Sistem Usaha Tani Tanaman Wortel(Studi Kasus : Desa Merdeka Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo)

(1)

SISTEM USAHA TANI TANAMAN WORTEL

( Studi Kasus : Desa Merdeka Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo )

SKRIPSI

Oleh

ROSMAWATY GIRSANG

0303340030 SEP/EKS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SISTEM USAHA TANI TANAMAN WORTEL

( Studi Kasus : Desa Merdeka Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo )

SKRIPSI

Oleh

ROSMAWATY GIRSANG

0303340030 SEP/EKS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. A.T. Hutajulu, MS)

Ketua (Ir. H.M. Mozart B. Darus, M.Sc)Angota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Skripsi : Sistem Usahatani Tanaman Wortel

(Desa Merdeka Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo) Nama : Rosmawaty Girsang

Nim : 030334030

Jurusan : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Ir. A.T. Hutajulu, MS) (Ir.H.M. Mozart B.Darus, MSc)

Ketua Anggota

Mengetahui,

(Ir. Luhut Sihombing, M.P) Ketua Jurusan


(4)

RINGKASAN

Rosmawaty Girsang (030334030) dengan judul penelitian SISTEM USAHATANI TANAMAN WORTEL studi kasus Desa Merdeka, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. A.T Hutajulu, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak H.M Mozart, MS sebagai anggota komisi pembimbing.

Metode penentuan daerah yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposiveyaitu penentuan daerah dipilih dengan berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Metode analisis data yang digunakan adalah metodeDeskriptifdan analisisiUji Beda.

Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut:

a. Pola tanam yang dilakukan di Desa Merdeka pada umumnya mengikuti tiga pola pertanaman atau pergiliran tanaman dalam 1 tahun yaitu pola I (Wortel Wortel Wortel), pola II (Wortel Wortel Kentang ), dan pola III (Wortel Kentang Wortel).

b. Ada perbedaan curahan tenaga kerja dalam usaha taninya antara pola I dan II serta pola I dan III. Sementara antara pola II dan III tidak ada perbedaan curahan tenaga kerja.

c. Ada perbedaan total biaya produksi usaha tani pada masing-masing pola tanam yang diusahakan oleh petani.

d. Tidak ada perbedaan produktivitas pada usaha tani wortel pada masing-masing pola tanam yang diusahakan oleh petani.


(5)

e. Ada perbedaan pendapatan bersih antara usaha tani wortel berdasarkan pola tanam I dan II. Sedangkan pada pola tanam I dan III, II dan III terdapat perbedaan pendapatan bersih yang diterima oleh petani.


(6)

RIWAYAT HIDUP

Rosmawaty Girsang, lahir di Berastagi pada tanggal 24 Desember 1984, sebagai anak ke-2 dari 4 bersaudara, Putri dari T. Girsang dan L. Parangin-angin.

Jenjang Pendidikan :

1. Tahun 1997, Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD Methodist, Brastagi. 2. Tahun 2000, Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP

1, Brastagi.

3. Tahun 2003, Menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Umum di SMU Fransiskus, Bandar Lampung.

4. Tahun 2003, Melalui Jalur Ekstensi diterima di Fakultas Pertanian Universitar Sumatera Utara, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Program Studi Agribisnis. 5. Tahun 2007, Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di Desa Sempung Polling

Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi.

6. Tahun 2007, Melakukan Penelitian Skripsi di Desa Merdeka Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul skripsi ini adalah Sistem Usahatani Tanaman Wortel . Studi kasus di Desa Merdeka Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. A. T. Hutajulu, MS, Selaku Ketua Komisi Pembing yang selama ini memberikan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

2. Bapak Ir. H.M. Mozart B.Darus, M.Sc, Selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, M.P, Selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, Selaku Sekretaris Departemen Sosial Ekonomi Pertanian. 5. Selaku Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Reken Sembiring selaku Kepala Desa Merdeka, atas bantuannya selama penelitian ini berlangsung.

7. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penulisan ini, atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.


(8)

Segala hormat dan terimakasih secara khusus penulis ucapkan kepada Orangtua yang tercinta Ayahanda T. Girsang dan Ibunda L. Parangin-angin, atas kasih sayang dan doanya. Buat suamiku tercinta yang dengan sabar dan penuh kasih sayang terus memberikan dorongan kepada penulis. Serta adikku Agus yang turut membantu penulis selama ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih belum sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap kiranya tulisan ini berguna bagi kita semua.

Medan, Juni 2008 P e n u l i s


(9)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

1. Luas Tanam, Panen, Produksi, Produktivitas Tanaman Wortel Per Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005... 5 2. Luas, Produksi, Produktivitas Tanaman Wortel di Kabupaten

Karo Menurut Kecamatan Tahun 2005 ... 16 3. Distribusi Populasi Petani Wortel di Desa Merdeka, Kecamatan

Simpang Empat, Kabupaten Karo Tahun 2005... 17 4. Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Merdeka Tahun 2007 ... 24 5. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa

Merdeka Tahun 2007... 24 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Sumber Mata Pencaharian

di Desa Merdeka Tahun 2007... 25 7. Panjang Jalan Menurut Jenis di Desa Merdeka Tahun 2007... 26 8. Sarana dan Prasarana di Desa Merdeka Tahun 2007 .. 26 9. Karakteristik Petani Responden di Desa Merdeka Tahun 2007... 26 10. Penggunaan Sarana Produksi Menurut Pola Tanam di Desa Merdeka

Tahun 2007 40

11. Pencurahan Tenaga Kerja Menurut Pola Tanam di Desa Merdeka Tahun

2007 . 42

12. Biaya Tenaga Kerja Menurut Pola Tanam di Desa Merdeka Tahun

2007 . 44

13. Penyusutan Alat Menurut Pola Tanam di Desa Merdeka 45

14. PBB . 46

15. Total Biaya Prduksi Menurut Pola Tanam Di Desa Merdeka Tahun

2007 46

16. Rata-rata Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih Dan Pendapatan Keluarga Per Petani dan Per HektarUsahatani Wortel 48


(10)

