Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

1.

Sistem Pelayanan Kesehatan

1.1. Defenisi
Kata pelayanan diturunkan dari kata kerja melayani yang bermakna
‘membantu

menyiapkan

(mengurus)

apa-apa

yang

diperlukan


seseorang’(KBBI,2000). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), kata
pelayanan didefinisikan sebagai ‘perihal atau cara melayani’. Senada dengan
pengertian itu, Soetanto (dalam Mubarok, 2005) mengatakan bahwa pelayanan
merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan,
memproses, dan membantu keperluan orang lain.
Kata kesehatan didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai
‘keadaan (hal) sehat’. Kata sehat sendiri bermakna ‘baik seluruh badan serta
bagian-bagiannya (bebas dari sakit)’. Secara harfiah, pelayanan kesehatan dapat
diartikan sebagai ‘perihal atau cara melayani seseorang yang berhubungan dengan
keadaan (hal) sehat’ orang tersebut. Sebagai sebuah sistem, Lovey dan Loomba
(dalam Mubarak, 2005) mengatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan adalah
setiap upaya yang diselenggarakan dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.
Berdasarkan pengertian di atas, terlihat bahwa sistem pelayanan kesehatan
akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilainilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan keperawatan yang merupakan

Universitas Sumatera Utara

bagian penting dalam pelayanan kesehatan, diharapkan juga pelayanan secara

berkualitas dapat diberikan para perawat.

1.2. Bentuk Pelayanan Kesehatan
Ada lima bentuk pelayanan kesehatan sebagaimana dikatakan Notoadmodjo
(2001). Kelima bentuk pelayanan kesehatan itu meliputi sistem pelayanan pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas), sistem pelayanan terpadu, pos obat desa
(POD), Poliklinik desa (Polindes), dan perbaikan sanitasi lingkungan.

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu
Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama
lain dan mempunyai suatu tujuan jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input,
proses, output, effeck, outcome dan mekanisme umpan balik. Hubungan antara
komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan
lingkungan (Muninjaya, 2004).
Input adalah sumber daya atau masukan yang dikonsumsi oleh suatu system.
Sumber daya suatu system adalah man, money, material, method, minute, dan
market, disingkat dengan 6M. Di dalam system Posyandu yang menjadi sumber
daya man (orang)

adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan


pelayanan, staf Puskesmas yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat, staf
kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat dan sebagainya (Muninjaya,
2004)

Universitas Sumatera Utara

Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang
disubsidi oleh pemerintah. Material adalah tersedianya sarana yang dibutuhkan
seperti vaksin, jarum suntik, kartu menuju sehat (KMS), alat timbang, obatobatan, oralit, alat keluarga berencana (KB) dan sebagainya. Method adalah teknik
pelaksanaan kegiatan diantaranya cara penyimpanan vaksin, cara mencampur
oralit, cara mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan
sebagainya. Minute adalah waktu yang disediakan untuk suatu kegiatan yandu
yang biasanya dilaksanakan sekali dalam sebulan, dan market adalah masyarakat
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan yandu, transport,
sistem kepercayaan masyarakat dibidang kesehatan dan sebagainya (Muninjaya,
2004).
Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input
menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan
pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk

sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader (Muninjaya, 2004).
Proses kegiatan di Posyandu dikenal dengan istilah “mekanisme lima meja”.
Kegiatan di meja satu adalah pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
pasangan usia subur (PUS). Bagi balita yang sudah punya kartu menuju sehat
(KMS) catat nama balita disecarik kertas dan diselipkan di KMS. Kemudian
anjurkan ibu membawa anaknya ke meja dua untuk ditimbang. Bila balita belum
memiliki KMS berikan KMS yang baru dan diisi lengkap. Untuk ibu menyusui,

Universitas Sumatera Utara

PUS dan ibu hamil yang tidak membawa balita setelah didaftar lansung menuju
meja empat (Depkes, 1997).
Kegiatan di meja tiga adalah pencacatan. Catat hasil penimbangan berat
badan balita di KMS dengan cara menarik garis putus-putus tegak sesuai dengan
bulan penimbangan dan garis putus-putus datar sesuai dengan hasil penimbangan
dan kilogram. Pertemuan pada kedua garis-garis putus tersebut ditandai dengan
menulis titik (Depkes, 1997).
Kegiatan di meja empat adalah penyuluhan mengenai KB, imunisasi, diare,
perbaikan gizi, pentingnya air susu ibu (ASI), dan pentingnya vitamin A dan zat
besi. Kemudian pemberian makanan tambahan misalnya pemberian bubur kacang

hijau, pemberian vitamin A, oralit dan tablet zat besi (Depkes, 1997).
Mencatat pada KMS anak dengan memperhatikan umur dan berat badan
anak. Kemudian, memberikan penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil
penimbangan berat badan anaknya, pentingnya makanan bergizi, pentingnya
imunisasi, pentingnya vitamin A bagi anak, dan bahaya diare pada anak. Untuk
ibu hamil diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi TT, makan lebih
banyak 1-2 piring dari sebelum hamil, pencegahan anemi dan sebagainya. Bagi
PUS diberikan penyuluhan mengenai keluarga berencana (KB) dan bagi ibu
menyusui diberikan penyuluhan tentang ASI eklusif, jika ASI tidak keluar atau
keluarnya sedikit, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke Puskesmas (Depkes,
1997).

