Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

(1)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam

Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang

Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

SKRIPSI

Disusun oleh:

ABDUL KHOLID

0 4 0 9 0 3 0 8 4

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Depertemen Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2008


(2)

ABTRAKSI

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten

Kampar Nama : ABDUL KHOLID

Nim : 040903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni lubis

Dalam ketatanegaraan Indonesia Otonomi Daerah merupakan penjabaran dari desentralisasi teritorial. Realisasinya dalam bentuk hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu tujuan pengguliran kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia adalah Demokratisasi, Pemberdayaan dan Partisipasi publik. Untuk mencapai hal tersebut maka pemerintah menggulirkan kebijakan desentralisasi secara bertingkat, yakni kepada provinsi diberikan otonomi terbatas, otonomi luas kepada daerah kabupaten/kota dan desa diberikan otonomi asli.

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat itu sendiri.

Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar sala satu Desa yang terletak diwilayah Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau merupakan suatu organisasi yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa. Organisasi ini sangat menetukan maju atau mundurnya desa.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahi bagai mana partisipasi masyarakat yang ada di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa, dan apa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipaisi masyarakat tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriftif kualitatif, sedangkan yang menjadi papulasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sekijang, sampel dalam penulisan skirifsi ini adalah 95 orang dalam penarikannya menggunakan rumus Taro Yamane, yang terdiri dari Pemerintah desa, BPD, Masyarakat Desa.

Dari hasil penelitian ini penulis dapatkan bahwa partisipasi masyarakat di Desa Sekijang ini dalam penyusunan perencanaan pembangunan belum terbanguan, perencanaan pembangunan desa masih dilakukan sepihak oleh Pemerintah Desa. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kepemimpinan Pemerintah Desa yang acuh saja dengan masayarakat tidak mau melibatkan masyarakat, dan disebabkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat desa yang kaku dan tidak kritis terhadap pembangunan tersebut, dan juga disebabkan oleh kemampuan BPD dalam melaksanakan tugasnya sebagai badan Legeslatif Desa tidak bisa mewadahi aspirasi masyarakat

Medan, 25 Agustus 2008 Penulis


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah S.W.T karna hingga pada saat ini penulis masih lagi diberikan nikmat berupa kehidupan, Iman, Islam, kesehatan, dan motivasi untuk berfikir, berkat rahmat dan kasih sayang-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar )” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata 1 dengan gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Shalawat dan salam senantiasa tercurah buat bapak revolusioner peradaban manusia, junjungan alam Nabi Besar Muhammad S.A.W yang telah rela dan ridha mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya kalimtul haq dan peradaban manusia dijagat raya ini, beliau juga sebagai suri tauladan disetiap tarikan nafas kehidupan manusia di dunia ini.

Skripsi ini merupakan bukti eksisitensi makhluk intelektual di tengah kehidupan masyarakat yang termaktup dalam Tri Darma Perguruan Tinggi khususnya dibidang penelitian. Dalam usaha untuk menyelesaikan skripsi ini penulis telah banyak diberi bantuan baik berupa waktu, tenaga, kritik, saran, kerja sama, diskusi dari pihak-pihak yang berkompeten dan berdedikasi.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, mensupport, dan memberikan motivasi baik bersifat material maupun spiritual terutama penulis sampaikan kepada :


(4)

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Arif Nasution Sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

2. Bapak DR. Marlon Sihombing, M.Si Sebagai Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Dra. Dahlia Hafni lubis sebagai Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian Skripsi ini. Terima kasih banyak bu akan semua waktu dan kesabaran ibu dalam proses membimbing skiripsi ini, saya akan selalu ngingat semua itu.

4. Kepada Ibu Hj. Dra. Beti Nasution Msi sebagai Sekretaris Departemen yang selama ini membantu penulis dalam mempermudah jalan menuju penulisan skripsi ini. 5. Kepada Kak Mega yang selalu sabar melayani penulis dalam menlancarkan proses

skripsiku ini, makasih atas bantuannya hanya itu yang bisa aku ucapkan.

6. Bapak / Ibu Dosen serta Staf yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama penulis menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan 7. Bapak / Ibu Pegawai Bagian Akademik Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah sudi melayani penulis selama melakukan perkuliahan.

8. Bapak Rafizal selaku Kepala Desa Sekijang dan juga saudara Zulkarim Kasi Pembangunan yang telah banyak bekerja sama dalam upaya menyelesaikan Skripsi ini .

9. Kepada yang paling kucintai yaitu kedua orang tuaku Ibunda Ratnawilis dan Ayahanda H.M.Rum, lautan Kasih Sayang mu tiada bertepi, entah keringat mana lagi


(5)

yang akan engkau teteskan dan entah apalagi yang akan engkau korbankan demi kesuksesan anakmu ini dalam menuntut ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan. Ananda hanya mampu berdo’a semoga segala yang telah engkau korbankan untuk kesuksesan ananda ini menjadi amal ibadah serta mendapat keridhaan Ilahi Rabbi. Semoga Allah S.W.T. membalasnya dengan menjadikan engkau sebagai Ahli Surga(Jannah). Dan ananda yakin segala jasa yang telah diberikan kepada ananda tidak mampu ananda balas hingga akhir hayat ananda.

10. Kepada Saudara – saudaraku tercinta kanda Salman, Jakpar, dinda Nurhasanah, Nurasma, Wahyuni, dan gusrianti. semoga kalian selalu menjadi anak yang berbakti kepada Kedua orang tua dan berguna bagi manusia dan makhluk dimana kalian berada. Amien …...

13. Yang mewarnai perjalanan perkuliahanku dan yang membuat hari-hariku jadi indah serta yang telah banyak memotivasiku sehingga mampu menyelesaikan penelitian ini yaitu Eka Martianis makasih Support dan Motivasi yang telah kamu berikan kapada ku. Kenangan bersamamu tidak akan terlupakan dan ingat aku disetiap langkahmu. Jangan cengeng lagi ya ingatlah badan ola tuo.

14. Teman-teman seperjuangan “AN USU 03” Herman S.sos, Fuadi. S.sos, Radi, Bang Ramli S.sos, Fikri S.sos, Deby S.sos, Thamrin, Mahfud, Mandar, Tisan, Elis, Fina, Bopi, Anto, Mondo, Santo , Arif, semoga persahabatan kita ini takkan pernah luntur oleh waktu dan akan abadi hingga keakhir hayat dan semoga semua yang kalian lakukan mendapat Rahmat dan Ridha dari Ilahi Rabbi. Amien……


(6)

15. Semua orang yang terlibat dalam menyukseskan perkuliahan dan skripsi ini yang tak bisa penulis sebutkan satu persatu karena ribuan orang dan bahkan jutaan orang yang telah mengantarkan penulis menjadi orang yang berguna dan sedikit memiliki ilmu pengetahuan

Kepada semua, penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali do’a yang bisa dimohonkan kepada Allah SWT. Semoga apa-apa yang telah kalian sumbangkan terhadap panulis dapat menjadi amal ibadah bagi kalian semua dan mendapat ridha di sisi Allah SWT. Amien…

Dan didalam penyelasian Skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin. Namun, penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Itu karena kurangnya ilmu pengetahuan yang penulis miliki juga sebagai insan yang tak pernah luput dari kesalahan dan kesilapan.

Akhirnya kepada Allah Yang Maha Kuasa penulis serahkan, karena hanya Dia-lah yang Maha Sempurna dan Maha Besar, dan semoga Skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca serta bisa menjadi salah satu rujukan atau referensi bagi yang melakukan penelitian dalam hal yang sama. Amie..Ya Rabbal ‘Alami..

Wassalam

Medan, 25 Agustus 2008 Penulis


(7)

(8)

DAFATAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Desa ... 6

1.5.2 Pemerintahan Desa ... 8

1.5.3 Partisipasi masyarakat ……….... 12

1.5.4 Perencanaan Pembangunan …… ………...……… 15

1.5.5 Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaa Pembangunan …...……… 19

1.6 Defenisi Konsep ... 27

1.7 Defenisi Operasional ... 28

1.8 Sistematika Penulisan ... 30

BAB II METODE PENELITIAN ... 31

2.1 Bentuk Penelitian ... 31

2.2 Lokasi Penelitian ... 31

2.3 Populasi dan Sampel ………..……… 31

2.3.1. Populasi ... 31

2.3.2 Sampel ... 32

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 33


(9)

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 35

3.1 Sejarah Berdirinya Desa Sekijang ... 35

3. 2 Kondisi Geografis ... 37

3. 3 Keadaan Demografi ... 39

3. 4 Keadaan Sosial dan Ekonomi ... 40

3. 5 Organisasi Pemerintahan Desa ... 44

BAB IV PENYAJIAN DATA PENELITIAN ... 52

BAB V ANALISIS DATA ... 79

BAB VI PENUTUP ... 89

6.1 Kesimpulan ... 89

6.1 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA


(10)

ABTRAKSI

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten

Kampar

Nama : ABDUL KHOLID

Nim : 040903084

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni lubis

Dalam ketatanegaraan Indonesia Otonomi Daerah merupakan penjabaran dari desentralisasi teritorial. Realisasinya dalam bentuk hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus urusan rumah tangga sendiri yang berdasarkan atas aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu tujuan pengguliran kebijakan Otonomi Daerah di Indonesia adalah Demokratisasi, Pemberdayaan dan Partisipasi publik. Untuk mencapai hal tersebut maka pemerintah menggulirkan kebijakan desentralisasi secara bertingkat, yakni kepada provinsi diberikan otonomi terbatas, otonomi luas kepada daerah kabupaten/kota dan desa diberikan otonomi asli.

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat itu sendiri.

Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar sala satu Desa yang terletak diwilayah Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi Riau merupakan suatu organisasi yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa. Organisasi ini sangat menetukan maju atau mundurnya desa.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahi bagai mana partisipasi masyarakat yang ada di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar dalam penyusunan perencanaan pembangunan desa, dan apa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipaisi masyarakat tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriftif kualitatif, sedangkan yang menjadi papulasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Sekijang, sampel dalam penulisan skirifsi ini adalah 95 orang dalam penarikannya menggunakan rumus Taro Yamane, yang terdiri dari Pemerintah desa, BPD, Masyarakat Desa.