DAFTAR GAMBAR

NOMOR JUDUL HALAMAN s

1. Skema Kerangka Pemikiran 14


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NOMOR JUDUL HALAMAN

1. Karakteristik Sampel Usahatani Wortel Tahun 2007... 60 2. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Ha Pada

Musim Tanam I ... 61 3. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Ha Pada

Musim Tanam II ... 62 4. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Ha Pada

Musim Tanam III ... 63 5. Biaya Obat-obatan Usahatani Wortel Per Ha pada

Musim Tanam I ... 64 6. Biaya Obat-obatan Usahatani Wortel Per Ha pada

Musim Tanam II ... 65 7. Biaya Obat-obatan Usahatani Wortel Per Ha pada

Musim Tanam III ... 66 8. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha pada

Musim Tanam I ... 67 9. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha pada

Musim Tanam II ... 68 10. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha pada

Musim Tanam III ... 69 11. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha

Dalam Satu Tahun ... 70 12. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha pada Musim

Tanam I ... 71 13. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha pada Musim

Tanam II ... 72 14. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha pada Musim


(12)

15. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Ha dalam

Satu Tahun ... 74 16. Biaya Produksi Usahatani Wortel Per Ha dalam

Satu Tahun ... 75 17. Produksi, Produktivitas dan Penerimaan Usahatani Wortel

Per Ha dalam Satu Tahun ... 76 18. Pendapatan Bersih dan Pendapatan Keluarga Usahatani Wortel

Per Ha dalam Satu Tahun ... 77 19. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam I ... 78 20. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam II ... 79 21. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam III ... 80 22. Biaya Obat-obatan dan Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam I ... 81 23. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam II ... 82 24. Biaya Bibit dan Pupuk Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam III ... 83 25. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wartel Per Petani Pada

Musim Tanam I ... 84 26. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wartel Per Petani Pada

Musim Tanam II ... 85 27. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wartel Per Petani Pada

Musim Tanam III ... 86 28. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Wartel Per Petani Pada

Dalam Satu Tahun ... 87 29. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam I ... 88 30. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Petani pada


(13)

31. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Wortel Per Petani pada

Musim Tanam III ... 90 32. Biaya Tenaga Kerja Alat Usahatani Wortel Per Petani dalam

Dalam Satu Tahun ... 91

33. Biaya Produksi Usahatani Wortel Per Petani dalam Satu Tahun .... 92 34. Produksi, Produktivitas, dan Penerimaan Usahatani Wortel

Per Petani dalam Satu Tahun ... 93 35. Pendapatan Bersih dan Pendapatan Keluarga Usahatani

Wortel Per Petani dalam Satu Tahun ... 94 36. Analisis Statistik Uji Student (t-test) Pendapatan Bersih

Usahatani Wortel Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2007... 95 T-test Pendapatan Bersih Pola I dan Pola III ... 96 T-test Pendapatan Bersih Pola II dan Pola III ... 97 37. Analisis Statistik Uji Student (t-test) Penerimaan Usahatani

Wortel Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2007... 98 T-test Penerimaan Pola I dan Pola III ... 99 T-test Penerimaan Pola II dan Pola III ... 100 38. Analisis Statistik Uji Student (t-test) Produktivitas

Usahatani Wortel Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2007... 10 1 T-test Produktivitas Pola I dan Pola III ... 102 T-test Produktivitas Pola II dan Pola III ... 103 39. Analisis Statistik Uji Student (t-test) Biaya Produksi

Usahatani Wortel Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2007... 104 T-test Biaya Produksi Pola I dan Pola III ... 105 T-test Biaya Produksi Pola II dan Pola III... 106 40. Analisis Statistik Uji Student (t-test) Curahan Tenaga Kerja

Usahatani Wortel Berdasarkan Pola Tanam Tahun 2007... 107 T-test Curahan Tenaga Kerja Pola I dan Pola III ... 108 T-test Curahan Tenaga Kerja Pola II dan Pola III... 109


(14)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Prospek pengembangan budidaya wortel di Indonesia amat cerah. Selain keadaan agroklimatologis wilayah nusantara cocok untuk wortel, juga akan berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan petani, perbaikan gizi masyarakat, perluasan kesempatan kerja, pengembangan agribisnis, pengurangan impor sangat membantu petani wortel untuk memasarkan hasil pertaniannya ke pasar, dan mereka tidak bersaing dengan wortel impor (Soewito, 1991).

Permintaan pasar dunia pada masa mendatang diperkirakan meningkat terus sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk, makin membaiknya pendapatan masyarakat dan makin tingginya kesadaran masyarakat akan nilai gizi. Menurut data International Rice Research Institute (IRRI), perkiraan cepatnya laju pertumbuhan penduduk akan berpengaruh terhadap meningkatnya permintaan komoditas sayuran khususnya wortel. Hal ini karena masyarakat telah menyadari akan pentingnya gizi bagi tubuh. Wortel mempunyai kandungan gizi yang sangat tinggi terutama vitamin dan mineral (Kanisius, 1992).

Sejalan dengan program peningkatan kesehatan yang dilakukan pemerintah pengetahuan masyarakat kini semakin meningkat pula. Salah satu perhatian masyarakat dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk memanfaatkan lebih banyak lagi sayuran dan buah-buahan. Kedua jenis bahan makanan ini banyak mengandung berbagai vitamin, mineral dan zat lainnya yang sangat diperlukan dalam tubuh manusia (Setiadireja, 1989).


(15)

Dewasa ini wortel termasuk 18 jenis sayuran komersial yang dihasilkan Indonesia. Ditelaah dari luas areal panen sayuran nasional tahun 2000, wortel berada di urutan ke-9 setelah cabai, kubis, kacang merah, tomat, kentang, kangkung, dan bawang putih (AlidanRahayu, 2000).

Dalam program penelitian pengembangan hortikultura di Indonesia garapan Puslitbang Hortikultura tahun 2000-2005, wortel sudah termasuk komoditi utama yang mendapat perhatian dari pemerintah. Wortel sangat diperlukan tubuh, Karena wortel memiliki kandungan gizi terutama vitamin dan mineral. Untuk itulah sayuran ini baik dikonsumsi dalam menu makanan sehari-hari guna mencukupi kebutuhan vitamin dan mineral yang esensial bagi tubuh (AlidanRahayu, 2000).

