Pemeriksaan Kadar Kolesterol pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara

(1)

Lampiran 1. Gambar Alat

Gambar 1. Alat Spektrofotometer Microlab 300


(2)

Lampiran 2. Gambar Bahan

Gambar 3. Reagen kolesterol


(3)

Lampiran 3. Gambar Mikropipet

Gambar 5. Mikropipet

mikropipet

finni pipette tip kuning finni pipette tip biru


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2005). Material Safety Data Sheet Cholesterol MSDS. United States: West Liberty University. Halaman 1.

Anonim. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 5/MenKes/Per/II/2014 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta. Halaman 443.

Astuti, N. R. (2015). Makanan-Makanan Tinggi Kolesterol. Yogyakarta: FlashBooks. Halaman 13-15, 17-20.

Bull, E. dan Morrell, J. (2007). Simple Guides Cholesterol. alih bahasa dr. Elizabeth Yasmine. Simple Guides Kolesterol. Jakarta: Erlangga. Halaman 21, 45.

Bustan, N. M. (2015). Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Jakarta: Rineka Cipta. Halaman 277, 279-280.

Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia.Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Halaman 697.

Durstine, J. L. (2012). Action Plan For High Cholesterol. alih bahasa Ramonita. Program Olahraga: Kolesterol Tinggi. Yogyakarta: PT Citra Aji Parama. Halaman 2, 4.

Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga. Halaman 8, 11, 114.

Nilawati, S., Krisnatuti, D., Mahendra, B. dan Oei, G. D. (2008). Care Yourself, Kolesterol. Jakarta: Penebar Plus. Halaman 31.

Pramono, T. S. (2012). Selamat Tinggal, Kolesterol Tinggi!. Yogyakarta: Syura Media Utama. Halaman 21-22, 52-56.

Ruslianti. (2014). Kolesterol Tinggi Bukan untuk Ditakuti. Jakarta: FMedia. Halaman 10.

Santoso, A., dan Kasiman, S. (2009). Metabolisme Lipid. dalam. Santoso, A., Erwinanto, Andriantoro, H., Suryawan, I. G. R., Rifqi, S., Soerianata, S. dan Kasiman, S. (2009).Lipid dan Penyakit Jantung Koroner. Jakarta: Centra Communications. Halaman 16.

Tan, T. H., dan Rahardja, K. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Jakarta: Elex Media Komputindo. Halaman 569-570.


(5)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Pengujian

Pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) dilakukan di Laboratorium Patologi, Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara di Medan yang berada di Jalan Williem Iskandar Pasar V Barat I No. 4 Medan.

3.2 Alat

Alat-alat yang digunakan adalah finni pipette tip (kuning dan biru), label, rak tabung, mikropipet, Spektrofotometer Microlab 300, stopwatch, tabung reaksi, termometer, waterbath.

3.3 Bahan 3.3.1. Pereaksi

Bahan-bahan yang digunakan adalah akuades, reagen kolesterol, standar kolesterol.

3.3.2. Sampel


(6)

3.4 Prosedur Percobaan 3.3.1 Pemeriksaan Sampel

Disediakan 3 tabung reaksi dan diberi label (blanko, standar, sampel), dimasukkan 10 �L akuades kedalam tabung blanko, 10 �L larutan standar kolesterol kedalam tabung standar dan 10 �L serum kedalam tabung sampel, ditambahkan 1000 �L reagen kolesterol kedalam ketiga tabung, dihomogenkan dan diinkubasi dengan waterbath selama 10 menit pada suhu 37℃, dibaca hasil dengan spektrofotometer.

3.3.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300

Ditekan tombol power on dan ditunggu selama 15 menit, setelah keluar tampilan menu utama, dipilih menu pengukuran dengan menekan tombol enter, kemudian dicari menu yang diinginkan untuk melakukan pemeriksaan, ditekan tombol enter. Diletakkan reagensia yang diminta pada layar monitor pada pipet lalu tekan sipper, jika hasil pengukuran sudah keluar ditekan tombol lewati dan seterusnya, ditekan tombol back untuk kembali pada tahap awal.


