Batak Kredit (Studi Kasus Usaha Kredit di Desa Jempalan Simpang Empat Kabupaten Asahan)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Tulisan ini mengkaji tentang usaha kredit BAKRI (Batak Kredit) sebagai

sebuah alternatif ataupun fenomena yang terjadi dimasyarakat yaitu masyarakat
desa Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan. Fokus penelitian
ini adalah mengenai mengapa masyarakat meminjam uang pada rentenir
(BAKRI).

Hal ini bermula dari sebuah pengamatan awal peneliti melihat

keberadaan usaha kredit di desa tempat peneliti tinggal ini masih tumbuh dan
berkembang walaupun keberadaan bank-bank dan kredit union yang juga
berkembang.
Pemilihan Desa Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan
sebagai lokasi penelitian pada dasarnya karena praktik BAKRI marak terjadi dan
sudah menjadi bahan pembicaraan umum. Selain itu kedekatan peneliti dengan
daerah tersebut turut menjadi sebuah alasan dan peneliti hidup dan tinggal di

daerah tersebut dan telah memiliki ikatan rapor yang baik dengan masyarakat
sekitar.
Peneliti menggambarkan persaingan strategi yang dilakukan oleh para
pengusaha kredit (BAKRI) terhadap keberadaan bank, dan koperarsi namun
peneliti melihat hal yang lebih menarik ketika mengambil sebuah studi kasus
tentang keberadaan usaha kredit (BAKRI) sendiri. Dengan demikian peneliti

1
Universitas Sumatera Utara

merasa dengan menggambarkan tentang keberadaan usaha kredit (BAKRI),
memunculkan bagaimana strategi persaingan mereka dengan bank-bank yang
juga tumbuh dan berkembang.
Misalnya dalam satu kasus peneliti melihat bagaimana peran pemberi
kredit ini lebih diminati oleh para peminjam dibandingkan dengan kredit bank
yang sifatnya sangat prosedural dan banyak aspek yang dinilai sebelum memberi
pinjaman.Hal ini berbeda dengan usaha kredit (BAKRI) yang memberi pinjaman
secara langsung bahkan tanpa anggunan.
Menurut pengamatan peneliti, aspek yang menjadi acuan pemberian
pinjaman adalah sebuah kepercayaan. Kepercayaan terhadap peminjam diikuti

oleh bunga yang juga mengikat diluar nominal yang dipinjam. Namun peneliti
tidak hanya ingin membongkar alasan peminjaman saja, yang membuat kajian ini
menjadi dangkal. Peneliti mencoba menggambarkan lebih terperinci lagi seperti
jaringan

pengusaha

kredit

ini

dan

bagaimana

mereka

selalu

mampu


mempertahankan pelanggan mereka untuk tetap meminjam. Hal ini tentu tidak
terlepas dengan kondisi ekonomi masyarakat yang tidak stabil.
Dengan melihat kondisi perekonomian Indonesia yang tidak stabil, maka
semua orang berusaha untuk memperbaiki kondisi ekonominya. Dalam kehidupan
sehari-hari setiap individu, perusahaan dan masyarakat secara keseluruhannya
selalu menghadapi persoalan-persoalan yang bersifat ekonomi, yaitu persoalan
yang menghendaki seseorang, suatu perusahaan atau suatu masyarakat membuat
keputusan tentang cara yang terbaik untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi.

2
Universitas Sumatera Utara

Secara mendasar, kegiatan ekonomi meliputi usaha individu, perusahaan
dan perekonomian secara keseluruhannya untuk memproduksikan barang dan jasa
yang mereka butuhkan. Dilain pihak, kegiatan ekonomi meliputi pula kegiatan
untuk menggunakan barang dan jasa yang berkaitan dengan perekonomian.
Dengan demikian kegiatan ekonomi dapat didefenisikan sebagai kegiatan
seseorang, suatu perusahaan atau suatu masyarakat untuk memproduksikan barang
dan jasa maupun mengkonsumsi (menggunakan) barang dan jasa tersebut dalam

melakukan berbagai kegiatan ekonomi seorang individu, suatu perusahaan, atau
masyarakat secara keseluruhannya mempunyai beberapa pilihan atau alternatif
untuk melakukannya. Berdasarkan kepada alternatif yang tersedia tersebut,mereka
perlu mengambil keputusan untuk memilih yang terbaik untuk dilaksanakan 1.
Pada umumnya masyarakat selalu ingin mendapatkan penghidupan yang
layak setiap harinya.Dalam kehidupan sehari-hari mayarakat selalu berusaha
mengerjakan pekerjaan yang dapat memampukan mereka dalam mencukupi
kehidupan mereka. Kondisi ekonomi yang meningkat hari kehari sangat
diharapkan seluruh masyarakat, sebab dengan kondisi ekonomi yang baik maka
setiap kebutuhan keluarga dapat dipenuhi. Banyak pekerjaan yang sering
dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi seperti: bertani, berdagang,
dll. Dalam melakukan pekerjaan tersebut, tidak semua masyarakat memiliki
modal yang cukup dalam mengerjakannya.Namun tidak dapat dipungkiri
masyarakat membutuhkan sumber modal untuk dapat mengerjakannya usaha atau
pekerjaan tersebut.
1

http://www.berita99.com/ekonomi/bank/7112/pedagang-pasar-susah-modal-pilih-ngutang-kerentenir-