Usahatani wortel secara intensif sistem agribisnis memberikan keuntungan yang memadai. Potensi daya wortel varietas unggul dapat mencapai 20-25 ton/hektar (Mubyarto, 1991).

Sistem usahatani merupakan sistem budidaya yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan berbagai fakjtor antara lain kelestarian lingkungan, diversifikasi dan berkesinambungan produksi, juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani

(Departemen Pertanian, 1990).

Pemilihan cabang usaha berhubungan dengan masalah aplikasi sumberdaya kepada cabang usaha atau aktifitas yang akan memaksimumkan pendapatan bersih usahatani. Dalam penerapan kombinasi cabang usaha perlu diperhatikan hubungan-hubungan di antara cabang-cabang usaha. Hal ini agar antara cabang usaha saling berhubungan atau berkaitan, supaya mudah untuk mengelolanya (Soekartawi, 1995).


(16)

Ada beberapa cara untuk meningkatkan produksi sayuran sebesar 7% setahun, yakni :

a. Meningkatkan luas penanaman ekstensifikasi dan diversifikasi usahatani dengan pengelolaan pola usaha tani yang efisien. Peningkatan produksi dengan cara ini diperkirakan sebesar 5% setahun.

b. Meningkatkan produktivitas lahan yang ditanami. Hal ini dapat dilakukan dengan penggunaan cara-cara usahatani yang tepat sesuai dengan keadaan daerah lahan setempat. Perkiraan peningkatan produksi sebesar 2% setahun

(SutaryadanGerrad Grubben, 1995).

Untuk melestarikan produktivitas lahan pertanian yang digunakan dalam produksi pangan tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi, drainase jelek, erosi, dan kontaminasi yang dapat menurunkan hasil. Perlu pula dikembangkan teknik bercocok tanam dan berbagai kebiasaan mengelola tanaman yang dapat melanggengkan penggunaan lahan pertanian untuk produksi pangan.memaksimumkan penggunaan lahan untuk produksi pangan dapat ditempuh dengan pola pertanaman bergilir, yaitu menanam dua jenis tanaman atau lebih secara bergiliran pada lahan yang sama (RubatzkydanYamaguchi, 1998).

Penataan tanaman berganda (multiple cropping) cukup beraneka ragam corak dan bentuknya. Berdasarkan cara orang mengatur pertanamannya dapat dikatakan bahwa multiple cropping itu dalam garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :

a. Penataan berganda secara tunggal: di atas tanah tertentu dan dalam waktu tertentu (sepanjang umur tanaman) hanya ditanami satu jenis tanaman. Setelah dilakukan


(17)

pemanenan atas tanaman itu, maka tanah yang bersangkutan itu kemudian ditanami lagi jenis tanaman yang sama atau jenis tanaman lain.

b. Penataan pertanaman berganda secara campuran: asas daripada penataan pertanaman campuran itu ialah menanam beberapa jenis atau varietas secara bercampur dan bersama-sama di atas suatu bidang tanah. Variasi daripada pertanaman secara campuran itu ialah diantaranya :

 Penanaman campuran secara acak-acakan: cara penataan pertanaman campuran berbagai jenis tanaman secara bersamaan dan lagipula secara tidak teratur (acak-acakan)dan tidak teratur oleh waktu dan karenanya kurang nampak adanya sistem bergiliran.

 Penataan pertanaman secara tumpang sari: penanaman campuran dari dua atau lebih varietas dari suatu jenis tanaman dan jenis tanamn yang umurnya tidak banyak berbeda ditanam bersama-sama dan di tempat yang sama.

 Penataan pertanaman sela: penanaman dua atau lebih jenis tanaman yang berlainan dalam sifatnya,umurnya dan sebagainya

(Soewito,1991).

Kondisi usahatani wortel di desa Merdeka menggunakan pola tanam berganda (multiple cropping) dengan cara pergiliran tanaman (crop rotation),yaitu menanam berbagai jenis tanaman pada lahan yang sama tetapi pada waktu yang berbeda. Pada umumnya petani wortel di desa Merdeka melakukan pergiliran tanaman wortel dengan kentang.


(18)

Tabel 1. Luas Tanam, Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman Wortel Per Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara Tahun 2005

Kabupaten Luas Tanam

(Ha) Luas Panen(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Ton/Ha)

1. Simalungun 2. Karo

3. Tapanuli Utara 4. Dairi

5. Humbang Hasundutan 6. Medan

7. Langkat 8. Deli Serdang 9. Asahan 10. Labuhan Batu 11. Tapanuli Tengah 13. Nias

14. Tebing Tinggi 15. Tanjung Balai 16. Binjai

17. Pematang Siantar 18. Tobasa

19. Madina

20. Padang Sidempuan 21. Pak-Pak Bharat 22. Samosir

23. Serdang Bedagai

71 1.540 114 50 16 -426 2.523 80 54 32 -6.744 65.174 1.940 1.134 365 -1.583,1 2.575 2.425 2.100 1.140,6

-Jumlah 1.791 3.115 75.357 9.823

Sumber : Dinas Pertanian Sumatera Utara, Tahun 2005

Menurut Dinas Pertanian Tk. I Sumatera Utara, Kabupaten Karo merupakan daerah penghasil wortel terbesar di Sumatera Utara, yaitu dengan luas lahan panen 2.523 Ha dan total produksi 65. 174 ton. Di Kabupaten Karo, Kecamatan yang mengusahakan tanaman wortel ada enam kecamatan. Diantara kecamatan tersebut yang menjadi salah satu sentra produksi wortel di Kabupaten Karo adalah Kecamatan Simpang Empat.


(19)

2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pengamatan penulis pada lokasi penelitian maka dapat dirumuskan permasalahan yang patut diteliti:

a. Bagaimana pola tanam wortel dan kombinasi cabang usaha yang dilakukan petani di daerah penelitian?

b. Apakah ada perbedaan curahan rtenaga kerja usahatani wortel per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian?

c. Apakah ada perbedaan total biaya produksi usahatani wortel per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian?

d. Apakah ada perbedaan produktivitas yang diperoleh petani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian?

e. Apakah ada perbedaan pendapat bersih antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian?

