Dukungan Keluarga Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUP.H.Adam Malik Medan

16

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keluarga
Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran,
dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Friedman, 2010). Setiadi (2008) mengatakan bahwa keluarga
adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat penting untuk membentuk
kebudayaan yang sehat. Friedman (2010) juga menyebutkan bahwa keluarga
adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh kebersamaan dan kedekatan
emosional serta yang mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.
Definisi lain dari keluarga menurut U.S Bureau of the Census dalam Friedman
(2010) adalah terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan
pernikahan, darah atau adopsi dan tinggal didalam suatu rumah tangga yang sama.
Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah sekumpulan orang yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, atau
adopsi yang biasanya hidup bersama atau jika terpisah


mereka tetap saling

memberikan perhatian, berinteraksi satu sama lain yang bertujuan untuk
menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik,
psikologis dan sosial anggota keluarga.

9

Universitas Sumatera Utara

17

2.1.1. Tipe-tipe keluarga
Tipe keluarga yang bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang
mengelompokkan dalam Setiadi (2008) terdiri atas:
a.

Secara Tradisional
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu: (a) Keluarga


Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.

(b) Keluarga Besar

(Extended Family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi)
b.

Secara Modern (berkembangnya peran individu dan berkembangnya rasa

individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain diatas adalah: (a)
Tradisional Nuclear adalah keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam satu ikatan perkawinan, satu atau
keduanya dapat bekerja diluar rumah. (b) Reconstituted Nuclear adalah
pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri,
tinggal dalam pembentukan dalam satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu
bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan baru, satu/keduanya
dapat bekerja diluar rumah. (c) Niddle Age/ Aging Couple adalah Suami sebagai
pencari uang, istri dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah

meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir. (d) Dyadic Nuclear
adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang keduanya
atau salah satunya bekerja diluar rumah. (e) Single Parent adalah satu orang tua
sebagai akibat perceraian atau kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat

Universitas Sumatera Utara

18

tinggal dirumah atau diluar rumah. (f) Dual Carrier adalah suami istri atau
keduanya orang karir atau tidak mempunyai anak. (g) Commuter Married adalah
suami istri atau keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.
Keduanya saling mencari pada waktu tertentu.(h) Single Adult adalah wanita atau
pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin. (i)
Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah. (j)
Institusional Adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu

panti-panti. (k) Comunal adalah satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan
yang monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaann
fasilitas. (l) Group Marriage adalah satu perumahan terdiri dari orang tua dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin
dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak. (m) Unmarried
Parent and Child adalah ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi. (n) Cohibing Coiple adalah dua orang atau satu pasangan yang
tinggal bersama tanpa kawin. (o) Gay and Lesbian Family adalah Keluarga yang
dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama.
Gambaran tentang bentuk keluarga

diatas ini melukiskan banyaknya

bentuk sruktur yang menonjol dalam keluarga saat ini, yang penting adalah
keluarga harus dipahami dalam konteksnya, label dan jenisnya hanya berfungsi
sebagai referensi bagi penataan kehidupan keluarga dan sebuah kerangka kerja
serta setiap upaya perlu memperhatikan keunikan dari setiap keluarga.

Universitas Sumatera Utara

19


2.1.2. Fungsi Keluarga
Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah sebagai
berikut: (a) Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang
lain. (b) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih
anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan
dengan orang lain diluar rumah. (c) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk
mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. (d) Fungsi
ekonomi adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara
ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam
meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (e) Fungsi
perawatan/pemeliharaan kesehatan adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
Fungsi keluarga menurut UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 tahun 1994
dalam Setiadi (2008) adalah sebagai berikut:
1) Fungsi keagamaan: (a) Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar
dan tujuan hidup seluruh anggota keluarga. (b) Menerjemahkan agama dalam
tingkah laku hidup sehari-hari kepada seluruh anggota keluarga. (c)
Memberikan contoh konkrit


dalam hidup sehari-hari dalam pengamalan

dalam ajaran agama. (d) Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar
anak tentang keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau
masyarakat. (e) Membina rasa, sikap dan praktik kehidupan keluarga
beragama sebagai fondasi menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

Universitas Sumatera Utara

20

2) Fungsi budaya: (a) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
meneruskan norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan. (b) Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk
menyaring norma dan budaya asing yang tidak sesuai. (c) Membina tugastugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya mencari pemecahan
masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi dunia. (d) Membina tugastugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat berperilaku yang baik
sesuai dengan norma Indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi. (e)
Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang dengan budaya
masyarakat atau bangsa untuk menjunjung terwujudnya norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera.

