Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

BAB III
PERLINDUNGAN TERHADAP DEBITUR (PELAKSANA
PEKERJAAN) DALAM PERJANJIAN UPAH BORONG
(PARTISIPATIF) PROYEK SWAKELOLA DI LINGKUNGAN
PEKERJAAN UMUM
KABUPATEN DELI SERDANG
A. Proyek Swakelola di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
Setiap negara selalu berusaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk
mencapai tujuan tersebut, setiap negara melaksanakan pembangunan ekonomi. Salah
satu ukuran berhasilnya adalah melalui pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena
pembangunan ekonomi merupakan upaya untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat yang pada hakekatnya untuk meningkatkan kapasitas pemerintah daerah
sehingga tercipta suatu kemampuan yang handal dan profesional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat, serta kemampuan untuk mengelola sumber daya

Universitas Sumatera Utara

ekonomi lokal daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk kemajuan
perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini teramat penting terlebih jika negara hendak mewujudkan amanat sesuai
Pembukaan UUD 1945 yakni melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh

tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
taraf hidup agar menjadi manusia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undangundang

Dasar

1945.

Pembangunan

haruslah

diartikan

sebagai

proses


multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar, baik terhadap struktur
ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi
ketimpangan dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi. Setiap upaya
pembangunan ekonomi daerah bertujuan meningkatkan jenis dan jumlah kerja.
Pembangunan ekonomi daerah di era otonomi menghadapi berbagai tantangan
baik internal maupun eksternal, seperti masalah kesenjangan dan iklim globalisasi,
yang akhirnya menuntut tiap-tiap daerah untuk mampu bersaing di dalam dan luar
negeri. Kesenjangan dan globalisasi berimplikasi kepada Provinsi, Kabupaten/Kota
untuk

melaksanakan

percepatan

pembangunan

ekonomi

daerah


melalui

pengembangan ekonomi daerah berdasarkan potensi sektor unggulan yang dimiliki
oleh masing-masing daerah.

Universitas Sumatera Utara

Untuk merealisasikan rencana pembangunan yang telah disahkan melalui
legitimasi politik, maka pemerintah melakukan kerja sama (kemitraan) dengan para
pelaku usaha di bidang-bidang terkait untuk menyelenggarakan proyek-proyek
pengadaan di lingkungan Kementerian, Lembaga, Satuan Kerja Perangkat Daerah dan
Institusi lainnya yang terkait.
Keberhasilan pembangunan pada suatu masa pemerintahan selalu ditentukan oleh
berhasil tidaknya proses pengadaan barang/jasa, karena pelaksanaan pembangunan di
semua sektor pada umumnya dijalankan melalui tahapan pengadaan barang/jasa,
sehingga tidak heran jika alokasi anggaran bagi proyek pengadaan barang/jasa
jumlahnya sangat besar, karena hampir semua penyediaan fasilitas umum bagi
kepentingan masyarakat dilaksanakan melalui proses pengadaan barang/jasa, baik
yang dilakukan secara langsung oleh pemerintah pusat memalui Kementerian dan
Lembaga maupun yang dilimpahkan pelaksanaanya ke Pemerintah Daerah melalui

dana perimbangan dalam bentuk Dana Alokasi Umum (DAU) atau Dana Alokasi
Khusus (DAK). 217
Pemerintah sebagai selaku penyelenggara pembangunan dan sekaligus abdi
masyarakat, harus dapat merencanakan pembangunan, kini dan di masa yang akan
datang secara menyeluruh. Pembangunan merupakan langkah strategis untuk
mewujudkan tujuan nasional tersebut, baik itu di pembangunan manusianya maupun
di pembangunan fisiknya. Dalam implementasinya, terhadap pembangunan fisik
217

D.Y Witanto, Dimensi Kerugian Negara Dalam Hubungan Kontraktual (Suatu Tinjauan
Terhadap Risiko Kontrak dalam Proyek Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah), Cet ke I,
(Bandung : CV. Mandar Maju, 2012), hlm 1

Universitas Sumatera Utara

berupa pengadaan sarana dan prasarana, tentu harus diimbangi dengan peran
pengadaan barang/jasa yang baik, tetapi kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah
bukan bertujuan untuk menghasilkan barang/jasa yang profit oriented, melainkan
lebih bersifat memberikan pelayanan masyarakat (public service), untuk itu
pemerintah membutuhkan barang/jasa dalam upaya meningkatkan pelayanan publik.

Dalam kaitan dengan pemenuhan kebutuhan maka pembuatan kontrak menjadi
praktek rutin (routin practice) 218. Pelaksanaan transaksi komersial baik oleh
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah karenanya menjadi suatu kezaliman.
Dengan melibatkan diri ke dalam suatu transaksi komersial, pemerintah mengikatkan
diri pada suatu hubungan kontraktual.
Jenis hubungan kontraktual yang dibentuk juga beragam. Jika dilihat dari sisi
anggaran, kontrak yang dibuat oleh pemerintah itu pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu kontrak yang bersifat pembelanjaan dan
kontrak yang membawa penerimaan pendapatan. 219 Pengadaan barang dan jasa
pemerintah (government procurement) tergolong pada jenis yang pertama, sedangkan
jenis kedua meliputi berbagai macam kontrak, di antaranya tukar menukar, sewa
menyewa, penjualan asset negara termasuk saham, penerbitan obligasi atau pinjaman
luar negeri (loan agreement). 220
Pengadaan barang dan jasa dilakukan oleh pemerintah dalam menjalankan fungsi
penyelenggaraan negara. Dalam kaitan ini pemerintah melibatkan diri ke dalam suatu
218

Hugh Collins, Regulating Contracts, (London : Oxford University Press, 1999), hlm 3
Lihat Pasal 11 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
220

Yohanes Sogar Simamora, Op. Cit, hlm 2.
219

Universitas Sumatera Utara

hubungan kontraktual dengan sektor swasta yakni dengan mengikatkan diri ke dalam
suatu kontrak pengadaan barang dan jasa. Hubungan kontraktual yang dibentuk oleh
pemerintah itu juga terkait dengan kewajibannya untuk menyediakan, membangun
dan memelihara fasilitas umum (public utility). 221 Kontrak yang dibentuk pada
dasarnya adalah kontrak komersial sekalipun di dalamnya terkandung elemen hukum
publik. Di satu sisi hubungan hukumnya terbentuk karena kontrak, tetapi di sisi lain
isinya sarat dengan aturan bagi penyedia barang dan jasa.
Proyek pengadaan barang/jasa pada instansi pemerintah selain secara kontraktual
merupakan bagian dari hukum perjanjian, namun karena melibatkan negara sebagai
pemilik pekerjaan (bouwheer) dan sumber keuangan yang berasal dari dana
APBN/APBD, maka dalam praktiknya tidak terlepas dari keterkaitan dengan aspek
hukum administrai sebagai acuan kerja bagi para aparatur yang terlibat dalam proses
pengadaan tersebut. 222
Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2011 atas perubahan
pertama Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan

Jasa Pemerintah menyatakan bahwa :
“Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut dengan Pengadaan
Barang/Jasa adalah kegiatan untuk memperoleh Barang/Jasa oleh
Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi yang prosesnya
dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan
untuk memperoleh Barang/Jasa”.
Sedangkan Pasal 1 angka 2 menyebutkan bahwa :

221

Colin Turpin, Government Contracts, (Harmonds : Penguin Books, 1972), hlm 9
D.Y Witanto,Op. Cit, hlm 4

222

Universitas Sumatera Utara

“Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah/Institusi lainnya yang
selanjutnya K/L/D/I adalah instansi/institusi yang menggunakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD)”
Jika ditelaah dua Pasal diatas, maka proyek pengadaan barang/jasa pada instansi
pemerintah dapat dibedakan dengan proyek pengadan barang/jasa di lingkungan
swasta, perbedaan itu terletak pada sumber pembiayaan dan pihak pemilik pekerjaan
(bouwheer), dimana pada proyek pengadaan barang/jasa instansi pemerintah sumber
dananya berasal dari APBN atau APBD. 223 Pihak yang menjadi bouwheer adalah
pemerintah (negara) baik yang berada di lingkungan Kementerian, Lembaga, Satuan
Kerja, Perangkat Daerah maupun Institusi lainnya, oleh karena sumber dana yang
digunakan untuk membiayai kegiatan pengadaan barang/jasa tersebut berasal dari
uang negara (APBN/APBD) dan kegiatan pengadaan tersebut dilaksankan untuk
kepentingan publik dalam proses pembangunan, maka pelaksanaan kegiatan
pengadaan barang/jasa diatur secara lebih khusus dalam suatu peraturan perundangundangan disamping secara umum tetap tunduk pada hukum perjanjian yang diatur
dalam Buku III KUHPerdata. 224
Sebelum melakukan suatu proyek dari pemerintah terlebih dahulu harus
mengetahui apa arti dari suatu “proyek” tersebut. Menurut Imam Soeharto, Proyek
adalah “suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas,
dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas

223


Ibid.
Ibid., hlm 5

224

Universitas Sumatera Utara

yang sasarannya telah ditetapkan dengan jelas”. 225Setelah mengetahui apa arti suatu
“proyek” maka dalam melakukan pelaksanaan proyek, bagi para penyelenggara
proyek terutama pelaksana/pemborong hendaknya dapat melaksanakan tugas secara
profesional dalam menyediakan seluruh faktor-faktor produksi atau sumber daya
yang diperlukan oleh suatu proyek, untuk memenuhi maksud dan tujuan proyek
secara sukses perlu dicapainya suatu standar mutu yang diisyaratkan baik itu biaya
maupun waktu yang telah ditetapkan.
Proyek dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah baik secara teknis maupun
administrasi yang pada akhirnya proyek tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan dalam kontrak. Salah satu penyebab umum dari kesulitan dalam
melaksanakan proyek adalah kurang dipahaminya proyek itu sendiri secara benar
sehingga tidak dapat memperhitungkan secara teliti dan tepat semua faktor-faktor

produksi/sumber daya proyek yang diperlukan untuk menentukan secara pasti waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek tersebut.
Secara umum bentuk pengerjaan proyek dilakukan dalam bentuk dua cara yaitu: 226
1. Swakelola
Pada intinya pekerjaan proyek swakelola adalah pengerjaan proyek yang
dilakukan atau dikelola oleh organisasi atau perusahaan itu sendiri. Swakelola
bukan berarti semua sumber daya manusia yang terlibat di dalamnya adalah staf
atau pegawai perusahaan tersebut.
2. Sub-kontrak
Pengerjaan proyek secara sub-kontrak, biasa disebut dengan singkatan proyek
subkon, pada intinya adalah suatu proyek yang diproyekkan. Artinya bisa saja
225

Iman Soeharto, Manajemen Proyek : Dari Konseptual Sampai Operasional, Edisi Kedua,
(Jakarta : Erlangga, 2001), hlm 4
226
Sri Siswanti, Modul Manajemen Proyek Sistem Informasi, (Surakarta : STMIK Sinar
Nusantara, 2015), hlm 4

Universitas Sumatera Utara


suatu organisasi atau perusahaan membuat atau bisa juga mendapatkan suatu
proyek, namun proyek tersebut tidaklah dikerjakan sendiri, melainkan
dilimpahkan ke pihak lain (perusahaan/konsultan lain). Bisa saja terjadi, secara
kontrak proyek yang dikerjakan adalah atas nama perusahaan X, namun
sebenarnya pelaksanaannya adalah perusahaan Y. Dalam kasus seperti ini
berarti perusahaan X melakukan sub-kontrak terhadap perusahaan Y.
Dalam hal ini proyek yang akan dilakukan adalah proyek Swakelola yang dalam
pelaksanaan proyek tersebut dilakukan dengan cara proyek konstruksi dengan agenda
pengerjaan proyek berupa rehabilitasi dan pemeliharaan jalan dan jembatan yang ada
di Kabupaten Deli Serdang. Hal ini menanggapi perihal arti dari sebuah “proyek
Swakelola” yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang.
Menurut FL, Proyek Swakelola adalah “suatu pekerjaan atau tugas bersama yang
para penyelenggara proyek dilaksanakan oleh penyedia jasa melalui pemborongan
yang sudah ditetapkan target mutu, keseluruhan pekerjaan dilakukan berdasarkan
pola partisipatif 227 yang mana seluruh pekerjaannya direncanakan, dikerjakan serta
diawasi oleh K/L/D/I sebagai penanggung jawab angggaran, instansi pemerintah lain
dan/atau kelompok masyarakat”. 228 Sehingga di dalam pelaksanaan proyek Swakelola
ini, pihak Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang melakukan suatu kegiatan
proyek yang mana dalam melakukan kegiatan tersebut mengundang para pengusaha-

227

Yang dimaksud dengan Pola Partisipatif adalah efiensi waktu dan biaya serta keterbatasan
dana sehingga didalam mengerjakan suatu proyek menggunakan dana dari pihak ketiga atau yang
disebut pengusaha untuk mendahului dananya dalam membangun infrastruktur yang ada di Kabupaten
Deli Serdang agar tercapainya suatu proyek yang diinginkan. Hasil Wawancara dengan Bapak FL
selaku Kepala Dinas Lama Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang pada hari Rabu tanggal
26 Mei 2016 Pukul 21:15 WIB.
228
Hasil Wawancara dengan Bapak FL selaku Kepala Dinas Lama Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Deli Serdang pada hari Rabu tanggal 26 Mei 2016 Pukul 21:15 WIB.

