Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN

KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

DWI MAULIDAR

101121049

SKRIPSI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan hidayahnya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan penulisan skripsi ini. Skripsi

ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan

Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara

tahun 2011 dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan

Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan

dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan peneliti menyampaikan penghargaan

dan ucapan terimakasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas

Keperawatan USU, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembimbing, yang

telah mengarahkan dan memberi masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini.

Selanjutnya Kepala Puskesmas Johan Pahlawan yang telah memberikan izin

survey awal kepada peneliti untuk pembuatan skripsi ini, kepada keluarga besar

yang teristimewa Ayahanda H.Ansharullah, S.Sos, Ibunda Hj. Rusmiati AR, Aan

Muhammady, S.SS, Rachmi Mulyani yang telah memberikan doa, dukungan,

motivasi serta perhatian dan kesabaran kepada peneliti. Terimakasih kepada

Kesuma Atmaja, Amd.Kep atas kesabaran, perhatian, dukungan, canda tawa yang

diberikan. Untuk Koko terimakasih yang tak terhingga atas ilmu, doa, motivasi,

perhatian, canda tawa dan waktu yang koko berikan. Teman-teman seperjuangan

kak Lia, Kak Nurul, Kak Teti, Bang Imran, Bang Muzakar yang tak jemu


(4)

maupun duka, serta teman-teman S1 Keperawatan program Ekstensi pagi Fakultas

Keperawatan USU angkatan 2010/2011 yang telah memberikan dukungan kepada

peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih memerlukan

masukan dan penyempurnaan agar lebih baik. Peneliti berharap semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait, khususnya dalam pengembangan

praktek keperawatan komunitas, di masa kini dan masa yang akan datang.

Medan, 27 Januari 2012


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Permasalahan ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Sistem Pelayanan Kesehatan ... 6

1.1. Defenisi... 6

1.2. Bentuk Pelayanan Kesehatan ... 7

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu... 7

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 10

2. Posyandu ... 12

2.1. Defenisi Posyandu ... 13

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu... 14

2.3. Program dan Sasaran Posyandu ... 16

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu ... 17

2.5. Kader Posyandu ... 21

Bab 3. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

1. Kerangka Kerja Penelitian ... 23

2. Definisi Konseptual ... 24

3. Definisi Operasional ... 24

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 26

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel ... 26


(6)

2.2. Sampel ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

7. Pengumpulan Data ... 30

8. Analisa Data ... 30

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 32

1. Hasil Penelitian... 32

2. Pembahasan ... 40

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 46

Daftar Pustaka

Lampiran – Lampiran

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Master Tabel Penelitian 4. Hasil Uji Reliabilitas

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 6. Surat izin penelitian dari Puskesmas Johan Pahlawan 7. Surat telah menyelesaikan penelitian

8. Jadwal Kegiatan Skripsi 9. Rincian Dana


(7)

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema 1. Kerangka kerja penelitiantentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan posyandu oleh Ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan pahlawan Kecamatan


(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40) ... 32

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Pengetahuan Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 34

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap Sikap Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 35

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Kepercayaan Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 36

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan persepsi Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 37

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan nilai- nilai Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja


(9)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

Nama : Dwi Maulidar

Nim : 101121049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 201 /201

Abstrak

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan jumlah sampel 40 orang dan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Dari 22 Posyandu dipilih dua Posyandu. Hasil penelitian menunjukkan 22,5% responden tidak tahu pola penyelenggaraan posyandu dengan pola lima meja, 15% responden menyatakan tidak tahu jika sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Ibu balita bersikap tetap datang ke posyandu walaupun merasa balitanya sehat (100%), menyatakan mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh posyandu secara rutin (100%), para ibu tetap menyempatkan membawa balita ke posyandu, mendukung kegiatan posyandu dengan alasan posyandu dapat meningkatkan kesehatan balita (90%), sekitar 95% ibu-ibu memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke posyandu tidak mengganggu pekerjaannya, 100% ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita, semua responden menyatakan bahwa mengikuti posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita (100%). Penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya agar mengkaji faktor pendukung dan pendorong pada teori Green, serta menggunakan instrumen penelitian yang lebih tepat, seperti kuesioner berbentuk Skala Likert.


(10)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

Nama : Dwi Maulidar

Nim : 101121049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 201 /201

Abstrak

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan jumlah sampel 40 orang dan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Dari 22 Posyandu dipilih dua Posyandu. Hasil penelitian menunjukkan 22,5% responden tidak tahu pola penyelenggaraan posyandu dengan pola lima meja, 15% responden menyatakan tidak tahu jika sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Ibu balita bersikap tetap datang ke posyandu walaupun merasa balitanya sehat (100%), menyatakan mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh posyandu secara rutin (100%), para ibu tetap menyempatkan membawa balita ke posyandu, mendukung kegiatan posyandu dengan alasan posyandu dapat meningkatkan kesehatan balita (90%), sekitar 95% ibu-ibu memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke posyandu tidak mengganggu pekerjaannya, 100% ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita, semua responden menyatakan bahwa mengikuti posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita (100%). Penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya agar mengkaji faktor pendukung dan pendorong pada teori Green, serta menggunakan instrumen penelitian yang lebih tepat, seperti kuesioner berbentuk Skala Likert.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan

masyarakat, yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari

petugas Puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya untuk

menyelenggarakan lima program prioritas secara terpadu pada satu tempat yang

sama guna meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat (Ekasari,

2007). Meskipun Posyandu bersumber daya masyarakat, pemerintah tetap ikut

andil terutama dalam hal penyediaan bantuan teknis dan kebijakan.

Melalui Posyandu, diharapkan terjadinya peningkatan status gizi anak dan

teridentifikasinya dengan cepat kasus kurang gizi pada anak dan kasus lain-lain di

beberapa provinsi di Indonesia (Kresno, 2008). Pada saat ini pemerintah sudah

mempersiapkan langkah dan strategi untuk mengembalikan fungsi dan kinerja

Posyandu agar layanan kesehatan dasar masyarakat tercapai.

Berdasarkan hasil kunjungan ke Posyandu, ternyata Posyandu belum

sepenuhnya diterima oleh masyarakat sebagai tempat mengupayakan pemenuhan

kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi anak. Fungsi dan kinerja

Posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Terbukti

masih banyak orang tua balita yang belum memanfaatkan pelayanan Posyandu.

Selama ini para orang tua enggan untuk mengikuti kegiatan Posyandu di desanya.


(12)

menyembuhkan anak sakit dan orang tua sendiri kurang mendapatkan informasi

yang cukup tentang Posyandu.

Selama satu dekade terakhir terjadi penurunan cakupan kedatangan ibu yang

membawa balitanya ke Posyandu. Data yang paling kuat diperoleh dari temuan

Indonesia Family Life Survey (IFLS) di mana terjadi penurunan sebesar 12%

terhadap penggunaan Posyandu baik oleh balita laki-laki maupun oleh balita

perempuan tahun 2000. Selain cakupan, kualitas layanan dari Posyandu itu sendiri

juga menurun yang dengan indikasi adanya 14% penurunan cakupan pemantauan

pertumbuhan dari tahun 1997-2000, serta rendahnya kepemilikan KMS hanya

sebesar 24% pada kurun waktu yang sama (Marks, 2003 dalam Gizikesmas,

2007).

