Pemeriksaan Kadar Kolesterol pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)
Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan
jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kelompok lanjut usia
(lansia) merupakan kelompok yang sedang mengalami suatu proses perubahan
secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Kelompok lansia mendapat
perhatian khusus karena mempunyai karakteristik tersendiri dan masalah
kesehatan yang khas. Menurut Fatmah(2010) lansia terbagi menjadi 4 kelompok,
yaitu:
1.

Kelompok usia pertengahan (middle age)yaitu usia 45 sampai 59 tahun.

2.

Kelompok lansia (elderly age)yaitu usia 60 sampai 74 tahun.


3.

Kelompok lansia tua (old age)yaitu usia 75 sampai 90 tahun.

4.

Kelompok usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun.
Pengertian lansia dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu lansia kronologis

(kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis adalah kelompok lansia yang
mudah diketahui dan dapat dihitung dari usia, sedangkan lansia biologis adalah
kelompok lansia yang berpatokan pada keadaan jaringan tubuh masing-masing
individu. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia
jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya. Lanjut usia merupakan proses alamiah
dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis dan

3
Universitas Sumatera Utara

biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan

fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).
Menurut Bustan (2015), lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 tahun keatas. Kelompok lanjut usia ini dibagi atas dua, yaitu:
(a) Lanjut Usia Potensial, adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa.
(b) Lanjut Usia Tidak Potensial, adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari
nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Batasan-batasan lansia menurut Fatmah (2010) adalah sebagai berikut:
1.

Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).

2.

Usia lanjut dini (senescen): kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut
dini (usia 60-64 tahun).

3.


Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia
diatas 65 tahun).
Menurut Bustan (2015), beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui

untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:
1.

Jenis kelamin: proporsi kelompok lansia lebih banyak pada wanita, terdapat
perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan antara lansia laki-laki dan
wanita. Misalnya lansia laki-laki kebanyakan menderita dengan hipertropi
prostat, wanita mungkin menghadapi osteoporosis.

2.

Keadaan keluarga (living arrangement): misalnya keadaan pasangan, tinggal
sendiri atau masih bersama istri, anak atau keluarga lainnya.

4
Universitas Sumatera Utara


3.

Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau sudah hidup
janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun
psikologis.

4.

Tanggungan keluarga: masih menanggung anak atau anggota keluarga, atau
justru sudah ditanggung oleh anak atau keluarga lainnya.

5.

Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal dengan anak/keluarga atau di rumah
jompo. Dewasa ini kebanyakan lansia Indonesia masih hidup sebagai bagian
keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga
anaknya. Di masa depan terjadi kecenderungan lansia akan ditinggalkan oleh
keturunannya dalan rumah yang berbeda.

6.


Kondisi kesehatan:
-

Kondisi umum: kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang
lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti dapat tidaknya mandi, buang air
kecil atau besar sendiri.

-

Frekuensi sakit: sering sakit menyebabkan makin tidak produktif lagi
bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena
penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus.

7.

Keadaan ekonomi:
-

Sumber pendapatan keluarga: ada tidaknya bantuan keuangan dari anak

atau keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang
tergantung padanya.

-

Kemampuan pendapatan: lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi,
sementara pendapatan semakin menurun. Masalahnya adalah sampai
seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya.

5
Universitas Sumatera Utara

-

Sumber pendapatan resmi: pendapatan pensiunan ditambah sumber
pendapatan lain kalau masih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah
pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan
di daerah non pertanian. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak
menyerap tenaga kerja lansia, di samping sektor perdagangan dan sektor
jasa.


2.2 Kolesterol

Gambar 2.1 Rumus bangun kolesterol
Kolesterol (cholesterol, cholesterin, cholesterine, cholesteryl alcohol, dythol,
provitamin D, cholest-5-en-3-�-ol, 3-�-hydroxycholest-5-ene, 5-cholesten-3-�-ol)
adalah senyawa turunan lemak yang memiliki rumus molekul C27H46O (Anonim,
2005).
Kolesterol memiliki berat molekul sebesar 386,67 dan titik lebur antara
147°C dan 150°C. Pemerian kolesterol berupa lembaran atau butiran putih atau
agak kuning yang hampir tidak berbau. Oleh pengaruh udara, kolesterol akan
berubah warna menjadi kuning atau coklat pucat. Kolesterol praktis tidak larut di
dalam air, larut dalam kloroform P, dalam eter P, dalam dioksan P, dalam
etilasetat P, dalam heksana P dan dalam minyak nabati. Kolesterol agak sukar
larut di dalam etanol mutlak P, sukar larut dan larut perlahan-lahan dalam etanol
(95%) P (Depkes RI, 1979).