3) Fungsi cinta kasih: (a) Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang
telah ada antar anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata secara
optimal dan terus menerus. (b) Membina tingkah laku saling menyayangi
baik antar anggota keluarga secara kuantitatif atau kualitatif. (c) Membina
praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan rohani dalam keluarga
secara serasi, selaras, dan seimbang. (d) Membina rasa, sikap,dan praktik
hidup keluarga yang mampu memberikan dan menerima kasih sayang sebagai
pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
4) Fungsi perlindungan: (a) Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga
baik dari rasa tidak aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga.
(b) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar. (c) Membina dan

Universitas Sumatera Utara

21

menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal menuju keluarga
kecil bahagia dan sejahtera.
5) Fungsi reproduksi: (a) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana

pendidikan reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi
keluarga disekitarnya. (b) Memberikan contoh pengamalan kaidah-kaidah
pembentukan keluarga dalam hal usia, pendewasaan fisik, maupun mental. (c)
Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan dengan
waktu melahirkan, jarak antara 2 anak dan jumlah ideal anak yang diinginkan
dalam keluarga. (d) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai
modal yang kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
6) Fungsi

sosialisasi:

(a)

Menyadari,

merencanakan

dan

menciptakan


lingkungan keluarga sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama
dan utama. (b) Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan
keluarga sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dari berbagai
konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik lingkungan sekolah maupun
masyarakat. (c) Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang halhal yang diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik
dan mental), yang kurang diberikan lingkungan sekolah maupun masyarakat.
(d) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja dapat bermanfaat perkembangan dan kematangan hidup
bersama menuju keluarga kecil dan sejahtera.
7) Fungsi ekonomi: (a) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun
didalam lingkungan keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan
perkembangan kehidupan keluarga. (b) Mengelola ekonomi keluarga

Universitas Sumatera Utara

22

sehingga terjadi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara pemasukan
dan pengeluaran keluarga. (c) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua

diluar rumah dan perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi,
selaras, dan seimbang. (d) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga
sebagai modal untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
8) Fungsi pelestarian lingkungan: (a) Membina kesadaran, sikap dan praktik
pelestarian lingkungan keluarga. (b) Membina kesadaran, sikap dan praktik
pelestarian lingkungan keluarga. (c) Membina kesadaran, sikap dan praktik
pelestrian lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang antara lingkungan
keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya. (d) Membina
kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup sebagai pola hidup
keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
2.1.3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas
dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (2010)
membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan, yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya. Perubahan sekecil apapun
yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian dan
tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu
segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa
besar perubahannya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan

Universitas Sumatera Utara

23

yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa
diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk
menentukan tindakan keluarga maka segera melakukan tindakan yang tepat
agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga
mempunyai

keterbatasan

sebaiknya

meminta

bantuan

orang

lain

dilingkungan sekitar keluarga.
3) Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan

melakukan

tindakan

untuk

pertolongan

pertama

atau

kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar masalah
yang lebih parah tidak terjadi.
4) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga
kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).
2.1.4

Dukungan Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia.

Dalam keluarga individu belajar memperhatikan orang lain dan bekerja sama.
beberapa psikolog berpendapat bahwa kesehatan, kebahagiaan dan kestabilan
keluarga tergantung pada orang sekitar keluarga dan masyarakat .
Dukungan keluarga merupakan segala bentuk perilaku dan sikap positif
yang diberikan keluarga kepada salah satu anggota keluarga. Anggota keluarga
memandang bahwa orang yang mendukung selalu siap memberikan pertolongan

Universitas Sumatera Utara

24

dan bantuan jika diperlukan. Dukungan keluarga membuat keluarga mampu
berfungsi dengan berbagai kemampuan, kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya,
hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga. Dukungan keluarga adalah
sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat dan jenis kehidupan,
namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan dukungan keluarga
membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal,
sebagai akibatnya hal ini meningkatkan kesehatan dan adaptasi keluarga
(Friedman, 2010).
Dukungan keluarga merupakan bantuan yang diterima salah satu anggota
keluarga.