(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada lanjut usia (lansia) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Hasil Pemeriksaan Kolesterol No. Kode

Sampel Umur Hasil No.

Kode

Sampel Umur Hasil

1. 0418 55 tahun 131 mg/dL 11. 0704 70 tahun 153 mg/dL 2. 0458 57 tahun 208 mg/dL 12. 0733 70 tahun 275 mg/dL 3. 0469 62 tahun 175 mg/dL 13. 0734 67 tahun 253 mg/dL 4. 0540 52 tahun 178 mg/dL 14. 0767 53 tahun 208 mg/dL 5. 0541 52 tahun 232 mg/dL 15. 0880 70 tahun 147 mg/dL 6. 0542 52 tahun 151 mg/dL 16. 0912 60 tahun 166 mg/dL 7. 0564 65 tahun 233 mg/dL 17. 0996 66 tahun 239 mg/dL 8. 0631 67 tahun 286 mg/dL 18. 1006 58 tahun 196 mg/dL 9. 0633 63 tahun 296 mg/dL 19. 1128 58 tahun 161 mg/dL 10. 0677 55 tahun 214 mg/dL 20. 1137 56 tahun 226 mg/dL


(8)

4.2 Pembahasan

Dari pemeriksaan yang telah dilakukan, didapat hasil bahwa usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Hal ini dapat dilihat dari hasil pemeriksaan bahwa sebesar 45% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang normal dan sebesar 55% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014 yaitu < 200 mg/dL.

Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami yang terjadi dalam proses penuaan. Kadar kolesterol tinggi meningkat seiring usia pada pria dan wanita. Namun, makanan yang kita konsumsi dan pola hidup merupakan dua hal yang juga sangat penting dalam mempengaruhi dan menyumbang kadar kolesterol di dalam darah. Sehingga, menjaga keseimbangan dan membatasi kolesterol dalam makanan yang dikonsumsi sangatlah penting. Semakin baik pola hidup dan kualitas makanan sehari-hari, maka akan semakin terjaga pula keseimbangan kolesterol. Sebaliknya, semakin buruk pola dan kualitas makanan yang dikonsumsi, maka semakin tinggi pula kadar kolesterol di dalam darah (Astuti, 2015).


(9)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

- Hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal dan sebesar 55% pasien lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014.

- Usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterolnya.

5.2 Saran

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dan LDL (Low Density Lipoprotein).

- Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dilakukan pemeriksaan terhadap pasien lain, misalnya pada pasien stroke.


(10)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lanjut Usia (Lansia)

Menjadi tua (menua) merupakan suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan di dalam tubuh untuk memperbaiki diri secara perlahan-lahan dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Kelompok lanjut usia (lansia) merupakan kelompok yang sedang mengalami suatu proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Kelompok lansia mendapat perhatian khusus karena mempunyai karakteristik tersendiri dan masalah kesehatan yang khas. Menurut Fatmah(2010) lansia terbagi menjadi 4 kelompok, yaitu:

1. Kelompok usia pertengahan (middle age)yaitu usia 45 sampai 59 tahun. 2. Kelompok lansia (elderly age)yaitu usia 60 sampai 74 tahun.

3. Kelompok lansia tua (old age)yaitu usia 75 sampai 90 tahun. 4. Kelompok usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas 90 tahun.

Pengertian lansia dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu lansia kronologis (kalender) dan lansia biologis. Lansia kronologis adalah kelompok lansia yang mudah diketahui dan dapat dihitung dari usia, sedangkan lansia biologis adalah kelompok lansia yang berpatokan pada keadaan jaringan tubuh masing-masing individu. Individu yang berusia muda tetapi secara biologis dapat tergolong lansia jika dilihat dari keadaan jaringan tubuhnya. Lanjut usia merupakan proses alamiah dan berkesinambungan yang mengalami perubahan anatomi, fisiologis dan


(11)

biokimia pada jaringan atau organ yang pada akhirnya mempengaruhi keadaan fungsi dan kemampuan badan secara keseluruhan (Fatmah, 2010).

Menurut Bustan (2015), lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas. Kelompok lanjut usia ini dibagi atas dua, yaitu:

(a) Lanjut Usia Potensial, adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa. (b) Lanjut Usia Tidak Potensial, adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari

nafkah sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.

Batasan-batasan lansia menurut Fatmah (2010) adalah sebagai berikut:

1. Virilitas (prasenium): masa persiapan usia lanjut yang menampakkan kematangan jiwa (usia 55-59 tahun).

2. Usia lanjut dini (senescen): kelompok yang mulai memasuki masa usia lanjut dini (usia 60-64 tahun).

3. Lansia berisiko tinggi untuk menderita berbagai penyakit degeneratif (usia diatas 65 tahun).

Menurut Bustan (2015), beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah:

1. Jenis kelamin: proporsi kelompok lansia lebih banyak pada wanita, terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan antara lansia laki-laki dan wanita. Misalnya lansia laki-laki kebanyakan menderita dengan hipertropi prostat, wanita mungkin menghadapi osteoporosis.

2. Keadaan keluarga (living arrangement): misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau masih bersama istri, anak atau keluarga lainnya.


(12)

3. Status perkawinan: status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda/duda akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis.

4. Tanggungan keluarga: masih menanggung anak atau anggota keluarga, atau justru sudah ditanggung oleh anak atau keluarga lainnya.

5. Tempat tinggal: rumah sendiri, tinggal dengan anak/keluarga atau di rumah jompo. Dewasa ini kebanyakan lansia Indonesia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai kepala keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Di masa depan terjadi kecenderungan lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya dalan rumah yang berbeda.

6. Kondisi kesehatan:

- Kondisi umum: kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari, seperti dapat tidaknya mandi, buang air kecil atau besar sendiri.

- Frekuensi sakit: sering sakit menyebabkan makin tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus.

7. Keadaan ekonomi:

- Sumber pendapatan keluarga: ada tidaknya bantuan keuangan dari anak atau keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.

- Kemampuan pendapatan: lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun. Masalahnya adalah sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya.


(13)

- Sumber pendapatan resmi: pendapatan pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa aktif. Penduduk lansia di daerah pertanian menunjukkan proporsi yang lebih besar dibandingkan dengan di daerah non pertanian. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia, di samping sektor perdagangan dan sektor jasa.

2.2 Kolesterol

Gambar 2.1 Rumus bangun kolesterol

Kolesterol (cholesterol, cholesterin, cholesterine, cholesteryl alcohol, dythol, provitamin D, cholest-5-en-3--ol, 3--hydroxycholest-5-ene, 5-cholesten-3--ol) adalah senyawa turunan lemak yang memiliki rumus molekul C27H46O (Anonim, 2005).

Kolesterol memiliki berat molekul sebesar 386,67 dan titik lebur antara 147°C dan 150°C. Pemerian kolesterol berupa lembaran atau butiran putih atau agak kuning yang hampir tidak berbau. Oleh pengaruh udara, kolesterol akan berubah warna menjadi kuning atau coklat pucat. Kolesterol praktis tidak larut di dalam air, larut dalam kloroform P, dalam eter P, dalam dioksan P, dalam etilasetat P, dalam heksana P dan dalam minyak nabati. Kolesterol agak sukar larut di dalam etanol mutlak P, sukar larut dan larut perlahan-lahan dalam etanol (95%) P (Depkes RI, 1979).


(14)

Kolesterol adalah suatu senyawa lemak yang lunak seperti lilin (wax). Kolesterol berasal dari bahasa Yunani, yaitu chole yang berarti empedu dan

stereos yang berarti padat. Kolesterol merupakan zat gizi atau komponen lemak kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia sebagaimana zat gizi lain, seperti karbohidrat, vitamin, protein dan mineral. Sebagai komponen lemak, kolesterol menjadi salah satu sumber energi yang bisa memberikan kalori paling tinggi dan juga merupakan bahan dasar dalam pembentukan hormon-hormon steroid. Sebagai senyawa lemak, sebenarnya kolesterol sebanyak 75% sudah dihasilkan di dalam tubuh (organ hati) yang disebut dengan kolesterol endogen dan 25% sisanya dari makanan sehari-hari yang kita konsumsi yang disebut dengan kolesterol eksogen (Astuti, 2015).