Dari hasil penelitian ini penulis dapatkan bahwa partisipasi masyarakat di Desa Sekijang ini dalam penyusunan perencanaan pembangunan belum terbanguan, perencanaan pembangunan desa masih dilakukan sepihak oleh Pemerintah Desa. Hal tersebut disebabkan oleh faktor kepemimpinan Pemerintah Desa yang acuh saja dengan masayarakat tidak mau melibatkan masyarakat, dan disebabkan oleh rendahnya pendidikan masyarakat desa yang kaku dan tidak kritis terhadap pembangunan tersebut, dan juga disebabkan oleh kemampuan BPD dalam melaksanakan tugasnya sebagai badan Legeslatif Desa tidak bisa mewadahi aspirasi masyarakat

Medan, 25 Agustus 2008 Penulis


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuntutan otonomi daerah secara penuh terus dilakukan agar setiap daerah dapat memainkan peranan dan posisi yang strategis sebagai pemilik sumber daya di daerahnya sendiri. Pelaksanaan otonimi daerah juga diharapkan sebagai upaya untuk mempercayai masyarakat dan Pemerintah Daerah dalam mengatur dan mengembangkan potensi daerahnya sendiri.

Terlalu besarnya dominasi negara selama ini yang menjadi alasan penting bagi masyarakat untuk melakukan perubahan yang mendasar pada pemerintahan daerah terlebih dalam pemerintahan desa. Proses prencanaan, pengambilan keputusan dan program pembangunan kerap kali dilakukan dengan sistem dari atas kebawah ( top-donw). Rencana program-program pembangunan diseragamkan di buat ditingkat pusar (atas) dan dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten, sedangkan potensi setiap daerah berbeda-beda.

Sistem perencanaan pembangunan top-donw yang bersifat sentralistik ini menyebabkan mandulnya partisipasi masyarakat. sejauh ini, partisipasi masyarakat masih terbatas pada keikutsertaan dalam peleksanaan program-program kegiatan pemerintah, padahal partisipasi masyarakat tidak hanya diperlukan pada saat pelaksanaan tetapi juga mulai dari tahap perencanaan bahkan pengambilan keputusan.

Suatu skema baru otonomi daerah, yang didalamnya termuat semangat melibatkan masyarakat, dengan menekankan bahwa kualitas otonomi daerah akan ditentukan oleh sejauh mana keterlibatan masyarakat, maka dengan sendirinya harus


(12)

ditunjukan adanya saluran aspirasi masyarakat semenjak dini. ( Alexander Abe,2005). Disni dapat kita ketahui bahwa sudah seharusnya ide awal proses pembangunan harus menyertakan masyarakat didalam perumusannya. Maka perumusan ini merupakan proses perumusan yang umum, yang mana pada rakyat diberikan kesempatan untuk mengajukan pokok-pokok harapan, dan kepentingan dasarnya. Artinya skema politik dan sistem perencanaan pembangunan yang lama, dimana rakyat hanya menerima putusan dari pemerintah (sistem bottom-up) supaya dapat terlaksana dengan baik. Dalam UU No. 25 Tahun 2004, pemerintah meletakan komitmen politik untuk memperbaiki kualitas pembangunan manusia Indonesia mulai dari pemetaan sisitem perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta profesional masyarakat dan pemerintah daerah dari sejak awal tahap perencanaan sampai pemanfaatan dan pelestarian.

Untuk mendukung pelaksanaan amanat UU No.25 Tahun 2004 ini, maka pemerintah atas nama Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/ Kepala Bappena ssudah mengeluarkan surat edaran tentang sisitem perencanaan pembangunan Daerah. Dalam surat edaran tersebut pemerintah daerah diwajibkan menyusun rencana pembangunan jangka panjang (RPJP/D), rencana pembangunan jangka menengah (RPJM/D), dan rencana kerja pemerintah daerah (RKP/D) sebagai rencana tahunan. Setiap proses penyusunan harus mempunyai koordinasi antara instansi pemerintah dan partisipasi seluruh pelaku pembangunan, melalui sutu forum yang disebut sebagai musyawarah perencanaan pembangunan atau yang disebut dengan Musrenbang.

Penyusunan rencana RKPD dilakukan melalui proses pembahasan antara Bappeda dengan seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) melalui


(13)

lingkup yang paling kecil yaitu Desa/ kelurahan, kecamatan, dan kemudian musrenbang kota. Dalam setiap musrenbang ini diharapkan harus tetap menekankan partisipasi masyarakat.

Lahirnya Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah merupakan langkah baru untuk membenahi penyelenggaraan pemerintahan. Melalui otonomi dan desentralisasi yang diharapkan mampu melahirkan partisipasi aktif masyarakat dan menumbuhkan kemandirian pemerintah daerah.

Dimana dominasai negara berubah menjadi institusi lokal, untuk itu peran serta langsung masyarakat sangat diperlukan dan terus diperkuat dan diperluas. Dengan demikian istilah partisipasi tidak sekedar menjadi retorika semata tetapi diaktualisasikan secara nyata dalam berbagai kegiatan dan pengambilan kebijakan pembangunan.

Partisipasi dalam pembangunan dipandang sebagai sebuah metodelogi yang mengantarkan pelaku-pelakunya untuk dapat memahami masalah-masalah yang dihadapi, sehingga dapat menganalisa dan mencari selusi dari masalah yang dihadapi tersebut, sehingga memberikan kerangka untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan.

Pemerintah desa sebagai ujung tombak pembangunan yang mana keberadaan dari pemerintahan desa berhubungan langsung dengan masyarakat. dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Bab 1 pasal 1 di poin 1 disebutkan bahwa desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonessia.


(14)

Dengan demikian desa semakin dituntut kesiapannya dalam hal merumuskan kebijakan desa, merencanakan pembangunan desa yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Demikian juga dalam mengembangkan atau menciptakan kondisi yang kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kreativitas dan inovasi masayarakat dalam mengelola dan menggali potensi yang ada, sehingga tercipta desa yang yang otonom yaitu masyarakat desa yang mampu memenuhi kepentingan dan kebutuhan yang diperlukan.

Keberhasilan penyelenggaraan otonomi masyarakat desa tidak terlepas dari partisipasi aktif anggota masyarakat. Di desa telah dibentuk Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai wujud dari demokrasi yang berfungsi sebagai lembaga legeslatif desa.

Masyarakat desa baik sebagai sistem maupun sebagai individu merupakan bagian integral yang sangat penting dari Pemerintahan Desa karena secara prinsip penyelenggaraan otonomi ditunjukan guna mewujudkan masyarakat sejahtera di desa yang bersangkutan. Oleh sebab itu tanggung jawab penyelenggaraan desa tidak saja ditangan Kepala Desa, BPD dan Aparat Desa tetapi juga ditangan masyarakat desa itu sendiri.

Masyarakat sebagai obyek pembangunan berarti masyarakat terkena langsung atas kebijakan dan kegiatan pembangunan. Dalam hal ini perlu masyarakat ikut dilibatkan baik dari segi formulasi kebijakan maupun aplikasi kebijakan tersebut, sebab merekalah yang dianggap lebih tahu tentang kondisi lingkungannya. Partisipasi masyarakat merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan dalam rangka mensinergikan antara keinginan penguasa dengan dengan keinginan rakyat. Yang mana pada dasarnya partisipasi masyarakat timbul tidaklah semata-mata dengan sendirinya melainkan ada hal-hal yang mampu mempengaruhinya, sehingga


(15)

masyarakat merasa sadar dan terdorong untuk terlibat lebih jauh dalam segala aspek kehidupan negara.

Perencanaan pembangunan merupakan sebuah instrumen yang sangat penting. Sebab perencanaan partisipatif merupakan sala satu dari serangkaian perjalanan pembangunan dan juga tahap awal yang sangat menentukan bagi keberhasilan proses pembangunan khususnya di desa. Pada fase ini sudah selayaknya pembangunan di desa merupakan hasil dari musyawarah yang senantiasa memperhatikan aspirasi masyarakat secara utuh.

Setelah reformasi, desa mempunyai wewenang untuk membentuk dan melasanakan kebijakan sesuai parakarsa maupun aspirasi dari masyarakat setempat. Dengan semangat partisipatif, pembangunan desa dapat dibahas melalui Musyawarah Perencanaan Desa (Musrenbangdes). Musrenbangdes merupakan forum tahunan yang dilaksanakan sacara partisipatif oleh semua elemen desa untuk menyepakati pembangunan tahun berikutnya.

Desa Sekijang merupakan sala satu desa yang ada di Kecatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Propinsi Riau belum melaksanakan pradigma baru dari perencanaan pembangunan, dimana dalam perencanaan pembangunan belum membuka kesempatan kepada seluruh warga untuk berpartisipasi, partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan masih sangat kurang sekali. Keikut sertaan masayarakat dalam penyusunan agenda pembangunan masih terlihat sesuatu yang asing bagi masyarakat, sehingga dalam perencanaan pembangunan masyarakat kecendrungan apatis/ enggan melibatkan diri, masyarakat lebih tertarik kepada masalah-masalah yang secara langsung terkait dengan kebutuhan sehari-hari seperti pemenuhan makan, tempat tinggal dan lain-lain, sementara keterlibatan dalam hal-hal politik dan pemerintahan masih belum terbangun dari masyarakat desa.


(16)

Maka Berdasarkan permasalahan yang diuraiankan diatas peneliti merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten kamapar”.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk memudahkan peneliti nantinya, dan agar peneliti memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan hasil penelitian, maka terlebih dahulu dirumuskan masalahnya

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah:

Faktor-Faktor Apa Saja Yang dapat Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten kampar.

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Menurut Arikunto (2004: 51) Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam Perencanaan pembangunan desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar.


