Sejarah Perkembangan Islam Nusantara. pdf

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Kompetensi Dasar
Mendeskripsikan perkembangan masyarakat, kebudayaan dan pemerintahan pada
masa Islam di Nusantara serta peninggalan-peninggalannya.
1.2. Standar Kompetensi
Memahami Perkembangan masyarakat, dan pemerintahan pada masa islam
1.3. Indikator


Melacak masuk dan berkembangnya agama Islam ke Indonesia.



Mendeskripsikan saluransaluran Islamisasi di Indonesia.



Mendiskrepsikan cara yang digunakan oleh pedagang dan para Wali (ulama)
dalam proses awal perkembangan agama Islam di indonesia.


1.4. Tujuan Pembelajaran


Memahami perkembangan agama islam di Indonesia



Mendeskripsikan keadaan masyarakat sebelum islam masuk ke Indonesia



Memahami pemerintahan pada masa islam

BAB II
KAJIAN TEORI
2.1. Bukti kronologis masuknya Islam ke Nusantara
Masuknya agama Islam ke Nusantara belum diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa pendapat tentang kapan masuknya agama Islam ke Nusantara berdasarkan temuantemuan atau bukti-bukti sejarah.
Beberapa sumber informasi tentang awal masuknya agama Islam ke Nusantara antara lain
sebagai berikut :

1. Abad ke -7 Masehi
Sumber sejarah yang menginformasikan Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7
Masehi adalah sebagai berikut :
a. Berita Cina Zaman Dinasti Tang yang menerangkan bahwa pada tahun 674 M,
orang-orang Arab telah menetap di Kanton. Groeneveldt berpendapat bahwa pada
waktu yang sama kelompok orang Arab yang beragama Islam mendirikan
perkampungan di pantai barat Sumatera. Perkampungan tersebut namanya
Barus/Fansur.
b.Pada waktu Sriwijaya mengembangkan kekuasaan sekitar abad ke- 7 dan 8, para
pedagang Muslim telah ada yang singgah di kerajaan itu sehingga diduga beberapa
orang di Sumatera telah memasuki Islam.
c Pada tahun 674 M, Raja Ta-Shih mengirim duta ke kerajaan Holing untuk
membuktikan keadilan, kejujuran dan ketegaran Ratu Sima.

2. Abad ke -13 Masehi
Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad
ke-13 M adalah sebagai berikut :
a.Catatan perjalanan Marcopollo yang menerangkan bahwa ia pernah singgah di Perlak
pada tahun 1292 M dan berjumpa dengan orang-orang yang telah menganut agama
Islam.


b.Ditemukannya nisan makam Raja Samudra Pasai Sultan Malik Al-Saleh yang berangka
tahun 1297 M
c.Berita Ibnu Batutah dari India. Dalam perjalanannya ke Cina, Ibnu Batutah singgah di
Samudra Pasai pada tahun 1345 M. Ia menceritakan bahwa Raja Samudra Pasai giat
menyebarkan Agama Islam.
3. Abad ke -15 Masehi
Sumber sejarah yang menyatakan Agama Islam mulai masuk ke Nusantara pada abad
ke-15 M adalah sebagai berikut :
a. Catatan Ma-Huan seorang Musafir Cina Islam, memberitakan bahwa pada abad ke-15 M
sebagian besar masyarakat Pantai Utara Jawa Timur telah memeluk Islam.
b.Pemakaman muslim kuno di Troloyo dan Trowulan. Makam yang berangka tahun 1457 M
membuktikan adanya bangsawan Majapahit yang sudah memeluk Agama Islam pada masa
pemerintahan Hayam Wuruk.
c.Makam salah seorang Wali Songo di daerah Gresik. Pada batu nisannya tertulis nama Malik
Ibrahim (Bangsa Persia) yang wafat pada tahun 1419 M.
d.Suma Oriental dari Tome Pires, catatan musafir Portugal ini memberitakan mengenai
penyebaran agama Islam. antara tahun 1512 M sampai tahun 1515 M di Sumatera,
Kalimantan, Jawa sampai sampai Kepulauan Maluku.
2.2. Golongan pembawa Islam di Nusantara

