PROPOSAL SKRIPSI ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH

PROPOSAL SKRIPSI
ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH
PENYEDIA BARANG / JASA
(STUDI KASUS PUTUSAN NO: 335/PID.B/2010/PN.DPK)

A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka pencapaian tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana diatur dalam pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap
bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia,1 maka
dibentuklah

pemerintahan

yang

menyelenggarakan

fungsi

pemerintahan


diberbagai bidang.
Negara Indonesia adalah negara yang sedang membangun (developing
country), dimana pada saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan disegala
bidang. Telah kita catat bahwa definisi pembangunan adalah usaha yang secara
sadar dilaksanakan oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah dalam rangka
pertumbuhan dan perubahan yang berencana menuju modernisasi dalam rangka
pembinaan bangsa dalam menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.2
Oleh karena itu hasil- hasil pembangunan harus dapat dinikmati seluruh rakyat
sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Dalam
1
2

Indonesia, Undang – Undang Dasar 1945, Alenia Ke 4.
Siagian Sondang, Administrasi Pembangunan, (Jakarta : Haji Masagung, 1974), cet. 2, Hal. 105.

1

2


mensukseskan pembangunan disegala bidang perlu adanya partisipasi dari seluruh
lapisan masyarakat Indonesia agar terciptanya tujuan dari Pembangunan Nasional
tersebut.
Untuk melaksanakan prinsip good governance dan clean government dalam
mensukseskan pembanguan nasional, maka pemerintah harus melaksanakan
prinsip-prinsip akuntabilitas dan pengelolaan sumber daya secara efisien, serta
mewujudkannya dengan tindakan dan peraturan yang baik dan tidak berpihak
independen, serta menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara pihak
terkait secara adil, transparan, profesional, dan akuntabel.
Tata cara pemerintahan yang baik dan bersih merupakan keseluruhan aspek
yang dalam hal ini terkait dengan kontrol dan pengawasan terhadap kekuasaan
yang dimiliki pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui institusi formal
dan informal. Peningkatan kualiatas pelayanan publik melalui penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dan bersih, perlu didukung dengan pengelolaan keuangan
yang efektif, efisien, transparan dan akuntabel.
Sebagai negara hukum, pembangunan Nasional di Indonesia tidak terlepas
dari peraturan-peraturan hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut. Jika
suatu rencana yang realistis, praktis, dan pragmatis telah disusun, dan jika
program kerja yang achiviment oriented telah dirumuskan maka kini tinggalah
pelaksanaannya. Seperti dikatakan dimuka, ujian terakhir bagi baik buruknya

keputusan politik serta rencana yang telah dibuat akan terlihat dalam proses
pelaksanaannya. Demikian juga halnya dalam Pembangunan Nasional. Dalam
kenyataanya peraturan - peraturan hukum itu sangatlah banyak, sehingga
menimbulkan kurang adanya kepastian hukum dan banyak sekali terjadi
kebobrokan dalam praktek pelaksanaannya.

3

Dalam pelaksanaan Pembangunan Nasional ditemukan masalah besar yang
tidak asing kita jumpai yaitu permasalahan dalam tindak pidana korupsi yang
memberikan keuntungan bagi diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
sehingga menimbulkan kerugian Negara atau perekonomian Negara 3. Sedangkan
arti kata korupsi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah "perbuatan
yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya4
Perbuatan tindak pidana korupsi telah ada sejak berdirinya suatu Negara
yang dipimpin oleh penguasa, namun dalam prakteknya tidak sehebat sekarang ini
atau masih bersifat konvensional, maka dasar hukum tentang pengaturan korupsi
tersebut telah ada sejak dulu dan telah mengalami perubahan / perbaikan sesuai
perkembangannya yaitu :
1. Pada masa berlakunya Peraturan Penguasa Militer periode 1957 sampai

dengan 1958, semula korupsi diatur secara umum dalam KUHP, dengan
perkembangan situasi maka korupsi diatur secara khusus dalam UndangUndang tersendiri, maka peraturan perundangan tentang Tindak Pidana
Korupsi untuk pertama kali diadakan pada tahun 1957 dan selanjutnya
mengalami beberapa kali perubahan sesuai perkembangan zaman.
2. Masa berlakunya Undang-Undang Nomor 24 / Prp/ Tahun 1960 tentang
pengusutan, penuntutan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi.
3. Masa Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.
4. Pada masa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 20

3

Pasal 2 UU No 31 tahun 1999 jo UU No 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.
4
W.J.S. Poerwadarminta, "Kamus Umum Bahasa Indonesia", (Jakarta: PN Balai Pustaka,
Jakarta, 1976), h.15.