(17)

b. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi masyarakat dalam penyusunan perencanaan pembanguanan di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar.

1.4 Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang ingin dicapai maka suatu penelitian harus memilik manfaat yang jelas. Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Secara subjektif, dengan penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan penulis dalam menulis karya ilmiah dan menganalisis masalah dilapangan.

b. Secara praktis, sebagai masukan/kontribusi bagi pemerintah dan masyarakat desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

c. Secara akademis, penelitian ini diharapkan akan menyumbangkan khasanah ilmiah dan kepustakaan baru dalam penelitian-penelitian ilmu sosial.

1.5 Kerangka Teori 1.5.1 Desa

Posisi pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat adalah pemerintahan desa, maka dalam pengembangan peran serta masyarakat, pemerintah desa selaku Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi ( Widjaja, 2001: 42)

Adapun menurut Syarif dalam Purwoko (2004: 60) secara umum tujuan dari otonomi dan desentarlisasi yang dimaksud adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat, meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, mengembangkan kreativitas


(18)

daerah, menciptakan pemerataan pembangunan, memberikan keleluasaan kepada daerah dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan mewujudkan demokrasi ditingkat lokal terutama pada tingkat pemerintahan desa.

Pengertian desa secara umum menurut Daldjoeni (2003: 53) adalah pemukiman manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris, sedangkan desa dalam artian administaratif menurud Kartohadikusumo dalam Daldjoeni (2003: 54) yaitu desa dijelaskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana tempat tinggal suatu masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Desa adalah : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Desa berdasarkan Peraturan Pemerintah No 72 Tahun 2005 adalah desa atau disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada dikabupaten atau kota, sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sisial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa sebagai mana yang dimaksud harus memenuhi syarat:


(19)

b. Luas wilayah

c. Bagian wilayah kerja d. Perangkat, dan

e. Serana dan prasarana pemerintahan

Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelengaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggung jawaban disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa,

1.5.2 Pemerintahan Desa

Dalam pemerintah daerah Kabupaten/kota dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa, pembentukan, penghapusan, dan penggabungan desa dengan memperhatikan asal usul dan prakarsa masyarakat. Desa di Kabupaten secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BPD yang ditetapkan dengan perda.

1. Pemerintahan Desa

Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri dari Sekdes dan perangkat desa lainnya. Sekretaris Desa diisi dari pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan.


(20)

Kepala Desa dipilih langsung oleh penduduk desa warga negara Republik Indonesia yang syarat selanjutnya dan tata cara pemilihan diatur oleh perda yang berpedoman kepada Peraturan Pemerintah. Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa. Pemilihan Kepala Desa dalam kesatuan masyarakat hukum dapat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan diakui keberadaannya berlaku ketentuan, hukum adat setempat yang ditetapkan dalam perda dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

Pemerintah desa adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan desa, menurur Nurcholis (2005: 138) pemerintah mempunyai tugas pokok:

1. Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, membangun dan membina masyarakat

2. Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut pemerintah desa mempunyai fungsi: a. Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa

b. Pelaksanaan tugas di bidang pembanggunan dan pembinaan masyarakat yang menjadi tanggung jawabnya

c. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa

d. Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya dan gotong royong masyarakat

e. Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat f. Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisiahan antar masyarakat g. Penyusunan, pengajuan rancangan peraturan desa


(21)

Berdasarkan Pasal 14 dan 15 Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Pertama, urusan pemerintahan yang dimaksud adalah pengaturan kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan lembaga kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, kerjasama antar desa. Kedua, urusan pembangunan yang dimaksud adalah pemberdayaan masyarakat dalam penyediaan sarana prasarana fasilitas umum desa seperti jalan desa, jembatan desa, irigasi desa, pasar desa.

Ketiga, urusan kemasyarakatan ialah pemberdayaan masyarakat melalui pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan, pendidikan, adat istiadat.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana diatas Kepala Desa mempunyai wewenang :

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD;

b. Mengajukan rancangan peraturan desa;

c. Menetapkan peraturan desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD; d. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai APB Desa

untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD; e. Membina kehidupan masyarakat desa; f. Membina perekonomian desa;

g. Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;

h. Mewakili desanya di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan i. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.


(22)

2. Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa atau disingkat dengan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya.

BPD berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Adapun wewenang BPD yaitu Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa; Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa; Membentuk panitia pemilihan kepala desa; Menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan Menyusun tata tertib BPD

BPD mempunyai hak, meminta keterangan kepada Pemerintah Desa, menyatakan pendapat.

Anggota BPD mempunyai kewajiban mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa; mempertahankan dan memelihara hukum nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; menyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat; memproses pemilihan kepala desa; mendahulukan kepentingan umum diatas kepentingan


(23)

istiadat masyarakat setempat; dan menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan lembaga kemasyarakatan.

1.5.3 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia yaitu tindakan ikut mengambil bagian, keikutsertaan atau ikut serta. Menurud Juliantara (2004: 84) partisipasi diartikan sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif.

Partisipasi dapat dipahami dalam dua hal yaitu: pertama, partisiapsi merupakan sebuah alat, dimana partisipasi dilihat sebagai sebuah teknik untuk membantu memajukan program desa atau disebut pembangunan partisipasi. Kedua,

partisipasi sebagai sebuah tujuan itu sendiri yang dapat dinyatakan sebagai pemberdayaan rakyat yang dipandang dari segi prolehan keahlian, pengetahuan dan pengalaman masyarakat untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk membangun.

Menurud Adisasmita, (2006:38) Partisipasi masyarakat dapat didefenisikan sebagai keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam prencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program pembangunan.

Dan juga Adisasmita mengatakan peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (social empowerment) secara aktif yang berorentasi pada pencapaian hasil pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat (pedesaan). Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya masyarakat pedesaan secara lebih aktif dan efisien, yaitu dalam hal sebagai berikut:


(24)

a. Aspek masukan atau input ( SDM, dana, peralatan/serana, data, rencana, dan teknologi)

b. Aspek proses (pelaksanaan, menitoring, dan pengawasan)

c. Aspek keluar atau output ( pencapaian sasaran, efektivitas dan efisiensi) Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, mempelancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian ”pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Menurud Tjokromidjojo (dalam Safi’i, 2007:104) partisipasi masyarakat dalam pembangunan dibagi atas tiga tahapan, yaitu:

a. Partisipasi atau keterlibatan dalam proses penentuan arah, startegi dan kebijakan pembangunan yang dilakukan pemerintah

b. Keterlibatan dalam memikul beban dan tanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan

c. Keterlibatan dalam memetik dan memanfaatkan pembangunan secara berkeadilan

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan bagian integral yang harus ditumbuh kembangkan, yang pada akhirnya akan menumbuhkan rasa memiliki(sense of belonging), rasa tanggung jawab (sese of renponbility) dari masayarakat secara sadar, bergairah dan bertanggung jawab( Tjokroamidjojo,2002) Partisipasi dapat dilakukan dalam beberapa demensi, yaitu;


(25)

c. Sumbangan tenaga (berkerja atau memberi kerja)

d. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan

e. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masarakat desa, meskipuin sulit untuk difenisikan akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mngembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakt desa untuk memutuskan dan ikut terlibat dalam pembanguan.

Menurut Tjokrowinoto (1995: 48) arti penting partisipasi masyarakat dalam pembangunan adalah:

a. Rakyat adalah fokus sentral dan tujuan akhir pembangunan, partisipasi merupakan akibat logis dari dalil tersebut.

b. Partisipasi menimbulkan rasa harga diri dan kemauan pribadi untuk dapat turut serta dalam keputusan penting yang menyangkut masyarakat.

c. Partisipasi menciptakan suatu lingkaran umpan balik arus informasi tentang sikap, aspirasi, kebutuhan dan kondisi daerah yang tanpa keberadaannya akan tetap terungkap.

d. Pembangunan dilaksanakan lebih baik dengan dimulai dari dimana rakyat berada dan dari apa yang mereka miliki.

e. Partisipasi merupakan game zone (kawasan) penerimaan proyek pembangunan.

f. Partisipasi akan memperluas jangkauan pelayanan pemerintah kepada seluruh masyarakat.

g. Partisipasi menopang pembangunan

h. Partisipasi menyediakan lingkungan yang kondusif baik bagi aktualisasi potensi manusia maupun pertumbuhan manusia.


(26)

i. Partisipsi merupakan cara yang efektif membangun kemampuan masyarakat untuk mengelola program pembangunan guna memenuhi kebutuhan has daerah.

j. Partisipasi dipandang sebagai pencerminan hak-hak demokrasi individu untuk dilibatkan dalam pembangunan mereka sendiri.

1.5.4 Perencanaan Pembangunan

Untuk memahami hakikat dari perencanaan pembangunan maka perlu kita lihat lebih luas mengenai perencanaan. Para ahli administrasi menetapkan perencanaan sebagai fungsi utama dari administarsi. Perencanaan merupakan fungsi dasar, sebelum melaksanakan suatu kegiatan, perencanaan sangat mutlak diperlukan dimana ditentukan tujuan dan arah yang jelas dari sautu kegiatan.

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia (UU. No. 25 Tahun 2004)

Tanpa adanya perencanaan maka suatu kegiatan tidak dapat berjalan secara efektif dimana akan terjadi kesimpangsiuran yang dapat menimbulkan berbagai hal seperti ketidak jelasan arah, tumpang tindih, pemboroan tenaga dan biaya.

Perencanaan menurut Sondang P. Sagian (2003 : 88) perencanaan didefenisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Bintoro Tjokroamidjojo (1994: 12) merumuskan arti dan fungsi perencanaan pembangunan sebagai berikut:


(27)

a. Perencanaan dalam arti yang seluas-luasnya adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Suatu cara bagaimana mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya dengan sumber-sumber yang ada supaya efektif dan efisien.