Universitas Sumatera Utara

pengusaha yang ada di Kabupaten Deli Serdang untuk berpartisipasi dalam
melakukan proyek Swakelola ini.
Proyek Swakelola ini bertujuan untuk membangun infrastruktur-infrastruktur yang
belum memadai yang ada di Kabupaten Deli Serdang dengan berlandaskan ketentuan
yang ada dalam Undang-undang Dasar 1945, sehingga dilakukanlah proyek
Swakelola ini agar tercapainya tujuan tersebut, dengan menggunakan dana pihak
ketiga ketiga atau yang disebut pengusaha untuk mendahului dananya dalam
membangun infrastruktur yang ada di Kabupaten Deli Serdang.
Terkait mengenai hal penggunaan pendahuluan dana Pihak Ketiga (pengusaha)
yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang menggunakan
dasar hukum dari kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan dalam SKPD menyiasati
ketiadaan dukungan anggaran atau saat proses pengusulan penganggaran sedang
berlangsung, sehingga Kepala Dinas selaku Pengguna Anggaran membuat perjanjian
dengan rekanan/debitur dalam mengerjakan berbagai proyek yang disebut swakelola.
Tidak ada dasar hukum yag mendasari dibolehkannya perjanjian pekerjaan dilakukan
sementara dana tidak tersedia didalam Kas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli
Serdang.
Dibawah ini, beberapa contoh proyek Swakelola yang ada di Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Deli Serdang yang dilakukan dengan kerja sama oleh para
pengusaha :

Universitas Sumatera Utara

a Surat Perjanjian Pekerjaan (Kontrak Harga Satuan) 229
b Surat Perjanjian Upah Borong (Kontrak Harga Satuan) 230
c Surat Perjanjian Operasional Sewa Alat (Kontrak Harga Satuan) 231
d Surat Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) 232
B. Proses Pengadaan Upah Borong (Partisipatif) Proyek Swakelola di
Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
Proses Pengadaan Upah Borong (Partisipatif) proyek Swakelola di Lingkungan
Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang melalui proses yang tertera dalam Pasal 22
sampai Pasal 25 Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 atas perubahan Kedua
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah.

Pasal 22 menyebutkan :
Ayat (1) PA menyusun Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sesuai dengan
kebutuhan pada K/L/D/I
Ayat (2) Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi :
a. Kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan dibiayai
oleh K/L/D/I sendiri ; dan/atau
b. Kegiatan dan anggaran Pengadaan Barang/Jasa yang akan dibiayai
samas (co-financing), sepanjang diperlukan.
Ayat (3) Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa meliputi kegiatan-kegiatan
sebagai berikut :
a. Mengidentifikasi kebutuhan Barang/Jasa yang diperlukan K/L/D/I
229

Nomor Perjanjian 050/2314/DPUDS/2014 dan Nomor Perjanjian 050/2168.3/DPUDS/2014
Nomor
Perjanjian
050/2121.5/DPUDS/2014
dan
Nomor
Perjanjian
050/2121.3/DPUDS/2014
231
Nomor Perjanjian 050/2312/DPUDS/2014 dan Nomor Perjanjian 050/2312.1/DPUDS/2014
232
Nomor Perjanjian 050/0346.1/DPU/DS/2014, Nomor Perjanjian 050/2312.2/DPU/DS/2014
dan Nomor Perjanjian 050/4552/DPU/DS/2014
230

Universitas Sumatera Utara

b. Menyusun dan menetapkan rencana penganggaran untuk Pengadaan
Barang/Jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
c. Menetapkan kebijakan umum tentang :
1) Pemaketan pekerjaan. 233
2) Cara pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa 234 ; dan
3) Pengorganisasian Pengadaan Barang/Jasa
4) Penetapan penggunaan produk dalam negeri. 235
d. Menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK)
Ayat (4) KAK sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d paling sedikit
memuat :
a. Uraian kegiatan yang akan dilaksanakan. 236
b. Waktu pelaksanaan yang diperlukan. 237
c. Spesifikasi teknis Barang/Jasa yang akan diadakan 238 ; dan
d. Besarnya total perkiraan biaya pekerjaan. 239

Pasal 23 menyebutkan :
Ayat (1) Penyusunan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa pada K/L/D/I
untuk Tahun Anggaran berikutnya, harus diselesaikan pada Tahun
Anggaran yang berjalan.
Ayat (2) K/L/D/I menyediakan biaya pendukung pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa yang dibiayai dari APBN/APBD, yang meliputi :
a. Honorarium personil organisasi Pengadaan Barang/Jasa, termasuk
tim teknis, tim pendukung dan staf proyek.
b. Biaya pengumuman Pengadaan Barang/Jasa termasuk biaya
pengumuman ulang
c. Biaya penggandaan Dokumen Pengadaan Barang/Jasa ; dan
d. Biaya lainnya yang diperlukan. 240
233

Pemaketan pekerjaan yang dimaksud antara lain menetapkan paket usaha kecil atau non

kecil.
234

PA/KPA menetapkan cara pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa baik melalui Swakelola
maupun Penyedia Barang/Jasa yang sesuai denan sifat dan ruang lingkup pekerjaan. Dalam hal
Swakelola, salah satu kebijakan yang akan dilaksanakan oleh Kelompok Masyarakat Pelaksana
Swakelola
235
Penetapan penggunaan produk dalam negeri dilakukan jika telah terdapat beberapa produk
dalam negeri yang memenuhi persyaratan Tingkat Kandungan Dalam Negeri.
236
Uraian kegiatan dalam KAK meliputi latar belakang, maksud dan tujuan sumber
pendanaan, serta jumlah tenaga yang diperlukan.
237
Waktu pelaksanaan yang dimuat dalam KAK, termasuk pula penjelasan mengenai kapan
Barang/Jasa tersebut harus tersedia pada lokasi kegiatan/sub kegiatan terkait.
238
Spesifikasi teknis perlu dirinci lebih lanjut oleh PPK sebelum melaksanakan Pengadaan.
239
Komponen biaya pelaksanaan pemilihan Penyedia Barang/Jasa harus disediakan dalam
anggaran.

Universitas Sumatera Utara

Ayat (3) K/L/D/I menyediakan biaya pendukung untuk pelaksanaan pemilihan
Penyedia Barang/Jasa yang pengadaannya akan dilakukan pada Tahun
Anggaran berikutnya.
Ayat (4) K/L/D/I dapat mengusulkan besaran standar biaya terkait honorarium
bagi personil organisasi pengadaan, sebagai masukan/pertimbangan
dalam penetapan standar biaya oleh Menteri Keuangan/Kepala Daerah.
Pasal 24 menyebutkan :
Ayat (1) PA melakukan pemaketan Barang/Jasa dalam Rencana Umum
Pengadaan Barang/Jasa kegiatan dan anggaran K/L/D/I
Ayat (2) Pemaketan dilakukan dengan menetapkan sebanyak-banyaknya paket
usaha untuk Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta koperasi kecil tanpa
mengabaikan prinsip efisien, persaingan sehat, kesatuan sistem dan
kualitas kemampuan teknis.
Ayat (3) Dalam melakukan pemaketan Barang/Jasa, PA dilarang :
a. Menyatukan atau memusatkan beberapa kegiatan yang tersebar di
beberapa lokasi/daerah yang menurut sifat pekerjaan dan tingkat
efisiensinya seharusnya dilakukan di beberapa lokasi/daerah masingmasing.
b. Menyatukan beberapa paket pengadaan yang menurut sifat dan jenis
pekerjaannya bisa dipisahkan dan/atau besaran nilainya seharusnya
dilakukan oleh Usaha Mikro dan Usaha Kecil serta kopersai kecil.
c. Memecah Pengadaan Barang/Jasa menjadi beberapa paket dengan
maksud menghindari pelelangan ; dan/atau
d. Menentukan kriteria, persyaratan atau prosedur pengadaan yang
diskriminatif dan/atau dengan pertimbangan yang tidak obyektif.
Pasal 25 menyebutkan :
Ayat (1) PA mengumumkan Rencana Umum Pengadaan Barang/Jasa pada
masing-masing Kementerian/Lembaga/Institusi secara terbuka kepada
masyarakat
luas
setelah
rencana
kerja
dan
anggaran
Kementerian/Lembaga/Institusi disetujui oleh DPR.
Ayat (1a) PA pada Pemerintah Daerah mengumumkan Rencana Umum Pengadaan
Barang/Jasa secara terbuka kepada masyarakat luas, setelah rancangan
peraturan daerah tentang APBD yang merupakan rencana keuangan
tahunan Pemerintah Daerah disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah
dan DPRD.

