Pengaruh Postur Kerja terhadap Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Kuli Angkat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau

14

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah,
dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikular atau keduanya. Nyeri punggung
bawah (NPB) sering juga disebut, nyeri pinggang, boyok, merupakan keluhan yang
sering dijumpai (Mahadewa dan Maliawan, 2009).
Nyeri punggung bawah terasa diantara sudut iga terbawah dan lipatan bokong
bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan penjalaran
nyeri kearah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari punggung bawah dapat dirujuk
ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah
punggung bawah.
Sebagian besar orang adakalanya menderita nyeri punggung bawah meski
tidak parah, biasanya ada rasa tidak enak dan kaku disebabkan oleh tekanan mekanis
atau kerusakan dipunggung. Sikap tubuh yang buruk, cara mengangkat yang tidak
benar, otot perut (abdomen) yang tidak berkembang, kegemukan (obesitas) dan
tekanan yang berlebihan atau cedera bisa menjadi sebagian penyebab nyeri punggung
bawah. Nyeri punggung bawah bisa terjadi pada setiap orang, perlu untuk diketahui

bahwa tulang belakang terbentuk dari banyak struktur berbeda, termasuk tulang,
cakram sendi, persendian, urat otot, saraf, pembuluh darah, dan jaringan lain. Semua

14

15

bagian tulang belakang tersebut dapat terpengaruh oleh kerusakan mekanis yang
menyebabkan nyeri punggung bawah.
Nyeri punggung bawah dapat bersifat menahun (kronis), mendadak (akut),
mendadak berulang, atau kombinasi ketiganya. Sebagian besar nyeri punggung
bawah dapat hilang sendiri dan akan sembuh dalam enam minggu dengan tirah
baring, pengurangan stres dan relaksasi. Nyeri lebih sering muncul perlahan tanpa ada
riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas muncul saat seseorang duduk atau
berdiri selama beberapa waktu, saat mengangkat atau menarik, atau saat mengambil
posisi tertentu yang tidak lazim pada saat bekerja, misalnya membungkukkan badan
dan berjongkok saat mengelas.
2.1.1. Kolumna Vertebralis
Punggung atau tulang belakang dikenal secara medis sebagai kolumna
vertebralis. Tugasnya adalah menyangga seluruh tubuh, mampu menekuk dan

memutar ke semua arah, dan juga melindungi saraf yang melintasinya (Jayson, 2003).
Punggung manusia terdiri atas rangkaian tulang yang dikenal sebagai ruas
tulang belakang, yang membentuk susunan tulang belakang. Ada 7 ruas tulang leher
membentuk daerah tangkuk, 12 ruas tulang punggung pada bagian atas dan tengah
punggung, dan 5 ruas tulang pinggang pada bagian punggung paling bawah. Ruas
yang

ke-5

dikenal

sebagai

L5

membentuk

sendi

dengan


sakrum

yang

menghubungkan atau tulang ekor. Sakrum terdiri dari beberapa ruas tulang belakang
yang saling berhubungan. Sakrum menyatu pada bagian tepi panggul, yakni lingkaran
tulang yang menyangga tubuh dan sebaliknya disangga oleh pinggul.

16

Gambar 2.1 Kolumna Vertebralis
Tulang belakang terbentuk oleh unit-unit fungsional antara lain:
1. Segmen Anterior
Bagian ini terutama berfungsi sebagai penyangga beban, dibentuk oleh korpus
vertebra yang dihubungkan satu dengan lainnya oleh diskus intervertebra. Struktur
ini masih diperkuat oleh ligamen longitudinal posterior dibagian belakang dan
ligamen longitudinal anterior dibagian depan. Ligamen longitudinal posterior
mempunyai arti penting dalam patofisiologi penyakit. Sejak dari oksiput ligamen ini
menutup seluruh permukaan belakang diskus. Mulai L1 ligamen ini menyempit,

hingga pada daerah L5-S1. Dengan demikian pada daerah ini terdapat daerah lemah,

17

yakni bagian postero lateral kanan dan kiri diskus, daerah tak terlindungi oleh
ligamen longitudinal posterior.
2. Segmen Posterior
Bagian ini dibentuk oleh arkus, prosesus transversus dan prosesus spinosus.
Bagian yang satu dengan lainnya dihubungkan oleh sepasang artikulasi dan diperkuat
oleh ligamen serta otot. Ditinjau dari sudut kinetika tubuh (diluar kepala dan leher)
maka akan tampak bahwa gerakan yang paling banyak dilakukan oleh tubuh ialah
fleksi, kemudian disusul oleh ekstensi. Dalam kenyataannya gerakan fleksi-ekstensi
merupakan tugas persendian daerah lumbal dengan pusat sendi L5-S1. Hal ini
dimungkinkan oleh bentuk dan letak bidang sendi yang sagital. Lain halnya dengan
bidang sendi daerah torakal yang terletak frontal; bidang sendi ini hanya
memungkinkan gerakan rotasi dan sedikit latero fleksi.
Diperkirakan hampir 75% aktifitas fleksi-ekstensi tubuh ditampung oleh sendi
L5-S1. Disamping itu adanya lordosis lumbal mengakibatkan kedudukan L5 terhadap
S1 tidak seperti sebuah benda terletak diatas bidang horisontal, melainkan diatas
bidang miring yang membentuk sudut tertentu dengan bidang horisontal. Sudut ini

yang besarnya kurang lebih 300 dalam klinik dikenal sebagai sudut lumbosakral
ferguson. Kenyataan ini membawa konsekuensi bahwa disamping menopang berat
badan, sendi L5-S1 senantiasa dibebani oleh gaya luncur kearah depan. Makin besar
sudut ferguson, makin besar gaya luncur, makin besar pula tekanan yang diderita oleh
sendi lumbosakral.

18

Walaupun demikian, tidak berarti sendi lumbosakral identik dengan Titik
Berat Badan (TBB). Titik berat badan hakekatnya adalah titik semu dimana seluruh
berat badan terkumpul dan merupakan pusat grapitasi. TBB terletak pada bidang
sagital, kira-kira 2,5 cm di depan S2. Titik ini dalam statika dan kinetika tubuh
mempunyai arti penting, karena setiap perpindahan titik akan memaksa tubuh
melakukan kompensasi agar kembali ke tempat semula.
2.1.2. Diskus Intervertebra
Struktur lain yang tak kalah penting peranannya dalam persoalan nyeri
punggung bawah adalah diskus intervertebra. Disamping berfungsi sebagai
penyangga beban, diskus berfungsi pula sebagai peredam kejut. Diskus dibentuk oleh
anulus fibrosus yang merupakan anyaman serat-serat fibroelastik hingga membentuk
struktur mirip gentong. Tepi atas dan bawa gentong melekat pada ‘‘end plate’’

vertebra, sedemikian rupa hingga terbentuk rongga antar vertebra. Rongga ini berisi
nukleus pulposus suatu bahan mukopolisakarida kental yang banyak mengandung air.
Menjelang usia dekade kedua mulailah terjadi perubahan-perubahan baik
menyangkut nukleus pulposus maupun anulus fibrosus. Pada beberapa tempat seratserat fibroelastik terputus, sebagian rusak, sebagian diganti jaringan ikat. Proses ini
akan berlangsung secara kontinu hingga dalam anulus terbentuk rongga-rongga.
Kedalam rongga-rongga ini materi nukleus akan melakukan infiltrasi.
Sementara itu nukleus pulposus juga mengalami perubahan-perubahan berupa
penyusutan kadar air. Jadi terciptalah suatu keadaan dimana satu pihak volum materi

