PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DENG
1
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODA DISCOVERY
Oleh :
Merlin Handayani
Sekolah Asal : SD Negeri 11 Piai Tangah Kec. Pauh
[email protected]
Abstrak
Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan bentuk perencanaan, pelaksanaan,
dan peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan metoda discovery. Jenis
penulisan adalah Penulisan Tindakan Kelas menggunakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Subjek penulisan yaitu guru dan siswa kelas V SDN 11 Piai
Kecamatan Pauh Kota Padang. Berdasarkan hasil penulisan siklus I ke Siklus II,
rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari
6,0 meningkat menjadi 8,0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metoda discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Kata kunci : Hasil Belajar; IPA; Metoda Discovery
PENDAHULUAN
Berdasarkan refleksi awal selama penulis melaksanakan pembelajaran IPA di
kelas V ternyata tidak semua siswa yang mampu menerima materi IPA dengan baik,
banyak siswa yang terlihat malas memperhatikan penjelasan guru, siswa suka bermain
atau meribut, dan ketika guru bertanya tentang materi yang sedang dibahas siswa tidak
mampu menjawab dengan benar, hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Masalah ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dari hasil ulangan harian siswa kelas V pada materi perubahan sifat
benda diperoleh nilai rata-rata kelas 5,5 dengan persentase ketuntasan belajar 18%.
Artinya dari 11 orang siswa kelas V, 2 orang tuntas belajar dan 9 orang belum tuntas
belajar. Sedangkan menurut Masnur (2009:214) ketuntasan belajar ideal adalah 85%.
Ini berarti, pembelajaran IPA di kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota
Padang masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Menyikapi kenyataan di atas, perlu ada
1 upaya nyata yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan pembelajaran IPA khususnya pada materi perubahan sifat benda.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan metoda
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
2
pembelajaran yang efektif. Penggunaan metoda pembelajaran yang tepat dapat
membantu siswa dalam memperoleh semua informasi yang disajikan dalam
pembelajaran.
Metoda yang dapat digunakan dan diterapkan dalam pembelajaran perubahan sifat
benda salah satu diantaranya adalah metoda discovery. Menurut Mulyasa (2005:110)
“metoda discovery merupakan metoda yang lebih menekankan pada pengalaman
langsung dan pembelajaran dengan metoda penemuan lebih mengutamakan proses dari
pada hasil belajar”. Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa penggunaan metoda
discovery dalam pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa sebagai subjek belajar
yang mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Sehingga peranan guru hanya sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa dalam belajar.
Dengan melihat banyak kelebihan-kelebihan dari penggunaan metoda discovery
tersebut, jelaslah bahwa penggunaan metoda discovery dalam pembelajaran sangatlah
baik, dimana metoda discovery (penemuan) lebih menekankan pada pengalaman
langsung, sehingga siswa betul-betul merasakan keterlibatan mental mereka untuk
penguasaan keterampilan melalui pengamatan, membuat dugaan, menjelaskan, dan lain
sebagainya. Sehingga metoda discovery (penemuan) lebih mengutamakan proses dalam
pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penulis
berkeinginan
melaksanakan
penulisan
tindakan
kelas
(PTK)
dengan
judul
”Penggunaan Metoda Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPA Di Kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota
Padang”.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimanakah
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 11 Piai
Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang. Penulisan ini diharapakan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak diantaranya bagi penulis untuk dapat menambah
pegetahuan dan wawasan dalam penggunaan metoda discovery untuk meningkatan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SDN 11 Piai Tangah.
Bagi kepala sekolah sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran IPA
khususnya menggunakan metoda discovery, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Bagi guru, untuk dapat meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
3
terutama dalam pemilihan metoda pembelajaran yang sesuai khususnya materi IPA.
Serta bagi pembaca, sebagai bahan pertimbangan untuk tugas-tugas di masa yang akan datang.
METODOLOGI
Penulisan ini dilaksanakan di SDN 11 Piai TangahKecamatan Pauh Kota
Padang. Pemilihan tempat penulisan adalah karena tempat penelitian adalah tempat
penulis mengajar serta sekolah bersedia menerima inovasi pendidikan terutama dalam
proses pembelajaran.
Penulisan ini merupakan Penulisan Tindakan Kelas (PTK) menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penulisan dilaksanakan dengan menggunakan
model siklus yang dikembangkan Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Arikunto, 206:104).
Model siklus ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Penulisan ini dilaksanakan di SDN 11 Piai Tangah
Kecamatan Pauh Kota Padang. Subjek dalam penulisan ini adalah siswa dan guru kelas
V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang dengan jumlah siswa 11 orang
yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan yang terdaftar
pada semester I Tahun Ajaran 2013/2014. Sumber data penulisan ini berasal dari proses
pembelajaran IPA dengan metoda discovery di kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan
Pauh Kota Padang. Data penulisan dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes.
Penulisan ini dilaksanakan pada semester I Tahun Ajaran 2013/2014 (Oktober s/d
November 2014) dengan rincian tindakan yaitu pada tanggal 22 Oktober 2014
pelaksanaan siklus I dan pada tanggal 05 November 2014 pelaksanaan siklus II.
Data yang diperoleh dalam penulisan dianalisis. Seperti yang dikemukakan
Rochiati (2007:135) ”analisis yang dilakukan penulis berupa membuat keputusan
mengenai bagaimana menampilkan data dalam tabel, matrik, atau bentuk cerita”.
Dalam analisis data penulisan tindakan kelas yang penulis langsungkan ini
menampilkan data dalam bentuk cerita. Data yang diperoleh dalam penulisan dianalisis
dengan menggunakan model analisis data kualitatif yakni analisis data dimulai dengan
menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Tahap analisis
tersebut dimulai dengan menelaah data yang terkumpul, reduksi data meliputi
pengkategorian dan pengklasifikasian, menyajikan data dilakukan dengan cara
mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi dan mengumpulkan data hasil
penulisan.
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
4
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data
perencanaan, pelaksanaan, maupun data penilaian. Analisis data dilakukan dengan cara
terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang
spesifik dan terfokus kepada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan
yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas
berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan.
HASIL
Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus I meliputi: membuat persiapan yang terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP ini
memuat tentang mata pelajaran, kelas, hari/tanggal, alokasi waktu, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, materi, proses pembelajaran, media, metode, sumber dan
evaluasi yang dilakukan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah RPP
tentang IPA di kelas V semester I dengan menggunakan metoda discovery, lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Materi yang diajarkan pada siklus I adalah perubahan sifat benda dengan
menggunakan metoda discovery. Standar Kompetensi (SK) yang
dicapai adalah
memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat
benda sebagai hasil suatu proses. Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai adalah
menyimpulkan
hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara
maupun tetap. Indikator yang ingin dicapai dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I
ini adalah (1) Melakukan eksperimen tentang perubahan sifat benda, (2) Mengamati
hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (3) Membandingkan hasil eksperimen
tentang perubahan sifat benda, (4) Membedakan perubahan sifat benda baik sementara
maupun tetap, (5) Menyimpulkan hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda.
Untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran dan memudahkan siswa
untuk memahami materi yang akan dibahas, penulis juga menyiapkan media yaitu air
jernih, periuk kecil, kompor, piring, batu es, korek api, kertas, dan lilin. Sehingga
dapat menunjang pemahaman siswa dalam memahami konsep IPA. Pelaksanaan
tindakan setiap siklus disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran metoda
discovery yang dibagi atas tiga tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir.
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
5
Perencanaan pada siklus II penulis tetap berkolaborasi dengan guru kelas V
SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh. Pada tahap ini, penulis juga membuat persiapan
yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar pengamatan. Begitu
juga dengan instrumen pengumpulan data yang digunakan masih tetap seperti yang
terdapat pada siklus I.
Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini tidak berbeda dengan
siklus I yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda discovery. Kompetensi
dasar yang ingin dicapai yaitu menjelaskan arti pecahan dan urutannya.
