LS Membongkar Penderasan Islam Moderat
MEMBONGKAR PENDERASAN GERAKAN ISLAM MODERAT
Publik Indonesia tentu ingat betul ketika tepuk anak sholeh dipersoalkan. Ketua
Himpaudi Banyumas, Khasanatul Mufidah (28/7/17) meminta lagu tepuk Anak
Sholeh dihentikan, atau syairnya diubah. Pasalnya, syair yang diakhiri 'Islam Yes,
Kafir No', dianggap intoleran.1
Perempuan, Keluarga dan Radikalisme
Intoleransi menjadi penanda ditanamkannya bibit ekstrimisme dan radikalisme di
Indonesia, semisal penggunaan kata ‘kafir’. Kekalahan Ahok pada pilkada DKI akibat keengganan kaum muslimin memilih pemimpin kafir- dianggap sebagai
momok bagi musuh Islam. Kaum kafir dan sekutu-sekutu muslimnya membuat
opini bahwa penggunaan kata ‘kafir’ mengancam keberagaman dan berpotensi
menciptakan konflik. Inilah opini yang kerap dilontarkan di ruang publik sepanjang
tahun 2017 yakni melekatkan masalah radikal dengan Islam, termasuk dalam ranah
keluarga.
Radikalisme sudah mengakar dalam keluarga, demikian menurut Ketua Umum
PBNU Said Aqil Siroj.2 Kasus deportasi 72 WNI yang terdiri dari 41 dewasa dan 34
anak-anak oleh otoritas Turki (6/2/17) turut mendasari pendapat itu. Mereka ingin
masuk ke Suriah3 sebagai pusat ISIS4. Sejak 2014, ISIS telah menjadi sarana bagi
Barat untuk menyudutkan Islam, atas semua aktivitas yang disebut radikal dan
ekstrim.
Artinya, para kepala keluarga yang ‘diusir’ itu dianggap telah
menanamkan bibit radikal pada istri dan anak-anaknya. Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius, menyatakan telah terjadi
pergeseran pola rekrutmen kelompok radikal 5 hingga menyasar keluarga.
Agar radikalisme tidak menyasar ibu-ibu, rakernas Fatayat NU di Palangkaraya,
Kalteng (30/8/17) merekomendasikan
dakwah berbasis keluarga melalui
penanaman nilai-nilai Islam Nusantara sebagai penangkal gerakan radikal. 6
Menurut
Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ),
Musdah Mulia,
perempuan memang amat mudah dicekoki pandangan Islam radikal. 7 Karenanya,
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasarudin Umar berpendapat penyebaran bibit
radikalisme dapat 'diamputasi' di level keluarga dengan membekali ibu rumah
tangga dengan pemahaman nilai kebangsaan. 8
Lalu megapa narasi radikalisme harus dihubungkan dengan perempuan dan
keluarga? Muaranya adalah kerja pemerintah yang tertuang pada Kegiatan Prioritas
Nasional Penanggulangan Terorisme dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) 2014 -2019, yang menunjuk BNPT sebagai koordinator
penanganan terorisme.9 BNPT menggandeng 27 kementerian dan lembaga negara
(3/1/2017) di antaranya TNI dan Polri, Kemensos, Kemendikbud, Kemenristekdikti, 10
1 http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/07/31/otyg12428-aisyiyah-kenapa-tepuk-anaksholeh-dianggap-tidak-toleran
2 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/kompas/2017/20170506kompas/#/5/
3 http://www.dw.com/id/wni-pendukung-isis-yang-dideportasi-dari-turki-akan-jalani-program-deradikalisasi/a37445004
4 Islamic State of Iraq and Syria, Pada tanggal 29 Juni 2014, kelompok ini menyatakan dirinya sebagai negara Islam
sekaligus kekhalifahan dunia yang dipimpin oleh khalifah Abu Bakr al-Baghdadi
5 http://poskotanews.com/2017/02/06/masyarakat-diminta-terima-75-wni-yang-dideportasi-turki/
6 Ibidem 2 (4/5/17)
7 http://www.tribunnews.com/nasional/2017/04/21/siti-musdah-mulia-wanita-yang-terpapar-paham-radikalkarena-di-doktrin-agama
8 Disampaikan dalam Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian Antiradikalisme dan Terorismehttp://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/08/31/ovjt4e-nasarudin-umar-irt-bisa-amputasi-bibitradikalisme
9 Bappenas. MATRIKS PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG, RPJMN 2014 – 2019
10 http://krjogja.com/web/news/read/20575/Cegah_Teror_BNPT_Gandeng_38_Kementerian_Lembaga_Negara
1
Kemenag, Kemenhuk-HAM, Kemenkominfo, Kemenaker, Kemendagri, Kementerian
Pemuda dan Olahraga, PPATK,11 Kemendes, Kemenkop-UKM12, juga Kementrian
Pemberdayaan Perempuan-Perlindungan Anak (KPP-PA).
Program Rembuk Kebangsaan, Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah
satu metode yang dilaksanakan dari kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan
dalam Pencegahan Terorisme.13 Program ini dideraskan di daerah, seperti Jawa
Barat (16/8/2017) via Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang saling
berkoordinasi dengan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) – salah satu organ
Kemendagri- dalam pencegahan paham radikal-terorisme. 14
Sebelumnya, pada 21 April 2017 di Bandung dilantik 500 daiyah anti radikalisme.
Pada kesempatan itu Kepala BNPT menyatakan pelantikan daiyah itu akan menjadi
mitra strategis BNPT dalam menggaungkan pencegahan terorisme dari kalangan
perempuan dan anak-anak.15 Pelibatan ulama perempuan dalam penderasan Islam
moderat kian menguat saat penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia
(KUPI) di Ponpes Kebon Jambu, Ciwaringin, Cirebon, 25-27 April 2017. Pertemuan
itu membuahkan ikrar akan tanggung jawab ulama perempuan untuk menghapus
segala bentuk kezaliman atas dasar agama, ras, golongan, dan jenis kelamin,
termasuk radikalisasi perempuan.16
Dan di akhir tahun ini, KPP-PA menyelenggarakan Simposium Nasional "Peran Ibu
untuk Perdamaian" di Jakarta dalam rangka Peringatan Hari Ibu ke-89. Kegiatan
yang diikuti perempuan dari berbagai Ormas, organisasi perempuan dan Kepala
Dinas di lingkungan KPP-PA seluruh Indonesia, akademisi dan peneliti bertujuan
agar kaum perempuan dapat berperan dalam pembentukan karakter dan
menumbuhkan rasa cinta perdamaian di keluarga dan masyarakat. 17 Tentu saja
yang dimaksud adalah karakter yang sejalan dengan ide Islam moderat.
Muslim Moderat, Sekutu Barat
Usai peristiwa 11 September 2001, kata radikalisme dengan sengaja dilekatkan
pada Islam. Istilah ini dipakai kalangan akademisi maupun media massa untuk
merujuk gerakan Islam politik yang diberi label negatif seperti "ekstrem, militan,
dan non-toleran, anti-Barat/Amerika."18 Padahal istilah radikal justru berawal dari
gerakan reformasi sistem pemilihan di Inggris. 19 Barat yang jahat akhirnya
menjadikan radikal memiliki makna negatif terhadap Islam.
Radikalisme Islam sering dipandang sebagai ancaman terhadap kehidupan
demokrasi20 dan peradaban Barat sekuler.
Sebagai perlawanan terhadap
kemunculan radikalisme Islam, Barat menciptakan narasi Islam moderat untuk
dijejalkan pada benak umat. Karakter muslim moderat yang dibentuk Barat adalah
seseorang yang menerima budaya Barat yakni mendukung demokrasi, mengakui
HAM - termasuk kesetaraan jender dan kebebasan beragama -, menghormati
sumber hukum non agama, menentang terorisme dan kekerasan – sesuai tafsiran
11 https://elshinta.com/news/75397/2016/08/22/bnpt-ajak-kementerianlembaga-bersinergi-tanggulangiterorisme
12 https://nasional.tempo.co/read/1027803/bnpt-beri-keterampilan-wirausaha-pada-wni-eks-pengikut-isis
https://nasional.tempo.co/read/1027803/bnpt-beri-keterampilan-wirausaha-pada-wni-eks-pengikut-isis
13 https://www.bnpt.go.id/perempuan-sebagai-ibu-adalah-didorong-jadi-benteng-keluarga.html
14 https://www.bnpt.go.id/fkpt-representasi-bnpt-di-masyarakat.html
15 http://www.tribunnews.com/nasional/2017/04/22/dilantik-500-juru-dakwah-perempuan-anti-radikalisme
16 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/kompas/2017/20170428kompas/#/1/
17 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/12/04/p0ffha396-menag-hadiri-simposium-nasionalperan-ibu-untuk-perdamaian
18 http://lipi.go.id/berita/islam-radikalisme-dan-demokrasi/734
19 https://id.wikipedia.org/wiki/Radikalisme_(sejarah)
20 http://lipi.go.id/berita/islam-radikalisme-dan-demokrasi/734
2
Barat -.21 Sehingga seseorang yang menyebut dirinya sebagai muslim moderat
akan menolak pemberlakuan hukum Islam kaaffah,
toleran terhadap
penyimpangan aqidah, tidak mau menghakimi pelaku maksiat, menganggap Islam
tak berbeda dengan aturan lain, menentang Islam politik -Negara Islam, Khilafah
dan jihad- sekalipun dia menjalankan ibadah mahdloh, santunannya banyak dan
dikenal sebagai tokoh Islam.
Amerika Serikat memang merancang pendekatan yang amat halus dalam
pertarungan ideologi antara Islam dan Kapitalisme. Cheryl Benard – peneliti RAND
Corporation - menyebutkan bahwa dunia Islam harus dilibatkan dalam pertarungan
tersebut dengan menggunakan nilai-nilai (Islam) yang dimilikinya.
AS harus
menyiapkan mitra, sarana dan strategi demi memenangkan pertarungan. Tujuannya
adalah pertama, mencegah penyebaran Islam politik . Kedua, menghindari kesan
bahwa AS "menentang Islam." Ketiga, mencegah agar masalah ekonomi, sosial, dan
politik tidak akan menyuburkan radikalisme Islam.22
Mitra yang dirangkul AS untuk memerangi radikalisme Islam adalah kaum sekuleris,
muslim liberal, muslim tradisionalis, intelektual muslim liberal, aktivis komunitas,
kelompok perempuan, jurnalis, penulis dan lain-lain. 23
Karena itulah, bisa
dimengerti bila para ulama perempuan yang dihimpun dalam KUPI tak keberatan
untuk menderaskan pemikiran Islam moderat, sekalipun hal itu membuat mereka
harus menakwilan nash-nash syari’at agar sesuai dengan tujuan itu.
Penderasan Gerakan Islam Moderat
Patut disadari bahwa sebuah narasi politis tidak akan muncul dari ruang kosong,
tanpa didasari ide tertentu. Pernyataan orang nomor satu di negeri ini, tentu
menjadi salah satu pedoman bagi rangkaian narasi yang menyudutkan Islam
sebagai agama radikal. Pidato Presiden Joko Widodo dalam pengukuhan pengurus
DPP Hanura di Sentul, Bogor (22/2/2017) menunjukkan hal tersebut. Dikatakannya,
demokrasi (Indonesia) yang kebablasan membuka peluang radikalisme,
fundamentalisme, sekterianisme, dan terorisme. 24
Untuk mengatasinya, Jokowi
menjadikan Indonesia
berkomitmen melindungi kebebasan dan keberagaman
agama dari radikalisme Islam.25
Komitmen Jokowi untuk memerangi Islam radikal, juga tak muncul begitu saja.
