Analisis Efisiensi Penggunaan Modal Kerja Perusahaan Dengan Rasio Keuangan Pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

BAB II
KERANGKA TEORI

2.1 Modal Kerja
2.1.1 Pengertian Modal Kerja
Menurut Kasmir (2009:250),modal kerja merupakan modal yang
digunakan untuk melakukan kegiatan operasional perusahaan. Modal kerja
diartikan sebagai investasi yang ditanamkan dalam aset lancar atau aset jangka
pendek, seperti kas, bank, surat-surat berharga, piutang, sediaan dan aset lancar
lainnya.
Modal kerja kotor adalah semua komponen yang ada di aset lancar
secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank,
surat-surat berharga, piutang, sediaan, dan aset lancar lainnya. Nilai total
komponen aset lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki
perusahaan. Sementara itu, modal kerja bersih merupakan seluruh komponen aset
lancar yang dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka
pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka
pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak, dan utang lancar lainnya (Kasmir,
2009:252).

Universitas Sumatera Utara


Sundjaja (2003:187) mendefenisikan modal kerja sebagai aset lancar
yang mewakili bagian dari investasi yang berputar dari satu bentuk ke bentuk
lainnya dalam melaksanakan suatu usaha.
Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep
modal kerja yang dibagi menjadi tiga macam (Kasmir, 2009:250), yaitu:
1.

Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aset

lancar. Dalam konsep ini adalah bagaimana mencakupi kebutuhan dana untuk
membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan
modal kerja kotor (gross working capital). Kelemahan konsep ini adalah pertama,
tidak mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan, dan kedua, konsep ini tidak
mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang
atau jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah aset lancar yang menjamin belum
menjamin margin of safety bagi perusahaan sehingga kelangsungan operasi
perusahaan belum terjamin.
2.


Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas

modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aset lancar dengan
kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih (networking capital).
Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aset
lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para
kreditor kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan
lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor.

Universitas Sumatera Utara

3.

Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan pada fungsi dana yang dimiliki

perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan
digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Semakin banyak

dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan
perolehan laba. Demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba
akan menurun.

2.1.2 Jenis-Jenis Modal Kerja
Menurut Djarwanto (2004:94) Modal kerja menurut jenisnya dapat
dibagi menjadi dua golongan, yakni:
1.

Modal kerja permanen, yaitu jumlah modal kerja minimal yang harus
tetap ada dalam perusahaan untuk dapat melaksanakan operasinya atau
sejumlah modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk
kelancaran usaha.
Modal kerja permanen ini dapat dibedakan dalam:
a.

Modal kerja primer, yaitu jumlah modal kerja minimum yang
harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.


b.

Modal kerja normal, yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

2.

Modal kerja variabel, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
tergantung pada perubahan keadaan.

Universitas Sumatera Utara

Modal kerja variabel dapat dibedakan dalam:
a.

Modal kerja musiman, yaitu modalkerja yang jumlahnya
berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.

b.


Modal kerja siklis, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah disebabkan oleh fluktuasi konjungtur.

3.

Modal kerja darurat, yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
disebabkan oleh adanya keadaan darurat atau mendadak yang tidak
dapat diketahui atau diramalkan terlebih dahulu.
2.1.3 Unsur-Unsur Modal Kerja
Adapun unsur-unsur ataupun komponen modal kerja adalah sebagai

berikut :
1.

Kas
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya selalu

membutuhkan uang kas.Kas (cash) meliputi koin, uang kertas, cek, wesel, dan
uang yang disimpan di bank yang dapat ditarik tanpa pembatasan dari bank yang
bersangkutan (Warren, 2006:362). Kas dan surat-surat berharga adalah aset
perusahaan yang paling likuid.Setiap perusahaan selalu membutuhkan kas untuk

membiayai aktivitas usahanya. Pengelolaan kas yang baik akan membuat
perusahaan mampu memenuhi semua kewajibannya kepada pihak ketiga misalnya
pemasok atau bank sehingga proses produksi maupun aktivitas penjualan
perusahaan tidak terhambat (Sundjaja:2003).
2.