Sedangkan indikator yang ingin dicapai pada siklus II ini juga sama dengan
indikator pada siklus I, yaitu (1) Melakukan eksperimen tentang perubahan sifat benda,
(2) Mengamati hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (3) Membandingkan
hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (4) Membedakan perubahan sifat
benda baik sementara maupun tetap, (5) Menyimpulkan hasil eksperimen tentang
perubahan sifat benda.
Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2014
mulai pukul 07.30 sampai 09.15. Pelaksanaan pembelajaran ini sesuai dengan rencana
yang telah dibuat, yaitu dengan menggunakan metoda discovery. Pada pertemuan I ini
indikator yang dibahas adalah 1) Melakukan eksperimen tentang perubahan sifat benda,
(2) Mengamati hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (3) Membandingkan
hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (4) Membedakan perubahan sifat
benda baik sementara maupun tetap, (5) Menyimpulkan hasil eksperimen tentang
perubahan sifat benda. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 05 November
2014 pukul 07.30 sampai 09.15 WIB. Pembelajaran siklus II berlangsung selama 105
menit. Dalam pelaksanaan siklus II ini penulis tetap bertindak sebagai guru (praktisi)
seperti dalam siklus I sedangkan guru kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh
sebagai pengamat.
Tahap Pengamatan
Pembelajaran pada siklus I ini diamati oleh guru kelas V SDN 11 Piai Tangah
Kecamatan Pauh. Sedangkan proses pembelajarannya dilaksanakan oleh penulis sendiri
sebagai praktisi (guru). Dimana guru kelas tersebut mengamati jalannya pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metoda discovery. Dimana berdasarkan hasil
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
6
observasinya pada pertemuan ini dari aspek guru pada pembelajaran IPA dengan
menggunakan metoda discovery siklus I dapat dilihat bahwa dari 13 karakteristik yang
dinilai atau dari 52 skor maksimal diperoleh skor 38. Dengan demikian, persentase
perolehan skor kemampuan guru dalam mengajar IPA dengan menggunakan metoda
discovery siklus I adalah 66,6% dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa
taraf keberhasilan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung belum tuntas
karena kurang dari standar ideal ketuntasan mengajar yaitu 75. Dari aspek siswa pada
pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda discovery siklus I dapat dilihat bahwa
dari 12 karakteristik yang dinilai atau dari 52 skor maksimal diperoleh skor 34. Dengan
demikian, persentase perolehan skor kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran metoda
discovery siklus 1 adalah 50%. Hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung belum tuntas karena kurang dari standar
ideal ketuntasan belajar dan dapat dikategorikan kurang. Hasil belajar siswa pada siklus
I bahwa dari 11 orang siswa yang mengikuti tes yang diadakan diakhir siklus I terdapat
3 orang yang mendapatkan nilai 70 ke atas sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70, sehingga siswa tersebut dikatakan tuntas
dalam belajar. Jadi persentase siswa yang tuntas belajar sebanyak 27%. Sedangkan
yang tidak tuntas sebanyak 8 orang dengan persentase 73%.
Sebagaimana halnya siklus I, pembelajaran siklus II juga diamati oleh guru
kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh dan melaporkan bahwa penulisan dalam
pembelajaran siklus II telah melaksanakan tugas dengan baik. Dari hasil temuan
observer dari aspek guru dapat dilihat bahwa dari 13 karakteristik yang dinilai atau dari
52 skor maksimal diperoleh skor 43. Dengan demikian, persentase perolehan skor
kemampuan guru dalam mengajar IPA dengan menggunakan metoda discovery siklus II
adalah 91,6%. Hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru selama
proses pembelajaran berlangsung tuntas karena berada di atas standar ideal ketuntasan
belajar (75%) dan dapat dikategorikan sangat baik. Sedangkan dari aspek siswa dapat
dilihat bahwa dari 13 karakteristik yang dinilai atau dari 52 skor maksimal diperoleh
skor 44. Dengan demikian, persentase perolehan skor kemampuan siswa dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
IPA
dengan
menggunakan
langkah-langkah
pembelajaran metoda discovery siklus II adalah 91,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
7
taraf keberhasilan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung tuntas
karena berada di atas standar ideal ketuntasan belajar (75%) dan dapat dikategorikan
sangat baik. Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata
kelas yang diperoleh adalah 8,0. Sedangkan ketuntasan yang diperoleh adalah 82%
atau sebanyak 9 orang. Dimana siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau sekitar
18%. Jadi dapat dikatakan penulis sudah berhasil dalam membelajarkan siswa. Selain
itu perilaku siswa pun berubah menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dan berani
menyatakan pendapatnya serta lebih bisa menghargai perbedaan yang ada dalam
kelompok maupun kelasnya. Secara umum, hasil penulisan mulai dari sikus I sampai
siklus II dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II
Dilihat dari diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa siklus II telah dapat
dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan dari siklus I ke siklus II yang
cukup signifikan. Berdasarkan kesepakatan observer dan penulis bahwa penulisan
disukupkan sampai siklus II saja.
Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif antara penulis dan observer
setiap pembelajaran berakhir. Pada kesempatan ini, temuan dan hasil pengamatan
penulis dibahas bersama. Refleksi tindakan siklus I ini mencakup refleksi terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Refleksi terhadap
perencanaan yakni sebagai berikut: dilihat dari hasil paparan siklus I diketahui bahwa
rencana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda discovery sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
8
dalam RPP. Sebahagian dari langkah pada perencanaan terlaksana sesuai yang
diinginkan. Tapi terdapat beberapa langkah pada rencana pembelajaran yang tidak
berjalan dengan baik seperti media yang digunakan kurang bervariasi, serta langkah
pembelajaran kurang dicantumkan secara rinci.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut :
pada kegiatan pembelajaran awal diperoleh hal-hal antara lain: (1) guru hendaknya
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, agar siswa mengetahui apa
yang dipelajari saat itu dengan agak baik, (2) dalam melakukan tanya jawab, pada tahap
appersepsi guru hendaknya bisa membimbing siswa agar siswa tidak menjawab dengan
serempak (bersama-sama). Pada kegiatan inti diperoleh hal-hal antara lain: (1) dalam
melakukan pembelajaran guru kurang mampu mengelola kelas terutama pengelolaan
kelompok, (2) saat melaporkan hasil diskusi kepada kelompok hanya beberapa siswa
yang mau berperan aktif,
(3) dalam melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru
merencanakan waktu seefektif mungkin. Sedangkan pada akhir pembelajaran diperoleh
hal-hal antara lain guru masih kurang baik dalam menyimpulkan pelajaran atau
membuat ringkasan.
Refleksi pada hasil belajar siswa pada siklus I masih rendah ini terlihat dari
hasil evaluasi siswa yang diadakan pada akhir pelajaran. Hasil analisis mengenai data
penilaian akhir siklus I dapat dilihat pada tabel diatas. Dari 11 orang siswa yang
mengikuti tes yang diadakan diakhir siklus I terdapat 3 orang yang mendapatkan nilai
70 ke atas sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
yaitu 70, sehingga siswa tersebut dikatakan tuntas dalam belajar. Jadi persentase siswa
yang tuntas belajar sebanyak 27%. Sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang
dengan persentase 73%.
Kegiatan refleksi pada siklus II juga dilakukan secara kolaboratif antara penulis
dan observer pada akhir pembelajaran. Pada kesempatan ini, temuan dan hasil
pengamatan penulis dibahas bersama. Refleksi tindakan siklus I ini mencakup refleksi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Refleksi
terhadap perencanaan yakni sebagai berikut: dilihat dari hasil paparan siklus II
diketahui bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran mengurutkan pecahan dengan
menggunakan metoda discovery sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP. Kesalahan-kesalahan dalam
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
9
perencanaan pembelajaran pada siklus I sudah tidak terjadi lagi seperti media yang
digunakan sudah bervariasi, serta langkah pembelajaran sudah dicantumkan secara
rinci.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut :
pada kegiatan pembelajaran awal diperoleh hal-hal antara lain: (1) guru sudah
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik sehingga siswa mengetahui apa yang
dipelajari saat itu dengan agak baik, (2) dalam melakukan tanya jawab, pada tahap
appersepsi guru sudah membimbing siswa agar siswa tidak menjawab secara serempak
(bersama-sama). Pada kegiatan inti diperoleh hal-hal antara lain: (1) dalam melakukan
pembelajaran guru sudah mengelola kelas dengan baik terutama pengelolaan kelompok,
(2) saat melaporkan hasil diskusi kepada kelompok siswa sudah mau berperan aktif,
(3) dalam melaksanakan pembelajaran, guru sudah merencanakan waktu seefektif
mungkin. Sedangkan pada akhir pembelajaran diperoleh hal-hal antara lain guru sudah
dengan baik menyimpulkan pelajaran atau membuat ringkasan.
