Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mempertimbangkan Kembali Larangan Praktek Perkawinan Beda Agama Berdasarkan Studi Hermeneutik terhadap II Korintus 6:11-7:1
ABSTRAK
Perkawinan beda agama merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Hukum perkawinan di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Namun di dalam UndangUndang tersebut tidak ada satu pasal pun yang secara tegas dan jelas mengatur mengenai
perkawinan beda agama, sehingga perkawinan beda selalu menjadi permasalahan yang tidak
kunjung usai.
Ucapan Paulus mengenai pasangan yang tidak seimbang dalam II Korintus 6:11-7:1
sering dipakai oleh sebagian umat Kristen masa kini untuk melegitimasi larangan melakukan
perkawinan dengan pasangan yang berbeda keyakinan. Ucapan Paulus ini kemudian menjadi
salah satu ucapan Paulus yang sulit karena implikasinya yang nampak keras dalam hubungan
sehari-hari dengan orang-orang yang tidak seiman, khususnya mengenai masalah cinta yang
berujung pada perkawinan.
Teks II Korintus 6:11-7:1 sesungguhnya bukanlah teks yang berbicara mengenai
perkawinan beda agama. Teks ini berbicara mengenai bagaimana seharusnya komunitas
Kristen Korintus bersikap dalam menjalin relasi dengan masyarakat yang lebih luas, seperti
dalam pekerjaaan, persahabatan, keluarga, perkawinan dan lain sebagainya. Teks ini tidak
bisa dijadikan dasar atau prinsip untuk melegitimasi larangan perkawinan beda agama.
Pemerintah juga sudah sepatutnya menetapkan hukum perkawinan yang jelas dan tegas, yang
berlaku bagi pasangan yang berbeda keyakinan, sehingga masyarakat Indonesia yang berbeda
keyakinan tidak perlu lagi pergi ke negara lain atau berpindah agama agar perkawinan
mereka dapat disahkan.
Kata Kunci: Perkawinan Beda Agama, Paulus, II Korintus 6:11 7:1, Pasangan Tidak
Seimbang
ix
Perkawinan beda agama merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk. Hukum perkawinan di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan. Namun di dalam UndangUndang tersebut tidak ada satu pasal pun yang secara tegas dan jelas mengatur mengenai
perkawinan beda agama, sehingga perkawinan beda selalu menjadi permasalahan yang tidak
kunjung usai.
Ucapan Paulus mengenai pasangan yang tidak seimbang dalam II Korintus 6:11-7:1
sering dipakai oleh sebagian umat Kristen masa kini untuk melegitimasi larangan melakukan
perkawinan dengan pasangan yang berbeda keyakinan. Ucapan Paulus ini kemudian menjadi
salah satu ucapan Paulus yang sulit karena implikasinya yang nampak keras dalam hubungan
sehari-hari dengan orang-orang yang tidak seiman, khususnya mengenai masalah cinta yang
berujung pada perkawinan.
Teks II Korintus 6:11-7:1 sesungguhnya bukanlah teks yang berbicara mengenai
perkawinan beda agama. Teks ini berbicara mengenai bagaimana seharusnya komunitas
Kristen Korintus bersikap dalam menjalin relasi dengan masyarakat yang lebih luas, seperti
dalam pekerjaaan, persahabatan, keluarga, perkawinan dan lain sebagainya. Teks ini tidak
bisa dijadikan dasar atau prinsip untuk melegitimasi larangan perkawinan beda agama.
Pemerintah juga sudah sepatutnya menetapkan hukum perkawinan yang jelas dan tegas, yang
berlaku bagi pasangan yang berbeda keyakinan, sehingga masyarakat Indonesia yang berbeda
keyakinan tidak perlu lagi pergi ke negara lain atau berpindah agama agar perkawinan
mereka dapat disahkan.
Kata Kunci: Perkawinan Beda Agama, Paulus, II Korintus 6:11 7:1, Pasangan Tidak
Seimbang
ix