Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Perjalanan peran perempuan dalam sejarah nasional Indonesia sama
panjangnya dengan sejarah Indonesia itu sendiri. Ini artinya membicarakan
perempuan adalah hal yang tidak akan pernah usang termasuk di dalam dunia
ilmiah. Perspektif membicarakan peran perempuan dalam kehidupan bangsa
Indonesia bisa dilakukan dari sudut keilmuan, waktu, maupun konteks dan
tokohnya. Namun demikian secara umum, membicarakan perempuan dalam
sebuah masyarakat akan bersentuhan dengan nilai masyarakat itu sendiri terutama
menyangkut relasi perempuan dan laki-laki.
Di era reformasi, pembicaraan tentang peran perempuan di sektor publik
semakin gencar dilakukan oleh banyak kalangan. Perempuan tidak hanya terlibat
disatu sektor saja, namun diberbagai sektor yang ada, seperti ekonomi, sosial,
budaya dan politik.Politik yang selalu identik dengan pekerjaan kaum laki-laki,
nyatanya sekarang ini sudah banyak kaum perempuan yang terlibat langsung di
dalamnya. Hingga hari ini, kaum perempuan sudah menikmati hasilnya. Kaum
perempuan sudah dapat menempuh pendidikan yang sama seperti kaum laki-laki.
Tidak hanya belajar, kaum perempuan saat ini sudah memiliki hak yang sama
seperti laki-laki dalam ranah publik tak terkecuali ranah politik.

Tercatat dalam sejarah bahwa sebenarnya perempuan di Indonesia sudah
mulai menikmati hak-hak politiknya sejak sebelum Indonesia merdeka. Hal ini
terbukti dengan adanya pengakuan terhadap kepemimpinan perempuan baik

1

Universitas Sumatera Utara

dalam organisasi maupun di medan pertempuran di masa penjajahan. Asfar (1996)
dalam Mansour mengemukakan bahwa setelah kemerdekaan aktualisasi
perempuan dalam kehidupan politik mulai lebih baik. Sejak lahirnya KNIP
(Komite Nasional Indonesia Pusat), lembaga legislatif pertama yang merupakan
cikal bakal DPR/MPR, sudah memiliki nama-nama perempuan sebagai
anggotanya.
Meskipun kaum perempuan sudah masuk dunia politik mulai sebelum
Indonesia merdeka, namun kenyataan yang terjadi saat ini Indonesia masih
membutuhkan suara-suara yang mewakili kaum perempuan di dunia perpolitikan
agar

mampu


mengeluarkan

mempertimbangkan

kaum

kebijakan-kebijakan
perempuan.

Hal

ini

yang

nantinya

ditunjukkan


akan
dengan

dikeluarkannyaUndang Undang Pemilu No 8 tahun 2012 pasal 55 yaitu memuat
paling sedikit 30% (tiga puluh persen) keterwakilan perempuan yang maksudnya
adalah diwajibkan paling tidak ada tiga kandidat perempuan dalam daftar yang
dipilih partai politik. Partai politik dilarang mengikuti Pemilihan Umum (Pemilu)
apabila tidak memenuhi kuota ini.
Pada catatan Jurnal Perempuan oleh Dewi Candraningrum (2014),
setelah pemilu 2009, kuota perempuan yang menduduki kursi parlemen belum
mencapai 30% tetapi hanya mencapai 18,2%. Data KPU 2014 menunjukkan
hanya sekitar 747 perempuan dari sekitar 2465 caleg perempuan yang merupakan
kader partai, sisanya 1718 perempuan bukan merupakan kader partai (merupakan
agregasi dengan latar belakang pengusaha, swasta, profesional, artis, selebriti,
aktivis, dinasti politik, dan lainnya).

2

Universitas Sumatera Utara


Ketika Lovenduski (2005) dalam jurnal prisma mengatakan dalam
kalimat sinis bahwa parlemen merupakan gudang “maskulinitas tradisional
politik”1, dia menekankan pula betapa kondisi itu sangat berkolerasi dengan
kondisi partai-partai politik sebagai ‘distributor’ utamanya. Dengan mudah dan
terang benderang kita bisa memahami maksud Lovenduski. Selama partai politik
tidak pernah beres melaksanakan rekrutmen, kaderisasi, peningkatan kapasitas,
promosi, dan kepengurusan untuk dapat mendistribusikan anggotanya ke Dewan
Perwakilan Rakyat, khususnya politikus perempuan yang mumpuni, maka selama
itu pula parlemen akan terus berparas maskulin sebagaimana paras partai politik.
Selain itu Lovenduski juga mengatakan bahwa argument yang biasa digunakan
partai politik untuk menghalangi kiprah perempuan di dalam partai dan di ruang
publik adalah soal pembedaan peran domestik dan publik.2
Bagi beberapa kalangan, argumen ini sangat mengena jika dikaitkan
dengan kewajiban perempuan mengurus keluarga (ranah domestik), dan suami
ditetapkan sebagai kepala keluarga untuk bertanggung jawab di ranah publik.
Dengan pembakuan peran tersebut maka terjadilah marginalisasi terhadap anggota
perempuan dalam partai politik dengan cara meletakkan mereka lebih banyak
pada divisi yang fokus mengurus hal-hal ‘keperempuanan’ belaka.