Karena pada hekekatnya, Indonesia hanyalah negara pengikut kebijakan sentral
yang disetir negara nomor satu, Amerika Serikat. Di bawah kepemimpinan Donald
Trump, kesombongan AS atas dunia muslim kian menjadi-jadi. Melalui slogan
America First, kebijakan politik luar negeri Trump memprioritaskan perang terhadap
ISIS dan kelompok Islam radikal. Pemerintahan Trump bekerja sama melakukan
operasi militer, memperluas jaringan data intelijen dan sumber daya siber untuk
mengganggu propaganda ISIS.26
Untuk mengikat kesungguhan dunia Islam, Trump mengadakan KTT Islam-Amerika,
di Riyadh, Saudi Arabia (21/5/17). Jokowi mengikuti pertemuan itu bersama 53
kepala negara. Trump menyebut KTT itu sebagai dialog antara negara-negara
berpenduduk Islam dan AS agar tidak ada kesalahpahaman mengenai Islam dan
21 Building moderate Muslim networks / Angel Rabasa, Cheryl Benard, Lowell H. Schwartz, Peter Sickle. Published
2007 by the RAND Corporation
22 Civil democratic Islam, partners, resources, and strategies / Cheryl Benard. Copyright 2003 RAND Corporation
23 Idem 12
24 http://nasional.kompas.com/read/2017/02/22/12031291/jokowi.demokrasi.kita.sudah.kebablasan
25 Diucapkan dalam pidatonya di Sidang Tahunan DPR-DPD (16/8/2017).
https://www.voaindonesia.com/a/jokowi-berjanji-lindungi-keberagaman-agama/3987841.html
26 Diucapkan dalam pidato pelantikan Trump sebagai presiden AS ke-45 (20/1/17)
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/17/01/21/ok3ta1354-ini-pidato-lengkap-trumpusai-dilantik-sebagai-presiden-as
3
aksi teror.27 Padahal sesungguhnya Trump sedang menantang para pemimpin
Muslim untuk menumpas Islam politik. “Masa depan yang lebih baik hanya
mungkin dicapai jika negara-negara Anda menyingkirkan teroris dan ekstremis. Usir
mereka. Singkirkan mereka dari tempat-tempat ibadah Anda. Keluarkan mereka
dari komunitas Anda..”
KTT ditutup dengan kerja sama melawan terorisme. Dan Jokowi, sebagaimana
pidatonya, mengedepankan pendekatan soft power (tanpa kekerasan)28 dalam
kerjasama tersebut. Cara tanpa kekerasan ditempuh dengan menjadikan Indonesia
sebagai model Islam moderat.29 Karena itu Indonesia mendapat arahan AS dalam
menderaskan Islam moderat sekaligus menjegal Islam politik.
Bisa jadi kunjungan Menlu Retno LP Marsudi ke Washington DC tanggal 4 - 5 Mei
2017 menjadi pengarah kebijakan rezim Jokowi. Ketika bertemu Ketua DPR AS Paul
Ryan, dia menegaskan bahwa menangani radikalisme bukan mendudukkan Islam
(ritual) sebagai musuh, tetapi ideologinya (yang menyebabkan radikal). Peran
Indonesia sangat penting dalam menggunakan pendekatan tanpa kekerasan. 30
Demikian juga saat Menlu bertemu Wapres AS Mike Pence dan Menlu AS Rex
Tillerson. Tillerson menegaskan bahwa Indonesia memimpin upaya global melawan
ideologi radikal. Islam di Indonesia memberikan rahmat bagi semua karena nilainilai pluralisme dan toleransi.31 Pertemuan dilanjutkan dengan bertemu Penasehat
Presiden Trump Bidang Penanggulangan Terorisme, Thomas P. Bossert. 32
Sebagai kelanjutannya, Kapolri Jendral Tito Karnavian menjabarkan upaya
deradikalisasi.33 Lima langkah deradikalisasi yang dilakukan Indonesia adalah cara
persuasif (ramah), mengubah pelaku menjadi moderat dengan program
pencegahan Islam ideologis. Kedua dengan cara koersif (pemaksaan) seperti
melibatkan militer, intelijen, kepolisian dan membuat undang-undang.
Ketiga,
netralisasi wilayah yang menjadi target radikalisme. Keempat program pencegahan
di dunia maya, dan kelima memanfaatkan penelitian para ahli, ilmu sosial dan
ulama terkait penyebaran paham radikal atau sasaran aksi teror. 34
Semua strategi dan program di atas menjadi jawaban atas peristiwa-peristiwa
politik yang terjadi sepanjang tahun 2017, yakni penderasan gerakan Islam moderat
untuk membendung gerakan Islam politik. Kebijakan yang memaksa dilakukan
pemerintah seperti penerbitan Perppu No. 2/2017 tentang Perubahan Atas UU
No.17/2013 tentang Ormas35 yang berlanjut dengan pengesahan menjadi UU dalam
Rapat paripurna DPR.36 Pemerintah juga mengeluarkan PP No.53/2017 tentang
BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) yang bertugas mencegah serangan siber.
Sedangkan cara persuasif (tanpa kekerasan) ditempuh melalui Perpres 54/2017
27 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/kompas/2017/20170522kompas/#/1/
28 Ibidem 28
29 dalam wawancara khusus Jokowi dengan kantor berita Reuters (3/7/17) http://www.dw.com/id/jokowiindonesia-tetap-jadi-model-islam-moderat/a-39523538
30 http://www.voaindonesia.com/a/menlu-ri-as-paham-indonesia-dalah-negara-demokrasi-yangkuat/3837558.html
31 http://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/-Menlu-RI-Tegaskan-Kemitraan-Strategis-Dalam-Memperluas-danMemperdalam-Hubungan-Indonesia-%E2%80%93-Amerika-Serikat.aspx
32 https://www.voaindonesia.com/a/menlu-ri-as-paham-indonesia-dalah-negara-demokrasi-yangkuat/3837558.html
33 Disampaikan dalam simposium deradikalisasi yang diadakan Garda Bangsa –organisasi sayap PKB- (19/1/17).
http://www.antaranews.com/berita/607627/jenderal-tito-minta-garda-bangsa-pkb-bantu-deradikalisasi
34 Ibidem 34
35 (10/7/17) http://setkab.go.id/inilah-perppu-no-22017-tentang-perubahan-uu-no-172013-tentang-organisasikemasyarakatan/
36 (24/10/17) https://news.detik.com/berita/3696861/dpr-gelar-paripurna-pengesahan-perppu-ormas-7-fraksimenerima
4
tentang Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila. 37 Upaya netralisasi
wilayah dilakukan dengan disahkannya Perpres 73/2017 tentang perluasan fungsi
Badan Intelijen Negara di Daerah (Binda).
Sosialisasi Islam moderat pun semakin massif, yaitu Islam yang digambarkan
sebagai agama yang terbuka, damai, toleran dan tidak radikal. Sosialisasi dilakukan
baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Sasarannya dari
pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Juga marak dilakukan melalui
pendidikan seperti seminar, diskusi, konferensi dan sebagainya. Penyebaran kian
gencar karena dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah.
Seruan Mentri Agama, Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan pengarahan
kepada Pimpinan PTKIN, Senin (23/01/2017) di Jakarta, menyerukan kepada
kelompok
moderat
untuk
bicara
lantang
tentang
Islam
moderat.
(http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index). Pengakuan untuk menyampaikan Islam
moderat juga datang dari dunia kampus.
Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Prof Dr Masykuri Abdillah, MA ketika memberi pembekalan
kepada mahasiswa baru program magister dan doctoral menyatakan Pasca UIN
Jakarta tidak liberal. Juga tidak fundamentalis. Kami mengajarkan Islam moderat.
http://www.uinjkt.ac.id/id/masykuri-abdillah-islam-moderat-tidak-liberal-tidakfundamentalis/
Pemanfaatan ulama ditempuh dengan menjadikan MUI sebagai inisiator sekaligus
eksekutor dalam misi Islam moderat. Tugasnya kini (30/11/17), membuat modul
pelatihan dakwah wasathiyah bagi para da’i -baik yang sering on air di media
massa, atau yang off air di masjid dan majelis taklim.38 Termasuk mengangkat
tokoh tertentu sebagai corong Islam moderat. Simak pernyataan Rais Aam PBNU
KH Ma'ruf Amin yang menegaskan tanggung jawab ulama dalam himayat ad-daulah
atau menjaga NKRI dari rongrongan kelompok radikal kanan ataupun radikal kiri
(6/5/17).39 Juga komitmen Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj untuk melibatkan
para kyai dalam membimbing masyarakat agar kembali ke Islam moderat (11/1/17).
”..Diperintah maupun tidak, akan menyuarakan itu, saya jamin.’40
Demikian pula kalangan intelektual kampus yang berkali-kali ‘dipaksa’ oleh
Menristekdikti M.Nasir, menggaungkan deklarasi kebangsaan diikuti ancaman
sanksi tegas pada rektor jika terjadi radikalisme di lingkungan perguruan tinggi. 41
Sedangkan bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang memiliki
pesantren mahasiswa (ma'had al-jami'ah) diperkuat perannya oleh Kemenag agar
menghasilkan santri mahasiswa moderat dan toleran. 42 Santri harus bercirikan
moderat, menghargai keragaman, dan cinta Tanah Air. 43 Maka santri masa kini
adalah santri yang sanggup menjawab tantangan globalisasi, berkarakter nasionalis
– religius, pandai wirausaha, dan terbuka hingga biasa melakukan dialog antar
agama.
37 (1/6/17) http://setkab.go.id/presiden-jokowi-teken-perpres-unit-kerja-presiden-pembinaan-ideologi-pancasila/
38Rakernas III MUI (28-30/11/17) masa khidmat 2015-2020 di Bogor dengan tema “Meneguhkan Peran MUI dalam
Menerapkan Islam Wasathiyah dan Arus Baru Ekonomi Indonesia”
39 Disampaikan dalam Halaqah Alim Ulama dan Kyai Pesantrem se Wilayah III Cirebon, Sabtu (6/5/17) di Pondok
Pesantren Gedongan, Cirebon. http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/17/05/07/opjbeu320-rais-aam-nu-kita-berjuang-untuk-islam-tetapi-tetap-konstitusional-dan-demokratis
40 Disampaikan usai makan siang bersama Jokowi di Istana Merdeka (11/1/17)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/11/ojlwz2328-presiden-makan-siang-dengan-ketuapbnu-bahas-islam-radikal
41 https://nasional.tempo.co/read/878391/menristek-dosen-dan-mahasiswa-terlibat-radikalisme-kena-sanksi
42 https://www.kemenag.go.id/berita/487445/kemenag-perkuat-pesantren-mahasiswa-untuk-moderasi
43 Disampaikan Menag pada Hari Santri Tahun 2017 bertema ‘Peran Strategis Santri Dalam Membangun Rumah
Kebangsaan’ https://kemenag.go.id/berita/read/505972/menag--ciri-santri-itu-moderat--hargai-keragaman--dancinta-tanah-air
5
Kontrol di dunia maya di antaranya dilakukan BNPT Bersama Media OKP (Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda) dan Ormas. Sebanyak 100 pemimpin redaksi dari situs
moderat, 50 admin dan penulis, serta 50 perwakilan organisasi kepemudaan 44
mengikuti kegiatan itu. Kemenkominfo juga bekerja sama dengan beberapa ormas
dan komunitas seperti Wahid Institute, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo),
dan ICT Watch untuk menghilangkan konten negatif radikal.45
Sedangkan komponen masyarakat sipil –baik komunitas ataupun individual- diberi
peran dalam menyebarkan narasi kebencian terhadap gerakan Islam politik seperti
menggelarinya kelompok garis keras, pemaksa syariat, pemicu konflik atas nama
agama dan politik identitas, mengancam keragaman dengan aksi intoleran,
penafsir tunggal keagamaan, menuduh penodaan agama, merongrong kewibawaan
ormas Islam arus utama dan sebagainya. Semua komponen itu mengambil peran
penting dalam menderaskan ide yang menyudutkan Islam politik dan sebaliknya,
menampilkan wajah ramah Islam moderat.
