Respon Phaeophleospora sp. Terhadap Fungisida Berbahan Aktif Metiram Secara in Vitro

PENDAHULUAN
Eucalyptus spp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing
(tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus spp. juga dikenal sebagai tanaman yang
dapat bertahan hidup pada musim kering. Tanaman ini mempunyai sistem
perakaran yang dalam namun jika ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit
maka perakarannya cenderung membentuk jaringan rapat dekat permukaan tanah
untuk memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman tersebut.
(Poerwowidodo, 1991).
Ditinjau dari segi kualitas hidup eukaliptus mempunyai banyak gangguan
penyakit. Menurut Rahayu (1999) penyakit pohon Eucalyptus urophylla berupa
bercak daun (leaf spot disease) disebabkan kelas Deutromycetes, Macrophona
sp., Curvularia sp., Pestalotia sp., Gleosporium sp., Helmintosporium sp. Bercak
daun umum terjadi di persemaian atau tanaman di lapangan.
Phaeophleospora (Kirramyces) adalah patogen yang menyerang daun
Eukaliptus di manapun mereka tumbuh. Phaeophleospora sp. ditemukan hampir
dimana-mana yang menyebabkan bintik-bintik dan perubahan warna pada tajuk
yang lebih rendah, tapi tidak sering menyebabkan kerusakan serius. Namun pada
tahun 1996 spesies Phaeophleospora yang baru teridentifikasi pada Eucalyptus
grandis di Sumatera dan tingkat keparahan hawar daun menyebabkan fungi ini
disebut Kirramyces (Old, et al.,2003).
Cara yang paling umum dikenal dalam pengendalian penyakit tumbuhan di

lapangan adalah menggunakan senyawa kimia yang beracun bagi patogen. Bahan
kimia tersebut baik yang menghambat perkecambahan, pertumbuhan dan
perkembangbiakan patogen yang dipengaruhinya, senyawa kimia tersebut

Universitas Sumatera Utara

dinamakan fungisida (untuk penyakit yang disebabkan oleh fungi), bakterisida
(untuk penyakit yang disebabkan oleh bakteri), nematisida (untuk penyakit yang
disebabkan oleh nematoda), virusida (untuk penyakit yang disebabkan oleh virus)
dan herbisida (penyakit yang disebabkan oleh tumbuhan lain). Keefektifan suatu
fungisida terhadap patogen perlu adanya pengujian di laboratorium
Sehubungan dengan peranannya sebagai patogen penyakit maka perlu
dilakukan upaya pengendalian penyebarannya dengan cara pengendalian langsung
yaitu dengan penggunaan fungisida. Penggunaan fungisida diharapkan mampu
menekan pertumbuhan dan penyebarannya khususnya pada percobaan secara in
vitro. Berbagai fungisida yang telah digunakan sebelumnya dapat menimbulkan
resistensi pada Phaeophleospora (Kirramyces) maka dengan itu perlu dilakukan
penelitian ini sebagai upaya mempelajari dan mengukur sejauh mana respon yang
diberikan oleh Phaeophleospora (Kirramyces). terhadap pemberian fungisida
berbahan aktif Metiram 70% secara in vitro.

Tujuan Penelitian
1.

Mengukur respon fungi patogen Phaeophleospora sp. (luas, diameter,
hambatan relatif, kerapatan spora) terhadap perlakuan konsentrasi fungisida
Metiram 70% (0 , 0,4 , 0,8 , 1,2 dan 1,6 mg/ml).

2.

Mengkarakterisasi pertumbuhan koloni (bentuk, warna, tekstur) dan
perubahan hifa terhadap perlakuan konsentrasi fungisida Metiram 70% (0 ,
0,4 , 0,8 , 1,2 dan1,6 mg/ml).

Universitas Sumatera Utara

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
respon Phaeophleospora sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif
Metiram 70% .
Hipotesis

Terdapat respon yang berbeda pada pertumbuhan dan perkembangan (luas,
diameter,

hambatan

relatif,

kerapatan

spora,

bentuk,

warna,

tekstur)

Phaeophleospora sp. terhadap pemberian fungisida berbahan aktif Metiram 70% .

Universitas Sumatera Utara