1


gerakan kelompok laki-laki, baik merekan yang ingin menghidupkan kembali nilai-nilai
maskulinitas tradisional untuk mendapatkan kembali privilese dan kekuasaan di dalam
masyarakat maupun sebaliknya gerakan kelompok laki-laki yang mempromosikan konsep
laki-laki baru yang sejalan dengan nilai-nilai kesetaraan dan keadilan.
2

Jurnal yang ditulis oleh Shelly Adelina & Ani Soetjipto, dengan judul “ Kepentingan Politik
Perempuan dalam Partai Strategi Gender”

3

Universitas Sumatera Utara

Hampir disetiap organisasi yang mengikutsertakan kaum perempuan,
selalu ada bidang khusus yang memperhatikan kaum perempuan. Tidak terkecuali
pada partai politik seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebuah kajian yang
ditulis oleh Sukanti Suryochondro pada tahun 1984 bahwa terjadinya
pengelompokan pada kaum perempuan disebabkan jarak yang terjadi pada kaum
laki-laki. Ini ada hubungannya dengan apa yang dinamakan perbedaan peranan

laki-laki-perempuan yang terdapat dalam setiap masyarakat. Ada yang
berpendapat ini bergandengan dengan tugas biologis bagi kamu perempuan yang
mengandung, melahirkan dan membesarkan anak. Di samping itu adanya
anggapan bahwa adanya kecenderungan pengelompokkan perempuan itu
disebabkan rasa solidaritas karena senasib; kaum perempuan merasa dirugikan
bahkan ditindas oleh kaum laki-laki. Pertentangan laki-laki-perempuan selama ini
masih terjadi.
Dengan adanya pernyataan di atas, sangat jelas bahwa peran perempuan di
sebuah organisasi sepertinya tidak berbeda dengan peran kaum perempuan di
dalam rumah. Tugas-tugas yang diberikan pada kaum perempuan sebagian besar
nyatanya terletak pada urusan keberlangsungan rumah tangga atau domestik. Hal
ini jugalah yang terjadi di Partai Keadilan Sejahtera yang salah satunya dapat
dilihat dari struktur kepengurusan DPD PKS Kota Medan (2010) yaitu sebagai
berikut :
Ketua umum

: H. Azhar Arifin, Lc

Sekretaris Umun


: Abdul Rahim, ST.MT

Bendahara Umum

: Dhiyatul Hayati, S.Ag.MPD

4

Universitas Sumatera Utara

Ketua Bidang Kaderisasi

: Zul Murado Selawat Siregar

Ketua Bidang Dakwah I

: H. Asmu’I Lubis, S.PdI

Kerua Bidang Dakwah II


: Drs. Son Haji Harahap

Ketua Bidang Dakwah III

: Munazir Hasan, SE

Ketua Bidang Dakwah IV

: Irwansyah, S.Ag, SH

Ketua Bidang Dakwah V

: Eddy Syam

Ketua Bidang Pembangunan Umat

: H. Hanafi Ismeet, Lc

Ketua Bidang Perempuan


: Laila Fathi Nasution

Ketua Bidang Kepanduan dan Olahraga

: Zulfikar

Ketua Bidang Generasi Muda dan Profesi

: Arie Yudha Nugraha, Amd

Ketua Bidang Kebijakan Publik

: H. Salman Al Farisi, Lc.MA

Ketua Bidang Peng. Eko dan Kewirausahaan

: H. Jumadi, S. PdI

Ketua Bidang Kelembagaan Sosial


: Juliandi Siregar, Spd. MSi

Ketua Bidang Humas

: Syaiful Ramadhan

Ketua Bidang Advokasi Hukum

: Khairul Anwar Hsb, SH3

Dari daftar struktur kepengurusan di atas dapat dilihat bahwa hanya ada
dua orang perempuan yang masuk ke dalam struktur kepengurusan tersebut.
Kedua-duanya menempati bidang yang memang pada umumnya merupakan
jabatan yang selalu dipegang oleh perempuan yakni Bendahara Umum dan
Bidang Perempuan. Kondisi tersebut menggambarkan posisi kader perempuan di

3

ht t p:/ / ww w.pk-sejaht era.org


5

Universitas Sumatera Utara

Partai Keadilan Sejahtera masih terbatas pada urusan partai yang bersifat
domestik.
Tidak hanya di Partai Keadilan Sejahtera, posisi perempuan di partai
lainnya juga memiliki kondisi yang cenderung sama. Berdasarkan jabatan-jabatan
utama dalam struktur kepengurusan partai di Indonesia yaitu Ketua Umum,
Bendahara Umum, dan Sekretaris Jenderal yang dilihat dari jenis kelamin pada
tabel di bawah ini :
Tabel. 1.1 Jumlah Kepengurusan Seluruh Partai Menurut Jenis Kelamin
Laki-Laki
No.

1

Perempuan

Posisi

Ketua Umum

(1)

(2)

(1)

(2)

63 (86,3%)

11 (91,7%)

10(13,7 %)

1 (8,3%)

47 (64,4%)

10 (83,3%)

26 (35,65%)

2 (16,7%)

70 (96%)

12 (100%)

3 (4%)

0(0%)

180 (82%)

33 (88,9%)

39 (18%)

3 (11,1 %)

Bendahara
2
Umum
Sekretaris
3
Jenderal
Total

Catatan:(1) Partai-partai yang terdaftar di KPU;(2) Partai yang lulus verifikasi 114
Data pada tabel di atas secara umum menunjukkan posisi-posisi utama
dalam partai politik di Indonesia masih didominasi oleh kader laki-laki
dibandingkan dengan kader perempuan . Hal tersebut menjadi salah satu bukti
dari apa yang telah disampaikan oleh Lovenduski (2005) tentang peran partai

