PENGELOLAAN LADANG PESANGGEM DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DARI PERSPEKTIF FIQIH MUZARA’AH : STUDI KASUS DI DESA NGEPUNG KEC. LENGKONG KAB. NGANJUK.

Pengelolaan Ladang Pesanggem Dalam Pemberdayaan Masyarakat
Dari Perspektif Fiqih Muza>ra’ah
(Studi Kasus di Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk)

TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Magister Dalam Studi Ilmu Keislaman
Konsentrasi Syari’ah

Oleh
FAHRIZAL BAHARI
NIM : F12212143

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2015

ABSTRAK
Kata kunci : Pengelolaan Lahan
Tesis ini adalah hasil penelitian lapangan untuk menjawab pertanyaan

tentang bagaimanakah pengelolaan ladang pesanggem di Desa Ngepung Kecamatan
Lengkong? Perspektif fiqh Muzara’ah terhadap sistem bagi hasil ladang pesanggem?
Dalam penulisan Tesis ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan
adalah observasi, interview atau wawancara,. Sedangkan teknik analisanya berupa
in, dengan menggunakan pola pikir induktif, artinya penulisan berusaha
menggambarkan pengelolaan ladang pesanggem, sistem bagi hasil, perbedaan dan
persamaan dalam pengelolaannya, yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya kemudian menilainya dalam perspektif Hukum Islam.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pengelolaan ladang pesanggem adalah
penanaman tumbuhan sekunder (porang, kunyit, jagung dll) diantara pohon tegakan
utama (jati, sengon, mindi dll) dengan prosentase bagi hasil 80% untuk petani dan
20% untuk Perhutani untuk setiap kali panen.
Dan pengelolaan ladang pesanggem boleh menurut Islam, akad yang
dilakukan di Desa Sugihwaras boleh dilihat dari analisis akad, syarat dan rukun yang
ada, akan tetapi di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong ada sebuah syarat yang
tidak dipenuhi, yaitu tentang tanah yang subur dan menghasilkan, sesuai dengan
sabda Nabi Muhammad Saw tentang tidak diperbolehkan memberikan tanah yang
tidak subur sebagai objek akad, dikarenakan menjadikan akad ini merugikan,
sehingga akad yang terjadi di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong menjadi tidak
boleh.

Sejalan dengan kesimpulan diatas maka kepada pihak yang berakad dengan
petani yaitu perhutani disarankan : pertama, hendaknya memberikan bentuk
kerjasama yang lain yang sesuai dengan kondisi masyarakat desa Ngepung
kecamatan lengkong, sehingga tercipta hubungan saling menguntungkan antara
petani dengan Perhutani. Kedua, pemerintah kabupaten juga memperhatikan
kesejahteraan masyarakat untuk bisa mengangkat kondisi ekonomi dan social
masyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ...................................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................................

ii


ABSTRAK

iii

..........................................................................................................

KATA PENGANTAR ...............................................................................................

v

DAFTAR ISI

..........................................................................................................

viii

DAFTAR TRANSLITERASI............................................................................. ......

xii


BAB

I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ...................................................

8

C. Rumusan Masalah ............................................................................

9

D. Penelitian Terdahulu ........................................................................

10


E. Tujuan Penelitian ..............................................................................

12

F. Kegunaan Hasil Penelitian ...............................................................

12

G. Definisi Operasional .........................................................................

13

H. Metode Penelitian .............................................................................

13

I. Sistematika Penelitian .....................................................................

20


BAB II EPISTIMOLOGI FIQIH MUZAra’ah............................................................................

23

B. Muza>ra’ah pada masa Rasulullah SAW dan Sahabat .......................

24

C. Dasar hukum muza>ra’ah ...................................................................

26

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

D. Muza>ra’ah Menurut Ulama ...............................................................

27

E. Bentuk-bentuk muza>ra’ah .................................................................


39

F. Hikmah muza>ra’ah ............................................................................

40

BAB III PENGELOLAAN

LADANG

PESANGGEM

DESA

NGEPUNG

KECAMATAN LENGKONG KABUPATEN NGANJUK
A. Gambaran


Umum

Desa

Ngepung

Kecamatan

Lengkong

Kabuapaten Nagnjuk .....................................................................

42

1. Letak Geografis Desa Ngepung ................................................. 42
2. Kondisi Ekologis Desa Ngepung ................................................ 43
3. Keadaan Ekonomi ....................................................................... 44
4. Kondisi Sosial dan Budaya ......................................................... 46
5. Kondisi Pendidikan ..................................................................... 47


BAB IV

B. Alasan Pengelolaan Ladang ..............................................................

48

C. Pengelolaan Pesanggem Di Desa Ngepung ......................................

51

Analisis Pengelolaan Ladang Pesanggem
A. Pelaksanaan akad .......................................................................

63

B. Ketentuan Waktu, Jenis Pekerjaan
dan Pembayaran Bagi Hasil ........................................................

67


C. Dampak Pemberdayaan Masyarakat ..........................................

68

D. Maslahah dan Mudharatnya .......................................................

70

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................

80

B. Saran ..................................................................................................

81

DAFTAR PUSTAKA


digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I
A. Latar belakang
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan.1 Definisi
lain, menjelaskan bahwa hutan adalah areal yang cukup luas dengan tanah
beserta segala isinya yang di dalamnya tumbuh berbagai jenis pohon bersamasama organisme lain, nabati maupun hewani, yang secara keseluruhan merupakan
persekutuan hidup yang mempunyai kemampuan untuk memberikan manfaatmanfaat lain secara lestari.2
Menurut fungsinya, hutan mempunyai fungsi konservasi, fungsi lindung
dan fungsi produksi. Hutan yang mempunyai fungsi konservasi adalah kawasan
hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Hutan lindung adalah
kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan
erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan tanah. Menurut
Undang-undang RI No : 41 Bab I pasal 1 tentang Kehutanan yang dimaksud
dengan hutan produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok
memproduksi hasil hutan. Maksud dari hasil hutan dapat berupa kayu maupun
non kayu. Setiap wilayah hutan mempunyai kondisi yang berbeda sesuai dengan
1
2

Undang- undang Republik Indonesia No : 41/Kpt–II/1999 tentang Kehutanan.
Bab I Pasal 1 Keputusan Menteri Kehutanan No : 70/Kpt –II /2001.

