Peranan Industri Gula Indonesia WR (1)

Industri Berbasis Tebu: Pilar Kejayaan Bangsa Berbasis Pedesaan
“Ketika sebagian kalangan mulai meremehkan perannya, industri berbasis
tebu sebenarnya mempunyai peran jangka panjang yang yang sangat strategis
yaitu pendukung ketahanan pangan dan enegi, dua faktor penentu kejayaan
bangsa pada masa mendatang!”
Akhir-akhir ini, sebagian kalangan mulai meremehkan peran strategis industri
berbasis tebu atau lebih spesifik industri gula nasional. Entah karena putus asa
atas kinerja pabrik gula (PG) yang tidak kunjung maju-maju, atau ada kepentingan
tersembunyi, mereka mulai menganggap peran industri gula nasional tidak
strategis. Pemerintah tidak perlu repot-repot membelanya dengan berbagai
program dan kebijakan proteksi. Menurut mereka, kalau memang sebagian PG-PG
itu tidak bisa bersaing, maka tutup saja dan kekurangan produksi diisi dengan gula
impor.
Pemikiran seperti ini tentu sangat berbahaya bagi masa depan Indonesia,
karena mereka menilai peran suatu sektor atau industri hanya menggunakan
kriteria efsisiensi dan daya saing industri. Mereka melupakan kriteria lain yang
dalam jangka panjang justru bermakna semakin strategis. Sejak krisis pangan
secara beruntun terjadi dan semakin terbatasnya cadangan energi berbasis fosil,
bangsa yang akan berjaya atau menguasai dunia adalah mereka yang memiliki
ketahanan pangan dan energi. Kalau dulu, negara menguasai dunia dengan
penjajahan, kemudian perdagangan, teknologi dan informasi, maka ke depan yang

menguasai dunia adalah bangsa yang menguasai pangan dan energi.
Secara historis, industri berbasis tebu berperan sebagai lokomotif
pembangunan pedesaan termasuk penyedia lapangan kerja di pedesaan. Secara
empiris, studi oleh Susila dan Setiawan (2007) menunjukkan bahwa baik usaha tani
tebu maupu PG sangat cocok sebagai lomomotif pertumbuhan perekenomian di
pedesaan. Usahatani tebu memilki daya penyebaran (kekuatan untuk mendorong
sektor lain ikut berkembang) sebesar 3,21. Artinya, jika usahatani tebu tumbuh satu
unit (Rp 1 miliar misalnya), maka ekonomi secara keseluruhan akan tumbuh
sebesar 3,21 unit. Nilai ini tentu diatas rata-rata tanaman perkebunan secara
umum.
Hal yang lebih hebat dan mungkin tidak banyak disadari adalah daya
penyebaran PG yang mencapai 3.87, tertinggi dari berbagai industri berbasis
perkebunan seperti minyak goreng, rokok, dan industri berbasis kakao. Artinya, jika
ada kenaikan permintaan gula satu unit, maka pertumbuhan tersebut mendorong
sektor lain berkembang sehingga secara nasional ekonomi meningkat sebesar 3.87
unit.
Dari sisi kemampuan membangkitkan pendapatan, PG sekali lagi merupakan
industri perkebunan dengan multiplier pendapatan tertinggi. Lebih jauh,
peningkatan pendapatan tersebut lebih banyak dinikmati oleh pemilik tenaga kerja,


bukan pemilik modal. Setiap kenaikan permintaan satu unit gula, akan menciptakan
pendapatan sebesar 2.09 (multiplier pendapatan). Dari nilai tersebut, sebesar 1.34
unit (65%) diterima tenaga kerja, sementara sisanya sebesar 0.75 (35%) unit untuk
pemilik modal.
Peran industri berbasis tebu yang sering kurang dihargai adalah dalam hal
ketahanan pangan dan energi. Berbagai kajian lembaga internasional memberi
indikasi bahwa pada masa mendatang, negara yang menguasai dunia adalah
negara yang menguasai pangan dan energi. Setelah sebelumnya teknologi
memegang peranan penting dan kemudian teknologi informasi, banyak yang
meyakini bahwa pada masa mendatang, pangan dan energi menjadi penentu
kedigjayaan suatu negara.
Pemikiran tersebut tentu dilandasi oleh berbagai analisis dan bukti empiris.
Krisis pangan antara tahun 2008-2011 telah memberi banyak pelajaran bahwa
pasar pangan internasional tidak bisa diandalkan. Ketika terjadi kekurangan
pasokan beras di beberapa negara, negara produsen beras seperti Thailand dan
China melarang ekspor beras. Artinya, memiliki dana bukanlah jaminan bagi
ketahanan pangan karena ketika terjadi krisis, negara akan mengamankan pasokan
pangan masing-masing. Oleh sebab itu, banyak negara kini mulai menempatkan
ketahanan pangannya dengan lebih banyak mengandalkan kemampuan produksi
dalam negeri. Negara tidak ingin menggadaikan nasib ketahanan pangannya pada

pasar internasional yang tidak bisa dipercaya. Mengikuti mazab ini, maka peran
industri berbasis tebu sebagai penopang ketahanan pangan, seyogyanya terus
ditingkatkan, bukan malah dikebiri.
Untuk jangjka panjang, ketahanan egergi terutama enegri terbarukan akan
semakin memegang peranan penting dalam persaingan global dan kejayaan
bangsa. Negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa sangat menyadari hal ini
sehingga mereka terus memacu peningkatan produksi energi terbarukan. Brazil
secara kebetulan sudah memulai melakukan sejak tahun 1972 sehingga kini
menjadi produsen energi terbarukan yang terdepan. Berkaca dari kenyataan ini,
maka sudah sepantasnya Indonesia terus memacu industri berbasis tebu sebagai
salah satu upaya untuk peningkatan ketahanan energi guna memperkuat daya
saing dan mengawal kejayaan bangsa.

So, untuk menopang kejayaan bangsa di masa mendatang, industri berbasis
tebu merupakan salah satu pilar yang dapat diandalkan. Indahnya, pendekatan ini
sekaligus mengedepankan pembangunan berbasis pedesaan yang sarat dengan
nilai-nilai luhur bangsa! (Wayan R. Susila)

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Analisis Pengaruh Lnflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Sbi, Dan Harga Emas Terhadap Ting Kat Pengembalian (Return) Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Pada Bei

14 85 113