6
Universitas Sumatera Utara


Kolesterol adalah suatu senyawa lemak yang lunak seperti lilin (wax).
Kolesterol berasal dari bahasa Yunani, yaitu chole yang berarti empedu dan
stereos yang berarti padat. Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak
kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagaimana zat gizi lain,
seperti karbohidrat, vitamin, protein dan mineral. Sebagai komponen lemak,
kolesterol menjadi salah satu sumber energi yang bisa memberikan kalori paling
tinggi dan juga merupakan bahan dasar dalam pembentukan hormon-hormon
steroid. Sebagai senyawa lemak, sebenarnya kolesterol sebanyak 75% sudah
dihasilkan di dalam tubuh (organ hati) yang disebut dengan kolesterol endogen
dan 25% sisanya dari makanan sehari-hari yang kita konsumsi yang disebut
dengan kolesterol eksogen (Astuti, 2015).
Secara medis, kolesterol mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk
tubuh. Namun, sebagian kolesterol kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi
asam empedu dan garamnya. Pada akhirnya, sebagian lagi akan dibuang melalui
tinja (feses) (Ruslianti, 2014).
Menurut Astuti (2015), beberapa fungsi kolesterol di dalam tubuh adalah
sebagai berikut:
-

Penyumbang energi yang lebih tinggi daripada protein.


-

Pembungkus jaringan syaraf.

-

Membantu membuat lapisan luar atau dinding-dinding sel.

-

Membuat asam empedu yang berfungi membantu mengurangi makanan di
usus dan untuk mencerna lemak.

-

Membantu tubuh membuat vitamin D.

-


Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K.

7
Universitas Sumatera Utara

-

Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid, seperti estrogen pada
wanita dan testosteron pada kaum laki-laki.

-

Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak anak.

-

Sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari dalam
tubuh secara berlebihan.
Kolesterol dalam jumlah normal penting untuk kesehatan dan terserap dalam


seluruh membran dan dinding sel. Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar
150-190 mg/dL darah. Akan tetapi, bila kadar kolesterol dalam darah mencapai
lebih dari 200 mg/dL maka kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua
kali lipat dan bila kadarnya mencapai 300 mg/dL darah, maka risiko serangan
jantung menjadi lima kali lipat (Fatmah, 2010).
Ada banyak hal yang dapat membuat kadar kolesterol menjadi abnormal dan
membahayakan kesehatan. Terlalu banyak asupan lemak jenuh dalam makanan
merupakan penyebab utamanya. Selain itu, dengan bertambahnya usia maka
peningkatan kadar kolesterol di dalam tubuh juga tidak dapat dihindari (Bull dan
Morrell, 2007).
Meskipun kadarnya tinggi dan sudah di atas batas ambang normal, kolesterol
tidak memberikan simpton atau gejala yang jelas pada tubuh. Gejala-gejala
kolesterol tinggi pada umumnya hampir sama dengan gejala-gejala penyakit
lainnya. Di samping itu, gejala kolesterol biasanya baru terjadi jika kolesterol
tinggi telah memicu penyakit lain seperti penyakit jantung, stroke, diabetes
melitus atau penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Akibatnya, banyak
orang yang tidak mengetahui atau tidak menyadari kalau kadar kolesterol di
dalam tubuh mereka sebenarnya terlalu tinggi. Sehingga perlunya dilakukan

8
Universitas Sumatera Utara

pemeriksaan kadar kolesterol secara rutin agar dapat dicegah sebelum kadar
kolesterol meningkat terlalu tinggi (Pramono, 2012).
Jumlah kolesterol dalam tubuh bisa meningkat jika mengkonsumsi makanan
yang mengandung kalori tinggi, seperti daging sapi, kambing, ayam, dan telur.
Bagi penderita kolesterol tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh,
makanan yang mengandung kalori tinggi dan menghindari jenis makanan yang
rendah lemak namun tinggi kolesterol. Karena kalau tidak, kadar kolesterol yang
berlebihan di dalam tubuh akan menimbulkan kondisi aterosklerosis, yaitu suatu
penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Saat ini, aterosklerosis menjadi
masalah kesehatan yang paling besar dan utama di banyak negara. Aterosklerosis
ini disebabkan oleh jantung yang kesulitan untuk memompa darah. Jika
penyumbatan itu terjadi di otak, maka akan menyebabkan stroke dan kelumpuhan
(Astuti, 205).
Jika penyumbatan ini terjadi pada arteri yang membawa aliran darah ke
jantung, maka dapat mengakibatkan serangan jantung atau angina (nyeri yang
menandakan bahwa jantung tidak mendapat cukup oksigen) dan jika aliran darah
ke lengan atau tungkai berkurang, maka dapat terjadi kesulitan berjalan dan
kadang-kadang menyebabkan gangren (penyakit arteri perifer) (Bull dan Morrell,
2007).
Aterosklerosis merupakan dasar dari penyakit jantung dan pembuluh darah
(kardiovaskular). Penyakit kardiovaskular ini diakibatkan oleh terjadinya
hambatan aliran darah pada arteri koroner yang biasanya menyuplai darah ke otototot dan jantung yang menjadi penyebab nomor satu kematian di negara-negara
maju

