurahman Chudlori dan Ketua Dewan Tanfidz dijabat Drs. Choirul Anam. Sedangkan sebagai lawannya adalah Drs.Muhaimin Iskandar, M.Si sebagai Ketua Dewan Tanfidz dan Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Dewan Syuro. Namun seperti telah diduga bahwa konflik ini kembali dimenangkan kubu Gus Dur.13

12

Matori di sinyalir mendukung pemberhentian Gus Dur sebagai presiden RI ketika terjadi gejolak politik kekuasaan di parlemen pada tahun 2001. Gonjang-ganjing politik nasional waktu itu menaikkan Megawati Soekarno Putri sebagai Presiden RI menggantikan Gus Dur, dan Matori di tuduh telah membelot ke kubu Megawati. Alasan inilah yang memicu konflik internal PKB untuk pertama kali.

13

Putusan Kasasi MA No. 02/K/Parpol/2006 Tanggal 7 September 2006 yang mengukuhkan Putusan PN Jakarta Selatan No. 1445/PDT.G/2005/PN.JAKSEL, tanggal 5 Juni 2006 merupakan keputusan final yang secara tegas menyatakan bahwa PKB yang sah di mata hukum, aturan perundangan dan kepartaian adalah PKB dibawah kepengurusan KH Abdurrahman Wahid dan Drs. Muhaimin Iskandar, MSi. Putusan hukum itu kemudian ditindaklanjuti oleh Surat Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia (Menkumham) No. M.14-UM.06.08 Tahun 2006 tanggal 11


(57)

50

Di saat-saat semua partai politik tertuju pada perhelatan akbar pemilu yang akan digelar paruh pertama 2009, PKB kembali harus menelan pil pahit politik yang disebabkan oleh dualisme kepemimpinan. Krisis yang menerpa PKB kali ini melibatkan Gus Dur dengan Muhaimain Iskandar. Muhaimin dipecat oleh Rapat Pleno PKB yang dihadiri Dewan Tanfidz dan Dewan Syuro tertanggal 26 Maret 2008. Pemecatan ini berakibat fatal bagi keberlansungan soliditas PKB, karena ada kepengurusan ganda yang masih mengklaim bahwa partainya lah yang paling sah. Dan di luar dugaan, karena PKB kubu Gus Dur dikalahkan melalui proses hukum. Akhirnya Gus Dur pun harus gigit jari, karena PKB-nya tidak diperbolehkan mengikuti pemilu, sedangkan PKB kubu Muhaimin dimenangkan untuk mengikuti pesta demokrasi 2009.

B. Profil Singkat Perempuan Bangsa PKB Jawa Timur

DPW PKB Jawa Timur berlokasi di Ibu Kota Provinsi Jawa Timur di alamat Jl. Ketintang Madya 153 - 155 Surabaya, DPW PKB Jawa Timur diketuai oleh Bapak H. Halim Iskandar,M.si dan sekretaris nya H. Thoriqul Haq,M.ML, DPW PKB Jawa Timur memiliki Cabang di Kota-kota yang ada di Jawa Timur, hamper di seluruh kota yang ada di Jawa Timur terdapat Cabang dari DPW PKB.

DPW PKB Jatim mempunyai peran yang sangat penting di dunia perpolitikkan yang ada di Jawa Timur khususnya, pada Pemilihan Umum September 2006 yang berisi pencabutan SK Menkumham No M-11.UM.06.08 Tahun 2005 tentang pendaftaran DPP PKB dibawah kepemimpinan Ketua Dewan Syuro KH Abdurahman Chudlori dan Ketua Dewan Tanfidz Drs. Choirul Anam.