4


Tahun 2001 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
yang diberlakukan sampai sekarang ini.
Adapun perubahan tersebut adalah menyangkut beberapa Pasal yang
substansial termasuk juga rumusan dan penjelasan serta penambahan beberapa
Pasal dalam Undang – Undang Nomor 31 Tahun 1999 itu sendiri dengan asumsi
perbaikan sistem perundangan akan dapat mendukung upaya memberantas
praktek korupsi.
Dalam hal ini memang banyak terjadi, karena bobroknya penerapan hukum
di Indonesia yang tidak terlepas dari adanya bias dalam hukum itu sendiri,
sehingga hukum yang dihasilkannya tidak dapat diwujudkan dalam praktik.
Seperti telah disebutkan bahwa hukum (Law) tidak dapat dipisahkan dengan
kekuasaan (power), sehingga baik dalam pembentukan hukum maupun dalam
penegak hukum, sebenarnya tidak dapat dihindari dari proses tawar- menawar
kekuasaan atau tawar- menawar politik. Akan tetapi, apa yang terjadi di Indonesia
adalah ikut campurnya kekuasaan yang terlalu jauh ke dalam proses pembuatan
dan penerapan hukum. Sehingga konsekuensinya adalah kaidah hukum tidak
pernah dapat dirumuskan secara baik dan pelaksanaannya juga tidak pernah benar.
Mestinya, kekuasaan tersebut dikontrol oleh hukum, bukan sebaliknya.
Bagaimana kekuasaan harus dikontrol, termasuk dikontrol oleh hukum, Prof. Dr.

Lili Rasjidi, S.H., S.Sos., LL.M. menyatakan sebagai berikut,
“Unsur pemegang kekuasaan merupakan faktor yang penting dalam hal
digubakannya kekuasaan yang dimilikinya itu sesuai dengan kehendak
masyarakat. Karena itu disamping keharusan adanya hukum sebagai alat
pembatas, juga bagi pemegang kekuasan ini diperlukan syarat-syarat
lainnya, seperti memiliki watak yang jujur dan rasa pengabdian terhadap
kepentingan masyarakat. Kesadaran hukum yang tinggi dari masyarakat
juga merupakan pembatas yang ampuh bagi pemegang kekuasaan.”5
5

Fuady Munir, Dinamika Teori Hukum, (Bogor : Ghalia Indonesia), Cet 2, Hal. 213

5

Tindakan menyimpang dalam tindak pidana korupsi pengadaan barang/jasa
sering terjadi oleh para penguasa jabatan pengadaan barang/jasa yang dilakukan
oleh pejabat pengadaan barang/jasa pemerintah serta penyedia barang/jasa pada
setiap kegiatan Pembangunan Nasional yang merugikan anggaran belanja Negara
dan secara tidak lansung menghancurkan tingkat pembangunan nasional yang
telah direncanakan oleh Negara.