Dari data IFLS diketahui bahwa pada saat terjadi penurunan cakupan

Posyandu, pemanfaatan terhadap layanan kesehatan pribadi atau swasta

meningkat dengan cakupan signifikan. Penggunaan bidan praktek meningkat

sebesar 100%. Angka ini mengindikasikan kecendrungan masyarakat untuk

mendapatkan layanan kesehatan hanya saat mereka merasa membutuhkan,

utamanya saat mereka sakit, bukan untuk mendapatkan layanan pemantauan

kesehatan gizi seperti yang diberikan di Posyandu. Keadaan ini dimungkinkan

karena pergeseran kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan, sehingga

Posyandu ditinggalkan, dan masyarakat beralih ke layanan kesehatan pribadi

ataupun swasta (Gizikesmas, 2007).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Johan Pahlawan, kegiatan


(13)

Menuju Sehat (KMS) sebanyak 2.915 balita ( 71,2%), yang mendapatkan

penimbangan sebanyak 682 balita ( 16,7%) balita dan terdapat 4 orang balita

Bawah Garis Merah (BGM). Belum diketahui faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi pemanfaatan Posyandu di wilayah Puskesman Johan Pahlawan

oleh ibu-ibu balita di wilayah tersebut.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan

Posyandu adalah seperti tempat tinggal, jadwal kegiatan Posyandu, ibu bekerja,

sikap, dan persepsi ibu tentang Posyandu, serta pelayanan oleh petugas Posyandu.

Penelitian Anderson (1974), misalnya, mengungkapkan bahwa pemanfaatan

pelayanan Posyandu oleh ibu-ibu balita bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti

waktu, pekerjaan, tempat tinggal dan persepsi-persepsi masyarakat.

Keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat mungkin perlu

dievaluasi kembali. Pengevaluasian itu dapat dilakukan setelah mengetahui

faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu. Untuk mengetahui hal

itu perlu sebuah penelitian. Salah satunya adalah penelitian ini. Meskipun

penelitian ini hanya meneliti pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita di wilayah

kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh

Barat, tetapi diharapkan dapat mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang


(14)

2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah

faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh

ibu-ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan

Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

berpengaruh terhadap pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita di wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan deskripsi secara mendalam dan

menyeluruh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu

oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatanan Johan

Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Sehubungan dengan itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan

manfaat secara teoritis dan praktis, sebagai berikut :

4.1Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian lanjutan

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu

balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan


(15)

4.2 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan berkenaan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita, serta partisipasi

kunjungan ibu balita ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan

Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

4.3 Bagi Instansi Pendidikan

Menjadi sumber referensi mahasiswa tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Pelayanan Kesehatan 1.1. Defenisi

Kata pelayanan diturunkan dari kata kerja melayani yang bermakna

‘membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan

seseorang’(KBBI,2000). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), kata

pelayanan didefinisikan sebagai ‘perihal atau cara melayani’. Senada dengan pengertian itu, Soetanto (dalam Mubarok, 2005) mengatakan bahwa pelayanan

merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan,

memproses, dan membantu keperluan orang lain.

Kata kesehatan didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai

‘keadaan (hal) sehat’. Kata sehat sendiri bermakna ‘baik seluruh badan serta

bagian-bagiannya (bebas dari sakit)’. Secara harfiah, pelayanan kesehatan dapat

diartikan sebagai ‘perihal atau cara melayani seseorang yang berhubungan dengan

keadaan (hal) sehat’ orang tersebut. Sebagai sebuah sistem, Lovey dan Loomba

(dalam Mubarak, 2005) mengatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan adalah

setiap upaya yang diselenggarakan dalam suatu organisasi untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta

memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, terlihat bahwa sistem pelayanan kesehatan

akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat


(17)

bagian penting dalam pelayanan kesehatan, diharapkan juga pelayanan secara

berkualitas dapat diberikan para perawat.

1.2.Bentuk Pelayanan Kesehatan

Ada lima bentuk pelayanan kesehatan sebagaimana dikatakan Notoadmodjo

(2001). Kelima bentuk pelayanan kesehatan itu meliputi sistem pelayanan pusat

kesehatan masyarakat (Puskesmas), sistem pelayanan terpadu, pos obat desa

(POD), Poliklinik desa (Polindes), dan perbaikan sanitasi lingkungan.

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu

Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama

lain dan mempunyai suatu tujuan jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input,

proses, output, effeck, outcome dan mekanisme umpan balik. Hubungan antara

komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan

lingkungan (Muninjaya, 2004).

Input adalah sumber daya atau masukan yang dikonsumsi oleh suatu system. Sumber daya suatu system adalah man, money, material, method, minute, dan

market, disingkat dengan 6M. Di dalam system Posyandu yang menjadi sumber daya man (orang) adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan

pelayanan, staf Puskesmas yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat, staf

kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat dan sebagainya (Muninjaya,


(18)

Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang disubsidi oleh pemerintah. Material adalah tersedianya sarana yang dibutuhkan

seperti vaksin, jarum suntik, kartu menuju sehat (KMS), alat timbang,

obat-obatan, oralit, alat keluarga berencana (KB) dan sebagainya. Method adalah teknik

pelaksanaan kegiatan diantaranya cara penyimpanan vaksin, cara mencampur

oralit, cara mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan

sebagainya. Minute adalah waktu yang disediakan untuk suatu kegiatan yandu

yang biasanya dilaksanakan sekali dalam sebulan, dan market adalah masyarakat

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan yandu, transport,

sistem kepercayaan masyarakat dibidang kesehatan dan sebagainya (Muninjaya,

2004).

Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input

menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan

pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk

sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader (Muninjaya, 2004).

Proses kegiatan di Posyandu dikenal dengan istilah “mekanisme lima meja”.

Kegiatan di meja satu adalah pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui dan

pasangan usia subur (PUS). Bagi balita yang sudah punya kartu menuju sehat

(KMS) catat nama balita disecarik kertas dan diselipkan di KMS. Kemudian

anjurkan ibu membawa anaknya ke meja dua untuk ditimbang. Bila balita belum


(19)

PUS dan ibu hamil yang tidak membawa balita setelah didaftar lansung menuju

meja empat (Depkes, 1997).

Kegiatan di meja tiga adalah pencacatan. Catat hasil penimbangan berat

badan balita di KMS dengan cara menarik garis putus-putus tegak sesuai dengan

bulan penimbangan dan garis putus-putus datar sesuai dengan hasil penimbangan

dan kilogram. Pertemuan pada kedua garis-garis putus tersebut ditandai dengan

menulis titik (Depkes, 1997).

Kegiatan di meja empat adalah penyuluhan mengenai KB, imunisasi, diare,

perbaikan gizi, pentingnya air susu ibu (ASI), dan pentingnya vitamin A dan zat

besi. Kemudian pemberian makanan tambahan misalnya pemberian bubur kacang

hijau, pemberian vitamin A, oralit dan tablet zat besi (Depkes, 1997).

Mencatat pada KMS anak dengan memperhatikan umur dan berat badan

anak. Kemudian, memberikan penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil

penimbangan berat badan anaknya, pentingnya makanan bergizi, pentingnya

imunisasi, pentingnya vitamin A bagi anak, dan bahaya diare pada anak. Untuk

ibu hamil diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi TT, makan lebih

banyak 1-2 piring dari sebelum hamil, pencegahan anemi dan sebagainya. Bagi

PUS diberikan penyuluhan mengenai keluarga berencana (KB) dan bagi ibu

menyusui diberikan penyuluhan tentang ASI eklusif, jika ASI tidak keluar atau

keluarnya sedikit, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke Puskesmas (Depkes,


(20)

Kegiatan di meja lima adalah pemberian imunisasi diantaranya BCG,

Campak, DPT, Hepatitis B, dan Polio. Selanjutnya pemeriksaan kehamilan,

pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Untuk meja satu sampai

meja empat dilaksanakan oleh kader kesehatan, tetapi untuk meja lima

dilaksanakan oleh petugas kesehatan di antaranya; dokter, bidan, perawat, juru

imunisasi dan sebagainya.