4

Sumber diolah dari dat a yang diakses media sent er KPU dan dikut ip dari jurnal perempuan

t ahun 2014

6

Universitas Sumatera Utara

politik sebagai distributor utama terjadinya maskulinitas tradisional dalam politik
karena belum memaksimalkan peran kader perempuan dalam partai politik.
Partai Keadilan Sejahtera adalah salah satu partai yang berbasis agama,
yaitu agama Islam. Sudah menjadi keharusan bagi partai tersebut untuk mengikuti
aturan nilai dan norma yang ada di agama tersebut. Turner (2003) mengatakan
bahwa seringkali orang mengatakan adanya jurang pemisah antara agama dan
politik. Namun Robert Merton dan Talcott Parsons menjelaskan bahwa
pembangunan adalah bagaimana memandang masyarakat sebagai sistem yang
terdiri atas bagian yang saling berkaitan (agama, pendidikan, struktur politik
sampai rumah tangga).
Kekerasan politik yang sering terjadi di pemerintahan menambah beban
masyarakat setelah adanya permasalahan-permasalahan pembangunan yang tak
kunjung bekurang. Tidak selesai sampai disitu, perpecahan akan terus terjadi di
kubu pemerintahan bahkan berakibat sampai kepada kubu masyarakat yang
mendukung pemimpin-pemimpinnya. Dengan alasan ini Weber (dalam Turner
2003) mengatakan bahwa agama apa pun yang menekankan pentingnya cinta
kasih terhadap sesama merupakan akibat dari adanya tekanan kekerasan politik
atau berada di dalam negara yang sekaligus berfungsi sebagai institusi koersi5.
Terlepas dari apa yang dikatan oleh Weber, perlu untuk mencari tahu
bagaimana politik yang berasaskan Islam ini memperlakukan kaum perempuan.
Apakah aturan-aturan yang ada di Islam benar adanya diterapkan di partai ini, dan
5

Koersi adalah pemersatu atau yang mempersatu stsu mengeratkan hubungan dari berbagai aspek

7

Universitas Sumatera Utara

kader perempuan yang ada di dalamnya mengikuti aturan-aturan tersebut? Serta
adakah hubungan antara aturan yang ada pada politik tersebut dengan minimnya
kehadiran perempuan pada struktur organisasi? Hal yang sangat perlu dibuktikan
sehubungan dengan tujuan penelitian ini adalah dengan adanya stigma bahwa
perempuan di partai politik hanya berperan sebagai pelengkap dan pemenuhan
kebutuhan suara partai politik saja.
Sehubungan dengan keberlangsungan partai PKS dengan memunculkan
kader-kader yang berkompeten yang nantinya dapat ‘didistribusikan’ ke kursi
pemerintahan dan juga masyarakat, perlu digali lebih dalam bagaimana kekuatan
dan kekuasaan perempuan di partai politik dipergunakan. Apakah dengan adanya
bidang perempuan di dalam partai politik memperkuat relasi perempuan dalam
menjalankan program-program yang terkait dengan perekrutan kader dan
simpatisan atau justru adanya bidang tersebut hanya sebuah simbolisasi untuk
keterpurukan perempuan di partai politik tersebut?
Dilihat dari perkembangan suara yang didapat oleh PKS pada pemilu
2004, 2009 dan 2014 memiliki kemajuan yang cukup baik walaupun mengalami
penurunan pada pemilu 2014, namun masih dapat mempertahankan suara. Hal ini
tidak dapat dipungkiri karena konsistensi kader-kader partai yang memiliki
hubungan baik dengan partai tersebut. Namun, tidak banyak yang mengetahui
rahasia dari kekonsistenan para kader dan simpatisan terhadap partai ini. Hal ini
juga yang kemudian membuat saya tertarik untuk mengambil Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) sebagai objek peneliti.

8

Universitas Sumatera Utara

Lokasi penelitian yang akan saya ambil adalah di kota Medan. Medan
merupakan wilayah yang sangat kompleks dan multikultural6. Dengan berbagai
ragam profesi, budaya dan pendidikan, diharapkan kader-kader DPD PKS kota
Medan dapat terwakilkan dari wilayah-wilayah lainnya.

1.2. Tinjauan Pustaka
Dari masa ke masa, perempuan menjadi sosok yang sangat diperhatikan. Banyak
sejarah mencatat bagaimana kaum perempuan diperlakukan. Perempuan
dipandang sangat rendah baik oleh bangsa-bangsa di Timur maupun Barat.
Perempuan tidak dianggap lebih dari sebagai pengembang keturunan dan menjadi
pelayan bagi suaminya, bahkan hanya dianggap untuk pemuas nafsu kaum lakilaki saja. Perempuan hanya boleh bekerja dalam rumah tangga suaminya atau bagi
yang belum menikah hanya boleh berada di rumah orang tuanya. Perempuan
hanya dididik untuk mengurus rumah tangga dan memperhambakan dirinya
kepada laki-laki. Perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi dan tidak perlu
bekerja di luar rumah.“Setinggi-tingginya perempuan tetap kembalinya di dapur”,
suatu semboyan yang sering terdengar di masyarakat Indonesia.
Sebahagian besar masyarakat di Indonesia menganut sistem patriarki.
Melalui struktur kekuasaan itu, posisi subordinat perempuan dijunjung tinggi dan
dikekalkan oleh peran gender tradisional. Pada mulanya kata “patriarki” memiliki
6

M ult ikult ural mencakup gagasan, cara pandang, kebijakan, penyikapan dan t indakan, oleh

masyarakat suat u negara, yang majemuk dari segi et nis, budaya, agama dan sebagainya, namun
mempunyai cit a-cit a unt uk mengembangkan semangat kebangsaan yang sama dan mempunyai
kebanggan unt uk mempert ahankan kemajemukan t ersebut (A. Rifai Harahap, 2007, mengut ip M .
At ho’ M uzhar)