19

nukleus berkurang, di pihak lain volum rongga antar vertebra bertambah. Hasilnya
ialah penurunan tekanan intra diskus.
2.1.3. Cakram Antar Ruas
Punggung dapat membungkuk atau memutar sebab ada bantalan atau cakram
yang fleksibel di antara ruas. Setiap cakram bentuknya datar dengan inti menyerupai
agar-agar dan kulit luar kuat disebut anulus.
2.1.4. Lekukan Tulang Sendi
Ruas tulang belakang satu dengan lainnya dihubungkan pula oleh pasangan
tulang-tulang sendi kecil yang terletaak di belakang tulang belakang, satu di setiap

sisinya. Tulang ini rapuh dan mungkin membengkak, menyebabkan tekanan pada
saraf.
2.1.5. Jaringan Saraf
Sistem saraf mirip sebuah jaringan telepon yang membawa pesan dari otak ke
berbagai bagian tubuh dan kembali lagi ke otak. Pesan-pesan turun melalui saraf
membuat kontraksi otot dan mengontrol gerakan seperti berjalan. Rangsangan saraf
tepi mencapai otak, sehingga akan merasakan sentuhan dan rasa sakit.

Gambar 2.2 Jaringan Saraf Yang Terjepit

20

2.1.6. Urat Saraf Tulang Belakang
Urat saraf tulang belakang seperti kabel jaringan saraf yang memanjang dari
otak turun ke tulang belakang di dalam saluran yang terbentuk dari ruas-ruas tulang
belakang. Akar saraf menyebar dari urat saraf tulang belakang, menyusur jarak
pendek dalam saluran itu sendiri dan kemudian muncul berpasangan, satu pada setiap
sisi ruas tulang belakang untuk sampai ke setiap bagian tubuh.
Cedera pada saraf tulang belakang memutuskan hubungan ke bagian tubuh
lain. Rangsangan dapat berubah, bahkan hilang atau muncul rasa sakit dan tak dapat

bergerak. Pada sebagian besar masalah punggung yang rusak adalah bagian sarafsarafnya, dan bukan urat saraf tulang belakang. Rasa sakit dapat berkembang pada
punggung sebagai akibat dari cedera langsung pada persendian, urat otot, tulang
sendi, dan struktur lain di dalam dan di sekitar tulang punggung. Karena saraf
jaringan tulang belakang sama dengan yang terhubung dengan kaki maka rasa sakit
yang dirasakan seakan-akan berasal dari kaki.
2.1.7. Etiologi
Nyeri punggung bawah merupakan hal yang umum terjadi, dan penyebab
yang spesifik sering tidak dapat diidentifikasi. Menurut Murtagh (2002) nyeri
punggung bawah timbul akibat adanya peregangan atau laserasi pada ligamen (strain)
atau peregangan yang berlebihan dari otot atau sendi (strain) atau postur yang tidak
tepat. Sedangkan menurut Nasution (2005) yang mengutip pendapat Soemarmo M,
menyatakan etiologi dari nyeri punggung bawah adalah:

21

1.

Kelainan bawaan: sakralisasi, lumbalisasi.

2.


Gangguan mekanis: gerakan, tarikan atau posisi yang salah baik akut maupun
kronis pada otot dan ligamen.

3.

Trauma tulang punggung: fraktur kompresi, sublaksasio sendi.

4.

Radang/ inflamasi: tuberkulosa, stafilococcus, salmonella, jamur.

5.

Tumor jinak dan ganas.

6.

Gangguan metabolik seperti osteoporesis.


7.

Degenerasi: hernia nucleus pulposus (HNP), osteoartritis.

8.

Kelainan alat-alat dalam dan retroperitoneal.

9.

Kelainan psikogen.

10. Akibat kelainan sikap (postur) tubuh.
2.1.8. Pembagian Nyeri Punggung Bawah
Nyeri punggung bawah terdiri atas 4 kelompok; nyeri punggung mekanik,
nyeri punggung organik, nyeri punggung rujukan (referred pain) dan nyeri
psikogenik.
1. Nyeri Punggung Mekanik
Nyeri punggung mekanik terdiri atas:
a. Nyeri Punggung Mekanik Akut

Biasanya timbul bila tubuh melakukan gerakan secara mendadak, melakukan
gerakan melampaui batas kemampuan sendi dan otot (range of motion) atau
melakukan sesuatu untuk jangka waktu terlampau lama. Contohnya seseorang yang
mendadak bergerak untuk menangkap benda yang sedang jatuh, memaksa diri

22

mendorong mobil mogok, atau berdiri dalam bus antar kota yang kebetulan penuh
sesak. Pada contoh pertama dan kedua nyeri timbul akibat terjadinya regangan
serabut-serabut otot dan jaringan miofasial. Mungkin desertai robekan dan
perdarahan ringan. Contoh ketiga nyeri timbul akibat iskemi otot oleh penumpukan
sisa-sisa metabolisme.
b. Nyeri Punggung Mekanik Kronik (Menahun)
Paling sering disebabkan oleh sikap tubuh yang jelek dimana seseorang
berdiri dengan sikap agak membongkok ke depan, kepala menunduk, perut
membuncit, dan dada kempes mendatar. Sikap tubuh yang demikian tentunya akan
mendorong titik berat badan ke depan. Sebagai kompensasi agar keseimbangan tubuh
tetap terjaga, punggung dan bahu harus ditarik ke arah belakang, sehingga timbul
hiperlordosis lumbal. Hal ini tentunya dimungkinkan bila otot-otot paravertebra
melakukan kontraksi terus menerus. Disamping itu hiperlordosis mengakibatkan
pendekatan selaput sendi artikulasio posterior hingga timbul iritasi dan inflamasi,
baik kontraksi otot terus-menerus maupun iritasi selaput sendi artikulasio posterior,
keduanya secara potensial merupakan sumber nyeri
Disamping akibat sikap tubuh yang jelek, penggeseran titik berat badan ke
arah depan terlihat juga pada wanita-wanita yang gemar memakai sepatu dengan
tumit tinggi. Wanita-wanita ini tidak jarang menjadi penderita nyeri punggung bawah
menahun. Mekanisme yang sama mendasari timbulnya keluhan nyeri punggung
bawah pada wanita hamil trimester kedua dan ketiga.