maupun

berkembang.

Kolesterol

tinggi

merupakan

faktor

risiko

9
Universitas Sumatera Utara

kardiovaskular di samping hipertensi, merokok, diabetes, hiperhomosisteinemia
dan juga penyakit ginjal kronis (PGK) (Astuti, 2015).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol di
dalam tubuh menurut Pramono (2012) adalah:
1.

Faktor Makanan
Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak
mengandung lemak jenuh bisa menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh
meningkat, sebab didalam makanan yang tinggi kolesterol terdapat lemak
yang tidak sehat. Selain itu, makanan kemasan yang banyak mengandung
minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau mentega juga mengandung lemak
jenuh di dalamnya.

2.

Faktor Berat Badan
Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan menurunkan
jumlah kolesterol HDL atau kolesterol baik. Sehingga jumlah kolesterol LDL
akan meningkat dan membahayakan tubuh.

3.

Faktor Tingkat Kegiatan Fisik
Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh tubuh dapat meningkatkan
kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Makin tinggi
aktivitas fisik seseorang, akan makin rendah kemungkinannya mengidap
kolesterol tinggi.

4.

Faktor Usia dan Jenis Kelamin
Setelah mencapai usia 20 tahun, kadar kolesterol di dalam tubuh secara alami
akan mulai meningkat. Pada pria, peningkatan kadar kolesterol pada
umumnya berhenti setelah usia 50 tahun. Sementara pada wanita, tingkat

10
Universitas Sumatera Utara

kolesterol biasanya rendah sampai masa menopause, kemudian naik dan
akhirnya berhenti pada level yang sama seperti pria.
5.

Faktor Kondisi Kesehatan secara Keseluruhan
Memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipotiroidisme dapat
menyebabkan kolesterol tinggi.

6.

Faktor Sejarah Keluarga
Penyakit kolesterol tinggi dapat disebabkan dari turunan keluarga. Seseorang
yang memiliki keluarga

yang terkena kolesterol tinggi, sebaiknya

mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan kadar kolesterol.
7.

Faktor Merokok
Rokok adalah sumber segala jenis penyakit. Merokok bisa menurunkan
tingkat kolesterol HDL (kolesterol baik), jika HDL di dalam tubuh menurun
secara berkala, maka LDL di dalam tubuh akan meningkat. Hal ini pada
akhirnya dapat menyebabkan kematian akibat serangan stroke ataupun
serangan penyakit jantung koroner.
Banyak pakar kesehatan menyarankan agar pemeriksaan kesehatan dilakukan

pada semua orang dewasa, atau paling tidak terhadap masyarakat yang
menghadapi risiko terkena serangan jantung. Pemeriksaan kesehatan ini harus
mencakup pengukuran kadar kolesterol darah dan memberikan penjelasan
terhadap efek kebiasaan merokok, berat badan dan pemeriksaan tekanan darah.
Tujuan pengukuran kolesterol darah adalah untuk mengetahui apakah seseorang
menghadapi risiko terkena aterosklerosis di usia muda. Risiko penyakit sklerosis
(penyumbatan) pada arteri koroner bisa dikurangi atau dicegah dengan rutin
memeriksakan diri. Oleh sebab itu, orang-orang yang berada pada kelompok umur

11
Universitas Sumatera Utara

20-60 tahun harus diukur kadar kolesterol darahnya secara teratur (Nilawati, dkk.,
2008).

2.3 Lipoprotein
Lemak di dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida (minyak), fosfolipid
dan asam lemak bebas (free fatty acid) yang semuanya tidak dapat larut dan
bercampur di dalam air. Tiga unsur lemak yang pertama (kolesterol, trigliserida
dan fosfolipid) membutuhkan protein yang membungkusnya. Pembungkus ini
dinamakan lipoprotein. Lipoprotein adalah makromolekul kompleks yang
kemudian membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu kolesterol dan trigliserida ke
dalam darah. Lipoprotein ini yang akan membawa dan mengantarkan kolesterol
ke seluruh sel tubuh. Setelah lemak berikatan dengan apoprotein membentuk
lipoprotein, lemak pun dapat larut dalam darah. Sementara itu, unsur lemak yang
terakhir yaitu asam lemak bebas (free fatty acid) berikatan dengan albumin
(Astuti, 2015).
Metabolisme lipoprotein di dalam tubuh mempunyai 2 fungsi yang amat
penting yaitu, memasok trigliserida ke jaringan lemak dan otot untuk bahan dan
penyimpanan energi, kemudian mengangkut kolesterol untuk pembentukan
membran sel, hormon steroid dan sintesis asam empedu. Transportasi lipid
mempunyai 2 jalur, yaitu: 1) jalur eksogen, yang dimulai dari absorbsi lemak dan
kolesterol dari usus halus yang kemudian masuk ke dalam sistem limfatik dan
pada akhirnya masuk ke dalam sistem sirkulasi darah dalam bentuk kilomikron
dan 2) jalur endogen, yang dimulai dari produksi kolesterol VLDL oleh hati. Pada
leadaan asupan lemak amat berkurang, misalnya kelaparan maka sel-sel hati akan

12
Universitas Sumatera Utara

mensintesis kolesterol VLDL untuk diekspor ke sistem organ yang lain (Santoso
dan Kasiman, 2009).
Menurut Astuti (2015), berdasarkan berat jenis dan kandungan lemaknya,
lipoprotein terbagi atas 5 yaitu:
1.

Kilomikron (chylomicron)
Kilomikron

merupakan

lipoprotein

dengan

berat

molekul

terbesar,

kandungannya sebagian besar trigliserida 80-95% untuk dibawa ke jaringan
lemak dan otot rangka. Kilomikron juga mengandung kolesterol 2-7% untuk
dibawa ke hati. Kilomikron terbentuk saat pencernaan dan penyerapan dari
usus dan dilepaskan ke dalam darah setelah makan.
2.

VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
VLDL dibentuk dari asam lemak bebas di hati dan memiliki kandungan
trigliserida sebesar 55-80% dan kolesterol sebesar 5-15%. Produksi
trigliserida yang berlebihan oleh hati disebut hypertrigliseridemia.

3.

IDL (Intermediate Density Lipoprotein)
IDL mengandung trigliserida sebesar 20-50% dan kolesterol sebesar 20-40%.
IDL merupakan zat antara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi
LDL. IDL juga disebut VLDL sisa.

4.

LDL (Low Density Lipoprotein)
LDL memiliki kandungan trigliserida sebesar 5-15% dan merupakan
lipoprotein pengangkut kolesterol terbanyak yaitu 40-50% untuk disebarkan
ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. LDL juga merupakan
metabolit VLDL yang juga disebut ‘kolesterol jahat’ karena efeknya yang
aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah

13
Universitas Sumatera Utara

dan dapat menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan
pembuluh darah.
Jika kadar LDL tinggi, berarti akan banyak terjadi penimbunan lemak atau
kolesterol di sepanjang dinding arteri. Oleh karena itu, semakin rendah
jumlah LDL di dalam darah, akan semakin baik sebab akan makin
memperkecil risiko serangan jantung dan stroke. Sebaliknya, semakin tinggi
jumlah LDL di dalam darah, maka akan semakin buruk dan berbahaya.
5.

HDL (High Density Lipoprotein)
HDL merupakan lipoprotein yang mengandung 5-10% trigliserida dan 1525% kolesterol. HDL memiliki efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga
dengan ‘kolesterol baik’. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol
bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah
ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu dan dikeluarkan ke usus
kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa tinja. Dengan demikian,
penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang. Semakin tinggi kadar
kolesterol HDL di dalam darah, akan semakin baik karena akan memperkecil
risiko timbulnya penyakit jantung koroner.
Dari kelima jenis lipoprotein tersebut, yang paling penting untuk diketahui

adalah

LDL karena

efeknya

yang

arterogenik

sehingga

menyebabkan

penumpukan lemak dan meninggalkannya pada dinding pembuluh darah. Selain
itu, hal yang juga penting untuk diketahui adalah trigliserida. Trigliserida
merupakan salah satu komponen jenis lemak yang normal terdapat dalam tubuh.
Para ahli menegaskan bahwa peningkatan kadar trigliserida di dalam darah
merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner (Astuti, 2015).

14
Universitas Sumatera Utara