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

keadaan fisik, topografi, flora dan fauna, serta keanekaragaman hayati dan
ekosistemnya. Mendasarkan pada karakteristik khusus pada hutan tersebut
manusia dapat memanfaatkan sumberdaya hutan yang terkandung di dalamnya,
terutama pada kawasan hutan produksi.
Pemanfaatan hutan ini bertujuan untuk memperoleh manfaat yang
optimal bagi kesejahteraan seluruh masyarakat dengan tetap menjaga kelestarian
hutan itu sendiri seperti yang tetulis pada Pasal 15 PP No : 34/2002. Pada
kenyataannya, pemanfaatan hutan produksi masih belum optimal. Hasil hutan
yang menjadi target, baru sampai pada bagaimana hutan tersebut mampu
memproduksi kayu yang berkualitas dengan volume yang cukup tinggi, sehingga
manfaat lain secara ekologis serta jasa yang dapat diperoleh dari hutan belum
sepenuhnya digali.
Banyaknya kasus seperti penyerobotan lahan hutan, kebakaran hutan,

illegal logging serta tindak perusakan hutan lainnya, merupakan suatu indikasi
bahwa sebetulnya banyak pihak yang ingin mengambil manfaat dari keberadaan
hutan tersebut. Salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah masyarakat
yang hidup di sekitar kawasan hutan yang selama ini justru termarginalisasi.
Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi di daerah pedesaan menyebabkan
berbagai dampak negatif, antara lain lahan pertanian yang makin menyempit
akibat bagi waris maupun akibat alih fungsi lahan, tidak tersedianya lapangan
pekerjaan lain yang layak bagi angkatan kerja penduduk pedesaan, serta makin
sulitnya untuk memperoleh pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang,

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

pangan dan perumahan. Hal tersebut juga terjadi pada kondisi masyarakat yang
hidup di sekitar kawasan hutan.
Dalam upaya pembangunan kehutanan dikembangkan berbagai kegiatan
pengelolaan sumber daya hutan bersama masyarakat yang dapat meningkatkan
peran serta masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di
sekitar hutan. Oleh karena itu dikeluarkanlah kebijaksanaan pemerintah melalui
Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani No : 136/Kpts/Dir/2001 tentang
Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM), yang kemudian
disempurnakan dengan dikeluarkan Keputusan Direksi Perum Perhutani No :
682/Kpts/

Dir/2009,

tentang

Pengelolaan

Sumberdaya

Hutan

Bersama

Masyarakat (PHBM).
Program Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat (PHBM)
ini dilakukan suatu proses pemberdayaan kepada masyarakat desa hutan yang
bertujuan untuk mencapai pengelolaan sumberdaya hutan yang lestari dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa hutan. Pengelolaan Sumberdaya
Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) adalah suatu sistem pengelolaan sumber
daya hutan dengan pola kolaborasi yang bersinergi antara Perum Perhutani dan
masyarakat desa hutan dan/atau para pihak yang berkepentingan (stakeholder)
dengan jiwa berbagi dalam upaya mencapai keberlanjutan fungsi dan manfaat
sumberdaya hutan yang optimal, proporsional dan peningkatan

Indeks

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Pembangunan

Manusia

(IPM)

yang

bersifat

fleksibel,

partisipatif

dan

akomodatif.3
Kegiatan program PHBM salah satunya yaitu kegiatan produksi. Dimana
para petani pesanggem mengelola lahan garapan kawasan hutan. Bentuk kegiatan
program PHBM biasanya adalah kegiatan produksi yang berbasis lahan yang
dilaksanakan di kawasan hutan yakni Pemanfaatan Lahan Dibawah Tegakan
(PLDT) atau pesanggem. PLDT/pesanggem merupakan proses produksi
pengelolaan hutan, dan melibatkan beberapa unsur faktor produksi. Sistem
PLDT/pesanggem ini sendiri yaitu suatu sistem dimana para petani hutan
memanfaatkan jarak lahan diantara tegakan hutan.
Tanaman tegakan utama berupa sengon, jati, kayu putih dan tanaman lain
yang bernilai ekonomi tinggi yang disediakan oleh pihak perhutani, kemudian
akan ditanam oleh para petani pesanggem di lahan baru dan petani juga akan
mulai menanam tanaman sekunder di lahan yang sama, yang bibitnya berasal dari
petani pesanggem sendiri berupa jagung, singkong, kedelai dan tanaman palawija
lainnya.
Di lain sisi, tujuan diadakan kerjasama pengelolaan lahan pesanggem
ternyata tidak bisa terwujud di Desa Ngepung, karena rendahnya kesuburan tanah
dan sulitnya sumber air, masyarakat terkadang tidak dapat menikmati hasil jerih
payah mereka dalam menanam palawija, karena banyak tanaman yang mati
kekeringan, sehingga seringkali mereka merugi setiap musimnya, berbeda dengan
tegakan utama yang berupa jati, karena jati bisa beradaptasi dengan kondisi yang
3

Perum Perhutani, Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat IX (Jakarta:
tp, 2010), 5.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

minim air sekalipun,

sehingga tidak ada

kekawatiran berlebih dari pihak

Perhutani mengenai kelangsungan tanaman tegakan utama, sangat jauh berbeda
dengan masyarakat yang ingin menyambung hidup dari hasil panen setiap
musimnya.
Kerena ketidak pastian dari hasil yang didapat oleh petani, maka
kebanyakan dari para petani mencari alternatif pekerjaan lain yang dianggap
mampu untuk memenuhi kebutuhan mereka, walaupun terkadang banyak yang
menggunakan cara yang tidak benar, seperti pembalakan liar, pencurian di lahan
pesanggem petani lain, dan perjuadian.
Semua cara tersebut dihalalkan dengan dalih untuk kebutuhan hidup, dan
demi sekolah anak-anak mereka, tentulah hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan
diadakan pengelolaan pesanggem.
Kerja sama dalam pengelolaan lahan juga pernah dilakukan oleh Nabi dan
para sahabat, dalam hadist yg diriwayatkan oleh Bukhari :