Dalam pembangunan suatu negara atau daerah sangat diperlukan perencanaan sehingga pembangunan dapat dimanajemeni sebaik mungkin melalui sebuah perencanaan pembangunan yang ideal serta dapat menghasilkan sebuah konsep pembangunan yang baik. Dimana perencanaan suatu kegiatan dalam pembangunan yang paling prioritas karena perencanaan tersebut menentukan arah, prioritas dan startegi pembangunan.

Penyusunan perencanaan dan proses pembangunan merupakan dua hal yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dalam tahap penyusunan perencanaan, proses pemebangunan yang nantinya akan terjadi dalam periode perencanaan tersebut diperkirakan akan sesuai dengan kerangka perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Perencanaan merupakan jawaban sementara atas persoalan-persoalan pembangunan yang dihadapi masyarakat.

Jadi dalam hal ini perencanaan cendrung menetapkan langkah-langkah yang hendak dilakukan dengan belajar dari pengalaman-pengalaman yang sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu. Bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan menyeluruh dari penyusunan suatu rencana, penyusunan program kegiatan, pelaksanaan serta pengawasan dan evaluasi dari pelaksanaannya.

Pembangunan adalah suatu proses perubahan, perbaikan ataupun pembaharuan kearah yang lebih baik yang dilakukan oleh suatu bangsa atau negara. Pratikno ( 2002: 119) mengemukakan defenisi pembangunan sebagai suatu jenis


(28)

perubahan sosial untuk meningkatkan penghasilan perkepita serta standar hidup masyarakat.

Kemudian konsep pembangunan yang agak konseptual dengan pembangunan di Indonesia dikemukakan oleh Siagian ( 2002 : 147 ) bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa dan pemerintah menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa.

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai adalah peningkatan taraf hidup masyarakat dan penggunaan sarana untuk tujuan-tujuan sosial. Berdasarkan defenisi tersebut diatas terdapat 4 (empat) elemen dasar perencanaan pembangunan sebagai mana yang dikemukakan oleh Arsyad dalam Robinson ( 2002: 5) yaitu :

a. Merencanakan berarti memilih

b. Perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya c. Perencanaan merupakan alat untuk mencapai tujuan d. Perencanaan adalah berorientasi ke masa depan

Dalam penyusunan perencanaan pembangunan haruslah diperhatikan sumberdaya yang tersedia atau potensi wilayah yang menyangkut sumber daya alamnya, potensi sumberdaya aparatur yang mengelolanya serta memperhatikan kemampuan anggaran untuk membiayai berlangsungnya proses pembangunan tersebut.

Menurut Bintoro Tjokroamijojo (1994: 57) secara umum unsur-unsur pokok yang terdapat dalam perencanaan pemebangunan adalah:

a. Kebijakan atau starategi dasar rencana pembangunaan, disebut juga sebagai arah, tujuan dan prioritas pembangunan, meliputi pula sasaran pembangunan.


(29)

Unsur ini merupakan dasar dari semua rencana yang kemudian dituangkan kedalam unsur-unsur perencanaan.

b. Perkiraan sumber-sumber pembangunan, yaitu sumber-sumber pembiayaan pembangunan yang juga sangat penting diketahui dalam penyusunan perencanaan pembangunan.

c. Adanya kerangka rencana, disebut juga kerangka makro rencana, dalam kerangka ini dihubungkan berbagai variabl-variabel pembangunan serta implikasi hubungan tersebut.

d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisiten, berbagai kegiatan perlu dirumuskan dan dilaksanakan, dan juga kebijakan-kebijakan pembangunan tersebut satu sama lain harus serasi dan konsisiten. Kebijaksanaan dalam hal ini meliputi kejakan fiskal, penganggaran, kebijakan moneter, serta berbagai kegiatan sektoral lainnya.

e. Program investasi, program ini dilakukan secara sektoral seperti bidang pertanian, industri, pertambangan, pendidikan dan sebagainya. Program investasi secara sektoral ini dilakukan bersamaan dengan penyusunan sasaran-sasaran rencana, dilihat dari pembinaan ekonomi dan pembangunan diserasikan dengan kemungkinan biaya secara wajar.

f. Administrasi pembangunan, hal ini penting dalam proses perencanaan karena diperlukan suatu administrasi negara yang mendukung usaha perencanaan dan pelaksanaan pembangunan tersebut


(30)

1.5.5 Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan

Perencanaan dengan pendekatan partisipasitif merupakan sebagai strategi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik, hal ini sangat bergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan.

Alexander Abe (2005: 71) suatu perencanaan yang berbasis prakarsa masyarakat dimana perencanaan yang sepenuhnya mencerminkan kebutuhan kongkrit masyarakat dan dalam proses penyusunannya benar-benar melibatkan aspirasi masyarakat setempat dalam rangka menjawab kebutuhan masyarakat dan mencapai kehidupan baru yang lebih baik dan bermakna melalui langkah-langkah pembangunan.

Untuk menampung keinginan masyarakat dalam pembangunan ditempuh dengan sistem perencanaan dari bawah ke atas (bottom up). Inilah yang sebenarnya merupakan perencanaan partisipatif. Tahap-tahap yang paling bawah dalam rapat koordinasi pembangunan daerah yang akan diusulkan pada tingkat yang lebih tinggi dan seterusnya, lebih jelasnya dalam uraian berikut ini:

a. Musyawarah Pembangunan (musbang ) Tingkat Desa/Kelurahan

Musbang desa dipimpin oleh Kepala Desa atau Lurah yang dibimbing oleh Camat dan dibantu oleh Kepala urusan Pembangunan Desa. Musyawarah desa ini menginventarisasi potensi desa, permasalahan-permasalahan desa serta menyusun usulan program dan proyek yang dibiayai dari swadaya desa, bantuan pembangunan desa, APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN

b. Temu Karya Pembangunan Tingkat Kecamatan

Temu karya dipimpin oleh Camat dan dibimbing oleh Bappeda Kabupaten/Kota dan dibantu oleh Kepala Kantor Pembangunan Desa Kabupaten/Kota yang


(31)

bersangkutan. Tujuannya membahas kembali rencana program yang telah dihasilkan Musbang Desa.

c. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rekorbang) Kabupaten

Rapat ini membahas hasil Temu Karya Pembangunan Tingkat kecamatan yang dipimpin oleh Ketua Bappeda Kabupaten. Dalam rapat ini usulan-usulan program dan proyek dilengkapi dengan sumber-sumber dana yang berasal dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi, Program Bantuan Pembangunan, maupun Bantuan Luar Negeri dan sumber dana dari Perbankan. Usulan dari Bappeda Kabupaten?kota disampaikan kepda Gubernur, Ketua Bappenas dan Mendagri d. Rapat Koordinasi Pembangunan (Rekorbang) Provinsi

Hasil rumusan dari Rakorbang Kabupaten/Kota dan usulan-usulan proyek-proyek pembangunan dibahas bersama-sama dengan Biro Pembangunan dan Biro Dana Keuangan, Sekretaris Wilayah dan Provinsi serta Direktorat pembangunan Desa Provinsi. Ketua Bappeda Provinsi mengkoordinasikan usulan rencana program dan proyek untuk dibahas dalam Rekorbang Provinsi yang dihadiri oleh lembaga vertikal dan Bappeda Kabupaten/Kota.

e. Konsultasi Nasional Pembangunan

Hasil Rekorbang Provinsi diusulkan ke pemerintah pusat melalui Forum Konsultasi Nasional. Forum ini dipimpin oleh Bappenas dan dihadiri oleh wakil-wakil Bappeda Provinsi serta Wakil Depdagri dan depertemen teknis tertentu. Hasil dari forum ini dibahasBappenas sebagai masukan untuk menyusun proyek-proyek yang dibiayai oleh APBN. Daftar proyek-proyek yang telah dipadukan antara kebijakan sektoral dan keinginan daerah disusun dalam buku Satuan Tiga untuk disampaikan kepada DPR sebagai lampiran nota keuangan.


(32)

Perencanaan dengan pendekatan partispatif sebagai startegi pembangunan dan proses penentuan keputusan publik sangat tergantung pada kesadaran masyarakat untuk mau melibatkan diri dalam proses pembangunan. Namum demikian perlu diketahui mengapa masyarakat begitu esensial dalam penentuan keputusan publik itu senduri.

Hal ini sangat terkait erat dengan posisi negara dan masyarakat dalam kelangsungan unsur-unsur publik yang ahirnya juga terkait dengan kelangsungan negara berikut tatanan bermasyarakat yang ada didalamnya. Masyarakat sebagai elemen terbesar dalam suatu sistem publik atau sistem kehidupan dalam suatu negara seringkali terbentur ketika berhapan dengan pemerintah yang dianggap sebagai perwujudan negara itu sendiri.

Slamet (2003: 11) menegaskan bahwa usaha pembangunan pedesaan melalui proses perencanaan partisipatif perlu didekatkan dengan berbagai cara yaitu: (1) pengendalian potensi-potensi yang dapat dibangun oleh masyarakat setempat, (2) penggunaan teknologi tepat guna yang meliputi penciptaan, pengembangan, penyebaran sampai digukannya teknologi itu oleh masyarakat pedesaan. (3) pembinaan organisasi usaha utau unit pelaksana yang melaksanakan penerapan berbagai teknologi tepat gunan untuk mencapai tujuan pembangunan. (4) pembinaan organisasi Pembina/pendukung, yang menyambungkan usaha pembangunan yang dilakukan oleh individu-individu masyarakat pedesaan dengan lembaga lain atau tingkat yang lebih tinggi (kecamata, kabupaten, provinsi, nasional) (5) pembinaan kebijakan pendukung, yaitu yang mencakup input, biaya, kredit, pasaran, dan lain-lain yang memberi iklim yang serasi untuk pembangunan.