Secara medis, kolesterol mempunyai beberapa fungsi yang penting untuk tubuh. Namun, sebagian kolesterol kembali ke dalam hati untuk diubah menjadi asam empedu dan garamnya. Pada akhirnya, sebagian lagi akan dibuang melalui tinja (feses) (Ruslianti, 2014).

Menurut Astuti (2015), beberapa fungsi kolesterol di dalam tubuh adalah sebagai berikut:

- Penyumbang energi yang lebih tinggi daripada protein. - Pembungkus jaringan syaraf.

- Membantu membuat lapisan luar atau dinding-dinding sel.

- Membuat asam empedu yang berfungi membantu mengurangi makanan di usus dan untuk mencerna lemak.

- Membantu tubuh membuat vitamin D. - Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K.


(15)

- Bahan dasar pembentukan hormon-hormon steroid, seperti estrogen pada wanita dan testosteron pada kaum laki-laki.

- Berperan dalam membantu perkembangan jaringan otak anak.

- Sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari dalam tubuh secara berlebihan.

Kolesterol dalam jumlah normal penting untuk kesehatan dan terserap dalam seluruh membran dan dinding sel. Kadar normal untuk kolesterol adalah sekitar 150-190 mg/dL darah. Akan tetapi, bila kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL maka kemungkinan mendapat serangan jantung menjadi dua kali lipat dan bila kadarnya mencapai 300 mg/dL darah, maka risiko serangan jantung menjadi lima kali lipat (Fatmah, 2010).

Ada banyak hal yang dapat membuat kadar kolesterol menjadi abnormal dan membahayakan kesehatan. Terlalu banyak asupan lemak jenuh dalam makanan merupakan penyebab utamanya. Selain itu, dengan bertambahnya usia maka peningkatan kadar kolesterol di dalam tubuh juga tidak dapat dihindari (Bull dan Morrell, 2007).

Meskipun kadarnya tinggi dan sudah di atas batas ambang normal, kolesterol tidak memberikan simpton atau gejala yang jelas pada tubuh. Gejala-gejala kolesterol tinggi pada umumnya hampir sama dengan gejala-gejala penyakit lainnya. Di samping itu, gejala kolesterol biasanya baru terjadi jika kolesterol tinggi telah memicu penyakit lain seperti penyakit jantung, stroke, diabetes melitus atau penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Akibatnya, banyak orang yang tidak mengetahui atau tidak menyadari kalau kadar kolesterol di dalam tubuh mereka sebenarnya terlalu tinggi. Sehingga perlunya dilakukan


(16)

pemeriksaan kadar kolesterol secara rutin agar dapat dicegah sebelum kadar kolesterol meningkat terlalu tinggi (Pramono, 2012).

Jumlah kolesterol dalam tubuh bisa meningkat jika mengkonsumsi makanan yang mengandung kalori tinggi, seperti daging sapi, kambing, ayam, dan telur. Bagi penderita kolesterol tinggi sebaiknya mengurangi asupan lemak jenuh, makanan yang mengandung kalori tinggi dan menghindari jenis makanan yang rendah lemak namun tinggi kolesterol. Karena kalau tidak, kadar kolesterol yang berlebihan di dalam tubuh akan menimbulkan kondisi aterosklerosis, yaitu suatu penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah. Saat ini, aterosklerosis menjadi masalah kesehatan yang paling besar dan utama di banyak negara. Aterosklerosis ini disebabkan oleh jantung yang kesulitan untuk memompa darah. Jika penyumbatan itu terjadi di otak, maka akan menyebabkan stroke dan kelumpuhan (Astuti, 205).

Jika penyumbatan ini terjadi pada arteri yang membawa aliran darah ke jantung, maka dapat mengakibatkan serangan jantung atau angina (nyeri yang menandakan bahwa jantung tidak mendapat cukup oksigen) dan jika aliran darah ke lengan atau tungkai berkurang, maka dapat terjadi kesulitan berjalan dan kadang-kadang menyebabkan gangren (penyakit arteri perifer) (Bull dan Morrell, 2007).

Aterosklerosis merupakan dasar dari penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular). Penyakit kardiovaskular ini diakibatkan oleh terjadinya hambatan aliran darah pada arteri koroner yang biasanya menyuplai darah ke otot-otot dan jantung yang menjadi penyebab nomor satu kematian di negara-negara maju maupun berkembang. Kolesterol tinggi merupakan faktor risiko


(17)

kardiovaskular di samping hipertensi, merokok, diabetes, hiperhomosisteinemia dan juga penyakit ginjal kronis (PGK) (Astuti, 2015).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan meningkatnya kadar kolesterol di dalam tubuh menurut Pramono (2012) adalah:

1. Faktor Makanan

Seseorang yang sering mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung lemak jenuh bisa menyebabkan kadar kolesterol dalam tubuh meningkat, sebab didalam makanan yang tinggi kolesterol terdapat lemak yang tidak sehat. Selain itu, makanan kemasan yang banyak mengandung minyak kelapa, minyak kelapa sawit atau mentega juga mengandung lemak jenuh di dalamnya.

2. Faktor Berat Badan

Kelebihan berat badan dapat meningkatkan trigliserida dan menurunkan jumlah kolesterol HDL atau kolesterol baik. Sehingga jumlah kolesterol LDL akan meningkat dan membahayakan tubuh.

3. Faktor Tingkat Kegiatan Fisik

Kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh tubuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dan menurunkan kadar kolesterol HDL. Makin tinggi aktivitas fisik seseorang, akan makin rendah kemungkinannya mengidap kolesterol tinggi.

4. Faktor Usia dan Jenis Kelamin

Setelah mencapai usia 20 tahun, kadar kolesterol di dalam tubuh secara alami akan mulai meningkat. Pada pria, peningkatan kadar kolesterol pada umumnya berhenti setelah usia 50 tahun. Sementara pada wanita, tingkat


(18)

kolesterol biasanya rendah sampai masa menopause, kemudian naik dan akhirnya berhenti pada level yang sama seperti pria.

5. Faktor Kondisi Kesehatan secara Keseluruhan

Memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes atau hipotiroidisme dapat menyebabkan kolesterol tinggi.

6. Faktor Sejarah Keluarga

Penyakit kolesterol tinggi dapat disebabkan dari turunan keluarga. Seseorang yang memiliki keluarga yang terkena kolesterol tinggi, sebaiknya mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan kadar kolesterol.

7. Faktor Merokok

Rokok adalah sumber segala jenis penyakit. Merokok bisa menurunkan tingkat kolesterol HDL (kolesterol baik), jika HDL di dalam tubuh menurun secara berkala, maka LDL di dalam tubuh akan meningkat. Hal ini pada akhirnya dapat menyebabkan kematian akibat serangan stroke ataupun serangan penyakit jantung koroner.

Banyak pakar kesehatan menyarankan agar pemeriksaan kesehatan dilakukan pada semua orang dewasa, atau paling tidak terhadap masyarakat yang menghadapi risiko terkena serangan jantung. Pemeriksaan kesehatan ini harus mencakup pengukuran kadar kolesterol darah dan memberikan penjelasan terhadap efek kebiasaan merokok, berat badan dan pemeriksaan tekanan darah. Tujuan pengukuran kolesterol darah adalah untuk mengetahui apakah seseorang menghadapi risiko terkena aterosklerosis di usia muda. Risiko penyakit sklerosis (penyumbatan) pada arteri koroner bisa dikurangi atau dicegah dengan rutin memeriksakan diri. Oleh sebab itu, orang-orang yang berada pada kelompok umur


(19)

20-60 tahun harus diukur kadar kolesterol darahnya secara teratur (Nilawati, dkk., 2008).