ِ ِ
ِ ِ ُ ‫يم بْ ُن‬
ٍ َ‫س بْ ُن ِعي‬
‫ أَن َع ْب َّ الّ ِ بْ َن‬،‫ َع ْن نَافِ ٍع‬،ِ ّ‫ َع ْن عُبَ ْي ِّ ال‬،‫اض‬
ُ ‫َحّثَ َا إبْ َرا‬
ُ َ‫ َحّثَ َا أَن‬،‫الم ْذر‬
ِ
ِ
ِ
‫ج‬
َ ‫ «أَن ال بِي‬:ُ‫ أَ ْخبَ َر‬،‫عُ َم َر َرض َي الّ ُ َع ْ ُه َما‬
ُ ‫صّى الُ َعَّْي َو َسّ َم َع َام َل َخ ْيبَ َر ب َشطْ ِر َما يَ ْخ ُر‬
ِ ِ
ِ
»‫ َو ِع ْش ُرو َن َو ْس َق َش ِعي ٍر‬،‫ ثَ َمانُو َن َو ْس َق تَ ْم ٍر‬،‫اج ُ ِمائَةَ َو ْس ٍق‬
َ ‫ فَ َكا َن يُ ْعطي أَ ْزَو‬،‫م ْ َها م ْن ثَ َم ٍر أ َْو َز ْرٍع‬
ِ
ِ
ِ
‫الم ِاء‬
َ ‫اج ال بِ ّي‬
َ ‫ أَ ْن يُ ْقط َع لَ ُهن م َن‬،‫صّى الُ َعَّْي َو َسّ َم‬
َ ‫ فَ َق َس َم عُ َم ُر َخ ْيبَ َر «فَ َخي َر أَ ْزَو‬،
ِ
ِ ‫ أَو يم‬،‫ض‬
ُ‫ت َعائِ َشة‬
ْ َ‫ َوَكان‬،‫الو ْس َق‬
َ ‫ فَ ِم ْ ُهن َم ِن ا ْختَ َار اأ َْر‬، »‫ض َي لَ ُهن‬
ْ ُ ْ ِ ‫َواأ َْر‬
َ ‫ َوم ْ ُهن َم ِن ا ْختَ َار‬،‫ض‬
ِ ‫ا ْختَار‬
‫ض‬
َ ‫ت اأ َْر‬
َ

Telah menceritakan kepada kami Ibrahi>m bin al Mundhir telah
menceritakan kepada kami Anas bin 'Iyad{ dari 'Ubaid Allah dari Nafi' bahwa
'Abd Allah bin 'Umar ra mengabarkannya bahwa Nabi Saw memperkerjakan
orang untuk memanfaatkan tanah Khaibar dengan ketentuan separuh dari
hasilnya berupa kurma atau sayuran untuk pekerja. Beliau membagikan hasilnya
kepada isteri-isteri Beliau sebanyak seratus wasaq, delapan puluh wasaq kurma
dan dua puluh wasaq gandum. Pada zamannya, 'Umar ra membagi-bagikan tanah

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

Khaibar. Maka isteri-isteri Nabi saw ada yang mendapatkan air (sumur), tanah
atau seperti hak mereka sebelumnya. Dan diantara mereka ada yag memilih tanah
dan ada juga yang memilih menerima haq dari hasilnya. Sedangkan 'Aishah ra
memilih tanah".4
Dan diriwayatkan

ِ ِ
ٍِ
ِ ‫ َع ِن اب ِن عُمر ر‬،‫ حّثَِي نَافِع‬:‫ال‬
‫ض َي‬
ٌ
َ َ َ‫ ق‬، ّ‫ َع ْن عُبَ ْيّ ال‬،ّ‫ َحّثَ َا يَ ْحيَى بْ ُن َسعي‬،‫َحّثَ َا ُم َسّ ٌد‬
َ ََ ْ
ِ
ِ
‫ج ِم ْ َها ِم ْن ثَ َم ٍر أ َْو‬
َ َ‫ ق‬،‫الّ ُ َع ْ ُه َما‬
َ ‫ َع َام َل ال بِي‬:‫ال‬
ُ ‫صّى الُ َعَّْي َو َسّ َم َخ ْيبَ َر ب َشطْ ِر َما يَ ْخ ُر‬
(‫َز ْرٍع )روا البخاري‬

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada
kami Yah}ya bin Sa'i>d dari 'Ubaid Allah berkata, telah menceritakan kepada saya
Nafi' dari Ibnu'Umar ra berkata: Nabi saw memperkerjakan orang untuk
memanfaatkan tanah Khaibar dengan ketentuan separuh dari hasilnya berupa
kurma atau sayuran untuk pekerja.5

Hadith diatas menjelaskan bagaimana Nabi Muhammad saw bekerja sama
untuk pengelolaan tanah, yang oleh para ulama kemudian dibagi dalam beberapa
bentuk kerja sama dalam bidang pengelolaan tanah.
Pertama Musaqah, menurut ‘Abd al-rahman al-Jaziri ialah ‚akad
pemeliharaan pohon kurma, tanaman(pertanian) dan lainnya dengan syarat-syarat
tertentu‛.6
Yang kedua adalah muza>ra’ah, pada hakekatnya muza>ra’ah sama dengan

mud}arabah karena keduanya merupakan kerjasama (partnership) antara pemilik
tanah dengan penyewa tanah (penggarap). Dalam hal ini pemilik tanah adalah

s{ah> ib al ma>l karena ia memberi kontribusi tanah (dianalogikan dengan uang)
sementara penggarap atau penyewa adalah mudha>rib karena ia memberi
kontribusi wirausaha atau tenaga.
Muhammad ibn Isma>’il Abu ‘Abdillah al-Bukha>ri al-Ja’fi>,S}ah}ih Bukha>ri> Juz 3 (Beirut: Da>r alThauq al-Naja>h,1422 H), 104.
5
Ibid, 105.
6
‘Abd al-rahman al-Jaziri, al-Fiqh ‘ala al-Madha>hib al-Arba’ah juz 3(Beirut: Da>r al-Taqwa,
2003), 20.
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Praktek muza>ra’ah seperti yang dilakukan ketika masa Nabi Muhammad
dan para sahabat hampir sama dengan sistem pesanggem/tumpangsari terjadi di
lingkungan tanah milik Perum Perhutani di KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan)
Jombang dan LMDH Hutan Lestari Desa Ngepung.

