Rasionalitas Pemilihan Opinion Leader Dalam Kegiatan Praktikum (Studi Kasus Tentang Jaringan Komunikasi di Kelompok Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU)

(1)

RASIONALITAS PEMILIHAN OPINION LEADER DALAM KEGIATAN PRAKTIKUM

(Studi Kasus tentang Jaringan Komunikasi di Kelompok Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian USU)

D I S U S U N OLEH :

NURCAHAYA SIANTURI 030904070

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul RASIONALITAS PEMILIHAN OPINION LEADER DALAM TUGAS PRAKTIKUM. Sebuah studi kasus terhadap kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan Angkatan 2005 Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, yang berlokasi di Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Kampus USU Medan. Dengan tujuan untuk mengetahui jaringan komunikasi dalam kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005 tersebut, pola-pola yang ada dalam jaringan tersebut, serta apa alasan dibalik pemilihan opinion leader (pemuka pendapat) dalam jaringan komunikasi tentang tugas praktikum tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena berupaya utnuk mencari tahu sedalam mungkin tentang jaringan komunikasi yang ada dalam kelompok mahasiswa tersebut, serta faktor-faktor penyebab suatu fenomena (pemilihan opinion leader) yang tidak dapat dijelaskan dengan terperinci oleh metode kuantitatif. Selain itu hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian-uraian yang jelas dan mendalam.

Proses pengumpulan data dimulai sejak akhir Januari ketika aktivitas perkuliahan mulai aktif, secara khusus kegiatan praktikum, dan selesai pada minggu pertama Mei ketika data yang diperlukan sudah didapatkan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam (depth interview) dengan metode snow ball (bola salju), yang dimulai dari seorang informan kunci yang kemudian berlanjut kepada informan lainnya hingga data


(3)

yang dibutuhkan diperoleh. Hingga penelitian ini selesai ada 12 informan, yang dibagi dalam dua kategori yaitu secara personal, dan kelompok; baik itu kelompok tugas maupun kelompok sosial yang ada. Metode kedua yang dipakai adalah sensus, yang ketiga metode observasi nonpartisipan sebagai cara untuk memperkuat data-data temuan hasil wawancara dan sensus yang dilakukan.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa ada tiga klik dalam jaringan komunikasi yang ada dalam kelompok mahasiswa Departemen Ilmu hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005 dengan peran-peran yang terdapat di dalamnya yaitu: opinion leader, bridge (jembatan), anggota klik, serta isolate (pemencil). Selain itu ditemukan bahwa alasan pemilihan opinion leader dalam jaringan komunikasi kelompok mahasiswa tersebut adalah karena ketekunan (kepintaran) orang-orang tersebut, selain juga karena faktor kedekatan yang dirasakan terhadap opinion leader yang dipilih oleh masing-masing anggota dari jaringan komunikasi dari kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005.


(4)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……… i

Abstraksi……… iv

Daftar Isi………. v

Daftar Tabel dan Gambar………. vii

Daftar Lampiran………... viii

Bab I. Pendahuluan 1.1.Latar Belakang……….. 1

1.2.Perumusan Masalah……….. 5

1.3.Pembatasan Masalah………. 6

1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian………. 7

Bab II. Uraian Teoritis 2.1. Komunikasi Antarpribadi………..8

2.2. Kelompok dan dinamika kelompok……… 12

2.3. Teori Konvergensi……….. 16

2.4. Jaringan komunikasi………... 17

Bab III. Metodologi Penelitian 3.1. Deskripsi Lokasi penelitian……… 24

3.2. Metode Penelitian………... 29

3.3. Lokasi Penelitian……… 30


(5)

3.5. Teknik Analisa Data……… 32

Bab IV. Hasil dan Pembahasan 4.1. Proses Pengumpulan Data……….. 34

4.2. Kondisi Praktikum……….. 37

4.3. Hasil Penelitian 4.3.1. Interaksi dalam Komunitas………... 43

4.3.2. Analisis jaringan Komunikasi………... 49

4.3.3. Alasan pemilihan Opinion Leader……….... 60

4.3.4. Rangkuman………... 64

Bab V. Penutup 5.1. Kesimpulan………. 67

5.2. Saran………... 68 Daftar Pustaka


(6)

Daftar Tabel dan Gambar

Gambar II.1 Lima Jenis Jaringan Komunikasi Halaman 20 Gambar IV.1 Sosiogram Jaringan komunikasi Halaman54

Tabel III.1. Data Mahasiswa Halaman 28

Tabel IV.1 Data Informan Tunggal Halaman 36 Tabel IV.2 Data Informan Kelompok Tugas Halaman 36 Tabel IV.3 Data Informan Kelompok Sosial Halaman 37 Tabel IV.4 Data Kelompok-kelompok sosial mahasiswa HPT 05 Halaman 45 Tabel IV.5 Hubungan yang Terjadi di antara mahasiswa HPT 05

berkaitan dengan pengerjaan tugas pratikum. Halaman 51 Tabel IV.6. Matriks Sosiometri Jaringan Komunikasi Halaman 53 Tabel IV.7 Klik 1 dalam Jaringan Komunikasi Mahasiswa HPT 05 Halaman 55 Tabel IV.8 Klik 2 dalam Jaringan Komunikasi Mahasiswa HPT 05 Halaman 56 Tabel IV.9 Klik 3 dalam Jaringan Komunikasi Mahasiswa HPT 05 Halaman 59 Tabel IV.10 Data Opinion Leader dalam Jaringan Komunikasi


(7)

Daftar Lampiran 1. Identitas Informan


(8)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul RASIONALITAS PEMILIHAN OPINION LEADER DALAM TUGAS PRAKTIKUM. Sebuah studi kasus terhadap kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan Angkatan 2005 Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, yang berlokasi di Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Kampus USU Medan. Dengan tujuan untuk mengetahui jaringan komunikasi dalam kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005 tersebut, pola-pola yang ada dalam jaringan tersebut, serta apa alasan dibalik pemilihan opinion leader (pemuka pendapat) dalam jaringan komunikasi tentang tugas praktikum tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena berupaya utnuk mencari tahu sedalam mungkin tentang jaringan komunikasi yang ada dalam kelompok mahasiswa tersebut, serta faktor-faktor penyebab suatu fenomena (pemilihan opinion leader) yang tidak dapat dijelaskan dengan terperinci oleh metode kuantitatif. Selain itu hasil penelitian ini disajikan dalam bentuk uraian-uraian yang jelas dan mendalam.

Proses pengumpulan data dimulai sejak akhir Januari ketika aktivitas perkuliahan mulai aktif, secara khusus kegiatan praktikum, dan selesai pada minggu pertama Mei ketika data yang diperlukan sudah didapatkan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam (depth interview) dengan metode snow ball (bola salju), yang dimulai dari seorang informan kunci yang kemudian berlanjut kepada informan lainnya hingga data


(9)

yang dibutuhkan diperoleh. Hingga penelitian ini selesai ada 12 informan, yang dibagi dalam dua kategori yaitu secara personal, dan kelompok; baik itu kelompok tugas maupun kelompok sosial yang ada. Metode kedua yang dipakai adalah sensus, yang ketiga metode observasi nonpartisipan sebagai cara untuk memperkuat data-data temuan hasil wawancara dan sensus yang dilakukan.

Dari penelitian ini ditemukan bahwa ada tiga klik dalam jaringan komunikasi yang ada dalam kelompok mahasiswa Departemen Ilmu hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005 dengan peran-peran yang terdapat di dalamnya yaitu: opinion leader, bridge (jembatan), anggota klik, serta isolate (pemencil). Selain itu ditemukan bahwa alasan pemilihan opinion leader dalam jaringan komunikasi kelompok mahasiswa tersebut adalah karena ketekunan (kepintaran) orang-orang tersebut, selain juga karena faktor kedekatan yang dirasakan terhadap opinion leader yang dipilih oleh masing-masing anggota dari jaringan komunikasi dari kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Mengatakan manusia sebagai makhluk sosial (homo socius) tidaklah berlebihan tetapi sangat tepat. Devito mengatakan ada beberapa alasan bagi individu untuk membangun hubungan dengan orang lain, yaitu untuk mengenal diri sendiri, untuk mengenal dunia di luar dirinya, untuk membangun dan memelihara hubungan yang berarti, mengubah sikap dan perilaku, untuk bermain dan menghibur, dan untuk memperoleh bantuan ( Devito, 1986;14 ). Sementara itu Abraham Maslow mengatakan ada lima alasan seseorang ketika membangun hubungan dengan orang lain, yaitu: kebutuhan fisiologis, keselamatan, sosial, harga diri, dan aktualisasi diri (Robbins, 2003;387). Terlepas dari apakah seseorang mengetahui adanya teori-teori yang dikemukakan oleh dua ahli tersebut, setiap individu mulai dari kecil hingga dewasa, bahkan sampai usia lanjut pada umumnya memiliki naluri untuk membangun hubungan dengan orang lain dengan berbagai alasan, apakah itu untuk mencari kesenangan, mencari bantuan, keinginan merasa dibutuhkan, dan berbagai alasan lainnya.

Setiap individu memiliki peran yang berbeda-beda dalam kehidupannya; mungkin dalam sebuah keluarga ia memiliki peran sebagai orangtua yang harus mengayomi dan mengarahkan anak-anaknya agar ia berhasil melakukan perannya sebagai orang tua yang baik, dalam lingkungan masyarakat mungkin sebagai anggota masyarakat yang harus mengerjakan perannya sebagai warga yang baik,


(11)

tetapi bila di lingkungan kantor mungkin ia berperan sebagai seorang pimpinan yang dituntut untuk memberi arahan untuk banyak orang demi kemajuan atau tercapainya tujuan organisasi di mana dia bekerja. Demikianlah setiap orang memiliki lebih dari satu peran, dan dengan adanya peran itu ia dituntut untuk membangun hubungan sebanyak mungkin dengan orang lain dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan yang dimilikinya sesuai dengan peranan yang dimainkannya.

Setiap orang pada umumnya memilih orang-orang lain untuk dijadikan teman di dalam berbagi peran yang dimilikinya, dan pada umumnya setiap orang mendasari pemilihan atas orang-orang yang berinteraksi dengannya dengan faktor kesamaan yang dimiliki, baik itu kesamaan dalam ketertarikan akan bidang tertentu, kesamaan cara pandang, umur, agama, status sosial dan ekonomi, dan lain-lain.

Dan ketika beberapa orang yang memiliki tujuan yang sama dan latar belakang yang ‘sama’ saling berinteraksi, maka terbentuklah sebuah kelompok kecil yang di dalamnya setiap orang saling berinteraksi dan membuka diri dalam sebuah komunikasi antarpribadi yang dekat dan ‘hangat’. Dalam sebuah hubungan antarpribadi secara khusus yang dibangun atas dasar adanya tujuan tertentu, setiap hal biasanya dikerjakan secara bersama sekalipun tetap dikoordinir oleh seseorang yang secara sadar atau tidak disadari telah menjadi pemimpin di dalam kelompok tersebut. Baik itu dalam hal tugas, atau dalam hal-hal yang lain.

Pemimpin dalam kelompok tersebut pada umumnya berubah sesuai dengan hal-hal yang dikerjakan, mungkin dalam bidang yang satu seseorang lebih


(12)

dipercaya untuk memimpin sesuai dengan kecakapan yang dimilikinya, sementara untuk bidang yang lain, orang lain mungkin memiliki kapabilitas yang lebih daripada dirinya, sehingga orang lain itulah yang dipilih untuk menjadi pemimpin dalam bidang yang lain tersebut. Dengan hal itu hubungan setiap orang dalam kelompok menjadi lebih kuat satu dengan yang lain, karena pada akhirnya setiap anggota akan memiliki peran masing-masing yang berbeda sesuai dengan kemampuannya. Dan pada akhirnya akan memperkuat hubungan di antara mereka.