(33)

dilakukan dengan usaha : (1) perencanaan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang nyata (2) dijadikan stimulasi terhadap masyarakat, yang berfungsi mendorong timbulnya jawaban dan (3) dijadikan motivasi terhadap masyarakat, yang berfungsi membangkitkan tingkah laku Dalam perencanaan yang partisipatif (participatory planning), masyarakat dianggap sebagai mitra dalam perencanaan yang turut berperan serta secara aktif baik dalam hal penyusunan maupun implementasi rencana, karena walau bagaimanapun masyarakat merupakan stakeholder terbesar dalam penyusunan sebuah produk rencana.

Suatu upaya menumbuhkan/mengembangkan partisipasi masyarakat membutuhkan dua langkah sekaligus yaitu:

1. Penguatan Kapasitas Kritis Masyarakat (Desa) Dan Keterampilan Politik

Upaya yang melandaskan diri pada suatu keyakinan dan kepercayaan, bahwa masyarakat pada dasarnya sudah memiliki suatu kesadaran yang kuat mengenai pentingnya partisipasi atau pentingnya keterlibatan masyarakat.

Dibutuhkan langkah-langkah yang memungkinkan masyarakat untuk kembali memperkuat pemahaman, pengetahuan dan teknik-teknik yang dimiliki, khususnya untuk bisa ikut mengambil bagian secara produktif dan demokratis dalam proses politik dalam hal ini pengambilan kebijakan ditingkat desa. Untuk mencapai maksud ini dapat dikembangkan melalui berbagai program penguatan yaitu

a. Pendidikan Politik

Hal ini dimaksud untuk memungkinkan masyarakat baik sebagai individu ataupun kelompok dapat memahami dengan “utuh” proses politik ( proses pemerintahan) dan proses sosial, budaya dan ekonomi yang ada. Pemahaman yang utuh tidak dalam arti penguasaan suatu pengetahuan, melainkan adanya


(34)

kemampuan dan kemauman masyarakat untuk terus menerus memeriksa rialitas sosial yang ada, mengembangkan refleksi daripadanya dan berani mengambil sikap atas konisi-kondisi yang ada.

b. Pengembangan Area-Area Pengambilan Kebijakan

Pengalaman masa lalu menunjukan bahwa hampir semua arena pengambilan kebijakan tersentralisasi pada figur Kepala Desa, kondisi ini tentu tidak mendukung suatu proses demokrasi. Maka itu, dibutuhkan arena baru yang lebih partisipatif, ditandai dengan pembentukan yang telepas dari intervensi kekuasaan dan memungkinkan masyarakat sendiri yang mengelola dan membentuk aturan main dalam arena tersebut. Arena arus bawah ini akan memungkinkan berkembangnya pemikiran-pemikiran alternatif dan kritis. Sehingga akan memperkaya gagasan dan memperluas keterlibatan masyarakat. maka dibutuhkan Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai arena partisipasi masyarakat.

2. Penguatan Kelembagaan Desa

Bermakna ke dalam penguatan kelembagaan internal, yakni yang mengurus persoalan-persoalan internal desa, dapat pula bermakna sebagai penguatan eksternal melalui pengembangan wahana “konsolidasi” kelembagaan desa untuk memperkuat kelembagaan itu sendiri. adanya BPD pada dasarnya memungkinkan untuk mendorong suatu proses baru yang berbasis arus bawah.

Adapun menurut Juliantara (2004: 85) pengembangan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan mempunyai beberapa maksud yaitu:

a. Partisipasi akan memungkinkan masyarakat secara mendiri (otonom) mengoganisasi diri dan dengan demikian akan memudahkan


(35)

rakyat/masyarakat menghadapi situasi-situasi sulit serta mampu menolak berbagai kecendrungan pembangunan yang merugikan

b. Partisipasi tidak saja menjadi cermin kongkrit peluang ekspresi aspirasi dan jalan untuk memperjuangkanya tetapi yang lebih penting lagi bahwa partisipasi menjadi semcam garansi bagi tidak diabaikan kepentingan rakyat c. Persoalan-persoalan dalam dinamika pembangunan akan dapat diatasi dengan

adanya partisipasi masyarakat, prinsip ini sekaligus menjadi titik pijak suatu kepercayaan kepada rakyat bahwa rakyat tidak perlu dimaknai sebagai kebodohan melainkan sebagai objek pembangunan yang mempunyai kemampuan

d. Keterlibatan masyarakat dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan ada sikap yang terbuka dari penyelenggara pemerintahan tentu saja akan menjadi basis bagi suatu “kepercayaan sosial politik” yang dengan demikan akan meningkatkan suatu proses penyelenggaraan pemerintahan yang demokrasi.

Wrihatnolo dan Nugroho (2006: 57) mengemukakan bahwa ada tiga asumsi agar perencanaan pembangunan dapat berlangsung dengan baik, yaitu:

1. kepemimpinan pembangunan.

Kepemimpinan merupakan faktor penentu munculnya penganbilan keputusan yang baik. Pengambilan keputusan yang baik akan menentukan mutu perencanaan pembangunan, sebagai syarat untuk mencapai keberhasilan tujuan perencanaan.

2. Manajemen sumber daya pembangunan.

Sumber daya pembangunan merupakan merupakan aspek pertama yang menentukan perencanaan pembangunan agar asumsi perencanaan dapat


(36)

terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan manajemen sumber daya pembangunan yang meliputi segenap upaya manajemen dalam mengelola fungsi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pembangunan

3. Prosedur perencanaan.

Presedur perencanaan merupakan langkah-langkah terstruktur yang dimulai dari langkah pengumpulan data, penyusunan informasi, perumusan kebutuhan, penilaian anggaran, pengambilan keputusan, pelaksanaan keputusan, pengendalian pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi hasil.

Sedangkan Menurut Tjokromidjojo dalam Syaiful Arif ( 2006: 148-149) ada tiga elemen yang mendapat perhatian dalam partisipasi pembangunan, yaitu:

1. Masalah Kepemimpinan.

Dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan diperlukan pemimpin-pemimpin formal yang mempunyai legalitas dan pemimpin-pemimpin informal yang memiliki legitimasi.

2. Masalah Komunikasi.

Gagasan-gagasan mengenai kebijakan dan rencana hanya akan dapat dukungan,bila diketahui dan dimengerti. Sebab hal tersebut mencerminkan sebagai atau seluruh kepentingan dan aspirasi masyarakat. kemudian diterima dengan pengertian masyarakat, bahwa hasil dari kebijakan rencana itu akan betul-betul sebagian atau seluruhnya dipetik masyarakat.

3. Masalah Pendidikan.

Kesadaran dan kemampuan untuk tumbuh sendiri dari masyarakat tergantung sekali pada tersedianya kualitas pendidikan dari masyarakat itu sendiri, baik formal maupun informal.


(37)

Pola perencanaan pembangunan yang mendorong terjadinya partisiapsi aktif masyarakat yang dikenal dengan istilah pembangunan partisipatif atau bisa juga disebut dengan istilah perencanaan partisipatif. Partisipasi adalah keterlibatan dan pelibatan anggota masyarakat dalam pembangunan, meliputi kegiatan dalam perencanaan dan pelaksanaan (implementasi) program-program pembangunan yang dikerjakan oleh masyarakat lokal ( R. Adisasmita, 2006: 35)

Untuk dapat mewujudkan keterlibatan partisipasi masyarakat agar dapat berdaya, sangat dibutuhkan kebebasan, kesempatan, dan ruang gerak yang tersusun dalam empat tingkatan, sebagai mana yang diungkapkan oleh Kremer dalam Saiful Arif ( 2006: 150-151), sebagai berikut:

1. Partisipasi akan mendukung arti keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan kebijakan pembangunan

2. Partisipasi hendaknya mengarah pada pembangunan program penduduk yang yang ditempatkan sebagai konsumen utama dari program-progaram imfrastruktur fisik daerah. Oleh sebab itu kepentingan-kepentingan dan saran-saran mereka harus didengar oleh mereka yang bertanggung jawab memberikan pelayanan-pelayanan pembangunan daerah.

3. Partisipasi yang menempatkan masyarakat sebagai konsumen perlu memproleh stimulan dan dukungan sebagai reaksi terhadap birokrasi pembangunan yang kurang memiliki kepekaan terhadapkepentingan masyarakat.

4. Pertisipasi diadakan dalam rangka nilai keadilan sosial dan dalam rangka tersedianya kelonggaran memproleh pekerjaan yang produktif bagi seluruh lapisan masyarakat.


(38)

1.6. Defenisi Konsep

Menurut Masri Singarimbun (1995:37) konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk mengambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat ilmu sosial.

Untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini sesuai dengan kerangka teoritis yang telah dikemukakan diatas maka konsep operasional tersebut adalah sebagai berikut:

1.2.1 Desa

Desa adalah : Kesatuan masyarakat hukumyang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.

1.2.2 Partisipasi Masyarakat

Partisipasi Masyarakat Adalah keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta mambagi tanggung jawab bersama.

1.6.3 Pembangunan Desa

Pembangunan Desa Adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan aspirasi, partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.


(39)

1.6.4 Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa

Partisipasi Masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa Adalah keterlibatan atau keikutsertaan anggota masyarakat untuk secara aktif dalam kegiatan pembangunan desa yang meliputi kegiatan prencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan hasil pembangunan.

1.7. Defenisi Operasional

Dalam defenisi operasional ini disajikan para meter atau indikator dari variabel yang diteliti dengan tujuan untuk memudahkan membaca fenomena-fenomena yang diteliti. Kemungkinan lainnya adalah defenisi operesional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur suatu variabel.

