PengaruhFraksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Terhadap Kadar Minyak yang Dihasilkan di PTP.NusantaraIIISeiSilau-Asahan

(1)

PENGARUH FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR

KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR

MINYAK YANG DIHASILKAN

DI PTP.NUSANTARA III

SEI SILAU - ASAHAN

KARYA ILMIAH

DONI MARTHONDI SIREGAR

122401019

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015


(2)

PENGARUH FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR

KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR

MINYAK YANG DIHASILAKAN

DI PTP.NUSANTARA III

SEI SILAU - ASAHAN

KARYA ILMIAH

Diajukanuntukmelengkapitugasdanmemenuhisyaratmemperolehahlimadya

DONI MARTHONDI SIREGAR

122401019

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PengaruhFraksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Terhadap Kadar Minyak yang dihasilkandi

PTP.NusantaraIIISeiSilau-Asahan Kategori : Karya Ilmiah

Nama : Doni Marthondi Siregar Nomor Induk Mahasiswa : 122401019

Program Studi : D-III Kimia Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam (Fmipa)Universitas Sumatera Utara

Diluluskan di Medan, Juli 2015

Diketahui oleh

Program studi D3 KimiaIndustri

Ketua Pembimbing

Dra.Emma Zaidar Nst, M,Si Dr.Sovia Lenny, M,Si NIP. 195408301985032001 NIP. 197510182000032001

Disetujui oleh Departemen Kimia, Ketua

Dr.Rumondang Bulan, M.S NIP. 19540830198503001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR

KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR

MINYAK YANG DIHASILKAN

DI PTP.NUSANTARA III

SEI SILAU- ASAHAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2015

DONI MARTHONDI SIREGAR 122401019

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(5)

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur Penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, yang tiada hentinya memberikan nikmat amal, insan dan ihsan, serta semangat dan kekuatan sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Ilmiah ini dengan sebaikbaiknya. Karya ilmiah ini berjudul “ Pengaruh Fraksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Terhadap Kadar Minyak yang dihasilkan di PTP.Nusantara III Sei Silau - Asahan”.

Karya ilmiah ini merupakan syarat untuk melengkapi gelar Ahli Madya pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan D III Kimia Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini, penulis banyak menemukan masalah, namun berkat bantuan dari semua pihak, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan fasilitas yang telah diberikan baik sebelum atau sesudah PKL dilaksanakan, kepada :

1. Bapak Dr.Sutarman, M.Sc selaku Dekan FMIPA USU Medan.

2. Ibu Rumondang Bulan Nst, MS sebagai Ketua Departemen Kimia FMIPA USU. 3. Ibu Dra.Emma Zaidar Nst,M,Si sebagai Ketua Jurusan Kimia Industri.

4. Ibuk Dr. Sovia Lenny M,Si sebagai Dosen Pembimbing Penulis yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini.

5. Bapak Drs. Firman Sebayang, Ms. Sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

6. Bapak / Ibu Staff Pengajar khususnya program studi Kimia Industri FMIPA USU yang telah banyak membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan.

7. Seluruh staf dan karyawan PTP. Nusantara III Kebun Sei Silau Asahan khususnya bapak Yudha Admaja yang telah membimbing kami selama melakukan Praktek Kerja Lapangan. Dan tidak lupa juga diucapkan kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda Drs. Safri Siregar dan Ibunda Sarniwati Sinaga, SE yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan dukungan moril dan materil, serta dukungan doa sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dan juga kepada adinda penulis Ainul Novriasyah Siregar , Muhammad Rizky Akbar Siregar dan Mega Rahmadhani Siregar yang sangat penulis sayangi yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini .

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak memiliki kekurangan dalam materi dan cara penyajian penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penyelesaian karya ilmiah ini. Penulis berharap karya ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.


(6)

PENGARUH FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR

KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR

MINYAK YANG DIHASILKAN

DI PTP.NUSANTARA III

SEI SILAU - ASAHAN

ABSTRAK

Telah dilakukan studi pengaruhfraksi tandan buah Segar kelapa sawit terhadap kadar Minyak yang dihasilkan di PTP. Nusantara III Sei Silau - Asahan. Pengamatan langsung dilakukan di laboratorium dengan menganalisis fraksi tandan buah segar kelapa sawit dan mengambil beberapa parameter dalam menghasilkan kadar minyak. Kadar minyak diukur dengan metode ekstraksi. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar minyak pada fraksi 0 adalah 18,86% fraksi 1 adalah 23,31% , fraksi 2&3 adalah 24,5% , fraksi 4&5 adalah 30,20% . Fraksi yang baik untuk mendapatkan kadar minyak yaitu fraksi 4&5 karena menghasilkan kadar minyak yang lebih tinggi dibandingkan fraksi - fraksi lain.

Kata Kunci : Kadar Minyak , Tandan Buah Segar , Metode Ekstraksi

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(7)

THE EFFE OF FRACTION OF OIL PALM FRESH FRUITBUNCHES TO THE

AMOUNT OF OIL PRODUCED IN PTP. NUSANTARA III

SEI SILAU - ASAHAN

ABSTRACT

The Study Observation Of Bunches Faaction Of Fresh Fruit Palm Oil Through The Oil Yield That Produced At PTP.Nusantara III Sei Silau Asahan have been done. Direct observation have been done in the laboratory with analyzing the bunches fraction of fresh fruit, at the palm oil and take parameters to produce the oil yield. The oil yield measuredby using extraction method. The analysis results that obtained for the oil yield in twice experiment, at the fraction 0 are 18,86%, fraction 1 are 23,31%, fraction 2&3 are 24,5%, fraction 4&5 are 30,20% . To get a good fraction of the oil levels are fraction 4&5, because it has maximum oil content compared with other fraction.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN iii

PERNYATAAN iv

PENGHARGAAN v

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL x

Bab1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang

1.2. Permasalahan 4

1.3 Tujuan 4

1.4 Manfaat 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 5

2.1 Sejarah Kelapa Sawit 5

2.2 Varietas Kelapa Sawit 8

2.2.1 Tipe - tipe Kelapa Sawit 9

2.3 Panen Kelapa Sawit 11

2.4 Kriteria Matang Panen 12

2.4.1 Cara Panen 12

2.4.2 Fraksi TBS dan Mutu Panen 13

2.5 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit 15

2.5.1 Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception ) 15

2.5.2 Stasiun Perebusan ( Sterilizer ) 16

2.5.3 Stasiun Penebahan ( Threshing Station ) 16

2.5.4 Stasiun Kempa ( Pressing Station ) 17

2.5.5 Stasiun Pemurnian Minyak ( Clarification Station ) 18 2.5.6 Stasiun Penimbunan Minyak Kelapa Sawit 21

2.6 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 22

2.7 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya 23

Bab 3. Metode Penelitian 24

3.1 Alat – alat 24

3.2 Bahan – Bahan 24

3.3 Prosedur Penelitian 25

3.3.1 Preparasi Sampel 25

3.3.2 Penetuan Kadar Minyak 25

3.4 Bagan Prosedur Penelitian 27

3.4.1 Preparasi Sampel 27

3.4.2 Penentuan Kadar Minyak 28

Bab 4. Hasil Dan Pembahasan 29

4.1. Hasil 29

4.2 Pembahasan 33

Bab 5. Kesimpulan Dan Saran 35

5.1 Kesimpulan 35

5.2 Saran 35

Daftar Pustaka

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(9)