Piutang

Universitas Sumatera Utara

Piutang timbul dari aktivitas penjualan yang dilakukan perusahaan
secara kredit dalam rangka memperbesar volume penjualan barang dan jasa
mereka. Penjualan secara kredit tidak akan menghasilkan penerimaan kas namun
menimbulkan nilai piutang yang akan tertagih dalam periode waktu yang relatif
pendek seperti 30 atau 60 hari. Pada waktu jatuh pembayaran piutang terjadi
penerimaan kas.Istilah piutang (receivable) meliputi semua klaim dalam bentuk
uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, maupun organisasi
lainnya (Warren, 2006:404).
3.


Persediaan
Persediaan merupakan sejumlah barang yang disimpan oleh perusahaa

dalam suatu tempat (gudang). Sediaan merupakan cadangan perusahaan untuk
proses produksi atau penjualan pada saat yang dibutuhkan. Jenis sediaan dibagi
dua, yaitu: untuk perusahaan dagang adalah semua barang yang diperdagangkan,
sedangkan untuk perusahaan manufaktur adalah barang mentah, barang dalam
proses, dan barang jadi (Kasmir, 2009:41).
2.1.4 Pentingnya Modal Kerja yang Cukup
Menurut Munawir (2007:116) modal kerja sebaiknya tersedia dalam
jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara
ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutupi
kerugian-kerugian dan dapat mengatasi krisis atau darurat tanpa membahayakan
keadaan keuangan perusahaan. Djarwanto (2004:89) memaparkan manfaat lain
dari tersedianya modal kerja yang cukup. Diantaranya adalah:

Universitas Sumatera Utara

1.


Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aset
lancar, misalnya adanya kerugian karena debitur tidak membayar,
turunnya nilai persediaan karena harganya merosot.

2.

Memungkinkan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban
lancarnya tepat pada waktunya.

3.

Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang secara tunai
sehingga dapat memetik keuntungan berupa potongan harga.

4.

Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi
peristiwa yang tidak dapat diduga sebelumnya seperti adanya kebakaran,
pencurian dan sebaginya.


5.

Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup
guna melayani permintaan konnsumennya.

6.

Memungkinkan perusahaan untuk dapat memberikan syarat kredit yang
menguntungkan kepada para langganan.

7.

Memungkinkan perusahaan untuk dapat beroperasi lebih efisien karena
tidak ada kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa dan supplies
yang dibutuhkan.

8.

Memungkin perusahaan untuk mampu bertahan dalam periode resesi
ataupun depresi.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Modal Kerja
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja pada

suatu perusahaan adalah sebagai berikut (Djarwanto, 2004:91):
1.

Sifat umum atau tipe perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Modal kerja yang dibutuhka perusahaan jasa relatif rendah karena
investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadi kas relatif
cepat. Perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar
yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam
proses, dan barang jadi.
2.

Waktu yang diperlukan untuk memproduksi atau memperoleh barang
yang akan dijual dan harga per satuan barang tersebut.
Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dubutuhkan

mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang-barang
dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk
memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar
kebutuhan akam modal kerja.

3.

Syarat pembelian dan penjualan.
Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil
kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaaan,
sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang
diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume
perdagangan menjadi lebih besar.Disamping itu modal kerja juga
dipengaruhi oleh syarat penjualan kredit. Semakin lunak kredit (jangka
waktu kredit lebih panjang) yang diberikan kepada langganan akan
semakin besar kebutuhan modal kerja yang harus ditanamkan pada
piutang.

4.

Tingkat perputaran persediaan.

Universitas Sumatera Utara

Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka
kebutuha modal kerja yang ditanamkan untuk persediaan akan semakin
rendah. Karena hal ini kana mengurangi risiko penurunan harga barang,
perubahan

perimntaan

ataupun

mode,

juga

meghemat

biaya

penyimpanan dan pemeliharaan.
5.

Tingkat perputaran piutang.
Bila piutang terkumpul dalam jangka waktu yang pendek berarti
kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil.

6.

Pengaruh konjungtur (business cycle).
Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan
cenderung membeli barang-barang lebih banyak memanfaatkan harga
yang masih rendah.Ini berarti perusahaan memperbesar tingkat
persediaan. Peningkatan jumlah persediaan membutuhkan modal kerja
yang lebih banyak. Sebaliknya pada periode depresiasi volume
perdagangan menurun, perusahaan cepat-cepat berusaha menjual barangbarangnya dan menarik piutang-piutangnya. Uang yang diperoleh
digunakan untuk membeli surat-surat berharga, melunasi utang-utang
atau untuk menutupi kerugian.

