Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

(1)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah

Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

Oleh : Dwi Maulidar

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk melihat gambaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanda Tangan :

Tanggal :


(2)

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU OLEH BALITA DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS JOHAN PAHALAWAN KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH

BARAT I. Identitas Responden

Petunjuk Pengisian :

a. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (√ ) pada tempat yang tersedia.

b. Semua pernyataan harus dijawab.

c. Tiap satu pernyataan ini diisi dengan satu jawaban.

d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. No. Responden :

2. Alamat :

3. Umur :……….tahun

4. Pendidikan :

SD SMP SMA

Perguruan tinggi 5. Pekerjaan :

Bekerja Tidak Bekerja 6. Penghasilan :


(3)

500.000-1.000.000 >1.000.000

7. Jumlah Anggota keluarga : II. Kuesioner Pemanfaatan Posyandu

Petunjuk pengisian :

Bacalah pernyataan ini dengan baik, kemudian berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda

No Pernyataan Ya Tidak

Pengetahuan

1. Posyandu merupakan tempat yang paling mudah untuk mendapatkan pengobatan

2. Penyelenggaraan posyandu dilakukan dengan pola lima meja

3. Posyandu memberikan pelayanan sesuai dengan jadwal buka posyandu yang telah ditetapkan

4. Pelayanan kesehatan posyandu meliputi pelayanan kesehatan KIA, KB, imunisasi dan pengobatan

5. Tujuan posyandu adalah untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

6. Posyandu dapat mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita.

7. Sasaran posyandu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui dan PUS (Pasangan Usia Subur)

Sikap

8. Bila sibuk, apakah Ibu akan tetap menyempatkan membawa balita ke posyandu

9. Walaupun merasa balitanya sehat, Ibu tetap datang ke posyandu


(4)

10. Bila balita sedang sakit, Ibu tetap melakukan kunjungan ke posyandu.

11. Ibu mendukung kegiatan posyandu karena dapat meningkatkan kesehatan balita.

12. Ibu mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh posyandu secara rutin

Kepercayaan

13. Pemeriksaan yang ada di posyandu penting dilakukan untuk menjaga kesehatan balita

14. Ibu meyakini posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan balita

15. Ibu mempercayai posyandu untuk memeriksakan kesehatan balita

Persepsi

16. Pemeriksaan ke posyandu tidak akan mengganggu pekerjaan ibu

17. Menurut ibu, keberadaan posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita

18. Sarana kesehatan yang digunakan di posyandu sudah lengkap dan sesuai dengan jenis kegiatan

19. Petugas kesehatan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik

20. Ibu merasa puas dengan pelayanan posyandu Nilai-Nilai

21. Ibu beranggapan balita akan sakit setelah diimunisasi di posyandu

22. Menurut ibu, posyandu mempengaruhi kesehatan dan pertumbuhkembangan anak


(5)

23. Di dalam keluarga Ibu, berkunjung ke posyandu sangat penting dilakukan setiap bulannya.

24. Ibu mengikuti posyandu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan balita

25. Ibu meyakini bahwa posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita


(6)

UJI RELIABILITAS

Responden P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 P21 P22 P23 P24 P25 X X2

1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 17 289

2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 19 361

3 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 11 121

4 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 16 256

5 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21 441

6 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 21 441

7 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 23 529

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 24 576

9 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22 484

10 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 484

11 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 22 484

12 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 21 441

13 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324

14 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324

15 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 19 361

16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 18 324

17 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 20 400

18 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 1 16 256


(7)

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 25 625

Np 19 13 20 19 14 20 19 12 9 11 20 13 19 19 17 11 20 12 17 16 8 11 18 20 19 396 8050

p 0,95 0,65 1 0,95 0,7 1 0,95 0,6 0,45 0,55 1 0,65 0,95 0,95 0,85 0,55 1 0,6 0,85 0,8 0,4 0,55 0,9 1 0,95

q 0,05 0,35 0 0,05 0,3 0 0,05 0,4 0,55 0,45 0 0,35 0,05 0,05 0,15 0,45 0 0,4 0,15 0,2 0,6 0,45 0,1 0 0,05

pq 0,0475 0,227

5 0 0,0475 0,21 0 0,0475 0,24 0,2475 0,2475 0 0,2275 0,0475 0,0475 0,1275 0,2475 0 0,24 0,12


(8)

Rumus Varians

Vt

=

=

=

=

Rumus KR-20

r

=

(

r

=

(

r

=

( )

(

)

=1,04 x 0,69 = 0,717


(9)

(10)

(11)

CURRICULUM VITAE

Nama

: Dwi Maulidar

Tempat/Tanggal Lahir

: Latong, 25 November 1988

Agama

: Islam

Alamat

: Jln. Kiblat, Lr. Damai, Desa Gampa

Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat.

Pendidikan

:

1.

TK Muhammadiyah Jeuram Tahun 1993-1994

2.

MIN Drien Rampak Meulaboh Tahun 1994-2000

3.

SLTP Negeri 3 Meulaboh Tahun 2000-2003

4.

SMA Negeri 2 Meulaboh Tahun 2003-2006

5.

Poltekkes NAD Keperawatan Meulaboh Tahun 2006-2009


(12)

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1996. Menjaga Mutu Pelayanan kesehatan, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.

Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Depkes. 1994. Posyandu, Jakarta.

. 1997. Buku Kader Posyandu, Jakarta : Depkes . 2006. Modul Pelatihan Revitasi Posyandu, Jakarta.

. 2008. Tentang Pedoman Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan

Daerah. Jakarta.

Damanik, D.M. Henny. 2008. Persepsi Masyarakat Tentang Pelayanan Perawatan

Kesehatan Mayarakat dan Pengaruhnya terhadap Pemanfaatan Puskesmas Kecamatan Medan Tuntungan Kota Medan.

Danandjaja, A. 1985. 0TPola Sistem Nilai Para Manajer di Indonesia0T. Jakarta :

Disertasi Psikologi F. Psikologi UI

Effendi, N. 1998. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : EGC.

Eka Sari. 2007. Keperawatan Komunitas : Upaya Memandirikan Masyarakat untuk

Hidup Sehat, Jakarta : Trans Info Media.

Gizikesmas. 2007. Posyandu. http//gizikesmas.mutiply.com/Journal/item/4/posy andu, diakses tanggal 07 April 2011.

Hidayat, 2007. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis, Jakarta : Salemba Medika.

Jerald Greenberg. Managing Behavior in Organization. 5P

th

P

Edition. (New Jersey: Pearson Education, Inc., 2010), p. 195-196.

Komaruddin & Komaruddin, 2000. Kamus istilah karya tulis ilmiah, Jakarta:Bumi aksara


(13)

Kresno, 2008. Laporan Penelitian Study Pemanfaatan Posyandu di Kel.Cipinang

Muara Kec.Jatinegara Kodya Jakarta Timur, http//cariebookgratis.com.

Diakses tanggal 17 Maret 2011.

Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan, Jakarta : EGC.

Mubarak, Iqbal Wahit. 2005. Ilmu Keperawatan Komunitas 1, Jakarta : Sagung Seto.

Nasution, Aman. 1997. Administrasi Kesehatan Masyarakat, Medan : USU Press. Notoadmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta.

. 2001. Peran Pelayanan Kesehatan Swasta dalam Menghadapi

Masa Krisis, Jakarta : Suara Pembaruan Daily.

Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan

Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Jakarta :

Salemba Medika.

Pamungka s, Lia. (2008). Hubungan Antara Faktor Pengetahuan, Sikap dan

Kepercayaan Dengan Perilaku Ibu Berkunjung ke Posyandu di Kelurahan Grabag Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang.

http://eprints.undip.ac.id/9281/1/artikel.pdf, diunduh tanggal 19 Januari. Robbins, Stephen P, (2008). Perilaku Organisasi 2 (ed 12). Jakarta : Salemba Empat. Stephen P. Robbins and Thimoty A. Judge. Organization Behavior. (New Jersey:

Perason Education, Inc., 2009), p. 458

Slameto, 2003. Belajar dan faktor2 yang mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta Sunaryo, 2004. Psikologi untuk keperawatan. EGC:Jakarta.

Syafrudin, 2009. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat untuk Mahasiswa

Kebidanan, Jakarta : Trans Info Media.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa,2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Pustaka.


(14)

Walgito, 2004. Pengantar psikologi umum. Yogyakarta:Andi Yogyakarta

Widiaastuti, I Gusti Agung Ayu Mas dan Kristiani. Pemanfaatan Pelayanan

Posyandu di Kota Denpasar, http://lrc-kmpk.ugm.ac.id/id/UP-PDF/_working/No.15_widiastuti_07_06.pdf diunduh tanggal 20 Januari 2012. Yulifah dkk, 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta : Salemba Medika.


