Pelaksaan Prosedur Penyitaan Barang Wajib Pajak Akibat Utang Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Lubuk Pakam

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktek Kerja Latar Lapangan Mandiri

Keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh segenap bangsa tidak lepas dari partisipasi semua pihak. Pelaksanaan pembangunan sebagai proyek besar tentu memerlukan bukan saja partisipasi aktif seluruh bangsa, tetapi juga pembiayaan yang tidak kecil. Beban biaya yang ditimbulkan untuk menjaga kelangsungan pembangunan tidak hanya dibebankan kepada negara. Dalam hal ini peran negara dalam mengalokasikan sumber-sumber pendapatan, seperti dari pengelolan minyak bumi, hasil tambang, dan ekspor barang non migas yang kesemuanya dapat cepat habis, sementara selama ini negara sangat mengandalkan bantuan atau hibah dari luar negeri, seperti dari IMF, World Bank, CGI, dan lain sebagainya demi kelanacaran pembangunan nasional. Dengan mengandalkan bantuan atau hibah tersebut akan menyebabkan beban ketergantungan perekonomian yang berdampak negara luar dengan kekuatan ekonominya yang kuat akan mendikte kehidupan kenegaraan, baik dalam dalam strata vertikal maupun horizontal. Menyadari hal yang demikian salah satu sektor yang dominan sebagai sumber pendapatan negara adalah sektor pajak bahkan dalam APBN peran pajaklah yang menjadi dominan, dalam tahun 2015 ini pemerintah menargetkan 70 % (1.224,7 triliun) terhadap total peneriman negara. Kontribusi ini jauh lebih tinggi dibandingkan rata rata kontribusi penerimaan pajak


(2)

selama 5 tahun terakhir yang berkisar 55%-60% terhadap total penerimaan negara. Sektor pajak yang bersumber dari rakyat sangat strategis baik untuk sumber pengumpulan dan juga untuk mengatur irama kegiatan perekonomian nasional. Undang-undang 1945 pasal 23 ayat (2) menegaskan bahwa segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan Undang-Undang. Dalam penjelasan pasal 23 ayat (2) disebutkan;

Betapa caranya rakyat sebagai bangsa akan hidup, harus ditetapkan oleh rakyat itu sendiri, dengan perantaraan dewan perwakilan rakyat. Rakyat menentukan nasibnya sendiri. Karena bersumber dari rakyat sangat dibutuhkan kesadaran dan kedewasaan dalam membayar pajak. Disamping menyadari akan haknya untuk menikmati hasil-hasil pembangunan tidak kalah penting juga adalah untuk memenuhi kewajibannya sebagai warga negara yang baik yaitu membayar pajak, dan ini merupakan salah satu bentuk kewajiban kenegaraan.

Indonesia telah 3 (tiga) kali melakukan reformasi perpajakan yaitu pertama tahun 1983 di keluarkannya Undang-Undang No 6 Th 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. kedua tahun 1994 dilakukan perubahan dan penyempurnaan sesuai dengan tuntutan perubahan sistem perekonomian.Undang-Undang No 9 Th 1994 tentang UU No 6 Th 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan yang ketiga pada tahun 2000 seiring dengan perkembangan sosial dan ekonomi, pemerintah


(3)

kembali mengeluarkan serangkaian Undang-Undang untuk mengubah Undang-Undang yang telah ada Undang-Undang No 16 Th 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No 6 Th 1983 tentang Ketentuan Umum & Tata Cara Perpajakan dan Undang-Undang No 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Pada hakekatnya tujuan diadakan reformasi adalah untuk menjalankan fungsi budgeter dan regulasi. Keberhasilan kebijakan fiskal yang diambil pemerintah tidak hanya dilihat dari perangkat perundang-undangnya tetapi harus diimbangi dengan pelayanan umum yang baik sebagai bentuk pengembalian pajak yang telah dibayarkan oleh masyarakat dengan didukung kesadaran dan kemampuan dari masyarakat dalam membayar pajak. Kedua hal inilah yang sangat berpengaruh dalam berhasil tidaknya sektor perpajakan. Demikian pula kebijakan yang diambil pemerintah Undang-Undang No.16 Tahun 2000 yang mengenai tentang ketentuan umum dan tatacara perpajakan terlihat adanya upaya paksa dari pemerintah(negara) untuk memperoleh pajak dari rakyat. Salah satu cara upaya paksa dari negara yaitu dengan memberikan sanksi bagi wajib pajak yang tidak dapat memenuhi kewajibannya. Perlunya ditetapkan ketentuan tentang sanksi ini disebabkan karena tidak dapat diharapkan dari wajib pajak pun yang akan melaksanakan kewajiban perpajakan secara sukarela. Hal ini disebabkan karena membayar pajak tidak seperti membeli barang , uang dibayar barang diterima, tetapi membayar pajak rasanya lain, tidak ada yang diterima orang sebagai imbalan. Banyak


(4)

yang beranggapan membayar pajak dianggap mengurangi kekayaan. Ketentuan memberi sanksi merupakan alat yang utama untuk memaksa seseorang mematuhi ketentuan undang-undang yang ada dan fungsi sanksi dalam hukum berguna untuk memberikan kewibawaan terhadap undang-undang tersebut.

