Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ekosistem mangrove selain berperan dalammencegah abrasi pantai, intrusi
air laut, peredam gelombang dan penyanggaterjadinya sedimentasi, juga berfungsi
sebagai habitat, tempat mencari makan(feeding ground), tempat asuhan dan
pembesaran (nursery ground), dan tempatpemijahan (spawning ground) berbagai
biota perairan, seperti : ikan dankrustase.Ekosistem mangrove juga merupakan
kawasan potensial untukpengembangan sektor perikanan di wilayah pesisir,
terutama yang memiliki nilaiekonomis tinggi seperti kepiting bakau Scylla
serrata. Tingginya produktivitas danadanya ketersediaan pakan alami pada
ekosistem ini, menjadikan kepiting bakauberukuran kecil (pasca larva dan juvenil)
akan tumbuh dan berkembang menjadikepiting dewasa.
Seluruh fauna yang hidup di dalam ekositem mangrove mempunyai
peranan yang penting dalam menjaga keseimbangan ekologi. Sekian banyak fauna
yang hidup terdapat beberapa spesies kunci (keystone species) yang memegang
peranan yang sangat penting. Salah satu spesies tersebut adalah kepiting yang
hidup di dalam ekosistem mangrove. Kepitingsebagai keystone species di kawasan
pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai pengaruh utama pada berbagai

proses paras ekosistem. Peran kepiting di dalam ekosistem diantaranya
mengkonversi nutrien dan mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi
oksigen di dalam tanah, membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia
makanan alami bagi berbagai jenis biota perairan (Prianto, 2007).

Universitas Sumatera Utara

2

Ekosistem mangrove Belawan adalah salah satu kawasan yang terletak
dipesisir timur Sumatera Utara, dan memiliki luasan mangrove sekitar 2.967,32
Ha.Kawasan ekosistem mangrove Belawan terletak pada 2 wilayah administratif
yaitu: Kotamadya Medan yang memiliki luasan mangrove ± 1.967,32 Ha
danKabupaten Deli Serdang dengan luasan mangrove ± 1.000 Ha. Kerusakan
kawasan ekosistem mangrove kotamadya Medan sebesar 76,42% akibat adanya
kegiatankonversi lahan menjadi peruntukan lain seperti lahan permukiman,
perkebunan,pertambakan, dan wisata. Kondisi ini dapat menyebabkan terjadinya
penurunankualitas habitat untuk sumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya
kerusakandaerah asuhan dan mencari makan biota ini (Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara, 2011).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia Nomor 1/permen-kp/2015 tentang penangkapan lobster (Panulirus
spp.), kepiting (Scylla spp.), dan rajungan (Portunus pelagicus spp.) disebutkan
bahwa keberadaan dan ketersediaan lobster, kepiting dan rajungan telah
mengalami

penurunan

populasi,

sehingga

perlu

dilakukan

pembatasan

penangkapan tersebut. Dimana setiap orang dilarang melakukan penangkapan
lobster, kepiting, dan rajungan dalam kondisi bertelur dan syarat yang dapat

ditangkap yaitu lobster dengan ukuran panjang karapas >8 cm (di atas delapan
sentimeter), kepiting dengan ukuran lebar karapas >15 cm (di atas lima belas
sentimeter) dan rajungan dengan ukuran lebar karapas >10 cm (di atas sepuluh
sentimeter).
Masalah penurunan populasi kepiting bakau di alam khususnya
diekosistem mangrove Belawan, harus segera diatasi. Untuk mendapatkan saran

Universitas Sumatera Utara

3

atau rekomendasi pengelolaan di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang
Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara dibutuhkandata dan
informasi mengenai aspek ekologi kepiting bakau dan polapertumbuhannya. Hal
ini mengingat pentingnya nilaimanfaat ekologi dari ekosistem mangrove sebagai
habitat kepiting bakau maupunnilai ekonomi yang dimiliki sebagai salah satu
komoditasunggulan daerah di bidang perikanan.