Agar penelitian ini dapat dijawab secara rinci maka penulis mengambil indikotor-indikator seperti tercantum dibawah ini:

Faktor-Faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam perencanan pembangunan desa. Yaitu, Yang dilihat dari:

1. Masalah Kepemimpinan.

Bahwa dalam menggerakkan partisipasi masyarakat untuk pembangunan, kepemimpinan merupakan faktor penentu munculnya penganbilan keputusan yang baik. Pengambilan keputusan yang baik akan menentukan mutu perencanaan pembangunan, sebagai syarat untuk mencapai keberhasilan tujuan perencanaan. Pemimpin selaku Pembina, pengayom dan pemberian pelayanan kepada masyarakat sangat berperan dalam menunjang mudahnya masyarakat digerakkan untuk berpartisipasi.

a. Adanya pemerintah melakukan musyawarah dengan masyarakat dalam menentukan prioritas pembangunan


(40)

b. Adanya masyarakat dilibatkan oleh pemerintah dalam perencanaan pembangunan.

c. Adanya masyarakat diberi kesempatan dan kebebasan untuk mengemukakan pendapatnya

2. Masalah Pendidikan.

Kesadaran dan kemampuan untuk tumbuh sendiri dari masyarakat tergantung sekali pada tersedianya kualitas pendidikan dari masyarakat itu sendiri, sehingga masyarakat bisa.

a. Paham tentang perencanaan pembangunan desa, seperti pemahaman tentang konsep perencanaan pembangunan.

b. Paham tentang program pembangunan desa serta pemahaman tentang tujuan program-progaram pembangunan desa tersebut.

4. Peran BPD sebagai lembaga legislatif desa

Kemampuan anggota BPD dalam melaksanakan perannya dan fungsinya dalam menjaring aspirasi masyarakat.


(41)

1.8. Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Definisi Konsep, Definisi Operasional, dan Sistematika Penulisan

BAB II : METODE PENELITIAN

Pada bab ini ini terdiri dari Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel dan Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisa Data.

BAB III : DISKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Dalam bab ini berisikan karakteristik objek penelitian yang relevan dengan topik penelitian

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Berisikan hasil data yang diproleh dari lapangan dan atau berupa dokumen-dokumen yang akan dianalisis

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan analisa data yang diproleh dari penelitian dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang ditetliti

BAB VI : PENUTUP

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang membangun bagi objek penelitian.


(42)

BAB II

METODELOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisa kualitatif. Dengan memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena-fenomena yang ada pada saat penelitian dilakukan, atau masalah yang bersifat aktual, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki diiringi dengan interpretasi rasional yang kuat.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1. Populasi

Sugiyono, (2005:90), Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan krateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Maka yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar sebanyak 7657 jiwa atau 1735 Kepala Keluarga (KK). Kemudian populasi dibagi atas lima komponen:

a). Seluruh Aparat Pemerintah Desa Sekijang b). Masyarakat Dusun I

c). Masyarakat Dusun II d). Masyarakat Dusun III


(43)

2.3.2 Sampel

Sugiyono, (2004 : 91) sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan jumlah sampel yang representatif penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan rumus yataro mane yakni sebagi berikut:

1 2 + = Nd N n Keterangan:

N : Populasi n : Sampel

d : Tingkat kesalahan penarikan sampel: 10% dan tingkat kepercayaan 90%. Selanjutnya dengan mensubstitusikan jumlah populasi dan presisi kedalam rumus di atas, maka diproleh hasil sebagi berikut:

( )

0,1 1 1735 1735 2 + = n

( )

0,01 1 1735 1735 + = n 35 , 18 1735 =

n n=94,55

Maka jumlah sampel untuk masyarakat yang digunakan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 95 jiwa

Berikut klasifikasi responden yang diambil sebagai ampel adalah sebagai berikut: yang terdiri dari Kepala Desa, dan perangkat desa berjumlah 5 orang. BPD 5 orang, Kepala Dusun 4 orang, dan kepala RT diambil 12 orang yang mana setiap dusun diambil 3 RT, dan masyarakat desa diambil 68 orang, sehingga total


(44)

keseluruhan sampel 95 orang, penentuan sampel dalam penelitian ini, penulis gunakan Teknik Proposive Sampling. Yaitu teknik penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung kelokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti dan dilakukan melalui:

a. Koesioner yaitu dengan memberikan angket pertanyaan kepada responden berupa pertanyaan tertentu dan menyajikan alternatif jawaban yang sudah ada atau ditentukan.

b. Wawancara yaitu memberikan pertanyaan langsung kepada sejumlah pihak yang terkait

c. Observasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengamati langsung di lokasi penelitian.

2. Data sekunder yang dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu menyadur dari buku-buku referensi, ilmiah, peraturan perundang-undangan yang relevan dengan penelitian. Dokumentasi yang diperoleh dari kantor Kepala Desa sehubungan dengan masalah yang ingin diteliti.


(45)

2.5 Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisa kualitatif, dimana data yang diperoleh disusun, kemudian diinterpretasikan sehingga memberikan keterangan terhadap masalah yang diteliti dengan menggunakan tabel tunggal.

Untuk menganalisa data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dilapangan khususnya dari penyebaran angket atau koesioner akan digunakan untuk menganalisa tabel tunggal atau yang disebut tabel frekuensi. Analisa tabel tunggal dimaksudkan untuk memperincikan data sekaligus menyajikan persentase dari masing-masing jawaban responden, sehingga dapat diketahui data yang paling dominan atau yang paling besar persentasenya.


(46)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

III.1. Sejarah Berdirinya Desa Sekijang

Desa Sekijang terletak di pinggiran Sungai Tapung Kanan Kecamatan Tapung Hilir, Kabupaten Kampar, yang bertepatan dipertengahan sepanjang aliran sungai tapung kanan yang bermuara ke Sungai Siak, dulunya bernama Sungai Jantan yang diberi nama oleh Batin Sanapelan Dari Kerajaan Siak Sri Indrapura.

Desa-desa yang termasuk kedalam wilayah Sungai Tapung Kanan, mulai dari muara Sungai Tapung Kanan adalah:

1. Desa Sekijang 2. Desa Kota Garo 3. Desa Danau Lancang 4. Desa Sinamanenek 5. Panasan

6. Air Terjun 7. Lubuk Ambahan 8. desa Koto Aman

Desa Sekijang merupakan desa yang tertua diwilayah Sungai Tapung Kanan, Sedangkan Desa Sinamanenek adalah adek dari Desa Sekijang, dan Desa Kota Garo, Desa Kota Aman adalah anak dari Desa Sekijang. Desa Koto Aman Sebelum dimekarkan menjadi desa defenitif pada Tahun 2001 merupakan dusun dari Desa Sekijang.


(47)

1. Mulai sejak pemerintahan Provinsi Riau berdiri, Desa Sekijang masuk dalam wilayah Kecamatan Siak Hulu yang beribukota di Pangkalan Baru.

2. Pada Tahun 1994 Kecamatan Siak Hulu dimekerkan menjadi dua Kecamatan Yaitu Kecamatan Tapung yang beribukota di patapahan. Desa Sekijang dalam hal ini masuk dalam wilayah Kecamatan Tapung.

3. Baru kemudian pada Tahun 2001 sampai sekarang Desa Sekijang masuk dalam wilayah Kecamatan Tapung Hilir, setelah Kecamatan Tapung dimekarkan menjadi dua yaitu, Kecamatan Hulu yang beribukota di Sinamanenek dan Kecamatan Tapung Hilir yang Beribukota di Kota Garo. Kapan Desa Sekijang bediri dan dihuni oleh penduduk, sampain sekarang belum ada didapati keterangan yang pasti, namun ada yang mengatakan bahwasanya Desa Sekijang ini berdiri sejak zaman Kerajaan Sriwijaya, yang mana pada waktu itu masih berbentuk perkampungan kecil. Oleh masyarakat dinamakan “Koto” yang artinya perkampungan. Adapun Koto-koto (perkampungan) pada waktu itu, Yaitu:

1. Koto Peninjauan 2. Koto Pematang Sakek 3. Koto Kelabau

4. Koto Pematang Kulim 5. Koto Baru

Desa Sekijang baru berdiri setelah masyarakat pada waktu itu mengadakan pertemuan di Koto Kelabau yang merupakan pusat pemerintahan tetinggi dalam lima koto untuk mencari tempat tinggal yang baru, karena tempat tinggal mereka (koto) tidaklagi memungkinkan karena persediaan makanan sudah terbatas yang sudah menipis. Dalam pertemuan tersebut diambil sebuah keputusan bersama yaitu seluruh masyarakat dalam lima koto ini pindah ketempat yang yang letaknya berada pada


(48)

bagian hilir Sungai Tapung Kanan, ditempat inilah penduduk banyak mendapatkan sumber kekayaan alam yang berupa makanan pokok sehari-hari. ( Wawancara dengan Ninik Mamak dan Tokoh Tertua Kampung, Juli 2008).

Tempat baru ini diberi nama Kampung Kijang Tanduk Emas, karena konon cerita di temapat masyarakat pindah ini pertama kali di jumpai kijang bertanduk emas. Pucuk pimpinan pemerintahan pada masa itu dipegang langsung oleh Datuk Godang Melayu. Pada masa pemerintahan inilah orang banyak mengenal Kampung Kijang Tanduk Emas, dan banyakorang dari negeri lain masuk untuk menetap dan berdagang.

Lama kelamaan nama Kampung Kijang Tanduk Emas ini diganti oleh masyarakt dengan nama Sekijang hingga sampai pada saat ini, yang berasal dari kata; yang pertama Sei, yang berarti sungai, dipakai karena letak lokasi Desa Sekijang berada pada pinggir Sungai Tapung Kanan. Kedua, Kijang, artinya binatang gagah perkasa yang pertama kali di jumpai oleh masyarakat di temapat yang akan dijadikan perkampungan.

III.2. Kondisi Geografis 1. Luas dan Batas Wilayah

Desa Sekijang adalah sebuah desa yang berada dalam wilayah Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar. Desa Sekijang saat ini terdiri dari dua dusun…………

Secara administrativ Desa Sekijang Dibagi atas 15 Rukun Warga (RW), dan 43 Rukun Tetangga (RT). Desa Sekijang diperkirakan luasnya lebih kurang 40 Km persegi dengan jarak dari Ibu Kota Kabupaten Kampar sekitar 75 km, sedangkan dari Ibu Kota Provinsi Riau Pekanbaru Lebih kurang 105 km.