(15)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

1. Kerangka Kerja Penelitian

Berbagai pandangan telah diungkapkan para ahli tentang Posyandu dan pada prinsipnya hampir sama dimana menitikberatkan pada peran serta masyarakat dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Ekasari (2007) menjelaskan Posyandu adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat. Hal ini juga dicanangkan oleh pemerintah untuk mengaktifkan Posyandu secara nasional sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi ibu balita dalam memanfaatkan pelayanan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan.


(16)

Skema 1 : Kerangka kerja penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita diwilayah kerja Puskesmas kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

2. Definisi Konseptual

Dalam pelaksanaan pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga dapat dilihat atau disimpulkan bahwa, perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, persepsi dan nilai-nilai yang belaku dalam masyarakat tersebut.

3. Definisi Operasional

3.1. Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita adalah penilaian Ibu yang memiliki balita terhadap tindakannya memanfaatkan dan mengikuti kegiatan Posyandu secara rutin setiap bulan untuk memantau kesehatan balitanya.

3.2. Pengetahuan adalah penilaian Ibu balita terhadap segala sesuatu yang diketahuinya berkaitan dengan pelayanan dan kegiatan yang tersedia di Posyandu dan pemanfaatan Posyandu.

Ibu Balita diwilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan

Posyandu oleh Ibu Balita : 1. Pengetahuan

2. Sikap

3. Kepercayaan 4. Persepsi 5. Nilai-Nilai


(17)

3.3. Sikap adalah penilaian ibu balita terhadap tindakan dan responsnya dalam mengikuti dan memanfaatkan kegiatan di Posyandu.

3.4. Kepercayaan adalah penilaian ibu balita terhadap pengalamannya dalam mengikuti kegiatan di Posyandu serta keyakinannya bahwa pelayanan Posyandu untuk meningkatkan kesehatan.

3.5. Persepsi adalah penilaian ibu balita tentang pendapat atau cara berpikirnya terhadap kegiatan Posyandu, petugas kesehatan, serta sarana dan prasarana Posyandu.

3.6. Nilai-nilai adalah penilaian ibu balita terhadap keyakinan yang membuatnya bertindak untuk mengikuti kegiatan pelayanan Posyandu sesuai dengan harapannya dalam meningkatkan kesehatan.


(18)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita diwilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

2. Populasi dan Sampel 2.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai balita yang pernah mendapatkan pelayanan di 22 Posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dalam penelitian ini, jumlah sampel sebanyak 40 orang dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah

total sampling, yaitu penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan

sebagai sampel ( Hidayat, 2007).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki balita, bertempat tinggal di wilayah penelitian dan bersedia menjadi responden.


(19)

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Posyandu Aneuk Lon Sayang dan Posyandu Al-Hijrah di Desa Blang Beurandang, di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat. Pemilihan tempat ini didasarkan pada alasan: Posyandu Aneuk Lon Sayang dan Posyandu Al-Hijrah Blang Beurandang, merupakan Posyandu yang paling aktif dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, daerah tersebut juga sangat dikenal oleh peneliti, dan belum ada yang melakukan penelitian yang sama di tempat tersebut. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2011.

4. Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti telah menjelaskan kepada responden tentang manfaat penelitian ini. Kemudian, partisipasi responden dalam penelitian dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Peneliti pun telah meyakinkan partisipasi responden bahwa peneliti terikat oleh etika penelitian. Sebab itu, peneliti tidak mempergunakan informasi yang diberikan oleh responden dalam hal-hal yang dapat merugikan responden dalam bentuk apa-pun, kecuali untuk kepentingan penelitian ini sendiri.

Peneliti juga telah menjelaskan bahwa partisipasi responden sebagai subjek dalam penelitian ini adalah bersifat suka rela. Peneliti menyatakan bahwa responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa ada tekanan ataupun paksaan. Dalam hal itu, peneliti menghormati hak responden. Responden yang bersedia menjadi subjek penelitian menandatangani lembar


(20)

persetujuan (Informed consent). Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar data (kuesioner) yang diisi oleh responden. Lembar tersebut diberi nomor kode tertentu. Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok data tertentu saja sebagai hasil penelitian. Selama proses pengambilan data, tidak timbul tekanan psikologis pada responden yang diteliti, sehingga tidak timbul efek yang merugikan responden, sesuai dengan pendapat Hidayat (2007).

5. Instrumen Penelitian

Informasi responden dan data penelitian diperoleh dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka.

Kuesioner tersebut dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama kuesioner berupa data demografi responden yang meliputi alamat, umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan jumlah anggota kelurga yang terdiri dari dari 7 pertanyaan. Bagian ini tidak diteliti, hanya untuk mengetahui karakteristik dari responden.

Bagian kedua adalah kuesioner pemanfaatan Posyandu. Bagian ini terdiri dari 25 pertanyaan dari 5 komponen, yaitu Pengetahuan (kuesioner 1,2,3,4,5,6, dan 7), Sikap (8,9,10,11, dan 12), Kepercayaan (13,14 dan 15), Persepsi (16,17,18,19 dan 20) dan Nilai-nilai (21,22,23,24 dan 25). Kuesioner penelitian ini menggunakan closedended question dengan dichotomy question, yaitu


(21)

menggunakan dua kemungkinan pilihan jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak” (Nursalam, 2009).

Pertanyaan yang digunakan dalam kuesioner ini bersifat positif. Bila pertanyaan dengan jawaban ya maka nilainya 1 dan jawaban tidak maka nilainya 0 (Ya=1 dan Tidak=0).

6. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

Validatas adalah suatu pengukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen dalam mengumpulkan data (Nursalam, 2009). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang teliti secara tepat (Arikunto, 2002). Uji Validitas dilakukan dengan metode validitas isi, yaitu mensyaratkan bahwa instrumen dibuat mengacu pada isi yang dilakukan dengan meminta orang yang ahli. Uji validitas dalam penelitian ini tidak dilakukan atau divalidasi oleh ahli dibidangnya karena keterbatasan waktu penelitian. Akan tetapi, validasi dilakukan dalam konteks Posyandu di bawah supervisi dosen pembimbing.

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen, dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliable akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas untuk kuesioner faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita


(22)

dilakukan dengan formula K-R 20. Setelah pengumpulan data terhadap 20 reponden di Posyandu wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat diperoleh hasil 0,717. Menurut Sugiono (2006), sebuah instrumen dikatakan

reliabel apabila koefisien reliabilitasnya di atas 0,60.

7. Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, peneliti melakukan tahapan kegiatan sebagai berikut: pertama, peneliti mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan Sumatera Utara);

kedua, peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala

Puskesmas Johan Pahlawan, ketiga, peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya, keempat, setelah mendapatkan calon responden, peneliti menjelaskan tujuan, manfaat dan prosedur pelaksanaan penelitian kepada calon responden dan yang bersedia berpartisipasi diminta untuk menandatangani surat persetujuan sebagai responden/ informed consent, kelima, responden yang bersedia diminta untuk mengisi kuesioner dan diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pertanyaan yang tidak dipahami, keenam, setelah responden selesai mengisi kuesioner, peneliti memeriksa kelengkapan data responden dan jika ada data yang kurang, langsung dilengkapi, ketujuh, setelah semua data diperoleh kemudian dikumpulkan diolah dan selanjutnya dianalisis.


(23)

8. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data melalui beberapa tahapan, antara lain, tahap pertama editing, yaitu mengecek nomor responden dan kelengkapannya serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk. Tahap yang kedua coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu melakukan tabulasi dan analisis. Tahap yang ketiga

processing , yaitu memasukkan data dari kuisioner ke dalam program computer.

Tahap keempat adalah cleanig, yaitu mengecek kembali data yang telah di-entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis univariat merupakan prosedur yang dilakukan untuk menganalisis data dari variabel yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Notoadmodjo, 2010).


(24)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini dideskripsikan tentang karakteristik responden dan gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Wilayah Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki luas 193,6 km2. Di Kecamatan Johan Pahlawan ini terdapat sebuah Puskesmas yang terletak di kota dengan status Puskesmas Rawat Jalan. Puskesmas ini berdiri sejak tahun 1992. Di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan terdapat 22 Posyandu. Berkaitan dengan penelitian ini, Posyandu yang dipilih hanya dua Posyandu, yaitu Posyandu Aneuk Lon Sayang dan Posyandu Al-Hijrah. Pemilihan kedua Posyandu ini dengan alasan bahwa keduanya merupakan Posyandu yang paling ramai dikunjungi oleh masyarakat di sekitarnya.


(25)

Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa mayoritas ibu-ibu yang aktif mengikuti kegiatan Posyandu berusia 25-29 tahun (38%), kebanyakan berpendidikan SMA (45%), mayoritas tidak bekerja (75%), mayoritas berpenghasilan Rp 500.000-Rp1.000.000 (73%), dan memiliki jumlah anggota keluarga 4 orang (32%).

Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

KARAKTERISTIK RESPONDEN FREKUENSI (f) PERSENTASE (%) Umur Ibu 20-24 25-29 30-34 35-39 40 Pendidikan SD SMP SMA PT Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja Penghasilan Keluarga

<500.000

500.000-1.000.000 Jumlah Anggota Keluarga

3 orang 4 orang 5 orang >5 orang 9 15 8 6 2 6 15 18 1 10 30 11 29 11 13 10 6 22 38 20 15 5 15 38 45 2 25 75 27 73 27 33 25 15


(26)

Tabel 2 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan Posyandu sebagai tempat paling mudah mendapatkan pengobatan, pelaksanaannya sesuai jadwal yang telah ditetapkan, dan Posyandu dapat mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak balita. Mayoritas responden (98%) menyatakan pelayanan kesehatan Posyandu meliputi KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengetahuan ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi Ya

n (%)

Tidak n (%) 1 Posyandu tempat tempat paling mudah

mendapatkan pengobatan 40 (100) 0 (0 )

2 Posyandu dilaksanakan sesuai jadwal yang telah

ditetapkan 40 (100) 0 (0)

3 Posyandu dapat mengamati perkembangan dan

pertumbuhan anak balita 40 (100) 0 (0)

4 Pelayanan kesehatan Posyandu meliputi KIA, KB,

imunisasi dan pengobatan 39 (98) 1 (2)

5 Tujuan Posyandu adalah untuk mempercepat

penurunan angka kematian ibu dan anak 38 (95) 2 (5) 6 Sasaran Posyandu adalah balita, ibu hamil, ibu

menyusui dan PUS (pasangan usia subur) 34 (85) 6 (15) 7 Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan pola


(27)

Tabel 3 menunjukkan (100%) ibu balita bersikap bahwa walaupun ibu merasa balitanya sehat tetap datang ke Posyandu, mendukung kegiatan Posyandu karena dapat meningkatkan kesehatan, dan mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh Posyandu secara rutin.

Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi Ya

n (%)

Tidak n (%) 8 Walaupun merasa balitanya sehat, Ibu tetap datang

ke Posyandu 40 (100) 0 (0)

9 Ibu mendukung kegiatan Posyandu karena dapat

meningkatkan kesehatan 40 (100) 0 (0)

10 Ibu mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh

Posyandu secara rutin 40 (100) 0 (0)

11 Bila sibuk, apakah ibu akan tetap menyempatkan

membawa balita ke Posyandu 39 (98) 1 (2)

12 Bila balita sedang sakit, Ibu tetap melakukan

kunjungan ke Posyandu 37 (93) 3 (7)

Tabel 4 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) meyakini pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga kesehatan balita dan Posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan balita. Sebanyak 39 responden (98%) meyakini Posyandu untuk memeriksakan


(28)

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kepercayaan ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi Ya

n (%)

Tidak n (%) 13 Pemeriksaan yang ada di Posyandu penting

dilakukan untuk menjaga kesehatan balita 40 (100) 0 (0 ) 14 Ibu meyakini Posyandu dapat memberikan

manfaat bagi kesehatan balita 40 (100) 0 (0 ) 15 Ibu mempercayai Posyandu untuk memeriksakan

kesehatan balita. 39 (98) 1 (2)

Tabel 5 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) memiliki persepsi bahwa keberadaan Posyandu menurut ibu bermanfaat bagi kesehatan balita dan sarana kesehatan di Posyandu mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Sebanyak 39 responden (98%) berpersepsi ibu merasa puas dengan pelayanan Posyandu.


(29)

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan persepsi ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi Ya

n (%)

Tidak n (%) 16 Menurut ibu, keberadaan Posyandu

bermanfaat bagi kesehatan balita 40 (100) 0 (0) 17 Sarana kesehatan mampu memberikan

pelayanan kesehatan yang baik 40 (100) 0 (0) 18 Ibu merasa puas dengan pelayanan Posyandu 39 (98) 1(2) 19 Pemeriksaan ke Posyandu tidak akan

mengganggu pekerjaan Ibu 38 (95) 2 (5)

20 Sarana kesehatan yang digunakan di Posyandu sudah lengkap dan sesuai dengan jenis kegiatan

37 (93) 3 (7)

Tabel 6 di bawah ini menunjukkan bahwa seluruh responden (100%) menyatakan bahwa di dalam keluarga berkunjung ke Posyandu sangat penting dilakukan setiap bulannya dan meyakini bahwa Posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita. Kemudian, 38 responden (95%) beranggapan bahwa balita tidak akan sakit setelah diimunisasi di Posyandu.


(30)

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan nilai-nilai ibu balita terhadap pemanfaatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40)

No Pertanyaan

Frekuensi Ya

n(%)

Tidak n(%) 21 Di dalam keluarga Ibu berkunjung ke Posyandu

sangat penting dilakukan setiap bulannya 40 (100) 0 (0) 22 Ibu meyakini bahwa Posyandu dapat memberikan

solusi kesehatan balita 40 (100) 0 ( 0)

23 Ibu mengikuti Posyandu untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan balita 38 (95) 2 (5) 24 Menurut Ibu, Posyandu mempengaruhi kesehatan

dan pertumbuhkembangan balita 4 (10) 36(90) 25 Ibu beranggapan balita akan sakit setelah


(31)

2. Pembahasan

Data hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum ibu-bu balita memiliki pengetahuan tentang Posyandu. Hal itu terlihat dari hasil kuesioner penelitian, pengetahuan ibu balita tentang Posyandu, menunjukkan lebih dari 85% responden mengetahui manfaat Posyandu. Dari hasil penelitian tersebut hanya pertanyaan tentang penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan pola lima meja saja yang memberikan respon bahwa mereka tidak tahu hal tersebut. Begitu juga tentang sasaran Posyandu, hanya 15% responden menyatakan tidak tahu jika sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Dengan demikian, penelitian ini menyimpulkan bahwa ibu balita memiliki pengetahuan tentang Posyandu. Artinya, Posyandu bukan lagi hal yang asing bagi ibu-ibu yang memiliki balita. Hal ini disebabkan keberadaan dan aktifitas Posyandu yang ada di lingkungan cukup aktif dan juga sosialisasi yang sangat gencar oleh kader-kader Posyandu. Hasil penelitian ini sekaligus menguatkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Pada penyelenggaraan Posyandu yang menggunakan pola lima meja dan sasaran Posyandu yang mencakup balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur tampaknya perlu disosialisasikan lagi. Pengetahuan ini menjadi penting sebab sebagaimana disampaikan Notoatmodjo (2003), bahwa pengetahuan merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dengan demikian, pengetahuan ibu balita yang baik tentang


(32)

Posyandu akan memberikan dampak positif bagi ibu-ibu tersebut dalam memanfaatkan Posyandu.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa seluruh ibu balita bersikap tetap selalu datang ke Posyandu walaupun ibu merasa balitanya sehat, dan mereka menyatakan mendukung kegiatan Posyandu karena dapat meningkatkan kesehatan balita. Selain itu, seluruh ibu-ibu balita menyampaikan bahwa mereka mengikut i penyuluhan yang diadakan oleh Posyandu secara rutin. Dengan demikian, ibu-ibu balita cenderung bersikap untuk memanfaatkan Posyandu. Hal ini juga di sampaikan dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa ibu balita memiliki kepercayaan terhadap Posyandu, yang didukung bahwa mereka akan tetap menyempatkan membawa balita ke Posyandu, selalu datang ke Posyandu walaupun merasa balitanya sakit, melakukan kunjungan ke Posyandu meskipun sedang sakit, mendukung kegiatan Posyandu dengan alasan Posyandu dapat meningkatkan kesehatan balita, dan mengikuti penyuluhan yang diadakan Posyandu secara rutin. Di antaranya ada tiga responden yang menyatakan tidak akan melakukan kunjungan ke Posyandu bila balitanya sedang sakit. Padahal, bila Ibu membawa balitanya yang sakit ke Posyandu, kemungkinan balitanya dapat ditangani untuk pelayanan pengobatan. Semua ibu balita menyatakan percaya bahwa pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga kesehatan. Selain itu, para ibu meyakini bahwa Posyandu dapat memberikan


(33)

manfaat bagi kesehatan balita. Namun, ada 2 % ibu-ibu yang menjadi responden yang menyatakan tidak mempercayai Posyandu untuk memeriksa kesehatan balita. Angka 2% ini tidak dapat menunjukkan kasus secara umum sebab angka ini sangat kecil. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pamungkas (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kepercayaan ibu balita dengan perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di Jawa Tengah.

