Macam Macam Asas Asas Hukum Pada Umumn

Macam - Macam Asas - Asas Hukum Pada Umumnya
1.

udi et alteram partem atau audiatur et altera pars Bahwa para pihak harus didengar.

2.

Bis de eadem re ne sit acto atau Ne bis in idem Mengenai perkara yang sama dan
sejenis tidak boleh disidangkan untuk yang keduakalinya

3.

Clausula rebus sic stantibus Suatu syarat dalam hukum internasional bahwa suatu
perjanjian antar Negara masih tetap berlaku, apabila situasi dan kondisinya tetap
sama

4.

Cogitationis poenam nemo patitur Tiada seorangpun dapat dihukum oleh sebab
apa yang dipikirkannya


5.

Concubitus facit nuptias Perkawinan terjadi karena hubungan kelamin

6.

De gustibus non est disputandum Mengenai selera tidak dapat disengketakan

7.

Erare humanum est, turpe in errore perseverare Membuat kekeliruan itu manusiawi,
namun tidaklah baik untuk mempertahankan terus kekeliruan

8.

Fiat justitia ruat coelum atau fiat justitia pereat mundus Sekalipun esok langit akan
runtuh atau dunia akan musnah keadilan harus tetap ditegakan

9.
10.


Geen straf zonder schuld Tiada hukuman tanpa kesalahan
Hodi mihi cras tibi Ketimpangan atau ketidak adilan yang menyentuh perasaan,
tetap tersimpan dalam hati nurani rakyat

11.

Indubio pro reo Dalam keragu-raguan diberlakukan ketentuan yang paling
menguntungkan bagi siterdakwa

12.

Juro suo uti nemo cogitur Tak ada seorangpun yang diwajibkan menggunakan
haknya.

13.

Koop breekt geen huur Jual beli tidak memutuskan sewa menyewa. Perjanjian sewa
menyewa tidak berubah walaupun barang yang disewanya beralih tangannya.
Lebih jelas periksa pasal 1576


14.

Lex dura sed ita scripta atau lex dura sed tamente scripta Undang-undang adalah
keras tetapi ia telah ditulis demikian. Contoh periksa pasal 11 KUH Pidana

15.

Lex niminem cogit ad impossibilia Undang-undang tidak memaksa seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak mungkin. Contoh periksa pasal 44 KUH Pidana.

16.

Lex posteriorderogat legi priori atau lex posterior derogat legi anteriori Undangundang yang lebih baru mengenyampingkan undang-undang yang lama.
Contohnya UU no 14/1992 tentang UU Lalu-Lintas dan Angkutanb Jalan
Mengenyampingkan Undang-Undang no 13/1965

17.

Lex specialis derogat legi generali Undang-udang yang khusus didahulukan

berlakunya dari pada undang-undang yang umum.

18.

Lex superior derogat legi inferiori Undang-undang yang lebih tinggi
mengenyampingkan undang-undang yang lebih rendah tingkatannya

19.

Matrimonium ratum et non consummatum Perkawinan yang dilakukan secara
formal, namun belum dianggap jadi, mengingat belum terjadi hubungan
kelamin,

20.

Melius est acciepere quam facere injuriam Lebih baik mengalami ketidak adilan
daripada melakukan ketidak adilan

21.


Modus vivendi Cara hidup bersama

22.

Nemo plus juris transferre potest quam ipse habet Tak seorangpun dapat
mengalihkan lebih banyak haknya daripada yang ia miliki

23.

Nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali Tiada suatu perbuatan dapat
dihukum, kecuali atas kekuatan ketentuan pidana dalam undang-undang yang
telah ada lebih dahulu daripada perbuatan itu. Asas ini dipopulerkan oleh
Anslm von Feuerbach. Lebih jelas periksa pasal 1 ayat (1) KUH Pidana

24.

Opinio necessitatis Keyakinan atas sesuatu menurut hukum adalah perlu sebagai
syarat untuk timbulnya hukum kebiasaan

25.


Pacta sunt servanda Setiap perjanjian itu mengikat para pihak dan harus ditaati
dengan itikad baik Lebih jelas di pasal 1338 KUH Perdata

26.

Potior est qui prior est Siapa yang pertama dialah yang beruntung

27.

Presumption of innocence Asas praduga tak bersalah Bahwa seseorang dianggap
tidak bersalah sebelum ada putusan hakim yang menyatakan ia bersalah dan

putusan hakim tersebut telah mempunyai kekuatan hukum tetap (penjelasan UU
No 8/1981 tentang KUAP butir 3 c)
28.

Primus inter pares Yang pertama(utama) diantara sesama

29.


Princeps legibus solutus est Kaisar tidak terikat oleh undang-undang atau para
pemimpin sering berbuat sekehendak hatinya terhadap anak buahnya

30.

Quiquid est in territorio, etiam est de territorio Asas dalam hukum internasional
yang menyatakan bahwa apa yang berada dalam batas-batas wilayah negara
tunduk kepada hukum negara itu

31.

Qui tacet consentire videtur Siapa yang berdiam diri dianggap menyetujui

32.

Res nullius credit occupanti Benda yang diterlantarkan pemiliknya dapat diambil
untuk dimiliki 33. Summum ius summa injuria, Keadilan tertinggi dapat berarti
ketidak adilan tertinggi


33.

Similia similibus Dalam perkara yang sama harus diputus dengan hal sama pula,
tidak pilih kasih 35. Testimonium de auditu Kesaksian dapat didengar dari
orang lain

34.

Unus testis nullus testis Satu saksi bukanlah saksi

35.

Ut sementem feceris ita metes Siapa yang menanam sesuatu dialah yang akan
memetik hasilnya. Siapa yang menabur angin dialah yang akan menuai badai

36.

Vox populi vox dei Suara rakyat adalah suara tuhan

37.


Verba volant scripta manent Kata-kata biasanya tidak berbekas sedangkan apa
yang ditulis tetap ada

38.

Asas Nemo plus Yuris bahwa orang tidak dapat mengalihkan hak melebihi hak
yang ada padanya. asas ini bertujuan melindungi pemegang hak yang selalu
dapat menuntut kembali haknya yang terdaftar atas nama siapapun.

AZAS HUKUM DI INDONESIA
ASAS HUKUM ACARA PIDANA

39.

Asas Legalitas Suatu perbuatan merupakan suatu tindak pidana apabila telah
ditentukan sebelumnya oleh undang-undang / seseorang dapat dituntut atas
perbuaatannya apabila perbuatan tersebut sebelumnya telah ditentukan sebagai
tindak pidana oleh hukum / undang-undang


40.

Asas Culpabilitas. Nulla poena sine culpa, artinya tiada pidana tanpa kesalahan.

41.

Asas Opportunitas. Penuntut umum berwenang untuk tidak melakukan
penuntutan dengan pertimbangan demi kepentingan umum.

42.

Asas Presumption of Innocence ( Praduga tak bersalah ). Seseorang harus dianggap
tidak bersalah sebelum dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap.

43.

Asas in dubio pro reo. Dalam hal terjadi keragu – raguan maka yang diberlakukan
adalah peraturan yang paling menguntungkan terdakwa.


44.

Asas Persamaan dimuka Hukum. Artinya setiap orang harus diperlakukan sama
didepan hukum tanpa membedakan suku, agama, pangkat , jabatan dan
sebagainya.

45.

Asas Perintah tertulis dari yang berwenang. Artinya bahwa setiap penangkapan,
penggeledahan, penahanan dan penyitaan harus dilakukan berdasarkan
perintah tertulis dari pejabat yang diberi wewenang oleh UU dan hanya dalam
hal dan cara yang diatur oleh UU.

46.

Asas Peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak.
Asas ini menghendaki proses pemeriksaan tidak berbelit – belit dan untuk
melindungi hak tersangka guna mendapat pemeriksaan dengan cepat agar
segera didapat kepastian hukum. ( Pasal 24 dan 50 KUHAP).

47.

Asas harus hadirnya terdakwa. Pangadilan dalam memeriksa perkara pidana harus
dengan hadirnya terdakwa.

48.

Asas Terbuka untuk Umum. Sidang pemeriksaan perkara pidana harus terbuka
untuk umum, kecuali diatur oleh UU dalam perkara tertentu seperti perkara
kesusilaan, sidang tertutup untuk umum tetapi pembacaan putusan pengadilan
dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum.

49.

Asas Bantuan Hukum. Seseorang yang tersangkut perkara pidana wajib diberi
kesempatan untuk memperoleh Bantuan Hukum secara cuma-cuma untuk
kepentingan pembelaan dirinya ( Pasal 35 dan 36 UU No.14 Tahun 1970 yo Pasal
54, 55 dan 56 KUHAP).

50.

Putusan Hakim harus disertai alasan-alasan. Semua putusan harus memuat alasanalasan yang dijadikan dasar untuk mengadili. Alasan ini harus mempunyai nilai
yang obyektif.

51.

Asas Nebis in idem. Seseorang tidak dapat dituntut lagi karena perbuatan yang
sudah pernah diajukan kemuka pengadilan dan sudah mendapat putusan hakim
yang berkekuatan hukum tetap.

52.

Asas Kebenaran Material. ( kebenaran dan kenyataan ). Pemeriksaan dalam
perkara pidana, tujuannya untuk mengatahui apakah faktanya / senyatanya
benar-benar telah terjadi pelanggaran / kejahatan.

53.

Asas ganti rugi dan rehabilitasi. Hak bagi tersangka / terdakwa / terpidana untuk
mendapatkan ganti rugi / rehabilitasi atas tindakan terhadap dirinya sejak
dalam proses penyidikan. Diatur dalam Pasal 95 dan 97 KUHAP.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM PERDATA DAN HUKUM ACARA
PERDATA

54.

Asas Hukum Benda merupakan Dwingendrecht. Hak – hak kebendaan tidak akan
memberikan wewenang yang lain daripada apa yang sudah ditentukan dalam
dalam undang – undang. Dengan lain perkataan, kehendak para pihak itu tidak
dapat mempengaruhi isi hak kebendaan.

55.

Asas Individualiteit. Obyek hak kebendaan selalu merupakan barang yang
individueel bepaald, yaitu barang yang dapat ditentukan . Artinya seseorang
hanya dapat memiliki barang yang berwujud yang merupakan kesatuan.

56.

Asas Totaliteit. Seseorang yang mempunyai hak atas suatu barang maka ia
mempunyai hak atas keseluruhan barang itu / bagian-bagian yang tidak
tersendiri.

57.

Asas Onsplitsbaarheid ( tidak dapat dipisahkan ). Pemisahan dari zakelijkrechten
tidak diperkenankan, tetapi pemilik dapat membebani hak miliknya dengan iura
in realiena, jadi seperti melepaskan sebagian dari wewenangnya.

58.

Asas Vermenging ( asas percampuran ). Seseorang tidak akan untuk
kepentingannya sendiri memperoleh hak gadai atau hak memungut hasil atas
barang miliknya sendiri.

59.

Asas Publiciteit. Dalam hal pembebanan tanggungan atas benda tidak bergerak (
Hipotik ) maka harus didaftarkan didalam register umum.

60.

Asas Spesialiteit. Hipotik hanya dapat diadakan atas benda – benda yang ditunjuk
secara khusus ( letaknya, luasnya, batas-batasnya ).

61.

Asas Reciprositas. Seorang anak wajib menghormati orang tuanya serta tunduk
kepada mereka dan orang tua wajib memelihara dan membesarkan anaknya
yang belum dewasa sesuai dengan kemampuannya masing-masing ( Pasal 298
BW , dan seterusnya ).

62.

Asas Kebebasan berkontrak ( freedom of conctract / beginsel der contractsvrijheid ).
Para pihak berhak secara bebas membuat kontrak dan mengatur sendiri isinya
sepanjang memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku.

63.

Asas Pacta Sunt Servanda ( janji itu mengikat ). Suatu perjanjian berlaku sebagai
undang-undang bagi para pihak yang membuatnya.

64.

Asas Konsensualitas. Suatu perjanjian sudah sah dan mengikat ketika telah
tercapai kesepakatan para pihak dan sudah memenuhi sayarat sahnya kontrak

65.

Asas Batal Demi Hukum. Suatu asas yang menyatakan bahwa suatu perjanjian itu
batal demi hukum apabila tidak memenuhi syarat obyektif.

66.

Asas Kepribadian. Suatu asas yang menyatakan bahwa seseorang hanya boleh
melakukan perjanjian untuk dirinya sendiri.

67.

Asas Canselling. Suatu asas yang menyatakan bahwa perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dimintakan pembatalan.

68.

Asas Actio Pauliana. Hak kreditur untuk mengajukan pembatalan terhadap segala
perbuatan yang tidak perlu dilakukan oleh debitur yang merugikannya.

69.

Asas Persamaan. Para kreditor mempunyai kedudukan yang sama dan sederajat
terhadap barang-barang milik debitor.

70.

Asas Preferensi. Para kreditor yang memegang hipotik, gadai dan privelegi diberi
hak prseferensi yaitu didahulukan dal;am pemenuhan piutangnya. Asas ini
merupakan penyimpangan dari asas persamaan.

71.

Zakwaarneming ( 1345 BW ). Asas dimana seseorang yang melakukan pengurusan
terhadap benda orang lain tanpa diminta oleh orang yang bersangkutan, maka ia
wajib mengurusnya sampai tuntas.

72.

Asas Droit invialablel et sarce. Hak milik tidak dapat diganggu gugat.

73.

Asas Kepentingan. Dalam setiap perjanjian pertanggungan ( asuransi ) diharuskan
adanya kepentingan ( Insurable interest – Pasal 250 KUHD ).

74.

Asas Monogami. Dalam suatu perkawinan seorang laki – laki hanya boleh
memiliki seorang perempuan sebagai isterinya dan seorang perempuan hanya
boleh memiliki seorang suami.

75.

Asas Hakim bersifat menunggu. Inisiatif untuk mengajukan tuntutan hak
diserahkan sepenuhnya kepada yang berkepentingan. Hakim hanya menunggu
saja.

76.

Asas Hakim Pasif. Ruang lingkup atau luas pokok sengketa yang diajukan kepada
hakim untuk diperiksa pada asasnya ditentukan oleh para pihak yang
breperkara dan bukan oleh hakim.

77.

Asas Mendengar Kedua belah pihak. Didalam hukum acara perdata, kedua belah
pihak harus diperlakukan sama, tidak memihak dan didengar bersama-sama.

78.

Asas beracara dikenakan biaya. Biaya ini meliputi biaya kepaniteraan, biaya materai
dan biaya untuk pemberitahuan para pihak. Namun bagi pihak yang tidak
mampu berdasarkan keteranganyang berwenang dapat berperkara tanpa biaya (
Prodeo ).

79.

Asas Actor Sequitur Forum Rei. Gugatan harus diajukan ditempat dimana tergugat
bertempat tinggal.

80.

Asas Gugatan Balasan, dapat diajukan dalam tiap perkara ( Pasal 132 a HIR ).

81.

Unus Testis Nullus Testis. Satu saksi bukan sanksi, maksudnya keterangan
seorang saksi harus dilengkapi dengan bukti-bukti lain.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM TATA NEGARA

82.

Asas Ius Sanguinis. Untuk menentukan kewarga negaraan seseorang
berdasarkan pertalian darah atau keturunan dari orang yang bersangkutan.

83.

Asas Ius Soli. Menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat /
negara dimana orang tersebut dilahirkan.

84.

Asas Bipatride. Asas dimana seseorang dimungkinkan mempunyai
kewarganegaraan rangkap.

85.

Asas Apatride. Seseorang sama sekali tidak memiliki kewarga negararaan.

86.

Asas Desentralisasi. Asas dimana urusan Pemerintahan yang telah diserahkan
oleh pemerintah pusat kepada daerah, sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan
wewenang pemerintah daerah yang bersangkutan.

87.

Asas Dekonsentralisasi. Asas dimana Urusan Pemerintah Pusat yang tidak dapat
diserahkan kepada pemerintah daerah dilakukan oleh perangkat pemerintah
pusat didaerah yang bersangkutan.

88.

Asas Medebewind ( Tugas Pembantuan ). Penentuan kebijaksanaan, perencanaan
dan pembiayaan tetap ditangan pemerintah pusat tetapi pelaksanaannya ada
pada pemerintah daerah.

89.

Asas Welfare state ( negera kesejahteraan ). Pemerintah Pusat bertugas menjaga
keamanan dalam arti seluas-luasnya dengan mengutamakan kesejahteraan
rakyat.

90.

Asas Priorrestraint ( kendali dini ). Suatu asas yang mempunyai makna
pencegahan untuk mengadakan unjuk rasa setelah memenuhi syarat-syarat yang
telah ditentukan.

91.

Asas Non Lisensi, yaitu suatu asas yang lebih terkait dengan kemerdekaan atau
kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk tulisan.

92.

Asas Naturalisasi ( pewarganegaraan ). Suatu asas dimana seseorang yang telah
dewasa dapat mengajukan permohonan menjadi warga negara ( Indonesia )
melalui Pengadilan Negeri.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
93.

Asas Ne Bis Vexari Rule. Merupakan asas yang menghendaki agar setiap tindakan
administrasi negara harus didasarkan atas undang – undang dan hukum.

94.

Asas Principle of legality ( kepastian hukum ). Asas yang menghendaki
dihormatinya hak yang telah diperoleh seseorang berdasarkan keputusan badan
atau pejabat administrasi negara.

95.

Principle of proportionality ( asas keseimbangan ). Asas yang menghendaki proporsi
yang wajar dalam penjatuhan hukuman bagi pegawai yang melakukan
kesalahan.

96.

Principle of equality ( asas Kesamaan dalam pengambilan keputusan ). Dalam
menghadapi suatu kasus dan fakta yang sama, seluruh alat administrasi negara
harus dapat mengambil keputusan yang sama.

97.

Principle of Carefness ( asas bertindak cermat ). Asas yang menghendaki agar
administrasi negara senantiasa bertindak hati-hati agar tidak menimbulkan
kerugian bagi masyarakat.

98.

Principle of Motivation ( asas motifasi untuk setiap keputusan ). Dalam mengambil
suatu keputusan, pejabat administrasi negara / pemerintah harus bersandar
pada alasan / motifasi yang kuat, benar, adil dan jelas.

99.

Principle of non Minuse of Competence ( asas jangan mencampur adukkan
kewenangan ). Dalam pengambilan suatu keputusan, pejabat administrasi
negara jangan menggunakan kewenangan atau kekuasaan.

100.

Principle of Fair Play ( Asas Permainan yang layak ). Agar Pejabat Pemerintah /
administrasi negara memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada warga
negara / masyarakat untuk mendapatkan informasi yang benar dan adil.

101.

Principle of Resonable or Prohibition of Arbitrariness (Asas Kewajaran dan keadilan )
Dalam melakukan tindakan, pemerintah tidak boleh berlaku sewenang-wenang
atau berlaku tidak wajar / layak.

102.

Principle of meeting Raised Expectation ( Menanggapi harapan yang wajar ). Asas yang
menghendaki agar pemerintah dapat menimbulkan pengharapan-pengharapan
yang wajar bagi kepentingan rakyat.

103.

Principle of undoing the Consequence of annule Decision. Asas yang meniadakan
akibat-akibat dari Pembatalan suatu keputusan.

104.

Principle of Protecting the personal way of life. Asas perlindungan terhadap
Pandangan hidup setiap pribadi.

105.

Principle of public service ( asas Penyelenggaraan kepentingan umum ). Agar
pemerintah dalam melaksanakan tugasnya selalu mengutamakan kepentingan
umum.

106.

Asas Kebijaksanaan ( Sapientia ). Pejabat Administrasi negara senantiasa harus
selalu bijaksana dalam melaksanakan tugasnya.

ASAS – ASAS PERADILAN ADMINISTRASI

107.

Asas Kesatuan Beracara. Untuk menegakkan hukum material, maka harus ada
kesatuan atau keseragaman beracara bagi peradilan administrasi diseluruh
wilayah negara.

108.

Asas Keterbukaan Persidangan. Pada asasnya sidang terbuka untuk umum, kecuali
apabila sengketa yang disidangkan menyangkut ketertiban umum atau
berkaitan dengan keselamatan negara, tetapi putusannya tetap dibacakan dalam
sidang yang terbuka untuk umum.

109.

Asas Musyawarah dan Perdamaian. Asas ini memungkinkan para pihak untuk
bermusyawarah guna mencapai perdamaian diluar persidangannya.
Konsekwensinya Penggugat mencabut gugatannya. Apabila pencabutan
gugatan ini dikabulkan , maka Hakim ( Ketua Majelis ) memerintahkan kepada

Panitera untuk mecoret gugatan dari register perkara. Perintah pencoretan ini
harus diucapkan dalam persidangan yang terbuka untuk umum.
110.

Asas Hakim Aktif. Untuk menemukan kebenaran materiil atas sengketa yang
diperiksanya maka hakim berperan aktif.

111.

Asas Pembuktian Bebas. Hakim tidak terikat terhadap alat bukti yang diajukan
para pihak dan penilaian pembuktian diserahkan sepenuhnya kepada hakim.
Hakim dapat menguji aspek lainnya diluar sengketa.

112.

Asas Audit Et Alteram Partem. Asas ini mewajibkan pada hakim untuk
mendengar kedua belah pihak secara bersama-sama, termasuk dalam hal
kesempatan memberikan alat-alat bukti dan menyampaikan kesimpulan. Asas
ini merupakan implementasi asas persamaan.

113.

Asas Het Vermoeden van Rechtmatigheid atau Presumtio Justea Causa. Asas ini
menyatakan bahwa demi kepastian hukum, setiap keputusan tata usaha negara
yang dikeluarkan harus dianggap benar menurut hukum, karenanya dapat
dilaksanakan lebih dahulu selama belum dibuktikan sebaliknya dan belum
dinyatakan oleh Hakim Administrasi sebagai keputusan yang bersifat melawan
hukum.

114.

Asas Pemeriksaan Segi Rechtmatigheid dan Larangan Pemeriksaan Segi Doelmatigheid.
Hakim tidak boleh atau dilarang melakukan pengujian dari segi Kebijaksanaan
(doelmatigheid) suatu keputusan yang disengketakan meskipun Hakim tidak
sependapat dengan keputusan tersebut, sebatas keputusan itu bukan merupakan
keputusan yang bersifat sewenang-wenang ( willikeur / a bus de droit ). Jadi
Hakim hanya berwenang memeriksa segi rechmatigheid suatu keputusan tata
usaha negara, karena hal itu berkaitan dengan asas legalitas dimana setiap
tindakan pemerintah harus berdasarkan atas hukum.

115.

Asas Pengujian Ex tune. Pengujian Hakim Peradilan Administrasi hanya terbatas
pada fakta – fakta atau keadaan hukum pada saat keputusan tata usaha negara
dikeluarkan.

116.

Asas Kompensasi. Pemulihan hak-hak penggugat dalam kemampuan kedudukan,
harkat dan martabatnya sebagai pegawai negeri seperti semula, sebelum adanya
keputusan yang disengketakan.Apabila Tergugat tidak mungkin dikembalikan
pada jabatan semula maka dapat ditempuh cara lain dengan membayar sejumlah
uang atau bentuk kompensasi lainnya.

117.

Asas Putusan Bersifat Erga Omnes. Putusan Hakim Peradilan administrasi
mempunyai kekuatan mengikat terhadap sengketa yang mengandung
persamaan yang mungkin timbul dimasa datang.

118.

Asas Netral. Peradilan Administrasi harus bebas dan merdeka.

119.

Asas Sederhana, Cepat, Adil, Mudah dan Murah. Maksudnya, prosedur beracara
dirumuskan dengan sederhana dan mudah dimengerti serta tidak berbelit-belit,
dengan biaya yang ringan yang terjangkau oleh pencari keadilan.

120.

Asas Negara Hukum Indonesia. Eksistensi Peradilan Administrasi merupakan
perwujudan dari cita-cita negara hukum dan salah satu unsur Negara Hukum
adalah Peradilan Administrasi.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM

PERDATA INTERNASIONAL

121.

Asas Independent ( kemerdekaan ). Suatu Negara berdiri sendiri, merdeka dari
dari negara lainnya.

122.

Asas Exteritorial. Seorang Diplomat / Duta yang ditugaskan disuatu negara
harus dianggap berada diluar wilayah negara dimana dia ditempatkan tersebut.

123.

Asas Souvereignity. Kedaulatan suatu negara mempunyai kekuasaan yang
tertinggi.

124.

Asas Receprocitet. Apabila suatu negara menerima duta dari negara sahabat,
maka negara itu juga harus mengirimkan dutanya.

125.

Asas Statuta mixta. Dalam menghukum suatu perbuatan, digunakan hukum
negara dimana perbuatan itu dilakukan.

126.

Asas Personalitas.Asas untuk menentukan status personal pribadi seseorang
yang berlaku baginya adalah Hukum Nasionalnya / negaranya ( Lex Partriae ).

127.

Asas Teritorialitas. Yang berlaku bagi seseorang adalah hukum negara dimana
dia berdomilisi ( Lex domicili ).

128.

Mobilia Personam Sequuntur. Status hukum benda-benda bergerak mengikuti
status hukum orang yang menguasainya.

129.

Lex Rei Sitae, Lex Situs. Status hukum benda tidak bergerak / tetap, tunduk
kepada hukum dimana benda itu berada (Statuta realita).

130.

Lex Loci Contractus.. Dalam Perjanjian Perdata Internasional, hukum yang
berlaku adalah hukum negara dimana perjanjian dibuat.

131.

Lex Loci Solotionis. Hukum yang berlaku adalah hukum negara dimana
perjanjian itu dilaksanakan.

132.

Lex Loci Delicti Commissi. Apabila terjadi perbuatan melanggar hukum / wan
prestasi, maka yang berlaku adalah hukum negara dimana penyelewengan
perdata itu terjadi.

133.

Lex Fori. Dalam hal terjadi penyelewengan perdata, hukum yang berlaku adalah
hukum negara dimana perkara diadili.

134.

Lex Loci Actus. Berlaku hukum dimana dilakukannya suatu perbuatan hukum.

135.

Lex Partriae. Hukum yang berlaku bagi para pihak atau salah satu pihak dalam
berperkara adalah Hukum kewarganegaraannya.

136.

Lex Locus Delicti. Hukum yang berlaku untuk menyelesaikan suatu perkara
adalah hukum dimana perbuatan hukum tersebut dilakukan.

137.

Lex Causae. Hukum yang akan dipergunakan adalah hukum yang berlaku bagi
persoalan pokok ( pertama ) yang mendahului persoalan yang akan diselesaikan
kemudian.

138.

Lex Actus. Hukum dari negara yang mempunyai hubungan erat dengan
transaksi yang dilakukan.

139.

Lex Originis. Ketentuan hukum mengenai status dan kekuasaan atas subyek
hukum tetap berlaku diluar negeri.

140.

Lex Loci Celebrationis. Syarat formalitas berlangsungnya perkawinan, berlaku
hukum dari negara dimana perkawinan dilangsungkan. ( locus regit actum ).

141.

Monogami. Asas dalam suatu perkawinan dimana seorang laki-laki hanya boleh
memiliki seorang perempuan sebagai isteri dan seorang perempuan hanya boleh
memiliki seorang suami.

142.

Poligami. Asas dimana dalam suatu perkawinan seorang laki-laki diperbolehkan
memiliki lebih dari seorang isteri.

143.

Resiprositas. Asas Timbal balik / Pembalasan. Ini biasanya berlaku dalam hal
hak dan kewjiban suatu negara terhadap negara lain.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM ADAT

144.

Asas Communal ( sifat kebersamaan ). Manusia menurut hukum adat merupakan
makhluk dalam ikatan kemasyarakatan yang erat dengan rasa kebersamaan
meliputi seluruh lapangan hukum adat.

145.

Mempunyai sifat yang sangat Visuil. Artinya, hubungan-hubungan hukum
dianggap hanya terjadi oleh karena ditetapkan dengan suatu ikatan yang dapat
dilihat. ( tanda yang kelihatan ).

146.

Bersifat serba kongkrit. Hukum adat sangat memperhatikan banyaknya dan
berulang-ulangnya perhubungan-perhubungan dalam hidup yang kongkrit.

Sistem hukum adat mempergunakan bentuk perhubungan hukum yang serba
kongkrit, misalnya bagaimana keadaan teman-teman dalam kelompok
masyarakat, perhubungan perkawinan antara dua klan yang eksogen,
perhubungan jual beli pada perjanjian atas tanah dan sebagainya.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM PAJAK

147.

Asas Legal. Setiap pungutan pajak harus didasarkan atas undang-undang.

148.

Asas Domisili ( tempat tinggal ). Negara dimana seseorang ( wajib pajak )
berkediaman, berhak mengenakan pajak terhadap wajib pajak tersebut dari
semua pendapatan dimana saja didapat.

149.

Asas Sumber. Cara pemungutan pajak yang tergantung atau didasarkan pada
adanya sumber disuatu negara. Negara dimana sumber – sumber penghasilan
itu berada, berhak memungut pajak, dengan tidak mengingat dimana wajib
pajak berada.

150.

Asas kepastian hukum. Hakekat perpajakan tidak menimbulkan pengertian
ganda agar tidak menimbulkan kesempatan untuk melakukan penyimpangan.

151.

Asas Sederhana. Peraturan perpajakan haruslah sederhana/ simpel sehingga
tidak bisa terjadi berbagai penafsiran.

152.

Asas Adil. Pajak ditekankan pada keadilan, dengan membebankan pajak sesuai
daya pikul masyarakat.

153.

Asas Ekonomis, effisien. Pajak dipungut untuk membangun sarana-sarana bagi
kepentingan masyarakat ( kurang mampu ) . Dan dengan biaya pungutan yang
serendah-rendahnya.

154.

Asas Non Distorsi. Pajak tidak boleh menimbulkan distorsi ekonomi, inflasi,
psikologikal effeck dan kerusakan-kerusakan.

ASAS – ASAS DALAM HUKUM AGRARIA

155.

Asas Dikuasai oleh Negara. Asas ini didasarkan pada Pasal 31 ayat (3) yo Pasal 2
UUPA, yang menyatakan bahwa bumi, air dan ruang angkasa termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya “dikuasai” oleh negara. Dikuasai
artinya berbeda dengan “dimiliki”.

156.

Asas Hak Milik Berfungsi Sosial. Maksudnya penggunaan tanah hak milik tetap
harus disesuaikan dengan keadaannya dan sifat dari pada haknya, hingga
bermanfaat bagi kesejahteraan dan kebahagiaan bagi pemilik maupun bagi
masyarakat luas ( dianut dalam UUPA ).

157.

Ada sebuah adagium yaitu IGNORANTIA EXCUSATUR NON JURIS SED
FACTI – Ignorance of fact is excused but not ignorance of law. Ketidaktahuan
akan fakta-fakta dapat dimaafkan tapi tidak demikian halnya ketidaktahuan
akan hukum

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65