(49)

Desa Sekijang Berbatas dengan:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sontang Kecamatan Kunto Darussalam Kabupaten Rokan Hulu

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kasikan Kecamatan Tapung Hulu. - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Koto Aman Kecamatan Tapung Hilir. - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Danau Lancang Kecamatan Tapung Hulu.

Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar berikut ini:

bhb

III.3. Keadaan Demografi

Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir adalah beriklim tropis (sedang), Desa Sekijang berada ditepi sungai Tapung Kanan, dan dipengaruhi dua musim Yaitu musim panas dan musim hujan.

Desa Sontang Kec. Kunto Darussalam

BL

Desa Sontang Kec. Kunto Darussalam

U Desa Pantai Cermin Kec. Tapung TL

Desa Danau lancang Kec. Tapung Hulu

B

Desa Koto Aman Kec. Tapung Hilir

T

Desa Sinamanenek Kec. Tapung Hulu

BD

Desa Kasikan Kec. Tapung Hulu

Desa Petapahan Kec. Tapung


(50)

Serana untuk menunjang Transportasi adalah mobil dan sepeda motor untuk daerah dataran, sedangkan untuk daerah di perairan serana penunjang transportasi adalah Perahu dan Speed Boad ( terutama digunakan oleh para nelayan untuk mencari ikan).

1. Kependudukan

Jumlah penduduk Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Pada Tahun 2008 sebanyak 7657 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 1735 KK

Laki-laki = 3.417 jiwa Perempuan = 4.240 jiwa

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berilkut ini:

Tabel 1: Jumlah penduduk menurut jenis kelamin

No Jenis Kelamini Jumlah (jiwa) Persentase

1 Laki-laki 3.417 44,62 %

2 Perempuan 4.240 55,38 %

Jumlah 7657 100%

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008

Tabel 2 : Jumlah penduduk menurut golongan usia

No Usia Jumlah (jiwa) Persentase

1 0 - 6 Tahun 800 10,44 %


(51)

3 16 – 18 Tahun 1400 18,28 %

4 19 – 24 Tahun 1780 23,24 %

5 25 – 55 Tahun 1420 18,54 %

6 56 – 79 Tahun 950 12,40 %

7 80 Tahun – ke atas 350 4,57 %

Total 7657 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008 III. 4. Keadaan Sosial dan Ekonomi

2. Mata Pencarian

Mata pencarian masyarakat Desa Sekijang adalah sebagai Kariawan Kebun/PKS, hal ini didukung oleh wilayah Desa Sekijang dikelilingi oleh perkebunan kelapa sawit, Sinar Mas Grup yang memiliki 2 (dua) buah pabrik kelapa sawit (PKS). Dan juga masyarakat Desa Sekijang ada yang membuka perkebunan kelapa sawit sendiri mata pencariannya nelayan, PNS, Pekerja Bangunan, Pedagang.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel diberikut ini:

Tabel 3 : Jumlah penduduk menurut mata pencarian

No Mata Pencarian Jumlah (KK) Persentase

1 2 3

Pertanian/Perkebunan Kariawan Kebun/PNS Nelayan

750 735 45

43,22 % 42,37 %

2,60 0,98 %


(52)

4 5 6 7 8 PNS Pekerja Bangunan Guru Honor Pedagang Dan lain-lain 17 20 50 43 75 1,15 % 2,89 % 2,48 % 4,31 %

Jumlah 1735 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008 3. Agama

Masyarakat Desa Sekijang memeluk beberapa agama, untuk lebih jelas dapat dilhat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4 : Jumlah penduduk berdasarkan agama

No Agama Jumlah Pemeluk (jiwa) Persentase

1 Islam 6,774 88,48 %

2 Katholik 140 1,82 %

3 Kristen Protestan 743 9,70 %

Jumlah 7657 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008

Dari tabel diatas dapat dilahat bahwa masyarakat yang menganut Agama Islam 88,48%, dan yang menganut Agama Katholik 1,82%, kemudian masyakat yang menganut Agama Kristen Protestan 9,70 %.

Sehingga serana ibadah yang menunjang dalam menjalankan ajaran agamanya sangat dibutuhkan, pada tabel dibawah ini dapat dilihat serana yang ada:

Tabel 5 : Jumlah tempat ibadah


(53)

1 Masjid/ Musholah 16

2 Gareja 4

Jumlah 20

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008 4. Pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan serana untuk menimpa ilmu pengetahuan. Dalam hal ini usaha pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan sumber daya manusia, maka pada tabel dibawah ini dapat dilihat serana-serana pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan agama yang ada di Desa Sekijang :

Tabel 6 : Jumlah serana pendidikan yang tersedia

No Serana yang Tersedia Jumlah (Unit)

1 Taman Kanak-kanak 3

2 Taman Pendidikan Al-Qur’an 1

3 Sekolah Dasar 4

4 Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) 2

5 Madrasah Tsanawiyah ( MTS) 1

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa serana pendidikan yang ada sedah cukup memadai untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat. Untuk lebih jelas tingkat pendidikan masyarakat yang ada didesa sekijang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7 : Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

1 Tidak Tamat SD 850 11,09 %


(54)

3 Tamat SLTP 1750 22,85 %

4 Tamat SLTA 1,755 22,92 %

5 DIPLOMA 957 12,50 %

6 S1 745 9,72 %

Jumlah 7657 100 %

Sumber: Kantor Kepala Desa Sekijang 2008 5. Latar Belakang Sosial Budaya

Masyarakat di Desa Sekijang pada dasarnya merupakan masyarakat heterogen mengingat disana terdapat bermacam-macam suku, agama, maupun adat istiadat. Masyarakat Desa pada umumnya sangat ramah dan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi, baik antar sesama masyarakat maupun dengan masyarakat pendatang. Ikatan persaudaraan juga masih kuat/kental. Hal ini dapat dilihat dalam gaya hidup sehari-hari masyarakat dan termasuk juga muda mudi setempat.

Masyarakat setempat juga mempunyai moralitas yang baik. Hal ini dapat dilihat dari sikap anak-anak terhadap orang tua dan antar sesama mereka dalam pergaulan sehari-hari masih menunjukan saling menghormati dan menghargai. Di Desa Sekijang terdapat program pembinaan kemasyarakatan dimulai dari pembinaan ibu PKK, pembinaan posyandu serta pembinaan pengajian dakwah ibu-ibu wirit yasin dan pengajian Bapak-bapak.

6. Organisasi Pemerintahan Desa

Pemerintahan yang dimaksudkan adalah Kepala Desa berserta perangkat desa yang salaing bekerja sama untuk mensukseskan pembangunan desa. Adapun perangkat desa tersebut antara lain:


(55)

- Kepala Desa berkedudukan sebagai alat pemerintah desa dan pelaksana pemerinta di atas desa

- Sesuai dengan kedudukan yang dimaksud, Kepala Desa mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan dan pembinaan masyarakat, dan menumbuhkan serta mengembangkan semangat gotong royong masyarakat sebagai sendi utama pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di desa

- Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Kepala Desa mempunyai fungsi untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka menyenggarahkan urusan rumah tangga, menggerakan partisipasi masyarakat dalam wilayah desanya, melaksanakan tugas dari pemerintah dan pemerintahan daerah, menyelenggarakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan urasan pemerintahan lainnya.

b. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Sekretaris Desa

:Sekretaris Desa berkedudukan sebagai unsur pembantu pimpinan di bidang ketatausahaan.

- Sesuai dengan kedudukan tersebut, sekretaris Desa mempunyai tugas pokok untuk menyenggarakan pelaksanaan administrasi pemerintahan, administrasi pembangunan dan administrasi kemasyakatan serta memberikan pelayanan di bidang ketatausahan kepada Kepala Desa

- Untuk menyelenggarakan tugas pokok dimaksud, Sekretaris Desa mempunyai fungsi untuk menyelenggarakan urusan surat menyurat, kearsipan, dan laporan, melaksanakan urusan keuangan, administrasi umum, dan melaksanakan tugas Kepala Desa dalam hal Kepala Desa berhalangan melaksanakan tugasnya


(56)

Sedangkan penjabaran tugas pokok dari Sekretaris Desa adalah sebagai berikut: - Memberikan saran dan pendapat kepada Kepala Desa/Kepala Kelurahan - Memimpin, mengkoordinasikan dan mengendalikan serta mengawasi

urusan/kegiatan sekretariat

- Memberikan imformasi mengenai keadaan sekretariat dan keadaan umum di wilayahnya

- Merumuskan program kerja

- Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laparan

- Mengadakan dan melaksakan persiapan rapat dan mencatat hasil rapat - Menyusun rencana Anggaran penerimaan dan Belanja Desa

- Mengadakan kegiatan inventarisasi

- Melaksanakan kegiatan pencatatan administrasi pertanahan dan pencatatan mutasi tanah

- Melaksanakan administrasi kepegawaian di wilayahnya

- Melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi pembangunan, administrasi kemasyarakatan

- Melaksanakan tugas lainnya yang diberikan oleh Kepala Desa/Kepala Kelurahan

c. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi Kepala Urusan:

- Kepala Urusan berkedudukan sebagai unsur pembantu Sekretaris Desa untuk memberikan pelayanan ketatausahaan kepada Kepala Desa sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing

- Sesuai dengan kedudukan, maka Kepala Urusan mempunyai tugas pokok untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ketatausahaan dalam bidang tugasnya


(57)

- Untuk melaksanakan tugas pokoknya tersebut, Kepala Urusan mempunyai fungsi melaksanakan pencatatan, pengumpulan dan pengolahan data/informasi yang menyangkut bidang tugasnya masing-masing

Sedangkan penjabaran tugas pokok Kepala Urusan yang dibagi secara maksimal 5 urusan yaitu sebagai berikut:

1. Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai tugas: - Melaksanakan kegiatan administrasi kepedudukan

- Melaksanakan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pembuatan kartu tanda penduduk (KTP)

- Melaksanakan kegiatan administrasi mengenai kewarganegaraan - Melaksanakan pencatatan administrasi pertanahan