9

Universitas Sumatera Utara

pengertian sempit, menunjukkan sistem yang secara historis berasal dari hukum
Yunani dan Romawi, dimana kepala rumah tangga adalah laki-laki. Mereka
memiliki kekuasaan hukum dan ekonomi yang mutlak atas anggota keluarga lakilaki dan perempuan yang menjadi tanggungannya berikut budak laki-laki dan
perempuannya. Yang mutakhir istilah patriarki mulai digunakan seluruh dunia
untuk menggambarkan dominasi laki-laki atas perempuan dan anak-anak di dalam
keluarga dan ini berlanjut kepada dominasi laki-laki dalam semua lingkup
kemasyarakatan lainnya.
Patriarki adalah konsep bahwa laki-laki memegang kekuasaan atas semua
peran penting dalam masyarakat, pemerintahan, militer, pendidikan, industri,
bisnis, kesehatan, agama, dan bahwa pada dasarnya perempuan tercabut dari akses
terhadap kekuasaan itu. Ini tidak lantas berarti bahwa perempuan sama sekali
tidak memiliki kekuasaan atau sama sekali tak punya hak, pengaruh dan sumber
daya, agaknya keseimbangan kekuasaan justru menggunakan laki-laki. Konsep
patriarki ini sudah lama mengendap di berbagai aspek masyarakat.Sehingga
timbul masalah baru terhadap ketimpangan atau ketidakadilan peran antara lakilaki-laki dan perempuan atau yang disebut dengan gender.
Sejak sepuluh tahun terakhir, kata gender telah memasuki perbendaharaan
setiap diskusi dan tulisan terkait perubahan sosial dan pembangunan dunia ketiga.
Demikian juga di Indonesia, hampir semua uraian tentang program pembangunan
masyarakat maupun pembangunan dikalangan non pemerintah diperbincangkan.
Untuk memahami konsep gender harus dibedakan kata gender dengan kata seks
(jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin merupakan pensiatan atau pembagian
10

Universitas Sumatera Utara

dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis atau sering dikaitkan
sebagai ketentuan Tuhan (kodrat). Sedangkan konsep gender yakni suatu sifat
yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara
sosial maupun kultur. (Fakih: 1999)
Julia dalam Prisma (1991) mengatakan bahwa gender dan seksualitas
mempunyai persamaan: keduanya mempunyai basis biologis pada seks, dan
keduanya merupakan kontruksi social, bersifat politis, yaitu pengorganisasian ke
dalam system kekuasaan, yang mendukung dan menghargai individu dan kegiatan
tertentu, sambil menekan dan menghukum yang lainnya. Konsep gender, yang
sudah popular di Indonesia, merupakan ekspresi psikologis dan cultural dari seks
yang sifatnya biologis, menjadi peran dan perilaku social tertentu: perempuan di
sector “domestik” dan pria di sector “publik”. Misalkan, kelaziman perempuan
memakai gaun, pria memakai pantolan, perempuan bekerja di dapur, laki-laki di
kantor, lelaki membawa parang, perempuan membawa bakul, laki-laki boleh
keluar malam, wanita tidak, dan seterusnya.
Pembahasan gender sangat berhubungan dengan munculnya kaum
feminis di dunia. Sampai pada saat ini, kita lebih sering mendengar kaum feminis
yang sangat memperjuangkan perempuan dalam pemenuhan hak-haknya. Namun,
sejak awal abad ke-20 sudah mulai istilah feminis dalam dunia Islam. Menurut
Rahman Munawar (dalam savitri 2014) mengatakan bahwa perempuanperempuan yang bergerak dalam feminis Islam dikenal sebagai pelopor dalam
menyadarkan masyarakatnya tentang persoalan-persoalan bias gender termasuk

11

Universitas Sumatera Utara

melawan sistem sosial budaya dan ideologi yang meminggirkan perempuan
(dalam Savitri, Nita: 2014)
Menurut Eingneer (dalam savitri 2014) ada persamaan dan ada perbedaan
antara feminis Islam dengan feminis Barat, dimana kesamaannya sama-sama
memperjuangkan hak-hak perempuan. Perbedaannya feminis Islam

lebih

menekankan pada upaya memperjuangkan hak-hak kesetaraan perempuan dan
laki-laki yang terabaikan dikalangan masyarakat pemimpin tradisional konservatif
yang mengganggap perempuan subordinat laki-laki. Rahman (2000:330)
mengemukakan topik yang sering muncul dalam perdebatan wacana sehubungan
dengan apa yang perlu diperjuangkan feminis Islam antara lain:
1. Tanggung jawab bersama
2. Peran sebagai pemimpin
3. Hak ekonomi
4. Kesetaraan yang bebas dari kekerasan
5. Mendapatkan pendidikan yang layak
6. Resistensi yang digunakan feminis Islam melalui media
Sehubungan dengan partai ke v (lima) yang berbasis pada agama. Salah
satu defenisi klasik agama yang muncul pada abad 19 adalah defeisi minimumnya
E.B Tylor. Tylor mengatakan (dalam Turner 2003) agama sebagai “ kepercayaan
terhadap hal-hal yang spiritual”. Durkheim juga mengatakan agama adalah
jaminan atau ikatan; arti etimologis agama mengacu pada fungsi sosialnya sebagai
disiplin dan ikatan bersama.

