Gambaran Kadar Hemoglobin Anak Sekolah Dasar di SD Negeri No.101112 Sipange KecSayur Matinggi Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

Hemoglobin

2.1.1. Definisi
Hemoglobin merupakan protein berat molekulnya 64.000 yang tersusun
atas empat sub unit yang masing- masing mengandung bagian heme yang terikat
pada rantai globulin (Suzanne, 2002).
Kadar hemoglobin dipengaruhi oleh konsumsi makanan yang kurang baik
terutama zat makanan yang mengandung zat besi, aktifitas berlebihan (tidak
seimbang dengan masukan/intake makanan), dan juga disebabkan oleh adanya
penyakit komplikasi atau penyakit kecacingan (Erwin, 2005).
2.1.2

Fungsi
Pengiriman oksigen adalah fungsi utama hemoglobin, selain itu mampu

juga menarik karbondioksida dalam jaringan tubuh, serta menjaga darah pada pH
yang seimbang. Satu molekul hemoglobin mengikat satu oksigen dari lingkungan

yang kaya akan oksigen yaitu dari alveoli paru-paru molekul ini mampu
mengangkut dan membongkar oksigen (O2) ke jaringan di daerah yang afinitas
oksigennya rendah (Kiswari, 2014).
Menurut Sadikin (2006), hemoglobin berfungsi mengikat dan membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, membawa karbondioksida dari seluruh
jaringan tubuh ke paru-paru, memberi warna merah pada darah, dan
mempertahankan keseimbangan asam-basa dari tubuh.

5
Universitas Sumatera Utara

6

2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi kadar Hemoglobin
Jenis kelamin laki-laki kadar hemoglobin lebih tinggi daripada wanita, hal
ini disebabkan oleh masa otot pria relatif lebih besar daripada wanita sedangkan
wanita akan mengalami menstruasi, karena banyak darah yang keluar dapat
menyebabkan kadar hemoglobin lebih rendah. Ketinggian dataran pemeriksaan
hemoglobin menunjukkan perubahan yang nyata sesuai dengan tinggi rendahnya
daratan terhadap permukaan laut. Semakin tinggi dataran, semakin tinggi pula

kadar hemoglobinnya sebab semakin tinggi dataran semakin rendah oksigen.
Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain terjadinya
penurunan kadar substrat maupun aktivitas enzim yang akan diukur, termasuk
kadar hemoglobin. Hal ini disebabkan karena terjadinya pemindahan cairan tubuh
ke dalam pembuluh darah sehingga mengakibatkan terjadinya pengenceran darah,
maka kadar hemoglobin akan turun. Umur juga berpengaruh terhadap kadar dan
aktivitas zat dalam darah. Kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus dari
pada dewasa. Selama kehamilan akan terjadi perubahan kadar besi dan feritin.
Penyebab perubahan tersebut dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan,
peningkatan protein transport, hemodilusi, volume tubuh yang meningkat karena
peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut (Gibson, 2005).
Tabel 2.1.2. Batas Normal Kadar Hemoglobin Menurut WHO (2001)
Kelompok
Anak usia sekolah pria dan
wanita

Umur
6-12 tahun
12-14 tahun


Laki-laki
Dewasa
Wanita
Wanita hamil
Sumber: WHO,1972 (dalam Arisman, 2009)

Hb
12 gr/dl
12g/dl
13g/dl
12g/dl
11g/dl

 
Universitas Sumatera Utara

7

2.2. Zat Besi
2.2.1. Defenisi

Zat besi merupakan mineral mikro yang paling banyak didalam tubuh
manusia yaiu sebanyak 3-5 gram didalam tubuh manusia dewasa, (Almatsier,
2010). Zat besi adalah satu mikronutrien yang penting bagi tubuh, antara lain
pada sintesis DNA, fungsi mitokondria, transportasi oksigen, produksi ATP, dan
untuk melindungi sel dari kerusakan oksidasi ( Soetjiningsih, 2014).
2.2.2. Fungsi
Menurut Almatsier (2010), zat besi sangat diperlukan oleh tubuh diantanya
adalah sebagai berikut:
1) Metabolisme Energi
Didalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkut
elektron, yang berperan dalam langkah- langkah akhir metabolisme energi.
Protein ini memindahkan hidrogen dan elektron yang berasal dari zat gizi
penghasil energi ke oksigen, sehingga membentuk air. Dalam proses tersebut
menghasilkan ATP (Adenosine Triphosphate). Sebagian besar besi berada di
dalam hemoglobin dan mioglobin dalam otot. Hemoglobin membawa oksigen
dari paru-paru keseluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari seluruh tubuh
ke paru- paru untuk dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan mioglobin berperan
sebagai reservoir oksigen yaitu menerima, menyimpan dan melepas oksigen dari
sel- sel otot.