Sebuah komunitas akan terbentuk dari kumpulan kelompok-kelompok yang memiliki interest (kepentingan) yang sama, yang oleh sebagian ahli dikatakan diikat oleh geografis (lokasi) tertentu, dimana setiap orang dapat mengetahui kondisi yang lain berdasarkan informasi yang diperoleh dari orang-orang tertentu yang dekat dengannya; apakah itu seseorang-orang tersebut berasal dari kelompok kecil yang menjadi orang yang terdekat atau kepada orang yang bukan anggota kelompok namun menjadi orang yang dipercaya dalam hal-hal tertentu.

Sama halnya dengan apa yang terjadi di dalam kelompok kecil, seseorang yang menjadi tempat setiap orang bertanya dan meminta informasi akan berganti seiring dengan berubahnya topik atau hal-hal yang dibutuhkan. Seiring dengan kompleksnya hubungan yang terjadi dalam suatu komunitas, maka tanpa disadari terbentuk sebuah jaringan komunikasi; di mana kelompok-kelompok saling berinteraksi satu sama lain oleh karena adanya kebutuhan atau tujuan bersama.

Sama halnya dengan yang telah diuraikan sebelumnya, dunia mahasiswa yang kompleks juga salah satu dari contohnya. Setiap mahasiswa yang tergabung


(13)

dalam satu program studi yang sama secara khusus dalam angkatan yang sama juga pasti mengalami kompleksitas dari sebuah komunikasi akibat adanya tujuan tertentu yang mereka secara keseluruhan ingin capai; baik itu untuk memperoleh ilmu atau memperoleh gelar tetentu.

Secara sadar atau tidak sadar setiap mahasiswa akan membentuk kelompok-kelompok yang dapat mendukung mereka dalam mencapai tujuan mereka. Namun tanpa disadari mereka juga akan berhubungan dengan orang-orang di luar kelompok mereka dalam beberapa hal, yang seringkali hal tersebut merupakan sesuatu yang terjadi tanpa disadari oleh setiap orang di dalam kelompok.

Demikianlah halnya kondisi yang terjadi di berbagai universitas termasuk Universitas Sumatra Utara. Dengan banyaknya hal-hal yang harus dilakukan-dengan waktu yang sangat singkat, baik itu tugas mata kuliah atau tugas praktikum, dengan waktu kuliah yang cukup padat dan sistem perkuliahan yang menuntut mahasiswa untuk menyelesaikan perkuliahannya dengan cepat dan dengan banyaknya tugas-tugas yang lebih menuntut mahasiswa mengerjakannya secara mandiri maupun secara berkelompok, hal itu semakin mendorong terciptanya suatu komunikasi yang kompleks di antara mahasiswa, baik itu dalam kelompok kecil maupun dalam jumlah yang lebih besar.

Kompleksitas komunikasi yang terjadi di tengah-tengah kehidupan mahasiswa seringkali membawa pertanyaan ke dalam benak kita seperti bagaimana komunikasi yang kompleks bisa terjadi di tengah-tengah banyaknya perbedaan-perbedaan yang ada seperti perbedaan latar belakang sosial, ekonomi


(14)

dan budaya, serta perbedaan agama; alasan apa yang ada di balik keinginan seseorang atau sekelompok mahasiswa untuk berkomunikasi dengan kelompok atau mahasiswa lain, apa alasan dibalik pemilihan orang-orang yang menjadi teman kelompok, apa yang menjadi alasan dibalik pemilihan orang-orang yang menjadi sumber informasi bagi sekelompok mahasiswa yang berada di luar kelompok tersebut.

Faktanya sangat sulit membangun komunikasi dengan orang-orang yang memiliki begitu banyak perbedaan, pada umumnya orang-orang berada dalam kelompok yang sama disebabkan adanya kesamaan yang mereka miliki. Sangat jarang ditemukan ada suatu kelompok di mana anggota-anggotanya tidak memiliki beberapa persamaan baik itu status sosial, suku, agama, gaya hidup, tingkat intelegensi, dan lain lain.

Sama seperti yang terjadi di seluruh departemen dan fakultas yang ada di Universitas Sumatra Utara demikian jugalah halnya terjadi di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian. Dengan banyaknya beban mata kuliah yang dibawa oleh setiap mahasiswa, ditambah banyaknya tugas praktikum yang hampir sama banyaknya bahkan kadang lebih banyak daripada tugas mata kuliah sekalipun beban SKS-nya jauh lebih sedikit, mendorong setiap mahasiswa untuk lebih banyak berinteraksi satu dengan yang lain, dan pada akhirnya juga mengakibatkan kompleksnya komunikasi di antara mereka yang juga secara pasti akan mengakibatkan kompleksnya jaringan komunikasi di antara mahasiswa tersebut.


(15)

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

“Bagaimanakah tujuan pemilihan opinion leader dalam masalah praktikum pada kelompok mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian USU ?

I.3 PEMBATASAN MASALAH

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka penulis merasa perlu untuk membuat pembatasan masalah yang lebih jelas dan spesifik. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dikhususkan untuk mengetahui hubungan (jaringan komunikasi) yang terjadi di antara mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara dalam hal praktikum.

2. Fokus penelitian ini adalah rasionalitas pemilihan opinion leader dalam hal praktikum mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara

3. Opinion Leader yang dimaksud adalah orang yang tanpa disadari oleh orang lain menjadi pemimpin; yang mempengaruhi apa yang diyakini dan dilakukan oleh orang-orang.

4. Informan penelitian ini adalah mahasiswa Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara stambuk 2005


(16)

yang masih aktif kuliah dan memiliki pengalaman praktikum yang paling banyak.

5. Penelitian ini bersifat kualitatif, yaitu hanya bermaksud menggambarkan situasi secara apa adanya dan tidak memperhatikan segi kuantitas data, dan tidak bermaksud untuk menggeneralisasi hasil penelitian.

I.4 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui jaringan komunikasi dan pola-pola serta peranan-peranan yang terdapat dalam jaringan komunikasi di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara

2. Mengetahui apa faktor-faktor yang melatarbelakangi mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara dalam memilih opinion leader yang ada dalam komunitas mereka.

I.4. 2 Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian komunikasi khususnya mengenai jaringan komunikasi.


(17)

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan untuk menangani masalah-masalah dalam sebuah komunitas, dan untuk mencari pemecahan masalah dalam kelompok yang sering terjadi.


(18)

BAB II

URAIAN TEORITIS

1. Komunikasi Antarpribadi

Secara umum komunikasi antarpribadi dapat diartikan sebagai suatu proses pertukaran makna antara orang-orang yang saling berkomunikasi, di mana proses tersebut mengacu pada perubahan tindakan dari orang-orang yang berkomunikasi ( Sendjaja,1994:41 ).

Dari pengertian komunikasi yang demikian, terdapat sejumlah karakter khusus yang dimiliki oleh komunikasi antarpribadi, yaitu :

a. Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional, hal ini mengacu pada proses dari komunikasi antarpribadi yang saling bertukar pesan, di mana kedua belah pihak saling berperan; dan bertukar peran, baik itu sebagai pemberi pesan atau penerima pesan, atau sebagai keduanya.

b. Komunikasi antarpribadi mencakup aspek isi-isi pesan dan hubungan antar pribadi; maksudnya komunikasi antarpribadi tidak hanya menyangkut isi pesan yang dipertukarkan, tetapi juga melibatkan siapa partner kita dan bagaimana hubungan kita dengan partner kita tersebut.

c. Komunikasi antarpribadi mensyaratkan adanya kedekatan fisik (proksimitas) antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan kata lain

komunikasi antarpribadi menuntut setiap orang yang berkomunikasi setidaknya pernah bertemu.


(19)

d. Komunikasi antarpribadi tidak dapat diulang atau diubah. Jika kita salah mengatakan sesuatu, mungkin bisa minta maaf, tetapi itu tidak berarti menghapus apa yang pernah kita ucapkan.

Setiap orang memiliki tujuan-tujuan tertentu dalam membina hubungan antarpribadi dengan orang lain, namun demikian Devito mengemukakan beberapa tujuan yang mendorong individu untuk menjalin hubungan antarpribadi dengan orang lain (Devito, 1986:14-15).

1. Untuk mengenal diri sendiri.

Ketika kita membangun sebuah hubungan antarpribadi dengan orang lain kita belajar banyak hal tentang diri kita sendiri. Faktanya, sebagian besar persepsi kita tentang diri kita pribadi sering dibentuk dari hubungan antarpribadi tersebut.

2. Untuk menemukan dunia luar.

Sama seperti kita belajar lebih banyak tentang diri kita sendiri melalui hubungan antarpribadi, kita juga belajar tentang dunia luar, objek-objek, peristiwa, dan orang lain. Sekalipun kita juga belajar tentang semua itu dari media massa, tetapi kita seringkali mendiskusikan dan memahami semua itu melalui interaksi antarpribadi.

3. Untuk membangun dan memelihara hubungan yang sungguh-sungguh. Salah satu kebutuhan terbesar kita adalah membangun dan memelihara hubungan dengan orang lain. Kita ingin merasa disukai dan dicintai, dan sebaliknya kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain.


(20)

Hubungan antarpribadi yang kita jalin dengan orang lain, membuat kita merasa positif tentang diri kita sendiri.

4. Untuk merubah sikap dan perilaku.

Seringkali kita berusaha merubah sikap dan perilaku orang lain dalam hubungan antarpribadi. Kita menginginkan mereka untuk memilih cara tertentu, bidang tertentu, kursus tertentu, berpikir dengan cara tertentu, dan lain-lain. Kita menghabiskan waktu-waktu terbaik kita dalam hubungan antarpribadi yang persuasif karena memang itulah tujuan dari komunikasi yang sesungguhnya, yaitu merubah perilaku orang lain.

5. Untuk bermain dan menghibur.

Bermain mencakup semua aktivitas yang bertujuan untuk menimbulkan kesenangan. Berbicara kepada teman tentang aktivitas kita selama seminggu, mendiskusikan olahraga atau kencan, menceritakan sebuah cerita atau humor adalah beberapa contoh. Jauh dari sekadar tidak berarti atau tidak serius, tujuan kegiatan ini sangat penting bagi kita semua. Hal ini memberikan keseimbangan bagi kita dan memberikan penyegaran dari segala keseriusan yang kita alami.

6. Untuk mendapatkan pertolongan.

Kita sering memperoleh hal ini dari interaksi kita dengan orang lain setiap hari; kita memberikan penghiburan kepada teman yang baru saja patah hati, kita memberikan saran kepada anak-anak tentang studi yang akan diambil, kita menenangkan anak kecil yang menangis, dan berhasil atau


(21)

tidaknya seseorang melakukan hal ini tergantung dari kecakapannya dalam berkomunikasi secara pribadi.

Untuk membangun sebuah hubungan antarpribadi yang baik dengan orang lain diperlukan beberapa hal, antara lain (Devito,1986:70) :

1. Keterbukaan.

Keterbukaan dalam hubungan antarpribadi mencakup tiga hal; yang pertama seorang individu haruslah terbuka kepada orang yang berinteraksi dengannya, yang kedua; seseorang harus jujur terhadap stimulus yang dialaminya-hal ini berarti jujur untuk respon dari stimulus yang diterimanya, yang ketiga; seseorang harus mengakui keberadaan dari perasaan dan pikirannya.