DAFTAR TABEL

No. TabelJudul Halaman

Tabel 2.1 Varietas kelapa sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah 9 Tabel 2.2 Standar Kematangan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit 13 Tabel 4.1 Kadar Minyak dan % Rendemen 28 Tabel 4.2 Berat Lapisan Brondolan 29 Tabel 4.3 Berat Daging Buah Brondolan 30 Tabel 4.4 Kadar Minyak Brondolan 31 Tabel 4.5 Kadar Minyak Buah Sawit 32


(10)

PENGARUH FRAKSI TANDAN BUAH SEGAR

KELAPA SAWIT TERHADAP KADAR

MINYAK YANG DIHASILKAN

DI PTP.NUSANTARA III

SEI SILAU - ASAHAN

ABSTRAK

Telah dilakukan studi pengaruhfraksi tandan buah Segar kelapa sawit terhadap kadar Minyak yang dihasilkan di PTP. Nusantara III Sei Silau - Asahan. Pengamatan langsung dilakukan di laboratorium dengan menganalisis fraksi tandan buah segar kelapa sawit dan mengambil beberapa parameter dalam menghasilkan kadar minyak. Kadar minyak diukur dengan metode ekstraksi. Hasil analisa yang diperoleh untuk kadar minyak pada fraksi 0 adalah 18,86% fraksi 1 adalah 23,31% , fraksi 2&3 adalah 24,5% , fraksi 4&5 adalah 30,20% . Fraksi yang baik untuk mendapatkan kadar minyak yaitu fraksi 4&5 karena menghasilkan kadar minyak yang lebih tinggi dibandingkan fraksi - fraksi lain.

Kata Kunci : Kadar Minyak , Tandan Buah Segar , Metode Ekstraksi

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(11)

THE EFFE OF FRACTION OF OIL PALM FRESH FRUITBUNCHES TO THE

AMOUNT OF OIL PRODUCED IN PTP. NUSANTARA III

SEI SILAU - ASAHAN

ABSTRACT

The Study Observation Of Bunches Faaction Of Fresh Fruit Palm Oil Through The Oil Yield That Produced At PTP.Nusantara III Sei Silau Asahan have been done. Direct observation have been done in the laboratory with analyzing the bunches fraction of fresh fruit, at the palm oil and take parameters to produce the oil yield. The oil yield measuredby using extraction method. The analysis results that obtained for the oil yield in twice experiment, at the fraction 0 are 18,86%, fraction 1 are 23,31%, fraction 2&3 are 24,5%, fraction 4&5 are 30,20% . To get a good fraction of the oil levels are fraction 4&5, because it has maximum oil content compared with other fraction.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu tanaman perkebunan di Indonesia yang memiliki masa depan yang cukup cerah. Perkebunan kelapa sawit semula berkembang di daerah Sumatera Utara dan Nanggero Aceh Darussalam. Namun, sekarang telah berkembang ke berbagai daerah, seperti Riau, jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sunarko, 2007).

Indonesia memiliki berbagai kekayaan alam yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi berbagai bahan pangan fungsional. Kelapa sawit merupakan tanaman yang dapat tumbuh baik di daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22 - 32 ºC. saat ini 5,5 juta Ha lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah memproduksi minyak sawit mentah (CPO) dengan kapasitas minimal 16 juta ton per tahun dan merupakan produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. (Risza.S, 1994).

Pabrik kelapa sawit Kebun Sei Silau merupakan pabrik yang mengolah dari Tandan Buah Segar (TBS) sampai menjadi minyak sawit mentah (CPO). Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, maka minyak sawit kasar tersebut harus mengalami pengolahan lebih lanjut Adapun proses pengolahan kelapa sawit tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan pengontrolan yang cermat, yaitu dimulai dari pengangkutan TBS ke pabrik, penerimaan buah, perebusan, penebahan, pengepressan, pemurnian sampai di hasilkan minyak sawit mentah dan hasil sampingannya.

Setelah melalui proses tersebut, minyak sawit mentah (CPO) disimpan didalam tangki-tangki penampungan / tangki-tangki timbun dan siap dipasarkan untuk mengalami proses pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak murni dan hasil olahan lainnya. Minyak sawit mentah

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(13)

pada tangki timbun (storage tank) sebelum diolah pada proses selanjutnya harus dianalisa terlebih dahulu kadar asam lemak bebas, kadar air dan kadar kotorannya. Asam lemak bebas terbentuk karena adanya kegiatan enzim lipase yang terkandung di dalam buah dan berfungsi memecah lemak/minyak menjadi asam lemak dan gliserol. Kerja enzim tersebut akan semakin aktif bila struktur sel buah matang mengalami kerusakan. Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuatan dan akibat perlakuan di pabrik( Tim Penulis, 1997 ).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dapat dikelompokkan dalam 3 faktor, yakni faktor lingkungan, faktor bahan tanaman,

faktor jaringan kultur teknis. Ketiga faktor tersebut saling terkait dan saling memepengaruhi satu sama lain dalam menunjang pertumbuhan dan produksi kelapa sawit

Dengan adanya faktor tersebut maka akan dihasilkan potensi minyak kelapa sawit yang bagus dan rendemen minyak sawit dan inti sawit yang sesuai dengan yang diinginkan, yaitu untuk kadar minyak sawit rata-rata 20-23% sedangkan untuk rendemen inti sawit rata-rata 5-7%.(Risza.S, 1994).

Panen dan pengolahan hasil merupakan rangkaian terakhir dari kegiatan budidaya kelapa sawit. Kegiatan ini memerlukan teknik tersendiri untuk mendapatkan hasil yang berkualitas. Hasil panen utama dari tanaman kelapa sawit adalah buah kelapa sawit, sedangkan hasil pengolahan buah adalah minyak sawit. Pelaksanaan pemanenan tidak sembarang. Perlu memperhatikan beberapa kriteria tertentu sebab tujuan panen kelapa sawit adalah untuk mendapatkan kadar minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

Komposisi fraksi tandan biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik.


(14)

Metode yang dilakukan untuk mengetahui kandungan minyak dari kelapa sawit untuk di pasarkan adalah dengan menggunakan metode ekstraksi. Metode ekstraksi yang dilakukan pada proses ini adalah metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut. Adapun pelarut yang digunakan adalah n-heksan. Proses ekstraksi berlangsung 4-5 jam dan diperkirakan seluruh pelarut sudah habis menguap barulah dapat di tentukan seberapa besar persen potensi minyak dan dapat diketahui juga seberapa besar rendemen minyak. Ekstraksi minyak dengan pelarut n-heksan, menghasilkan minyak kasar yang cenderung sama dengan minyak hasil screw pressing (Ketaren,S. 1986).

Maka dalam hal ini saya tertarik untuk memilih judul " Pengaruh Fraksi Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Terhadap Kadar Minyak yang dihasilakan di PTP. Nusantara III PKS Sei Silau - Asahan ".

1.2 Permasalahan

1. Untuk menghasilkan Kualitas Kadar Minyak yang baik, maka dari itu kita harus mengetahui kadar minyak kelapa sawit dari setiap fraksi – fraksi tandan buah segar kelapa sawit berdasarkan tingkat kematangan.