7.

Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aset jangka pendek.
Menurunnya nilai riil dibandingkan harga buku dari surat-surat berharga,
persediaan barang, dan piutang akan menurunkan modal kerja untuk
membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh
tempo. Untuk melindungi diri dari hal-hal yang tak terduga dibutuhkan

Universitas Sumatera Utara

modal kerja yang relatif besar dalam bentuk kas atau surat-surat
berharga.
8.

Pengaruh musim.
Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat beberapa bulan
saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan modal
maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja
yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur
meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.

9.

Credit rating dari perusahaan.
Jumlah modal kerja yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai
operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.
Penyediaan uang kas ini tergantung pada: (a) credit rating dari
perusahaan (kemampuan meminjam uang dalam jangka pendek, (b)
perputaran persediaan dan piutang, (c) kesempatan mendapatkan
potongan harga dalam pembelian.

2.1.6 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Menurut Djarwanto (2004:95), modal kerja dapat berasal dari berbagai
sumber, yakni:
1.

Pendapatan bersih dan jumlah modal kerja yang diperoleh dari operasi
jangka pendek.

2.

Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga.

Universitas Sumatera Utara

Surat-surat berharga dapat dijual dan dari penjualan ini akan timbul
keuntungan.

Keuntungan

yang

diperoleh

merupakan

sumber

penambahan modal kerja.
3.

Penjualan aset tetap, investasi jangka panjang, dan aset tidak lancar
lainnya.

4.

Penjualan obligasi dan saham serta kontribusi dana dari pemilik.

5.

Dana pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.
Pinjaman jangka pendek bagi beberapa perusahaan merupakan sumber
penting dari aset lancarnya, terutama tambahan modal kerja yang
diperlukan untuk membelanjai kebutuhan modal kerja musiman, siklis,
keadaan darurat, atau kebutuhan jangka pendek lainnya.

6.

Kredit dari supplier atau trade creditor.
Salah satu modal kerja yang penting adalah kredit yang diberikan oleh
supplier.
Lebih lanjut lagi Djarwanto (2004:98) memaparkan penggunaan modal

kerja yang mengakibatkan berkurangnya aset lancar. Diantaranya adalah:
a.

Pengeluaran biaya jangka pendek dan pembayaran utang-utang jangka
pendek (termasuk utang dividen).

b.

Adanya pemakaian prive yang berasal dari keuntungan (pada
perusahaan perseorangan ataupun persekutuan).

c.

Kerugian usaha atau kerugian insidentil yang memerlukan pengeluaran
kas.

Universitas Sumatera Utara

d.

Pembentukan dana untuk tujuan tertentu seperti dana pensiun pegawai,
pembayaran utang obligasi yang telah jatuh tempo, penempatan
kembali aset tidak lancar.

e.

Pembelian tambahan aset tetap, aset tak berwujud, dan investasi jangka
panjang.

f.

Pembayaran utang jangka panjang dan pembelian kembali saham
perusahaan.

2.1.7 Efisiensi Modal Kerja
Pengertian efisiensi menurut Danfar yang mengutip pernyataan H.
Emerson dalam Rumui (2011:34), yaitu “ Efisiensi adalah perbandingan terbaik
antara input (masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumbersumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai
dengan penggunaan sumber yang terbatas”.
Manajemen modal kerja yang efisien sangat diperlukan dalam
perusahaan

sebagai

syarat

pertumbuhan

dan

kelangsungan

hidup

perusahaan.Kesalahan dalam manajemen modal kerja dapat mengakibatkan
kelebihan ataupun kekurangan modal kerja
Kelebihan modal kerja menurut Djarwanto (2004:90) dapat disebabkan
oleh:
1.

Pengeluaran saham dan obligasi melebihi dari jumlah yang diperlukan.

2.

Penjualan aset tetap yang tidak diikuti dengan penggantian kembali.

Universitas Sumatera Utara

3.

Pendapatan ataupun keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk
membayar dividen, membeli aset tetap, dan sebagainya.

4.

Konversi operating aset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan,
tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.