2. Empati.

Empati sekalipun hal yang paling sering kita dengar, juga adalah hal yang paling sulit untuk kita lakukan. Dan hal ini adalah hal yang terpenting yang harus kita miliki ketika kita membangun hubungan dengan orang lain. Ketika kita mampu berempati kepada orang lain, kita berada pada posisi yang lebih baik untuk mengerti orang lain.

3. Dukungan.

Hubungan yang efektif adalah hubungan yang didalamnya ada dukungan. Keterbukaan dan empati saja tidak cukup untuk membangun sebuah hubungan tanpa adanya dukungan. Dukungan ditunjukkan dan dikembangkan dengan sikap kita yang lebih menjelaskan daripada


(22)

mengkritik, spontan daripada hati-hati, dan lebih siap untuk berubah daripada tidak menerima masukan dari orang lain.

4. Sikap positif.

Kita menunjukkan sikap positif dalam hubungan antarpribadi dengan paling sedikitnya dua cara: membangun perilaku yang positif, dan bersikap lembut kepada orang yang berinteraksi dengan kita.

5. Kesamaan.

Kesamaan adalah karakter yang khusus. Karena tidak dalam semua hal kita bisa pada level yang sama dengan orang lain seperti kecerdasan, penampilan, materi, dll. Dan ini juga bukan berarti kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda dengan kita. Maksudnya adalah kita harus memiliki pemahaman yang sama bahwa kita adalah sederajat dalam keberadaan kita sebagai manusia dan masing-masing pribadi punya hal yang berbeda yang bisa saling mendukung.

Lima hal yang disebutkan di atas adalah aspek-aspek penting dari sebuah hubungan yang harus diperhatikan oleh setiap orang ketika ingin membangun sebuah hubungan antarpribadi dengan orang lain. Devito tidak menyimpulkan bahwa ketika kita memperhatikan aspek-aspek tersebut di atas kita akan berhasil membangun hubungan yang baik, tetapi Devito menyatakan bahwa hal hal tersebut jika kita perhatikan akan membantu kita membangun sebuah hubungan yang efektif dengan orang lain.


(23)

2. Kelompok dan Dinamika Kelompok

Oxford Learner’s Pocket Dictionary mengemukakan kelompok sebagai sekumpulan orang atau benda yang dipersatukan. Sementara itu Muzafer Sherif menyatakan bahwa kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan peranannya, yang memiliki norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok baik secara tertulis maupun tidak tertulis (Tesis; Suyatna,1982;5).

Kumpulan sosial dari beberapa orang tidak serta merta disebut sebagai kelompok sosial, sebab kumpulan dari beberapa orang dapat dikategorikan atas banyak nama, antara lain; mass, mobs, aggressive, exope, acquisitive, expressive, audience, causal, intensional, recreational, information, lynching, terrorizization, riobs, panic organization, serta panic in organization (Santoso,1999:46). Muzafer Sherif menyebutkan beberapa ciri-ciri kelompok sosial yaitu : (1) Adanya dorongan/motif yang sama pada setiap individu sehingga terjadi interaksi sosial sesamanya dan tertuju dalam tujuan bersama. (2) Adanya reaksi dan kecakapan yang berbeda di antara individu satu dengan yang lain akibat terjadinya interaksi sosial. (3) Adanya pembentukan dan penegasan struktur kelompok yang jelas, terdiri dari peranan dan kedudukan yang berkembang dengan sendirinya di dalam rangka mencapai tujuan bersama. (4) Adanya penegasan dan peneguhan norma-norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dan kegiatan anggota kelompok dalam merealisasi tujuan kelompok.

Ciri-ciri yang demikian mempersempit objek-objek yang masuk ke dalam cakupan sebuah kelompok sosial dan memberikan penjelasan bahwa dalam upaya


(24)

untuk mencapai tujuan bersama sebuah kelompok sosial memiliki struktur kepemimpinan sekalipun dalam jenis kelompok tertentu kepemimpinan tersebut seringkali terjadi tanpa disadari oleh anggota kelompok tersebut.

Saling kebergantungan anggota kelompok atau interdependensi di antara anggota mengakibatkan adanya dinamika dalam sebuah kelompok. Jenkins (Suyatna:1982;5) menyatakan bahwa dinamika kelompok adalah kekuatan-kekuatan di dalam kelompok yang menentukan perilaku kelompok dan perilaku anggota kelompok untuk tercapainya tujuan kelompok, sementara itu ada juga yang menyatakan bahwa dinamika kelompok adalah studi tentang kelompok, dan sampai kepada kondisi menyeluruh untuk proses dari sebuah kelompok. (http://en.wikipedia.org/wiki/Group_Dynamics).

Margono (Suyatna;1982:6) mengemukakan kekuatan-kekuatan di dalam kelompok (dinamika kelompok), termasuk: tujuan kelompok, struktur kelompok, fungsi tugas, pembinaan kelompok, kekompakan kelompok, suasana kelompok, tekanan pada kelompok, dan keefektifan kelompok. Hal-hal tersebut menjadi kekuatan karena ketika faktor-faktor dalam dinamika kelompok tersebut dilakukan dengan baik maka dapat mendorong terciptanya suatu kelompok yang sangat efektif ketika menghadapi berbagai hal dalam kehidupan kelompok.

Ruth Benedict (Santosa: 1999; 9-10) menjelaskan beberapa unsur dalam dinamika kelompok, antara lain bagaimana kedekatan (kohesivitas) di dalam kelompok akan mempengaruhi juga proses pengelompokan, nilai-nilai dalam kelompok. Benedict juga menyatakan bahwa motif seseorang dalam sebuah kelompok mempengaruhi kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi terhadap


(25)

kelompok dan terhadap dirinya sendiri, hal ini dapat dipahani karena ketika seseorang memiliki motif yang kuat untuk berada dalam sebuah kelompok, maka motif itu bisa menjadi sebuah kekuatan atau faktor pemicu untuk memberikan hal-hal yang positif dari dirinya secara pribadi bagi tercapainya tujuan kelompok; dan yang juga berarti tentu saja meningkatkan kesatuan dalam kelompok. Struktur dalam sebuah kelompok menyangkut masalah bentuk hubungan yang terjadi di antara anggota kelompok, perbedaan kedudukan antaranggota, serta pembagian tugas di antara meraka.

Benedict juga menyatakan betapa pentingnya masalah kepemimpinan dalam sebuah kelompok sebab pemimpin memegang peranan penting dalam keberhasilan kelompok. Seorang pemimpin memiliki wewenang untuk mengatur dan mengkoordinir setiap anggota kelompok dalam mengerjakan suatu tugas tertentu untuk mencapai tujuan kelompok, atau seorang pemimpin juga memiliki wewenang untuk mengarahkan setiap anggota kelompok untuk berinteraksi satu dengan yang lain sehingga kekompakan kelompok dapat terjaga. Pentingnya peranan seorang pemimpin dalam kelompok dapat terlihat pada bentuk kepemimpinan, tugas seorang pemimpin, juga sistem kepemimpinannya.

Perkembangan kelompok sangat menentukan kehidupan kelompok selanjutnya. Jika setiap anggota merasakan suasana yang nyaman dalam kelompok, baik itu dari interaksi yang ada di dalam kelompok, tujuan kelompok atau tujuan pribadi yang tercapai, maka hal tersebut dapat membantu sebuah kelompok bertahan, sebaliknya jika setiap anggota kelompok tidak menemukan kenyamanan dalam interaksi sesame anggota, tidak menemukan tercapainya


(26)

tujuan, baik itu tujuan kelompok atau tujuannya pribadi, maka kondisi tersebut memungkinkan kelompok tersebut mengalami perpecahan.

Dalam pemahaman yang demikian, dapat dipahami bahwa setiap unsur dalam dinamika sebuah kelompok saling mempengaruhi. Kepemimpinan yang baik, adanya tujuan bersama atau tujuan pribadi yang sama tentu saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah kelompok. Namun lebih dari itu suasana kelompok yang mendukung sangat diperlukan untuk membangun kelompok yang sehat dan efektif.

Setiap unsur-unsur dalam sebuah dinamika kelompok pasti terdapat dalam sebuah kelompok baik dalam bentuk kelompok formal atau tidak formal serta apakah kelompok itu kelompok yang efektif atau kelompok yang tidak efektif. Jika setiap unsur dalam dinamika sebuah kelompok dalam kondisi yang positif maka hubungan atau kelompok tersebut pun menjadi sebuah kelompok yang efektif dan memberikan nilai positif kepada setiap orang yang ada di dalamnya. 3. Teori Konvergensi

Teori ini merupakan salah satu teori yang mengkritisi model komunikasi linear (satu arah), yang pada zamannya sangat banyak diteliti oleh ahli-ahli komunikasi seperti Shannon dan Weaver, Schramm, dan juga oleh David K. Berlo yang memandang bahwa individu merupakan sebuah entitas yang mandiri, terpisah dari lingkungannya. Teori konvergensi ini sendiri dicetuskan oleh ahli filsafat Charles Sanders Peirce, yang kemudian dalam ranah ilmu komunikasi dipopulerkan oleh Lawrence Kincaid (1979).


(27)

Model komunikasi ini menyatakan bahwa sebuah sistem terdiri dari beberapa anggota yang saling tergantung satu dengan yang lain, dan sangat dipengaruhi oleh lingkungan di mana komunikasi tersebut berlangsung. Dalam model komunikasi ini informasi dan pemahaman bersama tentang satu hal merupakan komponen dasar dari suatu komunikasi. Hal ini karena komunikasi merupakan sebuah proses yang terjadi di antara dua atau lebih manusia, yang masing-masing memiliki tujuan dan latar belakang yang berbeda. Pemahaman penting dari teori ini adalah bahwa sebuah komunikasi tidak dapat diteliti secara mutlak tanpa pemahaman dari tujuan dari sebuah sistem sosial (Rogers&Rogers, 1976: 62).

Model ini juga sering disebut sebagai model komunikasi sirkuler, di mana hubungan dari dua atau lebih individu yang merupakan proses yang kompleks, berlanjut tidak bisa berubah dengan sendirinya, hal inilah yang menyebabkan komunikasi selalu berkembang dari waktu ke waktu. Suatu model komunikasi tidak lengkap kalau hanya menganjurkan analisis pada seorang partisipan untuk memahami pesan. Komunikasi selalu merupakan tindakan bersama dalam berbagi informasi antara dua atau lebih orang. Dengan kata lain selalu mengandung hubungan-hubungan. Jaringan komunikasi terdiri dari individu-individu yang saling berhubungan melalui proses arus informasi.

Model ini digambarkan sebagai lingkaran yang tumpang tindih, yang menggambarkan bahwa dalam sebuah komunikasi terjadi sebuah proses yang menuju satu titik di mana setiap anggota mencapai suatu kesepahaman tentang pesan masing-masing (konvergen). Sekalipun pemahaman bersama merupakan


(28)

tujuan dari model komunikasi, hal tersebut tidak pernah bisa dicapai secara sempurna karena berbagai perbedaan informasi yang dimiliki masing-masing individu.

Namun konvergen tidak selalu berarti sepakat, hal tersebut bisa berarti bahwa kedua pihak memiliki pemahaman lebih baik satu sama lain, terlepas dari apakah mereka sepakat atau tidak terhadap suatu hal (Ardianto& Q-Anees, 2007:28).