3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana pola tanam wortel dan kombinasi cabang usaha yang dilakukan petani di daerah penelitian.

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan curahan tenaga kerja usahatani wortel per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan total biaya produksi usahatani wortel per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

d. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan produktivitas yang diperoleh petani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.


(20)

e. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pendapatan bersih antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

4. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini antara lain:

a. Sebagai bahan informasi bagi petani wortel untuk memperbaiki kelemahan dalam upaya mencapai efisien penggunaan faktor-faktor produksi pada usahataninya. b. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan


(21)

II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis

Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman wortel berasal dari Timur Dekat dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu (Rukmana.1995),

Tanaman wortel berupa rumput yang menyimpan cadangan makanan dalam bentuk umbi di dalam tanah. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Bagian umbi yang memanjang berwarna kemerahan-merahan inilah yang dikonsumsi (Setiawan,1995).

Rasanya renyah, agak manis dan enak dimakan langsung mentah-mentah. Warna umbinya yang kuning kemerah-merahan itu mempunyai kadar Carotene A (provitamin A) yang sangat tinggi selain sumber vitamin A, umbi wortel juga mengandung vitamin B, vitamin C, Mineral (Soewito, 1991).

Batangnya sangat pendek seolah-olah tidak tampak. Sementara akar tunggangnya dapat berubah bentuk dan fungsinya sebagai penyimpanan cadangan makanan atau disebut umbi. Secara alami tanaman wortel dapat berbunga dan berbuah (berbiji). Bunga wortel berbentuk payung ganda sedangkan biji-bijinya berbentuk kecil dan berbulu. Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat-alat bahan perbanyakan wortel secara generatif (Rukmana, 1995).

Di Indonesia wortel umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian antara 1000-1200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Meskipun demikian wortel dapat pula ditanam di dataran medium yang ketinggiannya lebih dari 500 mdpl, namun produksi


(22)

dan kualitasnya kurang memuaskan. Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh yang suhu udaranya dingin dan lembab. Di negara-negara yang beriklim sedang (sub tropis) perkecambahan benih wortel membutuhkan suhu minimum 9°C dan maksimum 20°C. Namun untuk pertumbuhan dan produksi umbi yang optimal membutuhkan suhu udara antara 15,6° - 21,1°C. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbinya kecil-kecil (abnormal) dan warnanya pucat atau kusam. Sebaliknya bila suhu terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang dan kecil (Setiawan, 1995).

Tanaman wortel ditanam sepanjang tahun, baik musim hujan maupun kemarau asalkan kebutuhan airnya tercukupi. Karena itulah komoditi selalu tersedia setiap saat di pasaran. Umur panen wortel tergantung pada jenisnya. Pada umumnya tanaman wortel varietas local dapat dipanen setelah berumur sekitar 3 bulan atau 90-97 hari setelah tanam, biasanya pada saat daun tua berjumlah 3-5 helai. Wortel varietas hibrida seperti red sky dan terracotta dipanen pada umur 100-125 gr per buah, panjang sekitar 15-20 cm, diameter umbi 2-4 cm. Untuk menjaga agar hasil panen tidak menurun mutunya, berkayu dan rasanya pahit, sehingga tidak disukai oleh konsumen dan akan menurunkan harganya. Tanaman wortel yang terawat dengan baik dapat menghasilkan 20-30 ton umbi segar per hektar (Kanisius, 1992).

2. Landasan Teori

Sistem usahatani adalah suatu penataan usahatani yang mantap dan unik dimana keluarga petani mengelola usahataninya berdasar tanggapan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis, sosial ekonomi dan sesuai dengan tujuan dan sumber daya petani sendiri. Penelitian usahatani adalah merupakan suatu pendekatan penelitian dan


(23)

pengembangan pertanian yang memandang keseluruhan usahatani sebagai suatu system, menitikberatkan kepada saling ketergantungan dan saling keterkaitan diantara komponen atau unsur sistem usahatani serta dengan lingkungannya dan bertujuan untuk meningkatkatkan efisiensi dan system usahatani melalui pemanfaatan teknologi yang telah diperbaiki untuk meningkatkan pendapatan (PartohardjonodanIsmail, 1990).

Sistem usahatani merupakan sistem budidaya yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya seperti kelestarian lingkungan, diversifikasi dan sutarnabilitas produksi. Sistem usahatani yang sesuai di suatu daerah, selain memperbaiki stabilitas dan sustarnabilitas produksi dalam jangka panjang juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani (Kanisius, 1992).

Kombinasi waktu tanam mempengaruhi jenis tanaman yang akan dipilih. Pada pola monokultur, jadwal waktu tanam diusahakan sesuai dengan permintaan pasar. Sedangkan untuk penanaman secara tumpang sari, pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan tingkat kecocokan antar jenis tanaman yang ditumpangsarikan (Setiawan, 1995).

Lingkungan fisik, menyangkut tentang lahan, jenis dan keadaan tanah, cukup besar pengaruhnya atas cara bertanam, artinya atas waktu pengolahan tanah, cara mengolah tanah, cara bercocok tanam (sistem tanam) dan lain-lain. Pada umumnya setiap jenis tanaman, bahkan tiap jenis varietas tanaman menghendaki jenis tanah tersendiri. Ketidakcocokan antara jenis tanaman dan jenis tanah dapat membuat tanaman tidak tumbuh secara optimal sehingga menghasilkan produksi dan kualitas yang rendah. Penatan pertanaman dalam arti kata penggunaan tanah yang sama dalam waktu tertentu (semusim atau setahun) dengan pertanaman beberapa kali dengan satu


(24)

atau beberapa kali dengan satu atau beberapa jenis tanaman berganda atau multiple crooping (Setiawan, 1995).