Pesanggem adalah penanaman tumbuhan sekunder di antara pohon tegakan
utama, contohnya : dalam 1 hektar tanaman jati (sebagai tanaman tegakan
utama) di antara pohon jati tersebut ada jarak yang bisa ditanami dengan
tanaman sekunder, seperti kencur, kunir, porang. mekanisme bagi hasil antara
penggarap dengan pemilik tanah yang telah terjadi di antara kedua belah pihak
dirasakan kurang benar, karena kondisi kesuburan tanah yang berbeda dan
mekanisme keuntungan yang didapat untuk Perum Perhutani juga tidak sesuai
dengan perjanjian karena berbagai macam hal yang mempengaruhi diantaranya,
tanah, cuaca dan ekologi.
Dikarenakan

adanya

perbedaan

tingkat

kesuburan

tanah

sehingga

mempengaruhi hasil dari panen, permasalahan seperti inilah yang perlu kita
tinjau dalam segi hukum Islam.
Kita tinjau dari teori hukum Islam yang mampu memberikan sebuah solusi
terhadap masyarakat yang menggarap lahan pesanggem, dikarenakan hal ini erat
kaitannya dengan ekonomi masyarakat itu sendiri yang sudah terjadi bertahuntahun. Jika untuk menghidupi keluarganya serta memberikan pendidikan yang
layak terhadap anak-anaknya, apalagi yang terjadi pada saat ini makin
meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran. Hal ini merupakan sebuah
problematika yang patut untuk dipecahkan solusinya agar masyarakat tetap

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

hidup sejahtera karena pada prinsipnya Islam itu adalah rahmat untuk seluruh
alam.
Menurut Ahmad Zahro, kunci utama dalam menilai permasalahan

mu’a>malah adalah akad dan mas}lah{ah}, apabila dalam akad tidak ada unsur
kecurangan dan menurut pandangan Islam benar maka akadnya sah, dan apabila
dalam praktiknya juga menjadikan kebaikan bagi kedua belah pihak maka akad
tersebut sah, namun apabila dalam ber mu’a>malah tidak menjadikan kebaikan
bagi kedua belah pihak, atau hanya merugikan salah satu dari pihak yang
bekerjasama, maka akad yang dilakukan menjadi tidak sah.
Dalam hal ini, dipilihnya pengelolaan lahan pesanggem untuk dijadikan
sebagai objek penelitian yang berdasarkan kenyataan yang ada, terlihat begitu
pentingnya pembahasan permasalahan tersebut, sehingga menarik untuk diteliti.
Dalam penelitian kali ini peneliti

menggunakan, suatu penelitian dan

pengamatan secara intensif terhadap praktek yang dijalankannya. Dengan tema:
‚Pengelolaan Ladang Pesanggem Dalam Rangka Pemberdayaan Masyarakat
Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk Menurut Perspektif Hukum Islam‛

B. Identifikasi dan Batasan Masalah
Masalah praktek Bagi Hasil Pengelolaan lahan ‚Pesanggem‛ di Kabupaten
Nganjuk sebenarnya masih bersifat umum, sehingga perlu di identifkasikan :
1. Pengelolaan menggunaan 2 akad dalam 1 bidang tanah.
2. Rendahnya tingkat kesuburan tanah di Desa Ngepung Kec. Lengkong
Kab. Nganjuk.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

3. Dampak tidak tercapainya tujuan diadakannya sistim pesanggem terhadap
kondisi sosial ekonomi masyarakat.
4. Rendahnya SDM di Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk.
5. Keterbatasan SDA di Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk.
6. Tidak tersedianya alternatif pekerjaan untuk peningkatan ekonomi
pedesaan.
7. Minimnya

perhatian

pemerintah

Kabupaten

Nganjuk

terhadap

pengembangan ekonomi Desa.
8. Perbedaan pandangan ulama dalam hal pengelolaan tanah.
Sedangkan untuk pembatasan masalah pada tesis ini adalah hanya
meliputi:
1. Pengelolaan ladang pesanggem di Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab.
Nganjuk.
2. Dampak tidak tercapainya tujuan diadakannya pengelolaan pesanggem
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat.
3. Pandangan hukum Islam terhadap pengelolaan pesanggem di Desa
Ngepung Kab. Nganjuk.
C. Rumusan Masalah
Sesuai

pembatasan

masalah,

maka

permasalahannya

dapat

dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengelolaan ladang pesanggem di Desa Ngepung Kec.
Lengkong Kab. Nganjuk?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

2. Bagaimana dampak yang dirasakan masyarakat Desa Ngepung
Kecamatan Lengkong Kab. Nganjuk terhadap pengelolaan Ladang

pesanggem pada kehidupan masyarakat?
3. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pengelolaan pesanggem
di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong Kabupaten Nganjuk?