Refleksi pada hasil belajar siswa pada siklus II sudah mulai meningkat
dibandingkan dengan siklus I. Dari 11 orang siswa yang mengikuti tes yang diadakan
diakhir siklus II terdapat 9 orang yang mendapatkan nilai 70 ke atas sesuai dengan
standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70, sehingga siswa
tersebut dikatakan tuntas dalam belajar. Adapun persentase siswa yang tuntas belajar
pada siklus II ini sebanyak 82%, sedangkan persentase siswa yang tidak tuntas adalah
18%. Berdasarkan kesepakatan observer dan penulis bahwa penulisan disukupkan
sampai siklus II saja.
PEMBAHASAN
1) Pembahasan Siklus I
a. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda discovery
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirancang berdasarkan hasil
analisis kurikulum IPA kelas V semester I. Standar kompetensi yang cocok
digunakan dalam pembelajaran IPA menggunakan langkah-langkah metoda
discovery adalah memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya
dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses. Sedangkan kompetensi
dasarnya adalah menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
10
benda, baik sementara maupun tetap. Adapun materi yang dibahas dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini adalah perubahan sifat benda.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun berdasarkan langkah-langkah
metoda discovery seperti yang dikemukakan oleh Menurut Syaiful (2008:197)
ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan metoda discovery yaitu :
“1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, 2) Menetapkan jawaban
sementara atau hipotesis, 3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, 4) menarik
kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan 5) mengaplikasikan kesimpulan
dalam situasi baru”.
Berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh penulis pada siklus I, rancangan
yang telah penulis buat sudah tergolong baik, namun ada beberapa aspek yang
belum terlihat. Diantaranya yaitu pada pengorganisasian materi ajar, cakupan
materi kurang luas dan tidak sesuai dengan alokasi. Sebaiknya cakupan materi
ajar luas dan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Pada pemilihan sumber belajar belum sesuai dengan tujuan pembelajaran
serta tidak sesuai dengan materi ajar. Sebaiknya pemilihan sumber belajar harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran serta materi ajar. Pada kejelasan proses
pembelajaran langkah-langkah pembelajaran masih kurang jelas dan rinci.
Sebaiknya kejelasan proses pembelajaran langkah-langkah pembelajaran harus
jelas dan rinci. Adapun penilaian observer terhadap RPP pada siklus I ini adalah
60,7 dengan kategori cukup.
b. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda discovery
Pelaksanaan pembelajaran IPA dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. Pada tahap ini diawali dengan mempersiapkan kondisi kelas
seperti mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan alat atau sumber
belajar, mempersiapkan LKS beserta kunci jawaban, mempersiapkan media
pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi, mempersiapkan soal untuk
tes/kuis pada akhir siklus beserta kunci jawaban serta mempersiapkan papan
tulis. Kegiatan dilanjutkan dengan merapikan kursi dan meja siswa, kemudian
mengajak siswa untuk berdoa menurut agama dan keyakinannya masingmasing. Setelah berdoa selesai, guru mulai membuka skemata siswa dengan
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
11
bertanya jawab tentang benda-benda disekitar siswa. Pertanyaan yang diberikan
oleh guru menimbulkan jawaban yang serempak dari siswa. Kemudian kegiatan
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru. Pada kegiatan inti menggunakan tahaptahap pembelajaran metoda discovery. Pada kegiatan akhir proses pembelajaran
adalah siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran dan meminta siswa untuk
berdoa sebagai tanda proses pembelajaran pada hari itu selesai.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan observer setelah proses
pembelajaran kendala yang dihadapi selama pembelajaran antara lain: (1)
penulis masih kaku dalam pembelajaran karena metoda pembelajaran yang
digunakan masih baru bagi guru, (2) penggunaan waktu belum sesuai dengan
rancangan pembelajaran, (3) masih ada siswa yang belum aktif, (4) pengelolaan
kelas yang kurang baik, dan (5) pembagian kelompok yang perlu dirancang
ulang agar tidak menjadikan suasana kelas menjadi ribut.
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi pada siklus I agar tidak terjadi lagi
pada siklus selanjutnya, maka penulis melakukan beberapa tindakan perbaikan
seperti : yakni: 1) memperbaiki cara pembagian kelompok dengan cara
pemberian nomor pada tiap anggota kelompok agar tidak terlalu meribut. 2)
menyampaikan materi dengan jelas agar siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang akan dipelajari. 3) berusaha memaksimalkan pemakaian waktu
dalam pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan 4) memperbaiki
cara memotivasi siswa agar semua siswa dapat ikut aktif dalam berdiskusi.
Persentase keberhasilan mengajar pada siklus I ini berdasarkan dari ramburambu karakteristik mengajarnya untuk siklus I ini persentase mengajar dari
aspek guru yaitu 66,6% sedangkan pada aspek siswa baru mencapai 50%.
c. Hasil Belajar IPA dengan Metoda discovery
Hasil akhir siklus I dengan nilai rata-rata kelas 6,0 dengan ketuntasan
27% atau sebanyak 3 orang. Hasil ini tidak sesuai dengan target yang ingin
dicapai. Apalagi jumlah siswa yang dibawah rata-rata cukup banyak yaitu
sekitar 8 orang atau 73%.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I yang diperoleh
maka
direncanakan untuk melakukan siklus II. Guru harus lebih memahami aspekTugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
12
aspek yang terdapat di dalam pendidikan seperti belajar, proses belajar, dan
situasi belajar sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dalam
situasi dan suasana pembelajaran tertentu. Menurut Rochman (2006:43)
belajar adalah proses pembinaan yang terus menerus terjadi dalam diri
individu yang tidak ditentukan oleh unsur ketururunan, tetapi lebih
banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar anak. Dalam belajar siswa
banyak memperoleh dari guru, maka guru harus lebih memahami
kembali ketiga aspek dalam pendidikan yaitu yang belajar, proses belajar
dan situasi belajar. Yang belajar adalah anak didik atau siswa yang
secara individu atau kelompok mengikuti proses pembelajaran dalam
suasana tertentu.
Guru sebagai penggerak dan pengatur proses pembelajaran sudah seharusnya
dapat mengaktifkan semua siswa tanpa terkecuali agar potensi yang ada pada siswa
dapat tergali dan berkembang. Guru harus dapat memberikan motivasi kepada
siswa dalam pembelajaran.
Peran guru dalam membelajarkan siswa sangat besar, upaya menimbulkan
motivasi siswa untuk belajar sangatlah berat seperti yang dinyatakan oleh Rochman
(2006:70)
Peran guru dalam memberikan motivasi anak adalah mengenal setiap
siswa yang diajarkannya secara pribadi, memperlihatkan interaksi yang
menyenangkan, menguasai berbagai metode dan tekhnik mengajar serta
menggunakannya dengan tepat, menjaga suasana kelas supaya siswa
terhindar dari konflik dan frustasi serta yang amat penting
memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemapuannya.