Penataan pertanaman berganda cukup beranekaragam corak dan bentuknya. Berdasarkan atas cara orang mengatur pertanamannya dapat dikatakan bahwa multiple cropping itu dalam garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Penataan berganda secara tunggal atau monokultur.

b. Penataan berganda secara campuran (catch cropping). Penataan berganda secara campuran adalah menanam beberapa jenis tanaman secara bersama-sama di atas satu bidang tanah dan juga disebut sebagai tumpangsari (Mosher, 1987).

Kenyataan-kenyataan berikut dapat kiranya dipergunakan sebagai contoh tentang beberapa keuntungan daripada penataan pertanaman berganda :

a. Pembagian pencurahan tenaga keluarga petani secara merata sepanjang tahun dan selain daripada itu umumnya pengolahan tanah untuk keperluan tanaman berikutnya lebih ringan (peristiwa minimum tillage).

b. Memperkecil resiko kegagalan usaha.

c. Mempertinggi gelombang panen sehingga diperoleh hasil atau pendapatan yang lebih banyak dapat menjamin kehidupan yang tenang, pendapatan yang terus mengalir walaupun kecil.

d. Mempertinggi pendapatan petani atau hasil petani.

e. Menyediakan bahan-bahan makanan yang beranekaragam, sehingga susunan makanan dan pula kuantitas dan kualitas lebih banyak dapat terjamin. Atau dengan kata lain, keaadan gizi akan diperbaiki.


(25)

g. Mempermudah atau mempertinggi kesuburan tanah, lebih-lebih kalau diantara jenis tanaman yang diusahakan itu termasuk golongan tanaman pupuk hijau.

h. Mencegah timbulnya hama atua penyakit tanaman. i. Menekan pertumbuhan rumput-rumputan.

(Kanisius, 1992).

3. Kerangka Pemikiran

Usaha pertanian pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan produksi yang maksimal dalam jangka waktu yang tertentu. Produksi yang maksimal ini baru tercapai bila faktor-faktor yang menunjang peningkatan produksi antara lain penerapan pola tanam dilakukan intensif.

Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal, skill, yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. Modal dan faktor produksi yang lain juga mempunyai peranan yang sangat penting. Modal dan usahatani biasanya modal sendiri. Modal dipergunakan untuk pembiayaan usahatani seperti pembelian pupuk, alat-alat dan upah kerja. Dalam proses produksi usahatani dibutuhkan tenaga kerja yang baik yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dikerahkan untuk menanam, menyiangi dan memanen.

Pemilihan rotasi tanam yang dilakukan petani dalam usahataninya adalah untuk menghindari faktor resiko dan ketidakpastian, baik terhadap produksi maupun harga dan memaksimumkan sumber daya yang ada, oleh karena itu petani berusaha memanfaatkan lahannya seefektif mungkin.


(26)

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan ushatani. Pendapatan yang diterima oleh petani sangat berhubungan dengan kesejahteraan anggota keluarganya. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Dari operasi usahataninya petani akan menerima penerimaan sebesar harga jual hasil usahataninya setelah dikurangi dengan biaya usahatani itu. Dari hasil itu dapat dilihat bahwa usahatani tersebut meguntungkan atau layak diusahakan bila dari hasil ekonomi memberikan hasil layak.

Dari uraian di atas maka secara ringkas akan dikemukakan skema kerangka pemikiran di bawah ini.


(27)

USAHA TANI WORTEL POLA I

Wortel Wortel Wortel Wortel Wortel KentangPOLA II Wortel Kentang WortelPOLA III

Produksi

Produksi

Produksi

Harga

Harga

PenerimaanUsahaTani PenerimaanUsahaTani PenerimaanUsahaTani

BiayaProduksi BiayaProduksi

PendapatanBersih PendapatanBersih PendapatanBersih

Keterangan :

I. Pola Tanam, wortel-wortel-wortel II. Pola Tanam, wortel-wortel-kentang III. Pola Tanam, wortel-kentang-wortel


(28)

4. Hipotesis Penelitian

a. Pola tanam wortel dan kombinasi cabang usha yang dilakukan petani di daerah penelitian menerapkan pola tanam dengan cara pergiliran tanaman.

b. Ada perbedaaan curahan tenaga kerja per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

c. Ada perbedaan total biaya usahatani per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

d. Ada perbedaaan produktivitas yang diperoleh petani antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

e. Ada perbedaan pendapatan bersih antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.


(29)

II.TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Agronomis

Wortel atau Carrot (Daucus carota L.) bukan tanaman asli Indonesia,melainkan berasal dari luar negeri yang beriklim sedang (sub tropis). Menurut sejarahnya, tanaman wortel berasal dari Timur Dekat dan Asia Tengah. Tanaman ini ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu (Rukmana.1995),

Tanaman wortel berupa rumput yang menyimpan cadangan makanan dalam bentuk umbi di dalam tanah. Batangnya pendek dan berakar tunggang yang fungsinya berubah menjadi umbi bulat dan memanjang. Bagian umbi yang memanjang berwarna kemerahan-merahan inilah yang dikonsumsi (Setiawan,1995).

Rasanya renyah, agak manis dan enak dimakan langsung mentah-mentah. Warna umbinya yang kuning kemerah-merahan itu mempunyai kadar Carotene A (provitamin A) yang sangat tinggi selain sumber vitamin A, umbi wortel juga mengandung vitamin B, vitamin C, Mineral (Soewito, 1991).

Batangnya sangat pendek seolah-olah tidak tampak. Sementara akar tunggangnya dapat berubah bentuk dan fungsinya sebagai penyimpanan cadangan makanan atau disebut umbi. Secara alami tanaman wortel dapat berbunga dan berbuah (berbiji). Bunga wortel berbentuk payung ganda sedangkan biji-bijinya berbentuk kecil dan berbulu. Biji-biji ini dapat digunakan sebagai alat-alat bahan perbanyakan wortel secara generatif (Rukmana, 1995).

