Diskriminasi Terhadap Masyarakat Burakumin Di Jepang Dewasa Ini

ABSTRAK
Diskriminasi Terhadap Masyarakat Burakumin di Jepang Dewasa ini

Sebagai sebuah negara yang mengaku homogen, Jepang ternyata juga
memiliki etnis-etnis masyarakat. Dari beberapa etnis yang ada, Burakumin salah
satunya yang juga menjadi masyarakat minoritas terbanyak yang tersebar di
seluruh Jepang. Pengakuan homogenitas ini serta merta menyamarkan eksistensi
etnis tersebut. Sepanjang sejarahnya, etnis ini merupakan kaum minoritas yang
telah menerima perlakuan diskriminasi dari mayoritas masyarakat Jepang.
Burakumin merupakan kelompok minoritas yang jumlahnya cukup besar
dibanding etnis berbeda lainnya. Burakumin (部落民) berasal dari kata buraku
(desa) dan min (penduduk). Secara harfiah kedua suku kata berarti penduduk desa
atau orang-orang pemukiman kecil. Yang mana penduduk desa ini merupakan
gabungan dari orang-orang terbuang terutama Eta dan Hinin. Dimana kaum ini
memiliki pemukiman yang terpisah dari kasta lain saat jepang masih menganut
sistem feodal.
Kaum Eta dan Hinin ini terdiri dari orang-orang yang memiliki jenis
pekerjaan yang dianggap kotor oleh masyarakat Jepang pada masa itu.
Pengkategorian jenis pekerjaan kotor ini berhubungan dengan kepercayaan asli
masyarakat Jepang yaitu ajaran Shinto dan Budha. Dikatakan bahwa jenis
pekerjaan yang berhubungan dengan kematian dan darah, menguliti hewan,

tukang jagal hewan, kremator dan penjaga makam merupakan pekerjaan kotor dan
tidak baik.

Universitas Sumatera Utara

Pada masa pemerintahan Meiji mengeluarkan Emancipation Edict yang
menyatakan bahwa status Eta dan Hinin harus dihapuskan. Orang-orang ini harus
diperlakukan sama baik dalam pekerjaan dan kehidupan sosial. Secara resmi
masyarakat buraku telah bebas dari diskriminasi sejak Restorasi Meiji namun,
secara nyata hal ini tidak berjalan lancar. Awalnya terjadi penolakan secara keras
oleh kaum petani yang menyebabkan banyak terjadinya bentrok. Masyarakat pada
umumnya juga ikut menolak berstatus sama dengan burakumin.
Untuk memperbaiki keadaan burakumin, pemerintah membuat langkahlangkah peningkatan kualitas hidup serta lingkungan dengan membuat Dowa
Project. Langkah ini dilakukan dengan memperbaiki rumah-rumah burakumin
yang selama ini kumuh, memberikan bantuan dana serta sosialisasi tentang
persamaan hak hidup pada masyarakat luas.
Peningkatan taraf hidup masyarakat buraku ini didorong oleh Suiheisha.
Suiheisha adalah organisasi yang dibentuk oleh kaum muda intelektual
burakumin. Mereka yang terus mendesak pemerintah untuk memberikan perhatian
pada keadaan ekonomi, pendidikan dan sosial kaum buraku. organisasi ini juga

berkembang dan berganti nama. Namun yang pasti Suiheisha memantau dan
bertindak jika terjadi pendiskriminasian.
Meski telah melewati berbagai usaha penghilangan diskriminasi,
pandangan masyarakat tentang masa lalu burakumin belum menghilang. Hal ini
karena masyarakat Jepang masih memegang kepercayaan pada leluhur dan ajaran
Shinto. Hal ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tua yang masih kolot.
Mereka melakukan penolakan terhadap masyarakat burakumin.

Universitas Sumatera Utara

Diskriminasi juga terjadi di dalam bidang pekerjaan. Ada perusahaan yang
kerap meminta koseki atau catatan silsilah keluarga saat melakukan wawancara.
Selain itu mencari tahu silsilah keluarga juga digunakan oleh para orang tua yang
akan menikahkan anaknya. Dalam hal pernikahan, calon menantu yang mengaku
atau ketahuan burakumin banyak menerima penolakan dari keluarga pasangannya.
Beberapa kasus bahkan, wanita yang ketahuan burakumin menerima perlakuan
kasar dari pasangannya.

Saat ini kita akan sulit menemukan masyarakat yang akan mengakui asal
usulnya. Beberapa penulis buku tentang burakumin mengatakan saat ini

burakumin banyak yang menyembunyikan status mereka pada masyarakat nonbuakumin, keluarga bahkan pada anak-anaknya.

Universitas Sumatera Utara