(1)

Bab V Penutup

A. Kesimpulan

1. Peran yang dilakukan Perempuan DPW PKB Jawa Timur diantaranya

ketika menjelang setiap pemilihan umum yang ada di Jawa Timur mereka melakukan konsolidasi kepada seluruh elemen kader perempuan yang ada sampai ke titik paling bawah sampai ke desa-desa dengan cara yang dilakukan mereka membentuk kader penggerak partai (KPP), peran yang dilakukan ini agar calon gubernur (cagub), calon bupati (cabup), dan calon wali kota (cawali) yang diusung PKB dalam pilkada mendatang memperoleh dukungan rakyat setempat. Selain itu peran Kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur juga melakukan kegiatan social pada hari Kartini dengan model kegiatan mengunjungi Ibu-ibu yang melahirkan pada hari tersebut di rumah-rumah sakit yang ada di Jawa Timur. Dalam hal yang lain Perempuan PKB Jawa Timur juga membela terhadap kaum yang tertindas dengan bentuk dukungan, mendukung Peraturan Pemerintah (Perppu) soal hukuman kebiri bagi penjahat seksual. Selanjutnya peran yang dilakukan Kader Perempuan DPW PKB Jawa Timur, berupaya untuk menseriusi dalam penanganan kasus kekerasan terhdapan perempuan dan anak.


(2)

98

2. Dalam konteks peran perempuan di DPW PKB Jawa Timur menurut

Fiqh Syiyasah, perempuan di perbolehkan melakukan peran-peran tersebut dengan konsekwensi bahwa ia dapat di pandang mampu dan memiliki kapasitas untuk menduduki peran sosial dan politik tersebut. Dengan kata lain bahwa kedudukan perempuan dalam proses sistem Negara bangsa telah terbuka lebar, terutama perannya dalam masyarakat majemuk ini, dengan tetap mengingat bahwa kualitas, kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas bagaimanapun, harus menjadi ukuran sekaligus tanpa melupakan fungsi kodrati perempuan sebagai sebuah keniscayaan.

B. Saran

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Peran Perempuan DPW

PKB Jawa Timur Perspektif Fiqh Siyasyah”, penulis menyadari kalau

penulisan skripsi ini masih jauh dengan kata sempurna, akan tetapi penulis berusaha menyelesaikan karya ilmiah yang berbentuk skripsi ini sesempurna mungkin. Semoga study ini dapat menjadi bagian kecil dari rujukkan untuk diri kita. Dan mudah-mudahan selain memberi guna juga memberi manfaat bagi pengembangan ilmu, khusunya bagi perkembangan perpolitikan seorang perempuan di Indonesia. Disisi lain semoga tulisan ini bisa bermanfaat guna mengembangkan khasanah keilmuan yang ada di dunia perpolitikkan dan semoga para kader perempuan DPW PKB benar-benar bisa mengemban amanah rakyat dan benar-benar-benar-benar bisa menampung


(3)

99

aspirasi rakyat sekaligus merealisasikkan keinginan para rakyat Indonesia khusunya di wilayah Jawa Timur.


(4)

Daftar Pustaka

Abdul, Qodir. Fikih Politik Menurut Imam Hasan Al-Banna. Jakarta: Pustaka Bulan Bintang, 2003.

Anonim, RendahnyaAnggotaLegislatif Daerah

dalamMenyuarakanPersoalanMasyarakat, Kompas, Edisi17 Agustus 2014. Alawi (ed.,), Partai Kebangkitan Bangsa dan Pemilu 2004 (Jakarta: Lembaga

Pemenangan Pemilu Dewan Pengurus Pusat PKB, 2003.

Amatullah Shafiyyah. Kiprah Politik Muslimah Konsep Dan Implementasinya. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.

Bahrul 'Ulum, Bodohnya NU” apa “NU dibodohi (Yogyakarta: Ar-Ruz Press, 2002 EffendyChoirie, PKB PolitikJalan Tengah NU, Jakarta: PustakaCiganjur, 2002. FauziRidjal, DinamikaGerakan Perempuan DiIndonesia. Bandung: Pustaka Setia,

2001.

FauziIkhwan, Perempuan DanKekuasaan, MenulusuriHakPolitik Dan Kekuasaan Gender Dalam Islam, Bandung: Amzah, 2002.