5.

Akuntansi dana sementara menunggu investasi, ekspansi dan lain
sebaginya.
Djarwanto juga menjelaskan kelebihan modal kerja menunjukkan

adanya dana yang tidak produktif dan menunjukkan pemborosan pada inevestasi
untuk proyek-proyek yang tidak perlu. Kekurangan modal kerja juga dapat
ditimbulkan oleh berbagai hal. Diantaranya adalah:
1.

Adanya kerugian usaha.

2.

Adanya kerugian insidentil, sepertinya misalnya turunnya harga pasar
persediaan barang, pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak dapat
ditutup dengan asuransi.

3.

Kegagalan mendapatkan modal kerja pada waktu melakukan perluasan
usaha.

4.

Menggunakan modal kerja untuk membeli aset tidak lancar.

5.

Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat.

6.

Kenaikan tingkat harga sehingga perusahaan harus mengeluarkan jumlah
rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persediaan dan
aset tetap dan membelanjai penjualan kredit pada volume penjualan yang
sama.

Universitas Sumatera Utara

Modal kerja selalu dalam kedaan beroperasi atau berputar dalam
perusahaan itu sendiri selama perusahaan yang bersangkutan masih aktif dalam
menjalankan aktivitas usahanya. Periode perputaran modal kerja dimulai pada saat
kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana
kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja ini menunjukkan
tingkat efisiensi penggunaan modal kerja tersebut. Semakin pendek periode
tersebut berarti semakin cepat perputaran modal kerjanya dan dalam hal ini
perusahaan dapat dikatakan efisien dalam penggunaan modal kerjanya
(Riyanto:2001).
2.1.8 Kebijakan Modal kerja
Menurut Syahyunan (2004:41), terdapat 3 kebijakan modal kerja yang
dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu:
1.

Kebijakan Moderat
Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen
dengan menggunaan sumber dana jangka panjang, baik dari hutang
jangka panjang (kewajiban tidak lancar) maupun modal sendiri. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari risiko perusahaan apabila sumber dana
yang digunakan adalah sumber dana jangka pendek, maka pada saat
jatuh tempo, perusahaan tidak dapat membayar kembali.

2.

Kebijakan Konservatif
Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan aset lancar permanen serta
sebagian aset lancar yang berfluktuasi dengan menggunakan sumber
dana hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) atau modal

Universitas Sumatera Utara

sendiri. Proporsi kewajiban lancar dengan demikian akan lebih kecil
dibandingkan dengan kebijakan modal kerja moderat. Keputusan ini
dimaksudkan untuk memperkecil risiko meskipun akan memperkecil
keuntungan yang diharapkan yang terssedia untuk pemegang saham
karena biaya hutang jangka panjang (kewajiban tidak lancar) pada
umumnya lebih besar daripada kewajiban lancar.
3.

Kebijakan Agresif
Untuk membiayai kebutuhan aset tetap dan sebagian aset lancar
permanen dengan sumber dana dari hutang jangka panjang (kewajiban
tidak lancar) dan sebagian aset lancar permanen lainnya dan semua aset
lancar variabel dengan hutang

jangka pendek.

Oleh karena itu,

perusahaan yang menggunakan kebijakan agresif menanggunng
pengembalian hutang yang lebih besar sehingga risiko fluktuasi bunga
kewajiban lancar juga semakin besar tetapi dengan harapan bahwa laba
yang diperoleh juga akan semakin besar.
2.2 Analisis Rasio Keuangan
2.2.1 Pengertian Rasio Keuangan
Menurut Van Horne (2005:202) rasio keuangan adalah sebuah indeks
yang menghubungkan dua angka akuntansi dan didapat dengan membagi satu
angka dengan angka lainnya.
Menurut Kasmir (2009:122) rasio keuangan merupakan kegiatan
membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan. Perbandingan
dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan

Universitas Sumatera Utara

keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian,
angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam suatu periode
maupun beberapa periode.
Jadi dapat juga dikatakan bahwa rasio keuangan merupakan alat yang
digunakan untuk menganalisis kondisi keuangan dan kinerja sebuah perusaahaan
berupa

indeks

yang

membandingkan

angka-angka

dalam

laporan

keuangan.Setelah melakukan perbandingan dapat dilihat posisi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode tertentu.
Ada dua jenis cara yang dilakukan dalam membandingkan rasio
keuangan (Syamsuddin, 2007:39), yaitu:
1.