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa dalam pembelajaran, guru seharusnya
memberikan motivasi serta menggunakan metode dan model pembelajaran yang
bervariasi, karena dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat siswa tidak
akan jenuh serta siswa lebih cepat dalam menerima informasi yang disajikan oleh
guru. Selain itu, guru seharusnya lebih memotivasi siswa dalam belajar dan
pengelolaan kelas yang baik akan menunjang pembelajaran yang baik pula
2) Pembahasan Siklus II
a. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda Discovery
Dalam menyusun RPP siklus II ini, penulis juga menggunakan tahaptahap pembelajaran metoda discovery. RPP pada siklus II ini merupakan revisi
dari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada RPP siklus I. hal ini bertujuan
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
13
agar kekurangan-kekurangan pada siklus I tidak muncul lagi pada siklus II.
Adapun hasil penilaian observer terhadap RPP pda siklus II yaitu 89,2 dengan
kategori baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan perencanaan
pembelajaran sudah dapat dikatakan berhasil.
b. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda Discovery
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. namun ada perbaikan terhadap
kekuranan yang terdapat pada siklus I sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Pada
kegiatan inti diperoleh hal-hal antara lain: (1) dalam melakukan pembelajaran
guru sudah mengelola kelas dengan baik terutama pengelolaan kelompok, (2)
saat melaporkan hasil diskusi kepada kelompok siswa sudah mau berperan aktif,
(3) dalam melaksanakan pembelajaran, guru sudah merencanakan waktu
seefektif mungkin. Sedangkan pada akhir pembelajaran diperoleh hal-hal antara
lain guru sudah dengan baik menyimpulkan pelajaran atau membuat ringkasan.
c. Hasil Belajar IPA dengan Metoda discovery
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu nilai
rata-rata kelas yang diperoleh adalah 8,0. Sedangkan ketuntasan yang diperoleh
adalah 82% atau sebanyak 9 orang. Dimana siswa yang tidak tuntas sebanyak 2
orang atau sekitar 18%. Jadi dapat dikatakan penulis sudah berhasil dalam
membelajarkan siswa. Selain itu perilaku siswa pun berubah menjadi lebih aktif
dalam berdiskusi dan berani menyatakan pendapatnya serta lebih bisa
menghargai perbedaan yang ada dalam kelompok maupun kelasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II ini, pembelajaran tentang
IPA sudah berjalan dengan baik, walau masih ada beberapa orang siswa yang
belum dapat menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. Cara guru dalam
membimbing siswa dalam membagi kelompok dan mengisikan LKS sudah
baik. Begitu juga dalam hal membimbing siswa untuk melaporkan hasil diskusi
kelompok ke depan kelas dan memberikan motivasi bagi siswa yang
melaporkan sudah baik.
Saat melaksanakan siklus II ini siswa sudah melaksanakan diskusi
dengan baik oleh semua anggota kelompok, dan sesuai dengan perencanaan
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
14
yang sudah disiapkan. Pemanfaatan waktu juga sudah baik sehingga
pembelajaran IPA pada siklus II ini tidak memakan waktu pelajaran lain.
Pembelajaran yang disajikan guru pada siklus II sangat baik karena
perhatian siswa dalam pelajaran sudah terpusat dengan baik. Siswa sudah
mampu menyelesaikan soal latihan yang diberikan dengan baik selain itu siswa
sudah mampu bekerja sama dalam kelompok.
Untuk mencapai hal tersebut sudah seharusnya guru mampu
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu,
guru juga harus memperhatikan keberhasilan siswa dalam memahami sesuatu
dengan cara sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena
guru bertugas membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan siswa tersebut guru
haruslah menggunakan berbagai macam cara agar pembelajaran dapat bermakna
bagi siswa, seperti menggunakan model pembelajaran yang tepat, metode dalam
pembelajaran yang bervariasi, media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.
Gambar. Diagram perbandingan nilai rata-rata hasil pembelajaran pada aspek kognitif siklus I dan siklus II
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
15
Gambar. Diagram perbandingan nilai rata-rata hasil pembelajaran pada aspek afektif siklus I dan siklus II
Gambar. Diagram perbandingan nilai rata-rata hasil pembelajaran pada aspek psikomotor siklus I dan siklus II
Gambar. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data hasil penulisan dan pembahasan mengenai upaya peningkatan
proses pembelajaran dengan menggunakan metoda discovery, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut : (a) Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan metoda
discovery disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran pada metoda discovery
yaitu: 1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, 2) Menetapkan jawaban
sementara atau hipotesis, 3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan
untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, 4) menarik kesimpulan jawaban atau
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
16
generalisasi, dan 5) mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru. (b) Pelaksanaan
pembelajaran dengan metoda discovery dapat membuat siswa lebih mengerti dan aktif
dalam belajar. Hal ini disebabkan karena penggunaan metoda discovery dalam
pembelajaran memiliki banyak keunggulan, diantarnya yaitu membantu siswa dalam
mengembangkan
dan
memperbanyak
keterampilan
dalam
proses
kognitif,
memperdalam pengetahuan siswa serta meningkatkan semangat dan gairah belajar
siswa. (c) Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai akhir siswa
dari siklus I 6,0 meningkat pada siklus II menjadi 8,0. Pembelajaran belum dianggap
tuntas jika hasil yang diperoleh di bawah 75%. Hal ini merupakan bukti pelaksanaan
penulisan tindakan kelas berhasil dilakukan di SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh
Kota Padang.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dicantumkan di atas, maka penulis mengajukan
beberapa saran yaitu (a) untuk guru, agar dapat mencobakan dan menerapkan model
pembelajaran yang lebih bervariasi dengan tujuan agar siswa dapat tertarik untuk
mengikuti pelajaran yang diberikan, (b) untuk kepala sekolah, dapat berupaya
meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, (c) untuk penulis selaku guru, dapat menambah
pengetahuan yang nanti bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d)
untuk pembaca, agar bagi siapapun yang membaca tulisan ini dapat menambah
wawasan kepada pembaca.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi.2009. Penulisan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Muslih, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta:Bumi Aksara
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rochman. 2006. Strategi dan disain pengembangan system pembelaajran. Jakarta:
Prestasi Pustakarya
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Penulisan Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN METODA DISCOVERY
Oleh :
Merlin Handayani
Sekolah Asal : SD Negeri 11 Piai Tangah Kec. Pauh
[email protected]
Abstrak
Tujuan penulisan ini untuk mendeskripsikan bentuk perencanaan, pelaksanaan,
dan peningkatan hasil belajar IPA dengan menggunakan metoda discovery. Jenis
penulisan adalah Penulisan Tindakan Kelas menggunakan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif. Subjek penulisan yaitu guru dan siswa kelas V SDN 11 Piai
Kecamatan Pauh Kota Padang. Berdasarkan hasil penulisan siklus I ke Siklus II,
rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa (kognitif, afektif, dan psikomotor) dari
6,0 meningkat menjadi 8,0. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metoda discovery dapat meningkatkan hasil belajar IPA.
Kata kunci : Hasil Belajar; IPA; Metoda Discovery
PENDAHULUAN
Berdasarkan refleksi awal selama penulis melaksanakan pembelajaran IPA di
kelas V ternyata tidak semua siswa yang mampu menerima materi IPA dengan baik,
banyak siswa yang terlihat malas memperhatikan penjelasan guru, siswa suka bermain
atau meribut, dan ketika guru bertanya tentang materi yang sedang dibahas siswa tidak
mampu menjawab dengan benar, hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
pembelajaran sesuai dengan apa yang diharapkan. Masalah ini dapat dilihat dari hasil
belajar siswa. Dari hasil ulangan harian siswa kelas V pada materi perubahan sifat
benda diperoleh nilai rata-rata kelas 5,5 dengan persentase ketuntasan belajar 18%.
Artinya dari 11 orang siswa kelas V, 2 orang tuntas belajar dan 9 orang belum tuntas
belajar. Sedangkan menurut Masnur (2009:214) ketuntasan belajar ideal adalah 85%.
Ini berarti, pembelajaran IPA di kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota
Padang masih rendah dan perlu ditingkatkan.
Menyikapi kenyataan di atas, perlu ada
1 upaya nyata yang harus dilakukan guru
untuk meningkatkan pembelajaran IPA khususnya pada materi perubahan sifat benda.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan menggunakan metoda
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
2
pembelajaran yang efektif. Penggunaan metoda pembelajaran yang tepat dapat
membantu siswa dalam memperoleh semua informasi yang disajikan dalam
pembelajaran.