 
Universitas Sumatera Utara

8

2) Kemampuan Belajar
Hubungan besi dengan fungsi otak di jelaskan Lozoff dan Youdim pada
tahun 1988 yaitu beberapa bagian dari otak mempunyai kadar besi tinggi yang
diperoleh dari transfor besi yang dipengaruhi oleh reseptor transferin. Kadar besi
dalam otak yang kurang tidak akan bisa diganti setelah dewasa defisiensi besi
berpengaruh negatif pada fungsi otak, terutama fugsi sistem neurotransmiter.
Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir
dengan hilangnya reseptor tersebut.
3) Sistem Kekebalan
Respons kekebalan sel oleh limfosit T terganggu karena berkurangnya
pembentukan sel tersebut yng kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya DNA.
Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase
ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel
darah putih yang dapat menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif
dalam keadaan tubuh kekurangan besi.

4) Pelarut Obat-obatan
Obat-obatan yang tidak larut dalam air oleh enzim mengandung besi dapat
dilarutkan sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh.
2.2.3.

Kebutuhan Zat Besi
Zat besi terdapat dalam makanan hewani seperti daging, ayam dan ikan,

sumber lain juga terdapat pada telur, serealia tumbuk, kacang- kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah (Almatsier, 2010). Berikut ini adalah tabel angka
kecukupan zat besi yang dianjurkan berdasarkan Widyakarya Nasional Pangan
dan Gizi (2004).

 
Universitas Sumatera Utara

9

Tabel 2.2.3.


Angka kecukupan besi yang dianjurkan menurut Almatsier (2010)

Golongan/Umur

AKB (Mg)

Golongan/Umur

Balita
0-6 bulan
7-11 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun

Wanita
10-12 tahun
13-15 tahun
16-18 tahun
19-29 tahun

30-49 tahun
50- 64 tahun

0,5
7
8
9
10
Pria

10-12 tahun
13-15 tahun

≥ 65 tahun

13
19

AKB (Mg)


20
26
26
26
26
12
12

Hamil dan menyusui
Trimester I
+0
Trimester II
+9
Trimester III
+ 13
Menyusui 0-6 bulan
+6
Menyusui 7-12 bulan
+6


16-18 tahun
15
19-29 tahun
13
30-49 tahun
13
50- 64 tahun
13
≥ 65 tahun
13
2.2.4. Kekurangan Zat Besi

Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,
dimana zat besi digunakan secara terus-menerus. Sebagian besar zat besi yang
bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian
kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat.
Keseimbangan zat besi dalam tubuh diregulasi dengan sebaiknya untuk
memastikan bahwa zat besi yang diabsorpsi di usus cukup untuk mengkompensasi
zat besi yang hilang dari tubuh. Bila seorang anak atau bayi sedang tumbuh
membutuhkan zat besi yang lebih banyak daripada cadangan zat besi yang ada,

maka anak atau bayi tersebut akan mengalami keseimbangan zat besi yang
negatif. Bila keadaan ini menetap, maka usaha yang pertama dari tubuh adalah
cadangan zat besi akan dipakai, bila cadangan zat besi habis, maka bagian zat besi
yang berfungsi akan dengan cepat pula berkurang (Almatsier, 2010). Terdapat 3
tingkat dari kekurangan zat besi. Pada tingkat pertama atau "Negative Iron
Balance”, ditandai dengan berkurangnya atau tidak adanya cadangan besi,