D. Penelitian Terdahulu
Mengenai permasalahan tentang sistem pengelolaan tanah pernah
dibahas pada Skripsi Riyadati pada tahun 1995 dengan tema ‚Tinjauan Islam

Terhadap Pelaksanaan Bagi Hasil Padi di Kecamatan Menganti Kabupaten
Gresik‛ penulis menyimpulkan bahwa praktek bagi hasil yang terjadi di
Kecamatan Menganti Kabupaten Gresik tidak bertentangan dengan hukum
Islam, karena tidak ada unsur-unsur yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
pokok mu’a>malah dan dapat dikategorikan sistem mud}ar> abah disamping

muza>ra’ah karena merupakan bentuk kerjasama dalam bidang permodalan
dan tenaga, sedangkan pembagian hasilnya dari panen padi dibagi 2 setelah
diambil biaya-biaya pemeliharaan.
Permasalahan bagi hasil juga telah dibahas pada Skripsi Imam Suyoso
pada tahun 1997 dengan judul ‚Analisis Hukum Islam Terhadap Praktek Bagi
Hasil Pertanian di Desa Sedeng Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro‛ di
sini penulis menyimpulkan bahwa perjanjian bagi hasil yang dilakukan di
Desa Sedeng Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro ini merupakan adat
kebiasaan yang sudah berlangsung lama dan turun temurun, sehingga bagi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

hasil yang telah dipraktekkan oleh para petani di desa tersebut sudah
dikategorikan menjadi hukum adat, sebagai ciri-ciri hukum adat adalah tidak
tertulis. Oleh karena itu praktek perjanjian bagi hasil pertanian yang berlaku
di daerah tersebut adalah dalam akad perjanjian ini tidak dilakukan secara
tertulis tetapi hanya dilakukan secara lisan, praktek perjanjian ini hanya
didasari rasa saling percaya antara mereka yang melakukan perjanjian bagi
hasil pertanian tersebut sehingga dalam hal ini sama sekali tidak melibatkan
pihak ketiga sebagai saksi, mengenai sistem pembagiannya dilakukan sesuai
dengan kesepakatan yang mereka buat pada waktu akad.
Permasalahan pesanggem juga dibahas oleh Rossy Widayanti dalam
tesis tahun 2010 berjudul ‚ Agrisilvikultur Dan Pesanggem Di Wilayah
Kesatuan Pemangku Hutan (Kph) Ngawi, Saradan, Dan Lawu Ds‛
pembahasan dalam tesis ini menekankan pada manajemen pengelolaan
pesanggem

menurut

kebijakan

Perhutani,

yang

tidak

menekankan

pembahasan pada hukum positif atau hukum islam.
Dengan demikian, posisi penelitian ini jelas berbeda dengan penelitian
sebelumnya, karena analisis penelitian ini lebih fokus kepada dampak
terhadap sosial ekonomi masyarakat sebuah desa, yang bekerjasama langsung
dengan instansi pemerintah yang diwakili oleh PERHUTANI. Serta
penekanan pada hukum Islam.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka perlu dijabarkan tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengelolaan lahan pesanggem di Desa Ngepung Kec.
Lengkong Kab. Nganjuk.
2. Untuk menganalisis dampak sosial ekonomi masyarakat dengan adanya
ladang pesanggem.
3. Untuk menganalisis perspektif hukum Islam terhadap pengelolaan ladang

pesanggem antara Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk.
F. Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini, diharapkan bermanfaat minimal dalam dua
hal, yaitu:
1. Secara teoritis secara umum berguna bagi pengembangan ilmu
pengetahuan atau menambah wawasan pengetahuan yang berkaitan
dengan pengelolaan pesanggem, dan sekaligus dapat digunakan
sebagai bahan penelitian lebih lanjut, dan secara khusus di tujukan
kepada masyarakat Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab.Nganjuk
2. Secara praktis diharapkan bisa menjadi masukan bagi para pembaca
untuk dapat dijadikan landasan berfikir dalam melakukan pengelolaan
lahan pesanggem dan sosialisasi sekaligus mempertajam analisis teori
dan praktek terhadap masalah tersebut dan khususnya untuk bahan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

pertimbangan kepada PERHUTANI agar mencetuskan inovasi baru
dalam pengembangan kesejahteraan rakyat.

G. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap istilah dalam penelitian ini,
maka disini dijelaskan maknanya sebagai berikut:
Fiqih Muza>ra’ah

:

Peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang
berkenaan dengan pertanian berdasarkan al-Qur’an,
al-Hadis dan pendapat ulama’ Syafi’i dan Hanafi.7

Sistem Pesanggem

:

Penanaman tanaman sekunder di lahan kosong
diantara tanaman tegakan/tanaman pokok yang
berada di lahan Perum Perhutani

Perspektif

: Sudut pandang, pandangan.

H. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yaitu
kegiatan penelitian dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu8 dan bersifat
kualitatif dan masyarakat yang diteliti adalah masyarakat Desa Ngepung
1. Lokasi atau Daerah Penelitian

Sudarsono, Kamus Hukum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002.), 169
Hermawan Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
1995), 10.
7

8

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong
Kabupaten Nganjuk.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pihak yang terkait dalam pengelolaan lahan

pesanggem diantaranya:
a. Pemilik Lahan

: Perum Perhutani KPH Jombang

b. Penggarap

: Penduduk desa hutan anggota LMDH di wilayah

Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk.
3. Pengumpulan Data
Sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan maka data yang akan
dihimpun dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Gambaran umum tentang pengelolaan ladang pesanggem di Desa
Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk.
b. Dampak sosial ekonomi masyarakat dengan adanya ladang pesanggem
di desa tersebut.
c. Pandangan hukum Islam tentang pengelolalaan tanah yang terjadi di
Desa Ngepung.
4. Sumber Data
Sumber data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan
responden maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk
statistik atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian tersebut.9

Joko Subagyo, Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek), (Jakarta: Rineka Cipta, Cet: V,
2006), 87
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

a. Sumber primer yaitu sumber pertama melalui prosedur dan teknik
pengambilan data yang tepat berupa interview, observasi, maupun
penggunaan instrumen pengukuran yang khusus dirancang sesuai
dengan tujuannya.10 Sumber data tersebut yakni para pihak yang
terlibat dalam pengelolaan ladang pesanggem yaitu masyarakat Desa
Ngepung.
b. Sumber sekunder yaitu diperoleh dari sumber tidak langsung yang
biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi.11 Sumber
data sekunder adalah sumber data yang dibutuhkan untuk mendukung
sumber data primer, buku-buku yang diambil dan diperoleh dari
sebagian bahan pustaka yang terkait dengan masalah yang diteliti
diantaranya:
1) S}ahi>h Bukha>ri> Juz 3 , Da>r Thauq an-Najah,Cetakan I 1422 H
2) ‘Abd ar-Rahman al-Jaziri, al-fiqh ‘ala al-madha>hib al-Arba’ah juz
III, Beirut, Dar al-Taqwa, 2003
4) Ibnu Mas’ud dan

Zainal Abidin S,

Fiqh Madhhab syafi’i,

Cet.Kedua, Bandung, Pustaka Setia, 2007.
5) Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Cet.
Pertama, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2008.