Islam Moderat Ide yang Absurd
Islam moderat atau sering disebut dengan Islam wasathiyah, gencar dilemparkan
ke publik, menunjuk pada Islam yang baik, yang benar, sebagai “Rahmatan lil
‘Alamin’. Sebut saja Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin, dalam rakornas
MUI di Bogor tanggal 28 November 2017 mengatakan “muslim wasathi atau muslim
moderat adalah muslim yang mampu memberikan ruang bagi yang lain untuk
berbeda pendapat, menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang
“. Dalam acara yang sama KH Makruf Amin mengatakan ” Islam wasathi adalah
Islam yang cara pandangannya moderat, tidak tekstual, tidak liberal, gerakangerakannya juga moderat, santun, tidak galak, toleran, tidak egois, tidak memaksa,
semua dikerjakan sesuai dengan konstitusi dan sesuai dengan mekanisme
kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbangsa”. ( Antara News,18/12/2017).
Kedua pendapat tersebut di atas mengandung ide yang sulit dibuktikan dalam
realitas. Islam seperti apa yang tidak tekstual, namun tidak liberal? Padahal sudah
nyata bahwa ajaran Islam digali dari nash Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ shahabat.
Pernyataan bahwa Islam moderat menghargai pilihan keyakinan dan pandangan
hidup seseorang akan semakin menyuburkan faham pluralisme. Setiap orang
bebas untuk berkeyakinan agama, bahkan boleh tidak menganut agama apapun,
yang penting mengakui sebagai penganut kepercayaan. Ajaran Islam pun tidak
luput dari penafsiran pihak pihak yang lemah dari sisi pemahaman Islam, bahkan
orang kafir pun merasa berhak untuk menafsirkan Islam sebagaimana kasus
penodaan al Qur’an surat al Maidah. Istilah kafir yang sudah jelas maknanya dalam
al Qur’an (Surat al Kafirun) juga kembali diperdebatkan, bahkan digadang gadang
lebih tepat diganti dengan sebutan non muslim. Tak terkecuali seorang pegiat
gender, Musdah Mulia berani mengatakan: "Sayang sekali dalam pendidikan agama
kita kata kafir mengalami degradasi. Dikerdilkan menjadi orang yang bukan orang
Islam. Menurut saya ini adalah hal yang salah kaprah ya. Justru pemimpin non
muslim tapi berlaku adil, jauh lebih bijak untuk dipilih daripada pemimpin muslim
yang
tidak
adil.
Karena
kita
tidak
memilih
imam
sholat
kan?"
http://news.bersamadakwah.net/2017/02/musdah-mulia-kafir-itu-bukan-nonmuslim.html.
Bagaimana mungkin orang kafir dikatakan lebih layak untuk
memimpin? Padahal dengan tegas al Qur’an menyatakan dalam surat al “ashr
bahwa iman merupakan dasar seseorang termasuk rugi atau beruntung, sementara
dalam surat ali Imran, ayat 85 menyebutkan bahwa orang yang mencari agama
44Disampaikan dalam Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya (22/3/17)
http://www.netralnews.com/news/nasional/read/63856/bnpt.gandeng.netizen.cegah.propaganda.te
45 http://trendtek.republika.co.id/berita/trendtek/internet/17/08/04/ou5ga8425-googletwitter-perangi-kontennegatif-di-indonesia
6
selain Islam sampai kapanpun amalnya tidak akan pernah diterima Allah SWT.
Fakta fakta tersebut semakin membuktikan bahwa Islam moderat adalah ide yang
absurd, jargon tanpa wujud nyata serta penuh ketidakjelasan.
Para pengusung Islam moderat seringkali menyatakan bahwa pendapatnya memiliki
sandaran nash, yakni firman Allah dalam al Quran surat Al Baqorah : 143
ك جعل مناَّك ك ك
ش
س د
س وشي ش ك
طاَّ ل هت ش ك
سوُ ك
م ش
كوُكنوُاً ك
ًدا
م د
شههيِ د
كوُ ش
شهش ش
ن اًلرر ك
ة وش ش
ل ع شل شيِ مك ك م
مأ ر
وشك شذ شل ه ش ش ش ش م
داًشء ع شلىَ اًلن راَّ ه
“ Demikian pula kami telah menjadikan kalian ( umat Islam yang adil dan pilihan
agar kalian menjadi saksi atas
( perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kalian “
( QS al Baqorah[2] : 143 ).
Ibnu Abas menafsirkan
ك { يعني كماَّ أكرمناَّكم بدين إبراًهيِم اًلسلما وقبلته } جعل مناَّك ك ك
سطاَّ د { عككدل د } ل لت ش ك
وشك شذ شل ه ش
كوُن كككوُاً م { لكككي
م د
ة وش ش
مأ ر
ش ش ش م
تكوُنوُاً } ك
دآَشء { للنبيِيِن } ع ششلىَ اًلناَّس
شه ش ش
“(Demikian pula) yaitu sebagaimana Kami memuliakan kalian dengan agama
Ibrahim yaitu Islam dan kiblatnya ( kami telah menjadikan kalian ummatan
wasathan( umat Islam yang adil) agar kalian menjadi saksi bagi para nabi(bahwa
mereka telah menyampaikan risalah atas ( perbuatan manusia). Ibnu Abbas,
Tanwirul Miqbas, tafsir surat al Baqoroh ayat 143, Darul Fikr, Libanon,
Beirut.
Mayoritas para mufassir menafsirkan kata wasath tersebut dengan al-‘adl (adil) dan
atau al-khiyâr (terbaik dan pilihan). Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah setelahnya
(yang artinya), ... “agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.”
Ringkasnya ummat[an] wasath[an] adalah umat yang adil dan pilihan. Sikap
wasath adalah sikap adil, yaitu menempatkan segala sesuatu sesuai posisi dan
ketentuannya menurut syariah Islam. Sikap wasath bukanlah sikap moderat,
kompromistis dan selalu mengedepankan jalan tengah, sebagaimana yang banyak
dilontarkan oleh tokoh-tokoh termasuk mentri agama. Jadi, mengartikan Islam
moderat sebagai Islam wasathiyah, sejatinya menjauhkan makna dari yang
ditunjukkan al Qur’an. Karenanya Islam Moderat tidak layak dijadikan rujukan.
Benarkah Islam Moderat Menebar Keadilan
Demikian juga jargon Islam moderat sebagai pembela keadilan nyatanya hanya
klaim semata. Sekalipun diklaim menjunjung tinggi keadilan, jalan moderat yang
ditempuh lewat kompromi dan kesepakatan tetap saja memunculkan pihak yang
dimenangkan dan pihak dirugikan. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan para
pemimpin muslim dengan menerima keputusan dua Negara, Israel dan Palestina
(sesuai keputusan Oslo 1993) sebagai solusi masalah Palestina, keputusan ini
dianggap paling tepat demi perdamaian dunia. Solusi dua negara masih pilihan
terbaik. Ini sebagaimana juga dikatakan Sekjen PBB Antonio Guterres. Yaitu dua
negara merdeka —Palestina dan Israel— yang hidup berdampingan secara damai.
Negara Palestina merdeka berada pada batas-batas sebelum Perang 1967, yakni
Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/17/02/20/olmgii319-palestinadiantara-solusi-dua-negara-dan-satu-negara
Alih alih menciptakan kesejahteraan dan kedamaian bagi rakyat Palestina, ternyata
keputusan ini
malah
membuka celah pengkhianatan, baik yang dilakukan
pemerintah Israel dengan terus melakukan pencaplokan wilayah yang diputuskan
menjadi hak Palestina, maupun sikap arogan Amerika yang ditunjukkan oleh
7
pernyataan presidennya: "Hari ini kita akhirnya mengakui: Yerusalem adalah ibu
kota Israel," kata Trump, seperti dilansir harian the New York Times, Kamis
(7/12/2017).
https://www.merdeka.com/peristiwa/soal-yerusalem-trump-dinilaiarogan-yang-berbahaya-dan-menyakiti-islam.html.
Penyataan Trump ini tidak saja menyakiti umat Islam, namun kian memastikan
bahwa jalan moderat dan kompromi tidak akan mewujudkan kemerdekaan Palestina
sebagaimana dijanjikan pada perjanjian Oslo. Berdamai dengan perampas negeri
muslim bukan sekedar menunjukkan sikap lemah namun juga berarti
pengkhianatan terhadap darah para syuhada yang telah gagah berani
mempertahankan kemulian tanah yang diberkahi ini. Jadi, berharap Islam moderat
akan melahirkan keadilan dan solusi bagi permasalahan adalah harapan kosong
yang mustahil terwujud.
Bahaya Islam Moderat
Telah sangat jelas, bahwa sesungguhnya Islam moderat merupakan pemahaman
yang tidak datang dari Islam dan tidak dikenal dalam Islam. Pemahaman ini justru
berkembang pasca diruntuhkannya negara Khilafah yang mendapat dukungan dari
negara-negara Barat.
Tujuannya tidak lain agar nilai-nilai dan praktek Islam
khususnya yang berhubungan dengan politik Islam dan berbagai hukum-hukum
Islam lainnya dapat dieliminasi dari kaum muslim dan diganti dengan pemikiran dan
budaya barat. Strategi penghancuran ini dibangun dengan dasar falsafah “devide et
impera” atau politik pecah-belah. Karenanya wajib bagi kita untuk memahami lebih
jauh bahaya ide Islam Moderat ini, menolaknya dan membuang jauh-jauh dari
benak kaum muslimin. Setidaknya ada enam bahaya ide Islam Moderat yang harus
dicermati dan dipahami oleh umat Islam,
Pertama,
Istilah Islam Moderat
adalah
cara yang digunakan Barat untuk
membendung tegaknya Islam, memecah- belah dunia Islam dan melanggengkan
penjajahan Barat atas Dunia Islam. Siapa saja yang mau menerima dan
mengakomodasi kepentingan penjajahan Barat akan disebut Muslim moderat.