2. Serta juga untuk mengetahui Kadar Minyak yang lebih tinggi dari setiap fraksi yang terdapat pada tandan buah segar kelapa sawit .

1.3 Tujuan

Untuk Mengetahui Kadar Minyak Sawit (CPO) yang terdapat pada fraksi 0 (mentah), fraksi 1 ( kurang matang ), fraksi 2&3 ( matang ), fraksi 4&5 ( lewat matang ) buah sawit yang terdapat pada Fraksi Tandan Buah Segar ( TBS ) di PTPN III PKS Sei Silau - Asahan.

1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari Analisa ini adalah untuk mengetahui bahwa pengaruh kandungan Buah Sawit yang terdapat pada Fraksi Tandan Buah Segar terhadap Kadar Minyak yang dihasilkan oleh PTPN III PKS Sei Silau - Asahan.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) adalah tanaman berkeping satu yang termasuk dalam famili Palmae. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa Yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama spesies Guinensis berasal dari kata Guinea, yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan kisaran suhu 22 0C – 32 0C(Ketaren,S. 1986) .

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh (Fauzi,Y. 2002).

Didasarkan atas bukti-bukti fosil sejarah dan linguistik yang ada, kelapa sawit diyakini berasal dari Afrika Barat. Ditempat asalnya, kelapa sawit (yang saat itu dibiarkan tumbuh liar di hutan – hutan) dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat diproses secara amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. Sejak revolusi industri terjadi, mulai bermunculan industri atau pabrik (antara lain industri sabun dan margarin) terutama diluar benua Afrika, Eropa, yang membutuhkan bahan mentah/baku untuk operasionalnya, minyak sawit dan minyak inti sawit muncul kemudian sebagai bahan mentah/baku yang dibutuhkan dalam pabrik – pabrik tersebut.


(16)

Minyak sawit merupakan produk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak sawit. Minyak sawit di samping digunakan sebagai bahan industri pangan, dapat pula digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Minyak sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia. Penghasil minyak sawit terbesar di dunia saat ini adalah Malaysia dan menjadi sumber devisa utama sejak tahun 1970-an. Sampai saat ini ekspor minyak sawit Indonesia masih dalam bentuk minyak mentah atau Crude Palm Oil(CPO), dan sebagian kecil dalam bentuk produk olahan yang merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng, sehingga nilai tambah yang diperoleh relatif kecil (Setyamidjaja,D.2006).

Sir William Lever adalah orang pertama yang mewujudkan industri di indonesia pada tahun 1911-an mendirikan pabrik minyak sawit. Keberhasilannya ini mengilhami para pengusaha lain untuk mengeksploitasi semak belukar kelapa sawit yang ada di luar konsesi Sir William.

Di Indonesia, perusahaan perkebunan kelapa sawit dirintis oleh Adrian Hallet pada tahun yang sama yaitu 1911. Selain di Indonesia, wilayah lain juga mengusahakan perkembangan perusahaan kelapa sawit, seperti Nigeria dari tahun 1940-an sampai 1970-an yang merupakan produsen terbesar minyak sawit dunia, setingkat di atas Indonesia.

Kini, Indonesia sejak tahun 2007 lalu menduduki rangking pertama sebagai produsen terbesar dan pengekspor utama minyak sawit dunia diikuti oleh Malaysia setelahnya(Tim Penulis. 1997).

2.2 Varietas Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomidapatdiuraikan sebagai berikut:

Ordo : Palmales Famili : Palmae

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(17)

Sub-famili : Cocoidae Genus : Elaeis

Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika)

2. Elaeis melanococcaatau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin).

Varietas digolongkan berdasarkan :

1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp) dikenal ada tiga varietas/tipe, yaitu Dura,Pisifera, dan Tenera.

2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu Nigrescens, Virescens, danAlbescens.

2.2.1 Tipe – tipe Kelapa Sawit

Pembagian tipe kelapa sawit didasarkan pada warna buah (kulit,exocrap) dan ketebalan cangkang. Pada spesies Elaeis guineensis Jacq, dikenal beberapa tipe kelapa sawit yang dibedakan berdasarkan warna buah dan ketebalan cangkang.

1. Berdasarkan Warna Buah

Berdasarkan warna buah, tipe-tipe kelapa sawit dibedakan sebagai berikut:

a) Tipe Nigrescens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah mentah berwarna ungu (violet) sampai hitam, sedangkan pangkalnya agak pucat. Setelah buah matang, warna buah berubah menjadi merah-kuning. Tipe ini banyak dijumpai dimana – mana.

b) Tipe Virescens: Tipe ini memiliki ciri buah mentah berwarna hijau. Setelah matang, buah menjadi merah – kuning (oranye) tetapi bagian ujungnya tetap kehijau – hijauan. Tipe ini sudah jarang dijumpai di lapangan.

c) Tipe Albascens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah muda berwarna kuning pucat, sedangkan buah masak berwarna kuning tua karena mengandung karotein. Ujung buah berwarna ungu kehitam – hitaman. Tipe ini sudah sulit dijumpai dan kurang disukai untuk dibudidayakan (Setyamidjaja,D. 2006).


(18)

Tabel 2.1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah(Fauzi,Y. 2002)

Varietas Warna buah mudaWarna buah masak

Nigrescens Ungu kehitam – hitaman Jingga kehitam – hitaman Virescens Hijau Jingga kemerahan, tetapi ujung buah tetap hijau

Abescens Keputih – putihan Kekuning – kuningan dan ujungnya ungu kehitaman

2. Berdasarkan Tebal Tipis Cangkang

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe – tipe kelapa sawit sebagai berikut:

a) Tipe Dura: Tipe ini memiliki cici – cirri daging buah (mesocrap) tipis, cangkang (endocarp) tebal (2 – 8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat cincin serabut. Persentase daging buah 35% - 60% dengan rendemen minyak 17% - 18%. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal dari Kebun Raya Bogor (aslinya dari Afrika yang dimasukkan tahun 1848), kemudian dikembangkan di Deli yaitu daerah sekitar Medan (dahulu kerajaan Deli). Dewasa ini tipe Deli Dura banyak digunakan dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit.

b) Tipe Pisifera: Tipe ini memiliki cirri – cirri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali bila dibandingkan dengan tipe Dura ataupun Tenera. Perbandingan daging buah terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga kelapa sawit tipe Pisifera biasanya steril. Kelapa sawit tipe ini hanya dipakai sebagai “pohon bapak” dalam persilangan tipe Dura/Deli Dura.

c) Tipe Tenera: Tipe ini merupakan hasil silang antara tipe Dura dan Pisifera. Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ini mempunyai tebal cangkang 0,5 – 4 mm, mempunyai cincin serabut walaupun tidak sebanyak seperti Pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah 60% - 90%, rendemen minyak 22% - 24%. Jumlah daun yang terbentuk tiap tahun lebih banyak daripada tipe Dura, tetapi ukurannya lebih kecil (Setyamidjaja,D. 2006). Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara


(19)

2.3 Panen Kelapa Sawit

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 – 4 tahun dan buahnya menjadi masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu kandungan minyak pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan lepas dari tangkai tandannya. Hal ini disebut dengan istilah membrondol(Tim Penulis. 1997).

