TUGAS SISTEM PENCERNAAN ASUHAN KEPERAWAT

TUGAS
SISTEM PENCERNAAN
(ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMOROID)

OLEH
KELOMPOK VI
Nama :
o
o
o
o
o
o

Wiwin Faubun
Reksi Kakisina
Jean Wiratraur
Natalia Lilimwelat
Sherly Patty
Yolanda Sahusilawane


UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU
AMBON_2014

Asuhan Keperawatan Hemoroid
A.

Konsep Medis
a. Pengertian
Kata “Hemoroid” berasal dari bahasa Yunani yaitu ‘haem’ : darah, rhoos’ : mengalir.
Jadi semua pendarahan yang ada di anus disebut hemoroid.
Hemorhoid adalah pembengkakan atau distensi vena di daerah anorektal. Sering
terjadi namun kurang diperhatikan kecuali kalau sudah menimbulkan nyeri dan
perdarahan. Literatur lain menyebutkan bahwa hemorrhoid adalah varices vena
eksternal dan / atau internal dari kanal anus yang disebabkan oleh adanya tekanan
pada vena-vena anorektal.
Haemoroid (Ambeyen) adalah pelebaran vena di dalam fleksus hemoroidalis yang
tidak merupakan keadaan patologik1). Hanya apabila haemoroid ini menyebabkan
keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan.
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang
meningkat oleh karena pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan

hormon menyebabkan pelebaran vena hemoroidalis

Vena pada anus

hemoroid

b.

Jenis-Jenis / Macam-Macam Wasir / Homoroid / Ambeyen

Wasir atau ambeien ada dua macam yaitu:
a. Hemoroid Dalam/Interna
Pada wasir dalam terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi oleh selaput
lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul menonjol ke luar seperti
wasir luar. Gejala wasir dalam adalah suka ada darah yang keluar dari anus saat bab /
buang air besar. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan terus membesar sebesar
bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk membuang wasir.
Hemoroid Interna menjadi 4 derajat untuk menilai tingkat keparahannya:
1) Grade 1, terjadi perdarahan tetapi tidak ada tonjolan rektum.
2) Grade 2, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan sendirinya.

3) Grade 3, terjadi tonjolan rektum tetapi bisa masuk kembali dengan bantuan
tangan.
4) Grade 4, terjadi tonjolan rektum disertai dengan bekuan darah dan tonjolan ini
menutupi muara anus.
b. Hemoroid Luar/Eksterna
Wasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya berhubungan dengan
kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan pada pinggir anus yang
terasa sakit dan gatal.
Hemoroid eksternal dikelompokkan dalam 2 kategori yaitu:
1) Akut
Bentuk hemoroid akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan

sebenarnya merupakan hematoma. Walaupun disebut sebagai hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sering sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor nyeri.
2) Kronik
Bentuk hemoroid eksterna kronik adalah satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri
dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Gambar:


a. Hemoroid eksterna

b. Hemoroid Interna

c.Etiologi
Penyebab pelebaran pleksus hemoroidalis di bagi menjadi dua :
1. Karena bendungan sirkulasi portal akibat kelaian organik.
Kelainan organik yang menyebabkan gangguan adalah :
• Hepar sirosis hepatis
Fibrosis jaringan hepar akan meningkatkan resistensi aliran vena ke hepar sehingga
terjadi hepartensi portal. Maka akan terbentuk kolateral antara lain ke esopagus dan
pleksus hemoroidalis .
• Bendungan vena porta, misalnya karena thrombosis.
• Tomur intra abdomen, terutama didaerah velvis, yang menekan vena sehingga aliranya
terganggu. Misalnya uterus grapida , uterus tomur ovarium, tumor rektal dan lain lain.
2. Idiopatik,tidak jelas adanya kelaianan organik, hanya ada faktor - faktor penyebab
timbulnya