240

Yang dimaksud biaya lainnya misalnya biaya survei lapangan, biaya survei harga, biaya
rapat, biaya pendapat ahli hukum Kontrak profesional, dan biaya lain-lainnya.

Universitas Sumatera Utara

Ayat (1b) PA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a) mengumumkan
kembali
Rencana
Umum
Pengadaan,
apabila
terdapat
perubahan/penambahan DIPA/DPA
Ayat (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling kurang berisi:
a. Nama dan alamat Pengguna Anggaran.
b. Paket pekerjaan yang akan dilaksanakan
c. Lokasi pekerjaan ; dan
d. Perkiraan besaran biaya.
Ayat (3) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dilakukan dalam
website Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah/Institusi masingmasing, papan pengumuman resmi untuk masyarakat, dan Portal
Pengadaan Nasional melalui LPSE. 241
Ayat (4) K/L/D/I mengumumkan rencana pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
yang Kontraknya akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran
berikutnya/yang akan datang.
Jadi dalam pelaksanaan pengadaan upah borong yang dilakukan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang dilakukan berdasarkan dengan
ketentuan yang ada di Pasal 22 sampai Pasal 25 Peraturan Presiden Nomor 70
Tahun 2012 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah.

C. Analisis Perjanjian Upah Borong (Partisipatif)

Proyek

Swakelola di

Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
Menurut Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa
Konstruksi, kontrak sekurang-kurangnya mencakup mengenai :
1.
2.

Para pihak, yang memuat secara jelas identitas para pihak.
Rumusan pekerjaan, yang memuat uraian yang jelas dan rinci tentang lingkup
kerja, nilai pekerjaan, dan batasan waktu pelaksanaan.

241

Portal Pengadaan Nasional adalah www.inaproc.lkpp.go.id

Universitas Sumatera Utara

3.

4.

5.

6.
7.
8.
9.

10.

11.
12.
13.

Masa pertanggungan dan/atau pemeliharaan, yang memuat tentang jangka
waktu pertanggungan dan/atau pemeliharaan yang menjadi tanggung jawab
penyedia jasa.
Tenaga ahli, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan
imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Hak dan kewajiban, yang memuat hak pengguna jasa untuk memperoleh hasil
pekerjaan konstruksi serta kewajibannya untuk memenuhi ketentuan yang
diperjanjikan serta hak penyedia jasa untuk memperoleh informasi dan
imbalan jasa serta kewajibannya melaksanakan pekerjaan konstruksi.
Cara pembayaran, yang memuat tentang ketentuan tentang kewajiban
pengguna jasa dalam melakukan pembayaran hasil pekerjaan konstruksi.
Cidera janji, yang memuat ketentuan tentang tanggung jawab dalam hal salah
satu pihak tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana diperjanjikan.
Penyelesaian perselisihan, yang memuat ketentuan tentang cara penyelesaian
perselisihan akibat ketidaksepakatan.
Pemutusan kontrak kerja konstruksi, yang memuat ketentuan tentang
pemutusan kontrak kerja konstruksi yang timbul akibat tidak dapat dipenuhi
kewajiban salah satu pihak.
Keadaan memaksa (force majeure), yang memuat ketentuan tentang kejadian
yang timbul diluar kemauan dan kemampuan para pihak, yang menimbulkan
kerugian bagi salah satu pihak.
Kegagalan bangunan, yang memuat ketentuan kewajiban penyedia jasa
dan/atau pengguna jasa atas kegagalan bangunan.
Perlindungan pekerja, yang memuat ketentuan tentang kewajiban para pihak
dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja serta jaminan sosial.
Aspek lingkungan, yang memuat kewajiban para pihak dalam pemenuhan
ketentuan tentang lingkungan.
Meskipun demikian ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh para

pihak yang akan membuat kontrak antara lain : 242
a
b
c
d
e
f
g

Kewenangan hukum para pihak.
Perpajakan.
Alas hak yang sah.
Masalah keagrariaan.
Pilihan hukum.
Penyelesaian sengketa
Pengakhiran kontrak, dan
242

Salim H.S, Op. Cit, hlm 105

Universitas Sumatera Utara

h

Bentuk perjanjian standar.
Sejalan dengan hal diatas maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
oleh para pihak pada saat pra penyusunan kontrak yaitu : 243

1) Identifikasi para pihak serta kewenangannya sebagai pihak dalam mengadakan
suatu kontrak, dalam hal badan hukum biasanya ditentukan secara rinci di
dalam anggaran dasarnya.
2) Penelitian awal aspek terkait, ini perlu dilakukan supaya kontrak yang
ditandatangani dapat menampung semua keinginan yang terinci secara jelas,
konsekuensi yuridis dan normatifnya sehingga dalam penyusunan kontrak
tersebut dapat disimpulkan hak-hak dan kewajiban dari masing-masing pihak
terkait pembayaran, ganti rugi dan perpajakannya.
3) Pembuatan Memorandum of Understanding (MOU), meskipun tidak dikenal
dalam hukum konvensional Indonesia, tetapi dalam praktik sering terjadi. MOU
dianggap sebagai kontrak yang simpel dan tidak disusun secara formal serta
MOU dianggap sebagai pembuka suatu kesepakatan.
4) Negoisasi adalah sarana bagi para pihak untuk mengadakan komunikasi dua
arah yang dirancang untuk mencapai kesepakatan sebagai akibat adanya
perbedaan pandangan terhadap sesuatu hal. Ada dua corak negoisasu yaitu
position bargainer (lunak) dan hard position bargainer (keras)
Salah satu tahap yang menentukan dalam pembuatan kontrak, yaitu tahap
penyusunan kontrak. Ada lima tahap dalam penyusunan kontrak di Indonesia,
yakni: 244
a) Pembuatan draf pertama yang meliputi :
(1)Judul Kontrak
Dalam kontrak harus diperhatikan kesesuaian isi dengan judul serta ketentuan
hukum yang mengaturnya, sehingga kemungkinan adanya kesalahpahaman
dapat dihindari.
(2)Pembukaan
Biasanya berisi tanggal pembuatan kontrak.
(3)Pihak-pihak dalam kontrak
Perlu diperhatikan jika pihak tersebut orang pribadi serta badan hukum,
terutama kewenangannya untuk melakukan perbuatan hukum dalam bidang
kontrak.
243