3

Universitas Sumatera Utara

Lembaga pemberian kredit jelas sangat dibutuhkan masyarakat. Banyak
jenis-jenis kredit yang sering datang menawarkan bantuan modal bagi masyarakat
mulai dari bank, lembaga non bank, bahkan sampai rentenir sekalipun. Tidak
jarang masyarakat lebih memilih jalan cepat untuk mendapatkan modal, dengan
merogoh kantong sendiri, pinjam dari keluarga dan juga dari rentenir.
Lembaga keuangan bank memiliki kriteria-kriteria dalam memberikan
kredit pada mayarakat. Masyarakat menganggap proses administrasi bank terlalu
rumit, tidak memadainya syarat-syarat yang diminta, membutuhkan waktu yang
lama dan lokasi bank terlalu jauh dari tempat tinggal mereka. Mereka tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk mengajukan proposal kredit kepada bank
karena harus menjaga atau mengerjakan pekerjaannya.
Masih banyak khawatiran lain yang dirasakan masyarakat, seperti takut
tidak sanggup mengembalikan pokok pinjaman serta bungannya, sampai takut
barang jaminan atau agunan akan disita oleh pihak bank. Karena khawatiran itu
masyarakat beranggapan kredit bank bukan untuk mereka, melainkan untuk
usaha-usaha yang lebih besar, yang lebih mampu membayar pokok pinjaman
beserta bungannya.Pandangan diatas menyebabkan masyarakat kurang tertarik
pada kredit bank.

Sulitnya persyaratan yang diajukan lembaga bank bagi calon debitur,
menyurutkan semangat masyarakat untuk meminjam ke bank. Akhirnya
masyarakat mengambil alternatif lain yang tersedia seperti rentenir.
Bagi masyarakat, berhubungan dengan sumber pembiayaan informal
seringkali membuat terlena dan menjadi pilihan yang menarik karena faktor

4
Universitas Sumatera Utara

kemudahan mendapatkan dana secara cepat tanpa birokrasi hanya dengan asas
saling percaya meski berbunga tinggi. Bagi pemodal pertama, situasi ini
sebenarnya menjadi peluang baik untuk memupuk keuntungan.
Pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan kredit dengan bunga rendah
untuk masyarakat melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Pembangunan
Daerah (BPD), Koperasi Unit Desa, dll.Namun demikian, kredit ini tidak selalu
mencapai target groupnya karena prosedur administrasinya sulit diakses oleh
masyarakat.Sementara kredit yang ditawarkan oleh rentenir lebih popular dan
mudah diakses oleh siapapun dan dari lapisan manapun 2.
Walaupun berbagai upaya telah dilakukan untuk membatasi ruang gerak
praktik-praktik rentenir dalam rangka menghindarkan lapisan masyarakat jatuh

pada “penghambaan bunga”, rentenir masih tetap saja beroperasi di desa-desa
khususnya di pasar1.
Data Biro Pusat Statistik menunjukkan data bahwa hanya sebagian kecil
usaha kecil dan rumah tangga yang memanfaatkan bank untuk menutupi
kekurangan modal usahanya. Hal ini karena adanya kesenjangan antara lembaga
keuangan perbankan dengan usaha kecil. Salah satu sebab kesenjangan tersebut
adalah lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang dikelola
secara modern, sedangkan usaha kecil khususnya pedagang kecil sebagian besar
dikelola secara tradisional tanpa memiliki pembukuan yang baik 3.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa lembaga keuangan bank
atau non bank yang bersifat formal beroperasi di pedesaan, pada umumnya tidak
2
3

http://islamifoundation.blogspot.com/2013/01/tsunami-rentenirhttp://azizna.blogspot.com/2013/02/buka-usaha-modal-dari-rentenir.html

5
Universitas Sumatera Utara

menjangkau golongan ekonomi lemah ke bawah. Ketidakmampuan tersebut

terutama dari sisi penanggulangan resiko dan biaya operasi, juga dalam
identifikasi usaha dan pemantauan penggunaan kredit yang layak usaha.
Ketidakmampuan penanggulangan ini menjadi penyebab terjadinya
kekosongan pada segmen pasar keuangan di daerah pedesaan. Dampaknya sekitar
70 – 90 % kekosongan ini diisi oleh lembaga keuangan non formal, termasuk
yang ikut beroperasi adalah para rentenir dengan pembebanan tingkat suku bunga
yang sangat tinggi dan memberatkan dalam pengembaliannya3.
Di Indonesia pemerintah secara langsung maupun tidak langsung sudah
sejak lama mencoba mendekatkan sumber daya uang kepada masyarakat
pedesaan. Adanya lembaga keuangan formal memperlihatkan adanya keinginan
untuk membantu kekurangan dana yang banyak dialami penduduk pedesaan
dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya3.
Mengingat banyaknya masalah yang dihadapi, maka sejak lama pula
berbagai program perbankan yang disponsori pemerintah itu belum memberikan
hasil seperti yang diharapkan. Sumber kredit tidak resmi, secara bertahap
dihapuskan pemerintah, karena dianggap menjerat kehidupan masyarakat dalam
realitasnya tetap dapat bertahan bahkan terus mangalami perkembangan seiring
dengan perkembangan pasar. Sumber kredit informal ini misalnya rentenir yang
umumnya meminjamkan dananya dengan tingkat bunga yang sangat tinggi.Situasi
kekurangan uang menyebabkan penduduk pedesaan memiliki beban hutang yang