Universitas Sumatera Utara

Kegiatan di meja lima adalah pemberian imunisasi diantaranya BCG,
Campak, DPT, Hepatitis B, dan Polio. Selanjutnya pemeriksaan kehamilan,
pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Untuk meja satu sampai
meja empat dilaksanakan oleh kader kesehatan, tetapi untuk meja lima
dilaksanakan oleh petugas kesehatan di antaranya; dokter, bidan, perawat, juru
imunisasi dan sebagainya.

Output yaitu hasil langsung (keluaran) suatu sistem, yang menjadi output
dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program yandu. Dalam hal ini
yang dimaksud dengan produk adalah cakupan kelima program yandu untuk
masing-masing kelompok penduduk sasaran. Cakupan program yandu terdiri dari
jumlah anak yang ditimbang, jumlah bayi dan ibu hamil yang imunisasi, jumlah
pasangan usia subur (PUS) yang diberikan pelayanan KB (Muninjaya, 2004).
Effeck yaitu hasil tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem.
Pada umumnya efek suatu sistem dapat dikaji pada perubahan pengetahuan, sikap
perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sasaran program. Outcome sistem
pelayanan terpadu adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit
yang bisa dicegah dengan imunisasi, penurunan fertilitas pasangan usia subur
(PUS), dan jumlah balita yang kurang gizi dan sebagainya. Turunnya angka
kematian bayi, angka kematian ibu adalah outcome sistem pelayanan terpadu yang
penting karena keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk
menentukan stastus kesehatan masyarakat (Muninjaya, 2004).

Universitas Sumatera Utara

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh
petugas/tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan
pelayanan kesehatan tersebut. Untuk melihat sejauh mana pemanfaatan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat diperlukan evaluasi yang cermat agar dapat ditelaah
dan dicari jalan keluar yang sesuai sehingga diharapkan pemanfaatan pelayanan
kesehatan akan lebih baik pada masa yang akan datang (Azwar, 1999 dalam
skripsi Damanik, 2008).
Menurut Azwar (1996), suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai
persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah persyaratan pokok yang
dapat memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya
terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan, antara lain :
(1) Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut
harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan.
Serta keberadaannya dalam masyrakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.
(2) Dapat Diterima dan Wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh
masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak
bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta adat istiadat

dan kebudayaan masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

(3) Mudah Dicapai
Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian
ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini
mudah dijangkau dengan menggunakan alat-alat transportasi yang tersedia maka
fasilitas ini akan banyak dipergunakan.
(4) Mudah Dijangkau
Syarat pokok keempat adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian
keterjangkauan yang dimaksud di sini terutama sedikit biaya, untuk dapat
mewujudkannya harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut
sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.
(5) Bermutu
Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu yaitu
yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan
dan di pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan.


2. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu merupakan suatu strategi yang tepat untuk melakukan intervensi
pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak.
Posyandu yang merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkan
komitmen masyarakat, terutama para ibu, dalam menjaga kelestarian hidup serta

Universitas Sumatera Utara

tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian
masyarakat tidak selalu bergantung pada pemerintah, dan suatu saat nanti akan
mandiri. Kemudian, masyarakat akan membawa dampak kemandirian keluarga,
ibu dan individu (Syafrudin, 2009).

2.1. Defenisi Posyandu
Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan
partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan,
kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari
Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Karena, Posyandu adalah forum

yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan
yang profesional kepada masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).
Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi suatu forum
komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan
kegiatan

pembangunan

sektoralnya

dengan

kegiatan

masyarakat,

untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan memecahkan
masalahnya dengan ahli teknologi (Nasution, 1997). Hal sependapat juga di

kemukakan oleh Effendi (1998) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih
teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dana untuk masyarakat yang
mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak
dini.