 
Universitas Sumatera Utara

10

sehingga kadar feritin plasma dan simpanan besi dalam sumsum tulang akan
menurun dan absorbsi zat besi akan meningkat. Pada orang dewasa keadaan ini
mudah dibedakan dengan keadaan normal, tetapi pada anak yang sedang tumbuh
agak sulit ditentukan, karena pada anak-anak yang sedang tumbuh dalam keadaan
normal pun bisa didapati kadar hemosiderin dalam sumsum tulang yang sangat
rendah. Pada tingkat kedua, bilamana keseimbangan zat besi yang negatif menjadi
lebih progresif, maka terjadilah keadaan yang dinamakan "Iron Deficiency
Erythropoesis” dengan tanda-tanda penurunan cadangan zat besi dalam tubuh,
penurunan kadar besi dalam serum, dan penurunan kadar jenuh transferin sampai
15-20%. Sintesis hemoglobin terganggu dan konsentrasi hemoglobin berkurang
sehingga dibawah kadar optimal tapi belum ada tanda-tanda anemia yang jelas.
Pada tingkat ketiga atau dinamakan "Iron Deficiency Anemia”, keseimbangan zat
besi yang negatif yang berlama-lama akan menyebabkan munculnya tanda-tanda
anemia yang nyata, disertai dengan kelainan-kelainan seperti pada tingkat kedua
(Almatsier, 2010).
2.3. Anemia Defisiensi Besi
2.3.1

Definisi
Anemia defisiensi besi merupakan masalah gizi yang paling dominan

akibat pasokan zat besi dari makanan yang tidak memadai dan merupakan
masalah gangguan mineral yang paling sering di temukan (Wong, 2002).
2.3.2. Etiologi
Anemia defisiensi besi terjadi bila kehilangan darah secara kronis, asupan
zat besi dan penyerapan yang tidak adekuat dan peningkatan kebutuhan akan zat
besi untuk pembentukan sel darah merah yang lazim berlangsung pada
pertumbuhan bayi, masa puberitas, masa kehamilan, dan menyusui (Arisman,
2010).

 
Universitas Sumatera Utara

11

Defisiensi zat besi terjadi jika asupan gizi zat besi kurang, gangguan
absorpsi besi, atau kehilangan zat besi lebih dari penyerapan zat besi. Penyebab
defisiensi besi yang seterusnya adalah kebutuhan zat besi yang relatif meningkat.
Peningkatan kebutuhan zat besi saat bayi, remaja, saat hamil dan menyusukan
serta wanita menstruasi meningkatkan risiko anemia pada kelompok ini.
Wanita beresiko tinggi mengalami defisiensi besi yaitu setiap kehamilan
akan kehilangan 500-700 mg besi, dan tambahan 450 mg untuk meningkatkan
volume darah. Rata- rata 2,5 mg besi harus di serap setiap hari selama kehamilan
(Kiswari, 2014).Sepanjang usia reproduktif wanita mengalami kehilangan darah
akibat peristiwa haid. Menurut Arisman (2010) mengatakan dan telah
membuktikan bahwa jumlah darah yang hilang selama proses haid berkisar antara
20-25 cc. Jumlah ini menyiratkan kehilangan zat besi sebesar 12,5-15 mg/ bulan,
atau kira- kira sama dengan 0,4-0,5 mg setiap hari. Jika jumlah tersebut
ditambahkan dengan basal, jumlah total zat besi yang hilang sebesar 1,25 mg
setiap harinya.
2.3.3. Gejala dan Tanda
Secara umum gejala defisiensi besi adalah kelelahan, sesak nafas saat
beraktifitas, dan pusing. Ada bebrapa tanda dan gejala yang khas termasuk kuku
“sendok” glositis disertai nyeri, ulserasi di sudut mulut dan disfagia karena
struktus esofagus (Kiswari, 2014). Sering berdebar debar, pucat, iritiabel,
kojungtiva okular berwarna kebiruan atau putih mutiara, jantung agak membesar
dan bising sistolik yang fungsional (Ngastiyah, 2005). Gejala defisiensi lainnya
adalah disfungsi sistem imun, pica, serangan nafas terhenti sejenak (breath
holdingspell), rest leg syndrome (Soetjiningsih, 2014).