sangat berat. Meskipun para rentenir dicemooh dengan berbagai caci maki atas
profesinya oleh pihak luar yang terkait dengan kredit itu, tetapi rentenir tidak

6
Universitas Sumatera Utara

dianggap musuh oleh nasabahnya. Banyak orang menganggap bahwa rentenir
tersebut sebagai orang yang berjasa bukan hanya dalam membantu kebutuhan
dagangnya tetapi juga kebutuhan hidup lainnya 4.
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa pekerjaan rentenir ibarat
menikmati kesusahan orang lain, lintah darat, tidak punya perasaan, kejam,
pemeras dan citra buruk lainnya. Namun, citra buruk dibangun oleh berbagai
kebudayaan, profesi ini tidak surut bahkan ada kecenderungan semakin
berkembang sejalan dengan berkembangnya perdagangan. Buktinya pemerintah
sampai saat ini sangat kewalahan mengatasi rentenir yang sudah berkembang.

1.2.

Tinjauan Pustaka


1.2.1.

Pengertian Pendapatan

Pendapatan adalah peningkatan jumlah atau penurunan jumlah kewajiban
suatu badan usaha yang timbul dari penyerahaan barang dan jasa atau aktifitas
usaha yang lainnya dalam suatu periode (Pracoyo, 2006).
Pendapatan merupakan kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam
liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang dipilih oleh
pernyataan pendapatan yang berakibat dari investasi, perdagangan, memberikan
jasa atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan ( Kusumowidho,2004)
Pendapatan adalah pendapatan uang yang diterima dan diberikan kepada
subjek ekonomi berdasarkan prestasi-prestasi yang diserahkan yaitu berupa
pendapatan dari profesi yang dilakukan sendiri atau usaha perorangan dan
4

dutachristo.blogspot.com/.../sebuah-refleksi-hidup-sebagai-rentenir

7
Universitas Sumatera Utara


pendapatan dari kekayaan Dari beberapa pendapat tentang definisi pendapatan di
atas, yang dimaksud pendapatan adalah pendapatan yang diperoleh atau didapat
dari usaha dagang. ( Pracoyo,2006).
1.2.2.

Macam-macam Pendapatan

Menurut Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter Evers, pendapatan dapat
digolongkan menjadi:
1. Pendapatan berupa uang, adalah semua penghasilan berupa uang yang sifatnya
reguler dan diterima sebagai balas jasa atau kontra prestasi.
2. Pendapatan berupa barang, adalah semua pendapatan yang sifatnya reguler dan
diterimakan dalam bentuk barang.
3. Lain-lain penerimaan uang dan barang. Penerimaan ini misalnya penjualan
barang-barang yang dipakai, pinjaman uang hasil undian, warisan, penagihan
piutang dan lain-lain. (Pracoyo, 2006). Pendapatan dibedakan menjadi tiga yaitu:
1. Pendapatan pokok
Yaitu pendapatan yang tiap bulan diharapkan diterima, pendapatan ini
diperoleh dari pekerjaan utama yang bersifat rutin.
2. Pendapatan sampingan
Yaitu pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan di luar pekerjaan pokok,
maka tidak semua orang mempunyai pendapatan sampingan.

8
Universitas Sumatera Utara

3. Pendapatan lain-lain
Yaitu pendapatan yang berasal dari pemberian pihak lain, baik bentuk
barang maupun bentuk uang, pendapatan bukan dari usaha ( Kusumowidho,2004).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
pendapatan adalah penghasilan yang diperoleh tiap-tiap individu dari bekerja atau
berusaha yang dapat berupa uang, barang dan lain-lain penerimaan.
1.2.3.

Pengertian Kredit

Istilah kredit berasal dari suatu kata dalam bahasa latin yang berbunyi
Credere yang berarti kepercayaan. Dalam pengertian seseorang memperoleh
kredit, maka berarti ia telah memperoleh kepercayaan. Jadi dapat diartikan, bahwa
dalam suatu pemberian kredit, di dalamnya terkandung adanya kepercayaan orang
atau badan yang memberikannya kepada orang lain atau badan yang diberinya,
dengan ikatan perjanjian harus memenuhi segala kewajiban yang dijanjikan untuk
dipenuhi pada waktu yang akan datang (Kusumowidho,2004).
Kredit adalah pemberian yang kontra prestasinya akan terjadi pada waktu
yang akan datang. Kredit adalah penyediaan yang ditulis antara lain disamakan
dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain
dalam hal mana pihak peminjam berkewajiban utang setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan (Pracoyo,2006).
Pengertian kredit secara yuridis dapat dilihat pada Undang-Undang No. 10
Tahun 1998 Pasal I Ayat 11 tentang perbankan, bahwa kredit adalah penyediaan
uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesapakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang
9
Universitas Sumatera Utara

mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga 5.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 Ayat 12 tentang
perbankan, Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil5.