Cross sectional approach
Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan
membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.

2.

Time series analysis
Time series analysis dilakukan dengan cara membandingkan rasio-rasio
keuangan

perusahaan

dari

satu

periode

ke

periode

lainnya.

Pembandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio
pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami
kemajuan atau kemunduran.
2.2.2 Tujuan Analisis Rasio Keuangan
Adapun tujuan adanya analisis rasio keuangan adalah untuk dapat
mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan (Van Horne:2005). Hasil

Universitas Sumatera Utara

rasio keuangan ini akan digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam suatu
periode apakah sudah mencapai target yang ditetapkan ataupun sudah
memberdayakan semua sumberdaya perusahaan secara efektif. Setelah dapat
melihat hasil kinerja yang dihasilkan, hal ini dapat dijadikan sebagai evaluasi bagi
perusahaan untuk kedepannya (Kasmir:2009).
Informasi tersebut tidak hanya ditujukan bagi pihak manajemen
perusahaan. Menurut Syamsuddin (2007:38) pihak-pihak lain yang memiliki
kepentingan terkait dengan rasio keuangan adalah para pemegang saham ataupun
calon pemegang saham dan juga para kreditur.
Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian
utama pada tingkat keuntungan, baik yang sekarang maupun kemungkinan tingkat
keuntungan di masa yang akan datang, karena tingkat keuntungan akan
mempengaruhi harga saham-saham yang mereka miliki. Disamping tingkat
keuntungan, para pemegang saham juga berkepentingan dengan tingkat likuiditas,
aktivitas, serta laverage sebagai faktor lain dalam penilaian kelanjutan hidup
perusahaan serta proyeksi terhadap distribusi income di masa yang akan datang.
Sementara bagi para kreditur umumnya merasa berkepentingan terhadap
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban-kewajiban finansial baik
jangka pendek maupun jangka panjang. Kreditur yang pada saat ini sudah
memberikan pinjaman pada suatu perusahaan ingin mendapatkan suatu “jaminan”
bahwa perusahaan tempat mereka menanamkan modalnya akan mampu
membayar bunga dan pinjaman pokok tepat pada waktunya. Sedangkan calon
kreditur lebih menekankan pada struktur finansial dan permodalan perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

Menurut Syamsuddin (2007: 39), ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan rasio-rasio ini, antara lain:
1.

Sebuah rasio saja tidak dapat digunakan untuk menilai keseluruhan operasi
yang telah dilaksanakan. Untuk menilai keadaan perusahaan secara
keseluruhan sejumlah rasio haruslah dinilai secara bersama-sama. Kalau
hanya satu aspek saja yang ingin dinilai, maka satu atau dua rasio saja sudah
cukup digunakan.

2.

Pembandingan yang dilakukan haruslah dari perusahaan sejenis dan pada saat
yang sama.

3.

Sebaiknya perhitungan rasio finansial didasarkan pada data laporan keuangan
yang telah diaudit (diperiksa). Laporan keuangan yang belum diaudit masih
diragukan kebenarannya, sehingga rasio-rasio yang dihitung juga kurang
akurat.

4.

Adalah sangat penting untuk diperhatikan bahwa pelaporan atau akuntansi
yang digunakan haruslah sama.
2.2.3 Kelemahan Analisis Rasio
Analisis rasio juga memeliki keterbatasan yang harus diketahui dan

disadari dalam penggunaannya sehingga manajer keuangan harus hati-hati dalam
melakukan penafsiran terhadap rasio keuangan tersebut dalam pengambilan
keputusan (Syahyunan, 2004:82). Kelemahan tersebut diantaranya adalah:
1.

Kesulitan dalam mengidientifikasi kategori industri dari perusahaan
yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang
usaha.

Universitas Sumatera Utara

2.

Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang
berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutanatau metode penilaian
persediaan.

3.

Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut
dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda dan bahkan dapat berupa
hasil manipulasi.

4.

Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan
perkiraan.