23

2. Nyeri Punggung Organik
Proses patologik primer berada di tulang vertebra, diskus invertebra atau
dalam kanalis spinal. Oleh karenanya nyeri punggung bawah organik dalam
prakteknya dibagi atas; nyeri punggung osteogenik, nyeri punggung diskogenik.
3. Nyeri Rujukan (Referred Pain)
Kelainan yang terdapat dalam rongga panggul perut dan retroperintoneal
dapat memberikan rujukan nyeri ke daerah lumbosakral dan sakroiliaka, misalnya
batu ginjal prostatitis, salpingitis dll. Berbagai keterangan dikemukakan mengenai
mekanisme timbulnya nyeri rujukan. Salah satu teori mengatkan tentang adanya pool
yang sama antara antara neuron viseral dan somatik.
4. Nyeri Psikogenik
Dalam kelompok nyeri punggung psikogenik dimasukkan jenis-jenis nyeri
pnggung bawah tidak jarang diciptakan untuk tujuan memperoleh keuntungan
sekunder, miisalnya kompensasi cuti sakit, pindah jabatan dll.

2.2. Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah
2.2.1. Faktor Individu
1. Usia
Terdapat kenaikan angka kejadian dan prefalensi nyeri punggung dengan
bertambahnya usia yang tidak dipengaruhi kondisi kerja. Namun masalah punggung
mungkin secara tidak langsung berhubungan dengan proses menua vertebra lumbal.

24

2. Jenis Kelamin
Masalah punggung dilaporkan mengenai baik pria maupun wanita dalam
perbandingan yang sama banyak (Nachemson, 1976; Anderson, 1979 yang dikutip
oleh Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010). Berdasarkan data kompensasi pekerja, pria
dilaporkan melakukan 76% dan 80% semua klaim kompensasi punggung (Snook,
1978; Klein dkk, 1984). Secara keseluruhan, wanita lebih sedikit mengalami cidera
dibandingkan pria tapi wanita cendrung mempunyai peluang yang bertambah untuk
mengajukan klaim dan menjadi penagih kompensasi cidera yang mahal (Bigos,
1986b).
3. Kebugaran Jasmani
Pekerja dengan kebugaran jasmani yang lemah mungkin berisiko mengalami
cedera punggung. Cady dkk (1979) dalam Jayaratnam, J. Dan Koh (2010) dalam
sebuah penelitian prospektif terhadap 1,652 pemadam kebakaran melaporkan
frekuensi cidera yang dialami kelompok pekerja yang kurang bugar sebanyak sepuluh
kali lipat lebih tinggi dibandingkan kelompok pekerja yang sebagian paling bugar.
Mereka mengambil kesimpulan bahwa kebugaran jasmani dan penyesuaian berperan
dalam mencegah terjadinya cidera punggung.
4. Faktor Psikososial
Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya tingkat pendidikan sebagai
faktor prognostik nyeri punggung dan penyakit muskuloskeletal (Vallfors, 1985 dan
Deyo, 1987 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010). Korelasi ini kuat hanya untuk
kaum pria (Deyo, 1987). Penjelasan yang diberikan mengenai hal ini adalah pria yang

25

memiliki tingkat pendidikan yang terbatas dan pekerjaan dengan bayaran yang rendah
lebih mungkin melakukan pekerjaan berat atau pekerjaan yang melibatkan getaran
atau beban lain terhadap tulang belakang. Dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh
Bergenudd dan Nilson (1988) dalam Jayaratnam, J. Dan Koh (2010) mengenai
prevalensi nyeri punggung terhadap 575 sampel penduduk di Malmo berusia paruh
baya, individu dengan nyeri punggung kurang berhasil saat melakukan tes
intelegensia pada masa kanak-kanak, memiliki janga waktu pendidikan lebih pendek,
dan mengerjakan pekerjaan fisik berat.
Faktor psikososial lain yang ditemukan pada seseorang dengan nyeri
punggung meliputi depresi, kecanduan alkohol, perceraian, ketidakpuasan melakukan
pekerjaan, ketidakmampuan membangun kontak emosi, masalah keluarga, riwayat
operasi punggung, dan angka Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI)
tidak normal.
5. Perubahan Radiografis
Tonjolan tulang traksi atau penyempitan jarak antardiskus atau keduanya
antara vertebra lumbal 4 dan 5 berhubungan dengan bertambahnya angka kejadian
nyeri punggung bagian bawah dan tungkai yang berat, sedangkan vertebra
transisional, nodus Schmorl, dan tanda vakum diskus tidak berhubungan (Frymoyer,
1984 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh 2010). Rowe melaporkan bahwa perubahan
degeneratif diskus ditemukan pada 80% pasien yang telah kehilangan waktu kerja
karena nyeri punggung dan hanya 20% kelompok kontrol yang ditemukan perubahan
degeneratif pada diskus tanpa mengalami masalah punggung.

26

2.2.2. Faktor Tempat Kerja
1. Jenis Pekerjaan
Bertambahnya jumlah absen karena nyeri akibat gejala punggung bagian
bawah ditemukan pada pekerja dengan tuntutan fisik tinggi, pekerjaan dengan sikap
badan statis dalam waktu lama, pekerjaan yang terutama membutuhkan posisi sikap
badan bungkuk, dan pekerjaan mendadak tak terduga menerima beban kerja fisisk
berat (Andersson, 1979 dalam Jayaratnam, J dan Koh, 2010). Pekerjaan tertentu
terutama sopir truk, perawat, dan pekerjaan yang menangani material menunjukkan
adanya ketidakmampuan yang tinggi. Pekerja yang bekerja pada pemerintah dan
bagian finansial memiliki kemungkinan terkecil untuk terpengaruh.
Ketegangan fisik yang lebih ringan tapi membosankan dan repetitif dan
pekerjaan yang melibatkan getaran (mengendarai kendaran dan mengoperasikan alat
bertenaga) dapat dikaitkan dengan meningkatnya pelaporan nyeri punggung.
Pengangkatan berulang-ulang, pemakaian alat pelubang beton, gergaji rantai, atau
mesin pengolah tanah berputar juga dilaporkan berhubungan dengan angka kejadian
nyeri punggung bawah yang lebih tinggi (Frymoyer, 1987 dalam Jayaratnam, J. Dan
Koh, 2010).
2. Kepuasan Kerja
Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaan sekarang, tempat bekerja, atau
situasi sosial mempunyai angka kejadian nyeri punggung bawah yang tidak lebih
tinggi (Magora, 1973; Bergenudd dan Nilsson, 1988). Pekerja yang menyatakan
bahwa mereka nyaris tidak pernah menikmati tugas pekerjaan mereka 2,5 kali lebih

27

mungkin melaporkan cedera punggung daripada pekerja yang hampir selalu
menikmati tugas pekerjaannya. Bigos, dkk (1986) dalam Jayaratnam, J. Dan Koh
(2010) melaporkan satu korelasi yang menarik antara cedera punggung dan
pemberian nilai pengkajian pegawai setiap enam bulan sekali. Pegawai atau pekerja
dengan hasil evaluasi buruk dari atasan langsung tampak mempunyai risiko lebih
besar terhadap cedera punggung dengan biaya tinggi.