Sebagaimana dikatakan oleh Robbins (2008), bahwa kepercayaan adalah suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada contoh-contoh pengalaman yang relevan namun terbatas. Dikaitkan dengan data penelitian, kepercayaan ibu-ibu terhadap Posyandu bisa dipastikan tidak serta-merta timbul, tetapi dibangun oleh sebuah sejarah panjang keterlibatan atau partisipasi ibu-ibu tersebut di dalam kegiatan Posyandu.

Sehubungan dengan persepsi ibu terhadap Posyandu dapat disampaikan bahwa pendapat responden sebagaimana uraian di bawah ini. Sekitar 95% ibu-ibu memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke Posyandu tidak akan mengganggu pekerjaannya. Lalu, (100%) ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan Posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita. Bila dikaitkan dengan sarana pelayanan kesehatan, semua ibu-ibu meyakini bahwa sarana pelayanan kesehatan di Posyandu mampu memberikan pelayanan kesehatan yang baik. Walaupun pada kenyataannya, ada sekitar 7% ibu balita yang menyatakan bahwa sarana pelayanan kesehatan di Posyandu belum lengkap dan belum sesuai dengan jenis kegiatan. Namun, terlihat pula tidak semua ibu-ibu menyatakan kepuasaannya


(34)

terhadap pelayanan di Posyandu, jumlah mereka sekitar 2% saja. Meskipun angka ini cukup kecil, tampaknya para kader Posyandu harus juga lebih meningkatkan pelayanan agar dapat mencapai angka 100%.

Sebagaimana pendapat Slameto (2003), persepsi merupakan proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia, melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, dan penciuman. Berkaitan dengan hasil penelitian, persepsi ibu-ibu balita tentang Posyandu dibentuk pula oleh lingkungan dan pengalaman ibu-ibu tersebut. Sebab itu, perlu diperhatikan pernyataan ibu-ibu yang mengatakan bahwa sarana di Posyandu belum lengkap dan pelayanan Posyandu belum memuaskan. Persepsi ibu-ibu balita sehubungan dengan sarana yang dimiliki oleh Posyandu mungkin harus diperhatikan. Hal ini ditunjukkan pula dari hasil penelitian Widiastuti dan Kristiani (2006) yang menunjukkan adanya pengaruh persepsi ibu balita tentang dukungan sarana terhadap pemanfaatan Posyandu.

Pada data tentang nilai-nilai ibu balita yang berkaitan dengan Posyandu ditemukan hal-hal yang menarik. Hanya sekitar 5% ibu-ibu yang memiliki anggapan bahwa balita akan sakit setelah diimunisasi di Posyandu. Pernyataan ini bisa juga berimplikasi bahwa ibu-ibu sudah mengetahui bahwa demam yang terjadi setelah diimunisasi bisa terjadi, jadi tidak disebabkan tempat di mana imunisasi itu dilakukan. Hanya sekitar 10% ibu-ibu yang menjadi responden yang memercayai bahwa Posyandu dapat berpengaruh kepada kesehatan dan tumbuhkembang balita. Artinya, sebagian besar ibu-ibu justru menyatakan


(35)

sebaliknya, yaitu tidak percaya Posyandu berpengaruh terhadap kesehatan dan tumbuhkembang balita. Akan tetapi, seluruh ibu-ibu menyatakan bahwa penting untuk melakukan kunjungan ke Posyandu sebulan sekali. Bahkan, pernyataan itu dikaitkan dengan keluarga mereka. Artinya, bisa jadi mereka akan menganjurkan anggota mereka yang menjadi ibu balita untuk datang rutin ke Posyandu. Hal itu tampaknya berkaitan dengan anggapan mereka bahwa mengikuti Posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita, 100% responden menyatakan hal ini. Begitu pun, mereka (sebanyak 95%) menganggap bahwa mengikuti Posyandu adalah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan balita.

Danandjaja (1985) menyatakan bahwa nilai memiliki kecenderungan untuk menetap walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. Pernyataan ibu-ibu tentang Posyandu yang dilandaskan pada nilai-nilai akan sangat sulit diubah. Akibatnya, pelayanan di Posyandu yang akan berdampak pada nilai yang dimiliki oleh ibu-ibu semestinya mendapat perhatian yang sangat baik dari para kader Posyandu. Pentingnya peran kader Posyandu ini sebagaimana disebutkan dalam hasil penelitian Widiastuti dan Kristini (2006), yang mengungkapkan bahwa motivasi kader Posyandu dapat meningkatkan pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita.


(36)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpukan hal-hal sebagai berikut.

Pertama, umumnya ibu-ibu balita yang dijadikan responden memiliki pengetahuan

tentang Posyandu, terbukti 85% responden menyatakan mengetahui manfaat posyndu. Kedua, seluruh ibu balita (100%) bersikap tetap datang ke Posyandu walaupun ibu merasa balitanya sehat. Hal ini menunjukkan ibu-ibu balita balita bersikap memanfaatkan posyandu setiap bulannya. Ketiga, ibu-ibu balita memiliki kepercayaan terhadap Posyandu terlihat dari keseluruhan responden (100%), mereka meyakini pemeriksaan yang ada di Posyandu penting dilakukan untuk menjaga kesehatan balita dan Posyandu dapat memberikan manfaat bagi kesehatan balita.

Keempat, masih ada ibu balita memiliki persepsi belum puas terhadap sarana

kesehatan yang digunakan di posyandu terlihat 7% responden merasa sarana kesehatan belum lengkap dan sesuai dengan jenis kegiatan. Kelima, nilai-nilai yang dimiliki oleh Ibu balita terhadap Posyandu juga mencerminkan akan kebutuhan Posyandu oleh Ibu-ibu balita terhadap tumbuh kembang balitanya, terlihat seluruh responden (100%) menyatakan Posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita. Posyandu sudah tidak menjadi asing lagi bagi ibu-ibu balita karena Posyandu sebagai wadah tempat memperoleh layanan kesehatan. Hal ini menunjukkan petugas Posyandu di wilayah Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat gencar melakukan kegiatan-kegiatan Posyandu.


(37)

2. Saran

2.1. Pelayanan Keperawatan

Dari hasil penelitian yang dilakukan disarankan pada pelayanan keperawatan dan kader-kader Posyandu agar mempertahankan atau meningkatkan lagi pelayanan yang mereka berikan kepada ibu-ibu balita agar mencapai kepuasan yang lebih bagus. Dengan demikian, kunjungan ibu-ibu balita ke Posyandu tetap ramai setiap dilaksanakan kegiatan Posyandu sehingga Ibu-ibu balita benar-benar dapat memanfaatkan pelayanan Posyandu setiap bulannya.

2.2. Profesi Keperawatan

Dari hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan menambah wawasan keilmuan dalam pemanfaatan Posyandu oleh Ibu-ibu balita, peningkatan layanan yang semakin baik akan membuat kepercayaan Ibu-ibu terhadap Posyandu akan semakin meningkat sehingga Posyandu akan menjadi ujung tombak kesehatan masyarakat. Sebab itu, para kader harus terus dilatih dan bekerja keras menghidupkan kegiatan-kegiatan di Posyandu

2.3. Penelitian Selanjutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan merupakan penelitian tentang pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita pada dua faktor lain sebagaimana terdapat dalam teori Green, yaitu faktor enabling (pendukung) dan faktor reinforcing (pendorong). Pada faktor enabling, misalnya, terdapat unsur biaya dan jarak yang diduga kuat akan mempengaruhi terhadap pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita. Demikian juga, pada faktor reinforcing, sikap kader Posyandu terhadap ibu-ibu balita akan mempengaruhi pula.


(38)

Selain itu, penelitian selanjutnya dapat pula merupakan penelitian lanjutan dengan mempergunakan instrumen penelitian yang dapat mengukur lebih tepat faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut. Instrumen yang dimaksud, misalnya, dapat berupa kuesioner dengan Skala Likert. Untuk pengetahuan digunakan instrumen penelitian berbentuk obction ( pilihan ganda). Dan, pada data identitas responden dicantumkan anak keberapa yang responden bawa saat berkunjung ke posyandu.


(39)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Pelayanan Kesehatan 1.1. Defenisi

Kata pelayanan diturunkan dari kata kerja melayani yang bermakna ‘membantu menyiapkan (mengurus) apa-apa yang diperlukan seseorang’(KBBI,2000). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2000), kata

pelayanan didefinisikan sebagai ‘perihal atau cara melayani’. Senada dengan

pengertian itu, Soetanto (dalam Mubarok, 2005) mengatakan bahwa pelayanan merupakan kegiatan dinamis berupa membantu menyiapkan, menyediakan, memproses, dan membantu keperluan orang lain.