2.3 Lipoprotein

Lemak di dalam darah terdiri atas kolesterol, trigliserida (minyak), fosfolipid dan asam lemak bebas (free fatty acid) yang semuanya tidak dapat larut dan bercampur di dalam air. Tiga unsur lemak yang pertama (kolesterol, trigliserida dan fosfolipid) membutuhkan protein yang membungkusnya. Pembungkus ini dinamakan lipoprotein. Lipoprotein adalah makromolekul kompleks yang kemudian membawa lemak plasma hidrofobik, yaitu kolesterol dan trigliserida ke dalam darah. Lipoprotein ini yang akan membawa dan mengantarkan kolesterol ke seluruh sel tubuh. Setelah lemak berikatan dengan apoprotein membentuk lipoprotein, lemak pun dapat larut dalam darah. Sementara itu, unsur lemak yang terakhir yaitu asam lemak bebas (free fatty acid) berikatan dengan albumin (Astuti, 2015).

Metabolisme lipoprotein di dalam tubuh mempunyai 2 fungsi yang amat penting yaitu, memasok trigliserida ke jaringan lemak dan otot untuk bahan dan penyimpanan energi, kemudian mengangkut kolesterol untuk pembentukan membran sel, hormon steroid dan sintesis asam empedu. Transportasi lipid mempunyai 2 jalur, yaitu: 1) jalur eksogen, yang dimulai dari absorbsi lemak dan kolesterol dari usus halus yang kemudian masuk ke dalam sistem limfatik dan pada akhirnya masuk ke dalam sistem sirkulasi darah dalam bentuk kilomikron dan 2) jalur endogen, yang dimulai dari produksi kolesterol VLDL oleh hati. Pada leadaan asupan lemak amat berkurang, misalnya kelaparan maka sel-sel hati akan


(20)

mensintesis kolesterol VLDL untuk diekspor ke sistem organ yang lain (Santoso dan Kasiman, 2009).

Menurut Astuti (2015), berdasarkan berat jenis dan kandungan lemaknya, lipoprotein terbagi atas 5 yaitu:

1. Kilomikron (chylomicron)

Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar, kandungannya sebagian besar trigliserida 80-95% untuk dibawa ke jaringan lemak dan otot rangka. Kilomikron juga mengandung kolesterol 2-7% untuk dibawa ke hati. Kilomikron terbentuk saat pencernaan dan penyerapan dari usus dan dilepaskan ke dalam darah setelah makan.

2. VLDL (Very Low Density Lipoprotein)

VLDL dibentuk dari asam lemak bebas di hati dan memiliki kandungan trigliserida sebesar 55-80% dan kolesterol sebesar 5-15%. Produksi trigliserida yang berlebihan oleh hati disebut hypertrigliseridemia.

3. IDL (Intermediate Density Lipoprotein)

IDL mengandung trigliserida sebesar 20-50% dan kolesterol sebesar 20-40%. IDL merupakan zat antara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL. IDL juga disebut VLDL sisa.

4. LDL (Low Density Lipoprotein)

LDL memiliki kandungan trigliserida sebesar 5-15% dan merupakan lipoprotein pengangkut kolesterol terbanyak yaitu 40-50% untuk disebarkan ke seluruh endotel jaringan perifer dan pembuluh nadi. LDL juga merupakan metabolit VLDL yang juga disebut ‘kolesterol jahat’ karena efeknya yang aterogenik, yaitu mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh darah


(21)

dan dapat menyebabkan penumpukan lemak yang dapat menyempitkan pembuluh darah.

Jika kadar LDL tinggi, berarti akan banyak terjadi penimbunan lemak atau kolesterol di sepanjang dinding arteri. Oleh karena itu, semakin rendah jumlah LDL di dalam darah, akan semakin baik sebab akan makin memperkecil risiko serangan jantung dan stroke. Sebaliknya, semakin tinggi jumlah LDL di dalam darah, maka akan semakin buruk dan berbahaya.

