Analisis Tingkat Efisiensi Budidaya Hasil Laut Ikan di Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Akuakultur atau lebih dikenal perikanan budidaya kini telah menjadi
tulang punggung dunia dalam memasok pangan dunia terutama dari sektor
perikanan. Produksi akuakultur yang dapat ditingkat dengan lebih cepat,
menyebabkan akuakultur diharapkan dunia dan Indonesia. Akuakultur menjadi
subsektor yang dapat memenuhi pangan yang sehat untuk masyarakat dunia
sebagai konsumsinya sehari-hari. Seiring dengan sudah optimalnya peningkatan
produksi perikanan tangkap. Kini berdasarkan data tahun 2013 yang dirilis FAO
tahun 2015 ini, produksi perikanan budidaya dunia sudah lebih besar
dibandingkan dengan perikanan tangkap dunia.
Produksi perikanan budidaya dunia ke depan akan terus melaju dan tentu
menjadi produsen ikan dunia dibandingkan perikanan tangkap dunia yang
peningkatan produksinya secara umum telah optimal. Hal ini tentu menjadi
peluang yang cukup besar bagi Indonesia sebagai negara dengan potensi
akuakulturnya yang sangat besar untuk berkontribusi lebih besar dalam akuakultur
dunia sebagai produsen ikan dunia.
Produksi perikanan budidaya dunia pada tahun 2013 mencapai 97,2 juta
ton. Naik sekitar 7 juta ton dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kenaikan

rata-rata produksi setiap tahunnya mencapai 6,63 persen. Peningkatan produksi
perikanan budidaya dunia lebih banyak disumbangkan oleh China sebesar 58,76
persen. Namun kontribusi China ini selama tiga tahun terakhir ini terus menurun.

1
Universitas Sumatera Utara

Tahun 2011 kontribusinya sebesar 59,92 persen, lalu tahun 2012 turun sebesar
59,75 persen.
Negara Indonesia lebih dikenal sebagai negara kepulauan yang
memilikiwilayah perairan yang cukup luas. Terdapat 17.508 pulau di
Indonesia,menunjukkan besarnya potensi perikanan, termasuk Jawa Tengah.
Berdasarkankomisi nasional pengkaji sumberdaya perikanan laut (Budiharsono
2007, dalamDeasy 2009) melaporkan bahwa potensi sumber daya perikanan laut
Indonesiaadalah 6,4 juta per tahun dengan porsi terbesar dari jenis ikan pelagis
kecil yaitusebesar 3,2 juta ton (52,24%), jenis ikan demersal 1,8 juta ton (28,96%)
dan ikanpelagis besar 0,97 juta ton (15,81%). Saat ini pemanfaatan sumber daya
perikananbaru mencapai 4,4 juta ton. Potensi produksi sumberdaya perikanan
Indonesiayang dapat dihasilkan dari usaha perikanan budidaya laut diperkirakan
mencapai45 juta ton / tahun, dan dari budidaya pesisir sekitar 5 juta ton pertahun.

Sementara itu, total produksi perikanan budidaya, termasuk dari
perairantawar/darat, baru mencapai 1,6 juta ton (0,3%). Saat ini, Indonesia
merupakanprodusen ikan terbesar kelima di dunia dengan volume produksi 6,3
juta tonpertahun.Masih banyak produk perikanan lain yang memiliki nilai ekspor
yangtinggi karena diminati pasar dunia antara lain ikan tuna, kerpau, kakap,
baronang,rajungan, kepiting, teripang, kerang, kerang mutiara, dan rumput laut.
Potensisumberdaya

perikanan

yang

besar

tersebut

sesungguhnya

dapat


dimanfaatkanuntuk meningkatkan kesejahteraan nelayan masyarakat tetapi
potensi tersebutbelum dipotimalkan (Effendi 2001 dalam Deasy 2009).Potensi
sektor ekonomi kelautan dan perikanan di Indonesia sebenarnyasangat besar tidak