Ibid., hlm 123-124
Ibid., hlm 126-127

244

Universitas Sumatera Utara

b)
c)
d)
e)

(4)Racital
Yaitu penjelasan resmi/latar belakang terjadinya suatu kontrak.
(5)Isi kontrak
Bagian yang merupakan ini kontrak. Yang memuat apa yang dikehendaki,
hak dan kewajiban termasuk pilihan penyelesaian sengketa.
(6)Penutup
Memuat tata cara pengesahan suatu kontrak
Saling tukar menukar draf kontrak
Jika perlu diadakan revisi
Dilakukan penyelesaian akhir.
Penutup dengan penandatangan kontrak oleh masing-masing pihak.
Pada dasarnya, susunan dan antomi kontrak, dapat digolongkan menjadi 3
(tiga bagian), yaitu bagian pendahuluan, isi dan penutup. Ketiga hal itu
dijelaskan sebagai berikut : 245

(1)Bagian Pendahuluan
Dalam bagian pendahuluan dibagi menjadi 3 subbagian yaitu :
(a) Subbagian Pembuka (description of the instrument)
Subbagian ini memuat tiga hal yakni
1} Sebutan atau nama kontrak dan penyebutan selanjutnya (penyingkatan)
yang dilakukan.
2} Tanggal dari kontrak yang dibuat dan ditandatangani, dan
3} Tempat dibuat dan ditandatanganinya kontrak.
(b)Subbagaian pencantuman identitas para pihak (caption)
Dalam subbagian ini dicantumkan identitas para pihak yang mengikat diri
dalam kontrak dan siapa-siapa yang menandatangani kontrak tersebut. Ada
tiga hal yang perlu diperhatikan tentang identitas para pihak, yaitu :
1} Para pihak harus disebutkan secara jelas.
2} Orang yang menandatangani harus disebutkan kapasitasnya sebagai apa
3} Pendefinisian pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak
(c) Subbagian penjelasan.
Pada subbagian ini diberikan penjelasn mengapa para pihak mengatakan
kontrak (sering disebut bagian premis).
(2)Bagian Isi
Ada empat hal yang tercantum dalam bagian isi
245

Ibid., hlm 127-128

Universitas Sumatera Utara

(a) Klausula definisi (definition)
Dalam klausula ini biasanya dicantumkan berbagai definisi untuk keperluan
kontrak. Definisi ini hanya berlaku pada kontrak tersebut dan dapat
mempunyai arti dari pengertian umum. Klausula definisi penting dalam
rangka mengefisienkan klausula-klausula selanjutnya karena tidak perlu
diadakan pengulangan.
(b)Klausula transaksi (operative languange)
Klausula transaksi adalah klausula-klausula yang berisi tentang transaksi
yang akan dilakukan.
(c) Klausula spesifik
Klausula spesifik mengatur hal-hal yang spesifik dalam suatu transaksi.
Artinya klausula tersebut tidak terdapat dalam kontrak dengan sanksi yang
berbeda.
(d)Klausula ketentuan umum
Klausula ketentuan umum adalah klausula yang sering kali dijumpai dalam
berbagai kontrak dagang maupun kontrak lainnya. Klausula ini diantara lain
mengatur tentang domisili hukum, penyelesaian sengketa, pilihan hukum,
pemberitahuan, keseluruhan dari perjanjian dan lain-lain.
(3)Bagian Penutup
Ada dua hal yang tercantum pada bagian penutup
(a) Subbagian kata penutup (closing), kata penutup biasanya menerangkan
bahwa perjanjian tersebut dibuat dan ditandatangani oleh pihak-pihak yang
memiliki kapasitas untuk itu. Atau para pihak menyatakan ulang bahwa
mereka akan terikat dengan isi kontrak.
(b)Subbagian ruang penempatan tanda tangan adalah tempat pihak-pihak
menandatangani perjanjian atau kontrak dengan menyebutkan nama pihak
yang terlibat dalam kontrak, nama jelas orang yang menandatangani dan
jabatan dari orang yang menandatangani.
Dalam perjanjian upah borong (partisipatif) dengan nomor perjanjian :
050/4552/DPU/DS/2014,

nomor

050/2312.2/DPU/DS/2014

dan

nomor

050/0346.1/DPU/DS/2014 yang dilakukan antara Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Deli Serdang selaku pengguna barang/jasa dengan pihak swasta
selaku penyedia barang/jasa dilakukan dengan berdasarkan ketentuan Pasal
1320 dan Pasal 1338 KUHPerdata dimana dalam pelaksanaan pekerjaannya

Universitas Sumatera Utara

akan diatur dengan ketentuan-ketentuan sebagaimana yang tertera dalam PasalPasal dibawah ini :
Pasal 1 (Lingkup Pekerjaan) menyebutkan bahwa Pihak Kesatu selaku
Pemerintah Kabupaten Deli Serdang diwakili oleh Kepala Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Deli Serdang memberi tugas pekerjaan kepada Pihak Kedua
selaku pihak swasta dan Pihak Kedua menerima tugas pekerjaan dari Pihak
Kesatu yaitu untuk melaksanakan pekerjaan tersebut. 246
Pasal 2 (Pengendalian, Supervisi dan Penanggung Jawab Pihak Kedua)
menyebutkan bahwa Pasal 2.1 pengendalian atas penyelenggaraan, peralatan
pekerjaan, seluruhnya dilakukan oleh pihak kedua. Pasal 2.2 Pengawasan
berupa pemeriksaan suatu pelaksanaan akan dilakukan oleh Pihak Kesatu atau
pejabat/petugas yang ditunjuk untuk ini. Pasal 2.3 Pihak Kedua harus
menunjukkan wakilnya yang bertindak untuk dan atas nama pihak kedua dan
hal ini dinyatakan secara tertulis oleh Pihak Kedua dan Pihak Kesatu. Pasal 2.4
Pengendalian Pihak Kesatu berlaku terhadap Pihak Kedua maupun pengawasan
atau pemeriksa. Pasal 2.5 untuk keperluan Administrasi dan Pengawasan, Pihak
Kedua harus mencatat seluruh kegiatan setiap hari dalam buku harian. 247
Pasal 3 (Jangka Waktu Perjanjian) menyebutkan bahwa Pasal 3.1 kontrak
bersifat retroaktif. Pasal 3.2 masa waktu tersebut adalah untuk melaksanakan