2.2.4 Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Rasio likuiditas atau sering
juga disebut rasio modal kerja merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa likuidnya suatu perusahaan (Kasmir, 2009:110). Pada prinsipnya,
semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin baik kemampuan perusaahaan dalam
memenuhi kewajiban lancarnya dengan tepat waktu. Dengan demikian,
perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid (Warsono, 2003:34). Alat ukur rasio
likuiditas terdiri dari:
a.

Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio lancar merupakan alat ukur likuiditas yang diperoleh dengan

membagikan aset lancar dengan kewajiban lancar. Current ratio merupakan
indikator yang sesungguhnya dari likuiditas perusahaan karena perhitungan
tersebut mempertimbangkan hubungan relatif antara aset lancar dengan kewajiban

Universitas Sumatera Utara

lancar untuk masing-masing perusahaan (Syamsuddin, 2007:45). Rumus rasio
lancar adalah:
���� ������
��������� ������

Apabila rasio lancar rendah, maka perusahaan dianggap kurang likuid
ataupun kurang modal dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Namun, apabila
hasil pengukuran rasio lancar tinggi, belum tentu kondisi perusahaan sedang
baik.Hal ini dapat terjadi karena adanya uang kas yang berlebihan. Current ratio
yang tinggi memang baik baik dari sudut pandang kreditur, tetapi dari sudut
pandang pemegang saham kurang menguntungkan karena aset lancar tidak
didayagunakan dengan efektif (Djarwanto, 2004: 150).
b.

Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat hampir sama dengan rasio lancar, hanya saja jumlah

persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aset lancar harus
dikeluarkan. Hal ini dikarenakan persediaan merupakan komponen aset lancar
yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa
menurunkan nilainya, sementara dengan rasio cepat dimaksudkan untuk
membandingkan aset yang lebih lancar dengan kewajiban lancar. Dengan kata
lain, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
lancar dengan aset paling likuid (cepat) (Syamsuddin, 2007:45). Rumus rasio
cepat adalah:
���� ������ − ����������
��������� ������

Universitas Sumatera Utara

Kondisi rasio cepat yang yang baik menunjukkan bahwa perusahaan
tidak harus menjual persediaan bila hendak melunasikewajiban lancar, tetapi
dapat menjual aset lainnya seperti surat berharga dan piutang. Demikian juga
halnya jika rasio cepat perusahaan dalam keadaan tidak baik, maka perusahaan
harus menjual persediannya untuk melunasi kewajiban lancar. Padahal menjual
persediaan dengan harga yang normal relatif sulit, kecuali perusahaan menjualnya
dibawah harga pasar yang tentunya menambah kerugian bagi perusahaan (Kasmir,
2009:138).

c.

Rasio Kas (Cash Ratio)
Rasio ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur seberapa

besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Artinya, dalam hal ini
perusahaan tidak perlu menjual atau menagih utang lancar lainnya. Dapat
dikatakan bahwa rasio ini menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi
perusahaan untuk membayara utang-utang jangka pendeknya (Kasmir, 2009:138).
Rumus rasio kas adalah:
��� ��� ������ ���
��������� ������

Menurut Kasmir (2009: 140), kondisi rasio kas yang baik akan
menunjukkan bahwa perusahaan dalam keadaan aman karena jumlah kas yang ada
cukup untuk membayar kewajiban lancar. Namun, kondisi rasio kas yang terlalu
tinggi juga kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau
belum digunakan secara optimal. Hal yang sebaliknya juga terjadi yakni apabila
rasio kas terlalu rendah maka kondisi perusahaan berada dalam keadaan kurang

Universitas Sumatera Utara

baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual
sebagian dari aset lancar lainnya.
d.

Rasio Modal Kerja (Net Working Capital)
Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aset lancar

diatas kewajiban lancar suatu perusahaan. Hal inilah yang disebut dengan modal
kerja bersih.Menurut Brealey, Bayers dan Marcus (2008: 78), selisih antara aset
lancar dan kewajiban lancar disebut modal kerja bersih. Modal kerja bersih
mengukur potensi cadangan kas perusahaan secara kasar.Rumusnya cukup
sederhana, yakni:
���� ������ − ������ ������

Jumlah net working capital ini akan lebih berguna untuk kepentingan
pengawasan intern di dalam perusahaan daripada digunakan sebagai angka
pembanding dengan perusahaan lain. Perbandingan net working capital dari tahun
ke tahun juga dapat memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan
(Syamsuddin 2007: 43).
2.2.5 Rasio Aktivitas (Activity Ratio)
Rasio ini disebut juga rasio efisiensi atau rasio perputaran dimana rasio
keuangan ini bertujuan mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan
berbagai asetnya ataupun sumber dananya. Rasio ini digunakan untuk melihat
seberapa besar tingkat aset tertentu yang dimiliki perusahaan, apakah sudah sesuai
dan beralasan, sangat tinggi, atau

sangat rendah. Semakin cepat perputaran

asetnya makin perusahaan akan semakin efektif dalam mengelola sumber dana
mereka (Warsono, 2003:35). Rasio aktivitas meliputi:

Universitas Sumatera Utara

1.

Total Assets Turn Over (Perputaran Total Aset)
Total assets turn over merupakan perbandingan antara penjualan dengan

total aset suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya total aset dalam satu periode tertentu. Total assets turn over
merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan
aset perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu (Syamsuddin,
2007:19). Dengan kata lain, rasio ini menunjukkan seberapa baik aset perusahaan
yang digunakan. Rumusnya adalah:

2.

���������
����� ����

Working Capital Turn Over (Rasio Perputaran Modal Kerja)
Perputaran modal kerja atau Working Capital Turn Over merupakan

salah satu rasio keuangan untuk mengukur atau menilai keefektifan modal kerja
perusahaan selama periode tertentu. Artinya seberapa banyakmodal kerja berputar
selama suatu periode.Untuk mengukur rasio ini adalah dengan membandingkan
penjualan dengan modal kerja bersih, dimana modal kerja bersih adalah aset
lancar dikurangi utang lancar (Kasmir, 2009:182). Rumusnya adalah:
���������
����� ����� �����ℎ

Apabila perputaran modal kerja yang dihasilkan rendah, maka dapat
diartikan bahwa perusahaan sedang kelebihan modal kerja. Hal ini mungkin
disebabkan karena rendahnya perputaran persediaan atau piutang atau saldo kas
yang dimiliki terlalu besar. Demikian pula sebaliknya, jika perputaran modal kerja

Universitas Sumatera Utara

tinggi, mungkin disebabkan tingginya perputaran persediaan atau piutang, atau
saldo kas yang dimiliki terlalu kecil (Kasmir, 2009:182).
3.

Rasio perputaran persediaan (inventory turnover)
Inventory turnover menunjukkan berapa kali kemampuan dana yang

tertanam dalam persediaan berputar dalam suatu periode tertentu. Rasio ini dapat
juga diartikan sebagai rasio yang menunjukkan berapa kali jumlah barang
persediaan diganti dalam satu tahun. Cara menghitung rasio perputaran persediaan
adalah dengan membandingkan nilai penjualan dengan persediaan rata-rata
(Djarwanto, 2004:155). Rumusnya adalah:
���������
���������� ���� − ����

Apabila rasio yang diperoleh tinggi, hal ini menunjukkkan perusahaan
bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin baik. Hal yang sebaliknya
juga apabila perputaran persediaan perusahaan rendah, berarti perusahaan bekerja
secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang persediaan yang
menumpuk (overstock). Hal ini mengakibatkan tingkat investasi dalam
pengendalian rendah (Kasmir, 2009:180).
4.

Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
Piutang timbul karena adanya penjualan barang secara kredit. Selain

melaksanakan penjualan barang secara tunai, perusahaan juga dapat melaksanakan
penjualan dengan sistem pembayaran dikemudian hari untuk mempertinggi
penjualan. Posisi piutang perusahaan dapat dinilai dengan menghitung tingkat
perputaran piutangnya. Perputaran piutang dapat menunjukkan berapa kali dana
yang ditanamkan dalam piutang berputar dalam satu periode. Tingkat perputaran

Universitas Sumatera Utara

piutang dapat dihitung dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan
piutang rata-rata. Rumusnya adalah:
���������
������� ���� − ����

Perputaran piutang yang semakin tinggi akan menujukkan kondisi yang
semakin baik karena berarti modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk piutang
akan semakin rendah dan hal ini menunjukkan kondisi yang baik bagi perusahaan
(Djarwanto, 2004:153).

Universitas Sumatera Utara