4. Jaringan Komunikasi

Penelitian mengenai hal ini pertama sekali dilakukan oleh Jacob Levy Moreno pada tahun 1932-1938 di Training School for Girls in Hudson, New York State, ketika ia menciptakan suatu teknik analitis untuk mempelajari interaksi yang terjadi dalam sebuah kelompok dan menamakannya dengan istilah sosiometri. Moreno menanyai anggota suatu kelompok tentang siapa yang mereka sukai dan tidak sukai, dan dengan siapa mereka ingin berinteraksi atau tidak. Dari data yang diperoleh dari hasil wawancara ini, Moreno mampu merancang bangun sosiogram yang mengidentifikasi pola tarikan, tolakan, dan ketidakacuhan di antara anggota-anggota kelompok. Dalam perkembangannya bidang ini kemudian diteliti oleh banyak orang, termasuk salah satu yang terkemuka oleh Rogers&Rogers. Rogers menyebutkan bahwa salah satu tujuan utama dari analisis jaringan komunikasi adalah mengidentifikasi klik-klik yang ada dalam sebuah sistem komunikasi, hal ini lanjutnya, sangat penting karena klik


(29)

merepresentasikan aspek penting dari sebuah struktur dari suatu sistem (Rogers& Rogers: 1976:138).

Teori tentang jaringan komunikasi ini menjelaskan tentang cara mengukur tingkat hubungan antarpribadi individu dalam kelompok, pengukuran perilaku sosial manusia. Popin Dictionary Home Page (2001) mendefinisikan sosiometri sebagai berikut :

1. Suatu metode untuk mempelajari hubungan antarpribadi dalam suatu kelompok.

2. Suatu cara untuk mengukur perilaku sosial manusia, yaitu mengukur bagaimana individu berinteraksi dengan orang lain dalam kelompoknya, bagaimana ia memandang orang lain dalam kelompoknya, bagaimana ia memilih orang lain sebagai teman kelompoknya, dan bagaimana kelompok mengembangkan struktur sosialnya.

Ada beberapa pola aliran komunikasi (informasi) dalam sebuah kelompok atau organisasi (Tubbs and Moss, 2003:374-377), yaitu :

1. Pola Roda/Radial (memusat) : pola ini adalah sebuah pola yang memungkinkan bagi setiap anggotanya untuk mengarahkan seluruh informasi kepada individu yang menduduki posisi sentral. Orang yang dalam posisi sentral menerima kontak dan informasi yang disediakan oleh anggota lainnya dan memecahkan masalah dengan saran dan persetujuan anggota lainnya.


(30)

2. Pola Rantai : pola ini adalah pola yang memungkinkan sebagian anggotanya dapat berkomunikasi dengan dua anggota lainnya, sementara yang lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan satu anggota lainnya. Tidak seperti pola roda atau lingkaran, pola ini tidak memiliki seseorang sebagai posisi sentral untuk memecahkan persoalan yang ada dalam kelompok.

3. Pola Y : pola ini merupakan pola dari aliran komunikasi yang hampir mirip dengan pola rantai, di mana sebagian anggotanya bisa berkomunikasi dengan dua anggota lainnya sementara sebagian anggota lainnya hanya bisa berkomunikasi dengan satu anggota lainnya. Pola ini seperti pola rantai, di mana anggota dari kelompok memiliki komunikasi yang terbatas dengan orang lain.

4. Pola Lingkaran : pola ini adalah pola yang memungkinkan semua anggota berkomunikasi dengan yang lainnya hanya tidak ada seorang anggota pun yang dapat berhubungan dengan anggota keseluruhan anggota lainnya, demikian pula tidak ada anggota yang memiliki akses langsung terhadap informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan.

5. Pola Semua Saluran : pola ini adalah pola dari aliran komunikasi yang memungkinkan semua anggota bisa berkomunikasi dengan keseluruhan anggota lainnya. Juga pola aliran komunikasi ini tidak memiliki seseorang untuk menduduki posisi sentral dalam kelompok untuk menjadi tempat mencari penyelesaian.


(31)

Gambar II.1

Lima Jenis Jaringan Komunikasi

Roda/Radial Rantai Y


(32)

Kelima pola tersebut sebenarnya bisa digolongkan dalam dua jenis berdasarkan pola aliran informasi dan kepemimpinannya; yang pertama adalah pola roda/radial, rantai, dan Y, dimana pola ini lebih sedikit memberi peluang kepada anggota-anggotanya untuk saling berhubungan satu dengan yang lain, namun dalam hal kepemimpinan memungkinkan untuk munculnya seorang pemimpin di dalam kelompok tersebut. Pola yang kedua adalah pola lingkaran dan semua saluran, pola ini memberi peluang yang lebih besar kepada anggota-anggotanya untuk berkomunikasi, namun dalam sisi kepemimpinan kurang memungkinkan untuk munculnya seorang pemimpin yang bisa mempersatukan keseluruhan anggotanya. Dan fakta lainnya adalah bahwa semakin sedikit jumlah anggota dalam sebuah klik, maka akan semakin kuat kedekatan di antara mereka (interlocking), demikian pula sebaliknya, semakin banyak jumlah anggota dalam sebuah klik, maka akan semakin menyebar juga hubungan di antara mereka, yang juga bererti bahwa semakin kurang kedekatan di antara sesama anggota klik tersebut.

Dalam sebuah jaringan komunikasi yang terdapat dalam sekelompok orang-orang, terdapat tujuh peranan (Pace&Faules,2005:176), yaitu :

1. Klik, sebuah kelompok individu yang paling sedikit separuh dari kontaknya merupakan hubungan dengan anggota-anggota lainnya. Sebuah klik juga merupakan sebuah subsistem di mana elemen-elemen yang ada di dalamnya berkomunikasi lebih sering dengan anggota lain dari sebuah sistem komunikasi. Cara yang paling mudah untuk


(33)

mengidentifikasi sebuah klik adalah dengan melihat kedekatan (proximity) dari masing-masing anggota satu dengan yang lain dalam sebuah komunikasi.

2. Penyendiri (isolate), adalah orang-orang yang hanya melakukan sedikit atau tidak sama sekali dengan anggota kelompok lainnya. Tentu saja pada akhirnya, seorang isolate oleh akarena tidak memiliki komunikasi dengan siapa pun (sangat sedikit komunikasi) mengakibatkan dia bukan merupakan anggota dari klik mana pun yang ada dalam jaringan komunikasi dalam sebuah kelompok.

3. Jembatan (bridge), adalah seorang anggota klik yang memiliki sejumlah kontak yang menonjol dalam kontak antarkelompok, juga menjalin kontak dengan anggota klik lain. Bridge sangat penting untuk terjadinya aliran dari informasi baru. Jika bridge tidak ada dalam dua buah atau lebih klik, maka yang terjadi adalah jaringan yang akan terpecah menjadi dua atau lebih klik yang tidak memiliki kaitan/hubungan satu dengan yang lain. Pada umumnya indvidu yang berperan sebagai bridge ini memiliki kualitas yang hampir sama dengan kualitaas yang dimiliki oleh kosmopolit, yaitu orang yang termasuk mudah untuk bergaul dengan siapa saja, sehingga memungkinkannya untuk berkomunikasi dengan anggota dari klik yang lain.


(34)

4. Penghubung (liaison), adalah orang yang mengaitkan atau menghubungkan dua klik atau lebih tetapi ia bukan anggota salah satu kelompok yang dihubungkan tersebut.

5. Penjaga gawang (gate keeper), adalah orang yang secara strategis ditempatkan dalam jaringan agar dapat melakukan pengendalian atas pesan apa yang akan disebarkan melalui sistem tersebut. Dalam hal ini seorang gate keeper bertugas untuk menyeleksi informasi yang masuk ke dalam sebuah klik, untuk kemudian diebarkan ke seluruh anggota klik yang lain.

6. Pemimpin Pendapat (opinion leader), adalah orang tanpa jabatan formal dalam semua sistem sosial, yang membimbing pendapat dan mempengaruhi orang-orang dalam keputusan mereka. Pada umumnya opinion leader adalah inidividu yang menjadi pusat informasi/komentar dari setiap anggota. Karena pemuka pendapat (opinion leader) bebas berkomunikasi dengan siapa saja dari anggota klik tersebut. Opinion Leadership (kepemukapendapatan) adalah tingkatan di mana seseorang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain secara informal.

7. Kosmopolit, adalah orang yang menjadi milik seluruh dunia atau orang yang bebas dari gagasan, prasangka, atau kecintaan lokal, daerah, atau nasional, dan orang yang melakukan kontak dengan dunia luar, orang-orang di luar organisasi. Atau dengan kata lain individu yang tidak merupakan anggota dari klik manapun dalam sebuah jaringan


(35)

komunikasi, namun berkomunikasi dengan hampir semua klik yang ada.

Dalam lingkungan mahasiswa, ketujuh peranan yang terdapat dalam jaringan komunikasi tersebut pun terjadi, dan sama seperti halnya yang terjadi pada jaringan komunikasi manapun, semua peranan tersebut bisa terjadi tanpa disadari oleh orang-orang yang mengerjakannya.


(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman adalah salah satu dari program studi yang ada dalam naungan Fakultas Pertanian, yang memiliki dua belas program studi yaitu : Agronomi, Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman, Ilmu Tanah, Agrobisnis, Teknologi Hasil Pertanian, Produksi Ternak, Pemuliaan Tanaman, Teknik pertanian, Penyakit dan Komunikasi Pertanian, Manajemen Hutan, Budidaya Hutan, serta Teknologi Hasil Hutan.

Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman sendiri didirikan pada tahun 1974 dengan nama Jurusan Proteksi Tanaman, dan beberapa kali mengalami perubahan nama hingga pada tanggal 13 April 1987 menjadi Hama dan Penyakit Tumbuhan sesuai dengan SK Menteri Depdikbud No.410/PT05.H/SK/C.90. Kemudian pada tanggal 29 Desember sesuai dengan SK No.1629/JOS/SK/KP/2005 berubah menjadi Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan. Namun sejak tahun 2003, setelah dua puluh sembilan tahun menghasilkan alumni-alumni pertanian dari program studi Departemen Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan, pada akhirnya departemen ini telah memperoleh akreditasi dengan nilai B, dan hingga saat ini masih tetap diakui dengan akreditasi yang sama.


(37)

Selayaknya sebuah instansi pada umumnya, secara khusus lembaga dalam bidang pendidikan Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan juga memiliki Visi dan Misi, Tujuan, serta Rencana Strategis, yaitu:

Visi

Pada tahun 2018 Departemen HPT menghasilkan lulusan yang bermutu handal dalam manajemen perlindungan tanaman terutama perkebunan.

Misi

Menyelenggarakan dan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta mengembangkan diri di bidang hama dan penyakit tumbuhan terutama perkebunan.

Tujuan

Menghasilkan lulusan yang memiliki:

1. Pengetahuan dasar lingkungan hidup di lahan pertanian.

2. Pengetahuan dan keahlian di bidang ilmu hama dan penyakit tumbuhan. 3. Pengetahuan dan keahlian identifikasi permasalaham yang ditimbulkan

oleh hama dan penyakit tumbuhan.

4. Pengetahuan tentang strategi, teknik, serta cara yang tepat dalam upaya mengatasi gangguan hama dan penyakit tumbuhan.

5. Pengetahuan tentang manajemen pengelolaan hama dan penyakit dengan menguasai disiplin bidang ilmu yang terkait.

6. Pengetahuan dan keahlian tentang pemanfaatan makhluk hidup di lingkungan pertanaman sebagai sumber pendapatan.


(38)

7. Dapat menciptakan lapangan pekerjaan dengan memanfaatkan sumber daya alam dengan pengelolaan lahan pertanian.

Rencana Strategis

1. Peningkatan kemampuan staf pengajar dan staf administrasi.

2. Peningkatan kualitas, wawasan dan pengalaman staf pengajar dengan mengikuti pendidikan, pelatihan, magang, atau kursus singkat.