Kata kesehatan didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia sebagai ‘keadaan (hal) sehat’. Kata sehat sendiri bermakna ‘baik seluruh badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit)’. Secara harfiah, pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai ‘perihal atau cara melayani seseorang yang berhubungan dengan keadaan (hal) sehat’ orang tersebut. Sebagai sebuah sistem, Lovey dan Loomba (dalam Mubarak, 2005) mengatakan bahwa sistem pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat.

Berdasarkan pengertian di atas, terlihat bahwa sistem pelayanan kesehatan akan memberikan kualitas pelayanan kesehatan yang efektif dengan melihat nilai-nilai yang ada di masyarakat. Dalam pelayanan keperawatan yang merupakan


(40)

bagian penting dalam pelayanan kesehatan, diharapkan juga pelayanan secara berkualitas dapat diberikan para perawat.

1.2.Bentuk Pelayanan Kesehatan

Ada lima bentuk pelayanan kesehatan sebagaimana dikatakan Notoadmodjo (2001). Kelima bentuk pelayanan kesehatan itu meliputi sistem pelayanan pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas), sistem pelayanan terpadu, pos obat desa (POD), Poliklinik desa (Polindes), dan perbaikan sanitasi lingkungan.

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu

Sistem merupakan suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan mempunyai suatu tujuan jelas. Komponen suatu sistem terdiri dari input, proses, output, effeck, outcome dan mekanisme umpan balik. Hubungan antara komponen-komponen sistem ini berlangsung secara aktif dalam suatu tatanan lingkungan (Muninjaya, 2004).

Input adalah sumber daya atau masukan yang dikonsumsi oleh suatu system.

Sumber daya suatu system adalah man, money, material, method, minute, dan

market, disingkat dengan 6M. Di dalam system Posyandu yang menjadi sumber

daya man (orang) adalah kelompok penduduk sasaran yang akan diberikan pelayanan, staf Puskesmas yang terdiri dari dokter, bidan dan perawat, staf kecamatan, kelurahan, kader, pemuka masyarakat dan sebagainya (Muninjaya, 2004)


(41)

Money adalah dana yang dapat digali dari swadaya masyarakat dan yang

disubsidi oleh pemerintah. Material adalah tersedianya sarana yang dibutuhkan seperti vaksin, jarum suntik, kartu menuju sehat (KMS), alat timbang, obat-obatan, oralit, alat keluarga berencana (KB) dan sebagainya. Method adalah teknik pelaksanaan kegiatan diantaranya cara penyimpanan vaksin, cara mencampur oralit, cara mencatat dan melaporkan data, cara memberikan penyuluhan dan sebagainya. Minute adalah waktu yang disediakan untuk suatu kegiatan yandu yang biasanya dilaksanakan sekali dalam sebulan, dan market adalah masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti lokasi kegiatan yandu, transport, sistem kepercayaan masyarakat dibidang kesehatan dan sebagainya (Muninjaya, 2004).

Proses yaitu semua kegiatan sistem. Melalui proses akan diubah input menjadi output. Proses dari sistem pelayanan terpadu adalah semua kegiatan pelayanan terpadu mulai dari persiapan bahan, tempat dan kelompok penduduk sasaran yang dilakukan oleh staf Puskesmas dan kader (Muninjaya, 2004).

Proses kegiatan di Posyandu dikenal dengan istilah “mekanisme lima meja”. Kegiatan di meja satu adalah pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Bagi balita yang sudah punya kartu menuju sehat (KMS) catat nama balita disecarik kertas dan diselipkan di KMS. Kemudian anjurkan ibu membawa anaknya ke meja dua untuk ditimbang. Bila balita belum memiliki KMS berikan KMS yang baru dan diisi lengkap. Untuk ibu menyusui,


(42)

PUS dan ibu hamil yang tidak membawa balita setelah didaftar lansung menuju meja empat (Depkes, 1997).

Kegiatan di meja tiga adalah pencacatan. Catat hasil penimbangan berat badan balita di KMS dengan cara menarik garis putus-putus tegak sesuai dengan bulan penimbangan dan garis putus-putus datar sesuai dengan hasil penimbangan dan kilogram. Pertemuan pada kedua garis-garis putus tersebut ditandai dengan menulis titik (Depkes, 1997).

Kegiatan di meja empat adalah penyuluhan mengenai KB, imunisasi, diare, perbaikan gizi, pentingnya air susu ibu (ASI), dan pentingnya vitamin A dan zat besi. Kemudian pemberian makanan tambahan misalnya pemberian bubur kacang hijau, pemberian vitamin A, oralit dan tablet zat besi (Depkes, 1997).

Mencatat pada KMS anak dengan memperhatikan umur dan berat badan anak. Kemudian, memberikan penyuluhan kepada ibu balita berdasarkan hasil penimbangan berat badan anaknya, pentingnya makanan bergizi, pentingnya imunisasi, pentingnya vitamin A bagi anak, dan bahaya diare pada anak. Untuk ibu hamil diberikan penyuluhan tentang pentingnya imunisasi TT, makan lebih banyak 1-2 piring dari sebelum hamil, pencegahan anemi dan sebagainya. Bagi PUS diberikan penyuluhan mengenai keluarga berencana (KB) dan bagi ibu menyusui diberikan penyuluhan tentang ASI eklusif, jika ASI tidak keluar atau keluarnya sedikit, anjurkan ibu untuk memeriksakan diri ke Puskesmas (Depkes, 1997).


(43)

Kegiatan di meja lima adalah pemberian imunisasi diantaranya BCG, Campak, DPT, Hepatitis B, dan Polio. Selanjutnya pemeriksaan kehamilan, pelayanan KB, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan. Untuk meja satu sampai meja empat dilaksanakan oleh kader kesehatan, tetapi untuk meja lima dilaksanakan oleh petugas kesehatan di antaranya; dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.

Output yaitu hasil langsung (keluaran) suatu sistem, yang menjadi output

dalam sistem pelayanan terpadu adalah produk program yandu. Dalam hal ini yang dimaksud dengan produk adalah cakupan kelima program yandu untuk masing-masing kelompok penduduk sasaran. Cakupan program yandu terdiri dari jumlah anak yang ditimbang, jumlah bayi dan ibu hamil yang imunisasi, jumlah pasangan usia subur (PUS) yang diberikan pelayanan KB (Muninjaya, 2004).

Effeck yaitu hasil tidak langsung yang pertama dari proses suatu sistem.

Pada umumnya efek suatu sistem dapat dikaji pada perubahan pengetahuan, sikap perilaku kelompok masyarakat yang dijadikan sasaran program. Outcome sistem pelayanan terpadu adalah penurunan kesakitan dan kematian bayi akibat penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, penurunan fertilitas pasangan usia subur (PUS), dan jumlah balita yang kurang gizi dan sebagainya. Turunnya angka kematian bayi, angka kematian ibu adalah outcome sistem pelayanan terpadu yang penting karena keduanya merupakan indikator yang paling peka untuk menentukan stastus kesehatan masyarakat (Muninjaya, 2004).


(44)

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Pemanfaatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas/tenaga kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan kesehatan tersebut. Untuk melihat sejauh mana pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh masyarakat diperlukan evaluasi yang cermat agar dapat ditelaah dan dicari jalan keluar yang sesuai sehingga diharapkan pemanfaatan pelayanan kesehatan akan lebih baik pada masa yang akan datang (Azwar, 1999 dalam skripsi Damanik, 2008).

Menurut Azwar (1996), suatu pelayanan kesehatan harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok yang dimaksud adalah persyaratan pokok yang dapat memberi pengaruh kepada masyarakat dalam menentukan pilihannya terhadap penggunaan jasa pelayanan kesehatan, antara lain :

(1) Ketersediaan dan Kesinambungan Pelayanan

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat berkesinambungan. Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan. Serta keberadaannya dalam masyrakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan. (2) Dapat Diterima dan Wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah dapat diterima oleh masyarakat serta bersifat wajar. Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta adat istiadat dan kebudayaan masyarakat.


(45)

(3) Mudah Dicapai

Syarat pokok ketiga adalah mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat-alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan.

(4) Mudah Dijangkau

Syarat pokok keempat adalah mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksud di sini terutama sedikit biaya, untuk dapat mewujudkannya harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

(5) Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu yaitu yang menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang di satu pihak dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan dan di pihak lain tata cara penyelenggaraan sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

2. POSYANDU (Pos Pelayanan Terpadu)

Posyandu merupakan suatu strategi yang tepat untuk melakukan intervensi pembinaan kelangsungan hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Posyandu yang merupakan kegiatan oleh masyarakat akan menimbulkan komitmen masyarakat, terutama para ibu, dalam menjaga kelestarian hidup serta


(46)

tumbuh kembang anak, dengan alih teknologi dari pemerintah. Dengan demikian masyarakat tidak selalu bergantung pada pemerintah, dan suatu saat nanti akan mandiri. Kemudian, masyarakat akan membawa dampak kemandirian keluarga, ibu dan individu (Syafrudin, 2009).