Mereka akan diberikan ‘carrot’, dipuji habis-habisan dan dipromosikan. Sementara
siapa saja yang bertentangan dengan hal itu akan disebut Muslim radikal dan
teroris. Mereka mendapatkan ‘stick‘, artinya legal diperangi dengan cara apapun.
Mereka juga telah membuat kutub kaum Muslim melalui pelabelan modernistradisionalis, radikal-moderat, spiritual-politik, kultural-struktural, formalis/literalissubstansialis, termasuk Islam esoteris (Islam hakikat) dengan Islam eksoteris (Islam
syariah).
Kedua, Meracuni Aqidah Umat. Ide Islam Moderat pada dasarnya adalah bagian
dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam ke tengah-tengah umat, yang
diberi warna baru. Ide ini menyerukan untuk membangun Islam inklusif yang
bersifat terbuka dan toleran terhadap ajaran agama lain dan budaya.
Ketiga, Me’deideologisasi’ Islam, yaitu menjauhkan umat dari pemahaman Islam
sebagai ideologi yang tidak hanya merupakan ajaran ritual, namun juga
memancarkan berbagai aturan hidup disertai dengan thariqah penerapannya.
Menjauhkan Islam ideologis berarti memandulkan Islam, karena hukum-hukum
Islam hanya menjadi konsep yang tidak bisa diterapkan. Umat juga dibuat ragu
dengan kebenaran Islam sebagai satu-satunya solusi bagi seluruh permasalahan
umat.
Keempat, Menghancurkan Syariah Islam. Sesungguhnya nampak jelas bahwa
gagasan Islam Moderat ini
mengabaikan sebagian dari ajaran Islam yang
bersifat qath’i, baik dari sisi redaksi (dalâlah) maupun sumbernya (tsubût), seperti:
8
superioritas Islam atas agama dan ideologi lain (QS Ali Imran [3]: 85); kewajiban
berhukum dengan hukum syariah (QS al-Maidah [5]: 48); keharaman wanita
Muslimah menikah dengan orang kafir (QS al-Mumtahanah [60]: 10); dan kewajiban
negara memerangi negara-negara kufur hingga mereka masuk Islam atau
membayar jizyah (QS at-Taubah [9]: 29).
Kelima, Menyusupkan Paham Pluralisme yang Memandang Semua Agama Benar.
Hal ini karena Islam moderat bersumber pada kaidah “qabulul akhar”, menerima
yang lain secara terbuka dan tidak mengklaim kebenaran diri sendiri. Menganggap
perbedaan adalah hal lumrah tetapi berusaha mengajak atas perbedaan-perbedaan
tersebut untuk bahu-membahu, serta bersama-sama membangun peradaban dunia
yang lebih baik. Sekilas ide ini memang nampak indah.
Menerima perbedaan
sejauh menerima keberadaan pemeluk agama atau keyakinan lain adalah mubah.
Hal ini sebagaimana Rasulullah saw memberikan kebebasan pada kaum Yahudi,
Nasrani maupun yang lainnya untuk tetap hidup dalam wilayah Daulah Islam.
Namun ketika menerima perbedaan itu disertai dengan menerima kebenaran
agama atau kepercayaan lain, yakni tidak menganggap salah aqidah mereka seperti
yang dituntut oleh ide Qabulul Ākhar, maka hal ini adalah manifestasi dari
pluralisme yang haram bagi kaum muslimin. Dari sinilah kita mendapati penganut
Islam moderat memberlakukan toleransi melampaui batas yang telah digariskan
oleh Islam. Bahkan murtadnya seseorang ataupun menjadi atheis dianggap
sebagai hak seseorang.
Keenam, Islam Moderat digunakan untuk menghadang upaya penegakan syariah
dan Khilafah. Hal ini sama saja dengan menghalangi terjadinya kebangkitan Islam di
muka bumi ini. .Barat sangat menyadari bahwa tegaknya kembali Khilafah di
tengah-tengah kaum muslimin yang akan menerapkan syariah Islam secara kaffah,
menyatukan umat Islam diseluruh dunia, melindungi dan membebaskan umat Islam
yang tertindas dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga
menjadi rahmatan lil ‘alamin, akan mengancam dominasi mereka. Oleh karena itu,
tegaknya kembali Khilafah harus dicegah dengan segala cara. Salah satunya
dengan menggunakan politik belah bambu. Umat Islam yang mendukung mereka
diangkat, dipuji-puji dan dijuluki Muslim Moderat, sedang yang bertentangan harus
ditekan habis.
Walhasil ide Islam moderat ini telah mengaburkan identitas individu muslim yang
hakiki. Jelas jelas mengacaukan pikiran, memandulkan perasaan serta merubuhkan
tatanan kehidupan masyarakat. Terbukti mengaborsi cikal bakal persatuan hakiki
umat, lebih jauh lagi menghadang tegaknya sistem Khilafah. Demikianlah bahaya
nyata Islam Moderat. Wajib bagi seorang muslim berhati-hati terhadap suatu
istilah yang bukan berasal dari pemahaman Islam. Jangan sampai mengadopsi ide
ini, apalagi menjadi corong untuk mempopulerkan ide yang maknanya sudah
dikendalikan dan diatur sesuai dengan agenda untuk memecah belah umat Islam.
Umat Islam harus membendung Islam Moderat dan membuangnya jauh-jauh.
Islam Moderat Mengancam Persatuan dan Menghalangi Kebangkitan
Di penghujung tahun 2017 umat kembali diingatkan dengan peristiwa fenomenal
pada bulan dan tanggal yang sama di tahun 2016 yaitu Aksi Bela Islam 212.
Penyelenggaraan Reuni 212 yang bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Saw
banyak menyimpan harapan umat akan lahirnya persatuan yang hakiki. Berbagai
pernyataan tokoh menyiratkan harapan tersebut. Wakil Ketua GNPF Ulama, Ustadz
Zaitun Rasmin menilai, pasca kegiatan Reuni Alumni 212 persatuan umat lebih kuat
ke
depannya.“Saya
yakin
akan
lebih
kuat
persatuannya,”
ujarnya
kepada hidayatullah.com di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Selasa
(05/12/2017). Ketua Presidium Alumni (PA) 212, Ustadz Slamet Ma’arif mengajak
seluruh alumni 212 untuk hadir dalam acara Reuni Akbar Alumni 212 di Monumen
Nasional (Monas). “Mari rapatkan barisan, rajut kembali ukhuwah Islamiyah dan
9
sambut
kebangkitan
Islam
di
Indonesia,”
pungkasnya.
http://www.panjimas.com/news/2017/11/30/rajut-persatuan-umat-islam-dihimbauhadiri-reuni-212/
Persatuan umat yang hakiki sangat mungkin terwujud di tengah mereka yang
berkumpul dengan niat lillahi ta’ala dan demi memperjuangkan kebenaran Islam
(QS.Ali Imran ayat 103). Namun, bangunan persatuan bukan mustahil tercerai berai
hancur dan kebangkitan pun menghadapi penghalang. Hal ini akan terjadi ketika
tersusupi ide absurd Islam moderat. Tujuan mulia untuk pembelaan Islam kemudian
dibelokkan sesuai hasil kesepakatan serta demi mewujudkan kepentingan berbagai
pihak. Kebangkitan umat pun sulit terwujud karena tersandera kemaslahatan
pribadi dan golongan. Pernyataan sekelompok mahasiswa yang mengklaim dirinya
sebagai alumni 212 cukup memberi gambaran bahwa persatuan 212 sedang
mengalami rongrongan.
"Kami Komite Nasional Gerakan Mahasiswa 212
menyatakan dengan tegas menolak dijadikan alat kepentingan atau
komoditas politik untuk meraih kekuasaan dalam bentuk apapun," jelas
Koordinator Komnas Gerakan Mahasiswa 212, Elhakim dalam surat
elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Sabtu (2/12/2017).
http://politik.rmol.co/read/2017/12/02/316742/Gerakan-Mahasiswa-212-MurtadDemi-Menjaga-Persatuan-dan-KesatuanPara pejuang Islam tentunya tidak akan rela kebersamaan yang telah terbangun
dibajak oleh lintasan lintasan kepentingan yang berasal dari ide tak jelas Islam
moderat.
Karenanya harus segera ada upaya penyelamatan dengan
mengembalikan visi misi persatuan ini pada arahan Allah SWT dalam al Qur’an
surat Ali Imran ayat 103-104. Terkait ayat ini Imam as Samarqandi berkata:
“Wa’tashimu bi hablillahi” bermakna “Tamassaku bi dinillaahi wa bi al-Qur’an”
(Berpegang teguhlah kalian semuanya dengan Agama Allah dan al Qur’an) (As
Samarqandi, Bahr al-‘Ulum,1/234). Sementara ayat 104 menjelaskan pada kita
bahwa persatuan yang dirajut bukan sekedar berkumpul dengan orang orang yang
mempunyai kesamaan iman, namun memiliki misi yang agung yakni melakukan
dakwah Islam dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Visi misi inilah yang
harus senantiasa terhunjam dalam dada para pejuang 212 sehingga akan
menjaganya istiqomah dalam memperjuangkan tegaknya Islam.
Khatimah
Berbagai peristiwa yang ada di tahun 2017 mayoritas merupakan kelanjutan dari
kejadian-kejadian di tahun sebelumnya.
Ide Islam moderat semakin massif
dideraskan oleh berbagai pihak. Strategi dan program yang dijalankan menyasar
umat dari berbagai sudut dan dalam setiap kesempatan. Telah Nampak nyata
bahaya ide ini karena akan memalingkan umat dari pemahaman Islam yang benar
dan akan menghambat umat dari kebangkitan hakiki. Karenanya penting dilakukan
upaya membentengi umat dengan cara membongkar kesesatan ide ini, strategi
serta bahayanya. In syaa Allah umat akan kembali pada Islam yang dicontohkan
Rasulullah Saw, para sahabat, serta para khalifah setelahnya. Bukan tergiur dengan
bujukan ide absurd Islam moderat.
Mungkin saja saat ini rezim yang kekuasaanya ditopang oleh jaringan-jaringannya
sedang menyombongkan keberhasilannya membungkam gerakan Islam politik.
Namun manusia harus sadar bahwa pergiliran kekuasaan adalah sunnatullah. Pada
saatnya umat akan paham dan berbalik serta menyadari, semua kampanye busuk
atas Islam politik akan sirna. “Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut
mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta” (TQS al-Kahfi [18]: 5).
Pada akhirnya umat akan kembali pada ketetapan Allah SWT, dan berusaha
10
mewujudkan Islam sebagai sistem kehidupan dalam naungan Khilafah Islamiyyah.
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (TQS ath-Thalaq [65]: 3)
11
Publik Indonesia tentu ingat betul ketika tepuk anak sholeh dipersoalkan. Ketua
Himpaudi Banyumas, Khasanatul Mufidah (28/7/17) meminta lagu tepuk Anak
Sholeh dihentikan, atau syairnya diubah. Pasalnya, syair yang diakhiri 'Islam Yes,
Kafir No', dianggap intoleran.1
Perempuan, Keluarga dan Radikalisme
Intoleransi menjadi penanda ditanamkannya bibit ekstrimisme dan radikalisme di
Indonesia, semisal penggunaan kata ‘kafir’. Kekalahan Ahok pada pilkada DKI akibat keengganan kaum muslimin memilih pemimpin kafir- dianggap sebagai
momok bagi musuh Islam. Kaum kafir dan sekutu-sekutu muslimnya membuat
opini bahwa penggunaan kata ‘kafir’ mengancam keberagaman dan berpotensi
menciptakan konflik. Inilah opini yang kerap dilontarkan di ruang publik sepanjang
tahun 2017 yakni melekatkan masalah radikal dengan Islam, termasuk dalam ranah
keluarga.