1.2.4.

Unsur-Unsur Kredit

1. Unsur kepercayaan
Yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik
dalam bentuk uang, barang atau jasa akan benarbenar diterimanya kembali dalam
jangka waktu tertentu.
2. Unsur Waktu
Yaitu Adanya jangka waktu pengembalian pinjaman, yakni suatu masa
yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra prestasi yang akan
diterimanya pada masa yang akan datang.

3.Unsur Risiko

5

www.enda.blogspot/Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 Pasal I Ayat 11 dan 12 tentang
perbankan.

10
Universitas Sumatera Utara

Yaitu suatu tingkat risiko yang mungkin dihadapi sebagai akibat dari
adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontra
prestasi yang akan diterima dikemudian hari.
4. Prestasi
Yaitu obyek kredit tidak saja diberikan dalam bentuk uang tetapi juga
dalam bentuk barang atau jasa.
1.2.5.Pengertian Rentenir

Secara awam dapat didefenisikan bahwa rentenir adalah orang yang
meminjamkan uang kepada nasabahnya dalam rangka memperoleh untung
melalui penarikan bunga yang cukup tinggi.
Satu hal yang perlu diperhitungkan adalah bahwa rentenir adalah agen
kapitalis yang seluruh aktivitasnya untuk mencari untung. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa rentenir memiliki dua wajah, yaitu rentenir sebagai “lintah darat”
karena menarik bunga yang tingi, tetapi sekaligus sebagai “agen perkembangan”
pada sisi yang lain karena menopang dinamika perdagangan dan mencukupi
kelangkaan uang tunai masyarakat ( Pracoyo,2006)
Jadi rentenir adalah sosok sumber daya yang sangat diperlukan bagi para
pedagang untuk mendukung aktivitasnya baik secara langsung ataupun tidak.
Secara langsung kredit dari rentenir itu untuk kegiatan produksi, sedangkan secara
tidak langsung kredit itu digunakan untuk konsumsi baik yang wajar hingga yang
konsumtif (Pracoyo,2006).

11
Universitas Sumatera Utara

1.2.5.

Konsep Kebudayaan

Koentjaraningrat

mendeskripsikan

bahwa

kebudayaan

merupakan

keseluruhan sistem gagasan,tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka
kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Hal tersebut
berarti hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan. Karena hanya sangat
sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu
dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, beberapa refleks,
beberapa tindakan akibat proses fisiologi, atau kelakuan apabila ia sedang
membabi buta. Bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan
naluri yang terbawa oleh makhluk manusia dalam gennya bersama kelahirannya
(seperti misalnya makan, minum atau berjalan dengan kedua kakinya) juga
dirombak olehnya menjadi suatu tindakan berkebudayaan (Koentjaraningrat,
2002:180).
Hans J.Daeng (2000) mengatakan bahwa, kedewasaan manusia tidak
terlepas dan dipisahkan dari latar belakang sosial budaya tempat seseorang
dibesarkan, karena kebudayaan adalah pedoman bertingkah laku, cara seseorang
membawa diri dan menjadi bagian masyarakatnya. Kebudayaan diciptakan
manusia dan menciptakan manusia yang selalu berhadapan dengan

berbagai

kemungkinan perubahan yang terjadi karena kemajuan teknologi. Walaupun
setiap masyarakat dan kebudayaan berbeda dalam cara mempersiapkan seseorang
atau anggotanya, untuk menghadapinya, namun ketegasan adalah memberikan
kematangan, kemandirian, pengetahuan, ketegasan untuk mengadakan pemilihan
terhadap hal-hal yang dihadapi.

12
Universitas Sumatera Utara

Komunikasi adalah proses dimana pesan pesan dioperasikan dari sumber
kepada penerima. Dengan kata lain komunikasi adalah pemindahan ide ide dari
sumber dengan harapan akan merubah tingkah laku maupun ide penerima. Saluran
komunikasi adalah alat dengan pesan pesan dari sumber dapat sampai kepada
penerima (Hanafi, 1986 : 27).
Komunikasi juga merupakan dasar interaksi. Setiap kelompok harus
menerima dan menggunakan informasi dan proses terjadi melalui komunikasi.
Eksistensi kelompok tergantung pada komunikasi, pertukaran informasi dan
meneruskan komunikasi(Walgito,2006 :77).
Prasangka pada umumnya disebabkan kurang diketahuinya satu kelompok
terhadap kelompok lain, yaitu bagaimana keadaan kelompok sebenarnya tereotip
merupakan suatu kepercayaan mengenai sifat-sifat khas dari suatu kelompok.
Stereotip merupakan suatu keadaan yang dapat bersifat positif maupun negatife,
tetapi prasangka mengarah pada evaluasi yang negatife dan ide yang berbeda
tersebut menimbulkan prasangka prasangka (Walgito,2006 :87-89).
Prasangka pada kahirnya menimbulkan stigma. Stigma yang diberikan
pada seorang maupun sekelompok orang terhadap apa yang dilakukan. Stigma ini
bermacam bentuk baik itu merupakan stigma yang memberikan efek positif
maupun stigma yang memberikan efek negatif terhadap seorang atau sekolompok
orang yang diberikan stigma tersebut (Walgito,2006 :87-89).
Secara sosio-psikologis, arus informasi yang terus menerus menerpa
kehidupan