hemoroid.Faktor faktor yang mungkin berperan :
• Keturunan atau heriditer

Dalam hal ini yang menurun dalah kelemahan dinding pembuluh darah, dan bukan
hemoroidnya.
• Kelainan Anatomi
Vena di daerah masentrorium tudak mempunyai katup. Sehingga darah mudah kembali
menyebabkan bertambahnya tekanan di pleksus hemoroidalis.
• Hal - hal yang memungkinkan tekanan intra abdomen meningkat antara lain :
- Orang yang pekerjaan nya banyak berdiri atau duduk dimana gaya grapitasi akan
mempengaruhi timbulnya hemoroid.Misalnya seorang ahli bedah.
- Gangguan devekasi miksi.
- Pekerjaan yang mengangkat benda - benda berat.
- Tonus spingter ani yang kaku atau lemah.
 Pada seseorang wanita hamil terdapat 3 faktor yang mempengaruhi timbulnya hemoroid
yaitu :
- Adanya tomur intra abdpomen.
- Kelemahan pembuluh darah sewaktu hamil akibat pengaruh perubahan hormonal.
- Mengedan sewaktu partus
Hal-Hal / Faktor Pemicu Yang Menyebabkan atau Penyebab Wasir / Ambeien / Hemoroid
antara lain :
a. Terlalu banyak duduk
b. Diare menahun

c. Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon
d. Hederitas
e. Hubungan seks yang tidak lazim
f. Penyakit yang membuat mengejan penderita
g. Sembelit / konstipasi / obsitpasi menahun

h. Penekanan kembali aliran darah vena, dll.
i. Terlalu banyak mengedan saat buang air besar
j. Mengangkat beban terlalu berat
k. Wanita hamil yang mengedan saat melahirkan
l. Kurang berolahraga atau imobilisasi
d. Tanda dan Gejala
a. Tanda
1) Perdarahan
Umumnya merupakan tanda pertama hemoroid interna trauma oleh feces yang keras.
Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak bercampur dengan feces. Walaupun
berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam,
jumlahnya bervariasi.
2) Nyeri
Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya

timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis dan radang.
b. Gejala
1) Anemia dapat terjadi karena perdarahan hemoroid yang berulang.
2) Jika hemoroid bertambah besar dapat terjadi prolap awalnya dapat tereduksi
spontan. Pada tahap lanjut pasien harus memasukkan sendiri setelah defekasi dan
akhirnya sampai pada suatu keadaan dimana tidak dapat dimasukkan.
3) Keluarnya mucus dan terdapatnya feces pada pakaian dalam merupakan ciri
hemoroid yang mengalami prolap menetap.
4) Rasa gatal karena iritasi perianal dikenal sehingga pruritis anus rangsangan
e. Patofisiologi
Dalam keadaan normal sirkulasi darah yang melalui vena hemoroidalis mengalir dengan
lancar sedangkan pada keadaan hemoroid terjadi gangguan aliran darah balik yang melalui
vena hemoroidalis. Gangguan aliran darah ini antara lain dapat disebabkan oleh peningkatan
tekanan intra abdominal. Vena porta dan vena sistematik, bila aliran darah vena balik terus
terganggu maka dapat menimbulkan pembesaran vena (varices) yang dimulai pada bagian
struktur normal di regio anal, dengan pembesaran yang melebihi katup vena dimana sfingter
anal membantu pembatasan pembesaran tersebut. Hal ini yang menyebabkan pasien merasa

nyeri dan feces berdarah pada hemoroid interna karena varices terjepit oleh sfingter anal.
Peningkatan tekanan intra abdominal menyebabkan peningkatan vena portal dan vena

sistemik dimana tekanan ini disalurkan ke vena anorektal. Arteriola regio anorektal
menyalurkan darah dan peningkatan tekanan langsung ke pembesaran (varices) vena
anorektal. Dengan berulangnya peningkatan tekanan dari peningkatan tekanan intra
abdominal dan aliran darah dari arteriola, pembesaran vena (varices) akhirnya terpisah dari
otot halus yang mengelilinginya ini menghasilkan prolap pembuluh darah hemoroidalis.
Hemoroid interna terjadi pada bagian dalam sfingter anal, dapat berupa terjepitnya
pembuluh darah dan nyeri, ini biasanya sering menyebabkan pendarahan dalam feces,
jumlah darah yang hilang sedikit tetapi bila dalam waktu yang lama bisa menyebabkan
anemia defisiensi besi.
Hemoroid eksterna terjadi di bagian luar sfingter anal tampak merah kebiruan, jarang
menyebabkan perdarahan dan nyeri kecuali bila vena ruptur. Jika ada darah beku (trombus)
dalam hemoroid eksternal bisa menimbulkan peradangan dan nyeri hebat.

f. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Colok Dubur

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba
sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri.
Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar

yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum.
2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop
dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi.
Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat
diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai
struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan
sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan
lebih nyata. Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam
anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.
3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan
oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid
merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Faeces harus diperiksa
terhadap adanya darah samar.
g. Pengobatan
1)

Pembedahan pada derajat lanjut.


2)

Kompres duduk atau bentuk pemanasan basah lain, dan penggunaan suppositoria.