3. Peningkatan mutu proses belajar dan mengajar.

4. Melaksanakan fungsi melayani mahasiswa secara optimal.

5. Menyelaraskan kurikulum sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan keilmuan dan pasar ketenagakerjaan atau stakeholder.

6. Peningkatan kualitas laboratorium dengan penambahan peralatan di laboratorium hama, penyakit, nematologi, dan pengendalian hayati sesuai kebutuhan keilmuan tuntutan pasar kerja.

7. Pemberdayaan klinik tanaman.

8. Meningkatkan kemampuan staf laboratorium dalam hal manajemen laboratorium.

9. Meningkatkan mutu penelitian mahasiswa dengan mengarahkan penelitian yang dapat berdaya guna dan berhasil guna.

10.Penambahan bahan bacaan berupa buku teks, jurnal, dan majalah ilmiah di perpustakaan Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan

11.Meningkatkan pendanaan keuangan departemen melalui proyek hibah kompetisi, dan proyek lainnya.


(39)

Pelaksanaan Pendidikan

Proses belajar menjadi hak dari mahasiswa yang lulus dari penyaringan pemanduan minat dan prestasi, seleksi penerimaan mahasiswa baru, serta melalui program ujian masuk lokal yang diselenggarakan oleh pihak universitas untuk mahasiswa program regular mandiri. Kurikulum pendidikan Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan disesuaikan dengan kurikulum perguruan tinggi yang berisi kurikulum inti dan kurikulum institusional dengan dasar SK. Mendiknas No.232/U/2000 dan pengelompokan mata kuliah berdasarkan SK Mendiknas No. 045/U/2002 yang secara keseluruhan dapat dikategorikan atas mata kuliah MPK (Mata kuliah Pengembangan Kepribadian), MKK (Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan), MKB ( Mata kuliah Keahlian Berkarya), MPB (Mata kuliah Perilaku Berkarya), dan MBB (Mata kuliah Berkehidupan Bermasyarakat). Di mana kesemuanya itu telah disusun dengan berbasis kompetensi dengan kaitannya terhadap visi, misi, dan tujuan dari Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan dan secara luas memperhatikan visi, misi Fakultas Pertanian dan Universitas Sumatra Utara serta stake holder sebagai pemakai lulusan.

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan menyelenggarakan program kependidikan dalam 2 (dua) bidang ilmu yaitu hama dan penyakit dimana pembagian terhadap dua bidang ilmu ini dilakukan ketika mahasiswa sudah berada di semester enam, sehingga tidak terlalu menimbulkan perbedaan dalam hal ilmu yang diperoleh, namun kedua ilmu ini tetap menyatu dalam Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan. Program kependidikan dijadwalkan selesai dalam 8 (delapan) semester dan paling lama 12 (dua belas) semester dengan beban kredit


(40)

146 SKS, dimana 29 SKS di antaranya adalah berupa praktikum yang pelaksanaannya diserahkan kepada asisten laboratorium yang juga adalah mahasiswa senioran.

Data Mahasiswa.

Mahasiswa Departemen Ilmu hama dan Penyakit tumbuhan, berjumlah empat puluh lima (45) orang, yang terdiri dari 22 wanita dan 23 pria. Angkatan 2005 ini memiliki usia yang beragam yaitu antara 20-24 tahun, dan dari latar belakang agama Islam dan Kristen, yang terdiri dari 22 Islam, dan 23 kristen.

Tabel III.1

Data Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Angkatan 2005

NO NIM NAMA JENIS

KELAMIN

USIA (TAHUN)

AGAMA DAERAH ASAL 1 050302001 Alex P. Risky Pria 20 Islam Medan 2 050302002 Voltra Sijabat Pria 21 Kristen Medan 3 050302003 Syawaluddin Pria 21 Islam Medan 4 050302005 Ade Gunawan Pria 21 Islam Medan 5 050302006 Nena C. Daely Wanita 20 Kristen G. Sitoli 6 050302007 Isabella Wanita 20 Islam Tjg. Balai 7 050302008 Maimunah Wanita 21 Islam Medan


(41)

9 050302010 Jonli Pria 23 Kristen B. Kalipah 10 050302011 Sri Erna Wanita 20 Islam Medan 11 050302013 Surya

Hernanda

Pria 22 Islam Kisaran

12 050302014 Halimah Wanita 22 Islam L. Payung 13 050302015 Ressi Tarigan Pria 20 Kristen Kabanjahe 14 050302016 Martohap Pria 21 Kristen D. Sanggul

15 050302017 Andi Pria 20 Islam Medan

16 050302018 Ade Christian Pria 22 Kristen Tjg. Pinang 17 050302019 Sophiyani Wanita 22 Islam Medan

18 050302020 Wawan Pria 21 Islam Serbalawan

19 050302021 Enda D. G. Wanita 20 Kristen Binjai 20 050302022 Junaedi S. Pria 20 Islam P. Baru 21 050302023 Lumongga N. Wanita 21 Kristen P. Siantar 22 050302024 Nova Friyanti Wanita 20 Kristen Medan 23 050302025 Eko Suwardi Pria 21 Islam Medan 24 050302026 Gitra S.

Depari

Pria 21 Kristen Medan

25 050302027 Almanah Nst Wanita 21 Islam Tjg. Balai 26 050302028 Hendra Batar Pria 23 Kristen P.

Sidempuan


(42)

28 050302030 Yeni Sembiring

Wanita 22 Kristen Binjai

29 050302031 Mitrand Okinata

Pria 21 Kristen Medan

30 050302032 Sri Wahyuni Wanita 19 Islam P. Brandan 31 050302034 Nelly M.

Sinaga

Wanita 21 Kristen Parapat

32 050302036 Iin Sidabutar Wanita 21 Kristen Samosir 33 050302037 Surya Dwi Pria 21 Islam P. Labu 34 050302038 Angel P.

Purba

Wanita 22 Kristen Medan

35 050302039 Rinda Unawi Wanita 20 Kristen Medan 36 050302040 Ramsyik K. S. Pria 22 Kristen Situnggaling 37 050302043 Hestina G. Wanita 21 Kristen T. Binanga

38 050302044 Siti Wanita 21 Islam Kabanjahe

39 050302045 Pulungan S. Pria 20 Kristen Porsea 40 050302046 Krisnojono Pria 24 Kristen Hutabayu 41 050302047 Gloria

Sembiring

Wanita 20 Kristen Medan

42 050302048 Tayu Wanita 20 Islam Medan

43 050302049 Wirawan Pria 18 Islam Medan


(43)

45 050302052 Imanuel Tobing

Pria 21 Kristen Tarutung

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Jenis penelitian ini juga merupakan penelitian di mana keseluruhan hasil penelitian menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau prilaku yang dapat diamati, di mana penelitian terhadap subjek penelitian diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik dalam upayanya untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman atau fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Penelitian kualitatif dari sisi lain juga merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk memahami dan menelaah sikap, pandangan, perasaan, dari individu atau sekelompok orang yaitu dengan melakukan pengamatan, wawancara atau penelahaan dokumen (Moleong, 2005:2-9).

Penelitian ini sendiri dilakukan dengan metode kualitatif karena hendak mengetahui dengan mendalam dan terperinci tentang interaksi yang terjadi di antara mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005. Hal ini sendiri sesuai dengan karakteristik dari metode penelitian kualitatif itu sendiri, yaitu metode penelitian yang berupaya untuk mengungkap dan


(44)

memahami sesuatu di balik fenomena yang sedikit pun belum diketahui dan sulit untuk diketahui atau sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.

3. Lokasi penelitian

Penelitian ini berlokasi di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. Yaitu di Jl. Prof. A. Sofyan No.3 Kampus USU Medan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Keseluruhan data dari penelitian ini dilakukan melalui tiga metode, yang pertama adalah metode wawancara mendalam (depth interview) dengan objek penelitian yaitu mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara angkatan 2005. Pengumpulan datanya sendiri dilakukan dengan wawancara dengan beberapa informan yang semuanya adalah anggota dari mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara angkatan 2005, dimana semua informan dijaring melalui teknik pengumpulan data Snowball, yaitu teknik pengumpulan data yang dimulai dari satu informan kunci, bisa berupa individu yang dikenal pertama sekali untuk ditanyai hal-hal yang berkaitan dengan masalah dari penelitian ini, kemudian setelah data dari informan tersebut didapatkan, maka wawancara dilanjutkan kepada informan lain yang disebutkan oleh informan kunci tersebut yang juga berkompeten dalam masalah yang sedang diteliti, demikian juga selanjutnya sehingga keseluruhan data yang dibutuhkan diperoleh.


(45)

Setelah keseluruhan data didapatkan maka wawancara dihentikan. Pengumpulan data yang demikian pada akhirnya seperti membentuk sebuah pola yaitu bola salju, dimana bola salju itu menggelinding. Mulai dari ukuran yang terkecil, lama kelamaan semakin besar.

Metode yang kedua adalah metode sensus. Metode ini dilakukan dengan cara mensensus semua mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara angkatan 2005 dalam rangka mengetahui siapa individu yang dipilihnya untuk berkomunikasi tentang tugas praktikum.

Pengamatan digunakan sebagai metode ketiga dalam pengumpulan data. Observasi itu sendiri dilakukan terhadap mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara angkatan 2005 selama mereka melakukan praktikum. Setiap kegiatan, atau fenomena-fenomena yang penting juga fenomena yang tidak bisa didapat melalui metode wawancara diamati secara langsung. Dalam hal ini peneliti melakukan observasi nonpartisipan, yaitu metode pengamatan dimana peneliti tidak terlibat secara aktif dalam setiap kegiatan/aktivitas yang dilakukan oleh objek penelitian, melainkan hanya sampai pada tahap memperhatikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh objek penelitian. Observasi ini juga dipakai sebagai sarana untuk melihat, membuktikan, bahkan untuk memperkuat data yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan para informan dan sensus yang telah dilakukan.


(46)

Teknik analisa yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan.

Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Reduksi data berlangsung terus menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data terdiri dari: a. Indentifikasi satuan (unit). Pada mulanya diidentifikasikan adanya satuan yaitu bagian terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian.

b. Sesudah satuan diperoleh, langkah selanjutnya adalah membuat koding. Membuat koding, yaitu membuat kode pada setiap satuan, agar dapat ditelusuri data/satuannya, berasal dari sumber mana.

Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan -lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan- berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.


(47)

Penyajian data yang paling sering digunakan adalah bentuk teks naratif. Penyajian data pada dasarnya terdiri dari hasil analisis data yang berupa cerita rinci para informan sesuai dengan ungkapan atau pandangan mereka apa adanya (termasuk hasil observasi) tanpa ada komentar, evaluasi, dan interpretasi.

Menarik Kesimpulan/Verifikasi

Sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu ia mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis, dan sebagainya. Jadi dari data yang diperolehnya ia sejak mulanya mencoba mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentatif, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih “grounded”. Jadi, kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung (Nasution, 1988: 130).