Radikalisme sudah mengakar dalam keluarga, demikian menurut Ketua Umum
PBNU Said Aqil Siroj.2 Kasus deportasi 72 WNI yang terdiri dari 41 dewasa dan 34
anak-anak oleh otoritas Turki (6/2/17) turut mendasari pendapat itu. Mereka ingin
masuk ke Suriah3 sebagai pusat ISIS4. Sejak 2014, ISIS telah menjadi sarana bagi
Barat untuk menyudutkan Islam, atas semua aktivitas yang disebut radikal dan
ekstrim.
Artinya, para kepala keluarga yang ‘diusir’ itu dianggap telah
menanamkan bibit radikal pada istri dan anak-anaknya. Kepala Badan Nasional
Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Suhardi Alius, menyatakan telah terjadi
pergeseran pola rekrutmen kelompok radikal 5 hingga menyasar keluarga.
Agar radikalisme tidak menyasar ibu-ibu, rakernas Fatayat NU di Palangkaraya,
Kalteng (30/8/17) merekomendasikan
dakwah berbasis keluarga melalui
penanaman nilai-nilai Islam Nusantara sebagai penangkal gerakan radikal. 6
Menurut
Ketua Lembaga Kajian Agama dan Jender (LKAJ),
Musdah Mulia,
perempuan memang amat mudah dicekoki pandangan Islam radikal. 7 Karenanya,
Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasarudin Umar berpendapat penyebaran bibit
radikalisme dapat 'diamputasi' di level keluarga dengan membekali ibu rumah
tangga dengan pemahaman nilai kebangsaan. 8
Lalu megapa narasi radikalisme harus dihubungkan dengan perempuan dan
keluarga? Muaranya adalah kerja pemerintah yang tertuang pada Kegiatan Prioritas
Nasional Penanggulangan Terorisme dalam RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional) 2014 -2019, yang menunjuk BNPT sebagai koordinator
penanganan terorisme.9 BNPT menggandeng 27 kementerian dan lembaga negara
(3/1/2017) di antaranya TNI dan Polri, Kemensos, Kemendikbud, Kemenristekdikti, 10
1 http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/17/07/31/otyg12428-aisyiyah-kenapa-tepuk-anaksholeh-dianggap-tidak-toleran
2 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/kompas/2017/20170506kompas/#/5/
3 http://www.dw.com/id/wni-pendukung-isis-yang-dideportasi-dari-turki-akan-jalani-program-deradikalisasi/a37445004
4 Islamic State of Iraq and Syria, Pada tanggal 29 Juni 2014, kelompok ini menyatakan dirinya sebagai negara Islam
sekaligus kekhalifahan dunia yang dipimpin oleh khalifah Abu Bakr al-Baghdadi
5 http://poskotanews.com/2017/02/06/masyarakat-diminta-terima-75-wni-yang-dideportasi-turki/
6 Ibidem 2 (4/5/17)
7 http://www.tribunnews.com/nasional/2017/04/21/siti-musdah-mulia-wanita-yang-terpapar-paham-radikalkarena-di-doktrin-agama
8 Disampaikan dalam Rembuk Kebangsaan Perempuan Pelopor Perdamaian Antiradikalisme dan Terorismehttp://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/08/31/ovjt4e-nasarudin-umar-irt-bisa-amputasi-bibitradikalisme
9 Bappenas. MATRIKS PENGARUSUTAMAAN DAN LINTAS BIDANG, RPJMN 2014 – 2019
10 http://krjogja.com/web/news/read/20575/Cegah_Teror_BNPT_Gandeng_38_Kementerian_Lembaga_Negara
1
Kemenag, Kemenhuk-HAM, Kemenkominfo, Kemenaker, Kemendagri, Kementerian
Pemuda dan Olahraga, PPATK,11 Kemendes, Kemenkop-UKM12, juga Kementrian
Pemberdayaan Perempuan-Perlindungan Anak (KPP-PA).
Program Rembuk Kebangsaan, Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah
satu metode yang dilaksanakan dari kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan
dalam Pencegahan Terorisme.13 Program ini dideraskan di daerah, seperti Jawa
Barat (16/8/2017) via Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) yang saling
berkoordinasi dengan Kesbangpol (Kesatuan Bangsa dan Politik) – salah satu organ
Kemendagri- dalam pencegahan paham radikal-terorisme. 14
Sebelumnya, pada 21 April 2017 di Bandung dilantik 500 daiyah anti radikalisme.
Pada kesempatan itu Kepala BNPT menyatakan pelantikan daiyah itu akan menjadi
mitra strategis BNPT dalam menggaungkan pencegahan terorisme dari kalangan
perempuan dan anak-anak.15 Pelibatan ulama perempuan dalam penderasan Islam
moderat kian menguat saat penyelenggaraan Kongres Ulama Perempuan Indonesia
(KUPI) di Ponpes Kebon Jambu, Ciwaringin, Cirebon, 25-27 April 2017. Pertemuan
itu membuahkan ikrar akan tanggung jawab ulama perempuan untuk menghapus
segala bentuk kezaliman atas dasar agama, ras, golongan, dan jenis kelamin,
termasuk radikalisasi perempuan.16
Dan di akhir tahun ini, KPP-PA menyelenggarakan Simposium Nasional "Peran Ibu
untuk Perdamaian" di Jakarta dalam rangka Peringatan Hari Ibu ke-89. Kegiatan
yang diikuti perempuan dari berbagai Ormas, organisasi perempuan dan Kepala
Dinas di lingkungan KPP-PA seluruh Indonesia, akademisi dan peneliti bertujuan
agar kaum perempuan dapat berperan dalam pembentukan karakter dan
menumbuhkan rasa cinta perdamaian di keluarga dan masyarakat. 17 Tentu saja
yang dimaksud adalah karakter yang sejalan dengan ide Islam moderat.
Muslim Moderat, Sekutu Barat
Usai peristiwa 11 September 2001, kata radikalisme dengan sengaja dilekatkan
pada Islam. Istilah ini dipakai kalangan akademisi maupun media massa untuk
merujuk gerakan Islam politik yang diberi label negatif seperti "ekstrem, militan,
dan non-toleran, anti-Barat/Amerika."18 Padahal istilah radikal justru berawal dari
gerakan reformasi sistem pemilihan di Inggris. 19 Barat yang jahat akhirnya
menjadikan radikal memiliki makna negatif terhadap Islam.
Radikalisme Islam sering dipandang sebagai ancaman terhadap kehidupan
demokrasi20 dan peradaban Barat sekuler.
Sebagai perlawanan terhadap
kemunculan radikalisme Islam, Barat menciptakan narasi Islam moderat untuk
dijejalkan pada benak umat. Karakter muslim moderat yang dibentuk Barat adalah
seseorang yang menerima budaya Barat yakni mendukung demokrasi, mengakui
HAM - termasuk kesetaraan jender dan kebebasan beragama -, menghormati
sumber hukum non agama, menentang terorisme dan kekerasan – sesuai tafsiran
11 https://elshinta.com/news/75397/2016/08/22/bnpt-ajak-kementerianlembaga-bersinergi-tanggulangiterorisme
12 https://nasional.tempo.co/read/1027803/bnpt-beri-keterampilan-wirausaha-pada-wni-eks-pengikut-isis
https://nasional.tempo.co/read/1027803/bnpt-beri-keterampilan-wirausaha-pada-wni-eks-pengikut-isis
13 https://www.bnpt.go.id/perempuan-sebagai-ibu-adalah-didorong-jadi-benteng-keluarga.html
14 https://www.bnpt.go.id/fkpt-representasi-bnpt-di-masyarakat.html
15 http://www.tribunnews.com/nasional/2017/04/22/dilantik-500-juru-dakwah-perempuan-anti-radikalisme
16 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/kompas/2017/20170428kompas/#/1/
17 http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/12/04/p0ffha396-menag-hadiri-simposium-nasionalperan-ibu-untuk-perdamaian
18 http://lipi.go.id/berita/islam-radikalisme-dan-demokrasi/734
19 https://id.wikipedia.org/wiki/Radikalisme_(sejarah)
20 http://lipi.go.id/berita/islam-radikalisme-dan-demokrasi/734
2
Barat -.21 Sehingga seseorang yang menyebut dirinya sebagai muslim moderat
akan menolak pemberlakuan hukum Islam kaaffah,
toleran terhadap
penyimpangan aqidah, tidak mau menghakimi pelaku maksiat, menganggap Islam
tak berbeda dengan aturan lain, menentang Islam politik -Negara Islam, Khilafah
dan jihad- sekalipun dia menjalankan ibadah mahdloh, santunannya banyak dan
dikenal sebagai tokoh Islam.
Amerika Serikat memang merancang pendekatan yang amat halus dalam
pertarungan ideologi antara Islam dan Kapitalisme. Cheryl Benard – peneliti RAND
Corporation - menyebutkan bahwa dunia Islam harus dilibatkan dalam pertarungan
tersebut dengan menggunakan nilai-nilai (Islam) yang dimilikinya.
AS harus
menyiapkan mitra, sarana dan strategi demi memenangkan pertarungan. Tujuannya
adalah pertama, mencegah penyebaran Islam politik . Kedua, menghindari kesan
bahwa AS "menentang Islam." Ketiga, mencegah agar masalah ekonomi, sosial, dan
politik tidak akan menyuburkan radikalisme Islam.22
Mitra yang dirangkul AS untuk memerangi radikalisme Islam adalah kaum sekuleris,
muslim liberal, muslim tradisionalis, intelektual muslim liberal, aktivis komunitas,
kelompok perempuan, jurnalis, penulis dan lain-lain. 23
Karena itulah, bisa
dimengerti bila para ulama perempuan yang dihimpun dalam KUPI tak keberatan
untuk menderaskan pemikiran Islam moderat, sekalipun hal itu membuat mereka
harus menakwilan nash-nash syari’at agar sesuai dengan tujuan itu.
Penderasan Gerakan Islam Moderat
Patut disadari bahwa sebuah narasi politis tidak akan muncul dari ruang kosong,
tanpa didasari ide tertentu. Pernyataan orang nomor satu di negeri ini, tentu
menjadi salah satu pedoman bagi rangkaian narasi yang menyudutkan Islam
sebagai agama radikal. Pidato Presiden Joko Widodo dalam pengukuhan pengurus
DPP Hanura di Sentul, Bogor (22/2/2017) menunjukkan hal tersebut. Dikatakannya,
demokrasi (Indonesia) yang kebablasan membuka peluang radikalisme,
fundamentalisme, sekterianisme, dan terorisme. 24
Untuk mengatasinya, Jokowi
menjadikan Indonesia
berkomitmen melindungi kebebasan dan keberagaman
agama dari radikalisme Islam.25
Komitmen Jokowi untuk memerangi Islam radikal, juga tak muncul begitu saja.