2.3. Gambaran Klinis
Timbulnya nyeri punggung bawah dapat terjadi mendadak atau perlahanperlahan. Rasa nyeri mendadak dapat muncul setelah mengangkat atau menarik dan
sering bertambah berat rasa nyeri tersebut setelah beberapa jam.Nyeri lebih sering
muncul perlahan tanpa ada riwayat terjadi cedera. Nyeri punggung secara khas
muncul saat seseorang duduk atau berdiri selama beberapa waktu, saat seseorang
mengangkat atau menarik, atau saat mengambil posisi tertentu yang tidak lazim pada
pekerjaannya, misalnya membungkukkan badan dan berjongkok saat bekerja. Gejala
berkurang atau hilang dengan istirahat. Sering ada riwayat masalah punggung bagian
bawah yang hilang tumbul (Jayaratnam, J dan Koh, 2010).
Nyeri punggung dapat berkaitan dengan penjalaran ke bawah pada satu atau
dua tungkai. Nyeri tersebut merupakan alih yang berasal dari diskus intervetebralis
atau daerah datar sendi tulang belakang atau radikular, akibat terkenanya akar saraf
tulang belakang oleh diskus intervetebralis yang mengalami prolaps. Nyeri alih
secara khas menjalar dari bagian belakang paha ke bagian belakang lutut sedangkan

28

gejala radikular terasa pada daerah dermatom akar saraf yang terkena, menjalar
melampaui lutut ke kaki dan dapat terjadi bersamaan dengan prestesia pada daerah
dermatom akar saraf yang terkena.

2.4. Pencegahan Nyeri Punggung Bawah
Sangat ideal bila faktor resiko digunakan untuk mengidentifikasi individu
yang berisiko terhadap nyeri punggung bawah. Menurut Jayaratnam J. dan Koh
(2010) yang mengutip pendapat Snook (1978) strategi pencegahan yang umumnya
digunakan dalam kelainan punggung akibat kerja meliputi seleksi pegawai baru yang
tepat, pelatihan teknik penanganan secara manual, dan modifikasi ergonomi pada
tempat kerja dan melakukan tugas.
Pendidikan dan latihan mengenai metode pengangkatan telah dipakai untuk
mengurangi kejadian nyeri punggung dan cidera. Pengetahuan ergonomi penting
untuk mengurangi kadar ketegangan tulang belakang sehingga suatu pekerjaan dapat
dilakukan dengan aman tanpa memicu atau menyebabkan gejala pada punggung.
Kewaspadaan terus-menerus untuk menggunakan teknik yang aman dalam
menangani bahan sangatlah penting. Petunjuk dapat diberikan kepada pekerja dalam
bentuk instruksi kelompok kerja sebagai bagian dari pembahasan kesehatan yang
teratur.
Bila mungkin tempat kerja harus dirubah untuk menyesuaikan kemampuan
para pekerja. Merubah tinggi bangku kerja, mengurangi berat dan ukuran benda, serta
merubah posisi dan mekanisme mesin atau alat adalah beberapa tindakan untuk

29

menghasilkan tempat kerja yang lebih ramah punggung. Pendekatan lain yang
mungkin dilakukan meliputi eliminasi tugas penanganan secara manual, pemakaian
alat bantu mekanis, dan mengatur ulang jadwal kerja untuk menjamin pembagian
kegiatan berbahaya yang lebih merata diantara pada pekerja (Smedley dan Cogon,
1994 dalam Jayaratnam, J. Dan Koh, 2010).
Teknik terbaik dalam mengangkat adalah pengangkatan secara diagonal. Kaki
memisah (terbuka), dengan satu kaki yang dominan sedikit ke depan dari kaki yang
lain. Ini memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil, lebih bertenaga, dan
lebih kuat. Tekuk lutut dan berjongkok; jaga punggung tetap lurus dan kepala juga
lurus selama mengangkat. Posisi ini memberikan kekuatan yang lebih untuk otot-otot
tungkai yang lebih luas dan menjaga keseimbangan punggung. Menurut Lukman dan
Ningsih (2009) yang mengutip pendapat Smeltzer, untuk menghindari nyeri
punggung bawah, ada beberapa hal yang bisa dilakukan seperti:
1. Berdiri
a) Hindari berdiri dan berjalan lama
b) Bila harus berdiri lama, istirahatkan salah satu kaki pada pijakan kecil atau
kotak untuk mengurangi terjadinya lordosis.
c) Hindari posisi kerja membungkuk ke arah depan
2. Duduk
a) Stres pada punggung akan lebih besar pada posisi duduk dari pada posisi
berdiri.
b) Hindari duduk dalam waktu yang lama.

30

c) Duduk pada kursi dengan posisi punggung tegak dengan dukungan punggung
yang memadai.
d) Pergunakan pijakan kaki untuk memposisikan lutut lebih tinggi dari pinggul
bila perlu.
e) Pertahankan penyangga punggung.
3. Berbaring
a) Istirahat tubuh pada waktu-waktu tertentu, karena kelelahan dapat
menyebabkan spasme otot punggung.
b) Letakkan papan yang keras dibawah kasur agar dapat mempertahankan
kesejajaran tubuh.
c) Hindari tidur tengkurap.
d) Ketika berbaring pada salah satu sisi, letakkan sebuah bantal di bawah kepala
dan sebuah lagi diantara kedua tungkai, yang harus diflekksikan pada pinggul
dan lutut.
e) Ketika terlentang, gunakan sebuah bantal di bawah lutut untuk mengurangi
lordosis.
4. Mengangkat
a) Saat mengangkat barang, jaga agar punggung tetap lurus dan angkat beban
sedekat mungkin dengan tubuh. Angkat dengan otot tungkai besar, bukan
dengan otot punggung.
b) Lindungi punggung dengan korset penyangga punggung ketika mengangkat
barang.

31

c) Jongkok dan pertahankan punggung tetap lurus bila akan mengambil sesuatu
di lantai.
d) Hindari memuntir batang tubuh, mengangkat di atas pinggang dan
menjangkau sesuatu untuk waktu yang lama.
5. Latihan
a) Latihan harian sangat penting dalam pencegahan masalah punggung.
b) Berjalan-jalan diluar rumah dan secara bertahap meningkatkan jarak dan
kecepatan berjalan sangat dianjurkan.
c) Lakukan latihan punggung yang dianjurkan dua kali sehari, tingkatkan latihan
secara bertahap.
d) Hindari gerakan melompat.

2.5. Ergonomi
Ditinjau dari asal katanya, ergonomi berarti bidang studi yang memplajari
tentang hukum-hukum pekerjaan (dalam bahasa Yunani, ergos = pekerjaan, nomos =
hukum). Bila didefenisikan secara bebas, ergonomi adalah bidang studi multidisiplin
yang mempelajari prinsip-prinsip dalam mendesain peralatan, mesin, proses, dan
tempat kerja yang sesuaidengan kemampuan dan keterbatasan manusia yang
menggunakannya (Harrianto, 2010).
Ergonomi dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan efektifitas dan
efesiensi pekerjaan, baik dalam hal mempernyaman penggunaan, mengurangi
kesalahan, dan meningkatkan produktifitas. Ergonomi adalah istilah yang biasa