10
11

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet. IV, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2003), 36.
Ibid.37.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

6) Direksi Perum Perhutani, Pedoman Pengelolaan Sumberdaya

Hutan Bersama Masyarakat Plus, Jakarta, 2007.
7) Direksi Perum Perhutani, Pedoman Berbagi Hasil Hutan Kayu,
Jakarta, 2007.
8) Abd al-Aziz bin ‘Abdullah bin Baz, Fathul Ba>ri bi Sarh} S}ahi>h

Bukha>ri> Juz 5, Libanon, Darul Fikri 1997.
9) Musthofa ‘Abd al-Qadir ‘at}o, Sarh Ibnu Bat{ol ‘ala S}ahih Bukha>ri>,
Libanon, Da>r al-Kutub Al Ilmiyah 2003.
5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk

memperoleh

data

secara

lengkap

digunakan

teknik

pengumpulan data. Teknik pengumpulan data adalah prosedur yang
sistematik dan standar untuk data yang diperlukan. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati (melihat, memperhatikan, mendengarkan dan
mencatat secara sistematis obyek yang diteliti).12 Dalam hal ini
penulis mengamati pengelolaan ladang pesanggem di desa Ngepung
Kec. Lengkong Kab. Nganjuk.
b. Wawancara, yaitu metode ilmiah yang dalam pengumpulan datanya
dengan jalan berbicara atau berdialog langsung dengan sumber obyek

12

Cholid Narbu dan Abu Acmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), 116.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

penelitian, wawancara sebagai alat pengumpul data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan
berlandaskan pada tujuan penelitian.13 kepada para petani pesanggem
dan pengurus LMDH Desa Ngepung Kecamatan Lengkong
Kabupaten Nganjuk.
c.

Dokumentasi yaitu mencari data atau informasi yang berupa bendabenda tertulis, seperti: buku, dokumen dan peraturan-peraturan.14
yaitu mencari data atau informasi berupa buku pedoman yang berasal
dari pihak terkait diantaranya LMDH, PERHUTANI dan KPH
Jombang.

d. Sampling, yaitu mengumpulkan data atau informasi dengan
menggunakan contoh dari beberapa persen petani pesanggem dalam
bentuk quisioner. Dalam hal ini penulis mengambil 100 orang dari
800 petani pesanggem sebagai responden.
6. Teknik Pengolahan Data
Setelah data yang diperlukan dapat dikumpulkan, selanjutnya peneliti
akan melakukan pengolahan data dengan melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Editing yaitu pemeriksaan kembali data secara lengkap dengan cara
mencari data atau informasi yang berupa benda-benda tertulis,15

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991) 193.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Penerbit Rineka Cipta,
Jakarta, 1993), 131.
15
Saifullah, Panduan Metodologi Penelitian, (Malang: Universitas Islam Negeri, 2006), 25.
13

14

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

seperti: buku, dokumen, peraturan-peraturan dan catatan harian
lainnya, secara cermat dari segi kesesuaian, keselarasan, kelengkapan,
mencari relavansi dan keseragaman dengan permasalahan.
b. Organizing yaitu pengaturan dan penyusunan data yang diperoleh
sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun
laporan tesis dengan baik, dalam hal ini penulis akan menyusun data
yang telah terkumpul dari penelitian, kemudian penulis akan
menyajikan dalam bentuk laporan.
c. Analizing yaitu memberikan analisa sebagai dasar penarikan suatu
kesimpulan.16 peneliti melakukan atas data-data tersebut dengan
menggunakan teori-teori. Hal ini dilakukan dengan untuk memahami
apakah data-data penelitian yang telah terkumpul tersebut memiliki
relevansi dengan teori-teori yang ada.

7. Teknik Analisis Data
Data yang berhasil dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan
menggunakan metode kualitatif interaktif, yaitu penulis akan terus
berinteraksi dan berperan aktif selama proses penelitian:

16

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei, (Jakarta: Pustaka LP3ES),
263.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Proses analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan empat tahap, yaitu:
1)

Pengumpulan Data
Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi

dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua bagian yaitu deskriptif dan
reflektif. Catatan deskriptif adalah catatan alami, (catatan tentang apa yang
dilihat, didengar, disaksikan dan dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya
pendapat dan penafsiran dari peneliti terhadap fenomena yang dialami.
Catatan reflektif adalah catatan yang berisi kesan, komentar, pendapat, dan
tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai, dan merupakan bahan rencana
pengumpulan data untuk tahap berikutnya.

2)

Reduksi Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya dibuat reduksi data, guna memilih

data yang relevan dan bermakna, memfokuskan data yang mengarah untuk
memecahkan masalah, penemuan, pemaknaan atau untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Kemudian menyederhanakan dan menyusun secara sistematis dan
menjabarkan hal-hal penting tentang hasil temuan dan maknanya. Pada proses
reduksi data, hanya temuan data atau temuan yang berkenaan dengan
permasalahan penelitian saja yang direduksi. Sedangkan data yang tidak
berkaitan dengan masalah penelitian dibuang. Dengan kata lain reduksi data
digunakan untuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan dan
membuang yang tidak penting, serta mengorganisasikan data, sehingga
memudahkan peneliti untuk menarik kesimpulan.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

3)