Perumusan Masalah
Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya sangat dipengaruhi

olehkualitas habitat ekosistem mangrove. Kepiting Bakau yang ada di Kecamatan
Sicanang mengalami penurunan populasi kepiting karena penangkapan kepiting
bakau yang terus menerus meningkat diakibatkan oleh nelayan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Semakin menurunnya populasi kepiting bakau di alam selain disebabkan
adanyapenangkapan, juga disebabkan telah terjadinya penurunan kerapatan
mangroveakibat adanya pengkonversian lahan untuk peruntukan lain. Kerapatan
mangrove yang tinggi dapat meningkatkan kelangsungan hidupkepiting bakau,
disebabkan perakaran mangrove yang menjulur ke dalam perairanmenjadikannya
sebagai tempat berlindung bagi kepiting muda dari seranganpredator.
Kepiting

bakau

dalam

fase

hidupnya


sangat

bergantung

pada

ekosistemmangrove sebagai habitatnya. Konversi lahan menjadi peruntukan lain
yang menyebabkan penurunan kerapatan mangrove dapat merubah fungsi
ekologis ekosistem mangrove dandikhawatirkan akan berimplikasi terhadap

Universitas Sumatera Utara

4

penurunan kualitas lingkungan untuksumberdaya kepiting bakau akibat terjadinya
kerusakan daerah asuhan danmencari makan biota ini.

Berdasarkan uraian diatas, masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi ekologi mangrove di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan

Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara?
2. Bagaimana kelimpahan kepiting bakau di Hutan Mangrove Kelurahan
Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara?
3. Bagaimana pertumbuhan kepiting bakau yang ada di Hutan Mangrove
Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera
Utara?

Kerangka Pemikiran
Degradasi

ekosistem

mangrove

dapat

menjadi

salah


satu

penyebabterjadinya penurunan populasi kepiting bakau di alam. Untuk mengatasi
haltersebut perlu dilakukan upaya pelestarian melalui upaya konservasi
habitatmaupun pemulihan bagi populasi kepiting bakau yang sudah tidak stabil.
Upayakonservasi habitat dilakukan dengan menganalisa karakteristik biofisik
kimialingkungan seperti kondisi vegetasi mangrove di Hutan Mangrove
Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera
Utara serta kualitas air dan substrat diHutan Mangrove Kelurahan Belawan
Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

5

Pemulihan

populasi

kepiting


bakau

dapat

dilakukan

dengan

mengetahuistruktur populasi melalui analisa kelimpahan, pola pertumbuhannya
dan faktor kondisi di ekosistem mangrove Belawan Sumatera Utara.
Secararingkas,pendekatan masalah tersebut digambarkan melalui kerangka
pemikiran seperti padaGambar1.

Penangkapan Kepiting Bakau

Konversi Lahan

Penurunan Populasi
Kepiting Bakau


Karakteristik Biofisik
Kimia Ekosistem

Biologi :
Vegetasi
Mangrove

Fisik-Kimia : Kualitas air dan
substrat (Suhu, pH, salinitas, DO,
C-organik, Fraksi substrat dan
Tekstur substrat)

Struktur Populasi :
Kelimpahan, Pola
Pertumbuhan
berdasarkan Jenis
Kelamin, Faktor
Kondisi berdasarkan
Jenis Kelamin.


Kondisi Ekologi Hutan Mangrove di
KelurahanBelawan Sicanang Kecamatan
Medan BelawanProvinsi Sumatera Utara
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara

6

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitianadalah:
1. Untuk mengetahui kondisi ekologi mangrove di Hutan Mangrove Kelurahan
Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui kelimpahan kepiting bakau (S. serrata) di Hutan Mangrove
Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera
Utara
3. Untuk mengetahui pertumbuhan kepiting bakau (S. serrata) di Hutan
Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi
Sumatera Utara


Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Sebagai sumber informasi tentang kondisi ekologi mangrove di Kelurahan
Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara
sehingga dapat dijadikan rujukan untuk kebijakan pemanfaatan sumberdaya
secara optimum dan berkelanjutan serta dapat menjadi bahan acuan untuk
penelitian lebih lanjut.
2. Menjadi data dasar yang membantu penelitian-penelitian selanjutnya dan
memberikan informasi kepada instansi pemerintah maupun stakeholder
lainnya seperti nelayan.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

5 20 112

Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 22

Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 6

Ekologi Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

Jenis Umpan dan Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kawasan Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 16

Jenis Umpan dan Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kawasan Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Jenis Umpan dan Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kawasan Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 0 4

Jenis Umpan dan Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kawasan Hutan Mangrove Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Provinsi Sumatera Utara

0 1 12