Karena pada hekekatnya, Indonesia hanyalah negara pengikut kebijakan sentral
yang disetir negara nomor satu, Amerika Serikat. Di bawah kepemimpinan Donald
Trump, kesombongan AS atas dunia muslim kian menjadi-jadi. Melalui slogan
America First, kebijakan politik luar negeri Trump memprioritaskan perang terhadap
ISIS dan kelompok Islam radikal. Pemerintahan Trump bekerja sama melakukan
operasi militer, memperluas jaringan data intelijen dan sumber daya siber untuk
mengganggu propaganda ISIS.26
Untuk mengikat kesungguhan dunia Islam, Trump mengadakan KTT Islam-Amerika,
di Riyadh, Saudi Arabia (21/5/17). Jokowi mengikuti pertemuan itu bersama 53
kepala negara. Trump menyebut KTT itu sebagai dialog antara negara-negara
berpenduduk Islam dan AS agar tidak ada kesalahpahaman mengenai Islam dan
21 Building moderate Muslim networks / Angel Rabasa, Cheryl Benard, Lowell H. Schwartz, Peter Sickle. Published
2007 by the RAND Corporation
22 Civil democratic Islam, partners, resources, and strategies / Cheryl Benard. Copyright 2003 RAND Corporation
23 Idem 12
24 http://nasional.kompas.com/read/2017/02/22/12031291/jokowi.demokrasi.kita.sudah.kebablasan
25 Diucapkan dalam pidatonya di Sidang Tahunan DPR-DPD (16/8/2017).
https://www.voaindonesia.com/a/jokowi-berjanji-lindungi-keberagaman-agama/3987841.html
26 Diucapkan dalam pidato pelantikan Trump sebagai presiden AS ke-45 (20/1/17)
http://internasional.republika.co.id/berita/internasional/global/17/01/21/ok3ta1354-ini-pidato-lengkap-trumpusai-dilantik-sebagai-presiden-as
3
aksi teror.27 Padahal sesungguhnya Trump sedang menantang para pemimpin
Muslim untuk menumpas Islam politik. “Masa depan yang lebih baik hanya
mungkin dicapai jika negara-negara Anda menyingkirkan teroris dan ekstremis. Usir
mereka. Singkirkan mereka dari tempat-tempat ibadah Anda. Keluarkan mereka
dari komunitas Anda..”
KTT ditutup dengan kerja sama melawan terorisme. Dan Jokowi, sebagaimana
pidatonya, mengedepankan pendekatan soft power (tanpa kekerasan)28 dalam
kerjasama tersebut. Cara tanpa kekerasan ditempuh dengan menjadikan Indonesia
sebagai model Islam moderat.29 Karena itu Indonesia mendapat arahan AS dalam
menderaskan Islam moderat sekaligus menjegal Islam politik.
Bisa jadi kunjungan Menlu Retno LP Marsudi ke Washington DC tanggal 4 - 5 Mei
2017 menjadi pengarah kebijakan rezim Jokowi. Ketika bertemu Ketua DPR AS Paul
Ryan, dia menegaskan bahwa menangani radikalisme bukan mendudukkan Islam
(ritual) sebagai musuh, tetapi ideologinya (yang menyebabkan radikal). Peran
Indonesia sangat penting dalam menggunakan pendekatan tanpa kekerasan. 30
Demikian juga saat Menlu bertemu Wapres AS Mike Pence dan Menlu AS Rex
Tillerson. Tillerson menegaskan bahwa Indonesia memimpin upaya global melawan
ideologi radikal. Islam di Indonesia memberikan rahmat bagi semua karena nilainilai pluralisme dan toleransi.31 Pertemuan dilanjutkan dengan bertemu Penasehat
Presiden Trump Bidang Penanggulangan Terorisme, Thomas P. Bossert. 32
Sebagai kelanjutannya, Kapolri Jendral Tito Karnavian menjabarkan upaya
deradikalisasi.33 Lima langkah deradikalisasi yang dilakukan Indonesia adalah cara
persuasif (ramah), mengubah pelaku menjadi moderat dengan program
pencegahan Islam ideologis. Kedua dengan cara koersif (pemaksaan) seperti
melibatkan militer, intelijen, kepolisian dan membuat undang-undang.
Ketiga,
netralisasi wilayah yang menjadi target radikalisme. Keempat program pencegahan
di dunia maya, dan kelima memanfaatkan penelitian para ahli, ilmu sosial dan
ulama terkait penyebaran paham radikal atau sasaran aksi teror. 34
Semua strategi dan program di atas menjadi jawaban atas peristiwa-peristiwa
politik yang terjadi sepanjang tahun 2017, yakni penderasan gerakan Islam moderat
untuk membendung gerakan Islam politik. Kebijakan yang memaksa dilakukan
pemerintah seperti penerbitan Perppu No. 2/2017 tentang Perubahan Atas UU
No.17/2013 tentang Ormas35 yang berlanjut dengan pengesahan menjadi UU dalam
Rapat paripurna DPR.36 Pemerintah juga mengeluarkan PP No.53/2017 tentang
BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara) yang bertugas mencegah serangan siber.
Sedangkan cara persuasif (tanpa kekerasan) ditempuh melalui Perpres 54/2017
27 http://epaper1.kompas.com/kompas/books/kompas/2017/20170522kompas/#/1/
28 Ibidem 28
29 dalam wawancara khusus Jokowi dengan kantor berita Reuters (3/7/17) http://www.dw.com/id/jokowiindonesia-tetap-jadi-model-islam-moderat/a-39523538
30 http://www.voaindonesia.com/a/menlu-ri-as-paham-indonesia-dalah-negara-demokrasi-yangkuat/3837558.html
31 http://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/-Menlu-RI-Tegaskan-Kemitraan-Strategis-Dalam-Memperluas-danMemperdalam-Hubungan-Indonesia-%E2%80%93-Amerika-Serikat.aspx
32 https://www.voaindonesia.com/a/menlu-ri-as-paham-indonesia-dalah-negara-demokrasi-yangkuat/3837558.html
33 Disampaikan dalam simposium deradikalisasi yang diadakan Garda Bangsa –organisasi sayap PKB- (19/1/17).
http://www.antaranews.com/berita/607627/jenderal-tito-minta-garda-bangsa-pkb-bantu-deradikalisasi
34 Ibidem 34
35 (10/7/17) http://setkab.go.id/inilah-perppu-no-22017-tentang-perubahan-uu-no-172013-tentang-organisasikemasyarakatan/
36 (24/10/17) https://news.detik.com/berita/3696861/dpr-gelar-paripurna-pengesahan-perppu-ormas-7-fraksimenerima
4
tentang Unit Kerja Presiden untuk Pembinaan Ideologi Pancasila. 37 Upaya netralisasi
wilayah dilakukan dengan disahkannya Perpres 73/2017 tentang perluasan fungsi
Badan Intelijen Negara di Daerah (Binda).
Sosialisasi Islam moderat pun semakin massif, yaitu Islam yang digambarkan
sebagai agama yang terbuka, damai, toleran dan tidak radikal. Sosialisasi dilakukan
baik melalui jalur pendidikan formal maupun non formal. Sasarannya dari
pendidikan anak usia dini sampai perguruan tinggi. Juga marak dilakukan melalui
pendidikan seperti seminar, diskusi, konferensi dan sebagainya. Penyebaran kian
gencar karena dilakukan oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah.
Seruan Mentri Agama, Lukman Hakim Saifuddin saat memberikan pengarahan
kepada Pimpinan PTKIN, Senin (23/01/2017) di Jakarta, menyerukan kepada
kelompok
moderat
untuk
bicara
lantang
tentang
Islam
moderat.
(http://diktis.kemenag.go.id/NEW/index). Pengakuan untuk menyampaikan Islam
moderat juga datang dari dunia kampus.
Direktur Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, Prof Dr Masykuri Abdillah, MA ketika memberi pembekalan
kepada mahasiswa baru program magister dan doctoral menyatakan Pasca UIN
Jakarta tidak liberal. Juga tidak fundamentalis. Kami mengajarkan Islam moderat.
http://www.uinjkt.ac.id/id/masykuri-abdillah-islam-moderat-tidak-liberal-tidakfundamentalis/
Pemanfaatan ulama ditempuh dengan menjadikan MUI sebagai inisiator sekaligus
eksekutor dalam misi Islam moderat. Tugasnya kini (30/11/17), membuat modul
pelatihan dakwah wasathiyah bagi para da’i -baik yang sering on air di media
massa, atau yang off air di masjid dan majelis taklim.38 Termasuk mengangkat
tokoh tertentu sebagai corong Islam moderat. Simak pernyataan Rais Aam PBNU
KH Ma'ruf Amin yang menegaskan tanggung jawab ulama dalam himayat ad-daulah
atau menjaga NKRI dari rongrongan kelompok radikal kanan ataupun radikal kiri
(6/5/17).39 Juga komitmen Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj untuk melibatkan
para kyai dalam membimbing masyarakat agar kembali ke Islam moderat (11/1/17).
”..Diperintah maupun tidak, akan menyuarakan itu, saya jamin.’40
Demikian pula kalangan intelektual kampus yang berkali-kali ‘dipaksa’ oleh
Menristekdikti M.Nasir, menggaungkan deklarasi kebangsaan diikuti ancaman
sanksi tegas pada rektor jika terjadi radikalisme di lingkungan perguruan tinggi. 41
Sedangkan bagi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) yang memiliki
pesantren mahasiswa (ma'had al-jami'ah) diperkuat perannya oleh Kemenag agar
menghasilkan santri mahasiswa moderat dan toleran. 42 Santri harus bercirikan
moderat, menghargai keragaman, dan cinta Tanah Air. 43 Maka santri masa kini
adalah santri yang sanggup menjawab tantangan globalisasi, berkarakter nasionalis
– religius, pandai wirausaha, dan terbuka hingga biasa melakukan dialog antar
agama.
37 (1/6/17) http://setkab.go.id/presiden-jokowi-teken-perpres-unit-kerja-presiden-pembinaan-ideologi-pancasila/
38Rakernas III MUI (28-30/11/17) masa khidmat 2015-2020 di Bogor dengan tema “Meneguhkan Peran MUI dalam
Menerapkan Islam Wasathiyah dan Arus Baru Ekonomi Indonesia”
39 Disampaikan dalam Halaqah Alim Ulama dan Kyai Pesantrem se Wilayah III Cirebon, Sabtu (6/5/17) di Pondok
Pesantren Gedongan, Cirebon. http://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islamnusantara/17/05/07/opjbeu320-rais-aam-nu-kita-berjuang-untuk-islam-tetapi-tetap-konstitusional-dan-demokratis
40 Disampaikan usai makan siang bersama Jokowi di Istana Merdeka (11/1/17)
http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/11/ojlwz2328-presiden-makan-siang-dengan-ketuapbnu-bahas-islam-radikal
41 https://nasional.tempo.co/read/878391/menristek-dosen-dan-mahasiswa-terlibat-radikalisme-kena-sanksi
42 https://www.kemenag.go.id/berita/487445/kemenag-perkuat-pesantren-mahasiswa-untuk-moderasi
43 Disampaikan Menag pada Hari Santri Tahun 2017 bertema ‘Peran Strategis Santri Dalam Membangun Rumah
Kebangsaan’ https://kemenag.go.id/berita/read/505972/menag--ciri-santri-itu-moderat--hargai-keragaman--dancinta-tanah-air
5
Kontrol di dunia maya di antaranya dilakukan BNPT Bersama Media OKP (Organisasi
Kemasyarakatan Pemuda) dan Ormas. Sebanyak 100 pemimpin redaksi dari situs
moderat, 50 admin dan penulis, serta 50 perwakilan organisasi kepemudaan 44
mengikuti kegiatan itu. Kemenkominfo juga bekerja sama dengan beberapa ormas
dan komunitas seperti Wahid Institute, Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo),
dan ICT Watch untuk menghilangkan konten negatif radikal.45
Sedangkan komponen masyarakat sipil –baik komunitas ataupun individual- diberi
peran dalam menyebarkan narasi kebencian terhadap gerakan Islam politik seperti
menggelarinya kelompok garis keras, pemaksa syariat, pemicu konflik atas nama
agama dan politik identitas, mengancam keragaman dengan aksi intoleran,
penafsir tunggal keagamaan, menuduh penodaan agama, merongrong kewibawaan
ormas Islam arus utama dan sebagainya. Semua komponen itu mengambil peran
penting dalam menderaskan ide yang menyudutkan Islam politik dan sebaliknya,
menampilkan wajah ramah Islam moderat.
Islam Moderat Ide yang Absurd
Islam moderat atau sering disebut dengan Islam wasathiyah, gencar dilemparkan
ke publik, menunjuk pada Islam yang baik, yang benar, sebagai “Rahmatan lil
‘Alamin’. Sebut saja Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin, dalam rakornas
MUI di Bogor tanggal 28 November 2017 mengatakan “muslim wasathi atau muslim
moderat adalah muslim yang mampu memberikan ruang bagi yang lain untuk
berbeda pendapat, menghargai pilihan keyakinan dan pandangan hidup seseorang
“. Dalam acara yang sama KH Makruf Amin mengatakan ” Islam wasathi adalah
Islam yang cara pandangannya moderat, tidak tekstual, tidak liberal, gerakangerakannya juga moderat, santun, tidak galak, toleran, tidak egois, tidak memaksa,
semua dikerjakan sesuai dengan konstitusi dan sesuai dengan mekanisme
kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbangsa”. ( Antara News,18/12/2017).
Kedua pendapat tersebut di atas mengandung ide yang sulit dibuktikan dalam
realitas. Islam seperti apa yang tidak tekstual, namun tidak liberal? Padahal sudah
nyata bahwa ajaran Islam digali dari nash Al Qur’an, As Sunnah dan ijma’ shahabat.
Pernyataan bahwa Islam moderat menghargai pilihan keyakinan dan pandangan
hidup seseorang akan semakin menyuburkan faham pluralisme. Setiap orang
bebas untuk berkeyakinan agama, bahkan boleh tidak menganut agama apapun,
yang penting mengakui sebagai penganut kepercayaan. Ajaran Islam pun tidak
luput dari penafsiran pihak pihak yang lemah dari sisi pemahaman Islam, bahkan
orang kafir pun merasa berhak untuk menafsirkan Islam sebagaimana kasus
penodaan al Qur’an surat al Maidah. Istilah kafir yang sudah jelas maknanya dalam
al Qur’an (Surat al Kafirun) juga kembali diperdebatkan, bahkan digadang gadang
lebih tepat diganti dengan sebutan non muslim. Tak terkecuali seorang pegiat
gender, Musdah Mulia berani mengatakan: "Sayang sekali dalam pendidikan agama
kita kata kafir mengalami degradasi. Dikerdilkan menjadi orang yang bukan orang
Islam. Menurut saya ini adalah hal yang salah kaprah ya. Justru pemimpin non
muslim tapi berlaku adil, jauh lebih bijak untuk dipilih daripada pemimpin muslim
yang
tidak
adil.
Karena
kita
tidak
memilih
imam
sholat
kan?"
http://news.bersamadakwah.net/2017/02/musdah-mulia-kafir-itu-bukan-nonmuslim.html.
Bagaimana mungkin orang kafir dikatakan lebih layak untuk
memimpin? Padahal dengan tegas al Qur’an menyatakan dalam surat al “ashr
bahwa iman merupakan dasar seseorang termasuk rugi atau beruntung, sementara
dalam surat ali Imran, ayat 85 menyebutkan bahwa orang yang mencari agama
44Disampaikan dalam Workshop Pencegahan Propaganda Radikal Terorisme di Dunia Maya (22/3/17)
http://www.netralnews.com/news/nasional/read/63856/bnpt.gandeng.netizen.cegah.propaganda.te
45 http://trendtek.republika.co.id/berita/trendtek/internet/17/08/04/ou5ga8425-googletwitter-perangi-kontennegatif-di-indonesia
6
selain Islam sampai kapanpun amalnya tidak akan pernah diterima Allah SWT.
Fakta fakta tersebut semakin membuktikan bahwa Islam moderat adalah ide yang
absurd, jargon tanpa wujud nyata serta penuh ketidakjelasan.
Para pengusung Islam moderat seringkali menyatakan bahwa pendapatnya memiliki
sandaran nash, yakni firman Allah dalam al Quran surat Al Baqorah : 143
ك جعل مناَّك ك ك
ش
س د
س وشي ش ك
طاَّ ل هت ش ك
سوُ ك
م ش
كوُكنوُاً ك
ًدا
م د
شههيِ د
كوُ ش
شهش ش
ن اًلرر ك
ة وش ش
ل ع شل شيِ مك ك م
مأ ر
وشك شذ شل ه ش ش ش ش م
داًشء ع شلىَ اًلن راَّ ه
“ Demikian pula kami telah menjadikan kalian ( umat Islam yang adil dan pilihan
agar kalian menjadi saksi atas
( perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan)
kalian “
( QS al Baqorah[2] : 143 ).
Ibnu Abas menafsirkan
ك { يعني كماَّ أكرمناَّكم بدين إبراًهيِم اًلسلما وقبلته } جعل مناَّك ك ك
سطاَّ د { عككدل د } ل لت ش ك
وشك شذ شل ه ش
كوُن كككوُاً م { لكككي
م د
ة وش ش
مأ ر
ش ش ش م
تكوُنوُاً } ك
دآَشء { للنبيِيِن } ع ششلىَ اًلناَّس
شه ش ش
“(Demikian pula) yaitu sebagaimana Kami memuliakan kalian dengan agama
Ibrahim yaitu Islam dan kiblatnya ( kami telah menjadikan kalian ummatan
wasathan( umat Islam yang adil) agar kalian menjadi saksi bagi para nabi(bahwa
mereka telah menyampaikan risalah atas ( perbuatan manusia). Ibnu Abbas,
Tanwirul Miqbas, tafsir surat al Baqoroh ayat 143, Darul Fikr, Libanon,
Beirut.
Mayoritas para mufassir menafsirkan kata wasath tersebut dengan al-‘adl (adil) dan
atau al-khiyâr (terbaik dan pilihan). Hal itu ditunjukkan oleh firman Allah setelahnya
(yang artinya), ... “agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar
Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kalian.”
Ringkasnya ummat[an] wasath[an] adalah umat yang adil dan pilihan. Sikap
wasath adalah sikap adil, yaitu menempatkan segala sesuatu sesuai posisi dan
ketentuannya menurut syariah Islam. Sikap wasath bukanlah sikap moderat,
kompromistis dan selalu mengedepankan jalan tengah, sebagaimana yang banyak
dilontarkan oleh tokoh-tokoh termasuk mentri agama. Jadi, mengartikan Islam
moderat sebagai Islam wasathiyah, sejatinya menjauhkan makna dari yang
ditunjukkan al Qur’an. Karenanya Islam Moderat tidak layak dijadikan rujukan.
Benarkah Islam Moderat Menebar Keadilan
Demikian juga jargon Islam moderat sebagai pembela keadilan nyatanya hanya
klaim semata. Sekalipun diklaim menjunjung tinggi keadilan, jalan moderat yang
ditempuh lewat kompromi dan kesepakatan tetap saja memunculkan pihak yang
dimenangkan dan pihak dirugikan. Sebagai contoh adalah apa yang dilakukan para
pemimpin muslim dengan menerima keputusan dua Negara, Israel dan Palestina
(sesuai keputusan Oslo 1993) sebagai solusi masalah Palestina, keputusan ini
dianggap paling tepat demi perdamaian dunia. Solusi dua negara masih pilihan
terbaik. Ini sebagaimana juga dikatakan Sekjen PBB Antonio Guterres. Yaitu dua
negara merdeka —Palestina dan Israel— yang hidup berdampingan secara damai.
Negara Palestina merdeka berada pada batas-batas sebelum Perang 1967, yakni
Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
http://www.republika.co.id/berita/kolom/resonansi/17/02/20/olmgii319-palestinadiantara-solusi-dua-negara-dan-satu-negara
Alih alih menciptakan kesejahteraan dan kedamaian bagi rakyat Palestina, ternyata
keputusan ini
malah
membuka celah pengkhianatan, baik yang dilakukan
pemerintah Israel dengan terus melakukan pencaplokan wilayah yang diputuskan
menjadi hak Palestina, maupun sikap arogan Amerika yang ditunjukkan oleh
7
pernyataan presidennya: "Hari ini kita akhirnya mengakui: Yerusalem adalah ibu
kota Israel," kata Trump, seperti dilansir harian the New York Times, Kamis
(7/12/2017).
https://www.merdeka.com/peristiwa/soal-yerusalem-trump-dinilaiarogan-yang-berbahaya-dan-menyakiti-islam.html.
Penyataan Trump ini tidak saja menyakiti umat Islam, namun kian memastikan
bahwa jalan moderat dan kompromi tidak akan mewujudkan kemerdekaan Palestina
sebagaimana dijanjikan pada perjanjian Oslo. Berdamai dengan perampas negeri
muslim bukan sekedar menunjukkan sikap lemah namun juga berarti
pengkhianatan terhadap darah para syuhada yang telah gagah berani
mempertahankan kemulian tanah yang diberkahi ini. Jadi, berharap Islam moderat
akan melahirkan keadilan dan solusi bagi permasalahan adalah harapan kosong
yang mustahil terwujud.
Bahaya Islam Moderat
Telah sangat jelas, bahwa sesungguhnya Islam moderat merupakan pemahaman
yang tidak datang dari Islam dan tidak dikenal dalam Islam. Pemahaman ini justru
berkembang pasca diruntuhkannya negara Khilafah yang mendapat dukungan dari
negara-negara Barat.
Tujuannya tidak lain agar nilai-nilai dan praktek Islam
khususnya yang berhubungan dengan politik Islam dan berbagai hukum-hukum
Islam lainnya dapat dieliminasi dari kaum muslim dan diganti dengan pemikiran dan
budaya barat. Strategi penghancuran ini dibangun dengan dasar falsafah “devide et
impera” atau politik pecah-belah. Karenanya wajib bagi kita untuk memahami lebih
jauh bahaya ide Islam Moderat ini, menolaknya dan membuang jauh-jauh dari
benak kaum muslimin. Setidaknya ada enam bahaya ide Islam Moderat yang harus
dicermati dan dipahami oleh umat Islam,
Pertama,
Istilah Islam Moderat
adalah
cara yang digunakan Barat untuk
membendung tegaknya Islam, memecah- belah dunia Islam dan melanggengkan
penjajahan Barat atas Dunia Islam. Siapa saja yang mau menerima dan
mengakomodasi kepentingan penjajahan Barat akan disebut Muslim moderat.