12

Universitas Sumatera Utara

Sejarah mencatat bagaimana perempuan dalam pandangan bangsa Arab
sebelum datangnya agama Islam sangat hina. Mereka sangat malu dan terhina
apabila istrinya melahirkan seorang anak perempuan. Bahkan mereka rela
mengubur anaknya hidup-hidup agar terlepas dari rasa malu. Kalaupun ada
perempuan yang dibiarkan hidup, nasibnya akan sangat buruk. Mereka
diperlakukan sebagai budak, mengangkut beban berat atau paling baik nasibnya
diperlakukan sebagai boneka, dipaksa untuk melakukan pelacuran atau dimadu
dengan tidak terbatas .
Jika seorang istri ditinggal mati oleh suaminya, maka dia harus masuk
kurungan dan dengan memakai pakaian yang buruk. Tidak boleh memakai
harum-haruman sebelum satu tahun dan tidak menerima warisan, tetapi dapat
menjadi warisan. Sehingga bila seseorang yang wafat meninggalkan seorang
perempuan maka saudara tuanya atau orang yang paling dekat dengannya akan
mendapat warisan untuk memiliki jandanya. Rendahnya martabat perempuan ini
juga terlihat dengan hakikat perkawinan mereka yang bersifat posessive. Mereka
tidak memberi batasan berapa jumlah perempuan yang boleh dinikahi oleh lakilaki (Fakih, 1996:51-52).
Namun tidak dapat disangkal bahwa banyak perempuan di dunia yang
pernah terlibat langsung dalam dunia perpolitikan, tidak terkecuali di agama
Islam. Sejarah mencatat bagaimana istri Rasulullah Muhammad yaitu Khadijah
yang memiliki harta yang cukup besar pada saat itu dengan suka rela memberikan
hartanya untuk dakwah (penyebaran agama). Selain itu Aisyah yang merupakan
istri termuda Muhammad saw, merupakan pejuang politik pada masa Khalifah

13

Universitas Sumatera Utara

setelah meninggalnya Muhammad saw dan menjadi perempuan yang paling
dihormati. Pergolakan politik pada masa Ali bin Abi Thalib, membuat Aisyah
turun tangan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi hingga ia menjadi
pemimpin pertama perempuan pada masa itu.
Perempuan dan laki-laki merupakan mitra kerja yang sama-sama memiliki
peran penting di dalam pembangunan. Namun selama ini, perempuan hanya
dianggap sebagai objek semata dalam pembangunan. Searah dengan paradigma
pembangunan maka reposisi peran perempuan dalam sebuah ide perubahan juga
harus dilakukan, namun demikian pembahasan atas nilai dan pranata sosial
budaya lokal dalam pembangunan menjadi bagian yang harus diperhatikan. Ini
menjadi penting sebab perempuan merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dengan struktur dan pranata sosial dimana ia berada. Gambaran tentang
bagaimana perempuan dilibatkan dalam pembangunan juga diungkapkan oleh
Young (dalam akhyar 2006) yang menjelaskan bahwa pada era awal-awal
pembangunan menjadi sebuah ide global kaum perempuan dipandang terutama
dari perspektif kesejahteraan keluarga dan sebenarnya tidak diperhitungkan dalam
rencana pembangunan.
Melihat kenyataan seperti itu, adalah wajar bila pembangunan
menempatkan kaum perempuan sebagai target prioritas kelompok penerima
manfaat. Pergerakan perempuan yang paling terlihat jelas dalam pembangunan
adalah masuknya kaum perempuan di dunia perpolitikan. Masuknya perempuan
ke kursi pemerintahan melalui partai-partai politik dan menghadapi persaingan
dengan ambisi dan tujuan masing-masing dari setiap perempuan yang ada di partai

14

Universitas Sumatera Utara

politik. Keterlibatan perempuan dalam kancah dunia politik adalah sebuah
kenyataan yang tidak bisa dihindari lagi. Akses dan partisipasi politik perempuan
di setiap tingkatan pada lembaga pembuat atau pengambil kebijakan adalah
merupakan hak asasi atau kewenangan warga negara bagi setiap perempuan yang
paling mendasar.
Keberadaan perempuan di dalam dunia politik tentunya memiliki peran
tersendiri dalam mengorganisir hak dan kewajiban yang sudah ditentukan.
Pandangan kita mengenai bagaimana seharusnya bertindak dalam situasi tertentu
adalah persepsi pera (role perception). Berdasarkan pada sebuah iterprestasi atas
apa yang kita yakini mengenai bagaimana seharusnya kita berperilaku, kita
terlibat dalam jenis-jenis perilaku tersebut.
Menurut Dougherty & Pritchard tahun 1985 (dalam Bauer 2003:55) teori
peran ini memberikan suatu kerangka konseptual dalam studi perilaku di dalam
organisasi. Mereka menyatakan bahwa peran itu “melibatkan pola penciptaan
produk sebagai lawan dari perilaku atau tindakan”. Relevansi suatu peran itu akan
bergantung pada penekanan peran tersebut oleh para penilai dan pengamat
terhadap produk atau outcome yang dihasilkan. Dalam hal ini, strategi dan
struktur organisasi juga terbukti mempengaruhi peran dan persepsi peran7
Berdasarkan hal tersebutlah, sesungguhnya banyak alasan mengapa
begitu pentingnya melibatkan perempuan dalam kancah dunia politik. Baik itu
perempuan sebagai pelaku yang terjun langsung dan menduduki jabatan/ posisi di