246

Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
247
Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

pekerjaan sebagaimana tercantum dalam Pasal 1 atau pelaksanaan dan
penyelesaian pekerjaan sehingga dapat diterima dengan baik oleh Pihak Kesatu
dan Pihak Kedua tidak dapat menjadikannya sebagai alasan untuk
memperpanjang masa kontrak, kecuali menurut pertimbangan dan persetujuan
Pihak Kesatu. 248
Pasal 4 (Kuantitas dan Nilai Pekerjaan) menyebutkan bahwa Pasal 4.1
Kuantitas Pekerjaan yang dihitung adalah kuantitas yang dilaksanakan
dilapangan. Pasal 4.2 Nilai Pekerjaan yang dibayar dihitung berdasarkan
kuantitas yang tercantum dalam Berita Acara Prestasi Pekerjaan. 249
Pasal 5 (Kewajiban Pihak Kedua) menyebutkan bahwa Pasal 5.1 ketentuan
upah borong, Pihak Kedua wajib melaksanakan, menyelesaikan seluruh
pekerjaan sesuai dengan yang tercantum dalam Dokumen Perjanjian Upah
Borong. Pasal 5.2 segala biaya atas penyelesaian atau kerugian yang timbul
yang diakibatkan sebagaimana pada Pasal 5.1 atas keseluruhannya adalah
tanggung jawab Pihak Kedua. Pasal 5.3 apabila Pihak Kedua gagal/lalai atas
pelaksana pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang ditentukan dalam dokumen
kontrak, maka Pihak Kesatu berhak untuk melaksanakannya sendiri dengan
atau dengan cara lain, tanpa ada lagi hak bagi pihak Kedua untuk menyatakan
keberatan atas cara pelaksanaan atau atas biaya yang dikeluarkan oleh Pihak

248

Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
249
Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

Kesatu, dalam hal ini Pihak Kesatu akan memotong pembayaran sejumlah nilai
pelaksanaan pekerjaan dimaksud. 250
Pasal 6 (Kewajiban Pemilik) menyatakan bahwa Pasal 6.1 menyediakan
lokasi dan bahan untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan dilapangan. Pasal 6.2 membayar Pihak Kedua atas pelaksanaan
pekerjaan berdasarkan hasil sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 4 ayat (2). 251
Pasal 7 (Cara Pembayaran) menyatakan bahwa Pasal 7.1 pelaksanaan
pembayaran pekerjaan tersebut pada Pasal 1 Surat Perjanjian ini akan
dilaksanakan melalui Kas Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang.
Pasal 7.2 Semua perhitungan pembayaran untuk pekerjaan dalam kontrak akan
dilakukan berdasarkan Berita Acara Prestasi kemajuan pekerjaan sesuai dengan
prestasi yang telah dicapai, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 1 dan 2 dan
disesuaikan dengan ketersediaan dana dalam Kas Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Deli Serdang. Pasal 7.3 Pembayaran atas volume bahan yang telah
dikirim oleh Pihak Kedua dilakukan berdasarkan pesanan dengan harga satuan
tetap dan tidak berubah sebagaimana tercantum pada Pasal 1. 252

250

Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
251
Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
252
Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

Pasal 8 (Perpanjangan Waktu dan Perubahan) menyatakan bahwa Pasal 8.1
perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan ataupun perubahan-perubahan
lainnya harus diikuti dengan pemberitahuan secara tertulis dari Pihak Kesatu. 253
Pasal 9 (Sanksi dan Denda) menyatakan bahwa Pasal 9.1 jika Pihak Kedua
tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan Perjanjian
Upah Borong dan Spesifikasi Teknis yang ditentukan, atau tidak dapat
menyelesaikan pekerjaan menurut jangkat waktu ditetapkan, maka Pihak
Kesatu dapat melakukan : Peringatan lisan atau tulisan yang bersifat teguran,
penangguhan Berita Acara Pembayaran selama tidak sesuai dengan yang
ditentukan, perintah bongkar dan perbaikannya, dan pemutusan perjanjian
setelah memberikan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali.
Pasal 10 (Keadaan Memaksa/Force Majeure) menyatakan bahwa Pasal 10.1
keadaan memaksa (force majeure) yaitu keadaan luar biasa yang diluar
kemampuan dan kesalahan Pihak Kesatu, seperti gempa bumi, banjir besar dan
bencana alam lainnya seperti kebakaran, perang, huru hara, sabotase dan
keadaan darurat lainnya yang terhadap Pihak Kedua tidak mampu untuk
mencegah dan mengambil tindakan-tindakan pencegahan sebelumnya. Pasal
10.2 bagian pekerjaan yang telah diselesaikan dan diterima baik yang kemudian
rusak oleh keadaan memaksa sesuai dengan Pasal 10 ayat 1 harus diperbaiki
oleh Pihak Kedua atas biaya Pihak Kesatu. Pasal 10.3 paling lambat 5 (lima)

253

Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

hari kalender sejak keadaan memaksa, Pihak Kedua harus memberitahukan
secara tertulis kepad Pihak Kesatu, kebenaran keadaan memaksa harus
dinyatakan oleh Pejabat Instansi yang berwenang.
Pasal 11 (Domisili) menyatakan bahwa Pasal 11.1 segala perselisihan yang
terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan ini yang tidak dapat diselesaikan secara
musyawarah

maupun

melaui

arbitrasi,

kedua

belah

pihak

sepakat

menyelesaikannya melalui Pengadilan dengan kedudukan (domisili) yang tetap
dan tidak berubah dikantor Pengadilan Negeri Lubuk Pakam. 254
Pasal 12 (Lain-lain) menyatakan bahwa Pasal 12.1 Pihak Kedua harus
mengadakan usaha-usaha untuk menjamin keselematan dan keamanan para
pekerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pasal 12.2 Pihak Kedua
bertanggung jawab terhadap milik Negara yangdipinjamkan atau yang
diserahkan kepad Pihak Kedua meliputi pemeliharaan, menjaga kondisi,
perbaikan atas kerusakan dan penggantian atas milik Negara tersebut. 255
Pasal 13 (Ketentuan lain dan Penutup) menyatakan bahwa Pasal 12.1 dengan
ditandatanganinya Surat Perjanjian Upah Borong ini oleh Pihak Kesatu dan
Pihak Kedua maka seluruh ketentuan yang tercantum dalam pasal-pasal
perjanjian ini dan seluruh ketentuan di dalam dokumen-dokumen yang
merupakan kesatuan serta bagian yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini,

254

Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
255
Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

Universitas Sumatera Utara

termasuk segala sanksi, mempunyai kekuatan mengikat dan berlaku sebagai
undang-undang bagi kedua belah pihak, berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat
1 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Yang dimaksud dengan dokumen
yang mempunyai mengikat adalah seperti yang diuraikan dalam Pasal 2 ayat 1
dari Surat Perjanjian Upah Borong ini. Pasal 13.2 dengan dan karena ayat 1
pasal ini, ketentuan pada Pasal 1226 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
tidak diberlakukan lagi didalam perjanjian ini apabila Pihak Kedua tidak
memenuhi kewajiban. 256
Jika dilihat dari pembuatan perjanjian yang dibuat kedua belah pihak,
perjanjian itu dibuat sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata berupa
adanya sepakat kedua belah pihak, kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal serta sesuai dengan Pasal 1338
KUHPerdata berupa itikad baik dalam melakukan perjanjian.
Namun dalam prakteknya menyatakan perjanjian itu dilakukan dengan
adanya suatu “tekanan” yang diberikan oleh pihak yang menawarkan (pemberi
kerja) kepada pihak yang ingin melakukan perjanjian (pihak swasta). Dimana
“tekanan” itu berupa jika ingin melakukan perjanjian dengan pemberi kerja
maka terlebih dahulu pemborong harus mengikuti dan tunduk segala peraturan
yang mereka buat sendiri. 257 Sehingga dalam isi perjanjian tersebut ada

256

Pasal-pasal yang tertera berasal dari perjanjian upah borong yang dilakukan kedua belah
pihak di Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
257
Hasil Wawancara dengan Staff Kepala Bidang Peningkatan Jalan dan Jembatan Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang Bapak HA pada tanggal 25 Mei 2016 pukul 11:15 WIB.