 
Universitas Sumatera Utara

12

2.3.4. Komplikasi
Anemia defisiensi besi menyebabkan pucat, rasa lemah, pusing, kurang
nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja,
menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Disamping itu
kemampuan mengatur suhu tubuh menurun. Pada anak- anak kekurangan besi
menimbulkan apatis, mudah tersinggung, serta menurunnya konsentrasi belajar.
Anemia defisiensi besi menyebabkan gangguan perkembangan neurologik pada
bayi dan menurunkan prestasi belajar pada anak usia sekolah karena zat besi telah
dibuktikan berperan penting dalam fungsi otak dan penelitian pada hewan
menunjukkan berlakunya perubahan dalam fungsi neurotransmitter dan perilaku
pada hewan yang kekurangan zat besi (Almatsier,2010).
Menurut penelitian WHO (2001) yang dilakukan di Chile, Indonesia, India
dan USA didapatkan bahwa anemia defisiensi besi secara konklusifnya
mengganggu perkembangan psikomotor dan fungsi kognitif pada anak usia
sekolah. Anak-anak yang diberikan suplementasi besi merasa kurang lelah dan
kemampuan mereka untuk berkonsentrasi semasa pembelajaran juga meningkat.
Nilai IQ (Intelligent Quotient) pada anak yang mengalami kurang zat besi
ditemukan dengan jelas lebih rendah berbanding anak yang tidak mengalami
anemia defisiensi besi. Terdapat 3 proses yang menjadi dasar penyebab gangguan
kognitif pada anemia defisiensi besi. Penyebab pertama ialah gangguan
pembentukan mielin. Mielinisasi memerlukan besi yang cukup dan tidak dapat
berlangsung baik bila oligodendrosit yaitu sel yang memproduksi mielin
mengalami kekurangan besi. Mielin ini penting untuk kecepatan penghantaran
rangsang. Penyebab yang kedua ialah gangguan metabolisme neurotransmitter.
Hal ini terjadi karena gangguan sintesa serotonin, norepinefrin, dan dopamin. 
Dopamin mempunyai efek pada perhatian, penglihatan, daya ingatan, motivasi
dan kontrol motorik.

 
Universitas Sumatera Utara

13

Penyebab seterusnya ialah gangguan metabolisme energi protein,
gangguan ini terjadi karena besi merupakan ko-faktor pada ribonukleotida
reduktase yang penting untuk fungsi dan metabolisme lemak dan energi otak.
Semakin dini usia dan lama saat terjadi anemia dan semakin luas otak yang
terkena, akan menyebabkan gangguan fungsi kognitif semakin permanen dan sulit
diperbaiki (Lubis, 2008).
2.3.5. Pencegahan
Ada empat pendekatan dasar pencegahan defisiensi besi zat besi. Keempat
pendekatan itu adalah:
1) Pemberian Suplementasi Tablet Besi atau Injeksi Besi
Dalam proses eritropoesis ada keterkaitan besi dengan vitamin A.
Penderita akan menerima respons lebih lengkap manakala vitamin Aditambahkan
dalam preparet besi dibandingkan jika anemia diterapi dengan tablet besi saja,
meskipun mekanismenya belum terjelaskan. Tablet besi dalam bentuk ferro lebih
mudah diserap ketimbang bentuk ferri. Sediaan yang banyak tersedia, mudah
didapat dan murah, serta khasiatnya paling efektif adalah ferro sulfat, ferro
glukonat, dan ferro fumarat. Namun konsumsi tablet zat besi dapat menimbulkan
efek samping yang tidak menyenangkan seperti rasa sakit di ulu hati, mual,
muntah, dan diare.
2) Pendidikan dan Peningkatan Asupan Zat Besi Melalui Makanan
Seperti yang telah diketahui pemberian tablet dapat menimbulkan efek
samping mengganggu sehingga orang cenderung menolak tablet yang diberikan.
Penolakan tersebuk berpangkal pada ketidak tahuan akan tambahan zat besi bagi
anak prasekolah dan sekolah, juga ibu hamil dan menyusui harus diberikan
pendidikan yang tepat misalnya bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia dan
harus diyakinkan bahwa salah satu penyebabnya adalah defisiensi zat besi pada