Produktivitas tanaman kelapa sawit meningkat mulai umur 3 – 14 tahun dan akan menurun kembali setelah umur 15 – 25 tahun. Setiap pohon sawit dapat menghasilkan 10 – 15 TBS per tahun dengan berat 3 – 40 kg/tandan tergantung umur tanaman. Dalam satu tandan, terdapat 1000 – 3000 brondolan dengan berat berkisar 10 – 20 g/brondolan .

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) serta ke pabrik. Tujuan panen kelapa sawit adalah memperoleh produksi yang baik dengan rendemen minyak yang tinggi (Pahan,I. 2010).

2.4 Kriteria Matang Panen

Merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen yaitu berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh :

a. Tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh kurang lebih 10 butir.

b. Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan yang jatuh sekitar 15 – 20 butir.


(20)

2.4.1 Cara Panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaaan buah lewat matang akan meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty Acid (ALB atau FFA). Hal ini tentu akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Selain itu, buah yang terlalu masak lebih muda terserang hama dan penyakit. Sebaliknya, pemanenan pada buah yang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun ALB-nya rendah.

Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia,

a. Tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos.

b. Tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m dipanen dengan cara berdiri menggunakan alat kapak siam.

c. Tanaman dengan tinggi di atas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit bergagang panjang.

2.4.2 Fraksi TBS dan mutu panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah yang dipanen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke pabrik. Apabila pemanenan dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam prosentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. (Tim Penulis, 1997).

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(21)

Berdasarkan hal tersebut diatas, dikenal ada beberapa tingkatan atau fraksi dari TBS yang dipanen. Fraksi – fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk juga kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS. Berdasarkan fraksi TBS tersebut, derajat kematangan yang baik adalah jika tandan – tandan yang dipanen berada pada fraksi 1, 2, dan 3 yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2. Standar Kematangan Tandan Buah Segar (TBS)

NoFraksiBuah Sifat-sifat Fraksi Persyaratan Jumlah Brondolan

1 Fraksi 00 (F-00) Sangat mentah 0,0% Tidak ada

2 Fraksi 0 (F-0) Mentah Maks 3,0% 1-12,5% buah luar 3 Fraksi 1 (F-1) Kurang matang F1 + F2 + F3 12,5-25%buah luar 4 Fraksi 2 (F-2) Matang I Min 85% 25-50% buah luar 5 Fraksi 3 (F-3) Matang II 50-75% buah luar 6 Fraksi 4 (F-4) Lewat matang <3,00% 75-100% buah luar 7 Fraksi 5 (F-5) Terlalu matang Maks 2,0 Buah dalam ikut membrondol 8 Brondolan Maks 9,5%

9 Tandan Kosong 0,0%

10 Panjang tangkai TBS Maks 2,5cm

Selain itu, tandan buah segar hasil pemanenan harus segera di angkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungan ALB-nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut, maksimal 8 jam setelah panen, TBS sebaiknya harus segera diolah.

Pembentukan minyak dalam buah sawit dimulai pada daging buah sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah minyak sudah jenuh. Jika dalam buah tidak terjadi lagi pembentukan minyak, Pembentukan minyak berakhir jika dari tandan yang bersangkutan telah terdapat buah membrondol normal (tiap 1 kg tandan terdapat 2 brondolan yang jatuh).

Minyak yang terbentuk dalam daging buah terbentuk emulsi pada kantong – kantong minyak, dan agar minyak tidak keluar dari buah, maka buah membentuk malam (yaitu ester asam lemak dengan alkohol yang mempunyai berat molekul tinggi. Asam lemaknya adalah palmitat, stearat, dan oleat) yang tebal dan berkilat (Naibaho,P.M, 1998).


(22)

2.5 Proses Pengolahan Minyak Kelapa Sawit

Proses pengolahan TBS menjadi minyak dapat dilakukan dengan cara yang sederhana dan dapat pula dengan teknologi tinggi yang sudah biasa digunakan oleh perkebunan-perkebunan besar yang menghasilkan minyak sawit mentah atau CPO (Crude Palm Oil) dengan kualitas eksport. Adapun tahapan proses pengolahan minyak kelapa sawit adalah sebagai berikut :

2.5.1. Stasiun Penerimaan Buah ( Fruit Reception)

Tandan Buah Segar hasil pemanenan harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah lebih lanjut. Pada buah yang tidak segera diolah, maka kandungannya ALB-nya semakin meningkat. Untuk menghindari hal tersebut maksimal 8 jam setelah panen, TBS harus segera diolah. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengankutan. Alat angkut yang digunakan adalah truk. Setelah TBS sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan yang bertujuan untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan penghitungan rendemen minyak sawit.

Setelah penimbangan maka selanjutnya TBS disortasi terlebih dahulu, lalu kemudian dibongkar di Loading Ramp dengan cara menuangkan langsung dari truk. Loading Ramp berfungsi untuk menampung TBS dari kebun, memisahkan kotoran berupa pasir, kerikil dan sampah yang terikut dalam TBS. Loading Ramp dibuat miring untuk memudahkan pengisian TBS ke pegisian lori perebusan.

2.5.2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)

Buah beserta lori kemudian dimasukkan atau direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer atau ketel rebus). Sterilizer yang banyak digunakan umumnya yaitu bejana tekan horizontal yang biasa menampung 10 lori perunit (25-27 ton TBS). Dalam proses perebusan, TBS dipanaskan dengan uap pada temperature 135 ºC dan tekanan 2,0-2,8 kg/cm² selama 80-90 Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara


(23)

menit. Proses perebusan dilakukan secara bertahap dalam system tiga puncak (triple peak) tekanan agar diperoleh hasil yang optimal. Proses perebusan tandan buah segar menentukan kualitas pengolahan pabrik kelapa sawit. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya. Tujuan perebusan adalah :

a. Merusak enzim lipase yang menstimulir pembentukan ALB . b. Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang .

c. Memperlunak daging buah sehungga memudahkan pada saat prosespenebahan. d. Uuntuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahan minyak .

2.5.3. Stasiun Penebahan ( Threshing Station)

TBS berikut lori yang telah direbus dikirim kebagian pemipilan dan dituangkan kealat pemipil (thresher) dengan bantuan Hoisting Crane atau Transfer Carriage.Proses pemipilan terjadi akibat adanya tromol berputar pada sumbu mendatar yang membawa TBS tersebut dan menyebabkan brondolan lepas dari tandannya. Pada bagian dalam pemipil, dipasang batang-batang besi perantara sehingga membentuk kisi-kisi yang memungkinkan brondolan keluar dari pemipil. Brondolan yang keluar dari bagian bawah pemipil ditampung oleh sebuah conveyor lalu diangkat dengan fruit elevator untuk dikirim kebagian digesting dan pressing. Pada proses penebahan hal ini terjadi akibat buah yang masuk ke dalam rotary drum terlalu banyak, sehingga bantingan kurang dari 6 kali janjangan sudah keluar ke empty bunch conveyor.

2.5.4. Stasiun Kempa (Pressing Station)

Berfungsi untuk memeras minyak dari daging buah dari biji dan pada waktu yang bersamaan memecahkan sebanyak mungkin sel-sel minyak. Pemecahan sel-sel minyak ini dapat disempurnakan atau dipercepat dengan memberikan panas selama proses pada temperatur 90 0C – 95 0C.