5. HDL (High Density Lipoprotein)

HDL merupakan lipoprotein yang mengandung 5-10% trigliserida dan 15-25% kolesterol. HDL memiliki efek antiaterogenik kuat sehingga disebut juga dengan ‘kolesterol baik’. Fungsi utama HDL adalah mengangkut kolesterol bebas yang terdapat dalam endotel jaringan perifer, termasuk pembuluh darah ke reseptor HDL di hati untuk dijadikan empedu dan dikeluarkan ke usus kecil untuk mencerna lemak dan dibuang berupa tinja. Dengan demikian, penimbunan kolesterol di perifer menjadi berkurang. Semakin tinggi kadar kolesterol HDL di dalam darah, akan semakin baik karena akan memperkecil risiko timbulnya penyakit jantung koroner.

Dari kelima jenis lipoprotein tersebut, yang paling penting untuk diketahui adalah LDL karena efeknya yang arterogenik sehingga menyebabkan penumpukan lemak dan meninggalkannya pada dinding pembuluh darah. Selain itu, hal yang juga penting untuk diketahui adalah trigliserida. Trigliserida merupakan salah satu komponen jenis lemak yang normal terdapat dalam tubuh. Para ahli menegaskan bahwa peningkatan kadar trigliserida di dalam darah merupakan salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner (Astuti, 2015).


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menua (aging) merupakan proses yang harus terjadi secara umum pada seluruh spesies secara progresif seiring waktu yang menghasilkan perubahan yang menyebabkan disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh tertentu. Menua atau menjadi tua (aging) merupakan proses yang akan dialami oleh semua orang dan tidak dapat dihindari. Hal yang dapat diusahakan adalah tetap sehat pada saat menua (menua sehat atau healthy aging)(Fatmah, 2010).

Peningkatan kadar kolesterol dalam batas tertentu merupakan hal alami yang terjadi dalam proses penuaan. Kadar kolesterol meningkat seiring usia pada pria maupun wanita (Bull dan Morrell, 2007).

Kolesterol adalah zat alamiah dengan sifat fisik serupa lemak tetapi berumus steroida, seperti banyak senyawa alamiah lainnya. Kolesterol merupakan bahan bangun esensial bagi tubuh untuk sintesa zat-zat penting, seperti membran sel dan bahan isolasi sekitar serat saraf, begitu pula hormon adrenal, testosteron, estrogen dan progresteron yang penting bagi proses fertilisasi, prekursor vitamin D, asam empedu serta sebagai bahan pembentuk kulit untuk mencegah penguapan air dari dalam tubuh secara berlebihan dan mempermudah penyerapan lemak di saluran cerna. Oleh karena itu, apabila tubuh mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kolesterol secara berlebihan, maka kadar kolesterol di dalam darah cenderung akan meningkat (Tan dan Rahardja, 2007).


(23)

Kolesterol dalam jumlah tertentu penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit. Kelebihan kolesterol dalam tubuh terutama berkaitan dengan penyakit aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner, gagal ginjal kronis, diabetes mellitus, penyakit pembuluh darah, kelumpuhan, hipertensi dan berbagai kanker (rahim, prostat, payudara dan usus besar) (Durstine, 2012).

1.2 Tujuan Percobaan

1. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) apakah tergolong dalam batas kadar normal menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014.

2. Untuk mengetahui apakah usia seseorang mempengaruhi kadar kolesterolnya.

1.3 Manfaat Percobaan

Manfaat dari dilakukannya percobaan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara ini adalah untuk mengetahui apakah usia seseorang dapat berpengaruh terhadap kadar kolesterol di dalam tubuh.


(24)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.