7

ht t p:/ / mat eribelajar.id>Home>IPS

15

Universitas Sumatera Utara

partai politik, parlemen, birokrasi, atau hanya sekedar melibatkan kepentingan
perempuan dalam ideologi dan program kerja partai politik saja.
Partai politik merupakan sebuah organisasi atau wadah bagi orang-orang
yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama dalam pembangunan. Orangorang yang berkumpul dari berbagai macam latar belakang budaya yang
kemudian terikat dalam ikatan primordial. Ikatan primordial itu memiliki
kekuatan memaksa yang sering mengorbankan rasionalitas, orang yang terikat
pada anggota keluarga, suku, atau agama tertentu bukan karena keserasian
hubungan pribadi, kebutuhan praktis atau kewajiban yang dibebankannya tetapi
karena sedikitnya bobot yang lahir dari ikatan itu sendiri.
Koentjaraningrat menyebutkan bahwa perkumpulan merupakan kesatuan
manusia yang berdasarkan azas guna cirri-ciri perkumpulan itu sendiri meliputi
Association, gesellchaft, solidarite contractual. Kelompok memenuhi syarat
dengan adanya sistem interaksi antara para anggota, dengan adanya adat istiadat
serta sistem norma yang mengatur interaksi itu. Dengan adanya kontuinitas serta
dengan adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggota tadi dimana ia
berada.
Dalam sebuah organisasi, ada sistem yang digunakan dalam merekrut
kader atau anggota tetap serta pendukung dari organisasi tersebut. Rekrutmen
politik merupakan seleksi dan pemilihan atau seleksi pengangkatan seseorang
untuk melaksanakan sejumlah peranan system politik dan system pemerintahan.
Dalam Rekrutmen politik umumnya memiliki cara sendiri dalam perekrutan calon
anggota. Menurut Faustino Cardoso Gomes menyatakan bahwa “rekrutmen

16

Universitas Sumatera Utara

merupakan proses mencari, menemukan dan menarik paa pelamar untuk di
pekerjakan dalam suatu organisasi”8. Dari defenisi tersebut dapat dikatakan bahwa
semua partai politik sangat serius dalam merekrut calon anggota ke dalam partai,
tetapi masing-masing partai politik memiliki cara yang berbeda dalam masalah
perekrutan calon kader dan mencari simpatisan.
Kader atau anggota tetap adalah orang-orang yang secara yuridis
memiliki jabatan tetap di dalam struktur kepengurusan sedangkan simpatisan
adalah pendukung sebuah organisasi yang tidak memiliki kesepakatan secara
hukum dan tidak memiliki tenggang waktu dalam mendukung organisasi tersebut.
Dalam arti kata bebas dan bersifat sementara.
Setiap anggota atau kader dari Partai Keadilan Sejahtera memiliki kartu
identitas anggota yang dapat dilihat seperti pafa foto berikut.

Foto 1.1. Kartu Tanda Anggota PKS

1.3. Rumusan Masalah
Perempuan selalu menjadi hal yang sangat menarik untuk terus
diperbincangkan menjadi topik pembahasan. Peran Perempuan yang terus
8

ht t p:/ / pemikiran-panduwibowo.blogspot .co.id/ 2013/ 01/ kat a-pengant ar-bahan-penulisan-

ilmiah.ht ml (Diakses pada Januari 2015)

17

Universitas Sumatera Utara

mengalami perkembangan ini sangat menarik untuk diperhatikan. Masuknya
perempuan ke ranah politik menjadi pusat perhatian tertentu pada penelitian saya.
Berbagai situasi serta kondisi yang dirasakan dan dialami oleh perempuan di
dalam ranah politik.
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah disusun dari
latarbelakang masala sebagai berikut, bagaiman peran perempuan dalam
melakukan perekrutan kader dan simpatisan di Partai Keadilan Sejahtera di Kota
Medan. Adapun penjabaran pertanyaan penelitian tersebut dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Bagaimana kedudukan perempuan dalam organisasi Partai Keadilan
Sejahtera (PKS) dan nilai dasar apa yang melandasi munculnya
kedudukan tersebut
2. Bagaimana kebijakan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam
memberdayakan/ memfungsikan perempuan dalam merekrut kader
dan atau simpatisan
3. Bagimana

pengurus

partai

perempuan

mengimplementasi

kedudukannya melalui peran terkait dengan upaya dan strategi untuk
merekrut kader dan atau simpatisan serta hambatan apa yang
dihadapi.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kaum perempuan
melakukan perannya di dalam partai politik PKS. Selain itu juga ingin melihat
strategi yang dilakukan oleh kaum perempuan di Partai Keadilan Sejahtera dalam
18

Universitas Sumatera Utara

melakukan perekrutan kader dan simpatisan. Adapun penelitian ini dilakukan juga
untuk melihat dengan lebih dekat bagaimana Partai Keadilan Sejahtera
memperlakukan kaum perempuan.
Dengan demikian kiranya penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dengan menambah wawasan keilmuan dan menjadi acuan bagi mereka yang juga
memiliki tujuan yang sama dengan dilaksanakannya penelitian ini. Penelitian ini
juga kiranya dapat menambah serangkaian literatur yang terkait dengan gender
dan partai politik.

1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode etnografi yaitu
berdasarkan pada kenyataan di lapangan dan apa yang terjadi pada informan.
Metode etnografi adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan
keterangan mengenai apa yang terjadi dalam kehidupan subjek, apa yang
dikatakan, apa yang dirasakan, semuanya ditulis sebagai data-data yang
mendukung penjelasan mengenai permasalahan yang diangkat.
Spradley (1997:3) menyatakan bahwa etnografi merupakan kegiatan
mendeskripsikan suatu kebudayaan yang bertujuan untuk memahami suatu
pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli, hubungannya dengan
kehidupan untuk mendapatkan pandangan mengenai dunianya. Spradly (1997:
vxi) menjelaskan ciri-ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi ini
bersifat holistik-integratif (saling berkaitan dan menyatu), thick description

19

Universitas Sumatera Utara

(deskripsi yang mendalam) dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan
native point of view (sudut pandang masyarakat yang diteliti).
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian etnografi yang akan
dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1.5.1. Observasi
Observasi ini dilakukan untuk mengamati segala aktifitas atau kegiatan
yang dilaksanakan para kader PKS terutama kader perempuan dalam merekrut
kader

dan

simpatisan.