- Melaksanakan pencatatan kegiatan monografi desa

- Melaksanakan pencatatan kegiatan kemasyarakatan antara lain RW, RT dan kegiatan ketentraman dan ketertiban serta pertahanan sipil

- Melaksanakan penyelenggaraan buku administrasi keputusan Desa dan keputusan Kepala Desa

- Menyusun rencana keuangan

- Melaksanakan kegiatan administrasi pemilu berdasarkan ketentuan yang berlaku

- Mencatat kegiatan sosial politik

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan


(58)

- Melaksanakan kegiatan pencatatan keadaan kesejahteraan rakyat/masyarakat termasuk bencana alam, bantuan sosial, pendidikan dan kebudayaan, kesenian, olah raga, pemuda, pramuka dan PMI

- Menyelenggarakan inventarisasi penduduk yang tuna karya, tuna wisma, tuna susila, para penyandang cacat baik mental maupun fisik, yatim piatu, jompo, panti asuahan dan pencatatan dalam rangka memasyarakatkan kembali narapidana

- Mengikuti perkembangan serta mencatat kegiatan program kependudukan, ketenagakerjaan, transmigrasi dan lingkungan hidup

- Mengikuti perkembangan serta melaporkan tentang keadaan kesehatan masyarakat, PKK dan kegiatan lainnya

- Melaksanakan kegiatan pencatatan bagi para peserta jemaah haji

- Melaksanakan kegiatan pencatatan dan perkembangan keagamaan, kegiatan Badan Amil Zakat dan melaksanakan urusan kematian

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan

3. Kepala Urusan Keungan mempunyai tugas:

- Melakukan kegiatan pencatatan mengenai penghasilan Kepala Desa/ Kepala Kelurahan dan perangkatnya

- Mengumpulkan dan menganalisa data-data sumber penghasilkan yang baru untuk dikkembangkan

- Melakukan kegiatan administrasi keuangan

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan


(59)

- Melaksanakan, menerima, mengendalikan surat masuk dan keluar serta melaksanakan tata kearsipan

- Mengkoordinasikan pengetikan surat- surat hasil persidangan dan rapat-rapat atau naskah-naskah lainnya

- Melaksanakanpenyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor

- Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket

- Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan bangunan lain milik desa/kelurahan

- Menyelenggarakan pengelolahan administrasi kepegawaian - Mencatat inventarisasikekayaan

- Melaksanakan persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu dinas dan kegiatan kerumahtanggaan pada umumnya

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan

5. Kepala Urusan pembangunan mempunyai tugas:

- Melaksanakan tugas dan fungsi administrasi pembangunan

- Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan - Menghimpun data potensi data serta menganalisa dan memelihara untuk

dikembangkan

- Melaksanakan pencatatan dan mempersiapan bahan guna pembuatan Daftar Usulan Rencana Proyek/Daftar Usulan Kegiatan serta mencatat Daftar Isian Proyek/Daftar Isian Kegiatan

- Mengikuti dan melaporkan perkembangan keadaan dan kegiatan di bidang pertanian, perindustrian maupun pembangunan lainnya


(60)

- Melaksanakan pencatatan mengenai tera ulang dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal permohonan Pembuatan Izin Usaha, izin bangunan dan lain-lain

- Melaksanakan tugas lain yang diberikan Sekretaris Desa/Sekretaris Kelurahan

2. Badan, Perwakilan Desa (BPD)

Sebagaimana menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Perintahan Daerah yakni perlunya dibentuk Badan Perwakilan Desa (BPD) sebagai mitra Pemrintahan Desa.

Badan Perwakilan Desa yang selanjutnya disebut BPD adalah Badan perwakilan yang terdiri atas pemuka-pemuka masyarakat di desa yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat serta melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan Perintahan Desa. Dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tampak bahwa peran BPD lebih dominan, selain memberi masukan Kepada Kepala Desa BPD juga dapat membatalkan kebijakan yang akan dibuat menjadi keputusan dan mengawasi pelaksanakan kebijaksanaan tersebut, BPD dapat memintak pertanggujawaban Kepada Kepala Desa sebagai pelaksana.

a. Kedudukan BPD

(1) BPD sebagai Badan Perwakilan Desa dan merupakan wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

(2) BPD berkedudukan sejajar dan menjadi mitra Pemerintah Desa b. Tugas, Fungsi Dan kewajiban BPD


(1)

Widjaja, HAW, Otonomi Desa merupakan Otonomi Asli Bulat Dan Utuh , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001

Peratuaran perundang-undangan

Undang-undang Otonomi Daerah N0 32 Tahun 2004 Pemerintahan Daerah Peraturan pemerintah Republic Indonesia No 72 Tahun 2005 Tentang Desa


(2)

QUESTIONER Daftar pertanyaan I. Pengantar

1. Judul Skripsi adalah: “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

2. Tujuan penelitian ini murni untuk pembuatan skripsi dalam rangka

mendapatkan data-data jawaban responden sehingga dapat menjawab segala persoalan yang menjadi masalah dalam proposal penelitian

II. Identitas Responden

Jenis kelamin : a. Laki-Laki

b. Perempuan

Usia : a. 17 – 25 Tahun

b. 26 – 35 Tahun

c. 36 – 45 Tahun

d. 46 – 55 Tahun

e. 55 Tahun ke atas

Pendidikan : a. SD

b. SLTP/Sederajat

c. SLTA/Sederajat

d. Diploma

e. Serjana/ S1

f. Tidak tamat SD

Pekerjaan : a. Kariawan

b. Berkebun/bertanai

c. Pedagang

d. PNS dan Pegawai Honor


(3)

III. Petunjuk Pengisian

Dalam menjawab semua pertanyaan di bawah ini Bpk/ibu/ Sdr/I dipersilakan untuk memberi tanda silang ( X) pada salah satu pertanyaan jawaban yang telah tersedia sesuai dengan apa yang bapak rasakan atau bapak ketahwi.

IV. Daftar Pertanyaan

1 Menurut Bapak/Ibu/Saudara apakah Pemerintah Desa selama ini ada melakukan

musawarah dengan masyarakat dalam menetapkan program-program pembangunan desa..?

a. Ada b. Ragu-ragu c. Tidak ada

2 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah pemerintah desa selalu melakukan

Komunikasi langsung dengan masayarakat, misalnya untuk melihat kebutuhan masyarakat desa ?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

3 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah ada usaha yang dilakukan oleh kepala desa

untuk memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengetahui perencanaan pembangunan desa

a. ada b. Ragu-ragu c. Tidak pernah

4 Menurud Bapak/Ibu/Saudara, apakah Kepala Desa selalu memperhatikan aspirasi

masyarakat desa dalam merencanakan pembangunan desa..?

a. selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

5 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah masyarakat di desa ini di berikan kebebasan

untuk mengemukakan aspirasi atau pikiran mengenai pembangunan desa yang akan dilaksanakan ?


(4)

6 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah pemerintah desa selalu melibatkan masyarakat dalam perencanaan pembangunan ?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

7 Apaka Bapak/Ibu/Saudara merasakan bahwa perencanaan pembangunan di desa

ini merupakan tanggung jawab Bapak/Ibu/Saudara/I ?

a. Ya merasakan b. Tidak tahu c. Tidak merasakan

8 Menurut Bapak/Ibu/Saudar, apakah pelibatan masyarakat dalam penyusunan

perencanaan pembangunan sangat diperlukan ?

a. Sangat perlu b. Tidak tahu c. Tidak perlu

9 Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengetahui apa-apa saja program-program

pembangunan yang akan dilakukan di desa ini ?

a. Sangat mengetahui b. Ragu-agu c. Tidak mengetahui

10 Apakah Bapak/Ibu/Saudar, mempunyai kemampuan dalam memahami proses

penyusunan perencanaan pembangunan desa, misalnya kemampuan untuk memahami program-program yang akan dirumuskan ?

a. sangat mampu b. kurang mampu c. tidak mampu

11 Apakah Bapak/Ibu/Saudara mengerti/paham dengan konsep perencanaan

pembangunan desa ?

a. Sangat mengerti b. Ragu-ragu c. Tidak mengerti

12 Menurut Bapak/Ibu/Saudar, Apakah program-program pembangunan desa selama

ini sudah sesuai dengan aspirasi atau kebutuhan masyarakat di desa ini ?

a. Sangat sesuai b. Kadang-kadang c. Belum sesuai

13 Menurut Bapak/Ibu/Saudar apakah pemerintah desa selama ini sering melakukan


(5)

a. Sangat sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

14 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakan di desa ini sering dilakukan pertemuan antar masyarakat dalam rangka memabahas permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di desa ini ?

a. Sangat sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

15 Menurut Bapak/Ibu/Saudara, apakah pemerintah desa selama ini telah transparan dalam menjalankan proses pembangunan desa, misalnya dalam penggunaan dana pembangunan desa ?

a. Telah transparan b. Kadang-kadang c. Belum transparan

16 Menurut Bapak/Ibu/Saudar, apakah interaksi atau hubungan antara masyarakat

dengan institusi atau lembaga desa berjalan secara terus-menerus terutama dalam masalah penyusunan perencanaan pembangunan desa ?

a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

17 Apakah pengurus BPD berperan aktif dalam menjaring aspirasi masyarakat

terutama dalam merumuskan program-progaram pembangunan desa yang akan disusun ?

a. ya aktif b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

18 Menurut Bapak/Ibu/Saudar, apakah anggota BPD memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam melihat kebutuhan masyarakat di desa ini ?

a. Sangat mampu b. Kurang mampu c. Tidak mampu

19 Menurut Bapak/Ibu/Saudar, apakah BPD sebagai lembaga perwakilan masyarakat

desa mampu menjalankan tugasnya, misalnya memperhatikan dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa ?


(6)

20 Menurut pengalaman Bapak/Ibu/Saudar, apakah ada usaha yang dilakukan oleh BPD ataupun pihak lain untuk memberdayakan masyarakat sehingga masyarakat terlibat untuk berpartisiapsi dalampembangunan desa ?