manusia

akan

menimbulkan

berbagai

pengaruh

terhadap

perkembangan jiwa. Pola perilaku sedikit demi sedikit dipengaruhi oleh apa yang

13
Universitas Sumatera Utara

mereka terima dan bisa jadi menyimpang dari tahap perkembangan kejiwaan
maupun norma yang berlaku ( Walgito, 2006).
Menurut W.I Thomas dan Florian Znaniecki dalam (Walgito, 2006)
“Klasifikasi motif sosiologis antara lain : 1. Keinginan memperoleh pengalaman
baru, 2. Kenginan untuk mendapatkan respon, 3. Keinginan akan pengakuan.
Faktor eksternal dari penarik perhatian (attention gender) salah satunya adalah
kebaruan (novelty). Hal-hal baru yang luar biasa yang berbeda akan menarik
perhatian, karena alasan inilah maka orang selalu mengejar sesuatu yang paling
baru, misalnya film yang baru beredar, novel yang baru terbit, model pakaian
yang terbaru dan sebagainya”.
Golongan sosial dapat terjadi karena manusia-manusia yang di
klaifikasikan kedalamnya mempunyai suatu gaya hidup yang khas, dan karena
berdasarkan hal itu mereka dipandang oleh orang lain sebagai manusia yang
menduduki suatu lapisan tertentu dalam masyarakat. Lapisan itu dapat dianggap
lebih tinggi atau lebih rendah, tergantung dari sudut orang yang memandang tadi.
Karena warganya mempunyai gaya hidup khas yang sama, maka suatu lapisan
atau klas sosial tertentu dapat juga di anggap mempunyai suatu sistem norma yang
sama dan karena itu juga suatu rasa identitas golongan ( Koentjaraningrat, 2002:
150-153).
Thomas Winarno (1980) dalam bukunya “ Pengembangan Gaya Hidup
dan Mekanisme Penyusuaian dalam Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan
Mental” .Menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan cara tindakan yang bersifat
kebiasaan yang dilandasi pengalaman-pengalaman dalam status dan perannya

14
Universitas Sumatera Utara

dalam kehidupan. Dengan kata lain, gaya hidup seseorang itu merupakan
gambaran dari watak, status, prilaku, dan peranannya dalam masyarakat.

1.3.

Rumusan Masalah
Perumusan masalah memerlukan adanya pembatasan masalah, agar

penelitian ini tidak menjadi rancu ataupun menjadi meluas kepada hal-hal yang
tidak terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Adanya pembatasan masalah,
diharapkan agar dalam penelitian ini akan menjadi lebih fokus. Dari penjelasan di
latar belakang dan kajian pustaka diatas,maka yang menjadi rumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :


Bagaimana asal usul BAKRI di Desa Jampalan Kecamatan Simpang
Empat Kabupaten Asahan ?



Mengapa BAKRI

menjadi salah satu pilihan masyarakat Desa

Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan sebagai
alternatif pilihan menyelesaikan masalah permodalan ?


Bagaimana pandangan masyarakat terhadap pelaku rentenir dan
kedudukan rentenir dalam kehidupan sosial masyarakat Desa Jempalan
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan?

15
Universitas Sumatera Utara

1.4. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1.4.1.

Tujuan Penelitian

Penetapan tujuan penelitian merupakan sesuatu yang penting,dimana
tujuan tersebut menjadi pijakan awal penelitian tesebut dilakukan. Penelitian ini
bertujuan untuk :


Menjelaskan lebih terperinci tentang asal usul Bakri Di Desa Jempalan
Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan



Memaparkan secara terperinci tentang pilihan pulihan masyarakat Desa
Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan ketika berhadaan
dengan masalah ekonomi.



Menjelaskan secara terperinci tentang kedudukan rentenir pada masyarakat
Desa Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

1.4.2.

Manfaat Penelitian

Sebagai sebentuk penelitian, besar harapan penulis agar nantinya hasil dari
penelitian dapat memberikan sumbangan nyata yang berarti bagi khalayak umum
dan khususnya masyrakat Desa Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten
Asahan tentang fenomena BAKRI.
Hal yang membuat penelitian ini menjadi menarik adalah peneltian ini
tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat desa tempat penelitian ini berlangsung
namun juga menjadi khasanah yang lebih besar, karena peneltian ini memberi

16
Universitas Sumatera Utara

sumbangsih terhadap siapa saja yang ingin memahami secara lebih mendalam
tentang kredit rakyat(BAKRI) yang banyak berkembang di masyarakat pedesaaan.
Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini nantinya adalah sebagai berikut :


Menambah wawasan mengenai asal usul BAKRI ( Batak Kredit) di tengah
tengah masyarakat



Memberikan gambaran kepada masayarakat Desa Jempalan secara khusus
dan masyarakat luas pada umumnya tentang pilihan pilihan hingga muncul
pilihan terhadap BAKRI (Batak Kredit).