Output yaitu hasil langsung (keluaran) suatu sistem, yang menjadi output dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program yandu. Dalam hal ini

yang dimaksud dengan produk adalah cakupan kelima program yandu untuk

masing-masing kelompok penduduk sasaran. Cakupan program yandu terdiri dari

jumlah anak yang ditimbang, jumlah bayi dan ibu hamil yang imunisasi, jumlah

pasangan usia subur (PUS) yang diberikan pelayanan KB (Muninjaya, 2004).

Effeck yaitu hasil tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem. Pada umumnya efek suatu sistem dapat dikaji pada perubahan pengetahuan, sikap

perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sasaran program. Outcome sistem

pelayanan terpadu adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit

yang bisa dicegah dengan imunisasi, penurunan fertilitas pasangan usia subur

(PUS), dan jumlah balita yang kurang gizi dan sebagainya. Turunnya angka

kematian bayi, angka kematian ibu adalah outcome sistem pelayanan terpadu yang

penting karena keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk


(21)

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh

petugas/tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan

pelayanan kesehatan tersebut. Untuk melihat sejauh mana pemanfaatan pelayanan

kesehatan oleh masyarakat diperlukan evaluasi yang cermat agar dapat ditelaah

dan dicari jalan keluar yang sesuai sehingga diharapkan pemanfaatan pelayanan

kesehatan akan lebih baik pada masa yang akan datang (Azwar, 1999 dalam

skripsi Damanik, 2008).

Menurut Azwar (1996), suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai

persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah persyaratan pokok yang

dapat memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya

terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan, antara lain :

(1) Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut

harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis

pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan.

Serta keberadaannya dalam masyrakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.

(2) Dapat Diterima dan Wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh

masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak

bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta adat istiadat


(22)

(3) Mudah Dicapai

Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian

ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini

mudah dijangkau dengan menggunakan alat-alat transportasi yang tersedia maka

fasilitas ini akan banyak dipergunakan.

(4) Mudah Dijangkau

Syarat pokok keempat adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian

keterjangkauan yang dimaksud di sini terutama sedikit biaya, untuk dapat

mewujudkannya harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut

sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

(5) Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu yaitu

yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan

dan di pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik serta standar

yang telah ditetapkan.

2. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)

Posyandu merupakan suatu strategi yang tepat untuk melakukan intervensi

pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak.

Posyandu yang merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkan


(23)

tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian

masyarakat tidak selalu bergantung pada pemerintah, dan suatu saat nanti akan

mandiri. Kemudian, masyarakat akan membawa dampak kemandirian keluarga,

ibu dan individu (Syafrudin, 2009).

2.1. Defenisi Posyandu

Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan

partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh

masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan,

kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari

Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Karena, Posyandu adalah forum

yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan

yang profesional kepada masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi suatu forum

komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan

kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk

meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan memecahkan

masalahnya dengan ahli teknologi (Nasution, 1997). Hal sependapat juga di

kemukakan oleh Effendi (1998) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih

teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dana untuk masyarakat yang

mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak


(24)

Selain ikut berperan dalam peningkatan kesehatan, masyarakat juga dapat

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas Posyandu. Hal ini sesuai

dengan wacana yang dikembangkan pemerintah yaitu model pembangunan

partisipasi dimana pentingnya pemberdayaan masyarakat (Soetedjo, 2005).

Menurut Effendi (1998) kehadiran Posyandu merupakan salah satu bentuk

penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang

mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya

kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa

Posyandu adalah merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk

dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas

sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program

prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna

meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Departemen Kesehatan (1988 dalam Ekasari, 2007) telah merumuskan

bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah untuk (1) Mempercepat

penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran (2)

Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

(NKKBS) kemudian, (3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk


(25)

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lainnya yang menunjang,

sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mencapai tujuan di atas tentunya sangat tergantung pada upaya-upaya

yang dilakukan oleh pemerintah dan sejauh mana peran serta masyarakat dalam

pelaksanaan program Posyandu. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai

tujuan Posyandu adalah revitalisasi Posyandu. Hakekat dilaksanakannya

revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan

peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirdja, 2001).

Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat dan

tempatnya ditentukan sendiri oleh masyarakat. Dengan demikian, kegiatan

Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, di rumah

penduduk, balai desa, tempat pertemuan RW/RT atau di tempat khusus yang

dibangun oleh masyarakat. Sasaran utama penyelengaraan Posyandu adalah

bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui, dan Wanita Usia Subur (WUS) atau

Pasangan Usia Subur (PUS) (Ekasari, 2007).

Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan “pola lima meja”, yaitu :

Meja (1) pendaftaran, kemudian pada meja (2) dilakukan penimbangan bayi dan

anak balita, Ibu hamil, atau WUS. Selanjutnya pada meja (3) pengisian KMS

(Kartu Menuju Sehat) dan meja (4) penyuluhan perorangan, antara lain : Terhadap

balita yaitu dilakukan berdasarkan hasil penimbangan, apakah berat badannya

naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pemberian

oralit dan vitamin A dosis tinggi. Kemudian terhadap ibu hamil yang resiko


(26)

anemia dan terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan

pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa. Selanjutnya yang terakhir meja

(5) pelayanan teknis kesehatan, meliputi : pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan

Pengobatan (Ekasari, 2007).

2.3. Program dan Sasaran Posyandu

Program Posyandu yang (1) adalah KIA. Indikator yang strategis untuk

mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan cakupan TT2,

mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, memberikan

nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan

protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan

pelayanan KB kepada PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan

pengobatan, mengadakan latihan untuk dukun bersalin. Kemudian (2) adalah KB.

Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun pada saat mengadakan

kunjungan rumah, Posyandu, pertemuan dengan kelompok-kelompok masyarakat

di dusun (PKK, dasa wisma, dsb). Termasuk dalam kegiatan untuk PUS,

menyediakan alat-alat kontrasepsi, mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk

para dukun bersalin. Dukun diharapkan bisa dan bersedia menjadi motivator KB

untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.

Selanjutnya (3) P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) yang merupakan

survei epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin,

imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok


(27)

Tetanus, Difteri, Batuk rejan (pertusis), Polio Nyelitis, Campak dan Hepatitis B,

pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida,

Fogging dan abatisasi untuk DHF, Oiling, Drynage, genangan air, dan perbaikan sistem pembuangan sampah untuk pemberantasan malaria. Dan (4) Upaya

Peningkatan Gizi yaitu untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan

anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di Pos timbangan/Posyandu.

Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan

kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama,

pertanian, peternakan dan penerangan yang ada ditingkat kecamatan, masyarakat,

pembagian Vitamin A untuk bayi 2x setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat

suplemen dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena

gangguan parasit cacing (Syafrudin, 2009).

Sasaran Posyandu adalah (1) Ibu Hamil, (2) Ibu Menyusui, (3) Pasangan

Usia Subur (PUS) dan (4) Balita.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu balita dalam

memanfaatkan Posyandu. Menurut Green (1980 dalam Kresno, 2008)

pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu dapat dilihat dari tiga

komponen, yaitu (1) Faktor predisposisi yaitu seseorang yang menggunakan

pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang

sudah ada sebelum ia memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga komponen ini


(28)

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini terwujud dalam pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca

indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan

dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior) (Notoadmodjo, 2003).

Notoadmodjo (2003) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan seseorang

untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif. Kecendrungan

tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu,

sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi,

menghindari, membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Sebagai

makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan

hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia

mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia

mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada

manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan

atau untuk mengadakan interaksi (Walgito, 2003).