(48)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Proses Pengumpulan Data

Pengumpulan data dimulai sejak minggu keempat Januari, ketika proses belajar perkuliahan mulai aktif dan praktikum sudah dimulai dan selesai pada Mei minggu pertama setelah semua informasi yang dibutuhan untuk penelitian ini diperoleh dari para informan. Metode wawancara dilakukan sebagai upaya untuk menggali informasi tentang bagaimana proses selama praktikum, siapa mahasiswa yang menonjol dalam hal praktikum, dan beberapa informasi lainnya dari para informan penelitian. Metode sensus dilakukan setelah wawancara selesai dilakukan dalam upaya untuk mengetahui jaringan komunikasi dari keseluruhan mahasiswa tersebut. Sementara itu metode observasi dilakukan untuk melihat sisi lain yang tidak diperoleh dari hasil wawancara dengan informan selain juga untuk memperkuat hasil yang sudah diperoleh dari hasil wawancara dan sensus.

Selama waktu penelitian, peneliti terus mengamati mahasiswa Departemen Ilmu hama dan Penyakit Tumbuhan dalam setiap praktikum secara khusus mengamati bagaimana mereka berinteraksi satu dengan yang lain. Namun selain itu peneliti juga mengamati bagaimana mereka berinteraksi di luar waktu-waktu praktikum, yaitu di waktu-waktu senggang mereka ketika menunggu mata kuliah selanjutnya.

Informan dari penelitian ini dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu informan yang diwawancarai sebagai pribadi tunggal sebanyak empat orang


(49)

mahasiswa yang terdiri atas tiga orang wanita dan satu orang pria, yang dijadikan sebagai informan untuk mengetahui bagaimana interaksi dan pola-polanya yang terjadi di antara mereka, juga untuk mengetahui siapa saja yang menjadi opinion leader (pemuka pendapat) dan alasan pemilihannya. Pemilihan para informan ini sendiri dilakukan dengan cara peneliti memilih sendiri orang pertama untuk diwawancarai, yang mana informan tersebut merupakan cukup dikenal oleh peneliti. Selanjutnya untuk informan kedua, peneliti menanyakan kepada informan pertama siapa yang dapat dijadikan informan yang menurutnya cukup berkapabilitas untuk ditanya mengenai hal-hal yang ingin diketahui oleh peneliti mengenai interaksi mereka selama praktikum, begitu selanjutnya sampai kepada informan keempat.

Kelompok kedua yang dijadikan sebagai informan dalam penelitian ini adalah kelompok-kelompok yang ada di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005; baik itu kelompok-kelompok tugas yang telah dibentuk, atau kelompok-kelompok sosial yang ada. Kelompok tugas dan kelompok sosial dijadikan sebagai informan agar data diperoleh tidak hanya melaui informan tunggal, namun secara langsung juga dai kelompok-kelompok yang ada sehingga data yang diperoleh diharapkan dapat lebih kaya dan mendalam. Kelompok kedua ini juga ditanyakan tentang hal yang sama seperti pada informan tunggal, yaitu mengenai interaksi sesama mereka (anggota-anggota dalam kelompok tugas dan kelompok sosial, secara khusus untuk kelompok tugas, yang dipilih untuk diwawancarai adalah kelompok tugas dalam praktikum yang kegiatannya dilakukan di lahan, sehingga dapat diketahui bagaimana sikap mereka


(50)

ketika praktikum) mengenai pengerjaan tugas yang diberikan oleh dosen atau asisten. Pemilihan para informan dalam bentuk kelompok tugas ini sendiri dilakukan peneliti secara sembarang, karena semua kelompok tugas yang ada memiliki rasa tanggung jawab yang sama terhadap tugas yang diberikan oleh dosen atau asisten. Adapun perincian jumlah informan dalam bentuk kelompok ini adalah tiga kelompok dalam bentuk kelompok tugas, dan dua kelompok dalam bentuk kelompok bermain. Kelompok-kelompok ini dijadikan sebagai informan untuk mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok tersebut dan bagaimana pola interaksi yang terjadi antarkelompok, baik itu kelompok tugas maupun kelompok sosial.

Tabel IV.1 Data Informan Tunggal

NO NAMA JENIS

KELAMIN

UMUR JUMLAH SKS

PRAKTIKUM

1 Almanah Nasution Wanita 21 tahun 24 SKS 5

2 Nena Christi

Daely

Wanita 21 tahun 21 SKS 5

3 Gloria Sembiring Wanita 20 tahun 21 SKS 5 4 Ressi A Tarigan Pria 21 tahun 22 SKS 5


(51)

Tabel IV.2

Data Informan dari Kelompok Tugas NO NAMA

ANGGOTA

JENIS KELAMIN

UMUR JUMLAH SKS

PRAKTIKUM

1 Iin Sidabutar Pulungan Sibuea Wanita Pria 21 tahun 21 tahun 22 SKS 22 SKS 4 5 2 Alex P. Risky

Nena Daely Pria Wanita 21 tahun 21 tahun 21 SKS 21 SKS 5 5 3 Junaedi Siregar

Rinda Unawi Pria Wanita 21 tahun 22 tahun 20 SKS 20 SKS 3 4 Tabel IV.3

Data Informan dari Kelompok sosial NO NAMA

ANGGOTA

JENIS KELAMIN

UMUR JUMLAH SKS

PRAKTIKUM

1 Nelly M. S Nena Daely Wanita Wanita 22 tahun 21 tahun 24 SKS 21 SKS 6 5 2 Isabella

Rani Wanita Wanita 21 tahun 21 tahun 22 SKS 20 SKS 4 4

IV.2 Kondisi Praktikum

Secara umum kondisi praktikum di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan hampir sama di semua angkatan, baik itu angkatan 2007, 2006, 2005,


(52)

dan angkatan 2004. Setiap praktikum memiliki bobot satu SKS dan bisa dibawa oleh mahasiswa jika mata kuliah dari praktikum yang sama telah lulus atau minimal jika sedang membawa mata kuliah dari praktikum yang dibawa.

Praktikum tersebut pada umumnya dilakukan pada hari Jumat atau Sabtu, sebab hari-hari lainnya diisi oleh mata kuliah. Hal tersebut telah disusun sedemikian rupa oleh pihak Departemen agar tidak bentrok dengan jadwal mata kuliah yang semuanya dijadwalkan dilakukan pada hari Senin sampai Kamis.

Seperti lazimnya praktikum yang dilakukan oleh departemen lainnya di Fakultas Pertanian, praktikum yang merupakan praktek dari mata kuliah yang telah dipelajari yang dipimpin oleh satu atau beberapa dosen tiap praktikum biasanya diserahkan secara utuh kepada mahasiswa-mahasiswa senior yang sudah mengambil praktikum tersebut. Namun semester ini kondisi tersebut mengalami sedikit perubahan, kalau beberapa tahun sebelumnya dosen yang memimpin praktikum tidak pernah hadir dalam kegiatan praktikum, kecuali praktikum Pasca Panen dan Pengendalian Hayati yang dipegang oleh Ibu Cyccu Tobing, kini hampir semua dosen hadir untuk melihat, sekalipun cuma sesaat karena praktikum itu sendiri telah diserahkan kepada asisten laboratorium.

Praktikum itu sendiri dilakukan di dua tempat, yaitu di laboratorim dan lahan, yang penempatannya didasarkan pada kebutuhan dari praktikum itu sendiri. Jika praktikum itu tidak perlu dilakukan di tempat terbuka atau lahan, maka praktikum itu akan dilakukan di laboratorium, sementara jika praktikum itu membutuhkan lahan untuk mempraktekkan mata kuliah tersebut, maka praktikum tersebut akan dilakukan di lahan setelah mendapat penjelasan singkat di ruangan.


(53)

Perbedaan tempat praktikum juga mempengaruhi lama waktu mahasiswa dalam melakukan praktek itu sendiri. Kalau praktek yang dilakukan di laboratorium biasanya dilakukan selama dua jam, maka praktek yang dilakukan di lahan membutuhkan waktu yang lebih lama, yaitu sekitar dua sampai tiga jam. Praktikum yang dilakukan di lahan lebih lama; selain karena kondisinya yang dilakukan di luar ruangan sehingga memungkinkan untuk dilakukan dengan lebih santai dan fleksibel, juga karena dalam praktikum itu sendiri banyak hal yang harus dilakukan berkaitan dengan pemeliharaan tanaman namun dengan peralatan yang terbata, sehingga memakan lebih banyak waktu daripada praktek yang hanya dilakukan di ruangan laboratorium.

Tugas yang diberikan dalam praktikum hampir semua (dari lima praktikum yang ditawarkan semester ini) tugas mingguan diberikan dalam bentuk tugas pribadi, di mana setiap mahasiswa harus mengerjakan tugas itu sendiri-sendiri bukan per kelompok. Pada umumnya tugas itu adalah mencari literatur dari penyakit atau hama dari komoditas tertentu. Tugas yang diberikan oleh dosen yang memimpin praktikum atau asisten laboratorium pada umumnya berbentuk penyusunan literatur dari setiap komoditi yang sedang dipelajari, mencari bahan (serangga atau penyakit-penyakit yang sedang dipelajari). Kedua hal ini adalah tugas rutin dari hampir semua praktikum yang ditawarkan.

Sekalipun pada umumnya tugas-tugas itu dikerjakan dalam bentuk tugas pribadi (perorangan), namun tidak semua dari mereka sanggup mengerjakannya sendiri-sendiri, secara khusus tugas untuk mencari bahan-bahan tersebut. Acapkali untuk mencari bahan tersebut mereka harus pergi ke luar kota jika bahan itu tidak


(54)

didapatkan di Kota Medan. Pada umumnya untuk bahan-bahan yang mudah didapatkan, mereka mencarinya di Kampung Susuk. Untuk bahan-bahan yang mudah untuk diperoleh, mereka biasanya mencarinya beramai-ramai. Namun jika komoditi tersebut harus dicari ke luar kota seperti kabanjahe, Brastagi, Sidamanik, Pematangsiantar, maka biasanya mereka berupaya untuk membagi tugas. Bahkan dari beberapa kali wawancara dengan para informan, hampir semua mereka mengatakan “bunuh diri namanya kalau ngerjakan tugas sendirian”.

“Karena pada umumnya tugas yang diberikan adalah untuk menuliskan literatur tentang hama atau penyakit dari komoditas tertentu, ditambah contoh dari komoditas tersebut, dan karena tugas itu diberikan hampir tiap minggu sebagai syarat masuk praktikum, atau sebagai hukuman karena tidak disiplin, biasanya kami melakukan bagi-bagi tugas. Pria mencari bahan sedangkan wanita mencari bahan literatur dari internet“ itulah yang dikatakan oleh Nena. Pernyataan itu diperkuat oleh Almanah “banyaknya tugas yang harus kami selesaikan dalam waktu yang hampir bersamaan membuat kami harus bekerja sama, bahkan kami tidak pernah mengerjakan tugas sendiri-sendiri, karena kami memang tidak bisa bekerja sendiri-sendiri.”, sedangkan Gloria menyatakan “ karena kami memang tidak bisa kerja sendiri, seperti mencari bahan yang sulit.”

Pada umumnya secara tidak langsung terjadi pembagian tugas dalam komunitas ini berkaitan dua bentuk tugas rutin mereka yang cukup berbeda, yaitu mencari bahan dan mencari literatur. Untuk mencari bahan yang cukup sulit biasanya dikerjakan oleh para pria, sekalipun tidak semua pria yang melakukannya, sebagian dengan alasan karena mencari bahan yang cukup jauh,


(55)

namun seperti yang diungkapkan oleh Ressi, alasan sesungguhnya adalah karena tidak peduli dengan tugas praktikum. Sementara itu untuk tugas praktikum dalam bentuk mencari literatur lebih banyak dikerjakan oleh para wanita.