Memberikan gambaran tentang kedudukan praktek rentenir (BAKRI) di
Desa Jempalan Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Asahan.

1.5. Metode Penelitian
Penelitian ini adalah suatu jenis penelitian kualitatif yang meneliti suatu
fenomena sosial tertentu yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, khususnya
mengenai persoalan stigma Batak Kredit, oleh karena itu peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan di lapangan antara lain
observasi atau pengamatan terhadap fokus kajian-kajian penelitian, dalam hal ini
masyarakat Desa Jempalan yang menjadi BAKRI ataupun ikut dalam alur kredit
tersebut. Selain itu wawancara secara intensif dengan informan penelitian untuk
mendapatkan kedalaman data yang dapat mengungkapkan tujuan dari penelitian
ini.
Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
sebuah model studi kasus. Studi kasus adalah strategi penelitian yang terfokus
pada pemahaman terhadap sesuatu yang dinamis yang melibatkan satu kasus atau
17
Universitas Sumatera Utara

lebih dengan tingkat analisa berbeda-beda dan dapat memberikan gambaran
terhadap suatu masalah.

1.5.1.

Tekhnik Pengumpulan Data

Data dapat dibagi atas dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku, jurnal, studi kepustakaan dan
lain-lain. Data primer diperoleh melalui wawancara mendalam dengan informan
penelitian.
Informan penelitian adalah orang yang memberikan informasi sesuai
dengan apa yang dibutuhkan oleh peneliti. Informan dalam penelitian ini terdiri
dari informan pangkal, informan pokok/kunci dan informan biasa, adapun
ketiganya dijabarkan sebagai berikut :


Informan pangkal adalah orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih
banyak tentang masalah Batak Kredit



Informan pokok adalah orang orang yang menjadi pemberi kredit dan
jaringannnya.



Informan biasa adalah orang yang meminjam kredit.
1.5.2.

Wawancara

Wawancara berguna untuk memperoleh data dari para informan. Hasil
wawancara tersebut nantinya akan digunakan sebagai informasi untuk melengkapi

18
Universitas Sumatera Utara

data. Metode wawancara yang digunakan adalah wawancara yang bersifat bebas
dan mendalam (depth interview).
Wawancara yang bebas dan bersifat mendalam adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara peneliti dan informan. Pelaksanaan wawancara tidak hanya dilakukan
sekali ataupun dua kali saja, melainkan berulang kali dengan intensitas yang
tinggi.
Untuk melengkapi dan memperkuat data yang sudah ada, peneliti juga
menggunakan metode wawancara yang bersifat bebas yaitu wawancara yang
dilakukan peneliti

kepada informan tanpa ada persiapan terlebih dahulu.

Wawancara tersebut dilakukan apabila peneliti secara kebetulan bertemu dengan
orang yang diperkirakan dapat menambah informasi.

1.6. Catatan Lapangan
Catatan lapangan menjadi penting dalam setiap penelitian, hal ini karena
catatan lapangan adalah bentuk yang menjelaskan proses pengambilan data
dilapangan. Apakah sebuah bentuk tulisan sesuai dengan realitas yang ada. Hal ini
dapat dibuktikan dari catatan lapangan.
Catatan lapangan juga berguna sebagai betuk implementasi teori dan
metode yang telah dipaparkan sebelumnya. Teori dan metode yang digunakan
akan menjadi jelas dan sesuai dengan penjelasan dari catatan lapangan seorang
peneliti.
Catatan lapangan tidak selalu berbentuk deskripsi terstruktur yang
menjelaskan bagaiman proses pemngambilan data. Catatan lapangan dapat berupa
19
Universitas Sumatera Utara

sajian pengalaman pengalaman peneliti yang dikemas dalam bentuk yang
bersahaja, atau lazim disebut dengan diary. Bentuk diary peneliti inilah yang
sebenarnya menjadi inti dari penelitan tersebut, dimana peneliti akan melihat,
menganalisa fenomena sosial dan kejadian unik dalam diary tersebut. Bahkan
tidak jarang hal hal unik yang peneliti temukan tersebut menjadi temuan yang
bahkan menjadi pondasi yang menjelaskan tema penelitan secara jelas dan
terperinci.
1.6.1.