2.1. Defenisi Posyandu

Kegiatan di Posyandu merupakan kegiatan nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, kader-kader kesehatan yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari Puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar. Karena, Posyandu adalah forum yang menjembatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang profesional kepada masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

Dalam pengembangannya Posyandu dapat dibina menjadi suatu forum komunikasi dan pelayanan di masyarakat, antara sektor yang memadukan kegiatan pembangunan sektoralnya dengan kegiatan masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam menemukan dan memecahkan masalahnya dengan ahli teknologi (Nasution, 1997). Hal sependapat juga di kemukakan oleh Effendi (1998) Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat oleh dana untuk masyarakat yang mempunyai nilai strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini.


(47)

Selain ikut berperan dalam peningkatan kesehatan, masyarakat juga dapat melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan aktivitas Posyandu. Hal ini sesuai dengan wacana yang dikembangkan pemerintah yaitu model pembangunan partisipasi dimana pentingnya pemberdayaan masyarakat (Soetedjo, 2005).

Menurut Effendi (1998) kehadiran Posyandu merupakan salah satu bentuk penerapan dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan tidak melupakan upaya kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Posyandu adalah merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program prioritas secara terpadu pada satu tempat dan pada waktu yang sama guna meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Ekasari, 2007).

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Departemen Kesehatan (1988 dalam Ekasari, 2007) telah merumuskan bahwa tujuan penyelenggaraan Posyandu adalah untuk (1) Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita, dan angka kelahiran (2) Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) kemudian, (3) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan yang menunjang kesehatan, dan (4) Meningkatkan


(48)

kemampuan masyarakat untuk melaksanakan kegiatan lainnya yang menunjang, sesuai dengan kebutuhan.

Untuk mencapai tujuan di atas tentunya sangat tergantung pada upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan sejauh mana peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program Posyandu. Salah satu upaya pemerintah untuk mencapai tujuan Posyandu adalah revitalisasi Posyandu. Hakekat dilaksanakannya revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat (Soedirdja, 2001).

Posyandu sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi masyarakat dan tempatnya ditentukan sendiri oleh masyarakat. Dengan demikian, kegiatan Posyandu dapat dilaksanakan di pos pelayanan yang sudah ada, di rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RW/RT atau di tempat khusus yang dibangun oleh masyarakat. Sasaran utama penyelengaraan Posyandu adalah bayi/balita, ibu hamil/ibu menyusui, dan Wanita Usia Subur (WUS) atau Pasangan Usia Subur (PUS) (Ekasari, 2007).

Penyelenggaraan Posyandu dilakukan dengan “pola lima meja”, yaitu : Meja (1) pendaftaran, kemudian pada meja (2) dilakukan penimbangan bayi dan anak balita, Ibu hamil, atau WUS. Selanjutnya pada meja (3) pengisian KMS (Kartu Menuju Sehat) dan meja (4) penyuluhan perorangan, antara lain : Terhadap balita yaitu dilakukan berdasarkan hasil penimbangan, apakah berat badannya naik atau tidak naik, diikuti dengan pemberian makanan tambahan, pemberian oralit dan vitamin A dosis tinggi. Kemudian terhadap ibu hamil yang resiko tinggi, diikuti dengan pemberian pil tambah darah (tablet besi) untuk mencegah


(49)

anemia dan terhadap PUS agar menjadi peserta KB lestari, diikuti dengan pemberian kondom, pil ulangan atau tablet busa. Selanjutnya yang terakhir meja (5) pelayanan teknis kesehatan, meliputi : pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan Pengobatan (Ekasari, 2007).

2.3. Program dan Sasaran Posyandu

Program Posyandu yang (1) adalah KIA. Indikator yang strategis untuk mewakili kegiatan pokok KIA adalah pemeriksaan ibu hamil dan cakupan TT2, mengamati perkembangan dan pertumbuhan anak-anak balita, memberikan nasehat tentang makanan, mencegah timbulnya masalah gizi karena kekurangan protein dan kalori dan memperkenalkan jenis makanan tambahan, memberikan pelayanan KB kepada PUS, merujuk ibu-ibu atau anak-anak yang memerlukan pengobatan, mengadakan latihan untuk dukun bersalin. Kemudian (2) adalah KB. Mengadakan penyuluhan KB, baik di Puskesmas maupun pada saat mengadakan kunjungan rumah, Posyandu, pertemuan dengan kelompok-kelompok masyarakat di dusun (PKK, dasa wisma, dsb). Termasuk dalam kegiatan untuk PUS, menyediakan alat-alat kontrasepsi, mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para dukun bersalin. Dukun diharapkan bisa dan bersedia menjadi motivator KB untuk ibu-ibu yang mencari pertolongan pelayanan dukun.

Selanjutnya (3) P2M (Pemberantasan Penyakit Menular) yang merupakan survei epidemiologi untuk menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk memberikan perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah terjadi penularan penyakit seperti TBC,


(50)

Tetanus, Difteri, Batuk rejan (pertusis), Polio Nyelitis, Campak dan Hepatitis B, pemberantasan vektor dilakukan dengan penyemprotan menggunakan insektisida,

Fogging dan abatisasi untuk DHF, Oiling, Drynage, genangan air, dan perbaikan

sistem pembuangan sampah untuk pemberantasan malaria. Dan (4) Upaya Peningkatan Gizi yaitu untuk memantau pertumbuhan anak melalui penimbangan anak secara rutin setiap bulan, di Puskesmas atau di Pos timbangan/Posyandu. Melakukan pemeriksaan HB dan BB ibu hamil secara rutin, mengembangkan kegiatan perbaikan gizi, bekerja sama dengan masyarakat setempat, sektor agama, pertanian, peternakan dan penerangan yang ada ditingkat kecamatan, masyarakat, pembagian Vitamin A untuk bayi 2x setahun, tablet besi untuk ibu hamil bersifat suplemen dan pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing (Syafrudin, 2009).

Sasaran Posyandu adalah (1) Ibu Hamil, (2) Ibu Menyusui, (3) Pasangan Usia Subur (PUS) dan (4) Balita.

2.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ibu balita dalam memanfaatkan Posyandu. Menurut Green (1980 dalam Kresno, 2008) pemanfaatan pelayanan kesehatan khususnya Posyandu dapat dilihat dari tiga komponen, yaitu (1) Faktor predisposisi yaitu seseorang yang menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor ini menggambarkan karakteristik seseorang yang sudah ada sebelum ia memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga komponen ini menjadi dasar atau motivasi bagi seseorang untuk berperilaku dalam


(51)

memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai-nilai.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca indra yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt

behavior) (Notoadmodjo, 2003).

Notoadmodjo (2003) mendefinisikan sikap sebagai kesiapan seseorang untuk bertindak tertentu pada situasi tertentu, dalam sikap positif. Kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan mengharapkan objek tertentu, sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci dan tidak sama dengan menyukai objek tertentu. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau mood untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan sosial. Dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi (Walgito, 2003).

Kepercayaan adalah suatu sejarah, proses dependen yang didasarkan pada contoh-contoh pengalaman yang relevan namun terbatas. Dibutuhkan waktu untuk dibentuk, dibangun bertahap dan terakumulasi. Dalam kepercayaan terdapat


(52)

bukti-bukti yang ada, yaitu merujuk pada lima dimensi: (1) Integritas, yaitu merujuk pada kejujuran dan kebenaran, (2) Kompetensi meliputi pengetahuan serta keahlian teknis dan antar personal, (3) Konsistensi berkaitan dengan keandalan, prediktabilitas, dan penilaian yang baik pada diri seseorang dalam menangani sesuatu, (4) Kesetiaan yaitu kesediaan untuk melindungi dan menyelamatkan orang lain, dan (5) Keterbukaan yaitu keyakinan untuk mengatakan kepada seseorang tentang kebenaran yang sesungguhnya (Robbins, 2008).

Menurut Stephen P. Robbins dan Timothi A. Judge (2009), kepercayaan dimaknai sebagai “a positive expectation that another will not through words,

action, or dicisions act opportuniscally”. Dalam pendapat tersebut terlihat bahwa

kepercayaan merupakan suatu harapan positif bahwa yang lain tidak akan mengambil kesempatan melalui kata-kata, tindakan atau keputusan. Jerald Greenberg (2010) berpendapat bahwa kepercayaan “are referring to a person’s

degree of confidence in the words and actions of another.” Jadi, menurut

Greenberg, kepercayaan mengacu kepada derajat kepercayaan diri seseorang terhadap kata-kata atau tindakan orang lain. Dalam kaitan tersebut, tampak bahwa kepercayaan punya hubungan interpersonal. Sebab itu, menurut Jerald Greenberg terdapat dua jenis kepercayaan, yaitu calculus based trust dan identification based

trust.

Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere yang artinya ‘menerima’, kata ini menjadi bahasa Inggris perception yang berarti ‘pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian’. Persepsi adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau kepercayaan langsung terhadap sesuatu


(53)

(Komaruddin, 2000). Persepsi adalah proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu (Bimo,2001 dalam Sunaryo, 2004).

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium (Slameto, 2003). Menurut Neufeldt (1996) persepsi adalah pemahaman, pengetahuan, dan lain-lain, yang diperoleh dengan merasakan atau mengobservasi ide, konsep, kesan, dan lain-lain.

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berpikir. Pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya sangat subjektif (Roger, 1965 dikutip dari Walgito 2004)

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Nilai sebagai sesuatu yang lebih diinginkan harus dibedakan dengan yang hanya “diinginkan”, di mana “lebih diinginkan” mempengaruhi seleksi berbagai modus tingkah laku yang mungkin dilakukan individu atau mempengaruhi pemilihan tujuan akhir tingkah laku (Kluckhohn


(54)

dalam Rokeach, 1973). “Lebih diiginkan” ini memiliki pengaruh lebih besar dalam mengarahkan tingkah laku, dan dengan demikian maka nilai menjadi tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Jadi, nilai memiliki kecendrungan untuk menetap, walaupun masih mungkin berubah oleh hal-hal tertentu. salah satunya adalah bila terjadi perubahan sistem nilai budaya di mana individu tersebut menetap (Danandjaja, 1985).

Kemudian (2) Faktor enabling (pendukung) seseorang untuk menggunakan layanan kesehatan, dimana biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku pengguna atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Hal ini terwujud dalam lingkungan fisik dan tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan. Dan (3) Faktor reinforcing (pendorong) yang hal ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.5.Kader Posyandu

Menurut WHO (1995 dalam Yulifah dkk, 2009) kader Posyandu adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perorangan maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kriteria kader Posyandu antara lain sebagai berikut: (1) Diutamakan berasal dari anggota masyarakat setempat, (2) Dapat membaca dan menulis huruf latin, (3) Mempunyai jiwa pelopor, pembaharu dan penggerak masyarakat, dan (4) Bersedia bekerja sukarela, memiliki kemampuan dan waktu luang (Depkes, 2008).


(55)

Kader Posyandu mempunyai tugas yang cukup banyak. Tugas-tugas kader dalam rangka menyelenggarakan Posyandu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:

(1) Tugas kader pada saat persiapan hari buka Posyandu yaitu menyiapkan alat penimbangan bayi, kartu menuju sehat, alat peraga serta alat-alat dan obat-obatan yang dibutuhkan dalam kegiatan pelayanan Posyandu.

(2) Tugas kader pada hari buka Posyandu disebut juga dengan tugas pelayanan pada lima meja yaitu meja (1) mendaftar bayi atau balita dengan menuliskan nama balita pada KMS, kemudian mendaftar ibu hamil dengan menuliskan nama ibu hamil pada formulir atau register ibu hamil. Meja (2) menimbang bayi atau balita kemudian mencatat hasilnya pada kertas. Meja (3) memindahkan hasil penimbangan bayi atau balita dari kertas ke dalam KMS. Meja (4) menjelaskan data KMS kepada ibu balita, membarikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan mengacu pada data KMS dan meja (5) merupakan kegiatan pelayanan sektor yang dilakukan oleh petugas kesehatan.

(3) Tugas kader setelah membuka Posyandu meliputi memindahkan catatan-catatan pada KMS ke dalam buku register, kemudian menilai hasil kegiatan dan merencanakan kegiatan hari Posyandu bulan berikutnya serta, kegiatan kunjungan rumah sekaligus memberikan tindak lanjut dan mengajak ibu-ibu datang ke Posyandu pada kegiatan bulan berikutnya (Yulifah dkk, 2009).


(56)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya untuk menyelenggarakan lima program prioritas secara terpadu pada satu tempat yang sama guna meningkatkan kemampuan masyarakat agar hidup sehat (Ekasari, 2007). Meskipun Posyandu bersumber daya masyarakat, pemerintah tetap ikut andil terutama dalam hal penyediaan bantuan teknis dan kebijakan.

Melalui Posyandu, diharapkan terjadinya peningkatan status gizi anak dan teridentifikasinya dengan cepat kasus kurang gizi pada anak dan kasus lain-lain di beberapa provinsi di Indonesia (Kresno, 2008). Pada saat ini pemerintah sudah mempersiapkan langkah dan strategi untuk mengembalikan fungsi dan kinerja Posyandu agar layanan kesehatan dasar masyarakat tercapai.

Berdasarkan hasil kunjungan ke Posyandu, ternyata Posyandu belum sepenuhnya diterima oleh masyarakat sebagai tempat mengupayakan pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi anak. Fungsi dan kinerja Posyandu secara umum masih belum menunjukkan hasil yang optimal. Terbukti masih banyak orang tua balita yang belum memanfaatkan pelayanan Posyandu. Selama ini para orang tua enggan untuk mengikuti kegiatan Posyandu di desanya. Keengganan ini disebabkan beberapa alasan, misalnya, Posyandu tidak bisa


(57)

menyembuhkan anak sakit dan orang tua sendiri kurang mendapatkan informasi yang cukup tentang Posyandu.

Selama satu dekade terakhir terjadi penurunan cakupan kedatangan ibu yang membawa balitanya ke Posyandu. Data yang paling kuat diperoleh dari temuan Indonesia Family Life Survey (IFLS) di mana terjadi penurunan sebesar 12% terhadap penggunaan Posyandu baik oleh balita laki-laki maupun oleh balita perempuan tahun 2000. Selain cakupan, kualitas layanan dari Posyandu itu sendiri juga menurun yang dengan indikasi adanya 14% penurunan cakupan pemantauan pertumbuhan dari tahun 1997-2000, serta rendahnya kepemilikan KMS hanya sebesar 24% pada kurun waktu yang sama (Marks, 2003 dalam Gizikesmas, 2007).

Dari data IFLS diketahui bahwa pada saat terjadi penurunan cakupan Posyandu, pemanfaatan terhadap layanan kesehatan pribadi atau swasta meningkat dengan cakupan signifikan. Penggunaan bidan praktek meningkat sebesar 100%. Angka ini mengindikasikan kecendrungan masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan hanya saat mereka merasa membutuhkan, utamanya saat mereka sakit, bukan untuk mendapatkan layanan pemantauan kesehatan gizi seperti yang diberikan di Posyandu. Keadaan ini dimungkinkan karena pergeseran kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan, sehingga Posyandu ditinggalkan, dan masyarakat beralih ke layanan kesehatan pribadi ataupun swasta (Gizikesmas, 2007).

Berdasarkan data yang di peroleh dari Puskesmas Johan Pahlawan, kegiatan Posyandu 2011, dari 4.092 balita yang ada, jumlah balita yang mempunyai Kartu


(58)

Menuju Sehat (KMS) sebanyak 2.915 balita ( 71,2%), yang mendapatkan penimbangan sebanyak 682 balita ( 16,7%) balita dan terdapat 4 orang balita Bawah Garis Merah (BGM). Belum diketahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pemanfaatan Posyandu di wilayah Puskesman Johan Pahlawan oleh ibu-ibu balita di wilayah tersebut.

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada pemanfaatan pelayanan Posyandu adalah seperti tempat tinggal, jadwal kegiatan Posyandu, ibu bekerja, sikap, dan persepsi ibu tentang Posyandu, serta pelayanan oleh petugas Posyandu. Penelitian Anderson (1974), misalnya, mengungkapkan bahwa pemanfaatan pelayanan Posyandu oleh ibu-ibu balita bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti waktu, pekerjaan, tempat tinggal dan persepsi-persepsi masyarakat.

Keberadaan Posyandu di tengah-tengah masyarakat mungkin perlu dievaluasi kembali. Pengevaluasian itu dapat dilakukan setelah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu. Untuk mengetahui hal itu perlu sebuah penelitian. Salah satunya adalah penelitian ini. Meskipun penelitian ini hanya meneliti pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat, tetapi diharapkan dapat mengungkapkan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita.


(59)

2. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

3. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap pemanfaatan Posyandu oleh ibu-ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

4. Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan deskripsi secara mendalam dan menyeluruh tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatanan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Sehubungan dengan itu, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat secara teoritis dan praktis, sebagai berikut :

4.1 Bagi Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian lanjutan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.


(60)

4.2 Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan dan Keperawatan

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita, serta partisipasi kunjungan ibu balita ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

4.3 Bagi Instansi Pendidikan

Menjadi sumber referensi mahasiswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.