Penyajian Data
Penyajian data dapat berupa bentuk tulisan atau kata-kata, gambar, grafik

dan tabel. Tujuan sajian data adalah untuk menggabungkan informasi sehingga
dapat menggambarkan keadaan yang terjadi. Dalam hal ini, agar peneliti tidak
kesulitan dalam penguasaan informasi baik secara keseluruhan atau bagianbagian tertentu dari hasil penelitian, maka peneliti harus membuat naratif, matrik
atau grafik untuk memudahkan penguasaan informasi atau data tersebut. Dengan
demikian peneliti dapat tetap menguasai data dan tidak tenggelam dalam
kesimpulan informasi yang dapat membosankan. Hal ini dilakukan karena data
yang terpencar-pencar dan kurang tersusun dengan baik dapat mempengaruhi
peneliti dalam bertindak secara ceroboh dan mengambil kesimpulan yang
memihak, tersekat-sekat daan tidak mendasar. Untuk display data harus disadari
sebagai bagian dalam analisis data.
4)

Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan dilakukan selama proses penelitian berlangsung

seperti halnya proses reduksi data, setelah data terkumpul cukup memadai maka
selanjutnya diambil kesimpulan sementara, dan setelah data benar-benar lengkap
maka diambil kesimpulan akhir.
Sejak awal penelitian, peneliti selalu berusaha mencari makna data yang
terkumpul. Untuk itu perlu mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal
yang sering timbul, hipotesis dan sebagainya. Kesimpulan yang diperoleh mula-

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

mula bersifat tentatif, kabur dan diragukan akan tetapi dengan bertambahnya
data baik dari hasil wawancara maupun dari hasil observasi dan dengan
diperolehnya keseluruhan data hasil penelitian.Kesimpulan–kesimpulan itu harus
diklarifikasikan dan diverifikasikan selama penelitian berlangsung.
Data yang ada kemudian disatukan ke dalam unit-unit informasi yang
menjadi rumusan kategori-kategori dengan berpegang pada prinsip holistik dan
dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan. Data mengenai informasi yang
dirasakan sama disatukan ke dalam satu kategori, sehingga memungkinkan untuk
timbulnya ketegori baru dari kategori yang sudah ada.17
I. Sistematika Pembahasan
Untuk lebih mengarah tercapainya tujuan pada pembahasan tesis ini
maka penulis membuat sistematika pembahasan tulisan tesis ini yang terdiri
dari lima bab yang masing-masing bab berisi pembahasan dibawah ini
sebagai berikut:
BAB I

:

Pendahuluan memuat uraian tentang: latar belakang masalah,
identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian
pustaka, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, metode
penelitian dan sistematika pembahasan.

17

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta, Lkis, 2007), 240.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

BAB II :

Bab ini membahas tentang landasan teori tentang pengertian

muza>ra’ah, dasar hukum muza>ra’ah, rukun dan syarat
muza>ra’ah, macam-macam muza>ra’ah.
BAB III :

Merupakan pembahasan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh penulis di di Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab.
Nganjuk yang meliputi: gambaran umum tentang pengelolaan
ladang tersebut, argumentasi atau alasan-alasan dilakukan
pengelolaan ladang dengan sistem pesanggem/tumpang.

BAB IV :

Merupakan analisis dari aplikasi pengelolaan ladang pesanggem
di Desa Ngepung Kec. Lengkong Kab. Nganjuk, analisis
argumentasi atau alasan dilakukan dilakukan pengelolaan ladang
dengan sistem pesanggem/tumpang sari. dan analisis hukum
Islam tentang dilakukan pengelolaan ladang dengan sistem

pesanggem/tumpang sari.
BAB V :

Dalam bab ini merupakan penutup dari pembahasan Tesis yang
mana di dalam pembahasan memuat kesimpulan dari uraian
jawaban dalam rumusan masalah serta saran-saran dari
pembahasan tersebut.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari apa yang telah penulis paparkan dalam pembahasan Tesis ini, maka
dapatlah ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengelolaan pesanggem di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong menggunakan
persentase pembagian hasil panen antara petani dengan Perhutani 80% : 20%
dengan jangka waktu antara 2 – 15 tahun.
2. Pengelolaan pesanggem di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong dilihat dari
maslahah, tidak tepat sasaran karena faktor kesuburan tanah yang tidak
menghasilkan dan cenderung merugikan, karena tidak sesuai dengan syarat dari
tanah yang dikelola merupakan tanah yang menghasilkan, serta tidak tercapainya
tujuan dari kerjasama yaitu saling membantu dan menolong, sehingga yang
terjadi adalah pihak petani mendapatkan kerugian dari biaya pemeliharaan dan
tenaga yang telah dikeluarkan.
3. Dalam tinjauan Hukum Islam pengelolaan ladang/pertanian (muza>ra’ah) adalah
kerjasama yang dibolehkan, dengan memenuhi syarat dan rukun yang sesuai
dengan ajaran Islam, dan apabila ada

syarat dan rukun yang menyebabkan

adanya kerusakan dan tidak tercipta maslahah dalam Islam maka akad perjanjian
ini menjadi tidak boleh.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

B. Saran
Dalam kehidupan sehari-hari untuk memperoleh rezeki kita dituntut
dengan cara yang diperbolehkan (halal) dalam Hukum Islam. Sebagaimana penulis
bahas dalam penelitian ini, kiranya dapat memberikan kontribusi pemikiran demi
meningkatkan kehidupan manusia. Oleh sebab itu saran penulis ditujukan kepada:
1. Perhutani diharapkan dapat memberikan lahan yang sekiranya bisa menghasilkan
agar dapat membantu kesejahteraan untuk masyarakat Desa Ngepung Kecamatan
Lengkong sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
2. Perhutani juga diharapkan memberikan kerjasama yang lain yang sesuai dengan

kemampuan dan kondisi yang ada di Desa Ngepung Kecamatan Lengkong,
seperti industri meubel, kayu olahan, atau keterampilan lain kepada para petani

pesanggem yang dapat mendukung untuk memperkuat perekonomian mereka.
3. Masyarakat mulai mencari usaha alternatif yang lebih baik sehingga tidak hanya

menggantungkan hidup pada hasil hutan yang semakin hari semakin menipis.
4. Pemerintah Kabupaten memberikan perhatian kepada desa-desa tertinggal,