Desa Jempalan Dan Informasi Tertutup

Saya sedikit merasa heran ketika menginjakkan kaki di desa ini. Bukan
karena desa ini asing bagi saya, atau desa ini memberi ruang perasaan saya yang
pertama kali ketika menginjakkan kaki di desa ini. Padahal dahulu saya pernah
besar di desa ini, bermain dan tertawa disini. Hal yang membuat saya heran adalah
ketika menginjakkan kaki di desa ini adalah posisi saya dan niatan saya datang
kembali.
Ya, kali ini kedatangan saya adalah sebagai peneliti, peneliti yang akan
mengupas tuntas tentang desa ini. Mencari data terdalam dan mengurainya
menjadi serpihan yang mampu menggambarkan bahwa fenomena desa ini.
Khusunya BAKRI yang menjadi titik fokus saya.
Keheranan,kecanggungan saya bertambah tentang langkah awal yang akan
saya lakukan di desa ini. Tentang siapa yang akan saya jumpai, tentang siapa yang
akan memberi informasi yang saya butuhkan. Bagi saya sulit untuk memisahkan
tentang kepentingan dan kenyamanan dalam bertindak. Dulu saya berkunjung ke
desa ini adalah untuk berkunjung ke rumah sanak saudara. Bercengkrama dengan
20
Universitas Sumatera Utara

warga kampung dengan candaan ringan biasa, berbincang tentang bola dan lain
sebagainya. Namun kali ini berbeda. Saya adalah peneliti.
Hari berganti dan saya larut dalam perasaan itu, kecanggungan ini
menjadikan saya kurang berani untuk memulai sebuah kegiatan lapangan. Saya
terus larut dengan hari hari yang membuat saya frustasi. namun saya sadar ini
harus dilakukan untuk mengejar cita cita masa depan dan menuntaskan penelitian
ini.
Langkah awal saya adalah berkunjung ke Kantor Desa. Tidak ada haling
melintang ketika saya berkunjung ke kantor, bahkan saya disambut dengan ramah.
Ya saya tidak mengalami kesulitan dalam hal procedural di kantor ini, mengingat
saudara saya bekerja di kantor tersebut. Dengan kata lain saya dapat dengan
mudah mendapatkan data mengenai kondisi desa.
Namun ternyata jalan saya tidak untuk mulus dalam penelitian ini tidak
begitu saja berjalan lancar. Data yang saya dapatkan dari kantor desa masih sangat
abstrak. Data tersebut masih berupa data angka angka tentang desa seperti jumlah
penduduk dan lain sebagainya. Hal ini butuh pendeskripsian lebih lanjut lagi, dan
ini tidak akan saya dapatkan dari data kantor desa tersebut.
Untuk pendeskripsian tersebut saya bertanya kepada bapak kepala desa
tentang siapa yang dapat saya tanyakan perihal kondisi lebih dalam soal desa.
Misalnya sejarah, dan gambaran gambaran terperinci lainnya. dari sana saya
diarahkan kepada keluarga bapak Bori. Dari keluarga bapak Borilah saya
mendapatkan data terperinci mengenai desa, kapan berdiri dan sekilas tentang
BAKRI. Hal ini karena beliau adalah salah satu tokoh yang berjasa membuka

21
Universitas Sumatera Utara

kampung sehingga berkembang hingga saat ini. Meskipun data yang saya
dapatkan merupakan sumber kedua, namun tidak mengrangi keabsahannya. Hal
ini karena sifat bapak Bori sendiri yang menurut penuturan keluarganya yang
selalu menceritakan sejarang kampung untuk mengingatkan kembali bagaimana
kampung ini terbentuk.
Setelah dari keluarga Bapak Bori saya mencoba mencari informasi secara
gambling tentang praktik BAKRI tersebut. Hal ini penting bagi saya untuk itu
saya harus mewawancarai seorang BAKRI. Disinilah kesulitan itu dimulai.
Kesulitan yang membuat saya bahkan hampir ingin membatalkan semuanya.
Kesulitan itu berkaitan dengan tertutupnya rahasia tentang BAKRI itu.
BAKRI seolah olah menjadi konsumsi publik desa ini, dan orang diluaran seolah
tertutup untuk mengetahui segala bentuk tentang BAKRI. Bahkan hampir sebulan
saya berjalan dengantangan hampa. Berkunjung dari satu rumah ke rumah lain,
berbincang dari satu kedai ke kedai lain. Diawal memang sambutan sangat
bersahaja. Namun perlahan ketika arah pembicaraan saya mulai menuju BAKRI,
semua menjadi kikuk, hilang semangat untuk mengobrol.
Hampir sebulan saya mengalami kehampaan data ini. Sehingga pada suatu
ketika timbul ide dari saya untuk menjadi peminjam saja. Hal ini tentu akan
mempermudah saya mengetahui seluk beluk BAKRI. Ide itu saya utarakan pada
saudara saya, dengan dalih saya ingin meminjam untuk membayar biaya kuliah
saya di Medan.
Saat itulah saya bermaksud mengunjungi dua BAKRI saja, hal ini untuk
menghindari bajet yang lebih besar dalam peminjaman nanti. Meskipun uang

22
Universitas Sumatera Utara

tersebut tidak saya pergunakan nantinya. Saya memutuskan untuk datang ke Ibu
James dan Mamak Katrin secara terpisah. Pemilihan ini karena mereka berdua
adalah BAKRI yang paling senior di desa tersebut dan memiliki jaringan yang
menurut desas desus yang saya dengar yang tidak pernah berhenti. Atau dengan
kata lain ada saja peminjam yang datang pada mereka.