3) Eksisi bedah dapat dilakukan bila perdarahan menetap, terjadi prolapsus, atau
pruritus dan nyeri anus yang tidak dapat diatasi.
N. PENCEGAHAN

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya hemoroid antara lain:
1. Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur (ex.: berjalan)
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll.
6. Hindari hubunga seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan menggaruk dubur secara berlebihan
10. Jangan mengejan berlebihan

11. Duduk berendam pada air hangat
12. Minum obat sesuai anjuran dokter

Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Hemoroid

Ny.R, Umur 50 tahun , masuk RS dr. Soeselo Slawi tanggal 8 oktober 2011, saat di IGD klien
mengeluh berak darah, mual, lemes, nyeri anus saat BAB, nyerinya seperti ditusuk-tusuk
dengan skala 6. Namun saat dilakukan pengkajian di ruangan, klien mengatakan sudah tidak
mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas, klien belum BAB selama 2 hari.
Tanggal masuk: 08 Oktober 2011
Tanggal pengkajian : 10 Oktober 2011
Diagnosa medis
: Hemoroid
A. BIODATA
1. Identitas Klien
Nama
: Ny. R
Jenis kelamin : Perempuan
Usia
: 50 Tahun
TTL
: 15 Oktober 1961
Status
: Menikah
Agama
: Islam
Suku / Bangsa : Indonesia
Pendidikan
: SD
Alamat
: Banjaran
2. Identitas penanggung jawab
Nama
: Tn. S
Usia
: 58 Tahun
Alamat : Banjaran
Pekerjaan
: Tani
Hub. Dengan klien
: Suami

B.

RIWAYAT KESEHATAN

Ruang : Kemuning

1.

Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada daerah anus

2.

Riwayat kesehatan sekarang
Klien masuk RS dr. Soeselo Slawi tanggal 8 oktober 2011, saat di IGD klien mengeluh
berak darah, mual, lemes, Namun saat dilakukan pengkajian di ruangan, klien
mengatakan sudah tidak mual lagi. Tapi pasien mengalami susah BAB dan lemas, klien
belum BAB selama 2 hari.

Metode PQRST (untuk nyeri)
P : Paliatif/provokatif : nyeri disebabkan karena klien susah BAB
Q : Quality/quantity : klien mengatakan nyeri yang dirasakan seperti ditusuk2,
R : Region/ Radiation : nyeri dirasaka klien di daerah anus
S : Severity/Scale : klien menyebutkan skala 6 saat di tanya skala nyeri dari 1-10
T : Time : klien mengatakan nyeri terjadi pada saat BAB

3.

Riwayat kesehatan masa lalu

Klien pernah dirawat di RS sebelumnya, dengan diagnosa KLL, 10 tahun yang lalu. Klien tidak
memiliki alergi dan tidak suka minum kopi.
C. PEMERIKSAAN FISIK
a.

Keadaan umum : lemah

b.

Kesadaran : compos mentis, GCS : 4,5,6

c.

Tanda-tanda vital
TD : 130/80
N: 88x/ menit
S : 36°C, RR : 24x/menit

 Pemeriksaan head to toe

a.

Kepala
1.

Wajah dan kulit kepala

Kulit kepala bersih, rambut beruban, wajah tampak pucat
2.

Mata

Fungsi dan bentuk normal, tanpa menggunakan alat bantu penglihatan, sclera anikterik,
konjungtiva anemis
3.

Hidung

Bentuk dan fungsi normal, tidak ada polip dan secret
4.

Telinga

Fungsi dan bentuk normal, tidak ada serumen
5.

Mulut

Gigi, gusi, dan lidah bersih
b.

Leher

Tidak ada pembesaran tyroid maupun vena jugularis
c.

Thorax dan Paru

Bentuk dada simetris, paru bergerak cepat, dan bunyi paru ronchi, irama an regular, frekuensi
18x/menit
d.

Jantung

Normal, tidak ada keluhan
e.

Abdomen

Bentuk simetris, tidak ada keluhan
f.

Ginjal

Normal, tidak ada keluhan
g.

Genetalia

Klien mengatakan tidak ada keluhan
h.

Musculoskeletal

Ekstermitas atas normal, pada tangan kiri terpasang infuse RL 20 TPM, ekstermitas bawah
normal, tidak ada nyeri tekan.
i.

Integument

. Turgor kulit baik, tidak ada nyeri tekan, warna sawo matang
j.

Anus

Anus kemerahan
D. POLA KEGIATAN SEHARI – HARI
1.