Husein Muhammad.Spiritualitas Kemanusiaan Perspektif Islam Pesantren, Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2006.

Husein Muhammad, Islam Agama Ramah Perempuan, Yogyakarta: LKiS, 2007. Husain Muhammad, FiqihPerempuan, Yogjakarta: Elkis,2001

HasyimSyafiq, Hal-Hal Yang TakTerpikiurkanTentangIsu-IsuKeperempuananDalam Islam,Bandung :Mizan, 2001.

Istibsyaroh,Hak-HakPermpuan RelasiJenderMenurutTafsirAl-Sya’rawi, Jakarta Pena Nusantara 2004.

JajatBurhanudin.UlamaPerempuanIndonesia., Jakarta Gramedia Pustaka Utama, 2002.

LizaHadisdan Sri WiyantiEddyono, PengakuanPeran Gender dalamKebijakan-Kebijakan di Indonesia, Jakarta: LBH APIK, 2003.

Nasution.MetodeResearchPenelitianIlmiah.Jakarta:BumiAksara,2006

MusdahSitiMulia. MuslimahPerempuanPembaruKeagamaanReformis, Bandung:

Mizan, 2005

Mansour Fakih, Analisis Gender Dan Transformasi Sosial, Jakarta: INSISTPress, 2008.


(5)

Max Lane, Bangsa Yang Belum Selesai: Indonesia, Sebelum dan Sesudah Soeharto, Jakarta: Reform Institute, 2007.

Nadhif Alawi (ed.,), PartaiKebangkitanBangsadanPemilu 2004: Kesiapan PKB

Menjelang pemilu2004,Jakarta:

LembagaPemenanganPemiluDewanPengurusPusat PKB, 2003.

Siti Musdah Mulia & Anik Faridah. Perempuan dan Politik, Yogyakarta: LkiS, 2005.

SutrisnoHadi,Metodologi Research

1,YayasanPenerbitFakPsikologiUGM,Yogyakarta, 1987.

Nur Laili Rohmah. Peranan Perempuan Dalam Politik Menurut Pandangan Islam. Skripsi fak.ushuludin thn. 2004.

So’idah. Peranan Wanita Dalam Bidang Politik Di Indonesia Menurut Persepektif Hukum Islam. Skripsi fak. Syari’ah thn. 2002.

Zaki Ahmad Yamani, Syariat Islam Yang Kekal Dan PersoalanMasaKini, Jakarta:

LembagaStudiIlmu-IlmuKemasyarakatanYayasanBhinneka Tunggal

Ika,1978

Zakiyah Lily Munir, MemposisikanKodrat

:PerempuandanPerubahandalamPrespektif Islam, Bandung: Mizan, 1999. PusatBahasaDepartemenPendidikanNasional.KamusBesarBahasaIndonesiaEdisi3.Jak

arta:PT.(Persero)PenerbitandanPercetakanBalaiPustaka,2005.

DepartemenAgamaRepublikIndonesia.Al-Qur’an dan

Terjemahnya.Bandung:CV.PenerbitDiponegoro,2000. Jurnal, Politik Islam no. 19 tahun 2003.

Wawancara, Anisa Sakur Ketua Permpuan Bangsa Jawa Timur, 01 Juni 2016. Wawancara, Ani Maslaha, Sekretaris Permpuan Bangsa Jawa Timur, 05 Juni 2016. Wawancara, Aufa Nadiroh Staff Ahli (Ketua Permpuan Bangsa Jawa Timur), 09 Juli

2016.

Wawancara, Aida Fitriati Anggota Perempuan Bangsa Jawa Timur, 13 Juli 2016. Wawancara, KhofidahAnggota Perempuan Bangsa Jawa Timur, 20 Juli 2016.

https://id.wikipedia.org/wiki/Partai_Kebangkitan_Bangsa. Diakses pada tanggal 01 Mei 2016 pukul 14.30 Wib.

www.GP-anshor.com, TentangGerakan Politik Perempuan, di akses Pada tanggal 28 Februari 2015 pukul 19.00.


(6)