32

digunakan di Indonesia dan di kebanyakan negara-negara Eropa. Istilah ergonomi
menitikberatkan pada bagaimana kondisi kerja mempengaruhi pekerja. Pekerja akan
mengalami perubahan fisiologis terhadap faktor-faktor fisik di tempat kerja, seperti
panas, pencahayaan, bising, pekerjaan yang melibatkan psikomotor kompleks, dan
lain-lain.
Ergonomi juga disebut sebagai human factor engineering yang lebih
berorientasi pada ilmu pengetahuan teknik dan psikologi. Ergonomi bertujuan untuk
mengurangi kelelahan atau ketidaknyamanan dengan cara mendesai tugas atau alat
bantu kerja sesuai dengan kapasitas kerja individu pekerja. Sebaliknya, istilah human
factor lebih menitikberatkan pada konteks hubungan manusia dengan mesin atau
peralatannya, yang berarti bagaimana prilaku pekerja dalam interaksinya dengan
peralatan, tempat kerja, dan lingkungan kerjanya. Human faktor bertujuan untuk
mengurangi kesalahan yang dilakukan individu pekerja (human error) dengan
memperhatikan ukuran pekerja dan kemampuan relatif fisiknya (keterbatasanketerbatasannya) terhadap desain tempat kerja dan peralatannya.
Sebagai bidang studi multidisiplin, ergonomi mencakup berbagai aspek ilmu
yang sangat luas (Harrianto, 2010). Pada dasarnya, ergonomi dapat dibagi menjadi 3
kelompok spesialisasi ilmu, yaitu:
1. Ergonomi fisik, yang meliputi sikap kerja, aktifitas mengangkat beban, gerakan
repetitif, penyakit musculoskeletal akibat kerja, tata letak tempat kerja,
keselamatan dan kesehatan kerja.

33

2. Ergonomi kognitif, yang meliputi beban mental akibat kerja, pengambilan
keputusan, penampilan keterampilan kerja, interaksi manusia mesin, pelatihan
yang berhubungan dengan sistem perencanaan pekerja.
3. Ergonomi organisasi, meliputi komunikasi, manajemen sumber daya pekerja,
perencanaan tugas, perencanaan waktu kerja, kerja sama tim kerja, perencanaan
partisipasi kerja, ergonomi komunitas, paradigma kerja yang baru, pola kerja jarak
jauh dan manajemen kualitas kerja.
Ergonomi terdiri dari ilmu yang mempelajari bagian tubuh manusia dan
interaksinya dalam berbagai sikap tubuh (anatomi) serta tentang ukuran-ukuran
tinggi, jangkauan, dan dimensi tubuh dalam berbagai sikap tubuh. Ergonomi juga
berhubungan dengan ilmu tentang ukuran-ukuran sikap tubuh pada saat bekerja untuk
menelaah gaya-gaya pengungkit maupun arah gaya dan beban dari suatu gerakan.
Pada dasarnya cara-cara yang ergonomik harus dapat menghindari
kemungkinan-kemungkinan yang tidak diinginkan. Hal ini dapat dicapai dengan
menghindari: a) kelelahan. b) ketidakefesienan, dengan menghindari kontraksi otot
statis, peregangan tangan yang terus-menerus, dan sikap yang terpaksa dalam
mengerjakan sesuatu seperti membungkuk. Suhu dan penerangan yang cukup dapat
membantu mengurangi kelelahan (Silalahi dan Rumondang, 1985).
Ergonomi dapat mengurangi beban kerja. Dengan evaluasi fisiologis,
psikologis atau cara-cara tak langsung, beban kerja dapat diukur dan dianjurkan
modefikasi yang sesuai diantara kapasitas kerja dengan beban kerja dan beban
tambahan. Tujuan utamanya adalah untuk menjamin kesehatan pekerja, tetapi dengan

34

itu produktifitas juga ditingkatkan. Dalam evaluasi kapasitas dan isi kerja, perhatian
terutama perlu diberikan kepada kegitan fisik, yaitu intensitas, tempo, jam kerja dan
waktu istirahat, pengaruh keadaan lingkungan (kelembapan, suhu, gerakan, udara,
kebisingan, penerangan, warna, debu dan lain-lain), data biologis (modifikasi makan
dan minum, pemulihan sesudah tidur dan istirahat, perubahan kapasitas kerja oleh
karena usia) dan kekhususan-kekhususan pekerjaan (misal getaran mekanis, kerja
malam, kerja bergilir). Perlu diperhatikan juga keadaan setempat seperti iklim dan
keadaan gizi, di daerah panas atau pegunungan, di laut, pada ketinggian tinggi atau di
bawah tanah.
2.5.1. Postur Kerja
Postur tubuh adalah posisi relatif dari bagian tubuh tertentu. Menurut
Nurhikmah (2011) yang mengutip pendapat Bridger, menyatakan bahwa postur
didefinisikan sebagai orientasi rata-rata bagian tubuh dengan memperhatikan satu
sama lain antara bagian tubuh yang lain. Postur kerja merupakan pengaturan sikap
tubuh saat bekerja. Sikap kerja yang berbeda akan menghasilkan kekuatan yang
berbeda pula. Pada saat bekerja sebaiknya postur dilakukan secara alamiah sehingga
dapat menimalisasi timbulnya cidera. Kenyamanan akan tercipta bila pekerja telah
melakukan postur kerja yang baik dan aman (Asmara, 2008).
Postur kerja yang baik sangat ditentukan oleh pergerakan tubuh saat bekerja.
Pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja dapat
membantu mendapatkan postur kerja yang nyaman bagi pekerja, baik itu postur kerja
berdiri, duduk, angkat maupun angkut. Beberapa jenis pekerjaan akan memerlukan

35

postur kerja tertentu yang terkadang tidak menyenangkan. Kondisi kerja seperti ini
memaksa pekerja selalu berada pada postur kerja yang tidak alami dan berlangsung
dalam jangka waktu yang lama. Hal ini akan mengakibatkan pekerja cepat lelah,
adanya keluhan sakit pada bagian tubuh, cacat produk bahkan cacat tubuh
(Pangaribuan, 2009).
Posisi tubuh yang menyimpang secara signifikan terhadap posisi normal saat
melakukan pekerjaan dapat menyebabkan stress mekanik lokal pada otot, ligamen,
danpersendian. Hal ini mengakibatkan cedera pada leher, tulang belakang, bahu,
pergelangan tangan, dan lain-lain. Namun di lain hal, meskipun postur terlihat
nyamandalam bekerja, dapat berisiko juga jika para pekerja bekerja dalam jangka
waktu yang lama. Pekerjaan yang dikerjakan dengan duduk dan berdiri, seperti pada
pekerja kantoran dapat mengakibatkan masalah pada punggung, leher dan bahu serta
terjadi penumpukandarah di kaki jika kehilangan kontrol yang tepat (Nurhikmah,
2011).
Menurut Nurhikmah (2011) yang mengutip dari Aryanto postur tubuh secara
alamiah dapat dibagi menjadi:
1. Statis
Pada postur statis persendian tidak bergerak, dan beban yang ada adalah beban
statis. Dengan keadaan statis suplai nutrisi kebagian tubuh akan terganggu begitu
pula dengan suplai oksigen dan metabolisme pembuangan tubuh. Sebagai contoh
pekerjaan statis berupa duduk terus menerus, akan menyebabkan gangguan pada
tulang belakang manusia. Posisi tubuh yang senantiasa berada pada posisi yang