Melalui

observasi

ini

juga

diharapkan

dapat

menggambarkan serta menjelaskan permasalahan terkait.
Selama melakukan penelitian saya mengamati bagaimana interaksi yang
terjalin antar kader di dalam Partai, baik antar kader laki-laki, antar kader
perempuan dan juga interaksi kader laki-laki dan perempuan. Saya juga
mengamati bagaimana mereka melaksanakan program-program kegiatannya. Ada
kegiatan yang dilakukan di dalam partai ada juga yang dilakukan di luar partai
yaitu berinteraksi dengan para simpatisan. Mengamati penampilan kader dalam
kesehariannya dan juga mengamati hal-hal yang terjadi di dalam kantor Dewan
Perwakilan Daerah.
1.5.2. Wawancara
Wawancara yang saya lakukan dalam penelitian itu adalah wawancara
mendalam (dept interview) dan

menggunakan alat bantu berupa pedoman

wawancara (interview guide) yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Misalnya dalam melakukan wawancara dengan kepala atau ketua fraksi partai,
maka saya menggunakan interview guide untuk pertanyaan yang bersifat

20

Universitas Sumatera Utara

manajerial. Selain interview guide, alat perekam merupakan alat bantu yang akan
saya gunakan selama pelaksaan wawancara. Rapport atau hubungan yang baik
dengan para informan sangat dibuthkan untuk menggali informasi yang
diperlukan untuk penelitian.
Dalam penelitian ini, saya membagi informan menjadi tiga jenis, yaitu;
1.5.2.1. Informan Pangkal
Informan pangkal yaitu informan yang mengetahui dengan baik segala
informasi ataupun berbagai hal yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti
dan biasanya informan ini memiliki posisi atau kedudukan yang penting di
lapangan. Informan pangkal merupakan informan pertama yang saya temui
sebelum informan kunci dan informan biasa. Adapun informan pangkal dalam
penelitian ini adalah Ibu Nani seorang Antroplog di bidang Politik yang juga
memiliki jabatan penting di Partai Keadilan Sejahtera. Ketua umum Bidang
Kaderisasi yaitu Bapak Zul Murado Selawar Siregar.
1.5.2.2. Informan Kunci
Informan kunci yaitu informan yang memiliki pengetahuan dan
informasi secara holistik terkait objek yang akan diteliti. Adapun informan kunci
dalam penelitian ini adalah Ketua umum Bidang Kaderisasi yaitu Bapak Zul
Murado Selawar Siregar, Laila Fathi Nasution selaku Ketua Bidang Perempuan,
Dhiyaul Hayati, S.Ag.MPd selaku Bendahara umum dan beberapa anggota
perempuan PKS yang nantinya akan dipilih dengan metode snowball mengingat
untuk mempersingkat waktu dan mempermudah penelitian.

21

Universitas Sumatera Utara

1.5.2.3. Informan Biasa
Informan biasa adalah informan bebas yang dapat diwawancarai
namun bisa memberikan informasi yang mendukung penelitian.Adapun informan
biasa pada penelitian ini meliputi orang-orang yang bersinggungan langsung
dengan politik seperti akademisi atau dosen atau rekan-rekan NGO yang terfokus
pada perpolitikan. Selain itu simpatisan partai politik juga akan menjadi informan
untuk membantu menggali informasi lebih dalam. Adapun Informan yang saya
wawancarai adalah beberapa kader PKS yaitu Nana, Ummi Fadhila, Mustika.
1.5.3. Observasi Partisipasi
Dalam observasi partisipasi yang dilakukan akan melibatkan saya selaku
peneliti secara langsung dalam kegiatan di lapangan untuk melihat berbagai
kegiatan dan tindakan yang dilakukan. Beberapa kegiatan tersebut mencakup dari
program-program yang terdapat dibidang perempuan, terutama yang berkaitan
dengan perekrutan kader dan simpatisan.
1.5.4. Studi Literatur
Studi literatur guna melengkapi data yang berhubungan dengan
penelitian ini. seperti dari studi kepustakaan berupa buku-buku, artikel, jurnaljurnal perempuan dan politik, surat kabar atau koran media online dan catatan
inventaris partai.Selain itu saya juga akan menggunakan field note atau catatan
lapangan untuk mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil
kemungkinan ada bagian-bagian yang terlewat.
Dalam kelengkapan penelitian ini, saya juga memperoleh data dari
beberapa skripsi yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Untuk beberapa

22

Universitas Sumatera Utara

gambar, saya juga memperoleh dari para kader yang mendokumentasikan
beberapa kegiatan yang dilaksanakan di PKS yang tidak bisa saya ikuti.

1.6.

Pengalaman Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada awal pembuatan proposal guna mencari

informasi awal terkait kondisi Partai Keadilan Sejahtera. Bukan yang pertama
kalinya saya mengunjungi kantor PKS, karena sebelumnya saya pernah diajak
oleh seorang teman untuk mengikuti pengajian. Namun kali ini saya hadir
bertujuan untuk mencari informasi untuk melengkapi kebutuhan data awal terkait
penelitian saya.
Suasana yang hening tercipta ketika saya masuk ke kantor PKS yang
berada di jalan Sei Beras, Babura, Medan Baru. Seorang lelaki separuh baya
bertanya terkait kehadiran saya dan ingin bertemu dengan siapa. Dengan santun
saya berusaha menjelaskan maksud dan tujuan saya datang ke kantor DPD PKS.
Beliau mengantarkan saya menemui seorang perempuan yang masih cukup muda
yang kemudian membantu saya mendapatkan data dan informasi yang saya
butuhkan. Perempuan yang membantu saya ternyata adalah alumni dari FMIPA
(Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam) Universitas Sumatera Utara. Sejak
kuliah beliau merupakan mahasiswi yang mengikuti organisai dakwah di kampus,
yang kemudian tertarik untuk masuk ke partai setelah lulus dari studi nya.
Setelah berbincang dalam waktu yang cukup lama dengan beliau, saya
mengundurkan diri sambil melihat kondisi sekitar di dalam kantor tersebut.