Seseorang

akan

lebih

cepat

bila

keluarganya

membantunya

memecahkan masalah dengan lebih efektif dengan dukungan yang dimilikinya
(Sarafino, 2005). Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah
berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan
dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya
dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan. Dukungan yang diterima
seseorang dapat mempercepat pemulihan dari sakit, memperkuat kekebalan tubuh,
mengurangi respon fisiologis, dan memperkuat fungsi untuk merespon penyakit
kronis (Taylor, 2009).
Dukungan keluarga sebagai adanya kenyamanan, perhatian, penghargaan,
atau menolong orang yang diterima dari orang lain atau kelompok. Dukungan ini
dapat bersumber dari suami – istri, anggota keluarga, teman, dan masyarakat
(Sarafino, 2005). Dukungan keluarga adalah kenyamanan secara fisik dan
psikologis yang diberikan oleh keluarga kepada anggota keluarga lainnya.

Universitas Sumatera Utara

25

Dukungan keluarga dalah hal yang sangat bermanfaat ketika individu mengalami
stres. Dukungan ini merupakan sesuatu yang sangat efektif terlepas dari strategi
mana yang digunakan untuk mengatasi stres (Baron & Byrne, 2003).
Menurut Smet (1994) menyatakan dukungan keluarga merupakan
informasi atau nasehat verbal maupun non verbal, bantuan nyata, saran, atau
tindakan yang diperoleh dari orang – orang terdekat, dengan kehadirannya dapat
memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Dukungan keluarga menurut Kuntjoro (2002) adalah keberadaan,
keperdulian, serta kesediaaan orang – orang terdekat menghargai dan menyayangi.
Dukungan keluarga juga efektif dalam mengatasi tekanan psikologis dalam masa
– masa sulit dan menekan (Taylor, 2009).
Menurut Francis dan Satiadarma (dalam Kartika, 2010) dukungan keluarga
merupakan bantuan bantuan sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga
dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi – fungsi yang
terdapat didalam sebuah keluarga. Menurut Smet (2010) dukungan keluarga
merupakan salah satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial yang mencakup
dukungan emosional, adanya ungkapan persaan, pemberian informasi, nasehat,
dan bantuan material. Menurut Cohem dan Syme (dalam Anggina, 2010)
dukungan keluarga merupakan suatu keaddan yang bermanfaat yang diterima oleh
individu dari orang lain, sehingga individu mengetahui bahwa orang lain
memperhatikan, menghargai dan mencintainya.
Stanhope dan Canaster (dalam Anggraini, 2009) menerangkan bahwa
dukungan keluarga adalah suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang

Universitas Sumatera Utara

26

diperoleh dari orang lain yang dapat dipercaya. Dari keadaan tersebut invidu akan
mengetahui bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintainya.
Johnson (dalam Anggraini, 2009) berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah
pemberian bantuan seperti materi, emosi, dan informasi yang berpengaruh
terhadap kesejahteraan manusia. Dukungan keluarga juga dimaksudkan sebagai
keberadaan dan kesediaan orang – orang terdekat yang dapat dipercaya untuk
membantu dan menjaga individu.
Menurut Commission on the family (dalam Kartika, 2010) bahwa
dukungan keluarga dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan
keluarga , memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi
sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarag dalam menghadapi
tantangan didalam kehidupan sehari – hari.
Jenis dukungan keluarga dalam Setiadi (2008) ada 4, yaitu;
1) Dukungan instrumental, yaitu keluarga menerapkan sumber pertolongan
praktis dan konkrit diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan
makan dan minum, istirahat dan terhindarnya penderita dari kelelahan.
Dukungan instrumental keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan
penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun
meluangkan waktu untuk membantu atau melayani dan mendengarkan
anggota keluarga menyampaikan perasaanya.
2) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor
dan penyebar informasi yang meliputi pemberian saran, informasi yang bisa
digunakan untuk mengungkapkan sebuah masalah. Manfaat dari dukungan ini