(24)

a. Digester

Digester adalah untuk melumatkan brondolan sehingga daging buah terpisah dari biji serta memudahkan pengeluaran minyak pada tahap pengepressan. Digester merupakan alat berbentuk silinder vertikal dengan diameter 1.200 mm dan tinggi 2.800 – 3.000 mm dengan volume 3.200 L. Alat digester ini dilengkapi dengan 4 pisau pengaduk dan 1 set pisau pelempar dengan kecepatan putaran 25 rpm dan berputar berlawanan arah. Untuk memudahkan proses pelumatan diperlukan panas 90-95 ºC dengan tekanan pada digester 20 barr.

b. Screw Press

Berfungsi untuk mengepres buah yang sudah diaduk dari digester dengan tekanan hydrolik 45 – 50 kg/cm2, sehingga minyak kasar keluar dari daging buah. Oleh tekanan 2 buah screw press yang berputar berlawanan arah di dalam sebuah silinder. Minyak keluar melalui saringan dan ditampung di Bak Row Oil. Sedangkan serabut dan biji diangkat oleh Cake Breaker Conveyer (CBC) menuju ke pemisah biji dan serabut (depricarper). Selama proses pengempaan berlangsung ditambahkan air panas kedalam screw press. Hal ini bertujuan untuk pengenceran sehingga massa bubur buah yang dikempa tidak terlalu rapat. Jumlah penambahan air berkisar 10-15 % dari berat TBS yang diolah dengan temperature air sekitar 90oC -95 ºC.

2.5.5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification Station)

Proses ini bertujuan untuk memperoleh minyak sebanyak-banyaknya dan menghasilkan CPO dengan kadar asam lemak bebas, kadar air, dan kadar kotoran yang sesuai standard. Dalam proses pemurnian minyak ini digunakan mesin-mesin sebagai berikut :

1. Sand Trap Tank

Sand Trap Tank berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan, dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabkan keausan ayakan. Alat ini bekerja berdasarkan grafitasi yaitu mengendapkan padatan. Sand trap tank berbentuk silinder yang dapat bekerja berdasarkan berat jenis antara air

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(25)

dengan minyak dimana berat jenis air lebih tinggi dari minyak sehingga dengan mudah minyak yang berada diatas air mengalir masuk kesaringan bergetar. Pada sand trap tank suhu minyak kasar berkisar 900C - 95 0

2. Saringan Bergetar (Vibrating Screen) C.

Berfungsi untuk memisahkan benda – benda padat yang terikut dalam minyak kasar. Saringan terdiri dari 2 tingkat dengan luas permukaan masing-masing 2 m2 . Tingkat atas memakai kawat saringan 30 mesh dan bagian bawah 40 mesh. Untuk mempermudah proses pemisahan minyak pada saringan getar, maka pada waktu paenyaringan massa minyak diencerkan dengan air panas yang bersuhu ± 900

3. Crude Oil Tank (COT)

C

Crude Oil Tank merupakan tangki penampung minyak kasar untuk selanjutnya dikirim ke Continious Setling Tank (CST) untuk proses pemurnian di stasiun minyakan. Crude Oil Tank berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel yang tidak larut dan lolos dari ayakan getar. Minyak bersih berada pada lapisan atas dipompakan menuju CST sedangkan kotoran minyak dialirkan ke parit untuk dikutip di fat fit. Untuk menjaga agar suhu cairan tetap diberikan penambahan panas dengan menginjeksikan uap.

4. Continius Settling Tank (CST)

Berfungsi untuk memisahkan minyak mentah dari sludge (air dan lumpur) dengan cara pengendapan. Pemisahan sludge terjadi terjadi antara dua fase yaitu fase ringan dan fase berat. Dimana, fase berat akan bergerak ke bawah tank sedangkan fase ringan akan bergerak menuju ke atas. Dalam pemisahan ini kekentalan cairan dan suhu sangat mempengaruhi proses ini, sebab pengenceran dan pemanasan merupakan faktor penentu keberhasilan pemisahan dan pemurnian minyak di klarifikasi. Suhu cairan dalam tanki harus dipertahankan antara 900C -95 0

5. Oil Tank

C sehingga viskositas minyak dapat terjaga.

Minyak yang berada dilapisan atas crude oil tank dipompakan ke oil tank untuk diendapkan. Proses pengedapan inu dapat berlangsung sempurna apabila suhu minyak dapat dipertahankan pada suhu 90 0C. Pada suhu ini kekentalan minyak lebih rendah sehingga


(26)

fraksi-fraksi yang berat jenisnya lebih berat akan mengendap di bagian bawah tanki. Campuran minyak yang terdapat dalam oil tank terdiri dari tiga lapisan yaitu, lapisan minyak, lapisan sludge dan lapisan lumpur.

6. Sludge Separator

Tujuan dari proses ini adalah untuk memisahkan minyak dari air dan kotoran, dengan kata lain memisahkan minyak dari fraksi yang berat jenisnya 1. Fraksi ringan dikembalikan ke oil settling tank. Temperatur minyak dalam sludge separator dipertahankan pada suhu diatas 90 0

7. Oil Purifier

C , yang dapat dibantu dengan pemberian uap panas. Cairan yang telah dibebaskan dari pasir-pasir halus dipompakan lagi ke oil settling tank. Keberhasilan pemakaian sludge separator sangat menetukan terhadap persentase kehilangan minyak.

Alat ini sering disebut sebagai oil centrifuge, yang berfungsi memurnikan minyak dari kotoran-kotoran. Di dalam oil purifier minyak dipisahkan dengan gaya sentrifugal dan prinsip perbedaan berat jenis. Akibat gaya sentrifugal yang terjadi maka minyak yang mempunyai berat jenis lebih kecil bergerak kearah poros sedangkan kotoran dan air yang berat jenisnya lebih besar terdorong ke arah dinding. Minyak hasil proses sentrifusi yang baik, kadar air berkisar antara 0,30% - 0,40% dan kadar kotoran 0,01% - 0,13%. Minyak murni dari oil purifier dialirkan ke vacuum dryer untuk dimurnikan kembali sebelum dimasukkan ke tanki penimbunan. Suhu minyak di oil purifier harus dipertahankan pada suhu 900C - 95 0

8. Pengering Minyak (Vacuum Dryer)

C.

Minyak yang keluar dari oil purifier masih mengandung air, maka perlu dikurangi hingga batas maksimum yang didasarkan pada mutu standar. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang dihubungkan dengan steam injector atau vacuum pump untuk menurunkan tekanan dalam minyak hingga 50 torr. Pengeringan minyak dengan alat ini dilakukan dengan cara kehampaan udara yang bergantung dari kemampuan steam injector atau pompa vacuum, juga dipengaruhi fluktuasi debit minyak masuk. Vacuum dryer dikatakan baik bila suhu diatas 90°C. Setelah dilakukan pemurnian dan pengeringan minyak, selanjutnya minyak dipompakan ke dalam tanki timbun (storage tank).

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(27)

2.5.6. Stasiun Penimbunan Minyak Kelapa Sawit

Penyimpanan dan penanganan selama transportasi minyak sawit yang kurang baik dapat mengakibatkan terjadinya kontaminasi baik oleh logam maupun bahan lain sehingga akan menurunkan kualitas minyak sawit.