 
Universitas Sumatera Utara

14

ibu hamil. Peningkatan asupan zat besi dapat ditingkatkan melalui makanan, dan
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu yang pertama, memastikan mengkonsumsi
makanan yang mengandung kalori sebesar yang semestinya dikonsumsi. Kedua,
meningatkan ketersediaan hayati zatbesi yang dimakan.
3) Pengawasan Penyakit Infeksi
Pengawasan penyakit infeksi ini memerlukan upaya kesehatan masyarakat
pencegahan seperti penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan, dan
kebersihan perorangan. Jika terjadi infestasi parasit tidak bisa disangkal lagi
bahwa cacing tambang, serta schistosoma adalah parasit yang dapat mengganggu
penyerapan berbagai zat gizi. Karena itu parasit harus dimusnahkan secara rutin.
4) Fortifikasi Makanan
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara terampuh dalam defisiensi
besi, proses ini boleh ditargetkan untuk merangkul beberapa atau seluruh
kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat yang dijadikan target harus dilatih
dibiasakan mengkonsumsi makanan fortifikasi itu, serta harus memiliki
kemampuan untuk mendapatkannya (Arisman MB, 2010).
2.4.

Cara Pengukuran
Kadar hemoglobin darah dapat ditentukan dengan bermacam-macam cara,

tetapi sampai sekarang ini belum ada satu cara pun hasilnya yang dapat dipercaya
100%

(Kiswari, 2014). Menurut Marwenda. A (2003), haemometer atau

hemoglobinometer adalah instrument laboratorium untuk menetukan kadar
hemoglobin dalam darah berdasarkan satuan warna (colorimeric). Haemometer ini
banyak digunakan juga dalam praktikum penyakit dan parasit ikan sebagai
wawasan bagi anda penggunaan haemometer ini adalah alat untuk mengukur
kadar hemoglobin dalam darah sebaiknya anda mencari literatur kondisi Hb yang
baik itu bagaimana dan tidak baik itu bagaimanan, ketepatan dan ketelitian anda

 
Universitas Sumatera Utara

15

saat bekerja sangat menentukan keakuratan dalam penggunaan alat ini karena alat
ini, selain haemometer (sahli) ini ada juga alat yang lebih canggih lagi untuk
mengukur Hb, pengukur Hb digital yang mungkin anda sudah pada tahu atau
pernah lihat di rumah sakit atau mungkin alat pengukur tensi darah. Pada
kesempatan

ini

maka

akan

menjelaskan

cara

menggunakan

alat

hemoglobinometer digital yaitu masukkan chip hemoglobin dan strip uji
hemoglobin kedalam alat pastikan alat dalam keadaan mati, pada layar akan
muncul angka atau kode yang sesuai seperti pada botol strip setelah kode cocok
tunggu beberapa detik hingga muncul tanda tetesan darah, gunakan blood sampler
untuk menusuk jari dengan kedalaman secukupnya. dekatkan darah pada ujung
strip uji dalam keadaan tegak lurus, darah akan langsung terserap oleh strip uji
tunggu 6 detik untuk melihat hasil kadar hemoglobin dalam unit gr/dl.
2.5 Tumbuh Kembang Anak Usia Sekolah
2.5.1 Dasar-Dasar Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang dianggap sebagai satu kesatuan yang mencerminkan
berbagai perubahan terjadi selama hidup seseorang. Seluruh perubahan tersebut
merupakan proses dinamis yang menekankan beberapa dimensi yang saling
terkait

yaitu

pertumbuhan,

perkembangan,

malturasi

dan

diferensiasi.

Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah dan ukuran sel pada saat membelah diri
dan mensintesis protein baru, menghasilkan peningakan ukuran dan berat dan
seluruh atau sebagian sel. Perkembangan adalah perubahan dan perluasan secara
bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih
tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan
peningkatan kompetensi serta pembelajaran (Wong, 2009).