Universitas Sumatera Utara

27

adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi yang
diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasihat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi.
3) Dukungan penilaian (appraisal), yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah
umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai
sumber dan validator identitas keluarga diantaranya memberikan support,
penghargaan dan perhatian.
4) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan
damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap
emosi. Dukungan emosional merupakan bentuk dukungan atau bantuan yang
dapat memberikan rasa aman, cinta kasih, membangkitkan semangat dan
mengurangi putus asa.
Aspek – aspek dukungan keluarga menurut Sarafino (2005) yaitu:
1) Dukungan emosional, yaitu dukungan yang melibatkan rasa empati, kasih
sayang, peduli terhadap seseorang sehingga memeberikan perasaan
nyaman, dihargai, diperhatikan, dan dicintai.
2) Dukungan Instrumental, yaitu bantuan yang diberikan secara langsung
atau nyata, sebagaimana seseorang yang memberikan atau meminjamkan
uang atau menolong langsung teman, kerabat yang sedang membutuhkan
pertolongan.
3) Dukungan informasi, yaitu dukungan yang memberikan nasehat, arahan,
atau sugesti mengenai bagaimana seseorang melakukan sesuatu.

Universitas Sumatera Utara

28

Dukungan ini dapat diberikan dengan memberikan informasi yang
dibutuhkan oleh seseorang.
4) Dukungan penghargaan, yaitu ungkapan rasa hormat atau penghargaan,
penilaian positif seperti adanya pemberian hadiah, pujian terhadap apa
yang telah dilakukannya.
2.1.5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Rahayu (2008) faktor – faktor yang mempengaruhi dukungan
keluarga adalah :
1) Faktor Internal
a) Tahap Perkembangan
Dukungan ditentukan oleh faktor usia dalam hal ini merupakan
pertumbuhan dan perkembangan, artinya setiap rentang usia
mempunyai pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan
yang berbeda – beda.
b) Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh
variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang
pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemempuan kognitif akan
membentuk cara berpikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor – faktor yang berhubungan dengan penyakit dan
menggunakan

pengetahuan

tentang

kesehatan

untuk

menjaga

kesehatan dirinya.

Universitas Sumatera Utara

29

c) Faktor Spiritual
Aspek ini terlihat dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya,
mencakup nilai dan keyakinan yang dilaksanakan, hubungn dengan
keluarga dan teman, dan kemampuan mencari harapan dalam arti
hidup.
2) Faktor Eksternal
a) Faktor Sosioekonomi
Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi seseorang mendefenisikan dan bereaksi
terhadap penyakitnya. Seseorang biasanya akan mencari dukungan dari
kelompok sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan
dan cara pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang
biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang
dirasakan dan segera mencari pertolongan .
b) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai, dan kebiasaan
individu dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi.
2.1.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga
Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam menjalankan
fungsinya dengan baik. Adapun beberapa faktor yang memepengaruhi kesehatan
keluarga menurut Setiawati (2008) adalah :

Universitas Sumatera Utara

30

1. .Faktor Fisik
Ross, Mirrowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa
ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik.
Contoh dari hubungan positif tersebut anatara lain: seorang suami
sebelum menikah terlihat kurus maka beberapa bulan setelah menikah
akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasa dikemukakan bahwa dengan
menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur
begitu sebaliknya yang terjadi pada istri.
2.

Faktor Psikis
Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang
besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling
memberikan penguatan dan dukungan. Suami akan tentram dan terarah
setelah beristri begitupun sebaliknya.

3.

Faktor Sosial
Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi
kesehatan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan
semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf
kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak
pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan
kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah
kesehatan yang ditemukan dalam keluarga.

Universitas Sumatera Utara

31

4. Faktor Budaya
Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian
yang berbeda-beda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga
terhadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan
yang dibawa sebelumnya. Kekuatan dan komunikasi keluarga berbedabeda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya
dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan,
kekuatan dan pola komunikasi.
2.2. Gagal Ginjal Kronis
2.2.1. Defenisi Gagal Ginjal Kronik
Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh
gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan
elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam
darah) (Brunner&Suddarth, 2002). Chronic Kidney Disease merupakan ginjal
progresif yang berakibat fatal dan ditandai dengan uremia ( urea dan limbah
nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak di
lakukan dialisis atau transplantasi ginjal) (Nursalam, 2006). Gagal ginjal kronik
adalah penyimpangan progresif fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana
kemampuan

tubuh

untuk

mempertahankan

keseimbangan

cairan

dan

elektrolitmengalami kegagalan yang mengakibatkan uremia (Baughman, 2000).
2.2.2. Klasifikasi Gagal Ginjal kronik