Pengawasan mutu minyak selama penyimpanan, transpotasi, dan penimbunan perlu dilakukan dengan ketat untuk mencegah terjadinya penurunan mutu minyak sawit.

Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membuat standarisasi prosedur penyimpanan, transportasi darat, dan penimbunan minyak sawit. Standarisasi ini bertujuan untuk mencegah kontaminasi dan punurunan kualitas minyak sawit. Minyak produksi sebelum diangkut ketempat konsumen ditimbun dalam tangki timbun (storage tank). Untuk mencegah terjadinya kristalisasi minyak sawit serta untuk menyeragamkan minyak pada waktu pengiriman, tangki penyimpanan perlu dilengkapi dengan pemanas. Pemanasan dapat dilakukan dengan uap tekan 1,5-3 kg/cm² yang dialirkan kedalam pipa pemanas yang terbuat dari baja lunak berdiameter 2˝ dengan ketinggian ½ feet dari dasar tangki. Suhu minyak pada waktu pemuatan ke dalam tangki angkut adalah 500C - 55 0

2.6 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

C. Tangki penimbunan minyak sawit memiliki kapasitas antara 500-3000 ton. Selama penyimpanan atau penimbunan minyak sawit dapat terjadi kerusakan mutu minyak, baik peningkatan ALB, kadar air, ataupun kadar kotoran (Tambunan,R. 2006).

Kelapa sawit mengandung ± 80% perikarp (lapisan serat daging) dan 20% buah yang dilapisi kulit yang tipis, minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titik lebur minyak sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda.

Panjang rantai adalah antara 14 – 20 atom karbon. Sehingga sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Jumlah asam lemak jenuh


(28)

dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit hampir sama. Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat (Mangoensoekardjo,S. 2003).

2.7 Manfaat Kelapa Sawit dan Produknya

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari dan lain-lain.

Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit memiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain).

Kegunaan dari masing-masing produk tersebut adalah:

a. Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk keperluan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan nonpangan (gliserin, sabun, detergen, BBM, dan lain-lain).

b. Inti sawit yang menghasilkan minyak inti digunakan sebagai bahan sabun, minyak goreng, kosmetik dan sebagainya.

c. Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan baker.

d. Tandan kosong untuk bahan baker ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium. e. Ampas lumatan daging buah untuk bahan baker ketel uap (Hadi,2004).

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(29)

BAB 3

METODEPERCOBAAN

3.1. Alat-Alat

a) Timbangan duduk kapasitas 50 kg b) Kampak potong

c) Keranjang buah d) Pisau buah e) Cawan penguap

f) Neraca analitis Meter Toledo AB 204-5 g) Oven Memmert ULM 400 h) Lumpang porselen

i) Tang penjepit

j) Alat ekstraksi soklet Besttech k) Desikator

l) Penyaring Timbal

m) Labu alas 500 ml Schott Duran n) Gelas ukur 25 ml Pyrex

3.2. Bahan

1. TBS (Tandan Buah Segar ) 2. n – heksana


(30)

3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Preparasi Sampel

1. TBS pada keadaan mentah (fraksi 0) ditimbang dengan timbangan duduk , kemudian dipisahkan semua tangkai yang berisi brondolan dari bonggol tandan (stalk ) dengankampak potong, dilepaskan semua brondolan dari tangkainya dengan pisau buah.

2. Brondolan dibagi menjadi 3 bagian, yaitu brondolan luar, tengah, dan dalam kedalamkeranjang buah untuk ditimbang beratnya dan dihitung jumlah brondolan dari masing-masing bagian.

3. Diambil brondolan luar, tengah, dan dalam untuk mewakili jumlah brondolan dalam TBS untuk dianalisa. Lalu ditimbang berat brondolan dengan neraca analiti.

4. Pisahkan daging brondolan dari bijinya dengan pisau buah, lalu ditimbang berat daging brondolan dengan neraca analitis.

5. Dilakukan dengan cara yang sama untuk tandan buah segar pada keadaan kurang matang (fraksi 1), matang (fraksi 2 &3), dan lewat matang (fraksi 4 &5) .

3.3.2. Penentuan Kadar Minyak

1. Dimasukkan cawan penguap yang berisi daging brondolan ke dalam oven pada suhu 1050C – 1100

2. Kemudian didinginkan didalam desikator selama 20 menit, setelah didinginkan ditimbang kembali untuk mengetahui beratnya, ditumbuk daging brondolan dalam lumpang porselin sampai halus, dimasukkan tumbukan daging brondolan kering kedalam selubung ekstraksi kemudian ditutup dengan kapas bebas lemak / minyak.

C selama 3 – 5 jam atau sampai kandungan air dalam daging brondolan habis menguap.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(31)

3. Ditimbang labu alas dengan neraca analitis, kemudian di isi dengan pelarut n-heksana sebanyak 200 ml, dimasukkan selubung ekstraksi kedalam soklet, lalu dirangkai alat soklet pada heatingmantel, diekstraksi selama 5-6 jam atau sampai warna n-heksana pada soklet berubah menjadi kuning.

4. Diuapkan n-heksana dalam labu alas hingga habis, Labu alas dimasukkan kedalam oven untuk menghilangkan sisa-sisa n-heksana , didinginkan labu alas yang berisi minyak dan bebas pelarut kedalam desikator.

5. ditimbang beratnya dengan neraca analitis, sehingga didapatkan minyak dari daging brondolan, dilakukan dengan cara yang sama untuk tandan buah segar pada keadaan kurang matang (fraksi 1),matang (fraksi 2 &3), dan lewat matang (fraksi 4 & 5) .


(32)

3.4. Bagan Prosedur Penelitian 3.4.1. Preparasi Sampel

dipisahkan menjadi beberapa fraksi

dipisahkan

dipisahkan

Dilakukan dengan cara yang sama untuk Tandan Buah Segar ( TBS ) Kelapa Sawit pada keadaan kurang matang (fraksi 1), matang (fraksi 2&3), dan lewat matang (fraksi 4&5).

TBS

Brondolan sawit

Brondolan luar

Tangkai dan bongkol tandan

Brondolan dalam Brondolan

tengah

daging buah bagian tengah

daging buah bagian dalam

daging buah biji

diiris

ditimbang

ditimbang ditimbang

ditimbang ditimbang ditimbang diiris diiris biji biji

daging buah daging buah

daging buah bagian luar

dipisahkan dipisahkan dipisahkan Fraksi 0 Fraksi 1 Fraksi 2&3 Fraksi 4&5

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(33)

3.4.2. Penentuan Kadar Minyak

Dilakukan dengan cara yang sama untuk Tandan Buah Segar ( TBS) Kelapa Sawit pada keadaan kurang matang (Fraksi 1), matang (Fraksi 2 &3), dan lewat matang (Fraksi 4 &5).

daging buah

(masing-masing brondolan bagian luar, tengah, dan dalam)

didinginkan dalam desikator irisan daging buah kering

dioven pada suhu

ditumbuk ditimbang

daging buah kering dan halus

diekstraksi selama 5 – 6 jam dirangkai alat ekstraksi soklet ditimbang labu

dimasukkan 200 ml n-heksana ke dalam labu dimasukkan ke dalam penyaring timbel

dioven

Berat minyak brondolan buah sawit (masing-masing brondolan luar, tengah,dan dalam)

didinginkan dalam desikator Minyak brondolan buah


(34)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Setelah dipisahkan daging brondolan dari biji sawit, maka dilakukan proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut n-heksana pada alat soklet. Minyak yang diperoleh ditentukan beratnya secara gravimetri. Adapun hasilnya seperti pada tabel 4.1