Dalam melaksanakan pemugutan pajak, negara indonesia menganut self assessment system. Dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang, sehingga melalui sistem ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah untuk dipahami oleh anggota masyarakat wajib pajak

Ditengah gencarnya pemerintah melalui Direktorat Jendral Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak, yang dalam prakteknya sering kali dijumpai adanya pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar pajaknya, sehingga untuk melakukan penagihan pajak ini ditempuh dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa yaitu dengan melakukan tindakan Penagihan Aktif berupa Penyampaina Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), pengumuman lelang dan dilaksanakan menurut ketentuan peraturan perundang undangan yang berlaku. Dengan adanya Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa, Wajib Pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa memenuhi


(5)

kewajibannya. Jika setelah dilakukan penagihan mengunakan surat paksa, wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka kepadanya dapat dikenakan penyitaan atas hartanya. Penyitaan merupakan upaya terakhir yang dapat dilakukan dalam rangka menagih pajak, adanya penyitaan barang milik wajib pajak ini mengakibatkan harta orang tersebut tidak dapat dipergunakan lagi seperti semula sebab hak kepemilikannya sudah diambil alih oleh negara sebagai barang sitaan atas utang pajak yang elum dilunasi

Dilihat dari akibat-akibat Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan dengan proses penyitaan yang sangat tidak menyenangkan itu, maka penagihan pajak dengan penyitaan tidak dapat dilakukan dengan sewenang wenang. Dibutuhkan landasan yuridis khusus yang menjadi landasan hukum bagi penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Adapun landasan yuridis penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan adalah pasal 23a amandemen keempat udang-undang 1945, undang-udang nomor 16 tahun 2009 perubahan atas undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa, walaupun sudah ada landasan yuridisinya, masih banyak wajib pajak yang tidak membayar pajak tepat pada waktunya. Oleh karena itu dibutuhkan peranan para aparat penagih pajak


(6)

(jurusita pajak) untuk melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan.

Oleh sebab itu untuk menunjang sepenuhnya pelaksanaan penagihan pajak serta mengingat perlu adanya peraturan perundangan yang dapat mengatasi permasalahan mengenai tunggakan pajak, maka ditetapkan undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa. Masih sering dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, merupakan pertimbangan khusus tentang keluarnya undang-undang nomor 19 tahun 2000 tentang pengihan pajak dengan surat paksa dengan harapan agar dapat mengatasi semua permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya masalah penunggakan utang pajak oleh wajib pajak .

Penagihaan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Juru Sita pajak dengan mengunakan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) dilaksanakan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam pemberitahuan sebelumnya (surat paksa), jadi pelaksanaan dalam proses penagihan tunggakan atas utang pajak mempunyai perananan yang sangat penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses penagihan tunggakan pajak dalam meningkatkan penerimaan pajak serta dalam


(7)

meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

praktik kerja lapangan mandiri (PKLM) dengan judul “Pelaksanaan

Penagihan Utang Wajib Pajak Melalui Surat Paksa dan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam”

B. Tujuan Dan Mamfaat Praktek Kerja Lapangan Mandiri

1. Tujuan Penelitian Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Setiap kegiatan yang dilakukan tentunya memiliki tujuan. adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan praktek kerja lapangan madiri (PKLM) ini adalah :

1.1Mengetahui kriteria persyaratan wajib pajak patuh.

1.2Mengetahui mekanisme dan prosedur kerja pelaksanaan penagihan pajak dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(8)

1.3Mengetahui mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.

1.4Mengetahui bagaimana prosedur penerbitan dan pelaksanaan surat perintah melaksanakan penyitaan (SPMP) di Kantor Pelayanan Pratama Lubuk Pakam.

1.5Mengetahui bagaimana cara penyelesaian masalah dalam pelaksanaan

penagihan dengan penyitaan.

2. Mamfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Praktek kerja lapangan mandiri ini tetntunya diharapkan dapat memberikan mamfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, diantaranya adalah ;

2.1Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan khususnya

pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.

b. Mengaplikasikan teori dan disiplin ilmu yan telah dipelajar khususnya tentang penagihan pajak terhadap masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan dunia kerja dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(9)

c. Mendapatkan pengalaman nyata dilapangan sehingga dapat menambah wawasan serta meningkatkan prestasi dan keahlian kerja.

d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman

dalam penagihan pajak dengan penyitaan.