2
Universitas Sumatera Utara

hanya berasal dari hasil tangkapan ikan, namun juga berasaldari sumber daya
mineral ataupun kekayaan lain didalam laut.
Adapun sasaranoutput yang dikehendaki oleh Dinas Perikanan dan
Kelautan dalam jangka waktu2010-2014 dalam meningkatkan daya saing sektor
kelautan dan perikanan untukkesejahteraan nelayan yaitu
1. Meningkatkan produksi perikanan menjadi 12,73 juta ton denganproduksi
hasil olahan 4,0 juta ton.
2. Meningkatkan hasil ekspor perikanan menjadi US$ 2,8 miliar
3. Meningkatnya kualitas SDM kelautan dan perikanan sebanyak4500 orang dan
meningkatnya fungsi penyuluh anak untuk 3000orang.
4. Meningkatnya utilitas unit pengolah ikan (UPI) menjadi 70%.
5. Tersedianya data statistik dan informasi kelautan dan perikananyang akurat
dan tepat waktu, dan

6. Meningkatnya sumberdaya riset kelautan dan perikanan sertapemaanfaatan
iptek berbasis masyarakat (Dinas Kelautan danPerikanan RI, 2009).
Sementara Indonesia selama tiga tahun terakhir ini kontribusinya terus
naik. Tahun 2011 kontribusi Indonesia terhadap produksi dunia sebesar 9,5 persen
lalu naik pada tahun 2012 sebesar 10,63 persen dan pada tahun 2013 kontribusi
Indonesia naik lagi menjadi sebesar 13,53 persen.

3
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1
Produksi Perikanan Budidaya Dunia, 2009 - 2013
Satuan : Ton
Country
Total

Annual
2009
2010
2011

2012
2013
Average
Rate (%)
73,096,994 78,112,615 82,857,018 90,280,291 97,201,872
6.63

China
45,279,173
47,829,610
Indonesia
4,712,847
6,277,924
India
3,798,842
3,790,021
Viet Nam
2,589,680
2,706,800
Philippines

2,477,392
2,545,967
Bangladesh
1,064,285
1,308,515
Korea, Republic
1,331,719
1,377,233
of
Norway
961,840
1,019,802
Egypt
705,490
919,585
Thailand
1,416,668
1,286,122
Others
8,759,058

9,051,036
Sumber : FishstatJ FAO, Maret 2015

50,173,140
7,937,072
3,677,584
3,052,500
2,608,120
1,523,759

53,942,924
9,599,765
4,213,980
3,320,100
2,541,965
1,726,066

57,113,175
13,147,297
4,554,109

3,294,480
2,373,386
1,859,808

5.29
27.84
5.86
11.87
3.81
8.46

1,499,335
1,143,893
986,820
1,201,555
9,053,240

1,509,226
1,321,119
1,017,738

1,272,100
9,815,308

1,533,446
1,247,865
1,097,544
1,056,944
9,923,818

5.67
8.00
10.11
(1.64)
3.67

Sejak tahun 2009 Indonesia telah menjadi produsen akuakultur terbesar
kedua di dunia, di bawah negara China. Peningkatan rata-rata produksi perikanan
budidaya Indonesia setiap tahunnya sebesar 27,84 persen. Dibandingkan dengan
10 (sepuluh) besar negara penghasil perikanan budidaya dunia, maka prosentase
kenaikan rata-rata produksi Indonesia tertinggi dibandingkan dengan negara

lainnya. Bahkan dengan produsen perikanan budidaya terbesar di dunia yakni
negara China, juga jauh lebih besar kenaikannya. China sebagai produsen ikan
dunia terbesar, kenaikan rata-rata produksinya hanya sebesar 5,29 persen. Angka
ini juga di bawah kenaikan rata-rata produksi perikanan budidaya dunia.
Indonesia sendiri memiliki beberapa komoditas yang menjadi andalan
dalam subsektor perikanan budidaya yang dikembangkan dan menjadi fokus
dalam peningkatan produksi perikanan budidaya diantaranya udang, rumput laut,
bandeng, kerapu, kakap, nila, mas, lele, patin dan gurame. Secara total produksi