Berbicara mengenai kejahatan khususnya tindak pidana korupsi oleh
penyedia barang pengadaan barang/jasa, dizaman sekarang ini semakin
berkembang karena pola pikir manusia yang semakin membabi buta, sehingga
seribu macam cara pun dapat dilakukan demi meraup keuntungan yang banyak
dan meminimalisir kerugian yang ada.
Hal-hal yang menjadi motivasi seseorang untuk melakukan tindak pidana
korupsi oleh penyedia barang/jasa juga memerlukan penelitian yang mendalam.
Tetapi yang jelas mereka hanya ingin mendapatkan keuntungan pribadi tanpa
adanya pertanggungjawaban dalam mempertimbangkan resiko yang akan
dihadapi.
Penyimpangan dalam pengadaan barang / jasa Pemerintah, seringkali
terjadi karena adanya perbuatan dari penyedia barang/jasa yang melakukan tindak
pidana korupsi seperti, penyalahgunaan wewenang yang dimilikinya. Adapun
Penyedia barang/jasa adalah individu atau badan usaha atau mitra kerja yang
menjadi penyedia barang/ Jasa dan pihak lain yang secara hukum mempunyai
kapasitas untuk mengadakan ikatan perjanjian.
Dalam hal ini tindak pidana korupsi oleh penyedia barang/jasa harus segera
diteliti melalui perspektif hukum agar permasalah tidak terus membengkak di
Negara kita dalam pembentukan Negara yang berkembang. Penelitian tentang
tindak pidana korupsi oleh penyedia barang/jasa merupakan suatu penelitian yang


6

didasarkan pada permasalahan yang bersifat aktual, sebab perkara tersebut pada
akhir-akhir ini sering terjadi, khususnya banyak terjadi pada pemerintah daerah
dan pemerintah pusat yang melaksanakannya.
Peraturan- peraturan yang dipakai dalam pengadaan barang/jasa pemerintah
ada

yang

sudah

ketinggalan

jaman

tetapi

masih


digunakan.

Maka

disempurnakanlah Keppres No.16 tahun 1994 tentang pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara serta pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pada
instansi pemerintah dengan Keppres No.18 tahun 2000, lalu kemudian
disempurnakan kembali dengan Keppres No. 80 tahun 2003 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Instansi Pemerintah dan terakhir
perubahannya Perpres No.70 tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Perpres
No. 54 tahun 2010.
Kewenangan untuk mengelola serta mengembangkan potensi daerah yang
dapat dilaksanakan melalui pola kerjasama tersebut sesuai dengan Pasal Peraturan
Pemerintah Nomor 50 Tahun 2007 yaitu seluruh urusan pemerintahan yang telah
menjadi kewenangan daerah otonom dapat berupa penyediaan pelayanan publik,
maupun dalam bentuk pemanfaatan barang milik daerah.
Penyedia barang yang menjadi pendukung pembangunan nasional
seharusnya memberikan sikap yang menjadi contoh bagi masyarakat, bukan
menjadi perampok anggaran, khususnya dalam kegiatan pengadaan barang/jasa.

Dengan terbentuknya peraturan diharapkan kepada setiap warga negara terutama
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat taat sehingga ada rasa takut untuk
melakukan suatu kejahatan.
Berdasarkan hal itu maka penulis tertarik untuk mendalami lebih lanjut
mengenai tindak pidana korupsi oleh penyedia barang/jasa untuk penulis teliti

7

sebagai bahan dalam penulisan skripsi yang berjudul : “ ANALISIS YURIDIS
TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH PENYEDIA BARANG / JASA (Putusan
Nomor 335/Pid.B/2010/PN.DPK) “
B. Perumusan Masalah
Dalam penulisan skripsi ini penulis merumuskan beberapa persoalan
pokok yang ada hubunganya dengan masalah tindak pidana korupsi oleh
penyedia barang dalam kegiatan pengadaan barang/jasa, sebagai berikut
1. Bagaimanakah Bentuk - Bentuk Tindak Pidana Korupsi oleh Penyedia
Barang dalam Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa?
2. Bagaimanakah Bentuk Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan oleh
Penyedia Barang serta Bentuk Pertanggungjawabannya pada Perkara
Putusan Nomor : 335/Pid.B/2010/PN.DPK?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan Penulisan
Menurut Soerjono

Soekamto,

tujuan

penulisan

adalah

mendapatkan pengetahuan tentang suatu gejala, agar dapat merumuskan
masalah dan juga memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam tentang
suatu gejala sehingga dapat merumuskan suatu hipotesa6.
Tujuan utama yang hendak dicapai dalam penelitian ini dan
diharapkan dapat mencapai sasaran pokok adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk tindak pidana korupsi oleh Penyedia
Barang dalam Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa

6

Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum. (Jakarta: Universitas Indonesia, 2008), Hal. 9.