Universitas Sumatera Utara

32

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) Of The
National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 2009, mendefenisikan gagal ginjal

kronik sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai Glomerular Filtration Rate
(GFR) kurang dari 60 ml/min/1.73

selama tiga bulan atau lebih. Dimana yang

mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa yang irreversible
dan hilangnya nephrons kea rah suatu kemunduran nilai dari GFR. Tahapan
penyakit gagal ginjal kronik berlangsung terus-menerus dari waktu ke waktu. The
Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) mengklasifikasikan gagal

ginjal kronik sebagai berikut: (a) Stadium 1: kerusakan masih normal (GFR>90
ml/min/1.73

). (b) Stadium 2: ringan (GFR 60-89 ml/min/1.73

(c) Stadium 3: sedang (GFR 30-59 ml/min/1.73
(GFR 15-29 ml/min/1.73
ml/min/1.73

).

). (d) Stadium 4: gagal berat

). (e) Stadium 5: gagal ginjal terminal (GFR 50 dan kreatinin > 1,5, terjadinya mual dan muntah, anorexia berat, LFG
kurang dari 10ml/menit per 1,73

serta tanda dan gejala hiperkalemia

(Smeltzer & Bare, 2002). Walaupun hemodialisis dapat memperpanjang usia
tanpa batas yang jelas, tindakan hemodialisis ini tidak akan mengubah perjalanan

Universitas Sumatera Utara

36

alami penyakit ginjal yang mendasari dan juga tidak akan mengembalikan fungsi
ginjal. Tetap saja pasien akan mengalami berbagai permasalahan dan komplikasi
(Smeltzer &Bare, 2002).
Salah satu masalahnya yang sering dihadapi pasien adalah kelebihan cairan
antara dua dialisis. Hemodialisis sebagai salah satu alternatif terapi pengganti
telah dibuktikan sangat efektif mengeluarkan cairan dan elektrolit dan sisa-sisa
metabolismetubuh.Sesuai dengan carakerjanya,hemodialisis hanya dilakukan
dalam 2–3 kali perminggu, dan 4-5 jam perkali dialisis, sehingga cairan elektrolit
dan sisa metabolisme yang selalu terbentuk dari waktu ke waktu akan tetap berada
dalam peredaran darah di luar waktu dialisis sehingga pasien mengalami
kelebihan cairan dan hal ini akan menimbulkan berbagai masalah bagi klien
(Yetti, 2001).
2.4. Pertimbangan Psikososial
Menurut Brunner&Suddarth (2002), Individu dengan hemodialisis jangka
panjang sering merasa khawatir akan kondisis sakitnya yang tidak dapat
diramalkan dan gangguan dalam kehidupannya. Dialisis menyebabkan perubahan
gaya hidup pada keluarga. Waktu yang diperlukan unutk terapi dialisis
mengurangi waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat
menciptakan konflik, frustasi, rasa bersalah, serta depresi dalam keluarga.
Keluarga pasien dan sahabat-sahabatnnya mungkin memandang pasien sebagai
orang yang terpinggirkan dengan harapan hidup yang terbatas. Barangkali sulit
bagi pasien dan pasangan serta keluarganya untuk mengungkapkan rasa marah
serta perasaan negatif. Meskipun perasaan tersebut normal dalam situasi ini,

Universitas Sumatera Utara

37

namun perasaan tersebut sering meluap sehinnga diperlukan konseling. Keluarga
harus terlibat sebanyak mungkin dalam pengambilan keputusan.
Pasien harus diberi kesempatan untuk mengungkapkan setiap perasaan
dan keprihatinan terhadap berbagai pembatasan yang harus dipatuhi akibat
penyakit serta terapinya disamping masalah keuangan, ketidakpastian pekerjaan,
rasa sakit, dan gangguan rasa nyaman yang mungkin timbul Perasaan kehilangan
yang dihadapi pasien jangan diabaikan karena setiap aspek dari kehidupan normal
yang pernah dimiliki pasien terganggu. Jika rasa marah tersebut tidak
diungkapkan , munkin perasaan ini akan diproyeksikan kedalam diri sendiri dan
menimbulkan rasa depresi, putus asa, dan upaya bunuh diri. Pasien memerlukan
hubungan yang erat dengan seseorang ataupun keluarga yang bisa dijadikan
tempat untuk menumpahkan perasaannya pada saat stress dan kehilangan
semangat.

Universitas Sumatera Utara