2.2Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan semasa perkuliahan.

b. Mempererat hubungan dan membina kerja sama baik antara Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

c. Mengusahakan umpan balik untuk evaluasi dan penyempurnaan

kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan.

d. Membuka interaksi antar Program studi Diploma III Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik dengan instansi pemerintahan.


(10)

a. Memberikan masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam atas pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

b. Promosi hubungan baik dan peningkatan kerja sama yang lebih baik dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program studi Diploma III Administransi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politk.

c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat sebagai wajib pajak melalui mahasiswa peserta Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang nantinya diaharapkan akan mengabdikan ilmu perpajakan yang dimilikinya kepada masyarakat.

C. Uraian Teoritis Praktek Kerja Lapangan Mandiri 1. Definisi Pajak

1.1.Berdasarkan undang-undang no.28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yan tertuang oleh orang pribadi dan badan yang bersifat memaksa berdasarkan udang -undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.


(11)

2.1.Menurut Erly Suandi, (2011:165)

Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyendaraan, menjual barang-barang yang telah disita.maka sebagian dasar dari penagihan pajak dilakukan adaah diakibatkan karena adanya utang pajak dari wajib pajak.

Menurut Erly Suandi, (2011:169) utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum di dalam surat ketetapan pajak, atau surat sejenisnya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tenang Penagihan Pajak

Penagihan pajak dengan surat paksa, utang pajak adalah pajak yang masih harus dibayar termasuk sanksi administrasi berupa bunga, denda, atau kenaikan yang tercantum dalam surat ketetapan pajak atau surat sejenisnya berdasrkan ketentuan peraturan perundang-udangan perpajakan.


(12)

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan, maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut;

3.1.Adil

Sesuai dengan tujuan hukum yakni mencapai keadilan undang-undang dan pelaksanaan pemungutan harus adil. Adil dalam perundang-undangan pajak diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata serta disesuaikan dengan kemampuan wajib pajak.

3.2.Yuridis

Pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23A, hal ini memberikan jaminan hukum yang menyatakan keadilan baik bagi negara dan warganya.

3.3.Ekonomis

Pemungutan pajak tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi

perdagangan sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

3.4.Finansial

Biaya pemungutan pajak harus ditekan sehingga lebih rendah dari hasil pemungutan.


(13)

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak

4.1. Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 18 Tentang Surat Tagihan Pajak Menyatakan bahwa Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, Dan Surat Ketetapan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak.

4.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak

Penagihan pajak dengan surat paksa : penyitaan merpakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah lewat batas waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan, yang artinya bahwa penyitaan ini dapat dilakukan apabila surat paksa telah diterbitkan atau dengan kata lain bahwa penyitaan ini merupakan kelanjutan dari penerbitan surat paksa dalam proses penagihan pajak aktif.

Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita pajak dengan disaksikan sekurang – kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita pajak, dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan Juru Sita membuat berita acara pelaksanaan sita, ditandatangani oleh Juru Sita pajak, dan saksi.


(14)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Dalam laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah :

1. Teknik prosedur kerja kegiatan penagihan pajak yang dilaksanakan seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan

penyitaan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terhadap wajib pajak yang kurang patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penagihan pajak dan upaya- upaya yang di tempuh dalam mengatasinya

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan yang dimulai dari penyusunan proposal, memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak Fakultas / Program Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari bahan untuk pembuatan laporan hingga konsultasi pada pihak dosen.


(15)

2. Studi Pustaka

Penulisan melakukan studi literature ke berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan judul dan proposal tersebut yang merupakan dasar teori yang mendukung pembuatan laporan seperti buku-buku, majalah, Koran, undang-undang maupun literature yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk mengatahui keadaan kinerja pada kantor tersebut dan untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data juga penulis lakukan demi menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari Kantor Pelayanan Lubuk Pakam, dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ada dua macam yang digunakan :

4.1.Data sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat perpajakan, modul ketentuan umum dan tata cara perpajakan

4.2.Data priemer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan menguasai sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(16)

5. Analisis Data Dan Evaluasis

Disini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara deskriptif kwalitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus dari obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. Tekhnik Pengumpulan Data PKLM

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan beberapa metode yaitu

1. Wawancara (interview)

Dengan cara melakukan komunikasi dan Tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2. Pengamatan (Observation Guide)

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasa masalah.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti: sumber-sumber pustaka, undang-undang perpajakan, dokumentasi maupun literature lain yang ada hubungannya dengan objek dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri


(17)

G. Sitematika Penulisan PKLM

dalam pelaporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika penulisan yang akan dilakukan dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan mamfaat praktik kerja lapangan mandiri, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum obyek pajak praktik kerja lapangan mandiri, sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi serta uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN TEORI PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENYITAAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran pajak secara umum beserta fungsi, jenis, subyek dan obyek pajak, serta membahas mengenai gambaran umum penagihan pajak, serta dasar hukum penagihan pajak, tujuan umum penagihan pajak, tata cara pelaksanaan penagihan dan penyitaan barang wajib pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(18)

BAB I V : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh obyek pembahasan yang dibahas dalam praktik kerja lapangan mandiri. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang di bahas dari obyek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA


(1)

Sistem pemungutan pajak yang sederhana akan memudahkan dan mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

4. Dasar Hukum Penagihan Pajak

4.1. Undang Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 18 Tentang Surat Tagihan Pajak Menyatakan bahwa Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Kurang Bayar Tambahan, Dan Surat Ketetapan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, Serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, merupakan dasar penagihan pajak.