Ressi menjelaskan lebih dalam lagi “mungkin kami bisa mengerjakan tugas dari satu praktikum seorang diri, tapi ketika kami mengerjakan tugas yang banyak sementara topiknya sama atau saling berkaitan, kami biasanya membagi tugas; yang seorang mengerjakan tugas dari praktikum yang satu, sementara yang lain mengerjakan tugas dari praktikum lainnya. Demikian selanjutnya kalau tugasnya banyak, jadi kami saling menukar informasi sehingga tidak ada seorang pun yang tidak menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen atau asisten laboratorium.

Sekalipun bentuk tugas pribadi lebih sering selama praktikum, namun pada akhir semester pada umumnya seluruh tugas diberikan dalam bentuk tugas kelompok, yaitu untuk membuat laporan dari apa yang sudah dipraktekkan selama satu semester. Beberapa dosen atau asisten laboratorium memberikan kebebasan kepada mahasiswa untuk memilih siapa-siapa saja yang akan menjadi teman kelompoknya, namun yang paling sering terjadi adalah dosen atau asisten laboratoriumlah yang menentukan siapa saja yang menjadi anggota kelompok dari tugas tersebut.

Dari lima praktikum yang ditawarkan oleh pihak Departemen untuk mahasiswa semester lima yaitu Penyakit Hortikultura, Hama Hortikultura, Pengendalian Hayati, Epidemiologi, dan pasca Panen, ada dua praktikum yang sudah membagi mahasiswa dalam kelompok kelompok tugas, yaitu praktikum


(56)

Epidemiologi dan praktikum Pasca Panen. Dua praktikum ini berbeda, karena keduanya dilakukan di lahan, dan praktek yang mereka lakukan sepanjang semester adalah menanam komoditi yang berbeda-beda, merawatnya sesuai dengan materi yang mereka telah pelajari dan melihat bagaimana perkembangannya sampai akhir semester sehingga harus dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua orang sejak awal.

IV.3 Hasil Penelitian

1. Interaksi dalam Komunitas

Interaksi merupakan suatu hal yang dilakukan dalam sebuah hubungan, baik itu dalam hubungan antarpribadi, kelompok kecil atau kelompok besar sekalipun. Karena setiap komunikasi dalam ranah komunikasi manusia, pastilah menyangkut hubungan antara dua orang atau lebih. Dan setiap komunikasi yang terjadi pastilah mensyaratkan adanya hubungan timbal balik dari pihak-pihak yang berkomunikasi di mana hal tersebut terjadi karena adanya pemahaman bersama akan suatu hal.

Interaksi itu sendiri pastilah menyangkut bagaimana pihak-pihak dalam sebuah hubungan berkomunikasi. Dan hal itu menyangkut bagaimana mereka dalam mencari dan berbagi informasi yang mereka miliki dan hal itu pastilah dipengaruhi oleh dimensi ruang dan waktu di mana komunikasi itu dilakukan.

Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan memiliki derajat komunikasi yang kuat satu dengan yang lain, hal itu dibuktikan melalui pengenalan mereka satu dengan yang lain. Suatu hubungan dalam bentuk apa pun


(57)

pasti diawali oleh pengenalan satu dengan yang lain, yang kemudian berlanjut dalam hal lain yang lebih dalam. Bukti sederhana adalah tidak ada satu pun mahasiswa yang tidak mengetahui identitas umum mahasiswa lainnya yang berada dalam satu angkatan, yaitu mencakup alamat dan nomor telepon. Selain itu hal lain yang membuktikan hal tersebut adalah tidak ada seorang pun mahasiswa yang tidak pernah berinteraksi dengan mahasiswa lainnya. Hal itu dinyatakan oleh semua informan yang peneliti wawancarai. Ressi salah seorang yang menjadi informan menyatakan “ Hampir semua kami kenal satu dengan yang lain mengetahui identitas masing-masing, minimal alamat dan nomor telepon yang dapat dihubungi.”, hal yang sama juga dinyatakan oleh Gloria, informan yang lain “hubungan kami dekat satu dengan yang lain, dan semuanya saling kenal satu dengan yang lain.” Rani dan Isabella yang diwawawancarai juga menyatakan hal yang sama “kami semua saling kenal dan tidak canggung untuk berkomunikasi.”

Nelly dan Nena mengatakan “ kami pada awalnya tidak begitu dekat, ada gap-gap di antara kami seperti layaknya komunitas lainnya, bahkan ada yang tidak saling mengenal di antara kami. Kondisi tersebut terjadi pada semester-semester awal mereka, yaitu di semester satu sampai semester dua. Dulu kami sangat jarang untuk bersama-sama, dan ketika ada tugas pun kami berusaha mengerjakannya sendiri-sendiri. Sampai suatu hari pernah kami disuruh mengerjakan tugas oleh asisten laboratorium, namun hanya beberapa orang yang tugasnya selesai. Para asisten tersebut marah dan mengumpulkan kami dan mempertanyakan di mana rasa kesetiakawanan kami”


(58)

Tetapi kondisi itu mulai berubah ketika di angkatan mereka dilakukan inisiasi oleh para senior. Pada saat inisiasi tersebut diadakan berbagai acara dimana mereka dituntut untuk saling mengenal, bekerja sama, dan saling membantu satu dengan yang lain. Pengenalan ini kemudian berlanjut kepada kehidupan kampus. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ressi, “ di inisiasi kami mulai dituntut untuk saling kenal”.

Kalau inisiasi sangat membantu mereka untuk saling mengenal satu dengan yang lain, dari orang-orang yang asing satu dengan yang lain menjadi orang-orang yang mulai peduli dengan orang lain, tugas yang diberikan hampir tiap minggu oleh dosen atau asisten laboratorium lebih lagi mengharuskan mereka untuk saling berinteraksi terus-menerus, dan pada akhirnya menghasilkan hubungan yang dekat satu dengan yang lain.

Begitu juga halnya dalam hal praktikum secara khusus dalam pengerjaaan tugas-tugas yang diberikan oleh asisten laboratorium atau oleh dosen, “tidak ada seorang pun yang tidak mendapatkan teman dalam praktikum” demikian diungkapkan oleh Ressi, bahkan lebih dari sekadar mengetahui identitas dan tidak mengalami kecanggungan dalam berkomunikasi dengan teman yang lain, Almanah, salah seorang informan menyatakan “ kalau disuruh milih teman-teman kelompok untuk mengerjakan tugas, aku biasanya memilih orang-orang yang dekat dengan posisi duduk, sekalipun itu bukan teman satu geng denganku,” hal ini adalah bukti nyata dari kedekatan interaksi di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005, di mana mereka


(59)

tidak lagi mempersoalkan siapakah yang akan menjadi teman mereka untuk mengerjakan tugas.

Kedekatan yang terjadi di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005 ini bukan hanya terjadi antara individu individu dalam komunitas ini, tetapi terjadi juga antar kelompok-kelompok sosial, demikian juga antara kelompok tugas yang satu dengan kelompok tugas lainnya. Tidak berbeda dengan komunitas mana pun, ketika ada sejumlah besar orang dalam suatu komunitas yang sama dengan tujuan yang sama, maka individu-individu tersebut cenderung akan membentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil yang terdiri dari dua sampai sepuluh orang (2-10) untuk dijadikan tempat untuk berbagi lebih intens dan dalam. Demikian juga halnya terjadi di mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan ini, terdapat sebelas (11) kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua orang sampai yang paling besar terdiri dari 10 (sepuluh) orang. Sekalipun demikian kelompok-kelompok sosial tersebut tetap dekat satu dengan yang lain dan tidak memiliki gap. Nelly dan Nena yang menjadi informan dari kelompok bermain, menyatakan “ tidak ada gap antar geng, semuanya pada gabung, dan biasanya itu kami lakukan di ruangan insectarium”, hal senada juga diutarakan oleh Rani dan Isabella “kami mau berhubungan dengan kelompok lain, baik dalam hal tugas praktikum, atau sekadar untuk bercengkrama satu dengan yang lain sembari menunggu jadwal mata kuliah atau praktikum selanjutnya”.

Kedekatan antarpribadi dari anggota komunitas mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan ini, serta perasaan tidak canggung yang


(60)

dirasakan antara kelompok sosial yang satu dengan yang lain ini juga disebabkan karena pada dasarnya pembentukan kelompok-kelompok sosial itu sendiri bukan karena persamaan-persamaan tertentu, baik itu tingkat sosial-ekonomi, budaya.

Namun tidak dapat disangkal pembentukan kelompok sosial di dalam komunitas mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan penyakit Tumbuhan angkatan 2005 masih dipengaruhi oleh faktor gender dan agama, sekalipun ada juga yang tidak dipengaruhi oleh faktor agama seperti kelompok sosial pertama yang terdiri dari 11 (sebelas) orang pria, dan kelompok sosial 2 (dua) dan 6 (enam), yang anggotanya berasal dari gender yang berbeda.

Tabel IV.4

Data Kelompok-Kelompok Sosial Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Angkatan 2005

NO NAMA ANGGOTA JENIS KELAMIN

USIA AGAMA DAERAH ASAL

1 1.Ade C. Manik 2.Eko Suwardi 3.Alam Fauzi 4.Gitra Depari 5.Mitrand Okinata 6.Pulungan Sibuea 7.Ramsyik K. S. 8.Ressi A. Tarigan

Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria Pria 22 21 21 21 21 21 23 21 Kristen Islam Islam Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Tanjung Pinang Medan Binjai Medan Medan Porsea Situnggaling Kabanjahe


(61)

9.Surya Dwi W. 10. Syawaluddin 11. Voltra S.

Pria Pria Pria 21 21 21 Islam Islam Kristen Pantailabu Medan Medan

2 1. Wawan 2. Rinda Unawi

Pria Wanita 21 21 Islam Islam Serbalawan Medan 3 1. Alex P. Risky

2. Junaedi S. 3. Surya H. 4. Wirawan Pria Pria Pria Pria 21 21 22 20 Islam Islam Islam Islam Medan Pekanbaru Kisaran Medan 4 1. Angel P. Purba

2. Dewi

3. Lumongga N 4. Nova F. M. 5. Yeni Sembiring

Wanita Wanita Wanita Wanita Wanita 22 21 21 20 22 Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Medan Medan P. Siantar Medan Binjai 5 1. Hendra Batar

2. Imanuel Tobing 3. Jonli Sinaga 4. Krisnojono 5. Martohap B

Pria Pria Pria Pria Pria 23 21 23 24 21 Kristen Kristen Kristen Kristen Kristen Padangsidempuan Tarutung Bandarkalipah Hutabayu Doloksanggul 6 1. Ade Gunawan

2. Andi

3. Siti Hasriani

Pria Pria Wanita 21 20 20 Islam Islam Islam Medan Medan Kabanjahe


(62)

4. Sri Erna Wanita 21 Islam Medan 7 1. Halimah S.

2. Maimunah Nst. 3. Sophiyani 4. Sri Wahyuni 5. Almanah Nst

Wanita Wanita Wanita Wanita Wanita 22 21 22 20 21 Islam Islam Islam Islam Islam Langgapayung Medan Medan P. Brandan Tanjung balai 8 1. Enda Dewi G.