Tabel 4.1. Kadar Minyak dan Rendemen

Keterangan :

Fraksi 0 : Mentah

Fraksi 1 : Kurang Matang Fraksi 2&3 : Matang

Fraksi 4&5 : Lewat Matang

Kematangan TBS ( Fraksi )

Tanggal Keterangan

Fraksi 0 ( 0% )

Fraksi 1 ( 20%)

Fraksi 2 & 3 ( 68% )

Fraksi 4 & 5 ( 12% )

Total Remdemen (%) 16 Februari 201 Kadar Minyak Rendemen 18,86 - 23,31 4,662 24,5 16,66 30,20 3,624 24,946

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(35)

Penentuan Kadar Minyak Buah Sawit pada Keadaan Mentah (F - 0) tanggal 16 Februaru 2015

Berat brondolan lepas : jumlah biji lepas x berat 1 biji brondolan lepas = 19 biji x 7,44 g = 143 g

Berat TBS : berat 1 tandan TBS + berat brondolan lepas = 20,500 g + 143 g=20,643 g

Tabel 4.2 Berat Lapisan Brondolan

Lapisan Berat Brondolan (g) % Brondolan

Luar 6,243 30,24 Tengah 4,300 20,83 Dalam 2,700 13,07

a. berat lapisan brondolan luar =beratbrondolanLuar

beratTBS x 100%

= 6,243

20,643� 100 %

= 30,24 %

b. berat lapisan brondolan tengah =beratbrondolantengah

beratTBS x 100%

= 4,300

20,643� 100 %

= 20,83 %

c. berat lapisan brondolan dalam =beratbrondolandalam

beratTBS x 100%

= 2,700

20,643� 100 %


(36)

Tabel 4.3 Berat Daging Buah Brondolan Lapisan Berat Sampel

( g )

Berat Daging Brondolan ( g )

% Daging Buah Brondolan Luar

Tengah Dalam

30,5672 30,6124 30,8731

21,3794 19,0291 17,9175

69,94 62,13 58,03

a. % daging buah brondolan = berat sampel luar

berat daging brondolan X 100 %

= 30,5672

21,3794 X 100 %

= 69,94 %

b. % daging buah brondolan = berat sampel tengah

berat daging brondolan X 100 %

= 30,6124

19,0291 X 100 %

= 62,13 %

c. % daging buah brondolan = berat sampel dalam

berat daging brondolan X 100 %

= 30,8731

17,9175 X 100 %

= 53,085

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(37)

Tabel 4.4 Kadar Minyak Brondolan Lapisan Berat Daging

Brondolan ( g )

Berat Minyak setelah di Ekstraksi ( g )

% Kadar Minyak Luar

Tengah Dalam

21,3794 19,0291 17,9175

10,8571 7,9132 6,5172

50,78 41,60 36,37

a. %Kadar Minyak = berat daging brondolan Luar

berat minyak setelah di ekstraksiX 100 %

= 21,3794

10,8571 X 100 %

= 50,78%

b. Kandungan Minyak = berat daging brondolan tengah

berat minyak setelah di ekstraksi X 100 %

= 19,0291

7,9132 X 100 %

= 41,60%

c. Kandungan Minyak = berat daging brondolan dalam

berat minyak setelah di ekstraksi X 100 %

= 17,9175

6,5172 X 100 %


(38)

Tabel 4.5 Kadar Minyak Buah Sawit Lapisan % Minyak

Kandungan Brondolan

% Daging Buah Brondolan

% Berat Lapisan Brondolan % Kadar Minyak Buah Sawit Luar Tengah Dalam 50,78 41,60 36,37 69,94 62,13 58,03 30,24 20,83 13,07 10,73 5,38 2,75

Jumlah kadar minyak buah sawit pada keadaan mentah ( fraksi 0 ) : 18,86

a. Kadar Minyak Buah Sawit Luar

= % kadar minyak brondolan x % daging buah brondolan x % berat lapisan brondolan = 50,78 % x 69,94 % x 30,24 % = 10,73 %

b. Kadar Minyak Buah Sawit Tengah

= % kadar minyak brondolan x % daging buah brondolan x % berat lapisan brondolan = 41,60 % x 62,13 % x 20,83 % = 5,38 %

c. Kadar Minyak Buah Sawit Dalam

= % kadar minyak brondolan x % daging buah brondolan x % berat lapisan brondolan = 36,37 % x 58,03 % x 13,07 % = 2, 75 %

Dilakukan perhitunganyang sama padakeadaan kurang matang ( fraksi 1 ) , matang ( fraksi 2&3 ), lewat matang ( fraksi 4&5) pada tanggal 16 Februari 2015.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(39)

4.2 Pembahasan

Dari analisa yang dilakukan diketahui bahwa pada tanggal 16 februari 2015 , CPO yang dihasilkan dari tandan buah segar pada Fraksi 0 adalah 18,86% , Fraksi 1 adalah 23,31% , Fraksi 2&3 adalah 24,5% , Fraksi 4&5 adalah 30,20% .

Karna pada fraksi 0 merupakan fraksi yang mentah, dan jumlah brondolannya 1 – 12,5 % maka dari itu minyak yang dihasilkan sedikit, fraksi 1 merupakan fraksi kurang matang yang menghasilkan jumlah berondolannya 12,5 – 25 % maka dari itu menghasilkan minyak lebih banyak dari fraksi 0, fraksi 2&3 merupakan fraksi matang yang menghasilkan jumlah brondolannya 25-75 % dan menghasilkan minyak CPO karena pada saat fraksi tersebut merupakan kondisi optimal buah kelapa sawit dalam menghasilkan minyak, sedangkan pada fraksi 4&5 merupakan fraksi lewat matang yang menghasilkan brondolannya 75-100% dan menghasilkan minyak yang sangat banyak dibandingkan dari fraksi – fraksi yang lain karna sudah melebihi lewat matang sehingga kandungan asam lemak bebas tinggi dan proses hidrolisisnya yang terjadi didalam buah lebih optimal.

Besarnya kadar minyak kelapa sawit disebabkan akibat belum terlaksananya pelaksanaan pemanenan yang baik dan sesuai standar matang panen dan serta pelaksanaan transportasi pengangkutan tandan buah segar dan brondolan dari tempat pemungutan hasil ( TPH ) kepabrik segera mungkin sehingga akan menghasilan kadar minyak yang tinggi . Akibat penimbunan yang terlalu lama pada kelapa sawit yang mengalami luka pada daging buah yang bermalam di looding ramp dapat menurunkan mutu minyak kelapa sawit yang lebih cepat dari


(40)

keadaan penimbunan dilapangan, hal ini disebabkan derajat kelukaan pada buah sawit yang tinggi akibat frekuensi benturan lebih banyak dialami setelah sampai dipabrik dan jika ditimbun maka hidrolisis akan berjalan lebih cepat, sehingga aktifitas enzim akan semakin tinggi jika mengalami luka. Dan untuk mengurangi aktifitas enzim sampai kepabrik diusahakan agar luka buah dalam persentase yang lebih kecil, pada umumnya enzim tidak aktif lagi pada suhu 50 0Coleh karena itu perebusan dilakukan pada suhu 120 0C akan mengentikan aktifitas enzim

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(41)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa kadar minyak yang diperoleh setiap fraksinya adalah pada fraksi 0 sebesar 18,86%, fraksi 1 sebesar 23,31 %, fraksi 2&3 sebesar 24,5 %, dan pada fraksi 4&5 sebesar 30,20 %.