8

2. Untuk mengetahui bentuk tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
Penyedia

Barang

Pada

Perkara

Putusan

Nomor

:

335/Pid.B/2010/PN.DPK.
2. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan umumnya dipilih menjadi dua kategori, yaitu
akademis dan praktis. Manfaat akademis terkait dengan kontribusi tertentu
dari penyelenggaraan penelitian terhadap perkembangan teori dan ilmu
pengetahuan serta dunia akademis. Sedangkan manfaat praktis berkaitan
dengan kontribusi praktis yang diberikan dari penyelenggaraan penelitian
terhadap obyek penelitian diatas, maka penelitian ini sekurang –
kurangnya diharapkan dapat memberikan beberapa kegunaan, yaitu :
a. Manfaat Akademis
1) Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka penyempurnaan
proses penerapan kebijakan hukum mengenai pedoman khusus
tentang penyedia barang dalam kegiatan pengadaan barang/jasa
pemerintah.
2) Memberikan masukan yang bermanfaat bagi aparatur penegak
hukum yang terdapat pada instansi terkait dan juga berguna untuk
praktisi hukum.
3) Menambah perbendaharaan pengetahuan dan bahan hukum
mengenai tindak pidana korupsi oleh penyedia barang dalam
kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah.
b. Manfaat Praktis
1) Penulisan ini diharapkan sebagai masukan bagi pihak – pihak yang
berkaitan dengan pokok bahasan penelitian khususnya bagi

9

aparatur pemerintah yang terkait, perusahaan terkait sebagai
penyedia barang, aparatur penegak hukum, dan masyarakat pada
umumnya.
2) Penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dan
kepustakaan

bagi

mahasiswa dikalangan

kampus, aparatur

pemerintah yang terkait, perusahaan terkait sebagai penyedia
barang, aparatur penegak hukum dan para pemerhati hukum lainya.

D. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual
1. Kerangka Teoritis
Kerangka Teoritis adalah penggunaan teori atau pendapat para
sarjana hukum yang dapat dijadikan panduan dalam penelitian ini. Hal ini
merupakan suatu kaidah formal dalam penyusunan karya ilmiah dalam
bidang hukum yang secara teoritis (ius comminis opiniom doctrum).
Secara singkat penulis mencoba memberikan kerangka teoritis atas apa
yang akan disajikan dalam skripsi ini adalah teori tentang,
a. Philipus M. Hadjon
Ia merumuskan bahwa Artribusi merupakan wewenang untuk
membuat keputusan yang langsung bersumber kepada undang-undang
dalam arti materil.7
b. Thomas J. Aron
Ia merumuskan pengertian diskresi sebagai suatu kewenangan yang
diberikan oleh hukum untuk bertindak berdasarkan penilaian atau hati

7

Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi Dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah, (Yogyakarta : Laksbang Mediatama, 2009), Hal. 70.

nurani dan memakainya sebagai suatau gagasan yang lebih bersifat
moral daripada hukum.8

c. E. John Emerich Edward
Ia merumuskan bahwa kewenangan atas kekuasaan cenderung
menjadi korup, dan kekuasaan yang berlebihan akan terjadi
penyalahgunaan wewenang yang menyebabkan terjadinya korupsi.9
2. Kerangka Konseptual
Kerangka Konseptual merupakan suatu susunan mengenai definisideifinisi tentang suatu pokok pembahasan yang sudah tersusun secara
sistematis atau terkonsep, agar mudah dipahami dan tidak keluar dari
konsep pembahasan, dan mempermudah pembaca dalam memahami isi
dari skripsi ini. Adapun kerangka konseptual yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Analisis adalah
penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.10
b. Tindak Pidana Korupsi adalah Setiap orang yang dengan tujuan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
8