Di Indonesia wortel umumnya ditanam di dataran tinggi pada ketinggian antara 1000-1200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Meskipun demikian wortel dapat pula ditanam di dataran medium yang ketinggiannya lebih dari 500 mdpl, namun produksi


(30)

dan kualitasnya kurang memuaskan. Tanaman wortel membutuhkan lingkungan tumbuh yang suhu udaranya dingin dan lembab. Di negara-negara yang beriklim sedang (sub tropis) perkecambahan benih wortel membutuhkan suhu minimum 9°C dan maksimum 20°C. Namun untuk pertumbuhan dan produksi umbi yang optimal membutuhkan suhu udara antara 15,6° - 21,1°C. Suhu udara yang terlalu tinggi (panas) seringkali menyebabkan umbinya kecil-kecil (abnormal) dan warnanya pucat atau kusam. Sebaliknya bila suhu terlalu rendah (sangat dingin), maka umbi yang terbentuk menjadi panjang dan kecil (Setiawan, 1995).

Tanaman wortel ditanam sepanjang tahun, baik musim hujan maupun kemarau asalkan kebutuhan airnya tercukupi. Karena itulah komoditi selalu tersedia setiap saat di pasaran. Umur panen wortel tergantung pada jenisnya. Pada umumnya tanaman wortel varietas local dapat dipanen setelah berumur sekitar 3 bulan atau 90-97 hari setelah tanam, biasanya pada saat daun tua berjumlah 3-5 helai. Wortel varietas hibrida seperti red sky dan terracotta dipanen pada umur 100-125 gr per buah, panjang sekitar 15-20 cm, diameter umbi 2-4 cm. Untuk menjaga agar hasil panen tidak menurun mutunya, berkayu dan rasanya pahit, sehingga tidak disukai oleh konsumen dan akan menurunkan harganya. Tanaman wortel yang terawat dengan baik dapat menghasilkan 20-30 ton umbi segar per hektar (Kanisius, 1992).

2. Landasan Teori

Sistem usahatani adalah suatu penataan usahatani yang mantap dan unik dimana keluarga petani mengelola usahataninya berdasar tanggapan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik, biologis, sosial ekonomi dan sesuai dengan tujuan dan sumber daya petani sendiri. Penelitian usahatani adalah merupakan suatu pendekatan penelitian dan


(31)

pengembangan pertanian yang memandang keseluruhan usahatani sebagai suatu system, menitikberatkan kepada saling ketergantungan dan saling keterkaitan diantara komponen atau unsur sistem usahatani serta dengan lingkungannya dan bertujuan untuk meningkatkatkan efisiensi dan system usahatani melalui pemanfaatan teknologi yang telah diperbaiki untuk meningkatkan pendapatan (PartohardjonodanIsmail, 1990).

Sistem usahatani merupakan sistem budidaya yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya seoptimal mungkin dengan mempertimbangkan berbagai faktor lainnya seperti kelestarian lingkungan, diversifikasi dan sutarnabilitas produksi. Sistem usahatani yang sesuai di suatu daerah, selain memperbaiki stabilitas dan sustarnabilitas produksi dalam jangka panjang juga diarahkan untuk meningkatkan pendapatan petani (Kanisius, 1992).

Kombinasi waktu tanam mempengaruhi jenis tanaman yang akan dipilih. Pada pola monokultur, jadwal waktu tanam diusahakan sesuai dengan permintaan pasar. Sedangkan untuk penanaman secara tumpang sari, pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan tingkat kecocokan antar jenis tanaman yang ditumpangsarikan (Setiawan, 1995).

Lingkungan fisik, menyangkut tentang lahan, jenis dan keadaan tanah, cukup besar pengaruhnya atas cara bertanam, artinya atas waktu pengolahan tanah, cara mengolah tanah, cara bercocok tanam (sistem tanam) dan lain-lain. Pada umumnya setiap jenis tanaman, bahkan tiap jenis varietas tanaman menghendaki jenis tanah tersendiri. Ketidakcocokan antara jenis tanaman dan jenis tanah dapat membuat tanaman tidak tumbuh secara optimal sehingga menghasilkan produksi dan kualitas yang rendah. Penatan pertanaman dalam arti kata penggunaan tanah yang sama dalam waktu tertentu (semusim atau setahun) dengan pertanaman beberapa kali dengan satu


(32)

atau beberapa kali dengan satu atau beberapa jenis tanaman berganda atau multiple crooping (Setiawan, 1995).

Penataan pertanaman berganda cukup beranekaragam corak dan bentuknya. Berdasarkan atas cara orang mengatur pertanamannya dapat dikatakan bahwa multiple cropping itu dalam garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Penataan berganda secara tunggal atau monokultur.

b. Penataan berganda secara campuran (catch cropping). Penataan berganda secara campuran adalah menanam beberapa jenis tanaman secara bersama-sama di atas satu bidang tanah dan juga disebut sebagai tumpangsari (Mosher, 1987).

Kenyataan-kenyataan berikut dapat kiranya dipergunakan sebagai contoh tentang beberapa keuntungan daripada penataan pertanaman berganda :

a. Pembagian pencurahan tenaga keluarga petani secara merata sepanjang tahun dan selain daripada itu umumnya pengolahan tanah untuk keperluan tanaman berikutnya lebih ringan (peristiwa minimum tillage).

b. Memperkecil resiko kegagalan usaha.

c. Mempertinggi gelombang panen sehingga diperoleh hasil atau pendapatan yang lebih banyak dapat menjamin kehidupan yang tenang, pendapatan yang terus mengalir walaupun kecil.

d. Mempertinggi pendapatan petani atau hasil petani.

e. Menyediakan bahan-bahan makanan yang beranekaragam, sehingga susunan makanan dan pula kuantitas dan kualitas lebih banyak dapat terjamin. Atau dengan kata lain, keaadan gizi akan diperbaiki.


(33)

g. Mempermudah atau mempertinggi kesuburan tanah, lebih-lebih kalau diantara jenis tanaman yang diusahakan itu termasuk golongan tanaman pupuk hijau.

h. Mencegah timbulnya hama atua penyakit tanaman. i. Menekan pertumbuhan rumput-rumputan.

(Kanisius, 1992).

3. Kerangka Pemikiran

Usaha pertanian pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan produksi yang maksimal dalam jangka waktu yang tertentu. Produksi yang maksimal ini baru tercapai bila faktor-faktor yang menunjang peningkatan produksi antara lain penerapan pola tanam dilakukan intensif.

Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal, skill, yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. Modal dan faktor produksi yang lain juga mempunyai peranan yang sangat penting. Modal dan usahatani biasanya modal sendiri. Modal dipergunakan untuk pembiayaan usahatani seperti pembelian pupuk, alat-alat dan upah kerja. Dalam proses produksi usahatani dibutuhkan tenaga kerja yang baik yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dikerahkan untuk menanam, menyiangi dan memanen.

Pemilihan rotasi tanam yang dilakukan petani dalam usahataninya adalah untuk menghindari faktor resiko dan ketidakpastian, baik terhadap produksi maupun harga dan memaksimumkan sumber daya yang ada, oleh karena itu petani berusaha memanfaatkan lahannya seefektif mungkin.


(34)

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan ushatani. Pendapatan yang diterima oleh petani sangat berhubungan dengan kesejahteraan anggota keluarganya. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Dari operasi usahataninya petani akan menerima penerimaan sebesar harga jual hasil usahataninya setelah dikurangi dengan biaya usahatani itu. Dari hasil itu dapat dilihat bahwa usahatani tersebut meguntungkan atau layak diusahakan bila dari hasil ekonomi memberikan hasil layak.

Dari uraian di atas maka secara ringkas akan dikemukakan skema kerangka pemikiran di bawah ini.


(35)

USAHA TANI WORTEL POLA I

Wortel Wortel Wortel Wortel Wortel KentangPOLA II Wortel Kentang WortelPOLA III

Produksi

Produksi

Produksi

Harga

Harga

PenerimaanUsahaTani PenerimaanUsahaTani PenerimaanUsahaTani

BiayaProduksi BiayaProduksi

PendapatanBersih PendapatanBersih PendapatanBersih

Keterangan :

I. Pola Tanam, wortel-wortel-wortel II. Pola Tanam, wortel-wortel-kentang III. Pola Tanam, wortel-kentang-wortel


(36)

4. Hipotesis Penelitian

a. Pola tanam wortel dan kombinasi cabang usha yang dilakukan petani di daerah penelitian menerapkan pola tanam dengan cara pergiliran tanaman.

b. Ada perbedaaan curahan tenaga kerja per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

c. Ada perbedaan total biaya usahatani per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

d. Ada perbedaaan produktivitas yang diperoleh petani antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

e. Ada perbedaan pendapatan bersih antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.


(37)

DAFTAR PUSTAKA

Ali,N.B.V.,danE., Rahayu, 2000,Wortel dan Lobak,Penebar Swadaya Jakarta. Departemen Pertanian, 1990,Sistem Usaha Tani di Lima Agro-Ekosistem,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Djarwanto, 1996,Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian,Liberty, Yogyakata.

Hernanto, F., 1996,Ilmu Usahatani,Penebar Swadaya, Jakarta.

Kanisius, 1992,Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran,Kanisius, Yogyakarta. Mosher, A.T., 1987,Menggerakkan dan Membangun Pertanian,Yasaguna,

Jakarta.

Mubyarto, 1991,Pengantar Ekonomi Pertanian,LP3ES, Jakarta. Nazir, M., 1998,Metode Penelitian,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Partoharjono, S.J.S.,danI.G., Ismail, 1990,Peningkatan Produktifitas lahan Kering Beriklim Basah Melalui Teknologi Sistem Usahatani,Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Rubatzky, V.E.,danMa Yamaguchi, 1998,Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan GiziJilid II, ITB, Bandung.

Rukmana, R., 1995,Bertanam Wortel,Kanisius, Yogyakarta.

Setiadireja, 1989,Hortikultura Pekarangan dan Buah-buahan,Sinar Baru, Bandung.

Saetiwan, A.I., 1995,Sayuran Dataran Tinggi,Penebar Swadaya, Jakarta. Setyowati, A.Soeharjo, J.L., Dillon, J.B.Hardaker, 1986,Ilmu Usahatani dan

Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil,UI Press, Jakarta. Soekartawi, 1995,Analisis Usahatani,UI Press, Jakarta.

Soewito, M., 1991,Bercocok Tanam Wortel,Titik Terang, Jakarta.

Sutarya, R.,dan Gerrard Grubben, 1995,Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah,Gajah Mada University Press, Yogyakarta.


(1)

atau beberapa kali dengan satu atau beberapa jenis tanaman berganda atau multiple crooping (Setiawan, 1995).

Penataan pertanaman berganda cukup beranekaragam corak dan bentuknya. Berdasarkan atas cara orang mengatur pertanamannya dapat dikatakan bahwa multiple cropping itu dalam garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Penataan berganda secara tunggal atau monokultur.

b. Penataan berganda secara campuran (catch cropping). Penataan berganda secara campuran adalah menanam beberapa jenis tanaman secara bersama-sama di atas satu bidang tanah dan juga disebut sebagai tumpangsari (Mosher, 1987).

Kenyataan-kenyataan berikut dapat kiranya dipergunakan sebagai contoh tentang beberapa keuntungan daripada penataan pertanaman berganda :

a. Pembagian pencurahan tenaga keluarga petani secara merata sepanjang tahun dan selain daripada itu umumnya pengolahan tanah untuk keperluan tanaman berikutnya lebih ringan (peristiwa minimum tillage).

b. Memperkecil resiko kegagalan usaha.

c. Mempertinggi gelombang panen sehingga diperoleh hasil atau pendapatan yang lebih banyak dapat menjamin kehidupan yang tenang, pendapatan yang terus mengalir walaupun kecil.

d. Mempertinggi pendapatan petani atau hasil petani.

e. Menyediakan bahan-bahan makanan yang beranekaragam, sehingga susunan makanan dan pula kuantitas dan kualitas lebih banyak dapat terjamin. Atau dengan kata lain, keaadan gizi akan diperbaiki.


(2)

g. Mempermudah atau mempertinggi kesuburan tanah, lebih-lebih kalau diantara jenis tanaman yang diusahakan itu termasuk golongan tanaman pupuk hijau.

h. Mencegah timbulnya hama atua penyakit tanaman. i. Menekan pertumbuhan rumput-rumputan.