2. Hasil yang diperoleh dari analisa kadar minyak kelapa sawit ( CPO) dari setiap fraksi tandan buah segar, pada tanggal 16 februari 2 015 dapat disimpulkan bahwa fraksi dengan kadar minyak paling banyak adalah fraksi 4&5 .

5.2. Saran

1. Diharapkan TBS yang telah dipanen tidak ditimbun dalam waktu yang cukup lama tetapi sebaiknya langsung diolah, karena dapat mempengaruhi kualitas rendemen / mutu minyak yang dihasilkan.

2. Diharapkan agar memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan mutu CPO yang telah dihasilkan seperti temperature.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hadi, M.M.2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Mongoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian KelapaSawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Swadaya. Rizsa, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta :

PenerbitKanisius.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Edisi revisi. Cetakan I. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Tambunan, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.Cetakan 8. Jakarta: Penerbit Swadaya

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara


(1)

Tabel 4.4 Kadar Minyak Brondolan Lapisan Berat Daging

Brondolan ( g )

Berat Minyak setelah di Ekstraksi ( g )

% Kadar Minyak Luar Tengah Dalam 21,3794 19,0291 17,9175 10,8571 7,9132 6,5172 50,78 41,60 36,37

a. %Kadar Minyak = berat daging brondolan Luar

berat minyak setelah di ekstraksiX 100 % = 21,3794

10,8571 X 100 %

= 50,78%

b. Kandungan Minyak = berat daging brondolan tengah

berat minyak setelah di ekstraksi X 100 % = 19,0291

7,9132 X 100 %

= 41,60%

c. Kandungan Minyak = berat daging brondolan dalam

berat minyak setelah di ekstraksi X 100 % = 17,9175

6,5172 X 100 %


(2)

Tabel 4.5 Kadar Minyak Buah Sawit Lapisan % Minyak

Kandungan Brondolan

% Daging Buah Brondolan

% Berat Lapisan Brondolan % Kadar Minyak Buah Sawit Luar Tengah Dalam 50,78 41,60 36,37 69,94 62,13 58,03 30,24 20,83 13,07 10,73 5,38 2,75

Jumlah kadar minyak buah sawit pada keadaan mentah ( fraksi 0 ) : 18,86

a. Kadar Minyak Buah Sawit Luar

= % kadar minyak brondolan x % daging buah brondolan x % berat lapisan brondolan = 50,78 % x 69,94 % x 30,24 % = 10,73 %

b. Kadar Minyak Buah Sawit Tengah

= % kadar minyak brondolan x % daging buah brondolan x % berat lapisan brondolan

= 41,60 % x 62,13 % x 20,83 % = 5,38 % c. Kadar Minyak Buah Sawit Dalam

= % kadar minyak brondolan x % daging buah brondolan x % berat lapisan brondolan

= 36,37 % x 58,03 % x 13,07 % = 2, 75 %

Dilakukan perhitunganyang sama padakeadaan kurang matang ( fraksi 1 ) , matang ( fraksi 2&3 ), lewat matang ( fraksi 4&5) pada tanggal 16 Februari 2015.


(3)

4.2 Pembahasan

Dari analisa yang dilakukan diketahui bahwa pada tanggal 16 februari 2015 , CPO yang dihasilkan dari tandan buah segar pada Fraksi 0 adalah 18,86% , Fraksi 1 adalah 23,31% , Fraksi 2&3 adalah 24,5% , Fraksi 4&5 adalah 30,20% .

Karna pada fraksi 0 merupakan fraksi yang mentah, dan jumlah brondolannya 1 – 12,5 % maka dari itu minyak yang dihasilkan sedikit, fraksi 1 merupakan fraksi kurang matang yang menghasilkan jumlah berondolannya 12,5 – 25 % maka dari itu menghasilkan minyak lebih banyak dari fraksi 0, fraksi 2&3 merupakan fraksi matang yang menghasilkan jumlah brondolannya 25-75 % dan menghasilkan minyak CPO karena pada saat fraksi tersebut merupakan kondisi optimal buah kelapa sawit dalam menghasilkan minyak, sedangkan pada fraksi 4&5 merupakan fraksi lewat matang yang menghasilkan brondolannya 75-100% dan menghasilkan minyak yang sangat banyak dibandingkan dari fraksi – fraksi yang lain karna sudah melebihi lewat matang sehingga kandungan asam lemak bebas tinggi dan proses hidrolisisnya yang terjadi didalam buah lebih optimal.

Besarnya kadar minyak kelapa sawit disebabkan akibat belum terlaksananya pelaksanaan pemanenan yang baik dan sesuai standar matang panen dan serta pelaksanaan transportasi pengangkutan tandan buah segar dan brondolan dari


(4)

keadaan penimbunan dilapangan, hal ini disebabkan derajat kelukaan pada buah sawit yang tinggi akibat frekuensi benturan lebih banyak dialami setelah sampai dipabrik dan jika ditimbun maka hidrolisis akan berjalan lebih cepat, sehingga aktifitas enzim akan semakin tinggi jika mengalami luka. Dan untuk mengurangi aktifitas enzim sampai kepabrik diusahakan agar luka buah dalam persentase yang lebih kecil, pada umumnya enzim tidak aktif lagi pada suhu 50 0Coleh karena itu perebusan dilakukan pada suhu 120 0C akan mengentikan aktifitas enzim


(5)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari analisa yang dilakukan dapat diketahui bahwa kadar minyak yang diperoleh setiap fraksinya adalah pada fraksi 0 sebesar 18,86%, fraksi 1 sebesar 23,31 %, fraksi 2&3 sebesar 24,5 %, dan pada fraksi 4&5 sebesar 30,20 %.

2. Hasil yang diperoleh dari analisa kadar minyak kelapa sawit ( CPO) dari setiap fraksi tandan buah segar, pada tanggal 16 februari 2 015 dapat disimpulkan bahwa fraksi dengan kadar minyak paling banyak adalah fraksi 4&5 .

5.2. Saran

1. Diharapkan TBS yang telah dipanen tidak ditimbun dalam waktu yang cukup lama tetapi sebaiknya langsung diolah, karena dapat mempengaruhi kualitas rendemen / mutu minyak yang dihasilkan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Y. 2008. Kelapa Sawit Budidaya, Pemanfaatan Hasil Limbah, Analisa Usaha dan Pemasaran. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya.

Hadi, M.M.2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama.Adicita Karya Nusa. Yogyakarta.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).

Mongoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Cetakan I. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Naibaho, P. M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian KelapaSawit.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta : Penerbit Swadaya. Rizsa, S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas. Yogyakarta :

PenerbitKanisius.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budi Daya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Edisi revisi. Cetakan I. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Tambunan, R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan : Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis. 1997. Kelapa Sawit Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran.Cetakan 8. Jakarta: Penerbit Swadaya