Universitas Sumatera Utara

Selain ikut berperan dalam peningkatan kesehatan, masyarakat juga dapat
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas Posyandu. Hal ini sesuai
dengan wacana yang dikembangkan pemerintah yaitu model pembangunan
partisipasi dimana pentingnya pemberdayaan masyarakat (Soetedjo, 2005).
Menurut Effendi (1998) kehadiran Posyandu merupakan salah satu bentuk
penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang
mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya
kuratif dan rehabilitatif.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Posyandu adalah merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk
dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas
sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program
prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna
meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu
Departemen Kesehatan (1988 dalam Ekasari, 2007) telah merumuskan
bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah untuk (1) Mempercepat
penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran (2)
Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)

kemudian,

(3)

Meningkatkan

kemampuan

masyarakat

untuk

mengembangkan kegiatan yang menunjang kesehatan, dan (4) Meningkatkan

Universitas Sumatera Utara

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lainnya yang menunjang,
sesuai dengan kebutuhan.
Untuk mencapai tujuan di atas tentunya sangat tergantung pada upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah dan sejauh mana peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan program Posyandu. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai
tujuan Posyandu adalah revitalisasi Posyandu. Hakekat dilaksanakannya
revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirdja, 2001).
Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat dan
tempatnya ditentukan sendiri oleh masyarakat. Dengan demikian, kegiatan
Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, di rumah
penduduk, balai desa, tempat pertemuan RW/RT atau di tempat khusus yang
dibangun oleh masyarakat. Sasaran utama penyelengaraan Posyandu adalah
bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui, dan Wanita Usia Subur (WUS) atau
Pasangan Usia Subur (PUS) (Ekasari, 2007).
Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan “pola lima meja”, yaitu :
Meja (1) pendaftaran, kemudian pada meja (2) dilakukan penimbangan bayi dan
anak balita, Ibu hamil, atau WUS. Selanjutnya pada meja (3) pengisian KMS
(Kartu Menuju Sehat) dan meja (4) penyuluhan perorangan, antara lain : Terhadap
balita yaitu dilakukan berdasarkan hasil penimbangan, apakah berat badannya
naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pemberian
oralit dan vitamin A dosis tinggi. Kemudian terhadap ibu hamil yang resiko
tinggi, diikuti dengan pemberian pil tambah darah (tablet besi) untuk mencegah

Universitas Sumatera Utara

anemia dan terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan
pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa. Selanjutnya yang terakhir meja
(5) pelayanan teknis kesehatan, meliputi : pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan
Pengobatan (Ekasari, 2007).

2.3. Program dan Sasaran Posyandu
Program Posyandu yang (1) adalah KIA. Indikator yang strategis untuk
mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan cakupan TT2,
mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, memberikan
nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan
protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan
pelayanan KB kepada PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan
pengobatan, mengadakan latihan untuk dukun bersalin. Kemudian (2) adalah KB.
Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun pada saat mengadakan
kunjungan rumah, Posyandu, pertemuan dengan kelompok-kelompok masyarakat
di dusun (PKK, dasa wisma, dsb). Termasuk dalam kegiatan untuk PUS,
menyediakan alat-alat kontrasepsi, mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk
para dukun bersalin. Dukun diharapkan bisa dan bersedia menjadi motivator KB
untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.
Selanjutnya (3) P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) yang merupakan
survei epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin,
imunisasi

untuk

memberikan

perlindungan

kepada

kelompok-kelompok

masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi penularan penyakit seperti TBC,

Universitas Sumatera Utara

Tetanus, Difteri, Batuk rejan (pertusis), Polio Nyelitis, Campak dan Hepatitis B,
pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida,
Fogging dan abatisasi untuk DHF, Oiling, Drynage, genangan air, dan perbaikan
sistem pembuangan sampah untuk pemberantasan malaria. Dan (4) Upaya
Peningkatan Gizi yaitu untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan
anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di Pos timbangan/Posyandu.
Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan
kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama,
pertanian, peternakan dan penerangan yang ada ditingkat kecamatan, masyarakat,
pembagian Vitamin A untuk bayi 2x setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat
suplemen dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena
gangguan parasit cacing (Syafrudin, 2009).
Sasaran Posyandu adalah (1) Ibu Hamil, (2) Ibu Menyusui, (3) Pasangan
Usia Subur (PUS) dan (4) Balita.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu balita dalam
memanfaatkan Posyandu. Menurut

Green (1980 dalam Kresno, 2008)

pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu dapat dilihat dari tiga
komponen, yaitu (1) Faktor predisposisi yaitu seseorang yang menggunakan
pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang
sudah ada sebelum ia memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga komponen ini
menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku dalam

Universitas Sumatera Utara

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca
indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan
dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt
behavior) (Notoadmodjo, 2003).
Notoadmodjo (2003) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan seseorang
untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif. Kecendrungan
tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu,
sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,
menghindari, membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Sebagai
makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan
hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia
mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia
mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada
manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan
atau untuk mengadakan interaksi (Walgito, 2003).
Kepercayaan adalah suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada
contoh-contoh pengalaman yang relevan namun terbatas. Dibutuhkan waktu untuk
dibentuk, dibangun bertahap dan terakumulasi. Dalam kepercayaan terdapat bukti-