Universitas Sumatera Utara

beberapa Pasal yang menyatakan adanya ketidakseimbangan yang dibuat oleh
pihak yang membuat perjanjian tersebut, diantaranya terdapat di dalam Pasal 5
mengenai kewajiban Pihak Kedua, Pasal 7 mengenai cara pembayaran dan
Pasal 9 mengenai Sanksi dan denda.
Setelah perjanjian itu dibuat sesuai dengan syarat yang ada dalam Pasal 1320
KUHPerdata. Maka perjanjian itu sudah sah dilakukan para pihak, namun
kembali ke prakteknya, setelah dibuat perjanjian dan perjanjian itu sudah
dilaksanakan oleh Pihak Kedua (pihak swasta) sesuai dengan isi kontrak, maka
selayaknya Pihak Kedua berhak menerima haknya dalam hal pembayaran.
Pihak Kedua sudah memenuhi kewajibannya sesuai dengan syarat-syarat yang
ada dalam Pasal 1320 KUHPerdata, namun dari Pihak Kesatu (pemberi kerja)
tidak melaksanakan kewajibannya demi memenuhi syarat-syarat yang ada
dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Pihak Kesatu (pemberi kerja) mengabaikan
kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada Pihak Kedua (pihak
swasta).
Dengan alasan tidak adanya anggaran yang tersedia/tercukupi di KAS Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang sehingga seharusnya perjanjian yang
dibuat kedua belah pihak dapat dibatalkan karena tidak dipenuhi syarat-syarat
yang ada dalam Pasal 1320 KUHPerdata, namun hal ini masih bisa ditoleransi
oleh Pihak Kedua (pihak swasta) demi kelangsungan hubungan yang baik bagi
para pihak dengan berharap kedepannya bisa dibayarkan haknya Pihak Kedua
oleh Pihak Kesatu.

Universitas Sumatera Utara

Akan tetapi seiring berjalan waktu, Pihak Kesatu tidak melakukan
kewajibannya dalam hal pembayaran. Pembayaran yang mana semestinya
dilakukan Pihak Kesatu itu tertunda dilakukan karena adanya alasan lain yang
diberikan Pihak Kesatu terhadap Pihak Kedua. Alasan lain yang dimaksud
adalah alasan selain tidak adanya anggaran yang tersedia/tercukupi di KAS
Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang pihak pemberi kerja
memberikan alasan lain berupa tidak adanya satu aturan yang melandasi yang
menyatakan bahwa kami (pemberi kerja) harus menganggarkan anggaran ini ke
RAPBD tahun selanjutnya. 258
Hal tersebut mengakibatkan Pihak Kesatu (pemberi kerja) melanggar apa
yang ada dalam Pasal 1338 KUHPerdata yaitu tidak adanya itikad baik yang
dilakukan Pihak Kesatu terhadap Pihak Kedua untuk melakukan kewajibannya
kepada Pihak Kedua. Perbuatan yang dilakukan Pihak Kesatu terhadap Pihak
Kedua merupakan perbuatan yang tidak dapat diterima sehingga perjanjian
yang dibuat bisa batal demi hukum dan akibat dari perbuatan yang ditimbulkan
Pihak Kesatu (pemberi kerja) terhadap Pihak Kedua (pihak swasta) layak untuk
diberikan perlindungan hukum agar Pihak Kedua mendapatkan haknya dari
Pihak Kedua dan kejadian yang timbul saat ini agar kedepannya tidak terulang
lagi.

258

Hasil wawancara dengan Kuasa Hukum Penggugat Bapak Afrizon pada tanggal 17 Juni
2016 Pukul 20:50 WIB.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Pasal 5 mengenai kewajiban Pihak Kedua, dimana dalam
pelaksanaannya Pihak Kedua selalu mengalami posisi lemah dalam
menjalankan isi dari kontrak tersebut, dikarenakan tidak adanya keseimbangan
yang diberikan oleh Pihak Kesatu dalam hal hak dan kewajiban. Pihak Kesatu
berupaya meminta haknya kepada Pihak Kedua berupa pengerjaan proyek
tersebut agar dapat selesai pada waktu yang telah ditentukan dalam isi kontrak.
Namun hal itu mengesampingkan kewajiban Pihak Kesatu dalam hal berupa
pembayaran.
Hal ini membuat tidak adanya keseimbangan yang diterima oleh Pihak
Kedua. Dimana Pihak Kedua belum menerima haknya untuk mendapatkan
pembayaran akan tetapi untuk kewajiban yang dilakukan Pihak Kedua, Pihak
Kedua sudah melakukan kewajibannya tersebut sesuai dengan waktu yang telah
disepakati dalam isi kontrak. Sedangkan dalam hal ini, Pihak Kesatu
mengabaikan kewajibannya dalam hal pembayaran, padahal untuk hak yang
diperjanjikan, Pihak Kesatu sudah menerima hak tersebut dari Pihak Kedua,
sedangkan dalam hal kewajiban Pihak Kesatu terhadap Pihak Kedua belum
dilaksanakan sama sekali. Sehingga pada akhirnya untuk menjaga kepercayaan
antara kedua belah pihak di kemudian hari, Pihak Kedua menerima segala
resiko yang telah mereka sepakati ketika di awal dalam membuat perjanjian
tersebut.
Posisi para pihak dalam perjanjian seharusnya harus diupayakan sekuat
mungkin untuk mendapatkan keseimbangan dalam menentukan hak dan

Universitas Sumatera Utara

kewajiban dari para pihak yang membuat kontrak tersebut, oleh karena itu
apabila terdapat posisi yang tidak seimbang diantara para pihak dalam
perjanjian, maka hal itu harus ditolak karena akan berpengaruh terhadap
subtansi maupun maksud dan tujuannya akan dibuat kontrak tersebut.
Berdasarkan Pasal 7 mengenai Cara Pembayaran, sejauh ini perihal dalam
pembayaran akan upah semua ditentukan setelah adanya Berita Acara Prestasi
kemajuan pekerjaan yang sesuai dalam isi Pasal 7. Namun dalam
pelaksanaanya Pihak Kesatu sering mengalami keterlambatan dalam melakukan
pembayaran upah kepada Pihak Kedua meskipun dalam melakukan
pembayaran, Pihak Kesatu harus menunggu adanya dana yang tersedia dalam
KAS Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang. 259Meskipun dalam
pembayaran yang dilakukan Pihak Kesatu menunggu adanya suatu dana, maka
tidak seharusnya Pihak Kesatu mengabaikan pembayarannya yang terlalu lama
tanpa adanya suatu kepastian yang jelas yang sepantasnya Pihak Kedua berhak
mendapatkanhaknya setelah melakukan prestasi (kewajibannya).
Dalam Pasal 1250 KUHPerdata, apabila mengalami keterlambatan
pembayaran pihak Kedua dapat menuntut atau memintakan sejumlah
pembayaran berupa bunga sebagai ganti kerugian akibat adanya keterlambatan
tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Meskipun demikian
terhadap kondisi seperti ini masih dapat diterima dengan baik oleh kedua belah

259

Hasil Wawancara dengan Bapak FL selaku Kepala Dinas Lama Dinas Pekerjaan Umum
Kabupaten Deli Serdang pada hari Rabu tanggal 26 Mei 2016 Pukul 21:15 WIB.