Kepercayaan adalah suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada

contoh-contoh pengalaman yang relevan namun terbatas. Dibutuhkan waktu untuk


(29)

bukti-bukti yang ada, yaitu merujuk pada lima dimensi: (1) Integritas, yaitu merujuk

pada kejujuran dan kebenaran, (2) Kompetensi meliputi pengetahuan serta

keahlian teknis dan antar personal, (3) Konsistensi berkaitan dengan keandalan,

prediktabilitas, dan penilaian yang baik pada diri seseorang dalam menangani

sesuatu, (4) Kesetiaan yaitu kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan

orang lain, dan (5) Keterbukaan yaitu keyakinan untuk mengatakan kepada

seseorang tentang kebenaran yang sesungguhnya (Robbins, 2008).

Menurut Stephen P. Robbins dan Timothi A. Judge (2009), kepercayaan

dimaknai sebagai “a positive expectation that another will not through words,

action, or dicisions act opportuniscally”. Dalam pendapat tersebut terlihat bahwa kepercayaan merupakan suatu harapan positif bahwa yang lain tidak akan

mengambil kesempatan melalui kata-kata, tindakan atau keputusan. Jerald

Greenberg (2010) berpendapat bahwa kepercayaan “are referring to a person’s

degree of confidence in the words and actions of another.” Jadi, menurut Greenberg, kepercayaan mengacu kepada derajat kepercayaan diri seseorang

terhadap kata-kata atau tindakan orang lain. Dalam kaitan tersebut, tampak bahwa

kepercayaan punya hubungan interpersonal. Sebab itu, menurut Jerald Greenberg

terdapat dua jenis kepercayaan, yaitu calculus based trust dan identification based

trust.

Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere yang artinya ‘menerima’, kata

ini menjadi bahasa Inggris perception yang berarti ‘pengumpulan, penerimaan,

pandangan, dan pengertian’. Persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan


(30)

(Komaruddin, 2000). Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian

terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga

merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang merupakan

aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Bimo,2001 dalam Sunaryo, 2004).

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke

dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan

hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba,

perasa, dan pencium (Slameto, 2003). Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah

pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau

mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain.

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang

terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif

dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan

karena perasaan dan kemampuan berpikir. Pengalaman individu tidak sama, maka

dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu

dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari

Walgito 2004)

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan

berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau

berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan

harus dibedakan dengan yang hanya “diinginkan”, di mana “lebih diinginkan”

mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan


(31)

dalam Rokeach, 1973). “Lebih diiginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar

dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi

tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Jadi, nilai memiliki kecendrungan

untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. salah

satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu

tersebut menetap (Danandjaja, 1985).

Kemudian (2) Faktor enabling (pendukung) seseorang untuk menggunakan

layanan kesehatan, dimana biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah

berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan.

Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya

fasilitas atau sarana kesehatan. Dan (3) Faktor reinforcing (pendorong) yang hal

ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang

merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5.Kader Posyandu

Menurut WHO (1995 dalam Yulifah dkk, 2009) kader Posyandu adalah

laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani

masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja

dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan

kesehatan. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut: (1) Diutamakan

berasal dari anggota masyarakat setempat, (2) Dapat membaca dan menulis huruf

latin, (3) Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat, dan (4)


(32)

Kader Posyandu mempunyai tugas yang cukup banyak. Tugas-tugas kader

dalam rangka menyelenggarakan Posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu

sebagai berikut:

(1) Tugas kader pada saat persiapan hari buka Posyandu yaitu menyiapkan alat

penimbangan bayi, kartu menuju sehat, alat peraga serta alat-alat dan

obat-obatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan Posyandu.

(2) Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan

pada lima meja yaitu meja (1) mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan

nama balita pada KMS, kemudian mendaftar ibu hamil dengan menuliskan

nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. Meja (2) menimbang

bayi atau balita kemudian mencatat hasilnya pada kertas. Meja (3)

memindahkan hasil penimbangan bayi atau balita dari kertas ke dalam KMS.

Meja (4) menjelaskan data KMS kepada ibu balita, membarikan penyuluhan

kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS dan meja (5) merupakan

kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

(3) Tugas kader setelah membuka Posyandu meliputi memindahkan

catatan-catatan pada KMS ke dalam buku register, kemudian menilai hasil kegiatan

dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan berikutnya serta, kegiatan

kunjungan rumah sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu


(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka Kerja Penelitian

Berbagai pandangan telah diungkapkan para ahli tentang Posyandu dan pada

prinsipnya hampir sama dimana menitikberatkan pada peran serta masyarakat

dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ekasari (2007)

menjelaskan Posyandu adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk

dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas

sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program

prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna

meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. Hal ini juga dicanangkan

oleh pemerintah untuk mengaktifkan Posyandu secara nasional sebagai upaya

optimalisasi pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang

mempengaruhi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu di wilayah


(34)

Skema 1 : Kerangka kerja penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita diwilayah kerja Puskesmas kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

2. Definisi Konseptual

Dalam pelaksanaan pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga dapat dilihat atau disimpulkan

bahwa, perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, kepercayaan, persepsi dan nilai-nilai yang belaku dalam

masyarakat tersebut.

3. Definisi Operasional

3.1. Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita adalah penilaian Ibu yang memiliki

balita terhadap tindakannya memanfaatkan dan mengikuti kegiatan Posyandu

secara rutin setiap bulan untuk memantau kesehatan balitanya.

3.2. Pengetahuan adalah penilaian Ibu balita terhadap segala sesuatu yang

diketahuinya berkaitan dengan pelayanan dan kegiatan yang tersedia di

Posyandu dan pemanfaatan Posyandu. Ibu Balita diwilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan

Posyandu oleh Ibu Balita :

1. Pengetahuan 2. Sikap

3. Kepercayaan 4. Persepsi 5. Nilai-Nilai


(35)

3.3. Sikap adalah penilaian ibu balita terhadap tindakan dan responsnya dalam

mengikuti dan memanfaatkan kegiatan di Posyandu.

3.4. Kepercayaan adalah penilaian ibu balita terhadap pengalamannya dalam

mengikuti kegiatan di Posyandu serta keyakinannya bahwa pelayanan

Posyandu untuk meningkatkan kesehatan.

3.5. Persepsi adalah penilaian ibu balita tentang pendapat atau cara berpikirnya

terhadap kegiatan Posyandu, petugas kesehatan, serta sarana dan prasarana

Posyandu.

3.6. Nilai-nilai adalah penilaian ibu balita terhadap keyakinan yang membuatnya

bertindak untuk mengikuti kegiatan pelayanan Posyandu sesuai dengan


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang

bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita diwilayah kerja Puskesmas

Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita yang

pernah mendapatkan pelayanan di 22 Posyandu yang berada di wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini, jumlah sampel

sebanyak 40 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

total sampling, yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel ( Hidayat, 2007).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki


(37)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Aneuk Lon Sayang dan Posyandu

Al-Hijrah di Desa Blang Beurandang, di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan

Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan tempat ini

didasarkan pada alasan: Posyandu Aneuk Lon Sayang dan Posyandu Al-Hijrah

Blang Beurandang, merupakan Posyandu yang paling aktif dalam kegiatan

Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, daerah tersebut juga

sangat dikenal oleh peneliti, dan belum ada yang melakukan penelitian yang sama

di tempat tersebut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2011.

4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah menjelaskan kepada

responden tentang manfaat penelitian ini. Kemudian, partisipasi responden dalam

penelitian dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Peneliti pun telah

meyakinkan partisipasi responden bahwa peneliti terikat oleh etika penelitian.

Sebab itu, peneliti tidak mempergunakan informasi yang diberikan oleh

responden dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apa-pun,

kecuali untuk kepentingan penelitian ini sendiri.

Peneliti juga telah menjelaskan bahwa partisipasi responden sebagai subjek

dalam penelitian ini adalah bersifat suka rela. Peneliti menyatakan bahwa

responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa ada

tekanan ataupun paksaan. Dalam hal itu, peneliti menghormati hak responden.


(38)

persetujuan (Informed consent). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti

tidak mencantumkan nama responden pada lembar data (kuesioner) yang diisi

oleh responden. Lembar tersebut diberi nomor kode tertentu. Peneliti menjamin

kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan

kelompok data tertentu saja sebagai hasil penelitian. Selama proses pengambilan

data, tidak timbul tekanan psikologis pada responden yang diteliti, sehingga tidak

timbul efek yang merugikan responden, sesuai dengan pendapat Hidayat (2007).

5. Instrumen Penelitian

Informasi responden dan data penelitian diperoleh dengan instrumen

penelitian berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan

berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka.

Kuesioner tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama kuesioner

berupa data demografi responden yang meliputi alamat, umur, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan dan jumlah anggota kelurga yang terdiri dari dari 7

pertanyaan. Bagian ini tidak diteliti, hanya untuk mengetahui karakteristik dari

responden.

Bagian kedua adalah kuesioner pemanfaatan Posyandu. Bagian ini terdiri

dari 25 pertanyaan dari 5 komponen, yaitu Pengetahuan (kuesioner 1,2,3,4,5,6,

dan 7), Sikap (8,9,10,11, dan 12), Kepercayaan (13,14 dan 15), Persepsi

(16,17,18,19 dan 20) dan Nilai-nilai (21,22,23,24 dan 25). Kuesioner penelitian


(39)

menggunakan dua kemungkinan pilihan jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak”

(Nursalam, 2009).

Pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner ini bersifat positif. Bila

pertanyaan dengan jawaban ya maka nilainya 1 dan jawaban tidak maka nilainya

0 (Ya=1 dan Tidak=0).

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validatas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat

kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam,

2009). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang teliti secara tepat

(Arikunto, 2002). Uji Validitas dilakukan dengan metode validitas isi, yaitu

mensyaratkan bahwa instrumen dibuat mengacu pada isi yang dilakukan dengan

meminta orang yang ahli. Uji validitas dalam penelitian ini tidak dilakukan atau

divalidasi oleh ahli dibidangnya karena keterbatasan waktu penelitian. Akan

tetapi, validasi dilakukan dalam konteks Posyandu di bawah supervisi dosen

pembimbing.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen, dilakukan uji

reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam

ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data

yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data

diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas untuk kuesioner


(40)

dilakukan dengan formula K-R 20. Setelah pengumpulan data terhadap 20

reponden di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat

diperoleh hasil 0,717. Menurut Sugiono (2006), sebuah instrumen dikatakan

reliabel apabila koefisien reliabilitasnya di atas 0,60.

7. Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan tahapan kegiatan sebagai

berikut: pertama, peneliti mengajukan surat permohonan izin melakukan

penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Sumatera Utara);

kedua, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Puskesmas Johan Pahlawan, ketiga, peneliti menentukan responden sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, keempat, setelah mendapatkan

calon responden, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan

penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk

menandatangani surat persetujuan sebagai responden/ informed consent, kelima,

responden yang bersedia diminta untuk mengisi kuesioner dan diberi kesempatan

untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami, keenam, setelah

responden selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapan data

responden dan jika ada data yang kurang, langsung dilengkapi, ketujuh, setelah


(41)

8. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data melalui beberapa

tahapan, antara lain, tahap pertama editing, yaitu mengecek nomor responden dan

kelengkapannya serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk.

Tahap yang kedua coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner

untuk mempermudah waktu melakukan tabulasi dan analisis. Tahap yang ketiga

processing , yaitu memasukkan data dari kuisioner ke dalam program computer. Tahap keempat adalah cleanig, yaitu mengecek kembali data yang telah di-entry

untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat

merupakan prosedur yang dilakukan untuk menganalisis data dari variabel yang

bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu hasil penelitian


(42)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah

dilakukan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu

oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan

Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini dideskripsikan tentang karakteristik responden dan

gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu

balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan,

Kabupaten Aceh Barat.

Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam memiliki luas 193,6 km2. Di Kecamatan Johan

Pahlawan ini terdapat sebuah Puskesmas yang terletak di kota dengan status

Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas ini berdiri sejak tahun 1992. Di wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan terdapat 22 Posyandu. Berkaitan dengan penelitian

ini, Posyandu yang dipilih hanya dua Posyandu, yaitu Posyandu Aneuk Lon

Sayang dan Posyandu Al-Hijrah. Pemilihan kedua Posyandu ini dengan alasan

bahwa keduanya merupakan Posyandu yang paling ramai dikunjungi oleh


(43)

Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu-ibu yang aktif

mengikuti kegiatan Posyandu berusia 25-29 tahun (38%), kebanyakan

berpendidikan SMA (45%), mayoritas tidak bekerja (75%), mayoritas

berpenghasilan Rp 500.000-Rp1.000.000 (73%), dan memiliki jumlah anggota

keluarga 4 orang (32%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

KARAKTERISTIK RESPONDEN FREKUENSI (f) PERSENTASE (%) Umur Ibu 20-24 25-29 30-34 35-39 40 Pendidikan SD SMP SMA PT Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja

Penghasilan Keluarga <500.000

500.000-1.000.000

Jumlah Anggota Keluarga 3 orang 4 orang 5 orang >5 orang 9 15 8 6 2 6 15 18 1 10 30 11 29 11 13 10 6 22 38 20 15 5 15 38 45 2 25 75 27 73 27 33 25 15


(44)

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%)

menyatakan Posyandu sebagai tempat paling mudah mendapatkan pengobatan,

pelaksanaannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dan Posyandu dapat

mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak balita. Mayoritas responden

(98%) menyatakan pelayanan kesehatan Posyandu meliputi KIA, KB, Imunisasi

dan pengobatan.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengetahuan ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi

Ya

n (%)

Tidak

n (%)

1 Posyandu tempat tempat paling mudah

mendapatkan pengobatan 40 (100) 0 (0 )

2 Posyandu dilaksanakan sesuai jadwal yang telah

ditetapkan 40 (100) 0 (0)

3 Posyandu dapat mengamati perkembangan dan

pertumbuhan anak balita 40 (100) 0 (0)

4 Pelayanan kesehatan Posyandu meliputi KIA, KB,

imunisasi dan pengobatan 39 (98) 1 (2)

5 Tujuan Posyandu adalah untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan anak 38 (95) 2 (5)

6 Sasaran Posyandu adalah balita, ibu hamil, ibu

menyusui dan PUS (pasangan usia subur) 34 (85) 6 (15)

7 Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan pola


(45)

Tabel 3 menunjukkan (100%) ibu balita bersikap bahwa walaupun ibu

merasa balitanya sehat tetap datang ke Posyandu, mendukung kegiatan Posyandu

karena dapat meningkatkan kesehatan, dan mengikuti penyuluhan yang diadakan

oleh Posyandu secara rutin.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi

Ya

n (%)

Tidak

n (%)

8 Walaupun merasa balitanya sehat, Ibu tetap datang

ke Posyandu 40 (100) 0 (0)

9 Ibu mendukung kegiatan Posyandu karena dapat

meningkatkan kesehatan 40 (100) 0 (0)

10 Ibu mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh

Posyandu secara rutin 40 (100) 0 (0)

11 Bila sibuk, apakah ibu akan tetap menyempatkan

membawa balita ke Posyandu 39 (98) 1 (2)

12 Bila balita sedang sakit, Ibu tetap melakukan

kunjungan ke Posyandu 37 (93) 3 (7)

Tabel 4 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%)

meyakini pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga

kesehatan balita dan Posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan balita.