 
Universitas Sumatera Utara

16

2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak
2.5.2.1 Faktor genetik
Hubungan yang besar terdapat pada antara orang tua dan anak dalam hal
sifat seperti tinggi badan, berat badan, dan laju pertumbuhan. Kebanyakan
karakteristik fisik, termasuk pola dan bentuk gambaran, bagian tubuh, dan
keganjilan fisik, diturunkan

dan dapat mempengaruhi cara pertumbuhan dan

integrasi anak dengan lingkungannya. Perbedaan kesehatan dan kekuatan anak
dapat dikaitkan dengan sifat hereditas. Gangguan mental atau fisik yang
diturunkan akan mengubah atau mengganggu pertumbuhan emosi dan fisik serta
interaksi anak (Wong, 2009).
2.5.2.2 Faktor eksternal/lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya,
dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Faktor eksternal
yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya (Yunita, 2012).
2.5.3

Perkembangan Biologis
Selama masa anak usia sekolah pertumbuhan tinggi dan berat badan terjadi

lebih lambat jika dibandingkan dengan masa sebelumnya. Antara usia 6 sampai 12
tahun, anak-anak akan mengalami pertumbuhan sekitar 5cm per tahun untuk
mencapai tinggi badan 30 sampai 60 cm dan berat badannya akan bertambah
hampir dua kali lipat, bertambah 2 sampai 3 kg per tahun. Tinggi rata-rata anak
usia 6 tahun sekitar 116 cm dan berat badan sekitar 21 kg, dan tinggi anak usia 12
tahun sekitar 150 cm dan berat badan nya mendekati 40 kg.

 
Universitas Sumatera Utara

17

Menjelang akhir usia sekolah, ukuran tubuh anak laki-laki dan perempuan
mulai meningkat, walaupun sebagian besar tinggi dan berat badan anak
perempuan mulai melebihi anak laki-laki, menyebabkan ketidaknyamanan yang
akut bagi anak perempuan dan anak laki-laki (Wong, 2009).
2.5.4

Perkembangan Psikososial
Masa

kanak-kanak

pertengahan

adalah

periode

perkembangan

psikoseksual yang dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu
tenang antara pada masa kanak-kanak awal dengan masa remaja. Selama waktu
ini, anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah
pengabaian pada tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan
jenis yang menyertai puberitas (Wong, 2009).
2.5.5

Perkembangan Kognitif (Piaget)
Ketika anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh

kemampuan untuk menggambarkan mental anak yang dapat ungkapkan secara
verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai operasional konkret oleh
Piaget, ketika anak mampu menggunakan proses berfikir untuk mengalami
peristiwa dan tindakan. Anak mengembangkan pemahaman mengenai hubungan
antara sesuatu hal dan ide. Anak mengalami kemajuan dari membuat penilaian
berdasarkan apa yang mereka lihat (pemikiran perseptual) sampai membuat
penilaian berdasarkan alasan mereka (pemikiran konseptual) (Wong, 2009).
2.5.6

Perkembangan Moral (Kohlberg)
Pola pikir anak mulai berubah dari egosentrisme ke pola pikir yang lebih

logis, mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan
standar moral. Anak usia prasekolah tidak mempercayai bahwa standar perilaku
berasal dari dalam diri mereka sendiri tetapi lebih mempercayai bahwa peraturan
ditetapkan dan diatur oleh orang lain. Anak usia sekolah yang lebih besar lebih

 
Universitas Sumatera Utara

18

mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang di
hasilkannya. Peraturan dan penilaian tidak lagi bersifat mutlak dan otoriter serta
mulai berisi lebih banyak kebutuhan dan keinginan orang lain (Wong, 2009).
2.5.7

Perkembangan Spiritual
Anak pada usia sekolah berfikir dalam batasan yang sangat konkret tetapi

merupakan pelajar yang sangat baik dan memiliki kemauan besar untuk
mempelajari sang penciptanya. Anak usia sekolah mulai belajar untuk
membedakan antara natural dan supra natural tetapi mengalami kesulitan
memahami simbol-simbol, oleh karena itu konsep agama harus dijelaskan
kepadanya secara konkret (Wong, 2009).
2.5.8

Perkembangan Sosial
Teman sebaya adalah agens atau orang terpenting dalam kehidupan anak

usia sekolah. Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberikan
sejumlah hal yang penting kepada anggotanya. Anak-anak memilki budaya
mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode etik yang meningkatkan
rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang dewasa. Hubungan
dengan teman sebaya , anak belajar

bagaimana menghadapi dominasi dan

permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan, serta
menggali ide-ide dan lingkungan fisik. Identifikasi dengan teman sebaya memberi
pengaruh kuat bagi anak dalam memperoleh kemandirian dari orang tua (Wong,
2009).

 
Universitas Sumatera Utara