36

sama dari waktu kewaktu secara alamiah akan membuat bagian tubuh tersebut
stress.
2. Dinamis
Posisi yang paling nyaman bagi tubuh adalah posisi netral. Pekerjaan yang
dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh melakukan pergerakan
yang terlalu ekstrim sehingga energi yang dikeluarkan oleh otot menjadi sangat
besar atau tubuh menahan beban yang cukup besar sehingga timbul hentakan
tenaga yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menumbulkan cedera.
Postur tubuh yang diam dalam waktu yang lama adalah salah satu penyebab
utama timbulnya sakit dan kekakuan pada tulang punggung, hal ini sering dialami
oleh pekerja operator yang bekerja dalam posisi duduk. Seorang operator yang
bekerja dalam postur duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih
produktif. Sedangkan postur berdiri merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental,
sehingga aktifitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti. Berdiri lebih
melelahkan daripada duduk dan energi yang dikeluarkan lebih banyak 10-15%
dibandingkan duduk.
Beberapa masalah berkenaan dengan postur kerja yang sering terjadi sebagai
berikut:
1. Hindari kepala dan leher yang mendongak
2. Hindari tungkai yang menaik
3. Hindari tungkai kaki pada posisi terangkat
4. Hindari postur memutar atau asimetris

37

5. Sediakan sandaran bangku yang cukup disetiap bangku
2.5.2. Penilaian Postur Kerja Metode OWAS
Metode OWAS adalah suatu metode yang digunakan untuk menilai postur
tubuh pada saat bekerja (Tarwaka, 2010). Metode OWAS didasarkan pada sebuah
klasifikasi yang sederhana dan sistematis dari postur kerja yang dikombinasikan
dengan pengamatan dari tugas selama bekerja. Metode ini telah digunakan dalam
penelitian dan pembangunan di Finlandia, Swedia, Jerman, Belanda, India dan
Australia (Pangaribuan, 2009).
Prosedur OWAS dilakukan dengan melakukan observasi untuk mengambil
data postur, beban/tenaga, dan fase kerja untuk kemudian dibuat kode berdasarkan
data tersebut. Setelah dilakukan observasi dengan pemberian kode posisi dan hasilnya
dicatat dalam lembar kerja, berikut merupakan tabel OWAS yang digunakan sebagai
acuan untuk memberikan kode pada tiap-tiap posisi.

38

Tabel 2.1 Klasifikasi Kategori Risiko ‘‘Kode Posisi’’ pada Kombinasi Posisi

B
A
A
R
C
M
K

1

2

3

4

5

6

7

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2

1

1 1 1 1 1 1
2 1 1 1 1 1
3 1 1 1 1 1
2 1 2 2 3 2 2
2 2 2 3 2 2
3 3 3 4 2 2
3 1 1 1 1 1 1
2 2 2 3 1 1
3 2 2 3 1 1
4 1 2 3 3 2 2
2 3 3 4 2 3
3 4 4 4 2 3
Sumber: Tarwaka, 2010

1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
4
4

1
1
1
2
2
3
1
1
2
2
3
3

1
1
1
2
3
3
1
1
3
2
3
3

1
1
1
3
3
3
2
2
3
3
4
4

2
2
2
3
3
3
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
3
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
3
3
4
4
4
4
4
4
4
4

1
1
1
2
3
4
3
3
4
4
4
4

1
1
1
2
3
4
3
3
4
4
4
4

1
1
1
2
4
4
3
3
4
4
4
4

1
1
1
2
2
2
1
1
1
2
2
2

1
1
1
3
3
3
1
1
1
3
3
3

L
E
G
S
L
O
3
A
D
1
1
1
3
4
4
1
1
1
4
4
4

Setiap posisi diberikan sebuah kode identifikasi, seperti memuat hubungan
yang jelas antara posisi dan kode istilah, setelah postur kerja di evaluasi dan diberikan
penilaian berdasarkan pada skor atau kode posisi dari tingkat bahaya postur kerja
yang ada dan selanjutnya dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil.
Tabel 2.2 Kategori Metode OWAS
Kategori
1
2
3
4

Aksi
Bisa diterima jika tidak berulang dan periode lama
Perlu pemeriksaan lanjutan dan perubahan-perubahan
Pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan segera
Pemeriksaan dan perubahan perlu dilakukan sangat segera

39

Setiap kategori risiko, pada gilirannya akan menentukan kemungkinan efek
pada tubuh pekerja yang melakukan pekerjaan pada setiap posisi dan selanjutnya
akan dapat dilakukan tindakan korektif pada setiap posisi kasus yang bersangkutan.
Klasifikasi postur kerja dari metode OWAS terdiri dari pergerakan tubuh
bagian belakang (punggung), lengan (arms), dan kaki (legs). Setiap postur tersebut
terdiri atas 4 postur bagian belakang, 3 postur lengan, dan 7 postur kaki. Berat beban
yang dikerjakan juga dilakukan penilaian mengandung 3 skala point.
2.5.3. Sikap Duduk
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat
mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Namun sikap duduk yang keliru
merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Tekanan pada bagian
tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri
ataupun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%; maka cara duduk
yang tegang atau kaku dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai 140% dan cara
duduk yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan tersebut
sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktifitas otot atau
urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan (Nurmianto, 2008).
Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam
lekukan tulang belakang yang terjadi pada saat duduk. Tekanan antar ruas tulang
belakang akan meningkat pada saat duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi
dari bagian-bagian tulang yang saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan
dimana ada getaran, dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap

40

duduknya. Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat bermanfaat bagi ruas-ruas
tulang karena meningkatnya diffusi nutrisi bagi tulang tersebut. Hal ini dapat dicapai
dalam situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya
terjadi perubahan dari kyposis (lekukan ruas tulang belakang kearah belakang).
Menurut Nurmianto (2008) yang mengutip pendapat JDG Troup (Applied
Ergonomics, 1978, V 9, P.207) nyeri atau sakit punggung dan pencegahannya. Beliau
menyelesaikan studi yang menunjukkan bahwa seseorang yang menghabiskan lebih
bayak waktunya dalam mengemudi kendaraan adalah tiga kali lebih mudah terjadinya
bagian yang bengkok atau turun dari pada yang tidak mengemudi. Duduk di kantor
tidak mengandung resiko kesehatan akan tetapi ada sebuah gangguan besar yang
menyebabkan terjadinya kelelahan.
2.5.4. Kerja Posisi Berdiri
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi
penumpukan darah dan berbagai cairan tubuh pada kaki, hal ini akan bertambah bila
berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Jika ukuran sepatu yang
digunakan lebih longgar dari ukuran telapak kaki, apabila bagian sepatu di kaki
terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi pergelangan kaki, dan hal ini terjadi pada
jangka waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan
(Santoso, 2004).
Beberapa penelitian yang sudah ada telah berusaha untuk mengurangi
kelelahan pada tenaga kerja posisi berdiri, seperti Granjean (1988) dikutip Sander
et.al. (1993) dalam Santoso (2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan

41

teliti letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di atas siku, untuk jenis pekerjaan ringan
letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk jenis pekerjaan berat
letak tinggi meja kerja diatur 10 cm di bawah tinggi siku. Pendapat Suma’mur (1994)
dalam Santoso (2004) menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk mendapatkan posisi berdiri, tinggi kerja sebaiknya 5-10 cm dibawah siku, arah
penglihatan 23-37 derajat ke bawah.