2. Gloria S.

3. Iin N. Sidabutar

Wanita Wanita Wanita 20 20 21 Kristen Kristen Kristen Binjai Medan Samosir 9 1. Hestina Ginting

2. Nelly Sinaga 3. Nena C. Daely

Wanita Wanita Wanita 21 22 21 Kristen Kristen Kristen Tigabinanga Parapat Gunung Sitoli 10 1. Isabella

2. Rani 3. Tayu Wanita Wanita Wanita 21 21 21 Islam Islam Islam Tanjung Balai Medan Medan

Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan para informan “Perbedaan agama mungkin satu-satunya faktor yang mungkin mempengaruhi interaksi “, secara khusus bagi sebagian kaum wanita “kalau pria suka bergerombol “ demikian diungkapkan oleh Gloria, begitu juga dikatakan oleh Rani dan Isabella. Kalaupun ada kelompok kelompok bermain yang anggota-anggotanya terdiri dari agama yang sama, hal tersebut terjadi kadang tanpa disadari oleh mereka, demikian ucap “ Nena dan Nelly” sekalipun demikian perbedaan itu sendiri tidak


(63)

mempengaruhi mereka dalam berkomunikasi satu dengan yang lain. Pada umumnya pembentukan kelompok-kelompok bermain di kalangan mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan karena kedekatan tempat tinggal, seperti yang dialami oleh Hesti, Nena, dan Nelly, serta Imanuel, Hendra Batar, dan Krisnojono. Sementara yang lain disebabkan karena sejak awal inisiasi disatukan dalam satu kelompok, yang kemudian berlanjut hingga kini, seperti yang dialami oleh Rani, Tayu, dan Isabella.

Sama halnya dengan kelompok-kelompok sosial, kelompok kelompok tugas yang telah dibentuk dari awal juga mengatakan hal yang sama. Junaedi dan Riri yang menjadi informan dari kelompok tugas yang dibentuk oleh asisten laboratorium Epidemiologi mengatakan” kelompok-kelompok tugas yang dibentuk saling berhubungan dalam mengerjakan lahan, dalam hal ini kami berhubungan untuk saling bertukar informasi tentang lahan kami masing-masing, sekalipun tentu saja paling sering berinteraksi dengan teman-teman yang sama komoditasnya.” Bahkan lebih jelas lagi Alex dan Nena dari kelompok praktikum yang sama menjelaskan “ kelompok-kelompok tugas yang ada saling berhubungan sekalipun beda komoditas, karena kami pada dasarnya memang saling kenal dan cukup dekat satu dengan yang lain, selain itu peralatan yang terbatas pun menuntut demikian, sekalipun pastilah lebih dekat dengan yang sama komoditas.”

Sedikit berbeda dengan dua kelompok tugas sebelumnya, Pulungan dan Iin, yang menjadi informan dari praktikum yang sama menyatakan “ Interaksi selama lahan pasti ada, namun karena dibagi-bagi dalam kelompok tugas (pasang-pasangan) dengan komoditas yang berbeda, jadi dalam hal tugas tidak semuanya


(64)

saling berhubungan, paling dengan kelompok yang dekat dengan lahan. Tapi kalau komoditasnya sama, sekalipun berjauhan letak lahannya, pasti berhubungan untuk saling membandingkan.

Sekalipun terdapat sedikit perbedaan pandangan antara informan-informan tersebut, pada dasarnya pendapat tersebut memiliki esensi yang sama. Perbedaan pandangan tersebut dapat dipahami karena Pulungan dan Iin melihatnya khusus dalam hal tugas yang diberikan tiap minggu oleh asisten laboratorium. Kalau komoditasnya berbeda, sekalipun mereka saling mengenal dan tetap berkomunikasi, kemungkinan besar pun dilakukan hanya untuk saling mengingatkan dan membandingkan cara pengerjaannya, itu pun pastilah dengan teman-teman atau kelompok-kelompok tugas yang paling dekat letak lahannya, sementara jika komoditas mereka sama maka sekalipun itu dengan kelompok yang paling jauh jaraknya, pastilah mereka saling membandingkan hasilnya. Sementara kedua kelompok tugas sebelumnya hanya melihat dari sudut apakah mereka saling berinteraksi atau tidak, sehingga mereka mengatakan pasti berinteraksi karena memang pada dasarnya mereka saling kenal satu dengan yang lain dan memiliki hubungan yang cukup dekat, sehingga sekalipun letak lahan mereka saling berjauhan, mereka masih tetap saling berinteraksi satu dengan yang lain, meskipun pastilah bukan tentang tugas mereka.

2. Analisis Jaringan Komunikasi

Sebuah kelompok sosial tidak serta merta menjadi sebuah klik dalam sebuah jaringan komunikasi mengenai suatu agenda, karena kelompok sosial


(65)

selain memiliki arti yang berbeda dengan klik, juga kelompok selalu memiliki sesuatu hal yang dimiliki secara bersama-sama (homophily), jumlah yang lebih kecil, dan mensyaratkan hubungan tatap muka. Sementara itu sebuah klik dalam sebuah jaringan komunikasi tentang suatu hal lebih memiliki jumlah anggota yang banyak, sering tidak memiliki batas-batas yang jelas diketahui oleh anggota-anggotanya. Hal ini disebabkan tiap anggota hanya mengetahui orang yang kepadanya ia berkomunikasi secara langsung. Selain itu perbedaan yang mencolok adalah fakta bahwa sebuah kelompok sosial mudah dikenali, sementara sebuah klik dari sebuah jaringan komunikasi tidak. Seseorang mungkin tidak mengetahui bahwa ia bagian dari satu klik, dan bahwa ia secara tidak langsung berhubungan dengan orang lain yang tidak dia kenal.

Jaringan komunikasi merupakan sebuah data tentang hubungan-hubungan yang terdapat dalam suatu komunitas mengenai suatu hal. Perubahan topik yang dibahas dalam sebuah komunitas pada umumnya juga mengakibatkan terjadinya perubahan dalam bentuk jaringan komunikasinya. Hal ini disebabkan karena tidak semua orang yang sama menguasai hal yang berbeda. Sebagai contoh, seorang mungkin menjadi pilihan dari beberapa individu lain jika bertanya mengenai topik A, namun dalam topik lain, mungkin yang ditanyai oleh individu-individu tersebut adalah C. Hal inilah yang membuat perbedaan agenda mengakibatkan perubahan dalam bentuk jaringan komunikasi dari sebuah kelompok atau sistem.

Dalam penelitian ini, jaringan komunikasi yang hendak diteliti adalah mengenai tugas praktikum; yaitu hubungan-hubungan yang terjadi di antara mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan angkatan 2005


(66)

ketika berperan sebagai mahasiswa dan dituntut untuk mengerjakan tugas praktikum yang diberikan oleh dosen atau asisten praktikum. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan didapati data tentang hubungan-hubungan yang terjadi di antara mereka berkaitan dengan pengerjaan tugas praktikum.

Tabel IV.5

Hubungan yang Terjadi di antara Mahasiswa Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Angkatan 2005 Berkaitan dengan Pengerjaan Tugas

Praktikum

NO NIM NAMA JENIS

KELAMIN

MAHASISWA YANG DIPILIH (*) 1 050302001 Alex P. Risky Pria Wirawan, Sophiyani 2 050302002 Voltra Sijabat Pria Nena, Ressi

3 050302003 Syawaluddin Pria Alex, Eko Suwardi

4 050302005 Ade Gunawan Pria -

5 050302006 Nena C. Daely Wanita Gloria S, Almanah 6 050302007 Isabella Wanita Nena Daely, Almanah 7 050302008 Maimunah Wanita Sophiyani, Sri Wahyuni 8 050302009 Dewi Wanita Nena Daely, Angel Purba 9 050302010 Jonli Pria Nena Daely, Gloria S. 10 050302011 Sri Erna Wanita Almanah, Nena Daely


(1)

IDENTITAS INFORMAN

1. Nama : Nena C. Daely Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tanggal Lahir : Gunung Sitoli/25 Agustus 1987 Alamat : Jl. Berdikari No. 56

No Telp : 085276013645 2. Nama : Almanah Nasution

Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tanggal Lahir : Tanjung Balai/ 14 Pebruari 1987

Alamat : Pembangunan

No Telp : 085297886687 3. Nama : Ressi A. Tarigan

Jenis Kelamin : Pria

Tempat/tanggal Lahir : Kabanjahe/31 Juli 1987 Alamat : Jl. Djamin Ginting Gg Bangun No Telp : 081376147370

4. Nama : Gloria Sembiring Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tanggal Lahir : Medan/28 September 198/8 Alamat : Tanjung Sari Gg. Koserna No Telp : 085297605646

5. Nama : Nelly Sinaga Jenis Kelamin : Wanita


(2)

Tempat/tanggal Lahir : Parapat/26 Pebruari 1987 Alamat : Jl. Marakas No. 27 No Telp : 085261223170 6. Nama : Isabella

Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tanggal Lahir : P. Siantar/29 Nopember 1987

Alamat : Jl. Djamin Ginting Gg. Sarmin No. 83A No Telp : 081370256875

7. Nama : Rani

Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tanggal Lahir : Medan/18 Oktober 1987

Alamat : Jl. Puyuh IV No. 44 P. Mandala No Telp : 081362004044

8. Nama : Alex P. Risky Jenis Kelamin : Pria

Tempat/tanggal Lahir : Medan/25 Desember 1987 Alamat : Jl. Setiabudi Gg Mawar No 3 No Telp : 085297692376


(3)

10.Nama : Pulungan Sibuea Jenis Kelamin : Pria

Tempat/tanggal Lahir : Porsea/14 Juli 1987

Alamat : Jl. Djamin Ginting Gg. Sedar No. Telp : 085276606026

11.Nama : Rinda Unawi Jenis Kelamin : Wanita

Tempat/tanggal Lahir : Aceh/24 Pebruari 1987 Alamat : Jl. Djamin Ginting No. 766 No Telp : 081263031778

12.Nama : Junaedi Siregar Jenis Kelamin : Pria

Tempat/tanggal Lahir : P. Baru/2 April 1987

Alamat : Jl. Dr. Mansyur Gg. Sipirol No. 10c No Telp : 081376282923


(4)

PEDOMAN WAWANCARA

I. IDENTITAS

1. Nama 2. Umur 3. Alamat

4. Jumlah SKS yang dibawa 5. Jumlah Praktikum

II. PERTANYAAN PRIBADI

1. Bagaimaan kondisi selama praktikum

2. Bagaimana dosen/asistan laboratorium mengajar 3. Apa saja yang dilakukan selama praktikum

4. Berapa lama waktu dalam sekali pertemuan praktikum 5. Siapa yang aktif selama proses belajar dalam praktikum 6. Seberapa sering diberikan tugas dalam praktikum

7. Seperti apa bentuk tugas yang diberikan, pribadi atau kelompok

8. Kepada siapa mahasiswa paling sering bertanya tentang tugas praktikum


(5)

12.Apakah ada mahasiswa yang tidak memiliki kelompok tugas

13.Apakah kelompok-kelompok tugas yang ada saling berhubungan satu dengan yang lain, apakah ada perantaranya

14.Seberapa efektif kelompok-kelompok tugas yang ada dalam mengerjakan tugas yang diberikan

III. PERTANYAAN KELOMPOK

1. Sudah berapa lama dalam kelompok 2. Siapa saja anggotanya

3. Bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok (penyampaian informasi)

4. Siapa pemimpinnya, apa latar belakang pemilihannya 5. Ada berapa kelompok tugas dalam praktikum

6. Apakah kelompok-kelompok tugas yang ada saling berhubungan satu dengan yang lain, apakah ada perantaranya


(6)

5 2 1

6 1 2

7 1 2

8 1 2

9 1 2

10 2 1

11 1 2

12 2 1

13 1 2

14 1 2

15

16 2 1

17 1 2

18 1 2

19 2 1

20 1 2

21 1 2

22 1 2

23 2 1

24 1 2

25 1 2

26 2 1

27 2 1

28 1 2

29 1 2

30 2 1

31 1 1

32 1 2