(61)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

Nama : Dwi Maulidar

Nim : 101121049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan jumlah sampel 40 orang dan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Dari 22 Posyandu dipilih dua Posyandu. Hasil penelitian menunjukkan 22,5% responden tidak tahu pola penyelenggaraan posyandu dengan pola lima meja, 15% responden menyatakan tidak tahu jika sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Ibu balita bersikap tetap datang ke posyandu walaupun merasa balitanya sehat (100%), menyatakan mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh posyandu secara rutin (100%), para ibu tetap menyempatkan membawa balita ke posyandu, mendukung kegiatan posyandu dengan alasan posyandu dapat meningkatkan kesehatan balita (90%), sekitar 95% ibu-ibu memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke posyandu tidak mengganggu pekerjaannya, 100% ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita, semua responden menyatakan bahwa mengikuti posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita (100%). Penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya agar mengkaji faktor pendukung dan pendorong pada teori Green, serta menggunakan instrumen penelitian yang lebih tepat, seperti kuesioner berbentuk Skala Likert.


(62)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU BALITA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN

KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN

KABUPATEN ACEH BARAT

DWI MAULIDAR

SKRIPSI

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(63)

(64)

PRAKATA

Segala puji kehadirat Allah swt atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1) Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara tahun 2011 dengan judul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu perkenankan peneliti menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU, Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku pembimbing, yang telah mengarahkan dan memberi masukan serta saran dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya Kepala Puskesmas Johan Pahlawan yang telah memberikan izin survey awal kepada peneliti untuk pembuatan skripsi ini, kepada keluarga besar yang teristimewa Ayahanda H.Ansharullah, S.Sos, Ibunda Hj. Rusmiati AR, Aan Muhammady, S.SS, Rachmi Mulyani yang telah memberikan doa, dukungan, motivasi serta perhatian dan kesabaran kepada peneliti. Terimakasih kepada Kesuma Atmaja, Amd.Kep atas kesabaran, perhatian, dukungan, canda tawa yang diberikan. Untuk Koko terimakasih yang tak terhingga atas ilmu, doa, motivasi, perhatian, canda tawa dan waktu yang koko berikan. Teman-teman seperjuangan kak Lia, Kak Nurul, Kak Teti, Bang Imran, Bang Muzakar yang tak jemu memberikan motivasi kepada peneliti dan bersama peneliti baik dalam suka


(65)

maupun duka, serta teman-teman S1 Keperawatan program Ekstensi pagi Fakultas Keperawatan USU angkatan 2010/2011 yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih memerlukan masukan dan penyempurnaan agar lebih baik. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait, khususnya dalam pengembangan praktek keperawatan komunitas, di masa kini dan masa yang akan datang.

Medan, 27 Januari 2012


(66)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Permasalahan ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Sistem Pelayanan Kesehatan ... 6

1.1. Defenisi... 6

1.2. Bentuk Pelayanan Kesehatan ... 7

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu... 7

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 10

2. Posyandu ... 12

2.1. Defenisi Posyandu ... 13

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu... 14

2.3. Program dan Sasaran Posyandu ... 16

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu ... 17

2.5. Kader Posyandu ... 21

Bab 3. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

1. Kerangka Kerja Penelitian ... 23

2. Definisi Konseptual ... 24

3. Definisi Operasional ... 24

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 26

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel ... 26


(67)

2.2. Sampel ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

7. Pengumpulan Data ... 30

8. Analisa Data ... 30

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 32

1. Hasil Penelitian... 32

2. Pembahasan ... 40

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 46 Daftar Pustaka

Lampiran – Lampiran 1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Master Tabel Penelitian 4. Hasil Uji Reliabilitas

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 6. Surat izin penelitian dari Puskesmas Johan Pahlawan 7. Surat telah menyelesaikan penelitian

8. Jadwal Kegiatan Skripsi 9. Rincian Dana


(68)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka kerja penelitiantentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan posyandu oleh Ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan pahlawan Kecamatan


(69)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40) ... 32 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Pengetahuan Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 34 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap

Sikap Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 35 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Kepercayaan Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 36 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan persepsi

Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 37 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan nilai-

nilai Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja


(1)

maupun duka, serta teman-teman S1 Keperawatan program Ekstensi pagi Fakultas Keperawatan USU angkatan 2010/2011 yang telah memberikan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Peneliti menyadari, bahwa penyusunan skripsi ini masih memerlukan masukan dan penyempurnaan agar lebih baik. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terkait, khususnya dalam pengembangan praktek keperawatan komunitas, di masa kini dan masa yang akan datang.

Medan, 27 Januari 2012


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Skema ... vii

Daftar Tabel ... viii

Abstrak ... ix

Bab 1. Pendahuluan ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Permasalahan ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... 6

1. Sistem Pelayanan Kesehatan ... 6

1.1. Defenisi... 6

1.2. Bentuk Pelayanan Kesehatan ... 7

1.3. Sistem Pelayanan Terpadu... 7

1.4. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 10

2. Posyandu ... 12

2.1. Defenisi Posyandu ... 13

2.2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu... 14

2.3. Program dan Sasaran Posyandu ... 16

2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu ... 17

2.5. Kader Posyandu ... 21

Bab 3. Kerangka Konsep Penelitian ... 23

1. Kerangka Kerja Penelitian ... 23

2. Definisi Konseptual ... 24

3. Definisi Operasional ... 24

Bab 4. Metodologi Penelitian ... 26

1. Desain Penelitian ... 26

2. Populasi dan Sampel ... 26

2.1. Populasi ... 26


(3)

2.2. Sampel ... 26

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

4. Pertimbangan Etik ... 27

5. Instrumen Penelitian ... 28

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 29

7. Pengumpulan Data ... 30

8. Analisa Data ... 30

Bab 5. Hasil dan Pembahasan ... 32

1. Hasil Penelitian... 32

2. Pembahasan ... 40

Bab 6. Kesimpulan dan Saran ... 45

1. Kesimpulan ... 45

2. Saran ... 46 Daftar Pustaka

Lampiran – Lampiran 1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian 3. Master Tabel Penelitian 4. Hasil Uji Reliabilitas

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 6. Surat izin penelitian dari Puskesmas Johan Pahlawan 7. Surat telah menyelesaikan penelitian

8. Jadwal Kegiatan Skripsi 9. Rincian Dana


(4)

DAFTAR SKEMA

Halaman Skema 1. Kerangka kerja penelitiantentang faktor-faktor yang

mempengaruhi pemanfaatan posyandu oleh Ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan pahlawan Kecamatan

Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 23


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

karakteristik responden di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat (n=40) ... 32 Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Pengetahuan Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 34 Tabel 3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap

Sikap Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Johan pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 35 Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan

Kepercayaan Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 36 Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan persepsi

Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ... 37 Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan nilai-

nilai Ibu balita terhadap pemanfaatan posyandu di wilayah kerja


(6)

Judul : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

Nama : Dwi Maulidar

Nim : 101121049

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun Akademik : 2011/2012

Abstrak

Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dibentuk dan dikelola oleh masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor, dan lembaga terkait lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan Posyandu oleh ibu balita di wilayah kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Aceh Barat. Desain penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif dengan jumlah sampel 40 orang dan teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Dari 22 Posyandu dipilih dua Posyandu. Hasil penelitian menunjukkan 22,5% responden tidak tahu pola penyelenggaraan posyandu dengan pola lima meja, 15% responden menyatakan tidak tahu jika sasaran Posyandu itu adalah balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur. Ibu balita bersikap tetap datang ke posyandu walaupun merasa balitanya sehat (100%), menyatakan mengikuti penyuluhan yang diadakan oleh posyandu secara rutin (100%), para ibu tetap menyempatkan membawa balita ke posyandu, mendukung kegiatan posyandu dengan alasan posyandu dapat meningkatkan kesehatan balita (90%), sekitar 95% ibu-ibu memiliki persepsi bahwa pemeriksaan ke posyandu tidak mengganggu pekerjaannya, 100% ibu-ibu meyakini bahwa keberadaan posyandu bermanfaat bagi kesehatan balita, semua responden menyatakan bahwa mengikuti posyandu dapat memberikan solusi kesehatan balita (100%). Penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya agar mengkaji faktor pendukung dan pendorong pada teori Green, serta menggunakan instrumen penelitian yang lebih tepat, seperti kuesioner berbentuk Skala Likert.

Kata Kunci : Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu


Dokumen yang terkait

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita Diwilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

1 84 70

Inisiasi Menyusu Dini Dan Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif Di Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat

0 39 156

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 9

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 1

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 5

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 17

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 0 3

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu oleh Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Johan Pahlawan, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat

0 1 11

Faktor- faktor yang Mempengaruhi Sanitasi Pasar Bina Usaha Di Gampong Ujong Kalak Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat Tahun 2014 - Repository utu

0 1 43

KESIAPAN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP PENERAPAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN DI PUSKESMAS JOHAN PAHLAWAN KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN KABUPATEN ACEH BARAT SKRIPSI

0 0 61