Gambar 2.3 Posisi Kerja Berdiri
2.5.5. Kerja Berdiri Setengah Duduk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gempur (2003) bahwa tenaga
kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak (TG) diubah
menjadi posisi berdiri setengah duduktanpa sandaran (SDTS) dan setengah duduk
pakai sandaran (SDPS) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan
otot biomekanik (TKOB) antar kelompok. Kerja bubut posisi berdiri tegak lebih

42

melelahkan dibanding setengah duduk tanpa sandaran maupun setengah duduk pakai
sandaran.
Hasil dari penelitian Gempur (2003) membuktikan bahwa koefisien respons
metabolisme energi anaerob pada pekerja bubut posisi berdiri tegak lebih tinggi
dibandingkan posisi berdiri setengah duduk tanpa sandaran maupun setengah duduk
pake sandaran. Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Gempur (2003)
tersebut bahwa posisi kerja berdiri tegak, setengah duduk tanpa sandaran, setengah
duduk pake sandaran berpengaruh terhadap perubahan sudut tubuh.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa, suatu kondisi tempat kerja untuk jenis kerja
posisi berdiri diubah maka akan mengakibatkan perubahan pula pada performen
tubuh. Oleh karena itu performen posisi berdiri yang berbeda maka berdampak pada
besar performen perubahan sudut tubuh.
Perubahan performen sudut tubuh berdampak pada tingkat kelelahan otot
biomekanik. Hal itu dapat dijelaskan bahwa kerja posisi berdiri pada awal kerja
sampai dengan akhir kerja, tubuh semakin condong ke depan, akibatnya perubahan
sudut tubuh semakin besar pula. Diperlihatkan pula bahwa terdapat hubungan antara
perubahan posisi berdiri, perubahan sudut tubuh, tingkat kelelahan otot biomekanik
dan produktivitas kerja. Hasil produktivitas kerja kelompok berdiri tegak jauh dibawa
hasil produktifitas kerja kelompok setengah duduk tanpa sandaran maupun setengah
duduk pake sandaran. Hal ini sebagai bukti bahwa kerja posisi berdiri tegak
mengalami

kelelahan

otot

produktivitas kerja rendah.

biomekanik

lebih

tinggi,

sehingga

mempunyai

43

2.5.6. Aktifitas Otot
Otot adalah organ yang terpenting dalam sistem gerak tubuh. Otot dapat
bekerja secara statis (postural) dan dinamis (rythmic). Pada kerja otot dinamis,
kontraksi dan relaksasi terjadi silih berganti sedangkan pada kerja otot statis otot
menetap dan berkontraksi untuk suatu periode tertentu otot hanya mempunyai
kemampuan berkontraksi dan relaks (santai) (Pangaribuan, 2009).
Pada kerja otot statis, pembuluh darah tertekan oleh pertambahan tekanan
dalam otot akibat kontraksi sehingga mengakibatkan peredaran darah dalam otot
terganggu. Pengaruh dari berkurangnya aliran darah terhadap otot, dapat
mengakibatkan kelelahan pada saat bekerja. Otot yang bekerja statis tidak
memperoleh oksigen dan glukosa dari darah dan harus menggunakan cadangan yang
ada. Selain itu sisa metabolisme tidak dapat diangkut keluar akibat peredaran darah
yang terganggu sehingga sisa metabolisme tersebut menumpuk dan menimbulkan
rasa nyeri. Pekerjaan statis menyebabkan kehilangan energi yang tidak perlu.
Beban otot statis terjadi ketika otot dalam keadaan tegang (tension) tanpa
menghasilkan gerakan tangan atau kaki sekalipun. Pergerakan yang dinamis adalah
proses pemompaan aliran darah oleh organ tubuh manusia. Beban otot statis terjadi
ketika postur tubuh berada pada kondisi yang tidak natural, peralatan maupun
material ditahan pada kondisi yang berlawanan dengan arah gravitasi (Nurmianto,
2008).

44

Secara garis besar keluhan otot dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluhan sementara (reversible)
Yaitu keluhan otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis, namun
demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan di hentikan.
2. Keluhan menetap (persistent)
Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun pembebanan kerja telah
dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.
Keluhan otot skeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang
berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi
pembebanan yang panjang. Postur kerja yang tidak alami lebih banyak disebabkan
oleh adanya ketidaksesuaian antara alat dan stasiun kerja dengan ukuran tubuh
pekerja maupun tingkahlaku pekerja itu sendiri (Pangaribuan, 2009).
Postur kerja yang tidak alami tersebut juga dapat disebabkan oleh hal-hal
berikut.
a. Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak, sebagai contoh pada
saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak akan
menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering terjadi,
dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.

45

b. Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah.
Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam
laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri pada otot.
c. Mikrolimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan
kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak yang
disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan paparan udara
yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yag terlampau besar
menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh
tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak
diimbangi pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi
ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot
menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam
latktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri pada otot.
2.5.7. Rasa Nyeri Kerangka Otot yang Disebabkan oleh Pekerjaan
Menurut Benezech dan L’Epee (1983) yang dikutip oleh Nurmianto (2008)
menyatakan bahwa telah banyak ahli medis meneliti operator pada suatu kondisi kerja
tertentu menggambarkan kecendrungan untuk mengalami beberapa keluhan antara
lain adalah:

46

- Algias
Penyakit pada juru ketik, sekretaris, pekerja yang posturnya membungkuk ke
depan, vertebral sydrome pada pembawa barang, pengantar barang dan penerjun
payung.
- Osteo articular deviations
Scoliosis pada pemain violin (violinist) dan operator kerja bangku, bungkuk
(kifosis) pada buruh pelabuhan, dan pembawa atau pemikul keranjang, pembuat
roti dan pemangkas rambut.
- Rasa nyeri pada otot dan tendon
Rusaknya tendon achiles bagi para penari, tendon para ekstensor panjang bagi para
drummer, tenosynovitis pada pemoles kaca, pemain piano, dan tukang kayu.
- Iritasi pada cabang saraf tepi
Saraf ulnar bagi para pengemudi kendaraan, tukang kunci, tukang pande besi,
reprasiarloji, penjilitan buku, pemotong kaca, dan pengendara speda.
Beberapa pekerjaan tersebut diatas sekarang sering dijumpai dan gejalanya
tidak menutup kemungkinan untuk kondisi kerja baru yang lain sejalan dengan
perubahan teknologi. Kebanyakan kasus yang terjadi adalah pada pergelangan tangan.
2.5.8. Pemindahan Material secara Manual
Hampir 25% kecelakaan yang diderita tenaga kerja disebabkan kesalahan
dalam penanganan material. Beberapa keluhan seperti hernia, keseleo, ketegangan
dan luka-luka disebabkan cara mengangkat dan membawa yang kurang benar.

47

Pemindahan bahan secara manual apabila tidak dilakukan secara ergonomis
akan menimbulkan kecelakaan dalam industri. Kecelakaan industri tersebut berupa
kerusakan jaringan tubuh yang diakibatkan oleh beban kerja yang berlebih.
Kecelakaan di industri diantaranya diakibatkan oleh strain (rasa nyeri yang
berlebihan) diantaranya rasa nyeri yang dirasakan berada pada bagian punggung,
sedangkan kecelakaan yang lainnya yaitu hernia (Nurmianto, 2008).

