Pengelolaan Hutan Mangrove Berbasis Silvofishery di Desa Percut, Desa Tanjung Rejo, Desa Tanjung Set Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang

Ahmad,Mangampa. 2000. The use of mangrove stands forbiore mediation in a close
shrimp culture system. Proceeding of International Symposium on Marine
Biotechnology. Bogor Agricultural University, Bogor. p. 114−122.
Arief, A. 2003. Hutan Mangrove, Fungsi dan Manfaatnya. Penerbit Kanisius.
Yogyakarta
Arifin Z. 2006. Carrying Capacity Assessment on Mangrove Forest with Special
Emphasize on Mud Crab Sylvofishery System: A Case Studi in Tanjung
Jabung Timur District Jambi Province. [Thesis]. Post Graduate School.
BogorAgricultural University
Bengen, G. B. 1998. Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pelestarian Hutan
Mangrove. Makalah Loka karya Jaringan Kerja Pelestarian Mangrove,
Instiper. Yogyakarta.
Dewi, R.H. 1995. Pengaruh Kerapatan Tegakkan Mangrove Terhadap Aspek
Ekologis Tambak Tumpang sari (Silvofishery) (Studi Kasus di KPH
Cibuaya, Besar Pengembangan Budidaya Air Payau). [Tesis]. Program
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Gunarto. 2004. Konservasi Mangrove Sebagai Pendukung Sumber Hayati
Perikanan Pantai. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau. Jurnal
Litbang Pertanian, 2 (1) :hlm 23-26.
Handayani, T dan Wibowo, K. 2006 Pelestarian hutan Mangrove Melalui
pendekatan Mina Hutan (Silvofishery). Pusat Teknologi lingkunganBPPT. Jakarta.

Kusnendar, E. K., Coco K., Erik S., 1999. Sistem Resirkulasi Tertutup pada
Budidaya Udang Windu Paket teknologi. Direktorat Perikanan. Jakarta.
Balai Budidaya Air Payau. Jepara. V 5(1) : 22-24 p.
Nur, S. H. 2002. Pemanfaatan Ekosistem Hutan Mangrove untuk Tambak
Tumpang sari di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. IPB. Bogor.
Raswin, M. (2003). Pembesaran ikan bandeng. Modul: Pengelolaan air
tambak.Direktorat Jakarta: Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian
Pendidikan Nasional
Romadon, A. & Subekti, E. (2011). Teknik budidaya ikan bandeng di Kabupaten
Demak. Mediagro 7(2), 19-24.

Universitas Sumatera Utara

Setyawan, A.D. 2002. Ekosistem Mangrove sebagai Kawasan Peralihan
Ekosistem Perairan Tawar dan Perairan Laut. Enviro2 (1): 25-40.
Simanjuntak, P. 2008. Pengetahuan Masyarakat Dusun XIV Kampung Bagan
Percut Desa Percut Kecamatan Percut Sei TuanTentang Fungsi dan
Peranan Mangrove di Pesisir : 101 Halaman. USU Press.
Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati. Penerbit Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.

Sofiawan, A. 2000. Pemanfaatan Mangrove yang Berkelanjutan: Pengembangan
Model-Model Silvofishery dalam Warta Konservasi Lahan Basah, Vol. 9
No. 2 November 2000. Wetlands International – Indonesia Programme.
Bogor.
Triyanto, W & Widiyanto, T., Yuniarti, I., Setiawan, F. dan Lestari, F.S.2012.
Pengembangan Silvofishery Kepiting Bakau (Scylla serrata) dalam
Pemanfaatan Kawasan Mangrove Di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Wibowo, K. dan Handayani, T., 2006. Pelestarian Hutan Mangrove Melalui
Pendekatan Mina Hutan (silvofishery). Pusat Teknologi Lingkungan
BPPT. Jakarta
Widya Ayu. manfaat mangrove sebagai pelestarian lingkungan hidup dan
objekpariwisata/ manfaat mangrove-sebagai-pelestarian.html., [online],
[12 Februari 2016].
Widigdo, B. 2000. “Potensi Alami” Kawasan Pesisir Untuk Budidaya Udang.
Pusat Kajian Sumber daya Pesisir dan Lautan, IPB. Bogor.

Universitas Sumatera Utara