Sibuea P. Hotma, Asas-asas Umum Pemerintahan Yang Baik, (Jakarta : Erlangga, 2011), Hal. 71.
Mochtar M. Akil, Memberantas Korupsi Efektifitas Sistem Pembalikan Beban Pembuktian
Dalam Gratifikasi, (Jakarta : Universitas Indonesia, 2006), Hal. 86.
10
Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,1985). Hal. 24.
9

10

11

padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. 11
c. Penyedia Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut Penyedia
barang adalah badan usaha atau orang perseorangan yang kegiatan
usahanya menyediakan barang/layanan jasa12

E. Metode Penelitian
Penelitian hukum menurut Soerjono Soekamto bahwa “ Penelitian
hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang berdasarkan pada metode
sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau
beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan membuat analisis”. 13 Dalam
penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk
mendapatkan data-data, atau fakta-fakta, serta keterangan-keterangan dari
sumber

yang

dapat

dipercaya,

dan

dapat

dipertanggung

jawabkan

kebenaranya. Adapun yang dimaksud dengan metode penelitian adalah suatu
kegiatan ilmiah yang berdasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran
tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum
tertentu dengan jalan membuat analisis14, sehingga untuk memperoleh data
guna mengetahui lebih jelas suatu permasalahan yang sedang dihadapi dan
atau terjadi dilapangan dapat dirumuskan kesimpulan dan diharapkan dapat
11

Undang-Undang No.31 Tahun 1999 pasal 3 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pengadaan Barang/Jasa
13
Ibid, hal. 43.
14
Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif. (Jakarta: Bayumedia,2006),
Hal. 295.
12

12

memecahkan permasalahan yang dihadapi secara sistematik, faktual dan
relevan. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang peneliti pilih adalah tipe penelitian hukum
yang normatif yaitu penelitian dengan menggambarkan fakta-fakta yang
dilteliti dan dihubungkan terhadap peraturan Perundang-undangan yang
sudah ada15. Tipe penelitian hukum yuridis normatif ini penulis sajikan
dengan dasar pertimbangan bahwa titik tolak penelitian dan analisis
peneliti terhadap peraturan perundang-undangan yang sudah ada
khususnya tentang judul skripsi ini. Namun demikian, peneliti juga
melakukan studi kepustakaan tidak saja terhadap bahan-bahan perundangundangan yang mengatur tentang kebijakan pengadaan barang/jasa pada
penyedia barang dan tindak pidana korupsi, tetapi juga disertai teori-teori
dan pendapat para ahli hukum.
2. Pendekatan Masalah
Karena dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian
normatif, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Perundangundangan (Statute-Approach) dan pendekatan konsep (Conceptual
approach). Pendekatan perundang-undangan adalah suatu pendekatan
yang meneliti berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema

15

Ibid., hal. 302.

13

sentral penelitian16. Sedangkan pendekatan konsep yaitu berkenaan dengan
konsep-konsep yuridis yang berisi peraturan17.

Dalam penelitian ini

peraturan yang dimaksud adalah peraturan yang mengatur tentang tindak
pidana korupsi oleh penyedia barang. Namun demikian, peneliti juga
melakukan studi kepustakaan tidak saja terhadap bahan Perundangundangan, tetapi juga disertai teori-teori dan pendapat para ahli hukum.
3. Bahan Hukum
Terkait dengan tipe penelitian hukum dan pendekatan masalah
yang digunakan dalam penelitian ini maka bahan hukum yang digunakan
adalah yaitu diantaranya sebagai berikut :
a. Bahan Hukum Primer yaitu bahan hukum yang mengikat dan terdiri
dari norma, kaedah dasar, UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20 Tahun
2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi, Keppres 80 Tahun
2003, Perpres No. 54 Tahun 2010 serta Perpres No. 70 Tahun 2012
tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa, peraturan
perundang-undangan seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP), Putusan Nomor : 335PID.B/2010/PN.DPK.
b. Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti buku-buku,
makalah, modul, pendapat ahli hukum, artikel, jurnal, internet, yang
berkaitan dengan apa yang diteliti terutama tentang tindak pidana
korupsi oleh penyedia barang dalam kegiatan pengadaan barang/jasa
pemerintah.