terutama desa yang berada di pelosok hutan, serta peningkatan kerjasama dengan
pihak perhutani sehingga terjadi sinergi yang baik antara pemerintah, perhutani
dan masyarakat.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA
Achmadi Cholid Narbu dan Abu. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara,
1999.
‘Atha, Musthafa Abd al-Qadir. Sarh} Ibnu Bathal ‘ala S}ah}ih} Bukhari. Libanon: Da>r
al-Kutub al Ilmiyah 2003
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Penerbit Rineka
Cipta, Jakarta, 1993.
Arfan , Abbas. Geneologi Pluralitas Madhab dalam Hukum Islam. Malang: UINMalang Pres, 2008.
Azwar, Saifuddin. Metode Penelitian, Cet. IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset,
2003.
Bab I Pasal 1 Keputusan Menteri Kehutanan No : 70/Kpt –II /2001.
Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqasid Syari’ah Menurut al-Syatibi. Jakarta:PT. Raja
Grafindo Persada, 1996.
Dahlan, Abdul Azis (Ed). Ensiklopedi Hukum Islam, cet. 1. Jakarta:PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997.
Effendi, Masri Singarimbun dan Sofian. Metode Penelitian Survei. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, 1991.
Harun, Nasroen. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000.
Ja’fi (al), Muhammad ibn Isma>’il Abu ‘Abdillah al-Bukha>ri. S}ah}ih Bukha>ri> Juz 3,
Beirut: Da>r al-Thauq al-Naja>h,1422 H.
Jaziri(al), Abd al-rahman. al-Fiqh ‘ala al-Madha>hib al-Arba’ah . Beirut: Da>r alTaqwa, 2003.
Muthalib, Muhammad Yasir. Terjemah al-umm Ringkasan Kitab al-umm. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2007.
Muslim, Imam. S}ahi>h Muslim. Beirut:Dar Ihya> at Tura>s al-‘Arabi, III.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Mudjib, Abdul. Kaidah-kaidah Ilmu Fiqh (Al-Qowa’idul Fiqhiyyah). Jakarta: Kalam
Mulia, 1999.
Nawawi, Ismail. Fiqh Mu’a>malah. Jakarta, VIV Press 2010.
Perum Perhutani. Pedoman Pengelolaan Sumberdaya Hutan Bersama Masyarakat
IX. Jakarta, 2010.
Qardhawi ,Muhammad Yusuf. Al-Hala>l wa al-Hara>m fî al-Isla>m. Alih bahasa: H.
Mu'ammal Hamidy .Bandung :PT. Bina Ilmu, 1993.
Quthb, Sayyid. Tafsir Fi Zhilali al-Qur’an di Bawah Naungan al-Qur’an Jilid 1,
terjemah.
Rahman, Afzalur. Economic Doctrines of Islam, (Doktrin Ekonomi Islam), alih
bahasa Soeroyo dan Nastangin. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995.
Rahman, Asymuni A. Qaidah-Qaidah Fiqh, Cet. Ke-1. Jakarta: Bulan Bintang,
1997.
Saifullah. Panduan Metodologi Penelitian. Malang: Universitas Islam Negeri, 2006.
San‘a>ni (al), Muhammad ibn Isma>‘il >. Subul al-Sala>m. Beiru>t: Da>r Ihya> al-Tura>s al‘Arabî, 1379.
Subagyo, Joko. Metode Penelitian (Dalam Teori dan Praktek). Jakarta: Rineka
Cipta, Cet: V, 2006.
Syarbi>ni> (al), al-Khati>b. Mugni> al-Muh}ta>j. Beirut: Da>r al-Fikr, II.
Syauka>ni (al), Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad >. Nail al-Aut}a>r. Beirut: Da>r alJail 1973.
Tamrin, Dahlan. Filsafat Hukum Islam. Malang: UIN-Malang Press, 2007.
Undang- undang Republik Indonesia No : 41/Kpt–II/1999 tentang Kehutanan.
Zuhaili, Wahbah. al-Fiqh al-Islam Wa ‘Adillatuhu. Beirut: Da>r al-Fikr.
Suwadi, Wawancara, Nganjuk, 15 Agustus 2014.
Sugeng, Wawancara, Nganjuk, 15 Agustus 2014.
Teguh, Wawancara, Desa Ngepung, 15 Agustus 2014.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Dokumen yang terkait

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Desa Napagaluh, Kec. Danau Paris, Kabupaten Aceh Singkil)

4 34 146

Pelaksanaan Program Raksa Desa dalam Pemberdayaan Ekonomi Wirausaha di Desa Tarikolot Kec. Citeureup-Kab. Bogor

0 11 113

Penetapan awal bulan qamariyah perspektif masyarakat Desa Wakal: studi kasus Desa Wakal, Kec. Lei Hitu, Kab. Maluku Tengeha, Ambon

10 140 105

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MAJEG DALAM PEMBAGIAN HASIL LADANG Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Majeg Dalam Pembagian Hasil Ladang ( Studi Kasus di Desa Karanganyar Kec. Purwanegara Kab. Banjarnegara Jawa Tengah).

0 1 17

PENDAHULUAN Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Majeg Dalam Pembagian Hasil Ladang ( Studi Kasus di Desa Karanganyar Kec. Purwanegara Kab. Banjarnegara Jawa Tengah).

0 2 4

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MAJEG DALAM PEMBAGIAN HASIL LADANG (Studi Kasus di Desa Karanganyar Kec. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktek Majeg Dalam Pembagian Hasil Ladang ( Studi Kasus di Desa Karanganyar Kec. Purwanegara Kab. Banjarnegara J

0 2 15

PARTISIPASI PERAJIN GULA KELAPA DALAM PEMBERDAYAAN KELOMPOK GULA SEMUT (STUDI KASUS DI DESA KALIMENDONG, KEC. LEKSONO, KAB. WONOSOBO).

0 0 14

Pemberdayaan Masyarakat Desa Tohudan Dalam Pengelolaan Sampah Rumah Tangga.

0 0 1

PEMBERDAYAAN PEMUDA PENGANGGURAN DALAM MENUMBUHKAN PARTISIPASI PEMBANGUNAN DESA DI DESA BANJAR KEC. GALIS KAB. BANGKALAN.

0 0 130

Pengelolaan Dana Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa

0 1 35