Metoda yang dapat digunakan dan diterapkan dalam pembelajaran perubahan sifat
benda salah satu diantaranya adalah metoda discovery. Menurut Mulyasa (2005:110)
“metoda discovery merupakan metoda yang lebih menekankan pada pengalaman
langsung dan pembelajaran dengan metoda penemuan lebih mengutamakan proses dari
pada hasil belajar”. Dari penjelasan tersebut, jelas bahwa penggunaan metoda
discovery dalam pembelajaran menekankan pada aktivitas siswa sebagai subjek belajar
yang mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Sehingga peranan guru hanya sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa dalam belajar.
Dengan melihat banyak kelebihan-kelebihan dari penggunaan metoda discovery
tersebut, jelaslah bahwa penggunaan metoda discovery dalam pembelajaran sangatlah
baik, dimana metoda discovery (penemuan) lebih menekankan pada pengalaman
langsung, sehingga siswa betul-betul merasakan keterlibatan mental mereka untuk
penguasaan keterampilan melalui pengamatan, membuat dugaan, menjelaskan, dan lain
sebagainya. Sehingga metoda discovery (penemuan) lebih mengutamakan proses dalam
pembelajaran. Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan sebelumnya, maka penulis
berkeinginan
melaksanakan
penulisan
tindakan
kelas
(PTK)
dengan
judul
”Penggunaan Metoda Discovery Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Pembelajaran IPA Di Kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota
Padang”.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimanakah
meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SDN 11 Piai
Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang. Penulisan ini diharapakan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak diantaranya bagi penulis untuk dapat menambah
pegetahuan dan wawasan dalam penggunaan metoda discovery untuk meningkatan
hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA bagi siswa kelas V SDN 11 Piai Tangah.
Bagi kepala sekolah sebagai masukan dalam melaksanakan pembelajaran IPA
khususnya menggunakan metoda discovery, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
siswa. Bagi guru, untuk dapat meningkatkan profesionalismenya dalam mengajar
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
3
terutama dalam pemilihan metoda pembelajaran yang sesuai khususnya materi IPA.
Serta bagi pembaca, sebagai bahan pertimbangan untuk tugas-tugas di masa yang akan datang.
METODOLOGI
Penulisan ini dilaksanakan di SDN 11 Piai TangahKecamatan Pauh Kota
Padang. Pemilihan tempat penulisan adalah karena tempat penelitian adalah tempat
penulis mengajar serta sekolah bersedia menerima inovasi pendidikan terutama dalam
proses pembelajaran.
Penulisan ini merupakan Penulisan Tindakan Kelas (PTK) menggunakan
pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penulisan dilaksanakan dengan menggunakan
model siklus yang dikembangkan Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Arikunto, 206:104).
Model siklus ini mempunyai empat komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Penulisan ini dilaksanakan di SDN 11 Piai Tangah
Kecamatan Pauh Kota Padang. Subjek dalam penulisan ini adalah siswa dan guru kelas
V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh Kota Padang dengan jumlah siswa 11 orang
yang terdiri dari 5 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan yang terdaftar
pada semester I Tahun Ajaran 2013/2014. Sumber data penulisan ini berasal dari proses
pembelajaran IPA dengan metoda discovery di kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan
Pauh Kota Padang. Data penulisan dikumpulkan dengan teknik observasi dan tes.
Penulisan ini dilaksanakan pada semester I Tahun Ajaran 2013/2014 (Oktober s/d
November 2014) dengan rincian tindakan yaitu pada tanggal 22 Oktober 2014
pelaksanaan siklus I dan pada tanggal 05 November 2014 pelaksanaan siklus II.
Data yang diperoleh dalam penulisan dianalisis. Seperti yang dikemukakan
Rochiati (2007:135) ”analisis yang dilakukan penulis berupa membuat keputusan
mengenai bagaimana menampilkan data dalam tabel, matrik, atau bentuk cerita”.
Dalam analisis data penulisan tindakan kelas yang penulis langsungkan ini
menampilkan data dalam bentuk cerita. Data yang diperoleh dalam penulisan dianalisis
dengan menggunakan model analisis data kualitatif yakni analisis data dimulai dengan
menelaah sejak pengumpulan data sampai seluruh data terkumpul. Tahap analisis
tersebut dimulai dengan menelaah data yang terkumpul, reduksi data meliputi
pengkategorian dan pengklasifikasian, menyajikan data dilakukan dengan cara
mengorganisasikan informasi yang sudah direduksi dan mengumpulkan data hasil
penulisan.
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
4
Analisis data dilakukan terhadap data yang telah direduksi baik data
perencanaan, pelaksanaan, maupun data penilaian. Analisis data dilakukan dengan cara
terpisah-pisah. Hal ini dimaksudkan agar dapat ditemukan berbagai informasi yang
spesifik dan terfokus kepada berbagai informasi yang mendukung pembelajaran dan
yang menghambat pembelajaran. Dengan demikian pengembangan dan perbaikan atas
berbagai kekurangan dapat dilakukan tepat pada aspek yang bersangkutan.
HASIL
Tahap Perencanaan
Perencanaan pada siklus I meliputi: membuat persiapan yang terdiri dari
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS). RPP ini
memuat tentang mata pelajaran, kelas, hari/tanggal, alokasi waktu, standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, materi, proses pembelajaran, media, metode, sumber dan
evaluasi yang dilakukan. Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah RPP
tentang IPA di kelas V semester I dengan menggunakan metoda discovery, lembar
observasi aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
Materi yang diajarkan pada siklus I adalah perubahan sifat benda dengan
menggunakan metoda discovery. Standar Kompetensi (SK) yang
dicapai adalah
memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya dan perubahan sifat
benda sebagai hasil suatu proses. Kompetensi Dasar (KD) yang ingin dicapai adalah
menyimpulkan
hasil penyelidikan tentang perubahan sifat benda, baik sementara
maupun tetap. Indikator yang ingin dicapai dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I
ini adalah (1) Melakukan eksperimen tentang perubahan sifat benda, (2) Mengamati
hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (3) Membandingkan hasil eksperimen
tentang perubahan sifat benda, (4) Membedakan perubahan sifat benda baik sementara
maupun tetap, (5) Menyimpulkan hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda.
Untuk menunjang pelaksanaan proses pembelajaran dan memudahkan siswa
untuk memahami materi yang akan dibahas, penulis juga menyiapkan media yaitu air
jernih, periuk kecil, kompor, piring, batu es, korek api, kertas, dan lilin. Sehingga
dapat menunjang pemahaman siswa dalam memahami konsep IPA. Pelaksanaan
tindakan setiap siklus disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran metoda
discovery yang dibagi atas tiga tahapan, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan
akhir.
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
5
Perencanaan pada siklus II penulis tetap berkolaborasi dengan guru kelas V
SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh. Pada tahap ini, penulis juga membuat persiapan
yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran dan lembar pengamatan. Begitu
juga dengan instrumen pengumpulan data yang digunakan masih tetap seperti yang
terdapat pada siklus I.
Materi pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus II ini tidak berbeda dengan
siklus I yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda discovery. Kompetensi
dasar yang ingin dicapai yaitu menjelaskan arti pecahan dan urutannya.
Sedangkan indikator yang ingin dicapai pada siklus II ini juga sama dengan
indikator pada siklus I, yaitu (1) Melakukan eksperimen tentang perubahan sifat benda,
(2) Mengamati hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (3) Membandingkan
hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (4) Membedakan perubahan sifat
benda baik sementara maupun tetap, (5) Menyimpulkan hasil eksperimen tentang
perubahan sifat benda.
Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pada siklus I dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 22 Oktober 2014
mulai pukul 07.30 sampai 09.15. Pelaksanaan pembelajaran ini sesuai dengan rencana
yang telah dibuat, yaitu dengan menggunakan metoda discovery. Pada pertemuan I ini
indikator yang dibahas adalah 1) Melakukan eksperimen tentang perubahan sifat benda,
(2) Mengamati hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (3) Membandingkan
hasil eksperimen tentang perubahan sifat benda, (4) Membedakan perubahan sifat
benda baik sementara maupun tetap, (5) Menyimpulkan hasil eksperimen tentang
perubahan sifat benda. Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 05 November
2014 pukul 07.30 sampai 09.15 WIB. Pembelajaran siklus II berlangsung selama 105
menit. Dalam pelaksanaan siklus II ini penulis tetap bertindak sebagai guru (praktisi)
seperti dalam siklus I sedangkan guru kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh
sebagai pengamat.
Tahap Pengamatan
Pembelajaran pada siklus I ini diamati oleh guru kelas V SDN 11 Piai Tangah
Kecamatan Pauh. Sedangkan proses pembelajarannya dilaksanakan oleh penulis sendiri
sebagai praktisi (guru). Dimana guru kelas tersebut mengamati jalannya pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metoda discovery. Dimana berdasarkan hasil
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
6
observasinya pada pertemuan ini dari aspek guru pada pembelajaran IPA dengan
menggunakan metoda discovery siklus I dapat dilihat bahwa dari 13 karakteristik yang
dinilai atau dari 52 skor maksimal diperoleh skor 38. Dengan demikian, persentase
perolehan skor kemampuan guru dalam mengajar IPA dengan menggunakan metoda
discovery siklus I adalah 66,6% dengan kategori cukup. Hal ini menunjukkan bahwa
taraf keberhasilan aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung belum tuntas
karena kurang dari standar ideal ketuntasan mengajar yaitu 75. Dari aspek siswa pada
pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda discovery siklus I dapat dilihat bahwa
dari 12 karakteristik yang dinilai atau dari 52 skor maksimal diperoleh skor 34. Dengan
demikian, persentase perolehan skor kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan langkah-langkah pembelajaran metoda
discovery siklus 1 adalah 50%. Hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas
siswa selama proses pembelajaran berlangsung belum tuntas karena kurang dari standar
ideal ketuntasan belajar dan dapat dikategorikan kurang. Hasil belajar siswa pada siklus
I bahwa dari 11 orang siswa yang mengikuti tes yang diadakan diakhir siklus I terdapat
3 orang yang mendapatkan nilai 70 ke atas sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70, sehingga siswa tersebut dikatakan tuntas
dalam belajar. Jadi persentase siswa yang tuntas belajar sebanyak 27%. Sedangkan
yang tidak tuntas sebanyak 8 orang dengan persentase 73%.
Sebagaimana halnya siklus I, pembelajaran siklus II juga diamati oleh guru
kelas V SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh dan melaporkan bahwa penulisan dalam
pembelajaran siklus II telah melaksanakan tugas dengan baik. Dari hasil temuan
observer dari aspek guru dapat dilihat bahwa dari 13 karakteristik yang dinilai atau dari
52 skor maksimal diperoleh skor 43. Dengan demikian, persentase perolehan skor
kemampuan guru dalam mengajar IPA dengan menggunakan metoda discovery siklus II
adalah 91,6%. Hal ini menunjukkan bahwa taraf keberhasilan aktivitas guru selama
proses pembelajaran berlangsung tuntas karena berada di atas standar ideal ketuntasan
belajar (75%) dan dapat dikategorikan sangat baik. Sedangkan dari aspek siswa dapat
dilihat bahwa dari 13 karakteristik yang dinilai atau dari 52 skor maksimal diperoleh
skor 44. Dengan demikian, persentase perolehan skor kemampuan siswa dalam
mengikuti
proses
pembelajaran
IPA
dengan
menggunakan
langkah-langkah
pembelajaran metoda discovery siklus II adalah 91,6%. Hal ini menunjukkan bahwa
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
7
taraf keberhasilan aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung tuntas
karena berada di atas standar ideal ketuntasan belajar (75%) dan dapat dikategorikan
sangat baik. Hasil belajar pada siklus II mengalami peningkatan yaitu nilai rata-rata
kelas yang diperoleh adalah 8,0. Sedangkan ketuntasan yang diperoleh adalah 82%
atau sebanyak 9 orang. Dimana siswa yang tidak tuntas sebanyak 2 orang atau sekitar
18%. Jadi dapat dikatakan penulis sudah berhasil dalam membelajarkan siswa. Selain
itu perilaku siswa pun berubah menjadi lebih aktif dalam berdiskusi dan berani
menyatakan pendapatnya serta lebih bisa menghargai perbedaan yang ada dalam
kelompok maupun kelasnya. Secara umum, hasil penulisan mulai dari sikus I sampai
siklus II dapat dilihat pada diagram dibawah ini:
Diagram Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dari Siklus I Ke Siklus II
Dilihat dari diagram diatas, dapat disimpulkan bahwa siklus II telah dapat
dikatakan berhasil. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan dari siklus I ke siklus II yang
cukup signifikan. Berdasarkan kesepakatan observer dan penulis bahwa penulisan
disukupkan sampai siklus II saja.
Tahap Refleksi
Kegiatan refleksi dilakukan secara kolaboratif antara penulis dan observer
setiap pembelajaran berakhir. Pada kesempatan ini, temuan dan hasil pengamatan
penulis dibahas bersama. Refleksi tindakan siklus I ini mencakup refleksi terhadap
perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Refleksi terhadap
perencanaan yakni sebagai berikut: dilihat dari hasil paparan siklus I diketahui bahwa
rencana pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metoda discovery sudah
terlaksana dengan baik sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
8
dalam RPP. Sebahagian dari langkah pada perencanaan terlaksana sesuai yang
diinginkan. Tapi terdapat beberapa langkah pada rencana pembelajaran yang tidak
berjalan dengan baik seperti media yang digunakan kurang bervariasi, serta langkah
pembelajaran kurang dicantumkan secara rinci.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut :
pada kegiatan pembelajaran awal diperoleh hal-hal antara lain: (1) guru hendaknya
menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, agar siswa mengetahui apa
yang dipelajari saat itu dengan agak baik, (2) dalam melakukan tanya jawab, pada tahap
appersepsi guru hendaknya bisa membimbing siswa agar siswa tidak menjawab dengan
serempak (bersama-sama). Pada kegiatan inti diperoleh hal-hal antara lain: (1) dalam
melakukan pembelajaran guru kurang mampu mengelola kelas terutama pengelolaan
kelompok, (2) saat melaporkan hasil diskusi kepada kelompok hanya beberapa siswa
yang mau berperan aktif,
(3) dalam melaksanakan pembelajaran, sebaiknya guru
merencanakan waktu seefektif mungkin. Sedangkan pada akhir pembelajaran diperoleh
hal-hal antara lain guru masih kurang baik dalam menyimpulkan pelajaran atau
membuat ringkasan.
Refleksi pada hasil belajar siswa pada siklus I masih rendah ini terlihat dari
hasil evaluasi siswa yang diadakan pada akhir pelajaran. Hasil analisis mengenai data
penilaian akhir siklus I dapat dilihat pada tabel diatas. Dari 11 orang siswa yang
mengikuti tes yang diadakan diakhir siklus I terdapat 3 orang yang mendapatkan nilai
70 ke atas sesuai dengan standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan
yaitu 70, sehingga siswa tersebut dikatakan tuntas dalam belajar. Jadi persentase siswa
yang tuntas belajar sebanyak 27%. Sedangkan yang tidak tuntas sebanyak 8 orang
dengan persentase 73%.
Kegiatan refleksi pada siklus II juga dilakukan secara kolaboratif antara penulis
dan observer pada akhir pembelajaran. Pada kesempatan ini, temuan dan hasil
pengamatan penulis dibahas bersama. Refleksi tindakan siklus I ini mencakup refleksi
terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Refleksi
terhadap perencanaan yakni sebagai berikut: dilihat dari hasil paparan siklus II
diketahui bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran mengurutkan pecahan dengan
menggunakan metoda discovery sudah terlaksana dengan baik sesuai dengan langkahlangkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP. Kesalahan-kesalahan dalam
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
9
perencanaan pembelajaran pada siklus I sudah tidak terjadi lagi seperti media yang
digunakan sudah bervariasi, serta langkah pembelajaran sudah dicantumkan secara
rinci.
Refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran diperoleh hasil sebagai berikut :
pada kegiatan pembelajaran awal diperoleh hal-hal antara lain: (1) guru sudah
menyampaikan tujuan pembelajaran dengan baik sehingga siswa mengetahui apa yang
dipelajari saat itu dengan agak baik, (2) dalam melakukan tanya jawab, pada tahap
appersepsi guru sudah membimbing siswa agar siswa tidak menjawab secara serempak
(bersama-sama). Pada kegiatan inti diperoleh hal-hal antara lain: (1) dalam melakukan
pembelajaran guru sudah mengelola kelas dengan baik terutama pengelolaan kelompok,
(2) saat melaporkan hasil diskusi kepada kelompok siswa sudah mau berperan aktif,
(3) dalam melaksanakan pembelajaran, guru sudah merencanakan waktu seefektif
mungkin. Sedangkan pada akhir pembelajaran diperoleh hal-hal antara lain guru sudah
dengan baik menyimpulkan pelajaran atau membuat ringkasan.
Refleksi pada hasil belajar siswa pada siklus II sudah mulai meningkat
dibandingkan dengan siklus I. Dari 11 orang siswa yang mengikuti tes yang diadakan
diakhir siklus II terdapat 9 orang yang mendapatkan nilai 70 ke atas sesuai dengan
standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70, sehingga siswa
tersebut dikatakan tuntas dalam belajar. Adapun persentase siswa yang tuntas belajar
pada siklus II ini sebanyak 82%, sedangkan persentase siswa yang tidak tuntas adalah
18%. Berdasarkan kesepakatan observer dan penulis bahwa penulisan disukupkan
sampai siklus II saja.
PEMBAHASAN
1) Pembahasan Siklus I
a. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda discovery
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dirancang berdasarkan hasil
analisis kurikulum IPA kelas V semester I. Standar kompetensi yang cocok
digunakan dalam pembelajaran IPA menggunakan langkah-langkah metoda
discovery adalah memahami hubungan antara sifat bahan dengan penyusunnya
dan perubahan sifat benda sebagai hasil suatu proses. Sedangkan kompetensi
dasarnya adalah menyimpulkan hasil penyelidikan tentang perubahan sifat
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
10
benda, baik sementara maupun tetap. Adapun materi yang dibahas dalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini adalah perubahan sifat benda.
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun berdasarkan langkah-langkah
metoda discovery seperti yang dikemukakan oleh Menurut Syaiful (2008:197)
ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan metoda discovery yaitu :
“1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, 2) Menetapkan jawaban
sementara atau hipotesis, 3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang
diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, 4) menarik
kesimpulan jawaban atau generalisasi, dan 5) mengaplikasikan kesimpulan
dalam situasi baru”.
Berdasarkan RPP yang telah dibuat oleh penulis pada siklus I, rancangan
yang telah penulis buat sudah tergolong baik, namun ada beberapa aspek yang
belum terlihat. Diantaranya yaitu pada pengorganisasian materi ajar, cakupan
materi kurang luas dan tidak sesuai dengan alokasi. Sebaiknya cakupan materi
ajar luas dan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditetapkan.
Pada pemilihan sumber belajar belum sesuai dengan tujuan pembelajaran
serta tidak sesuai dengan materi ajar. Sebaiknya pemilihan sumber belajar harus
sesuai dengan tujuan pembelajaran serta materi ajar. Pada kejelasan proses
pembelajaran langkah-langkah pembelajaran masih kurang jelas dan rinci.
Sebaiknya kejelasan proses pembelajaran langkah-langkah pembelajaran harus
jelas dan rinci. Adapun penilaian observer terhadap RPP pada siklus I ini adalah
60,7 dengan kategori cukup.
b. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda discovery
Pelaksanaan pembelajaran IPA dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat. Pada tahap ini diawali dengan mempersiapkan kondisi kelas
seperti mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan alat atau sumber
belajar, mempersiapkan LKS beserta kunci jawaban, mempersiapkan media
pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi, mempersiapkan soal untuk
tes/kuis pada akhir siklus beserta kunci jawaban serta mempersiapkan papan
tulis. Kegiatan dilanjutkan dengan merapikan kursi dan meja siswa, kemudian
mengajak siswa untuk berdoa menurut agama dan keyakinannya masingmasing. Setelah berdoa selesai, guru mulai membuka skemata siswa dengan
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
11
bertanya jawab tentang benda-benda disekitar siswa. Pertanyaan yang diberikan
oleh guru menimbulkan jawaban yang serempak dari siswa. Kemudian kegiatan
dilanjutkan dengan penyampaian tujuan pembelajaran oleh guru. Siswa
mendengarkan penjelasan dari guru. Pada kegiatan inti menggunakan tahaptahap pembelajaran metoda discovery. Pada kegiatan akhir proses pembelajaran
adalah siswa bersama guru menyimpulkan pelajaran dan meminta siswa untuk
berdoa sebagai tanda proses pembelajaran pada hari itu selesai.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis dan observer setelah proses
pembelajaran kendala yang dihadapi selama pembelajaran antara lain: (1)
penulis masih kaku dalam pembelajaran karena metoda pembelajaran yang
digunakan masih baru bagi guru, (2) penggunaan waktu belum sesuai dengan
rancangan pembelajaran, (3) masih ada siswa yang belum aktif, (4) pengelolaan
kelas yang kurang baik, dan (5) pembagian kelompok yang perlu dirancang
ulang agar tidak menjadikan suasana kelas menjadi ribut.
Untuk mengatasi kendala yang dihadapi pada siklus I agar tidak terjadi lagi
pada siklus selanjutnya, maka penulis melakukan beberapa tindakan perbaikan
seperti : yakni: 1) memperbaiki cara pembagian kelompok dengan cara
pemberian nomor pada tiap anggota kelompok agar tidak terlalu meribut. 2)
menyampaikan materi dengan jelas agar siswa lebih mudah dalam memahami
materi yang akan dipelajari. 3) berusaha memaksimalkan pemakaian waktu
dalam pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran dan 4) memperbaiki
cara memotivasi siswa agar semua siswa dapat ikut aktif dalam berdiskusi.
Persentase keberhasilan mengajar pada siklus I ini berdasarkan dari ramburambu karakteristik mengajarnya untuk siklus I ini persentase mengajar dari
aspek guru yaitu 66,6% sedangkan pada aspek siswa baru mencapai 50%.
c. Hasil Belajar IPA dengan Metoda discovery
Hasil akhir siklus I dengan nilai rata-rata kelas 6,0 dengan ketuntasan
27% atau sebanyak 3 orang. Hasil ini tidak sesuai dengan target yang ingin
dicapai. Apalagi jumlah siswa yang dibawah rata-rata cukup banyak yaitu
sekitar 8 orang atau 73%.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus I yang diperoleh
maka
direncanakan untuk melakukan siklus II. Guru harus lebih memahami aspekTugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
12
aspek yang terdapat di dalam pendidikan seperti belajar, proses belajar, dan
situasi belajar sehingga siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dalam
situasi dan suasana pembelajaran tertentu. Menurut Rochman (2006:43)
belajar adalah proses pembinaan yang terus menerus terjadi dalam diri
individu yang tidak ditentukan oleh unsur ketururunan, tetapi lebih
banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar anak. Dalam belajar siswa
banyak memperoleh dari guru, maka guru harus lebih memahami
kembali ketiga aspek dalam pendidikan yaitu yang belajar, proses belajar
dan situasi belajar. Yang belajar adalah anak didik atau siswa yang
secara individu atau kelompok mengikuti proses pembelajaran dalam
suasana tertentu.
Guru sebagai penggerak dan pengatur proses pembelajaran sudah seharusnya
dapat mengaktifkan semua siswa tanpa terkecuali agar potensi yang ada pada siswa
dapat tergali dan berkembang. Guru harus dapat memberikan motivasi kepada
siswa dalam pembelajaran.
Peran guru dalam membelajarkan siswa sangat besar, upaya menimbulkan
motivasi siswa untuk belajar sangatlah berat seperti yang dinyatakan oleh Rochman
(2006:70)
Peran guru dalam memberikan motivasi anak adalah mengenal setiap
siswa yang diajarkannya secara pribadi, memperlihatkan interaksi yang
menyenangkan, menguasai berbagai metode dan tekhnik mengajar serta
menggunakannya dengan tepat, menjaga suasana kelas supaya siswa
terhindar dari konflik dan frustasi serta yang amat penting
memperlakukan siswa sesuai dengan keadaan dan kemapuannya.
Berdasarkan uraian diatas jelas bahwa dalam pembelajaran, guru seharusnya
memberikan motivasi serta menggunakan metode dan model pembelajaran yang
bervariasi, karena dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat siswa tidak
akan jenuh serta siswa lebih cepat dalam menerima informasi yang disajikan oleh
guru. Selain itu, guru seharusnya lebih memotivasi siswa dalam belajar dan
pengelolaan kelas yang baik akan menunjang pembelajaran yang baik pula
2) Pembahasan Siklus II
a. Perencanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda Discovery
Dalam menyusun RPP siklus II ini, penulis juga menggunakan tahaptahap pembelajaran metoda discovery. RPP pada siklus II ini merupakan revisi
dari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada RPP siklus I. hal ini bertujuan
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
13
agar kekurangan-kekurangan pada siklus I tidak muncul lagi pada siklus II.
Adapun hasil penilaian observer terhadap RPP pda siklus II yaitu 89,2 dengan
kategori baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan perencanaan
pembelajaran sudah dapat dikatakan berhasil.
b. Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Metoda Discovery
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan
pelaksanaan pembelajaran pada siklus I. namun ada perbaikan terhadap
kekuranan yang terdapat pada siklus I sesuai dengan hasil refleksi siklus I. Pada
kegiatan inti diperoleh hal-hal antara lain: (1) dalam melakukan pembelajaran
guru sudah mengelola kelas dengan baik terutama pengelolaan kelompok, (2)
saat melaporkan hasil diskusi kepada kelompok siswa sudah mau berperan aktif,
(3) dalam melaksanakan pembelajaran, guru sudah merencanakan waktu
seefektif mungkin. Sedangkan pada akhir pembelajaran diperoleh hal-hal antara
lain guru sudah dengan baik menyimpulkan pelajaran atau membuat ringkasan.
c. Hasil Belajar IPA dengan Metoda discovery
Hasil belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yaitu nilai
rata-rata kelas yang diperoleh adalah 8,0. Sedangkan ketuntasan yang diperoleh
adalah 82% atau sebanyak 9 orang. Dimana siswa yang tidak tuntas sebanyak 2
orang atau sekitar 18%. Jadi dapat dikatakan penulis sudah berhasil dalam
membelajarkan siswa. Selain itu perilaku siswa pun berubah menjadi lebih aktif
dalam berdiskusi dan berani menyatakan pendapatnya serta lebih bisa
menghargai perbedaan yang ada dalam kelompok maupun kelasnya.
Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus II ini, pembelajaran tentang
IPA sudah berjalan dengan baik, walau masih ada beberapa orang siswa yang
belum dapat menyelesaikan soal latihan yang diberikan guru. Cara guru dalam
membimbing siswa dalam membagi kelompok dan mengisikan LKS sudah
baik. Begitu juga dalam hal membimbing siswa untuk melaporkan hasil diskusi
kelompok ke depan kelas dan memberikan motivasi bagi siswa yang
melaporkan sudah baik.
Saat melaksanakan siklus II ini siswa sudah melaksanakan diskusi
dengan baik oleh semua anggota kelompok, dan sesuai dengan perencanaan
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
14
yang sudah disiapkan. Pemanfaatan waktu juga sudah baik sehingga
pembelajaran IPA pada siklus II ini tidak memakan waktu pelajaran lain.
Pembelajaran yang disajikan guru pada siklus II sangat baik karena
perhatian siswa dalam pelajaran sudah terpusat dengan baik. Siswa sudah
mampu menyelesaikan soal latihan yang diberikan dengan baik selain itu siswa
sudah mampu bekerja sama dalam kelompok.
Untuk mencapai hal tersebut sudah seharusnya guru mampu
menciptakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Selain itu,
guru juga harus memperhatikan keberhasilan siswa dalam memahami sesuatu
dengan cara sesuai dengan tingkat kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena
guru bertugas membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan siswa tersebut guru
haruslah menggunakan berbagai macam cara agar pembelajaran dapat bermakna
bagi siswa, seperti menggunakan model pembelajaran yang tepat, metode dalam
pembelajaran yang bervariasi, media pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi siswa.
Gambar. Diagram perbandingan nilai rata-rata hasil pembelajaran pada aspek kognitif siklus I dan siklus II
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
15
Gambar. Diagram perbandingan nilai rata-rata hasil pembelajaran pada aspek afektif siklus I dan siklus II
Gambar. Diagram perbandingan nilai rata-rata hasil pembelajaran pada aspek psikomotor siklus I dan siklus II
Gambar. Diagram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan data hasil penulisan dan pembahasan mengenai upaya peningkatan
proses pembelajaran dengan menggunakan metoda discovery, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut : (a) Perencanaan Pembelajaran dengan menggunakan metoda
discovery disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran pada metoda discovery
yaitu: 1) Perumusan masalah untuk dipecahkan siswa, 2) Menetapkan jawaban
sementara atau hipotesis, 3) Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan
untuk menjawab permasalahan atau hipotesis, 4) menarik kesimpulan jawaban atau
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”
16
generalisasi, dan 5) mengaplikasikan kesimpulan dalam situasi baru. (b) Pelaksanaan
pembelajaran dengan metoda discovery dapat membuat siswa lebih mengerti dan aktif
dalam belajar. Hal ini disebabkan karena penggunaan metoda discovery dalam
pembelajaran memiliki banyak keunggulan, diantarnya yaitu membantu siswa dalam
mengembangkan
dan
memperbanyak
keterampilan
dalam
proses
kognitif,
memperdalam pengetahuan siswa serta meningkatkan semangat dan gairah belajar
siswa. (c) Meningkatnya hasil belajar siswa dapat dilihat dari rata-rata nilai akhir siswa
dari siklus I 6,0 meningkat pada siklus II menjadi 8,0. Pembelajaran belum dianggap
tuntas jika hasil yang diperoleh di bawah 75%. Hal ini merupakan bukti pelaksanaan
penulisan tindakan kelas berhasil dilakukan di SDN 11 Piai Tangah Kecamatan Pauh
Kota Padang.
Berdasarkan kesimpulan yang telah dicantumkan di atas, maka penulis mengajukan
beberapa saran yaitu (a) untuk guru, agar dapat mencobakan dan menerapkan model
pembelajaran yang lebih bervariasi dengan tujuan agar siswa dapat tertarik untuk
mengikuti pelajaran yang diberikan, (b) untuk kepala sekolah, dapat berupaya
meningkatkan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan guru dalam
meningkatkan hasil belajar siswa, (c) untuk penulis selaku guru, dapat menambah
pengetahuan yang nanti bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar siswa, dan (d)
untuk pembaca, agar bagi siapapun yang membaca tulisan ini dapat menambah
wawasan kepada pembaca.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, Suharsimi.2009. Penulisan Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Muslih, Masnur. 2009. Melaksanakan PTK Itu Mudah. Jakarta:Bumi Aksara
Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Rochman. 2006. Strategi dan disain pengembangan system pembelaajran. Jakarta:
Prestasi Pustakarya
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan Makna Pembelajaran. Jakarta: Alfabeta
Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Penulisan Tindakan Kelas. Bandung: Rosdakarya.
Tugas Artikel “Workshop PTK Bagi Guru SD dan SMP Kota Padang
Tahun 2015 -Angkatan IV”