Universitas Sumatera Utara

bukti yang ada, yaitu merujuk pada lima dimensi: (1) Integritas, yaitu merujuk
pada kejujuran dan kebenaran, (2) Kompetensi meliputi pengetahuan serta
keahlian teknis dan antar personal, (3) Konsistensi berkaitan dengan keandalan,
prediktabilitas, dan penilaian yang baik pada diri seseorang dalam menangani
sesuatu, (4) Kesetiaan yaitu kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan
orang lain, dan (5) Keterbukaan yaitu keyakinan untuk mengatakan kepada
seseorang tentang kebenaran yang sesungguhnya (Robbins, 2008).
Menurut Stephen P. Robbins dan Timothi A. Judge (2009), kepercayaan
dimaknai sebagai “a positive expectation that another will not through words,
action, or dicisions act opportuniscally”. Dalam pendapat tersebut terlihat bahwa
kepercayaan merupakan suatu harapan positif bahwa yang lain tidak akan
mengambil kesempatan melalui kata-kata, tindakan atau keputusan. Jerald
Greenberg (2010) berpendapat bahwa kepercayaan “are referring to a person’s
degree of confidence in the words and actions of another.” Jadi, menurut
Greenberg, kepercayaan mengacu kepada derajat kepercayaan diri seseorang
terhadap kata-kata atau tindakan orang lain. Dalam kaitan tersebut, tampak bahwa
kepercayaan punya hubungan interpersonal. Sebab itu, menurut Jerald Greenberg
terdapat dua jenis kepercayaan, yaitu calculus based trust dan identification based
trust.
Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere yang artinya ‘menerima’, kata
ini menjadi bahasa Inggris perception yang berarti ‘pengumpulan, penerimaan,
pandangan, dan pengertian’. Persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan
firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu

Universitas Sumatera Utara

(Komaruddin, 2000). Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian
terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga
merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang merupakan
aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Bimo,2001 dalam Sunaryo, 2004).
Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke
dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan
hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba,
perasa, dan pencium (Slameto, 2003). Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah
pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau
mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain.
Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif
dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan
karena perasaan dan kemampuan berpikir. Pengalaman individu tidak sama, maka
dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu
dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari
Walgito 2004)
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan
berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau
berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan
harus dibedakan dengan yang hanya “diinginkan”, di mana “lebih diinginkan”
mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan
individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn

Universitas Sumatera Utara

dalam Rokeach, 1973). “Lebih diiginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar
dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi
tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Jadi, nilai memiliki kecendrungan
untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. salah
satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu
tersebut menetap (Danandjaja, 1985).
Kemudian (2) Faktor enabling (pendukung) seseorang untuk menggunakan
layanan kesehatan, dimana biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah
berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya
fasilitas atau sarana kesehatan. Dan (3) Faktor reinforcing (pendorong) yang hal
ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang
merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5. Kader Posyandu
Menurut WHO (1995 dalam Yulifah dkk, 2009) kader Posyandu adalah
laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani
masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja
dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut: (1) Diutamakan
berasal dari anggota masyarakat setempat, (2) Dapat membaca dan menulis huruf
latin, (3) Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat, dan (4)
Bersedia bekerja sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang (Depkes, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Kader Posyandu mempunyai tugas yang cukup banyak. Tugas-tugas kader
dalam rangka menyelenggarakan Posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
sebagai berikut:
(1) Tugas kader pada saat persiapan hari buka Posyandu yaitu menyiapkan alat
penimbangan bayi, kartu menuju sehat, alat peraga serta alat-alat dan obatobatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan Posyandu.
(2) Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan
pada lima meja yaitu meja (1) mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan
nama balita pada KMS, kemudian mendaftar ibu hamil dengan menuliskan
nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. Meja (2) menimbang
bayi atau balita kemudian mencatat hasilnya pada kertas. Meja (3)
memindahkan hasil penimbangan bayi atau balita dari kertas ke dalam KMS.
Meja (4) menjelaskan data KMS kepada ibu balita, membarikan penyuluhan
kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS dan meja (5) merupakan
kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan.
(3) Tugas kader setelah membuka Posyandu meliputi memindahkan catatancatatan pada KMS ke dalam buku register, kemudian menilai hasil kegiatan
dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan berikutnya serta, kegiatan
kunjungan rumah sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu
datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya (Yulifah dkk, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

1 84 70

Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

0 39 156

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 4 70

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 1 11

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Pasar Bina Usaha Di Gampong Ujong Kalak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 - Repository utu

0 1 43

KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

0 0 61