Sebanyak 39 responden (98%) meyakini Posyandu untuk memeriksakan


(46)

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kepercayaan ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi

Ya

n (%)

Tidak

n (%)

13 Pemeriksaan yang ada di Posyandu penting

dilakukan untuk menjaga kesehatan balita 40 (100) 0 (0 )

14 Ibu meyakini Posyandu dapat memberikan

manfaat bagi kesehatan balita 40 (100) 0 (0 )

15 Ibu mempercayai Posyandu untuk memeriksakan

kesehatan balita. 39 (98) 1 (2)

Tabel 5 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%)

memiliki persepsi bahwa keberadaan Posyandu menurut ibu bermanfaat bagi

kesehatan balita dan sarana kesehatan di Posyandu mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang baik. Sebanyak 39 responden (98%) berpersepsi ibu


(47)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan persepsi ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi

Ya

n (%)

Tidak

n (%)

16 Menurut ibu, keberadaan Posyandu

bermanfaat bagi kesehatan balita 40 (100) 0 (0)

17 Sarana kesehatan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang baik 40 (100) 0 (0)

18 Ibu merasa puas dengan pelayanan Posyandu 39 (98) 1(2)

19 Pemeriksaan ke Posyandu tidak akan

mengganggu pekerjaan Ibu 38 (95) 2 (5)

20 Sarana kesehatan yang digunakan di Posyandu sudah lengkap dan sesuai dengan jenis kegiatan

37 (93) 3 (7)

Tabel 6 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%)

menyatakan bahwa di dalam keluarga berkunjung ke Posyandu sangat penting

dilakukan setiap bulannya dan meyakini bahwa Posyandu dapat memberikan

solusi kesehatan balita. Kemudian, 38 responden (95%) beranggapan bahwa


(48)

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan nilai-nilai ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi

Ya

n(%)

Tidak

n(%)

21 Di dalam keluarga Ibu berkunjung ke Posyandu

sangat penting dilakukan setiap bulannya 40 (100) 0 (0)

22 Ibu meyakini bahwa Posyandu dapat memberikan

solusi kesehatan balita 40 (100) 0 ( 0)

23 Ibu mengikuti Posyandu untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan balita 38 (95) 2 (5)

24 Menurut Ibu, Posyandu mempengaruhi kesehatan

dan pertumbuhkembangan balita 4 (10) 36(90)

25 Ibu beranggapan balita akan sakit setelah


(49)

2. Pembahasan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ibu-bu balita

memiliki pengetahuan tentang Posyandu. Hal itu terlihat dari hasil kuesioner

penelitian, pengetahuan ibu balita tentang Posyandu, menunjukkan lebih dari 85%

responden mengetahui manfaat Posyandu. Dari hasil penelitian tersebut hanya

pertanyaan tentang penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan pola lima meja

saja yang memberikan respon bahwa mereka tidak tahu hal tersebut. Begitu juga

tentang sasaran Posyandu, hanya 15% responden menyatakan tidak tahu jika

sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia

subur. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa ibu balita memiliki

pengetahuan tentang Posyandu. Artinya, Posyandu bukan lagi hal yang asing bagi

ibu-ibu yang memiliki balita. Hal ini disebabkan keberadaan dan aktifitas

Posyandu yang ada di lingkungan cukup aktif dan juga sosialisasi yang sangat

gencar oleh kader-kader Posyandu. Hasil penelitian ini sekaligus menguatkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan

perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Pada penyelenggaraan Posyandu yang menggunakan pola lima meja dan

sasaran Posyandu yang mencakup balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan

usia subur tampaknya perlu disosialisasikan lagi. Pengetahuan ini menjadi

penting sebab sebagaimana disampaikan Notoatmodjo (2003), bahwa

pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya


(50)

Posyandu akan memberikan dampak positif bagi ibu-ibu tersebut dalam

memanfaatkan Posyandu.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu balita bersikap tetap

selalu datang ke Posyandu walaupun ibu merasa balitanya sehat, dan mereka

menyatakan mendukung kegiatan Posyandu karena dapat meningkatkan kesehatan

balita. Selain itu, seluruh ibu-ibu balita menyampaikan bahwa mereka mengikut i

penyuluhan yang diadakan oleh Posyandu secara rutin. Dengan demikian, ibu-ibu

balita cenderung bersikap untuk memanfaatkan Posyandu. Hal ini juga di

sampaikan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita

dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa ibu balita memiliki

kepercayaan terhadap Posyandu, yang didukung bahwa mereka akan tetap

menyempatkan membawa balita ke Posyandu, selalu datang ke Posyandu

walaupun merasa balitanya sakit, melakukan kunjungan ke Posyandu meskipun

sedang sakit, mendukung kegiatan Posyandu dengan alasan Posyandu dapat

meningkatkan kesehatan balita, dan mengikuti penyuluhan yang diadakan

Posyandu secara rutin. Di antaranya ada tiga responden yang menyatakan tidak

akan melakukan kunjungan ke Posyandu bila balitanya sedang sakit. Padahal, bila

Ibu membawa balitanya yang sakit ke Posyandu, kemungkinan balitanya dapat

ditangani untuk pelayanan pengobatan. Semua ibu balita menyatakan percaya

bahwa pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga


(51)

manfaat bagi kesehatan balita. Namun, ada 2 % ibu-ibu yang menjadi responden

yang menyatakan tidak mempercayai Posyandu untuk memeriksa kesehatan

balita. Angka 2% ini tidak dapat menunjukkan kasus secara umum sebab angka

ini sangat kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kepercayaan ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke

Posyandu di Jawa Tengah.

Sebagaimana dikatakan oleh Robbins (2008), bahwa kepercayaan adalah

suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada contoh-contoh pengalaman

yang relevan namun terbatas. Dikaitkan dengan data penelitian, kepercayaan

ibu-ibu terhadap Posyandu bisa dipastikan tidak serta-merta timbul, tetapi dibangun

oleh sebuah sejarah panjang keterlibatan atau partisipasi ibu-ibu tersebut di dalam

kegiatan Posyandu.

Sehubungan dengan persepsi ibu terhadap Posyandu dapat disampaikan

bahwa pendapat responden sebagaimana uraian di bawah ini. Sekitar 95% ibu-ibu

memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke Posyandu tidak akan mengganggu

pekerjaannya. Lalu, (100%) ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan Posyandu

bermanfaat bagi kesehatan balita. Bila dikaitkan dengan sarana pelayanan

kesehatan, semua ibu-ibu meyakini bahwa sarana pelayanan kesehatan di

Posyandu mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Walaupun pada

kenyataannya, ada sekitar 7% ibu balita yang menyatakan bahwa sarana

pelayanan kesehatan di Posyandu belum lengkap dan belum sesuai dengan jenis


(52)

terhadap pelayanan di Posyandu, jumlah mereka sekitar 2% saja. Meskipun

angka ini cukup kecil, tampaknya para kader Posyandu harus juga lebih

meningkatkan pelayanan agar dapat mencapai angka 100%.