Mereka akan diberikan ‘carrot’, dipuji habis-habisan dan dipromosikan. Sementara
siapa saja yang bertentangan dengan hal itu akan disebut Muslim radikal dan
teroris. Mereka mendapatkan ‘stick‘, artinya legal diperangi dengan cara apapun.
Mereka juga telah membuat kutub kaum Muslim melalui pelabelan modernistradisionalis, radikal-moderat, spiritual-politik, kultural-struktural, formalis/literalissubstansialis, termasuk Islam esoteris (Islam hakikat) dengan Islam eksoteris (Islam
syariah).
Kedua, Meracuni Aqidah Umat. Ide Islam Moderat pada dasarnya adalah bagian
dari rangkaian proses sekularisasi pemikiran Islam ke tengah-tengah umat, yang
diberi warna baru. Ide ini menyerukan untuk membangun Islam inklusif yang
bersifat terbuka dan toleran terhadap ajaran agama lain dan budaya.
Ketiga, Me’deideologisasi’ Islam, yaitu menjauhkan umat dari pemahaman Islam
sebagai ideologi yang tidak hanya merupakan ajaran ritual, namun juga
memancarkan berbagai aturan hidup disertai dengan thariqah penerapannya.
Menjauhkan Islam ideologis berarti memandulkan Islam, karena hukum-hukum
Islam hanya menjadi konsep yang tidak bisa diterapkan. Umat juga dibuat ragu
dengan kebenaran Islam sebagai satu-satunya solusi bagi seluruh permasalahan
umat.
Keempat, Menghancurkan Syariah Islam. Sesungguhnya nampak jelas bahwa
gagasan Islam Moderat ini
mengabaikan sebagian dari ajaran Islam yang
bersifat qath’i, baik dari sisi redaksi (dalâlah) maupun sumbernya (tsubût), seperti:
8
superioritas Islam atas agama dan ideologi lain (QS Ali Imran [3]: 85); kewajiban
berhukum dengan hukum syariah (QS al-Maidah [5]: 48); keharaman wanita
Muslimah menikah dengan orang kafir (QS al-Mumtahanah [60]: 10); dan kewajiban
negara memerangi negara-negara kufur hingga mereka masuk Islam atau
membayar jizyah (QS at-Taubah [9]: 29).
Kelima, Menyusupkan Paham Pluralisme yang Memandang Semua Agama Benar.
Hal ini karena Islam moderat bersumber pada kaidah “qabulul akhar”, menerima
yang lain secara terbuka dan tidak mengklaim kebenaran diri sendiri. Menganggap
perbedaan adalah hal lumrah tetapi berusaha mengajak atas perbedaan-perbedaan
tersebut untuk bahu-membahu, serta bersama-sama membangun peradaban dunia
yang lebih baik. Sekilas ide ini memang nampak indah.
Menerima perbedaan
sejauh menerima keberadaan pemeluk agama atau keyakinan lain adalah mubah.
Hal ini sebagaimana Rasulullah saw memberikan kebebasan pada kaum Yahudi,
Nasrani maupun yang lainnya untuk tetap hidup dalam wilayah Daulah Islam.
Namun ketika menerima perbedaan itu disertai dengan menerima kebenaran
agama atau kepercayaan lain, yakni tidak menganggap salah aqidah mereka seperti
yang dituntut oleh ide Qabulul Ākhar, maka hal ini adalah manifestasi dari
pluralisme yang haram bagi kaum muslimin. Dari sinilah kita mendapati penganut
Islam moderat memberlakukan toleransi melampaui batas yang telah digariskan
oleh Islam. Bahkan murtadnya seseorang ataupun menjadi atheis dianggap
sebagai hak seseorang.
Keenam, Islam Moderat digunakan untuk menghadang upaya penegakan syariah
dan Khilafah. Hal ini sama saja dengan menghalangi terjadinya kebangkitan Islam di
muka bumi ini. .Barat sangat menyadari bahwa tegaknya kembali Khilafah di
tengah-tengah kaum muslimin yang akan menerapkan syariah Islam secara kaffah,
menyatukan umat Islam diseluruh dunia, melindungi dan membebaskan umat Islam
yang tertindas dan menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga
menjadi rahmatan lil ‘alamin, akan mengancam dominasi mereka. Oleh karena itu,
tegaknya kembali Khilafah harus dicegah dengan segala cara. Salah satunya
dengan menggunakan politik belah bambu. Umat Islam yang mendukung mereka
diangkat, dipuji-puji dan dijuluki Muslim Moderat, sedang yang bertentangan harus
ditekan habis.
Walhasil ide Islam moderat ini telah mengaburkan identitas individu muslim yang
hakiki. Jelas jelas mengacaukan pikiran, memandulkan perasaan serta merubuhkan
tatanan kehidupan masyarakat. Terbukti mengaborsi cikal bakal persatuan hakiki
umat, lebih jauh lagi menghadang tegaknya sistem Khilafah. Demikianlah bahaya
nyata Islam Moderat. Wajib bagi seorang muslim berhati-hati terhadap suatu
istilah yang bukan berasal dari pemahaman Islam. Jangan sampai mengadopsi ide
ini, apalagi menjadi corong untuk mempopulerkan ide yang maknanya sudah
dikendalikan dan diatur sesuai dengan agenda untuk memecah belah umat Islam.
Umat Islam harus membendung Islam Moderat dan membuangnya jauh-jauh.
Islam Moderat Mengancam Persatuan dan Menghalangi Kebangkitan
Di penghujung tahun 2017 umat kembali diingatkan dengan peristiwa fenomenal
pada bulan dan tanggal yang sama di tahun 2016 yaitu Aksi Bela Islam 212.
Penyelenggaraan Reuni 212 yang bertepatan dengan peringatan maulid Nabi Saw
banyak menyimpan harapan umat akan lahirnya persatuan yang hakiki. Berbagai
pernyataan tokoh menyiratkan harapan tersebut. Wakil Ketua GNPF Ulama, Ustadz
Zaitun Rasmin menilai, pasca kegiatan Reuni Alumni 212 persatuan umat lebih kuat
ke
depannya.“Saya
yakin
akan
lebih
kuat
persatuannya,”
ujarnya
kepada hidayatullah.com di Kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Jakarta, Selasa
(05/12/2017). Ketua Presidium Alumni (PA) 212, Ustadz Slamet Ma’arif mengajak
seluruh alumni 212 untuk hadir dalam acara Reuni Akbar Alumni 212 di Monumen
Nasional (Monas). “Mari rapatkan barisan, rajut kembali ukhuwah Islamiyah dan
9
sambut
kebangkitan
Islam
di
Indonesia,”
pungkasnya.
http://www.panjimas.com/news/2017/11/30/rajut-persatuan-umat-islam-dihimbauhadiri-reuni-212/
Persatuan umat yang hakiki sangat mungkin terwujud di tengah mereka yang
berkumpul dengan niat lillahi ta’ala dan demi memperjuangkan kebenaran Islam
(QS.Ali Imran ayat 103). Namun, bangunan persatuan bukan mustahil tercerai berai
hancur dan kebangkitan pun menghadapi penghalang. Hal ini akan terjadi ketika
tersusupi ide absurd Islam moderat. Tujuan mulia untuk pembelaan Islam kemudian
dibelokkan sesuai hasil kesepakatan serta demi mewujudkan kepentingan berbagai
pihak. Kebangkitan umat pun sulit terwujud karena tersandera kemaslahatan
pribadi dan golongan. Pernyataan sekelompok mahasiswa yang mengklaim dirinya
sebagai alumni 212 cukup memberi gambaran bahwa persatuan 212 sedang
mengalami rongrongan.
"Kami Komite Nasional Gerakan Mahasiswa 212
menyatakan dengan tegas menolak dijadikan alat kepentingan atau
komoditas politik untuk meraih kekuasaan dalam bentuk apapun," jelas
Koordinator Komnas Gerakan Mahasiswa 212, Elhakim dalam surat
elektronik yang dikirimkan ke redaksi, Sabtu (2/12/2017).
http://politik.rmol.co/read/2017/12/02/316742/Gerakan-Mahasiswa-212-MurtadDemi-Menjaga-Persatuan-dan-KesatuanPara pejuang Islam tentunya tidak akan rela kebersamaan yang telah terbangun
dibajak oleh lintasan lintasan kepentingan yang berasal dari ide tak jelas Islam
moderat.
Karenanya harus segera ada upaya penyelamatan dengan
mengembalikan visi misi persatuan ini pada arahan Allah SWT dalam al Qur’an
surat Ali Imran ayat 103-104. Terkait ayat ini Imam as Samarqandi berkata:
“Wa’tashimu bi hablillahi” bermakna “Tamassaku bi dinillaahi wa bi al-Qur’an”
(Berpegang teguhlah kalian semuanya dengan Agama Allah dan al Qur’an) (As
Samarqandi, Bahr al-‘Ulum,1/234). Sementara ayat 104 menjelaskan pada kita
bahwa persatuan yang dirajut bukan sekedar berkumpul dengan orang orang yang
mempunyai kesamaan iman, namun memiliki misi yang agung yakni melakukan
dakwah Islam dan melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar. Visi misi inilah yang
harus senantiasa terhunjam dalam dada para pejuang 212 sehingga akan
menjaganya istiqomah dalam memperjuangkan tegaknya Islam.
Khatimah
Berbagai peristiwa yang ada di tahun 2017 mayoritas merupakan kelanjutan dari
kejadian-kejadian di tahun sebelumnya.
Ide Islam moderat semakin massif
dideraskan oleh berbagai pihak. Strategi dan program yang dijalankan menyasar
umat dari berbagai sudut dan dalam setiap kesempatan. Telah Nampak nyata
bahaya ide ini karena akan memalingkan umat dari pemahaman Islam yang benar
dan akan menghambat umat dari kebangkitan hakiki. Karenanya penting dilakukan
upaya membentengi umat dengan cara membongkar kesesatan ide ini, strategi
serta bahayanya. In syaa Allah umat akan kembali pada Islam yang dicontohkan
Rasulullah Saw, para sahabat, serta para khalifah setelahnya. Bukan tergiur dengan
bujukan ide absurd Islam moderat.
Mungkin saja saat ini rezim yang kekuasaanya ditopang oleh jaringan-jaringannya
sedang menyombongkan keberhasilannya membungkam gerakan Islam politik.
Namun manusia harus sadar bahwa pergiliran kekuasaan adalah sunnatullah. Pada
saatnya umat akan paham dan berbalik serta menyadari, semua kampanye busuk
atas Islam politik akan sirna. “Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut
mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta” (TQS al-Kahfi [18]: 5).
Pada akhirnya umat akan kembali pada ketetapan Allah SWT, dan berusaha
10
mewujudkan Islam sebagai sistem kehidupan dalam naungan Khilafah Islamiyyah.
“Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya
Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu” (TQS ath-Thalaq [65]: 3)
11