4
Universitas Sumatera Utara

perikanan budidaya Indonesia berada di posisi kedua sebagai produsen ikan dari
hasil budidaya.
Bagi Indonesia, dampak perubahan iklim terhadap perikanan belum
sepenuhnya dipahami. Namun dari hasil penelitian tentang perubahan iklim dan
keterkaitannya dengan sektor perikanan secara global, menunjukkan bahwa hasil
tangkapann ikan di Indonesia akan menurun sekitar 15 hingga 30 persen. Variasi
iklim dan perubahan tampaknya mempengaruhi produktivitas perikanan, dan ini
kemungkinan akan membawa berbagai peluang dan tantangan pada sektor

perikanan di Indonesia. Secara umum, pemanasan global menyebabkan penurunan
produksi ikan di Indonesia. Namun, di daerah-daerah yang mengalami kenaikan
permukaan laut, pemanasan global tampaknya meningkatkan produksi ikan akibat
adanya kenaikan permukaan laut yang intensif.
Provinsi Sumatera Utara memiliki keunikan tersendiri dalam kerangka
perekonomian nasional. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat
pengembangan perkebunan dan hortikultura di satu sisi, sekaligus merupakan
salah satu pusat perkembangan industri dan pintu gerbang pariwisata di Indonesia
di sisi lain. Ini terjadi karena potensi sumber daya alam dan karakteristik
ekosistem yang memang sangat kondusif bagi pembangunan ekonomi daerah dan
nasional.
Meski potensi perikanan laut di pantai timur atau Selat Malaka hanya 239
ribu ton per tahun, Sumatera Utara memiliki potensi perikanan yang sangat besar
di Pantai Barat atau Samudera Hindia yang mencapai 917.000 ton per tahun.
Kendati demikian, produksi ikan secara keseluruhan masih relatif kecil dibanding

5
Universitas Sumatera Utara

potensi yang ada, yakni 10,53% per tahun. Produksi perikanan tidak hanya dari
laut, tapi juga dari produksi perairan rawa, danau dan sungai yang mencapai
11.669,90 ton dengan hasil produksi perikanan laut yang mencapai 330.579,60
ton, dengan jumlah kapal 22.457 unit. Alasan pentingnya kenapa di provinsi
Sumatera Utara karena hasil laut provinsi sumatera utara cukup tinggi disbanding
daerah lain .
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadi surplus dalam perdagangan
sektor perikanan. Kepala BPS Suryamin mengatakan dari waktu ke waktu ekspor
perikanan Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan
dengan impor perikanan BPS mencatat pada tahun 2013 nilai ekspor perikanan
Indonesia mencapai US$ 2,86 miliar, kemudian pada tahun 2014 naik menjadi
US$ 3,1 miliar. Lalu pada kuartal I 2015 nilai ekspor perikanan sudah menembus
US$ 906,77 juta.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik memilih judul
“Analisis Tingkat Efisiensi Budi Daya Hasil Laut di Sumatera Utara”.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, sehingga didapat rumusan masalah penelitian
yaitu :
1. Bagaimana input dan output tingkat efisiensi budidaya hasil laut di Provinsi
Sumatera Utara?
2. Apakah perbaikan pada input – output yang tidak efisien pada budidaya hasil
laut di Sumatera Utara untuk mencapai efisien?

6
Universitas Sumatera Utara

1.3.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis efisiensi input dan outputbudidaya hasil laut di Provinsi Sumatera
Utara.
2. Mengidentifikasi perbaikan pada input – output yang tidak efisien pada
budidaya hasil laut di Sumatera Utara untuk mencapai efisien.
1.4.Manfaat Penelitian
Penelitian akan lebih bermanfaat apabila mempunyai data yang akurat dan
dapat menambah wawasan pembaca, oleh karena itu, penulis merumuskan
manfaat penelitian sebagai berikut:
1. Manfaat bagi akademik
Diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan pihak lain, dalam
upaya mencari pendekatan dan strategi terbaik dalam melakukan upaya untuk
meningkatkan efisiensi budi daya hasil laut
2. Manfaat bagi penulis
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
3. Bagi pihak lain
Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam
melakukan penelitian dengan objek ataupun masalah yang sama di masa yang
akan datang.

7
Universitas Sumatera Utara