Pola Persepsi

Klien mengatakan sehat itu penting, untuk menjaga agar tetap sehat klien makan 3x sehari.
Bila sakit biasanya klien hanya membeli obat warung.
2.

Pola Nutrisi

Sebelum sakit klien makan 3x sehari dengan nasi, sayur, lauk pauk dan minum 5-6 gelas
sehari, tanpa ada pantangan makanan
Selama dirawat makan 3x sehari habis ½ porsi yang disediakan dengan sayur dan lauk.
Minum 5-6 gelas sehari
3.

Pola eliminasi

Sebelum sakit klien mengatakan BAB 1x sehari dengan konsistensi keras, warn adan bau khas,
ada darahnya. BAK 5 – 8x/ hari
Selama sakit klien mengatakan selama di RS BAB 2 hari 1x dengan konsistensi keras,campur
darah, baunya khas, BAK 5-8x sehari .
4.

Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit klien tidur malam 7-8 sehari dari jam 21.00 – 08.00 WIB tanpa ada gangguan.
Selama sakit klien tidur malam tidak ada gangguan, siang juga sama.
5.

Pola aktivitas

Sebelum sakit, klien adalah ibu rumah tangga dan selalu membantu pekerjaan suaminya di
sawah.
Selama dirawat/ sakit klien mengatakan tidak bisa melakukan kegiatan seperti biasanya
karena lemas, aktivitas di bantu oleh keluarga dan perawat.
6.

Pola kognitif

Klien tidak mengalami gangguan fungsi panca indra dan tidak mengalami gangguan pola
pokir serta orientasi.
7.

Konsep diri

Klien dengan keluarganya menyatakan setelah klien dilakukan tindakan keperawatan dan
pengobatan, berharap akan segera sembuh dan segera pulang ke rumah dan berkumpul
dengan keluarganya kembali.

8.

Peran hubungan

Klien adalah seorang ibu rumah tangga yang kegiatan kesehariannya membantu suami di
sawah, selama sakit klien merasa diperhatikan oleh anak-anaknya karena selama sakit
mereka bergantian untuk menunggu dan menjaganya.
9.

Nilai dan keyakinan

Klien beragama islam yang taat beribadah dan selama dirawat klien hanya bisa berdo’a untuk
kesembuhannya.
 Diagnostik
-



Kolonoscopy
Anoskopy

Analisa Data
No
1

Data Penunjang

Etiologi

DS Ds: Klien mengatakan BAB 2 hari Pembesaran Vena

Masalah
Konstipasi

2

3

1x dengan konsistensi keras.
DO : Konsistensi keras, ada darah
Klien lemah
Anus kemerahan

Hemoroidalis

DS : Klien mengatakan nyeri saat
BAB
DO : Wajah pucat
Kesakitan
Skala 6

Adanya hemoroid

DS : klien mengeluh BAB seminggu
yang lalu karena keluar darah segar
bersama feses bahkan darah
menetes saat BAB
DO :
1. TTV : TD = 120/80 mmHg
2. Klien tampak lemah
3. Konjungtiva pucat
4. hasil lab :
Hb= 8,9 gr/dl
Data Tambahan :
1. Pasien tidak dapat melakukan
aktivitas mandiri.
2. Klien cepat lelah setelah
beraktivitas.
3. Banyaknya aktifitas klien yang
dibantu oleh orang lain

Pecahnya Vena

Perdarahan

Hemoroidalis

V.Hemoroidalis

Nyeri

pada daerah anal

Diagnosa Keperawatan


1.
2.
3.

Konstipasi berhubungan dengan pembesaran vena hemoroidalis.
Nyeri berhubungan dengan adanya hemoroid pada daerah anus.
Perdarahan berhubungan dengan pecahnya vena hemoroidalis yang ditandai

dengan perdarahan waktu BAB.

No
.

Rencana Tindakan Keperawatan
Dx
Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

1.

2.