23

Universitas Sumatera Utara

Terlihat seorang laki-laki yang berbincang dengan seorang perempuan dalam
jarak yang cukup jauh. Membicarakan seputar kegiatan yang cukup penting
namun komunikasi yang terjalin cukup singkat tanpa ada perdebatan yang cukup
panjang. Dalam sebuah ruangan saya melihat seorang perempuan sedang
berbicara dibalik tirai hijab sholat dengan beberapa orang laki-laki.
Setelah menyelesaikan proposal awal dan mendapatkan surat lapangan,
saya kembali mengunjungi kantor DPD PKS dan sebelumnya sudah membuat
janji akan bertemu dengan beberapa informan . Suasana saat itu cukup ramai
karena memang sedang dilaksanakan acara pengajian rutin untuk kader
perempuan. Bertemu dengan kak Nana dan memberikan surat izin namun sebelum
saya bertemu dengan informan saya dipersilahkan untuk mengikuti acara
pengajian tersebut. Pengajian yang dihadiri oleh kader perempuan ini membahas
bagaimana cara menghadapi isyu yang menerpa partai di tengah masyarakat.
Pertemuan ini dihadiri oleh kader yang memiliki beragam usia, mulai dari yang
sudah sesepu, ibu-ibu muda dengan bayi mungilnya dan perempuan-perempuan
muda yang baru masuk menjadi kader di partai.
Setelah satu jam berlalu, acara selesai dan saya bertemu dengan tiga
orang informan yang sudah dijanjikan. Senyum yang ramah dan sapaan lembut
adalah kesan pertama saya bertemu dengan mereka. Bayi mungil di tangan
perempuan itu terus menagis namun dengan sabar dia tetap menenangkan anaknya
sambil menyapa saya. Wawancara pertama yang berlangsung selama kurang lebih
2 jam berjalan dengan baik. Setelah itu, mereka mengajak saya untuk mengikuti
beberapa kegiatan yang dibuat oleh partai.
24

Universitas Sumatera Utara

Sabtu siang yang cukup sendu, ditemani rintikan hujan saya kembali
melangkahkan kaki menuju kantor DPD PKS. Bertemu dengan seorang kader
PKS dan langsung mengajak saya bergabung dengan kumpulan perempuan yang
sedang melangsungkan halaqoh (pengajian kecil). Membahas bagaimana
produktifitas seorang ibu di dalam rumah dan di luar rumah. Walaupun baru
pertama kalinya bertemu, hubungan itu terasa sudah seperti lama bertemu. Image
yang tidak pernah lepas dari seorang kader PKS, berjilbab besar, baju muslimah
dan longgar, menggunakan kaos kaki, dan tanpa make-up.
Dalam beberapa event kegiatan besar, seperti penggalangan dana untuk
Palestina atau pengajian Akbar, terlihat komposisi yang sangat berbeda antara
laki-laki dan perempuan. Kaum perempuan lebih mendominasi kehadirannya dari
pada kaum laki-laki. Begitu juga saat pelaksanaan rapat program, kehadiran
perempuan lebih mendominasi daripada kehadiran laki-laki.
1.7. Analisis Data
Analisis data adalah upaya atau cara untuk mengolah data menjadi
informasi sehingga karektiristik data tersebut bisa dipahami dan bermanfaat untuk
solusi permasalahan, terutama masalah yang berkaitan dengan penelitian. Analisis
data ini dilakukan untuk mengubah data hasil dari penelitian menjadi informasi
yang nantinya bisa dipergunakan salam mengambil kesimpulan. Adapun tujuan
dari analisis data ialah untuk mendeskripsikan data sehingga bisa dipahami, lalu
untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik data informan berdasarkan
data yang didapatkan dari lapangan.

25

Universitas Sumatera Utara

Data-data yang diperoleh dari lapangan diperiksa dan diklasifikasikan
kembali ke dalam bagian-bagian yang sesuai dengan penelitian yang diajukan,
yang memudahkan peneliti dalam penuangan ke dalam tulisan, baik itu dari hasil
observasi (yang dilihat) maupun hasil wawancara (yang diperoleh dari para
informan).
Data-data

inilah

yang

nantinya

dikategorikan

sesuai

dengan

hubungannya yang terdapat di perumusan masalah dan dikembangkan dalam
bentuk pembahasan dalam bab-bab selanjutnya.

26

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perbandingan Partisipasi Politik Perempuan di Partai Nasdem (Nasional Demokrat) dan PKS (Partai Keadilan Sejahtera) Kabupaten Batubara

2 76 172

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan)

3 95 196

Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

0 29 122

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan)

0 0 17

Sistem Kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera (Studi Etnografi Antropologi Politik Tentang Sistem Kaderisasi PKS di Kota Medan)

0 0 1

Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

0 0 15

Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

0 0 1

Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

0 0 23

Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

0 0 3

Perempuan Dalam Partai Politik Islam Studi Etnografi Tentang Peran dan Posisi Perempuan Dalam Sistem Kaderisasi di DPD Partai Keadilan Sejahtera Kota Medan

0 0 4