16
17

Ibid
Ibid., hal.306.

14

c. Bahan Hukum Tersier yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk
maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, antara
lain Kamus hukum dan Ensiklopedia hukum.
4. Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi
ini, penulis menggunakan prosedur pengumpulan bahan hukum sebagai
berikut:
a. Penelitian lap

angan (Field research), metode ini dilakukan untuk

mendapatkan data primer yang dilakukan dengan cara wawancara atau
interview dengan sejumlah nara sumber yang berkompeten seperti
Instansi Pemerintah Daerah, Perusahaan yang terkait sebagai penyedia
barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Pemerintah, Hakim, jaksa,
Pejabat Pengadaan barang/jasa serta para pakar yang berkompeten
dibidangnya terkait dalam permasalahan ini.
b. Penelitian kepustakaan (library research) untuk mendapatkan data
sekunder yaitu melalui penelusuran literarur dengan tujuan untuk
memperoleh bahan-bahan hukum.
5. Metode Pengolahan dan Analisa Bahan Hukum
Pengolahan Bahan Hukum dalam metode penelitian merupakan
suatu sistem atau cara untuk memperoleh data, yang berguna mengetahu
lebih jelas suatu permasalahan yang sedang dihadapi. Dalam penulisan
skripsi ini pengolahan bahan hukum dilakukan secara dedukitf yaitu
dengan cara menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat
umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi di lapangan. Dari

15

data-data yang telah terkumpul tersebut, kemudian penulis menganalisa
data secara kualitatif yaitu memusatkan perhatianya pada prinsip-prinsip
umum yang mendasari perwujudan keseluruhan data yang diperoleh,
dirangkum, diteliti, dan dipelajari sebagai satu kesatuan yang utuh
sehungga dapat menghasilkan data yang akurat kemudian dijabarkan
dengan kalimat-kalimat18.

F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini disusun dengan sistematika yang terdiri dari lima bab, yang
masing-masing bab terdiri dari sub bab guna memperjelas maksud dan tujuan
masalah yang diteliti, maka berikut urutan dan tata letak masing-masing bab :
BAB I

PENDAHULUAN
Merupakan bab yang memberikan ilustrasi guna memberikan
informasi yang bersifat umum dan menyeluruh serta sistematis
terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, kerangka teoritis dan kerangka konseptional, metode
penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN

UMUM

MENGENAI

TINDAK

KORUPSI OLEH PENYEDIA BARANG
18

Burhan Ashofa, Metode Penelitan hukum, (Jakarta : Rineka Cipta,1998). Hal. 20-21.

PIDANA

16

Dalam hal ini penulis memberikan penjelasan secara umum
mengenai hakikat tindak pidana korupsi, pengertian penyedia
Barang/Jasa, serta konsep tindak pidana korupsi oleh penyedia
barang/jasa.
BAB III

FAKTA YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA KORUPSI
OLEH PENYEDIA BARANG
Penulis akan menjelaskan tentang identitas terdakwa, kasus posisi,
pertimbangan hakim, dan amar putusan pada perkara Putusan No.
335/Pid.B/2010/PN.DPK terhadap Tindak Pidana Korupsi yang
dilakukan oleh Penyedia Barang dalam kegiatan pengadaan
barang/jasa Pemerintah serta menjelaskan hasil dari wawancara
dengan pihak-pihak yang terkait.

BAB IV

ANALISIS YURIDIS TINDAK PIDANA KORUPSI OLEH
PENYEDIA BARANG
Pada Bab ini penulis akan menganalisis secara yuridis dan
membahas serta menjawab semua perumusan masalah mengenai
Putusan No. 335/Pid.B/2010/PN.DPK terhadap tindak pidana
korupsi yang dilakukan oleh Peyedia Barang dalam kegiatan
Pengadaan barang/jasa.

BAB V

PENUTUP

17

Bab ini merupakan bagian akhir yang berisikan kesimpulan dan
saran dari hasil penulisan yang berkaitan dengan pokok
permasalahan yang telah diidentifikasikan.

18