(25)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN

LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA

TUGAS AKHIR

OLEH:

MARIA THALIA INES

NIM 132410007

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(26)

(27)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan ridhoNya, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Pemeriksaan Kadar Kolesterol pada Pasien Lanjut Usia (Lansia) di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara” yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih kepada Ayahanda Eddy Syahputra, Ibunda Alm. Hj. Sri Puspita Andayani, Kakanda Dipika Awinda dan Adinda Gaby Octavia atas segala do’a, kasih sayang serta dorongan moril maupun materil kepada penulis selama ini. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT.

SelamapenulisanTugasAkhirini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuandariberbagaipihak, maka dengan segala ketulusan hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. rer.nat. Effendy De Lux Putra, S.U., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa telah meluangkan waktu, memberikan


(28)

pengarahan, bimbingan dan semangat kepada penulis hingga selesainya tugas akhir ini.

4. Bapak Drs. Syahniman, M. Si., selaku Koordinator Pembimbing Praktik Kerja Lapangan di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

5. Ibu Aminah Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., selaku Dosen Penasehat Akademik penulis selama melaksanakan pendidikan pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

6. Bapakdan Ibu dosen beserta seluruh staff di Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama masa perkuliahan.

7. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara.

8. Serta semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna, sehingga dibutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Medan, 03 Mei 2016 Penulis


(29)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.


(30)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Percobaan ... 2

1.3 Manfaat Percobaan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Lanjut Usia (Lansia) ... 3

2.2 Kolesterol ... 6

2.3 Lipoprotein ... 12

BAB III METODE PENELITIAN... 15

3.1 Tempat Pengujian ... 15

3.2 Alat ... 15

3.3 Bahan ... 15


(31)

3.3.2 Sampel ... 15

3.4 Prosedur Percobaan ... 16

3.4.1 Pemeriksaan Sampel ... 16

3.4.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300 ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1 Hasil ... 17

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1 Kesimpulan... 19

5.2 Saran ... 19


(32)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(33)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(34)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Alat ... 21 2 Gambar Bahan ... 22 3 Gambar Mikropipet ... 23


(1)

PEMERIKSAAN KADAR KOLESTEROL PADA PASIEN LANJUT USIA (LANSIA) DI LABORATORIUM KESEHATAN

PROVINSI SUMATERA UTARA ABSTRAK

Kolesterol merupakan salah satu turunan lemak yang penting untuk tubuh. Meskipun demikian, ketika kadar kolesterol dalam darah mencapai lebih dari 200 mg/dL akan menimbulkan risiko menderita berbagai penyakit, seperti aterosklerosis, stroke, penyakit jantung koroner dan diabetes mellitus. Seiring bertambahnya usia, secara normal kadar kolesterol di dalam tubuh juga akan meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia).

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui hasil pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) serta mengetahui apakah usia seseorang dapat mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh. Sampel yang digunakan adalah serum darah pasien lansia yang diperiksa di Laboratorium Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dengan menggunakan metode spektrofotometri kolorimetri.

Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar kolesterol pada pasien lanjut usia (lansia) adalah sebesar 45% lansia memiliki kadar kolesterol yang memenuhi batas kadar normal (< 200 mg/dL) dan 55% lansia memiliki kadar kolesterol yang melebihi batas kadar normal (> 200mg/dL) menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 5/MENKES/PER/II/2014. Maka dari itu, usia seseorang tidak selalu mempengaruhi kadar kolesterol di dalam tubuh.


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan Percobaan ... 2

1.3Manfaat Percobaan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1Lanjut Usia (Lansia) ... 3

2.2Kolesterol ... 6

2.3Lipoprotein ... 12

BAB III METODE PENELITIAN... 15

3.1 Tempat Pengujian ... 15

3.2 Alat ... 15

3.3 Bahan ... 15


(3)

3.3.2 Sampel ... 15

3.4 Prosedur Percobaan ... 16

3.4.1 Pemeriksaan Sampel ... 16

3.4.2 Penggunaan Alat Spektrofotometer Microlab 300 ... 16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 17

4.1Hasil ... 17

4.2Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 19

5.1Kesimpulan... 19

5.2Saran ... 19


(4)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Gambar Alat ... 21 2 Gambar Bahan ... 22 3 Gambar Mikropipet ... 23