(Kanisius, 1992).

3. Kerangka Pemikiran

Usaha pertanian pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan produksi yang maksimal dalam jangka waktu yang tertentu. Produksi yang maksimal ini baru tercapai bila faktor-faktor yang menunjang peningkatan produksi antara lain penerapan pola tanam dilakukan intensif.

Usahatani merupakan organisasi dari alam, kerja, dan modal, skill, yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ketatalaksanaannya berdiri sendiri dan sengaja diusahakan oleh seorang atau sekumpulan orang sebagai pengelolanya. Modal dan faktor produksi yang lain juga mempunyai peranan yang sangat penting. Modal dan usahatani biasanya modal sendiri. Modal dipergunakan untuk pembiayaan usahatani seperti pembelian pupuk, alat-alat dan upah kerja. Dalam proses produksi usahatani dibutuhkan tenaga kerja yang baik yang berasal dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja dikerahkan untuk menanam, menyiangi dan memanen.

Pemilihan rotasi tanam yang dilakukan petani dalam usahataninya adalah untuk menghindari faktor resiko dan ketidakpastian, baik terhadap produksi maupun harga dan memaksimumkan sumber daya yang ada, oleh karena itu petani berusaha memanfaatkan lahannya seefektif mungkin.


(3)

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan. Pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga serta dana untuk kegiatan ushatani. Pendapatan yang diterima oleh petani sangat berhubungan dengan kesejahteraan anggota keluarganya. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka petani seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Dari operasi usahataninya petani akan menerima penerimaan sebesar harga jual hasil usahataninya setelah dikurangi dengan biaya usahatani itu. Dari hasil itu dapat dilihat bahwa usahatani tersebut meguntungkan atau layak diusahakan bila dari hasil ekonomi memberikan hasil layak.

Dari uraian di atas maka secara ringkas akan dikemukakan skema kerangka pemikiran di bawah ini.


(4)

USAHA TANI WORTEL

POLA I

Wortel Wortel Wortel Wortel Wortel KentangPOLA II Wortel Kentang WortelPOLA III

Produksi

Produksi

Produksi

Harga

Harga

PenerimaanUsahaTani PenerimaanUsahaTani PenerimaanUsahaTani

BiayaProduksi BiayaProduksi

PendapatanBersih PendapatanBersih PendapatanBersih

Keterangan :

I. Pola Tanam, wortel-wortel-wortel II. Pola Tanam, wortel-wortel-kentang III. Pola Tanam, wortel-kentang-wortel

Gambar I : Skema Kerangka Pemikiran


(5)

4. Hipotesis Penelitian

a. Pola tanam wortel dan kombinasi cabang usha yang dilakukan petani di daerah penelitian menerapkan pola tanam dengan cara pergiliran tanaman.

b. Ada perbedaaan curahan tenaga kerja per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

c. Ada perbedaan total biaya usahatani per hektar berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

d. Ada perbedaaan produktivitas yang diperoleh petani antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.

e. Ada perbedaan pendapatan bersih antara usahatani wortel berdasarkan pola tanam di daerah penelitian.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Ali,N.B.V.,danE., Rahayu, 2000,Wortel dan Lobak,Penebar Swadaya Jakarta. Departemen Pertanian, 1990,Sistem Usaha Tani di Lima Agro-Ekosistem,

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Djarwanto, 1996,Mengenal Beberapa Uji Statistik Dalam Penelitian,Liberty, Yogyakata.

Hernanto, F., 1996,Ilmu Usahatani,Penebar Swadaya, Jakarta.

Kanisius, 1992,Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran,Kanisius, Yogyakarta. Mosher, A.T., 1987,Menggerakkan dan Membangun Pertanian,Yasaguna,

Jakarta.

Mubyarto, 1991,Pengantar Ekonomi Pertanian,LP3ES, Jakarta. Nazir, M., 1998,Metode Penelitian,Ghalia Indonesia, Jakarta.

Partoharjono, S.J.S.,danI.G., Ismail, 1990,Peningkatan Produktifitas lahan Kering Beriklim Basah Melalui Teknologi Sistem Usahatani,Balai Penelitian Tanaman Pangan, Bogor.

Rubatzky, V.E.,danMa Yamaguchi, 1998,Sayuran Dunia : Prinsip, Produksi dan GiziJilid II, ITB, Bandung.

Rukmana, R., 1995,Bertanam Wortel,Kanisius, Yogyakarta.

Setiadireja, 1989,Hortikultura Pekarangan dan Buah-buahan,Sinar Baru, Bandung.

Saetiwan, A.I., 1995,Sayuran Dataran Tinggi,Penebar Swadaya, Jakarta. Setyowati, A.Soeharjo, J.L., Dillon, J.B.Hardaker, 1986,Ilmu Usahatani dan

Penelitian Untuk Pengembangan Petani Kecil,UI Press, Jakarta. Soekartawi, 1995,Analisis Usahatani,UI Press, Jakarta.

Soewito, M., 1991,Bercocok Tanam Wortel,Titik Terang, Jakarta.

Sutarya, R.,dan Gerrard Grubben, 1995,Pedoman Bertanam Sayuran Dataran Rendah,Gajah Mada University Press, Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Distribusi Pendapatan Usahatani Jeruk Dan Usahatani Kopi Di Kabupaten Karo ( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo )

6 56 84

Distribusi pendapatan usaha tani jeruk menurut faktor produksi di desa Ndokum Siroga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

0 43 78

Analisis Usahatani Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Petani Wortel Di Desa Gajah, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

8 106 56

Dinamika Organisasi Gapoktan dalam Program Pengembangan Usaha Agribisnis pedesaan (PUAP) di Desa Sada Perarih Kurbakti, Kecamatan Merdeka, Kabupaten Karo

1 73 70

Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 14

Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

1 2 1

Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 6

Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

1 1 23

Evaluasi Pengembalian Dana Pengembangan Usaha Agribisnis (PUAP) di Kecamatan Simpang Empat (Kasus: Desa Lingga, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 0 3

KABUPATEN KARO( Studi Kasus : Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo)

0 3 11