(a)

(b)

Gambar 2.4 (a) Cara yang Salah (b) Cara yang Benar
Rasa nyeri yang kronis (injury) ini membutuhkan penyembuhan yang cukup
lama. Selain itu biaya yang dikeluarkan cukup besar, sehingga dapat mempengaruhi
pendapatan pekerja dan kesejahteraan para pekerja. Sementara itu faktor yang
berpengaruh terhadap timbulnya nyeri punggung (back injury) adalah arah beban
yang akan diangkat dan frekuensi aktifitas pemindahan. Resiko nyeri tersebut dapat
dijumpai pada beberapa industri seperti; industri berat, pertambangan, pemindahan
material, kontruksi/ bangunan, pertanian, rumah sakit, dll.

48

Nyeri punggung yang diakibatkan dari pengaruh pemindahan beban juga
banyak terdapat pada aktifitas rumah tangga dan aktifitas rekreasi atau santai. Usahausaha untuk mengurangi hal tersebut adalah dengan mengadakan pelatihan,
pendidikan dan penyuluhan tentang pengaruh negatifnya serta perhatian khusus pada
perancangan produk yang nantinya akan dikonsumsi untuk masyarakat. Masyarakat
harus sadar bahwa pada usia menengah (yaitu diatas 40 tahun) merupakan usia yang
berpeluang besar untuk mendapatkan resiko nyeri punggung. Namun kaum muda
diharapkan juga berhati-hati dalam mengangkat beban secara repetitive (berulang).
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pemindahan material adalah sebagai
berikut:
- Berat beban yang harus diangkat dan perbandingannya terhadap berat badan
operator.
- Jarak horisontal dari beban relatif terhadap operator.
- Ukuran beban yang harus diangkat (beban yang ukurannya besar) akan memiliki
pusat massa yang letaknya jauh dari badan operator, hal tersebut juga akan
menghalangi pandangan operator.
- Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban (mengangkat
beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada mengangkat beban
dari ketinggian pada permukaan pinggang).
- Prediksi terhadap berat beban yang akan diangkat. Hal ini adalah untuk
mengantisifasi beban yang lebih berat dari yang diperkirakan.
- Stabilitas beban yang akan diangkat.

49

- Kemudahan untuk dijangkau oleh pekerja.
- Kondisi kerja yang meliputi: pencahayaan, temperatur, kebisingan dan kelicinan
lantai.
- Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktifitas angkat.
- Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).
- Diangkatnya suatu beban dalam suatu periode. Hal ini adalah sama dengan
membawa beban pada jarak tertentu dan memberi tambahan beban pada vertebral
disc (VD) dan interior vertebral disc (ID) pada vertebral column di daerah
punggung.
2.5.9. Klasifikasi Berat Beban
Menurut Nurhikmah (2011) yang mengutip dari Levy dan Wegman, pekerja
yang melakukan aktivitas mengangkat barang yang berat memiliki kesempatan 8 kali
lebih besar untuk mengalami low back pain dibandingkan pekerja yang bekerja statis.
Penelitian lain membuktikan bahwa hernia diskus lebih sering terjadi pada pekerja
yang mengangkat barang berat dengan postur membungkuk dan berputar.
Dalam berbagai penelitian dibuktikan cidera berhubungan dengan tekanan
pada tulang akibat membawa beban. Semakin berat benda yang dibawa semakin
besar tenaga yang menekan otot untuk menstabilkan tulang belakang dan
menghasilkan tekanan yang lebih besar pada bagian tulang belakang. Jika tubuh
manusia mengangkat suatu beban, seluruh tubuh mengalami semacam ketegangan.
Otot-otot tubuh pada dasarnya berfungsi untuk menegakkan tubuh manusia. Jika pada
otot ini diberi beban tambahan, maka kelelahan segera dialami.

50

Pada dasarnya, mengangkat dan membawa sesuatu beban bukan kebiasaan
manusia. Jika seseorang mengangkat suatu beban, otot-otot tubuhnya akan tegang
sehingga pembuluh darahnya akan mengecil. Keadaan ini mengurangi aliran darah
yang membawa oksigen dan gula ke seluruh tubuh. Akibatnya orang tersebut akan
merasa letih sehingga tulang belakang dan ototnya akan merasa sakit.
Sewaktu mengangkat dan membawa beban, bagian tubuh yang paling
terpengaruh dan dapat cedera adalah tulang punggung. Ketegangan yang diderita
tulang punggung semakin berat jika beban semakin berat. Pembebanan fisik yang
dibenarkan adalah pembebanan yang tidak melebihi 30-40% dari kemampuan kerja
maksimum tenaga kerja dalam 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam
kerja yang berlaku.
Untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan sehat maka perlu adanya
suatu batasan angkat untuk operator/ pekerja (Nurmianto, 2008). Adapun batasan
yang dipakai sebagai batasan angkat secara internasional adalah sebagai berikut:
- Pria dibawah usia 16 th, maksimum angkat adalah 14 kg.
- Pria usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 18 kg.
- Pria usia lebih dari 18 th, tidak ada batasan angkat.
- Wanita usia diantara 16 th dan 18 th, maksimum angkat 11 kg.
- Wanita usia lebih 18 th, maksimum angkat adalah 16 kg.
Batasan-batasan diatas dapat membantu mengurangi rasa nyeri, ngilu pada
tulang belakang bagi para wanita maupun pria. Batasan tersebut akan mengurangi
ketidaknyamanan kerja pada tulang belakang, terutama bagi operator untuk pekerjaan

51

berat. Kebanyakan penyekit-penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada
intervertebral yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervetebral disk.
Penyakit hernia yang terjadi karena rusaknya intervetebral disk bagian belakang
adalah mene

Dokumen yang terkait

Integrasi Pasar Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Perdesaan Asahaan Dengan Pasar Nasional(Studi Kasus : Kabupaten Asahan)

4 82 98

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

4 58 110

Pengaruh Tekanan Uap Saat Perebusan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit ( TBS ) Dan Terhadap Kekuatan Dinding Sterilizer Di PKS Dolok Sinumbah

35 184 71

PengaruhFraksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Terhadap Kadar Minyak yang Dihasilkan di PTP.NusantaraIIISeiSilau-Asahan

4 22 42

PENGARUH BIAYA PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN PETANI KELAPA SAWIT DI DESA PANTAI CERMIN KECAMATAN TAPUNG KABUPATEN KAMPAR, RIAU.

28 112 30

Pembangunan Kantor Kepala Desa Sekijang Kec. Tapung Hilir

0 0 1

Pengaruh Postur Kerja terhadap Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Kuli Angkat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 0 18

Pengaruh Postur Kerja terhadap Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Kuli Angkat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 0 2

Pengaruh Postur Kerja terhadap Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Kuli Angkat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 1 5

Pengaruh Postur Kerja terhadap Terjadinya Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Kuli Angkat Tandan Buah Segar Kelapa Sawit di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau

0 0 28