Sebagaimana pendapat Slameto (2003), persepsi merupakan proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui

persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya

melalui indera penglihat, pendengar, peraba, dan penciuman. Berkaitan dengan

hasil penelitian, persepsi ibu-ibu balita tentang Posyandu dibentuk pula oleh

lingkungan dan pengalaman ibu-ibu tersebut. Sebab itu, perlu diperhatikan

pernyataan ibu-ibu yang mengatakan bahwa sarana di Posyandu belum lengkap

dan pelayanan Posyandu belum memuaskan. Persepsi ibu-ibu balita sehubungan

dengan sarana yang dimiliki oleh Posyandu mungkin harus diperhatikan. Hal ini

ditunjukkan pula dari hasil penelitian Widiastuti dan Kristiani (2006) yang

menunjukkan adanya pengaruh persepsi ibu balita tentang dukungan sarana

terhadap pemanfaatan Posyandu.

Pada data tentang nilai-nilai ibu balita yang berkaitan dengan Posyandu

ditemukan hal-hal yang menarik. Hanya sekitar 5% ibu-ibu yang memiliki

anggapan bahwa balita akan sakit setelah diimunisasi di Posyandu. Pernyataan ini

bisa juga berimplikasi bahwa ibu-ibu sudah mengetahui bahwa demam yang

terjadi setelah diimunisasi bisa terjadi, jadi tidak disebabkan tempat di mana

imunisasi itu dilakukan. Hanya sekitar 10% ibu-ibu yang menjadi responden yang

memercayai bahwa Posyandu dapat berpengaruh kepada kesehatan dan


(53)

sebaliknya, yaitu tidak percaya Posyandu berpengaruh terhadap kesehatan dan

tumbuhkembang balita. Akan tetapi, seluruh ibu-ibu menyatakan bahwa penting

untuk melakukan kunjungan ke Posyandu sebulan sekali. Bahkan, pernyataan itu

dikaitkan dengan keluarga mereka. Artinya, bisa jadi mereka akan menganjurkan

anggota mereka yang menjadi ibu balita untuk datang rutin ke Posyandu. Hal itu

tampaknya berkaitan dengan anggapan mereka bahwa mengikuti Posyandu dapat

memberikan solusi kesehatan balita, 100% responden menyatakan hal ini. Begitu

pun, mereka (sebanyak 95%) menganggap bahwa mengikuti Posyandu adalah

untuk melakukan pemeriksaan kesehatan balita.

Danandjaja (1985) menyatakan bahwa nilai memiliki kecenderungan

untuk menetap walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu.

Pernyataan ibu-ibu tentang Posyandu yang dilandaskan pada nilai-nilai akan

sangat sulit diubah. Akibatnya, pelayanan di Posyandu yang akan berdampak pada

nilai yang dimiliki oleh ibu-ibu semestinya mendapat perhatian yang sangat baik

dari para kader Posyandu. Pentingnya peran kader Posyandu ini sebagaimana

disebutkan dalam hasil penelitian Widiastuti dan Kristini (2006), yang

mengungkapkan bahwa motivasi kader Posyandu dapat meningkatkan


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, umumnya ibu-ibu balita yang dijadikan responden memiliki pengetahuan tentang Posyandu, terbukti 85% responden menyatakan mengetahui manfaat

posyndu. Kedua, seluruh ibu balita (100%) bersikap tetap datang ke Posyandu

walaupun ibu merasa balitanya sehat. Hal ini menunjukkan ibu-ibu balita balita

bersikap memanfaatkan posyandu setiap bulannya. Ketiga, ibu-ibu balita memiliki

kepercayaan terhadap Posyandu terlihat dari keseluruhan responden (100%), mereka

meyakini pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga

kesehatan balita dan Posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan balita.

Keempat, masih ada ibu balita memiliki persepsi belum puas terhadap sarana kesehatan yang digunakan di posyandu terlihat 7% responden merasa sarana

kesehatan belum lengkap dan sesuai dengan jenis kegiatan. Kelima, nilai-nilai yang

dimiliki oleh Ibu balita terhadap Posyandu juga mencerminkan akan kebutuhan

Posyandu oleh Ibu-ibu balita terhadap tumbuh kembang balitanya, terlihat seluruh

responden (100%) menyatakan Posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita.

Posyandu sudah tidak menjadi asing lagi bagi ibu-ibu balita karena Posyandu

sebagai wadah tempat memperoleh layanan kesehatan. Hal ini menunjukkan petugas

Posyandu di wilayah Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat gencar


(55)

2. Saran

2.1. Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan pada pelayanan keperawatan

dan kader-kader Posyandu agar mempertahankan atau meningkatkan lagi pelayanan

yang mereka berikan kepada ibu-ibu balita agar mencapai kepuasan yang lebih

bagus. Dengan demikian, kunjungan ibu-ibu balita ke Posyandu tetap ramai setiap

dilaksanakan kegiatan Posyandu sehingga Ibu-ibu balita benar-benar dapat

memanfaatkan pelayanan Posyandu setiap bulannya.

2.2. Profesi Keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah

wawasan keilmuan dalam pemanfaatan Posyandu oleh Ibu-ibu balita, peningkatan

layanan yang semakin baik akan membuat kepercayaan Ibu-ibu terhadap Posyandu

akan semakin meningkat sehingga Posyandu akan menjadi ujung tombak kesehatan

masyarakat. Sebab itu, para kader harus terus dilatih dan bekerja keras

menghidupkan kegiatan-kegiatan di Posyandu

2.3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan merupakan penelitian tentang

pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita pada dua faktor lain sebagaimana terdapat

dalam teori Green, yaitu faktor enabling (pendukung) dan faktor reinforcing

(pendorong). Pada faktor enabling, misalnya, terdapat unsur biaya dan jarak yang

diduga kuat akan mempengaruhi terhadap pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu

balita. Demikian juga, pada faktor reinforcing, sikap kader Posyandu terhadap


(56)

Selain itu, penelitian selanjutnya dapat pula merupakan penelitian lanjutan

dengan mempergunakan instrumen penelitian yang dapat mengukur lebih tepat

faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut. Instrumen yang dimaksud, misalnya,

dapat berupa kuesioner dengan Skala Likert. Untuk pengetahuan digunakan

instrumen penelitian berbentuk obction ( pilihan ganda). Dan, pada data identitas

responden dicantumkan anak keberapa yang responden bawa saat berkunjung ke


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan kesehatan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes. 1994. Posyandu, Jakarta.

. 1997. Buku Kader Posyandu, Jakarta : Depkes . 2006. Modul Pelatihan Revitasi Posyandu, Jakarta.

. 2008. Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah. Jakarta.

Damanik, D.M. Henny. 2008. Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Perawatan Kesehatan Mayarakat dan Pengaruhnya terhadap Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Danandjaja, A. 1985. Pola Sistem Nilai Para Manajer di Indonesia. Jakarta : Disertasi Psikologi F. Psikologi UI

Effendi, N. 1998. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.

Eka Sari. 2007. Keperawatan Komunitas : Upaya Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat, Jakarta : Trans Info Media.

Gizikesmas. 2007. Posyandu. http//gizikesmas.mutiply.com/Journal/item/4/posy

andu, diakses tanggal 07 April 2011.

Hidayat, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis, Jakarta : Salemba Medika.

Jerald Greenberg. Managing Behavior in Organization. 5th Edition. (New Jersey: Pearson Education, Inc., 2010), p. 195-196.

Komaruddin & Komaruddin, 2000. Kamus istilah karya tulis ilmiah, Jakarta:Bumi aksara


(58)

Kresno, 2008. Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu di Kel.Cipinang Muara Kec.Jatinegara Kodya Jakarta Timur, http//cariebookgratis.com. Diakses tanggal 17 Maret 2011.

Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan, Jakarta : EGC.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Ilmu Keperawatan Komunitas 1, Jakarta : Sagung Seto.

Nasution, Aman. 1997. Administrasi Kesehatan Masyarakat, Medan : USU Press. Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

. 2001. Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam Menghadapi Masa Krisis, Jakarta : Suara Pembaruan Daily.

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Pamungka s, Lia. (2008). Hubungan Antara Faktor Pengetahuan, Sikap dan Kepercayaan Dengan Perilaku Ibu Berkunjung ke Posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. http://eprints.undip.ac.id/9281/1/artikel.pdf, diunduh tanggal 19 Januari.

Robbins, Stephen P, (2008). Perilaku Organisasi 2 (ed 12). Jakarta : Salemba Empat.

Stephen P. Robbins and Thimoty A. Judge. Organization Behavior. (New Jersey: Perason Education, Inc., 2009), p. 458

Slameto, 2003. Belajar dan faktor2 yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta Sunaryo, 2004. Psikologi untuk keperawatan. EGC:Jakarta.

Syafrudin, 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa Kebidanan, Jakarta : Trans Info Media.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.


(59)

Walgito, 2004. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta:Andi Yogyakarta

Widiaastuti, I Gusti Agung Ayu Mas dan Kristiani. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota Denpasar, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.15_widiastuti_07_06.pdf diunduh tanggal 20 Januari 2012.


(60)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat Oleh : Dwi Maulidar

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanda Tangan :

Tanggal :


(61)

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU OLEH BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JOHAN PAHALAWAN KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH

BARAT I. Identitas Responden

Petunjuk Pengisian :

a. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedia.

b. Semua pernyataan harus dijawab.

c. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. No. Responden :

2. Alamat :

3. Umur :……….tahun

4. Pendidikan :

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi

5. Pekerjaan :

Bekerja

Tidak Bekerja

6. Penghasilan :


(62)

500.000-1.000.000

>1.000.000

7. Jumlah Anggota keluarga :

II. Kuesioner Pemanfaatan Posyandu

Petunjuk pengisian :

Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda

No Pernyataan Ya Tidak

Pengetahuan

1. Posyandu merupakan tempat yang paling mudah untuk mendapatkan pengobatan

2. Penyelenggaraan posyandu dilakukan dengan pola lima meja

3. Posyandu memberikan pelayanan sesuai dengan jadwal buka posyandu yang telah ditetapkan

4. Pelayanan kesehatan posyandu meliputi pelayanan kesehatan KIA, KB, imunisasi dan pengobatan

5. Tujuan posyandu adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

6. Posyandu dapat mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita.

7. Sasaran posyandu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia Subur)

Sikap

8. Bila sibuk, apakah Ibu akan tetap menyempatkan membawa balita ke posyandu

9. Walaupun merasa balitanya sehat, Ibu tetap datang ke posyandu


(63)

10. Bila balita sedang sakit, Ibu tetap melakukan kunjungan ke posyandu.

11. Ibu mendukung kegiatan posyandu karena dapat meningkatkan kesehatan balita.

12. Ibu mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh posyandu secara rutin

Kepercayaan

13. Pemeriksaan yang ada di posyandu penting dilakukan untuk menjaga kesehatan balita

14. Ibu meyakini posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan balita

15. Ibu mempercayai posyandu untuk memeriksakan kesehatan balita

Persepsi

16. Pemeriksaan ke posyandu tidak akan mengganggu pekerjaan ibu

17. Menurut ibu, keberadaan posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita

18. Sarana kesehatan yang digunakan di posyandu sudah lengkap dan sesuai dengan jenis kegiatan

19. Petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik

20. Ibu merasa puas dengan pelayanan posyandu

Nilai-Nilai

21. Ibu beranggapan balita akan sakit setelah diimunisasi di posyandu

22. Menurut ibu, posyandu mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhkembangan anak


(64)

23. Di dalam keluarga Ibu, berkunjung ke posyandu sangat penting dilakukan setiap bulannya.

24. Ibu mengikuti posyandu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan balita

25. Ibu meyakini bahwa posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita


(65)

UJI RELIABILITAS

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 X X2

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 17 289

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 19 361

3 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 11 121

4 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 16 256

5 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21 441

6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21 441

7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23 529

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 24 576

9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 484

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 484

11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 484

12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 21 441

13 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324

14 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324

15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 19 361

16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324

17 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20 400

18 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 16 256


(66)

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625

Np 19 13 20 19 14 20 19 12 9 11 20 13 19 19 17 11 20 12 17 16 8 11 18 20 19 396 8050

p 0,95 0,65 1 0,95 0,7 1 0,95 0,6 0,45 0,55 1 0,65 0,95 0,95 0,85 0,55 1 0,6 0,85 0,8 0,4 0,55 0,9 1 0,95

q 0,05 0,35 0 0,05 0,3 0 0,05 0,4 0,55 0,45 0 0,35 0,05 0,05 0,15 0,45 0 0,4 0,15 0,2 0,6 0,45 0,1 0 0,05

pq 0,0475 0,227

5 0 0,0475 0,21 0 0,0475 0,24 0,2475 0,2475 0 0,2275 0,0475 0,0475 0,1275 0,2475 0 0,24 0,12


(67)

Rumus Varians

Vt

=

=

=

=

Rumus KR-20

r

=

(

r

=

(

r

=

( )

(

)

=1,04 x 0,69


(68)

(69)

(1)

UJI RELIABILITAS

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 X X2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 17 289 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 19 361 3 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 11 121 4 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 16 256 5 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21 441 6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21 441 7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23 529 8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 24 576 9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 484 10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 484 11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 484 12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 21 441 13 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324 14 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324 15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 19 361 16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324 17 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20 400 18 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 16 256 19 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23 529

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(2)

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625 Np 19 13 20 19 14 20 19 12 9 11 20 13 19 19 17 11 20 12 17 16 8 11 18 20 19 396 8050

p 0,95 0,65 1 0,95 0,7 1 0,95 0,6 0,45 0,55 1 0,65 0,95 0,95 0,85 0,55 1 0,6 0,85 0,8 0,4 0,55 0,9 1 0,95 q 0,05 0,35 0 0,05 0,3 0 0,05 0,4 0,55 0,45 0 0,35 0,05 0,05 0,15 0,45 0 0,4 0,15 0,2 0,6 0,45 0,1 0 0,05 pq 0,0475 0,227

5 0 0,0475 0,21 0 0,0475 0,24 0,2475 0,2475 0 0,2275 0,0475 0,0475 0,1275 0,2475 0 0,24 0,12

75 0,16 0,24 0,2475 0,09 0 0,0475 3,165

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(3)

Rumus Varians

Vt

=

=

=

=

Rumus KR-20

r

=

(

r

=

(

r

=

( )

(

)

=

1,04 x 0,69

= 0,717

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(4)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(5)

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


(6)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Dwi Maulidar

Tempat/Tanggal Lahir

: Latong, 25 November 1988

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Kiblat, Lr. Damai, Desa Gampa

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat.

Pendidikan

:

1.

TK Muhammadiyah Jeuram Tahun 1993-1994

2.

MIN Drien Rampak Meulaboh Tahun 1994-2000

3.

SLTP Negeri 3 Meulaboh Tahun 2000-2003

4.

SMA Negeri 2 Meulaboh Tahun 2003-2006

5.

Poltekkes NAD Keperawatan Meulaboh Tahun 2006-2009

6.

S-1 Keperawatan USU Medan

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara


Dokumen yang terkait

Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

0 39 156

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 4 70

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 1 11

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Pasar Bina Usaha Di Gampong Ujong Kalak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 - Repository utu

0 1 43

KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

0 0 61