1.6.2.

Memasuki BAKRI Dan Penolakan

Ketika saya menjalankan misi saya. Saya membawa serta saudara sebagai
jaminan agar mereka percaya bahwa saya akan meminjam uang dan benar benar
butuh akan itu. Prosespun berjalan dengan diskusi terfokus. Saya kagum dengan
pengalaman mereka bahkan cara mereka mengintrogasi orang dapat dikatakan
hebat, bahkan saya yang seorang peneliti merasa iri dengan kemampuan mereka.
Mereka mampu mengorek asal usul saya dan tujuan saya meminjam.
Awalnya ia sempat ragu dengan niatan saya. Hal ini disebabkan telah
tersiar kabar bahwa saya tengah meneliti di desa ini terkait proses pinjam
meminjam. Sehingga introgasi berjalan susah sekali. Ya saya biarakan diri saya
diintrogasinya panjang lebar. Namun pada satu titik ketika ia menghela nafas
tanda ia menghilangkan kecurigaan kepada saya inilah saatnya saya memulai aksi
wawancara saya dengan perlahan dan pasti.
Saya memulai dengan pertanyaan ringan tentang syarat syarat yang harus
saya penuhi. Bahkan bukan itu saja saya bertanya lebih jauh tentang syarat syarat
yang lain misalnya tentang bunga, syarat peminjam dan proses pembayaran.

23
Universitas Sumatera Utara

Sebagai tanda bahwa ia mulai nyaman dengan keberadaan saya, ia mulai berbicara
dan menjelaskan tentang kondisi BAKRInya dengan detail seperti siapa saja
peminjam peminjamnya dan bagaimana dia memulai usaha tersebut. Hal ini ia
jelaskan tanpa saya komandokan dan itu berjalan begitu saja.
Dari sanalah saya tahu tentang jaringan jaringan BAKRI tersebut dan
segera merencanakan wawancara tahap berikutnya dengan para peminjam mereka.
Penolakan memang mereka berikan saat saya bertanya soal pinjaman dan BAKRI
namun saya berhasil menetralisir dengan menyatakan saya juga meminjam disana
dan ingin tahu lebih jauh tentang BAKRI tersebut, dengan dalih biar tidak tertipu.
Ya disanalah semua bermula, ketika semua informasi itu mulai berdatangan
bahkan saya tidak canggung lagi berbincang tentang BAKRI itu ketika tengah
berkumpul dengan warga. Disinilah saya melihat sebuah bentuk jaringan yang
tersusun secara tak terstruktur antar sesama peminjam.
1.6.3.

Sentimen Sentimen Kecil Yang Menggema

Dalam hari hari terakhir penelitian saya, saya semakin mantap dengan data
yang saya kumpulkan tentang praktik BAKRI ini. Namun saya butuh sebuah
penghubung yang mampu menjelaskan fenomena fenomena yang saya temukan
tentang eksistensi BAKRI. Disinilah saya temukan sentimen kecil yang luar biasa
Sentimen itu berkaitan dengan praktek BAKRI yang lebih mirip dengan
“lintah darat” di desa Jempalan. Seperti benalu yang merusak keharmonisan desa.
Sebuah bentuk fenomena yang mengganggu sekali. Sentimen ini hidup dan
berkembang pada warga yang merasa kecewa merasa dirugikan dari praktek
BAKRI.
24
Universitas Sumatera Utara

Disinlah BAKRI terlihat sebagai sebuah pandangan yang selalu menjadi
buruk. Sebuah pandangan tentang kesombongan, tentangarogansi dan lain
sebagainya. Sebuah pandangan yang jauh dari ungkapan ungkapan baik. Disinilah
BAKRI menjadi stigma di masyarakat desa Jempalan. Saya sendiri heran dengan
keberadaan ini bukankah BAKRI telah menjadi jalan keluar untuk setiap
kesusahan. Namun ternyata nilai nilai positif dari BAKRI itu kalah dengan
pandangan buruk yang dialamatkan padanya. Hal ini menjadi nilai buruk pada
BAKRI.
Ternyata pandangan buruk tersebut tidak dialamatkan pada mereka yang
memang membuka praktek BAKRI, namun juga orang Batak di Desa Jempalan.
Jadilah mereka yang Batak juga mendapat stigma tersebut. Hal inilah yang
membuat saya kadang miris, bukan karena saya juga seorang Batak. Tapi lebih
kepada pandangan buruk yang selalu dicapkan kepada etnis Batak.
Diakhir penelitan saya mengambil sebuah kesimpulan bahwa biarlah
stigma ini menjadi fenomena dibalik dinamika BAKRI. Hal inilah yang menjadi
bumbu tentang keberadaan BAKRI di desa Jempalan. Dan BAKRI menjadi
sebuah lembaga non formal yang hadir ditengah kekosongan lembaga formal yang
tidak menjangkau desa tersebut.

25
Universitas Sumatera Utara