Konstipasi

Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan selama
2
x
24
jam
diharapkan
konstipasi teratasi.
KH:

1.Berikan
dan
anjurkan
minum
berhubungan
kurang lebih 2
dengan
liter/hari.
2.Berikan
posisi
pembesaran
semi fowler pada
vena
tempat tidur.
a.Pola BAB normal 3.Anjurkan
hemoroidalis.
mengkonsumsi
(1-2x/minggu).
makana
tinggi
b.Konsistensi feses serat.
lunak.
4.Auskultasi bunyi
c.Warna
feses usus.
kuning.
5.Hindari makanan
d.Klien tidak takut yang membentuk
untuk BAB.
gas.
e.Tidak ada nyeri 6.Kurangi / batasi
makana
seperti
pada saat BAB.
produk susu.
Nyeri
Setelah dilakukan 1.Berikan Posisi
tindakan
yang nyaman.
berhubungan
keperawatan
dengan adanya
selama 3 x 24 jam
hemoroid pada diharapkan nyeri 2.Berikan bantalan
dibawah bokong
teratasi.
daerah anal.
saat duduk.
KH:
a.Wajah
pasien 3.Observasi tandatampak meringis.
tanda vital.
b.Skala
nyeri
4.Ajarkan teknik
berkurang 0-3 atau
untuk menguranyi
hilang.
rasa nyeri seperti
c.Klien
dapat
membaca, menarik
istirahat tidur.
nafas panjang,
d.TTV Normal
menonton TV, dll.
TD: 100/80 mmHg
5.Berikan kompres
dingin pada daerah
anus 3-4 jam
dilanjutkan dengan
redam duduk

1.Mencegah dehidrasi
secara oral.

2.Meningkatkan
usaha evakuasi feses.
3.Makanan tinggi
serat dapar
melancarkan proses
defekasi.
4.Bunyi usus secara
umum meningkat
pada diare dan
menurun pada
konstipasi.
5.Menurnnkan distres
gastrik dan distensi
1.Minimalkan
stimulasi/meningkatkan
relaksasi.
2.Meminimalkan
tekanan di bawah
bokong/meningkatkan
relaksasi.
3.Untuk menentukan
intervensi selanjutnya.
4.Pengalihan perhatian
melalui kegiatankegiatan.

5.Meningkatkan
relaksasi.

hangat 3-4 x/hari.
6.Berikan
lingkungan yang
tenang.

6.Menurunkan
ketidaknyamanan fisik.

7.Mengurangi nyeri dan
7.Kolaborasi dengan menurunkan rangsang
dokter untuk
saraf simpatis dan
pemberian
untuk mengangkat
analgesik, pelunak
hemoroid.
feses dan dilakukan
hemoroidectomi.
3.

Perdarahan

Setelah dilakukan
tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
selama 3 x 24 jam
pecahnya vena diharapkan
kekurangan nutrisi
hemoroidalis
terpenuhi.
yang ditandai
KH:
dengan
a.Konjungtiva klien
merah muda.
perdarahan
waktu BAB.

b.Hb Normal (1214 g/dl).
c.Tidak ada
perdarahan
v.hemoroid.
d.Dapat melakukan
aktivitas mandiri.
e.Klien tidak cepat
lelah setelah
beraktivitas.
f.Aktifitas klien
sudah tidak
dibantu oleh
perawat.

1.Observasi TTV.
2.Monitor
banyaknya
perdarahan klien.
3.Kaji ulang tingkat
toleransi aktifiitas
klien.
4.Memandirikan
klien dalam
melakukan aktifitas
sehari-hari.
Kolaborasi:
1.Konsultasikan
nutrisi untuk klien
dengan ahli gizi.
2.Berikan vitamin K
dan B12 sesuai
indikasi.
3.Konsultasi dengan
ahli gizi.
4.Berikan cairan IV.

1.Untuk menentukan
tindakan selanjutnya.
2.Untuk menentukan
tingkat kehilangan
cairan.
3.Untuk mengetahui
tingkat kelemahan
klien.
4.Mengurangi
ketergantungan
aktifitas klien dengan
bantuan perawat.
Kolaborasi:
1.Untuk menentukan
kebutuhan nutrisi yang
tepat pada klien.
2.Untuk membantu
proses pembekuan
darah dan Untuk
meningkatkan produksi
sel darah merah.
3.Untuk menentukan
diet yang tepat bagi
klien.

4.Untuk menggantikan
banyaknya darah yang
hilang selama
perdarahan.

DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. A. A. 2007. Riset keperawatan dan Tekhnik Penulisan Ilmiah. Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Ariyoni, D. 2011. Asuhan keperawatan hemoroid. Dikutip tanggal 15 Juni 2011 dari website
http://desiariyoni.wordpress.com/2011/03/23/.
Basuki, Ngudi. 2007. Pengaruh teknik distraksi dan relaksasi terhadap penurunan tingkat

nyeri pada pasien fraktur ekstremitas bawah. Dikutip tanggal 15 juni 2011 dari website
http:/www.poltekes-soeproen.ac.id/?prm=artikel&yar=detail&id=27.