Universitas Sumatera Utara

pihak khususnya pihak kedua tanpa perlu dikenakan denda dengan
pertimbangan hubungan kerjasama yang baik. 260
Berdasarkan Pasal 9 mengenai Sanksi dan Denda, sejauh ini Pihak Kedua
sudah melakukan prestasi (kewajibannya) dengan tepat waktu sesuai dengan
Pasal 3 Jangka Waktu Perjanjian namun demikian Pihak Kesatu sering sekali
mengabaikan hak dari Pihak Kedua dan mengakibatkan Pihak Kedua timbul
adanya kerugian akibat perjanjian itu.
Dari ketiga Pasal tersebut jika dianalisis maka akan menimbulkan satu
pandangan yang baru dimana pandangan tersebut dalam membuat suatu kontrak
seharusnya harus dibuat dan dilakukan berdasarkan peraturan yang telah ada
atau sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku. Namun dalam
pelaksanannya yang ingin membuat perjanjian dan yang menerima dari hasil
perjanjian itu harus mengikuti peraturan sendiri yang dibuat oleh pihak yang
membuat perjanjian dan tunduk dalam peraturan itu. Sehingga akibat dari
tunduk

dan

mengikutinya

pihak

yang

menerima

perjanjian tersebut

mengakibatkan adanya ketidakseimbangan yang diterima oleh Pihak Kedua,
baik itu berupa hak dan kewajiban maupun dari cara mereka menanggapi
pembayaran serta sanksi dan denda. Sehingga pada akhirnya Pihak Kedua
menerima segala semua resiko yang ada dari isi perjanjian yang diperbuat para
pihak di awal perjanjian.

260

Hasil Wawancara dengan Bendahara Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang
Bapak MD pada tanggal 30 Mei 2016 pukul 10:30 WIB

Universitas Sumatera Utara

D. Perlindungan terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan dalam Perjanjian
Upah Borong (Partisipatif) Proyek Swakelola di Lingkungan Pekerjaan
Umum Kabupaten Deli Serdang
1. Keseimbangan Perjanjian
Konsep keseimbangan sangat penting dalam penyusunan suatu kontrak,
khususnya kontrak yang dilakukan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Deli
Serdang selaku pengguna barang/jasa dengan pihak swasta selaku penyedia
barang/jasa karena tahapan inilah akan menjadi dasar di dalam pemenuhan
prestasi. Makna keseimbangan dapat dimaknai dalam bahasa sehari-hari yaitu kata
“seimbang” (evenwicht) menunjuk pada pengertian suatu “keadaan pembagian
beban di kedua sisi berada dalam keadaan seimbang”. Dalam konteks studi
“keseimbangan” dimengerti sebagai “keadaan hening atau keselarasan karena dari
pelbagai gaya yang bekerja tidak satu pun mendominasi yang lainnya, atau karena
tidak satu elemen menguasai lainnya”. 261
Konsep keseimbangan dituangkan menjadi suatu asas hukum dalam hukum
kontrak yakni asas keseimbangan. Asas-asas hukum 262tidak saja bermanfaat untuk

261

Herlien Budiono, Op.Cit, hlm 304
Dalam pandangan Bruggink, asas-asas hukum memiliki fungsi ganda, yakni sebagai
fundament dari sistem hukum positif dan sebagai alat uji kritis terhadap sistem hukum positif tersebut.
Ilustrasi dari fungsi ganda asas hukum tersebut diberikan Bruggink berkenaan dengan perlindungan
lingkungan hidup pribadi (de persoonlijke levenssfeer) yan dihargai sangat tinggi di dalam sistem
hukum positif (Belanda). Tolok ukur dari asas hukum dipertahankan sebagai cita-cita yang setiap kali
harus direalisasikan. Karena itu, menurut Bruggink, asas hukum sekalipun telah direalisasikan tetap
dapat difungsikan sebagai alat uji kritis terhadap sistem hukum positif, yakni bilamana terjadi bahwa
lingkungan hidup pribadi ternyata tidak atau kurang mendapat perlindungan, J.J.H. Bruggink,
Rechtsreflecties, Grondbegrippen uit de rechtstheorie, Deventer, 1993, hlm 92-93. Sebagaimana
dikutip oleh Herlien Budiono, Ibid., hlm 306.
262

Universitas Sumatera Utara

memecahkan masalah-masalah baru dan membuka bidang baru, tetapi juga
diperlukan guna menafsirkan aturan-aturan sejalan dengan asas-asas yang
mendasari aturan-aturan dimaksud. Asas-asas tersebut sangat penting peranannya
dalam menafsirkan dan memaknai aturan-aturan yang tidak pernah dapat secara
lengkap melingkupi semua masalah yang mungkin muncul, tidak saja tatkala
menghadapi kasus-kasus sulit akan kembali pada asas, tetapi juga dalam
menghadapi penerapan aturan pada umumnya asas akan turun berperan sekalipun
hanya untuk sekadar menegaskan kembali makna yang terkait atau diberikan pada
aturan tersebut.
Menurut Atiyah, Kontrak memiliki tiga tujuan dasar sebagaimana digambarkan
secara singkat : 263
a. Tujuan pertama dari suatu kontrak ialah memaksakan suatu janji dan
melindungi harapan wajar yang muncul darinya.
b. Tujuan kedua dari suatu kontrak ialah mencegah pengayaan (upaya
memperkaya diri) yang dilakukan secara tidak adil atau tidak be

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Dalam Perjanjian Kerja Dengan Sistem Outsourcing Di Indonesia

1 47 91

Perlindungan Hukum Terhadap Kreditor Dalam Terjadi Eksekusi Jaminan Fidusia (Studi di Kota Medan)

5 78 107

Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja/Buruh Dalam Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (Pkwt) Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

4 75 129

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

2 38 251

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur Nasabah Dalam Perjanjian Kredit Bank Chapter III V

0 0 47

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 42

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 2 85

Perlindungan Hukum Terhadap Debitur (Pelaksana Pekerjaan) Dalam Pelaksanaan Perjanjian Upah Borong (Partisipatif) Dalam Proyek Swakelola Di Lingkungan Pekerjaan Umum Kabupaten Deli Serdang

0 0 5