4.2. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak

Penagihan pajak dengan surat paksa : penyitaan merpakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah surat paksa yang hanya dapat dilakukan setelah lewat batas waktu 2 x 24 jam setelah surat paksa diberitahukan, yang artinya bahwa penyitaan ini dapat dilakukan apabila surat paksa telah diterbitkan atau dengan kata lain bahwa penyitaan ini merupakan kelanjutan dari penerbitan surat paksa dalam proses penagihan pajak aktif.

Penyitaan dilaksanakan oleh Juru Sita pajak dengan disaksikan sekurang – kurangnya 2 (dua) orang yang telah dewasa, penduduk Indonesia, dikenal oleh Juru Sita pajak, dan dapat dipercaya. Setiap penyitaan Juru Sita membuat berita acara pelaksanaan sita, ditandatangani oleh Juru Sita pajak, dan saksi.


(2)

D. Ruang Lingkup Praktek Kerja Lapangan Mandiri

Dalam laporan Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah :

1. Teknik prosedur kerja kegiatan penagihan pajak yang dilaksanakan seksi penagihan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

2. Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam terhadap wajib pajak yang kurang patuh dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Kendala – kendala apa saja yang dihadapi dalam proses penagihan pajak dan upaya- upaya yang di tempuh dalam mengatasinya

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun metode dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini penulis melakukan persiapan yang dimulai dari penyusunan proposal, memohon surat pengantar Praktik Kerja Lapangan Mandiri dari pihak Fakultas / Program Diploma III Administrasi Perpajakan, mencari bahan untuk pembuatan laporan hingga konsultasi pada pihak dosen.


(3)

2. Studi Pustaka

Penulisan melakukan studi literature ke berbagai sumber bacaan yang berkaitan dengan judul dan proposal tersebut yang merupakan dasar teori yang mendukung pembuatan laporan seperti buku-buku, majalah, Koran, undang-undang maupun literature yang berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Melakukan pengamatan secara langsung di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam untuk mengatahui keadaan kinerja pada kantor tersebut dan untuk mendapatkan gambaran mengenai masalah yang diteliti.

4. Pengumpulan Data

Pengumpulan data juga penulis lakukan demi menunjang keberhasilan dari topik yang dibahas, dalam hal ini data-data bersumber dari Kantor Pelayanan Lubuk Pakam, dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri ada dua macam yang digunakan :

4.1.Data sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat perpajakan, modul ketentuan umum dan tata cara perpajakan

4.2.Data priemer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan menguasai sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.


(4)

5. Analisis Data Dan Evaluasis

Disini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara deskriptif kwalitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus dari obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. Tekhnik Pengumpulan Data PKLM

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan beberapa metode yaitu

1. Wawancara (interview)

Dengan cara melakukan komunikasi dan Tanya jawab secara langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam mengenai hal-hal yang menjadi objek pembahasan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

2. Pengamatan (Observation Guide)

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasa masalah.

3. Daftar Dokumentasi

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literature seperti: sumber-sumber pustaka, undang-undang perpajakan, dokumentasi maupun literature lain yang ada hubungannya dengan objek dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri


(5)

G. Sitematika Penulisan PKLM

dalam pelaporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika penulisan yang akan dilakukan dalam penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang, tujuan dan mamfaat praktik kerja lapangan mandiri, uraian teoritis, ruang lingkup, metode PKLM, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang gambaran umum obyek pajak praktik kerja lapangan mandiri, sejarah singkat, visi dan misi, struktur organisasi serta uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam.

BAB III : GAMBARAN DATA DAN TEORI PENAGIHAN PAJAK DENGAN SURAT PAKSA DAN PELAKSANAAN PENYITAAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran pajak secara umum beserta fungsi, jenis, subyek dan obyek pajak, serta membahas mengenai gambaran umum penagihan pajak, serta dasar hukum penagihan pajak, tujuan umum penagihan pajak, tata cara pelaksanaan penagihan dan penyitaan barang wajib pajak oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam


(6)

BAB I V : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh obyek pembahasan yang dibahas dalam praktik kerja lapangan mandiri. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang di bahas dari obyek pembahasan yang terdapat dalam laporan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA