Konsep Tenaga Kerja dalam Ekonomi Islam

Konsep Tenaga Kerja dalam Ekonomi Islam

Jumat, 25 Oktober 2013

Labour in islamic economic
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Tenaga kerja sebagai sumber daya aktif merupakan salah satu faktor
bagi kelancaran suatu proses produksi dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Keberadaan tenaga kerja dalam menjalankan aktivitasnya,
seharusnya didukung oleh sarana dan prasarana serta bentuk
manajemen yang baik dan manusiawi, agar tenaga kerja tersebut dapat
bekerja dengan baik dan sesuai dengan harapan perusahaan tanpa rasa
kecewa, ketidakpuasan dan kecemasan.
Tenaga kerja sebagai faktor produksi mempunyai arti yang besar.
Karena semua kekayaan alam tidak berguna bila tidak dieksploitasi
oleh manusia dan diolah oleh buruh. Alam telah memberikan
kekayaan yang tidak terhitung, tetapi tanpa usaha manusia semua akan
tersimpan. Banyak Negara di Asia Timur, Timur Tengah, Afrika dan
Amerika Selatan yang kaya akan sumber alam tapi karena mereka

belum mampu menggalinya maka mereka tetap miskin dan
terbelakang, oleh karena itu disamping adanya sumber alam juga
harus ada rakyat yang bekerja sungguh-sungguh, tekun dan bijaksana
agar mampu mengambil sumber alam untuk kepentingannya.

Al Qur’an telah memberi penekanan yang lebih terhadap tenaga
manusia. Ini dapat dilihat dari petikan surat An Najm:

‫عوعأن ل لعيلعس لإل لإإنعساإن إإ لعلا عما عسععى‬
Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang diusahakannya.”(An Najm: 39)
Siapa yang bekerja keras akan mendapat ganjaranmasing-masing yang
sewajarnya. Prinsip tersebut belaku bagi individu dan juga Negara. Al
Qur’an menunjukkan prinsip asas tersebutdalam surat Al Anfaal:

‫عل عىى أ عن لعععمعها إنلععمرة كمعغ إيلررا يعكك ل علم الل لععه إبأ ع لعن‬
‫عإليعمعسإميعع الل لععه عوأ ع لعن إبأ عن لكفإسإهلم عما يكعغ إيلكروا عحتلعىى عقلومم ع‬
‫ع‬
‫ىعذلإعك‬
Artinya: “Demikian itu karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak

akan mengubah suatu nikmat yang telah dianugerahkan terhadap suatu
kaum hingga kaumitu merubah apa yng ada pada mereka sendiri dan
sesungguhnyaAllah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui”. Al
Anfaal:53)

B.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas penulis merumuskan beberapa
permasalahan yang akan di bahas pada bab pembahasan di belakang
diantaranya yaitu:
1.

Apa yang dimaksud pasar tenaga kerja?

2.

Bagaimana tenaga kerja dalam perspektif Islam?


3.
Bagaimana Kontrak Tenaga Kerja (Ijarah) dalam Perspektif
Ekonomi Islam?
4.
Bagaimana bentuk Kurva Penawaran Tenaga Kerja dengan
Mashlahah Marginal Konstan?
5.

Bagaimana Batas Penawaran Tenaga Kerja?

6.

Bagaimana Efek berkah terhadap penawaran tenaga kerja?

7.

Bagaimana Penawaran Tenaga Kerja Dan Input?

8.


Bagaimana Pemaknaan Pemekerjaan Penuh (Full Employment)?

C. Tujuan
Rumusan masalah diatas memberikan penulis pemikiran bahwa tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu:
a.

Agar mengetahui definisi pasar tenaga

b.

Agar mengetahui tenaga kerja dalam perspektif Islam

c.
Agar mengetahui Kontrak Tenaga Kerja (Ijarah) dalam
Perspektif Ekonomi Islam
d. Agar mengetahui bentuk Kurva Penawaran Tenaga Kerja
dengan Mashlahah Marginal Konstan.
e.


Agar mengetahui Batas Penawaran Tenaga Kerja?

f.

Agar mengetahui Efek berkah terhadap penawaran tenaga kerja

g.

Agar mengetahui Penawaran Tenaga Kerja Dan Input

h. Agar mengetahui Pemaknaan Pemekerjaan Penuh (Full
Employment)

BAB II
PEMBAHASAN

1.

Pasar Tenaga Kerja


Pasar Tenaga kerja adalah suatu keadaan dimana terdapat
penawaran tenaga kerja yang berasal dari angkatan kerja dan
permintaan tenaga kerja yang berasal dari perusahaan. Pasar tenaga
kerja sangat dinamik, karena setiap saat terjadi perubahan jumlah
angkatan kerja, baik karena penambahan dari mereka yang baru lulus
sekolah dan masuk kedalam kelompok angkatan kerja ataupun
pengurangan karena seseorang keluar dari kelompok angkatan kerja
baik karena alasan pensiun dan lainnya.
Lesu atau maraknya pasar tenaga kerja akan sangat tergantung
kepada kondisi perekonomian. Pada saat perekonomian dalam kondisi
baik, mestinya permintaan akan tenaga kerja akan lebih tinggi,
sedangkan pada saat perekonomian lesu, maka permintaan akan
tenaga kerja juga akan turut lesu. Pada saat permintaan akan tenaga
kerja tinggi, maka tingkat pengangguran akan rendah, sebaliknya jika
permintaan akan tenaga kerja rendah, maka tingkat pengangguran
akan meningkat. Selain itu, lesu atau maraknya pasar tenaga kerja
akan menentukan besar atau tidaknya upah yang diterima oleh seorang
pekerja. Semakin tinggi permintaan akan tenaga kerja, sedangkan
penawaran tenaga kerja terbatas akan berdampak pada naiknya upah,
sebaliknya jika permintaan tenaga kerja sedikit sedangkan penawaran

tenaga kerja meningkat, maka upah akan turun.[1]

2. Tenaga Kerja dalam Perspektif Ekonomi Islam
Menurut Imam Syaibani: “Kerja merupakan usaha
mendapatkan uang atau harga dengan cara halal. Dalam Islam kerja

sebagai unsur produksi didasari oleh konsep istikhlaf, dimana manusia
bertanggung jawab untuk memakmurkan dunia dan juga bertanggung
jawab untuk menginvestasikan dan mengembangkan harta yang
diamanatkan Allah untuk menutupi kebutuhan manusia.
Sedangkan tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang
dilakukan oleh anggota badan atau fikiran untuk mendapatkan
imbalan yang pantas. Termasuk semua jenis kerja yang dilakukan fisik
atau pikiran. Tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi
mempunyai arti yang besar. Karena semua kekayaan alam tidak
berguna bila tidak dieksploitasi oleh manusia dan diolah buruh. Alam
telah memberikan kekayaan yang tidak terhitung tetapi tanpa usaha
manusia semua akan tersimpan.
Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan memproduksi,
bahkan menjadikannya sebagai sebuah kewajiban terhadap orangorang yang mampu, lebih dari itu Allahakan memberi balasan yang

setimpal yang sesuai dengan amal/kerja sesuai dengan firman Allah
dalam QS an-Nahl(16) ayat 97:

‫جإزيعن لعكهلم أ علجعركهلم‬
‫عإمعل عصالإ ر‬
‫حإييعن لعكه عحعيارة عط إيلبعرة عول عن ع ل‬
‫حا إملن عذك عمر أ علو أ كن لعثى عوكهعو كملؤإمعن عفل عن ك ل‬
‫عملن ع‬
‫إبأ علحعسإن عما عكاكنوا يعلععمكلوعن‬
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki
maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya
akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Sedangkan Hadis Nabi yang berkaitan dengan bekerja dapat
dikemukakan antara lain:

1.
Dari Ibnu Umar r.a ketika Nabi ditanya: Usaha apakah yang

paling baik? Nabi menjawab yaitu pekerjaan yang dilkukan oleh
dirinya sendiri dan semua jual beli yang baik.
2.
HR. Imam Bukhari “Sebaik-baiknya makanan yang dikonsumsi
seseorang adalah makanan yang dihasilkan oleh kerja kerasnya dan
sesungguhnya Nabi Daud as mengonsumsi makanan dari hasil
keringatnya (kerja keras)”.
Al- Qur’an memberi penekanan utama terhadap pekerjaan dan
menerangkan dengan jelas bahwa manusia diciptakan di bumi ini
untuk bekerja keras untuk mencari penghidupan masing-masing. Allah
berfirman dala m QS. Al-Balad ayat 4:

‫ك عبعمد إفي ل لإإن لعساعن ا عخل علقعنا ل ععقلد‬
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berad dalam
susah payah”
Bentuk-bentuk kerja yang disyariatkan dalam Islam adalah pekerjaan
yang dilakukan dengan kemampuannya sendiri dan bermanfaat, antara
lain (an-Nabhani: 2002:74):
a)
Menghidupkan tanah mati (tanah yang tidak ada pemiliknya dan

tidak dimanfaatkan oleh satu orang pun). HR. Imam Bukhari dari
Umar Bin Khattab” siapa saja yang menghidupkan tanah mati, maka
tanah( mati yang telah dihidupkan) tersebut adalah miliknya”.
b)

Menggali kandungan bumi

c)

Berburu

d)

Makelar (samsarah)

e)

Peseroan antara harta dengan tenaga (mudarabah)

f)


Mengairi lahan pertanian (musyaqah)

g)

Kontrak tenaga kerja (ijarah)

3.

Kontrak Tenaga Kerja (Ijarah) dalam Perspektif Ekonomi Islam

Ijarah adalah pemilikan jasa dari seorang ajir (orang yang
dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak tenaga),
serta pemilikan harta dari pihak musta’jir oleh seorang ajir. Atau
dengan kata lain, ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu
dengan disertai kompensasi.
Syarat sah dan tidaknya transaksi ijarah tersebut adalah adanya
jasa yang dikontrakkan haruslah jasa yang mubah. Tidak
diperbolehkan mengontrak seorang ajir untuk memberikan jasa yang
diharamkan. Hal-hal yang terkait dengan kesepakatan kerja dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.
Ketentuan kerja, ijarah adalah manfaat jasa seseorang yang
dikontrakkan untuk dimanfaatkan tenaganya. Oleh karena itu, dalam
kontrak kerjanya harus ditentukan bentuk kerjanya, waktu, upah, serta
tenaganya. Jenis pekerjaannya harus dijelskan, sehingga tidak kabur,
karena transaksi ijarah yang masih kabur hukumnya adalah
fasid(rusak) dan waktunya harus ditentukan, misalnya disebutkan
harian, bulanan, atau tahunan. Selain itu, upah kerjanya juga harus
ditetapkan. Dari Ibnu Mas’ud berkata: Nabi SAW bersabda: “apabila
salah seorang diantara kalian mengontrak (tenaga) seorang ajir, maka
hendaklah diberi tahu tentang upahnya”.
2.
Bentuk kerja, tiap pekerjaan yang halal maka hukum
mengotraknya juga halal. Di dalam ijarah tersebut harus tertulis jenis
atau bentuk pekerjaan yang harus dilakukan seorang ajir.
3. Waktu kerja, dalam transaksi ijarah harus disebutkan jangka
waktu pekerjaan itu yang dibatasi oleh jangka waktu berlakunya
perjanjian atau selesainya pekerjaan tertentu. Selain itu, harus ada
juga perjanjian waktu bekerja bagi ajir.
4.
Gaji kerja, disyaratkan juga honor transaksi ijarah tersebut jelas,
dengan bukti dan ciri yang bisa menghilangkan ketidakjelasan.

Kompensasi transaksi ijarah boleh tunai dan boleh juga tidak dengan
syarat harus jelas.
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadis dari Abi Said “Bahwa Nabi
SAW melarang mengontrak seorang ajir hingga upahnya menjadi jelas
bagi ajir tersebut”.
Upah dapat digolongkan menjadi 2:
1.
Upah yang telah disebutkan (ajrul musamma) yaitu upah yang
telah disebutkan pada awal transaksi, syaratnya adalah ketika
disebutkan harus disertai adanya kerelaan (diterima) oleh kedua pihak.
2.
Upah yang sepadan (ajrul mistli) adalah upah yang sepadan
dengan kerjanya sepadan dengan kondisi pekerjaannya. Maksudnya
adalah harta yang menuntut sebagai kompensasi dalam suatu transaksi
yang sejenis pada umumnya.[2]
Pengupahan tenaga kerja didasarkan nilai produk marginal (value of
marginal product) juga didasarkan pada nilai keberkahan dan
intensitas efisiensi. Berkah akan didapat jika berdasarkan prinsipprinsip Islam. Kompensasi dengan memerhatikan kontribusi tenaga
kerja terhadap efisiensi prosuksi jelas lebih adil sebab tenaga kerja
mendapatkan imbalan yang lebih proporsional dari apa yang telah
mereka berikan. Jika produsen memperoleh kenaikan efisiensi
(dimana tenaga kerja memiliki kontribusi) sehingga keuntungannya
juga naik, maka sangat logis kalu tenaga kerja juga berhak terhadap
kenaikan upah atau bagi hasil kenaikan keuntungan ini. Tenaga kerja
yang dalam hal ini berada dalam perspektif Islam, selalu dituntut
untuk terus belajar untuk memperoleh perbaikan termasuk dalam hal
bekerja. Perbaikan yang diperoleh dalam bekerja perlu memperoleh
apresiasi dari majikan dalam bentuk pemberian upah yang lebih
tinggi. Pada akhirnya, pekerja akan meningkatkan produktivitasnya
lagi sehingga akan semakin memberikan keuntungan kepada
produsen, demikian seterusnya. [3]

4.Kurva Penawaran Tenaga Kerja dengan Mashlahah Marginal
Konstan
W
SL
Keterangan:
·

W= Upah

·

WP= Work For Pay

·

SL=Supply Labor(jumlah permintaan tenaga kerja
WP

Ketika upah (W) naik maka Wp harus naik pula. Hal ini
merupakan hukum dari penawaran tenaga kerja dipasar.[4]
Tujuan dari agen muslim adalah untuk memaksimumkan mashlahah
yang diperoleh dari kerja yang dilakukannya, yaitu:
M= f(Wp, Ws, Bwp, Bws)
Keterangan:
1)

Wp= work for pay (bekerja untuk memperoleh upah)

2)

Work for self (bekerja untuk diri sendiri)

3)

Bwp= berkah yang ada dalam bekerja untuk memperoleh upah

4)

Bws= berkah yang ada dalam bekerja untuk diri sendiri

Agen muslim juga melihat dan menentukan jumlah berkah rata-rata
yang harus ada dari kegiatan yang dilakukan. Hal ini berperan sebagai
alat seleksi bagi kegiatan yang bisa dilakukan.dalam hal ini bisa
dilihat pada rumus berikut:[5]
Bp= Bs=

5.Batas Penawaran Tenaga Kerja
Pertanyaan yang selalu muncul berkaitan dengan pengaruh
upah terhadap jumlah jam kerja yang ditawarkan adalah seberapa jauh
seorang tenaga kerja akan tetap menambah jam kerjanya seandainya
upahnya terus mengalami kenaikan? Pertanyaan ini terutama berkaitan
dengan adanya batasan jumlah waktu yang tersedia bagi masingmasing tenaga kerja yang ada. Secara lebih spesifik pertanyaan ini
diarahkan untuk mengetahui bagaimana perilaku tenaga kerja terhadap
kenaikan upah ketika jumlah waktu bebas yang dipunyai semakin
menipis.
Jawaban mengenai ini secara implisit diterangkan dalam
persamaan:

Jika jumlah Wp semakin meningkat maka jumlah tambahan
pada Wp semakin menurun, sesuai dengan hukum penurunan marginal
maslahah. Hal inipun sebenarnya bisa dirasakan berdasarkan intuisi,
yaitu bahwa ketika seorang tenaga kerja mengalami kenaikan upah
secara terus-menerus maka ketika jumlah jam kerja Wp masih rendah
maka mereka akan meningkat Wp. Dalam tahap ini dampak dari
berlakunya hukum marjinal mashlahah masih belum begitu terasa.
Namun ketika upah terus naik dan telah mencapai tingkat yang tinggi
dan jumlah jam kerja, Wp, yang ditawarkan sudah mencapai jumlah
yang tinggi pula, maka dampak dari berlakunya hukum penurunan

marjinal maslahah sudah mulai mendominasi, tambahan manfaat yang
diterima( dWp) terasa sudah sangat kecil. Dalam tahap ini seorang
tenaga kerja semakin merasakan bahwa waktu sisa yang dimiliki
semakin menipis. Ketika proses ini terus berjalan dan sisa waktu yang
ada sudah tidak ada lagi, maka pada saat ini besarnya dWp sama
dengan nol. Inkuitasinya adalah bahwa pekerja yang bersangkutan
tidak lagi merespon kenaikan tingkat upah. Proses dari semua ini
ditunjukan oleh gambar dibawah ini.
W
SL

Wp

Gambar: Kurva Penawaran Tenaga Kerja dengan Mashlahah Marginal
Menurun
Hasil di atas di peroleh dengan mengenakan asumsi cateris paribus.
[6]

6. Efek Berkah Terhadap Penawaran Tenaga Kerja
Dalam kasus dimana ketika batas maksimum waktu
bekerja telah tercapai kemudian terdapat perubahan jumlah berkah
yang ada, maka akan terjadi perubahan pada hasil analisis yang akan
diperoleh. Untuk mengetahui hal ini lebih detail maka kita kembali

melihat persamaan diatas. Dalam keseimbangan yang tunjukan dalam
persamaan tersebut kemudia tingkat upah (W), naik tidak ceteris
paribus maka penyebut dari luas kanan dalam persamamaan tersebut
harus naik untuk tetap berada pada keseimbangan (mashlahah yang
optima). Sementara berkah sudah di tentukan kondisinya, yaitu
menjadi lebih besar.
Dengan demikian maka tidak ada jalan lain untuk menurun terma
yang ada dalam penyebut dari persamaan tersebut kecuali dengan
terus menurunkan Wp meskipun saat itu dWp besarnya sudah
mencapai nol yang maknanya penawaran tenaga kerjanya sudah
mencapai batas atas. Dalam keadaan normal tenaga kerja sudah tidak
mau lagi menambah jumlah jam kerja, tetapi dalam kasus ini dimana
berkah yang di hasilkan dari bekerja naik, maka tenaga kerja yang
bersangkutan akan tetap berkeinginan untuk menambah jumlah jam
kerja dengan konsekuensi mengurangi jumlah reserpasi waktu luang.
Kondisi ini bisa di lihat pada gambar di bawah ini.

W

SL1

SL2

WP1-Wp2= efek berkah
Wp

Wp1

W P2

7. Penawaran Tenaga Kerja Dan Input
Tenaga kerja merupakan faktor utama dalam berproduksi.
Bahkan banyak pemkiran yang menyatakan bahwa tenaga kerja
merupakan satu-satunya faktor produksi. Memang pendapat ini agak
ekstrem, namun dalam beberapa hal, pendapat ini mendapat dukungan
dari kenyataan yang ada. Tenaga telah mengubah berbagai input
menjadi output, yang mana tersebut pada akhirnya akan menjadi input
dari proses produksi barang yang lain, demikian seterusnya.
Misalnya, produksi suatu barang dengan menggunakan input
bahan baku yang merupakan bahan galian (tambang). Bisa dilihat
disini bahwa bahan baku tersebut tidak bisa masuk dengan sendirinya
ke gudang pabrik tanpa melibatkan input tenaga kerja yang harus
menggalinya dari tanah, mentransportkan dan menggudangkannya.
Dalam kasus yang lain, bahan baku yang merupakan produk setengah
jadi juga tidak bisa dilepaskan unsur tenaga kerja dalam
pengadaannya.
Dalam kasus yang lebih ekstrem, sekalipun tenaga kerja bisa
disubtitusi oleh peralatan ataupun robot namun hal ini tidak dapat
dilepaskan dari unsur tenaga kerja yang menciptakan alat maupun
robot tersebut. Dengen demikian, bisa dikatakan bahwa semuanya
bergantung pada tenaga kerja, oleh karenanya hal tersebut telah
menjadi dasar argumen untuk menentukan tenaga kerja sebagai input
utama dalam berproduksi.

W

SL

(a)

L

W

SL

(b)

L Full employment
L

Dari gambar panel (a) diatas menunjukan keseluruhan proses
penawaran tenaga kerja dalam suatu perekonomian. Sementara dalam
panel (b) menunjukan jumlah maksimum tenaga kerja yang tersedia
untuk melakukan kegiatan produksi dalam suatu perekonomian. Bisa
dikatakan bahwa panel (b) merupakan kasus khusus dimana semua
orang sudah bekerja, apa pun jenis pekerjaannya. Dalam analisis
selanjutnya nanti, kondisi yang akan dipakai adalah situasi yang
direpresentasikan dalam panel (b) di atas. Hal ini mengingatkan
bahwa dalam Islam, kerja adalah salah satu prinsip : bahwa setiap
orang Islam di perintahkan untuk bekerja . orang yang tidak bekerja
akan mengantungkan dirinya pada orang lain, yang berarti
menempatkan tangan mereka “di bawah” tangan-tangan orang lain.
Dengan tidak bekerja dia juga telah menyia-nyikan tenaganya yang
merupakan sumber daya dan harta yang bermanfaat. Ini berarti ia telah
melakukan pentabdiran atas sumber daya/harta yang ada padanya dan
ini di kecam oleh Allah. Sebagaimana diungkapkan dalam firman-Nya
dalam Al-quran yang mengatakan hal ini sebagai kawan setan. Inilah
argumen yang dipakai di sini untuk mengatakan bahwa setiap orang
sudah bekerja yang berarti perekonomian berada pada kondisi
seluruhnya bekerja(full employment).

W

SL

Y

I=i(X,Y)
L= i(X,Y)

QL
Q
X
(a)

(b)

Gambar Transformasi Penawaran Tenaga Kerja ke Output Agrerat
Gambar ini menunjukan proses transformasi input tenaga kerja
menjadi input yang digunakan untuk produksi di seluruh
perekonomian dalam kasus ini tenaga kerja yang ada dipergunakan
untuk memproduksikan semua output yang ada. Sebagai catatan,
meskipun jumlah input yang sama , namun bisa menghasilakan output
yang berbeda pada satu titik yang berbeda pada satu titik pilihan
(kombinasi) dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat
eksplorasi terhadap efesiensi oleh agen produksi. Pada tingkat
efesiensi yang maksimum, input yang ada mampu menghasilkan
tambahan output yang terbesar.[7]

8.Pemaknaan Pemekerjaan Penuh (Full Employment)
Dalam perekonomian Islam jika setiap agen melaksanakan
nilai-nilai Islam, maka akan didapati kondisi seluruhnya bekerja (Full
employment). Pada situasi ini, setiap manusia yang ada telah bekerja
sesuai dengan tuntutan ajaran Islam, apapun pekerjaannya.
Setiap agen ekonomi Islam mempunyai pilihan cara untuk
bekerja untuk diri sendiri (work for self/Ws) ataupun bekerja untuk
memperoleh upah/gaji (work for pay/Wp). Pengertian pemekerjaan
penuh adalah ketika semua orang telah bekerja baik untuk diri sendiri
(Ws) maupun bekerja untuk memperoleh gaji/upah( Wp). Untuk
memahami konsep ini dan mengeksplorasinya lebih jauh, maka lihat
gambar 1. Gambar tersebut menunjukkan ketersediaan input yang ada
dalam perekonomian yang bisa digunakan untuk produksi. Hal ini

tidak lain adalah gambar 1.b. setiap titik yang ada pada kurva
menunjukkan kombinasi barang yang bisa diproduksi dengan seluruh
input yang tersedia dalam perekonomian. Dalam perekonomian Islam,
situasi perekonomian selalu tepat berada pada kurva tersebut, yang
tidak lain adalah situasi pemekerjaan penuh (full employment). Hal ini
mengingat bahwa setiap agen ekonomi Islam akan selalu bekerja
sesuai dengan tuntutan nilai Islam. Namun terkait dengan isu efisiensi,
orang belum tentu bisa memenuhi tuntutan efisiensi. Sebagai contoh,
ambil satu titik kombinasi A pada gambar 1 panel (a) . pada tititk ini,
tidak ada keraguan untuk mengatakan bahwa ia adalah titik
pemekerjaan penuh. Untuk mengetahui apakah titik ini merupakan
titik kombinasi yang mempunyai tingkat efisiensi yang maksimum,
marilah kita periksa dengan cara membandingkannya dengan titik
kombinasi lain; titik kombinasi B. Pada titik B ini jumlah barang X dn
Y yang bisa dihasilkan dengan sejumlah input yang ada dalam
perekonomian lebih besar dari yng da pada titik kombinasi A. Pada
titik kombinasi A jumlah barang barang X dan Y yang bisa diproduksi
adalah sebesar X2 dan Y2. Selanjutnya pada titik kombinsi C jumlah
barang yang dihasilkan adalah sebesar X3 dan Y3. Pada gambar yang
sama panel (b) disajikan penawaran agrerat dari masing-masing titik
kombinasi.
Titik kombinasi B ini belum sepenuhnya mengeksplorasi
potensi produksi yang ada karena masih ada kemungkinan untuk terus
meningkatkan produksi barang X sehingga bisa diperoleh jumlah
produksi agrerat (AS), yang terdiri dari jumlah produksi barang X dan
barang Y dalam jumlah yang lebih besar dalam perekonomian. Pada
titik kombinasi C perekonomian baru mampu mengeksplorasi potensi
produksi secara penuh. Hal ini ditengarai oleh jumlah produksi
agrerat (X+Y) pada titik kombinasi ini sebagai yang tertinggi.
Pergerakan ke arah kanan maupun ke kiri dari titik C ini akan
menghasilkan jumlah penawaran agrerat yang lebih kecil. Untuk itu
titik C merupakan titik kombnasi yang menghasilkan outpun tertinggi
Y

A

Y1

B

Y2

(a)
C

Y3

X1

P

X2

AS

X3

X

AS

AS

(b)

Q
X1+Y1

X2+Y2 X3+Y3

Gambar tersebut menunujukkan bahwa tingkat pemekerjaan
penuh (full employment) memungkinkan menghasilkan tingkat
output yang berbeda-beda. Apakah tingkat output agrerat (AS) yang
paling tinggi akan dipilih, jawabannya tergantung pada kemashlahatan
yang akan dihasilkan secara maksimum yang belum tentu hal ini
ditunjukkan oleh output yang maksimum.[8]

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

1.
Pasar Tenaga kerja adalah suatu keadaan dimana terdapat
penawaran tenaga kerja yang berasal dari angkatan kerja dan
permintaan tenaga kerja yang berasal dari perusahaan
2.
tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh
anggota badan atau fikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas.
tenaga kerja adalah segala usaha dan ikhtiar yang dilakukan oleh
anggota badan atau fikiran untuk mendapatkan imbalan yang pantas.
3.
Ijarah adalah pemilikan jasa dari seorang ajir (orang yang
dikontrak tenaganya) oleh musta’jir (orang yang mengontrak tenaga),
serta pemilikan harta dari pihak musta’jir oleh seorang ajir. Atau
dengan kata lain, ijarah merupakan transaksi terhadap jasa tertentu
dengan disertai kompensasi.

4.
(Full employment). Pada situasi ini, setiap manusia yang ada
telah bekerja sesuai dengan tuntutan ajaran Islam, apapun
pekerjaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Huda,Nurul , dkk., Ekonomi Makro Islam, Jakarta:Kencana, 2008.

P3EI UIN Yogyakart,Ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali Pers,2009

[1]. Nurul Huda, et.al., Ekonomi makro Islam,Kencana , Jakarta,
2008, hal. 207-208

[2]. Ibid., hal. 227-230
[3] .Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam UIN
Yogyakarta, Ekonomi Islam, Rajawali Pers, jakarta, 2009, hal. 358

[4].Ibid., hal. 368-369
[5] .Ibid., hal. 364-365
[6].Ibid., hal. 370
[7]. Ibid., hal. 420-423
[8]. Ibid., hal. 424-428
Diposkan oleh Yunika Nugraha di 19.27 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!

Berbagi ke Twitter
Berbagi ke Facebook
Bagikan ke Pinterest

Beranda
Langganan: Entri (Atom)
Arsip Blog

▼ 2013 (1)
▼ Oktober (1)
Labour in islamic economic
IAIN Medan, Sumatera Utara

Foto saya
Yunika Nugraha

Lihat profil lengkapku
Template Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.