Adanya interaksi antara pedagang dari penjuru dunia dengan intensitas yang tinggi,
memunculkan beragam teori mengenai siapakah sebenarnya yang memperkenalkan Agama
Islam kepada penduduk Nusantara. Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di
Nusantara menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Menemukan sejarah,
wacana pergerakan Islam di Indonesia, terdapat tiga teori yang memberikan jawaban tentang
permasalahan waktu masuknya Islam ke Nusantara, asal negara dan tentang pelaku penyebar
atau pembawa agama Islam ke Nusantara.
Adapun ketiga teori tersebut yang menjelaskan mengenai masuknya Islam ke
Nusantara antara lain sebagai berikut :
a. Islam datang dari Arab (teori Mekah)
b. Islam datang dari Gujarat (teori Gujarat)

c. Islam datang dari Persia (teori Persia) .
1. Islam datang dari Arab ( teori Mekah )
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori
Gujarat. Dasar teori ini adalah :
a. Pada abad ke-7 yaitu tahun 674 M dipantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.

b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafii, dimana pengaruh mazhab
Syafii terbesar pada waktu itu di Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah
penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja samudra Pasai menggunakan gelar Al-Maliki yaitu gelar tersebut berasal
dari Mesir. Pendukung teori Mekah ini adalah Buya Hamka, Alwi Shihab, Ahmad
Mansur Suryanegara, Fazlur Rahman, Crawford, Niemann, De Holander. Para
ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad ke-13 sudah berdiri kekuasaan
politik Islam, jadi masuknya Agama Islam ke Nusantara terjadi sebelumnya yaitu abad
ke-7 M dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab
sendiri.

2. Islam datang dari Gujarat ( teori Gujarat )

Pendapat ini dikemukakakan oleh Soetjipto Wirjosoeparto dan Christian Snouck
Hurgronje dari Belanda. Ia berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara bukan dari Arab.
Melainkan dari Gujarat/India. Hubungan langsung antara Nusantara dan Arab baru terjadi
pada masa kemudian yaitu contohnya hubungan utusan dari Mataram dan Banten ke Mekah
pada pertengahan abad ke-7 M. Pendapat tersebut didasarkan pula kepada unsur-unsur Islam
di Nusantara yang menunjukkan persamaannya dengan India. Menurut pendapat Prof. DR.
Azyumardi Azra (Direktur Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah), teori Gujarat yang

dipopulerkan oleh Snouck Hurgronje tidak benar. Dia mengatakan Islam dibawa oleh
pedagang yang datang dari Gujarat pada abad ke- 12 atau abad ke-13. Padahal masa itu,
Gujarat dikuasai oleh kerajaan Hindu yang kerap mengusir kapal-kapal pedagang muslim
yang disanggah.

3. Islam datang dari Persia (teori Persia)
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Nusantara abad ke-13 M dan
pembawanya berasal dari Persia (Iran). Teori ini mengungkapkan adanya kesamaan budaya
yang dimiliki oleh beberapa kelompok masyarakat Islam Nusantara dengan penduduk Persia.
Misalnya peringatan hari Asyura (10 Muharam) atas meninggalnya Hasan dan Husen cucu
Nabi Muhammad, yang sangat dijunjung oleh orang Syi’ah/Islam Iran. Di Sumatra Barat
peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai
dengan pembuatan bubur Syuro, penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf
Arab untuk tanda-tanda bunyi harakat. Baris atas disebut Jabar, bawah disebut Ajer, dan
depan disebut Pes, sedang dalam bahasa Arab ejaan itu disebut Fathah, Kasrah dan
Dhommah. Didalam tulisan Arab, Sin bergigi sedangkan dalam tulisan Persia tidak bergigi
sementara itu, Oemar Amir Hoesin mengatakan bahwa di Persia terdapat suku bangsa
”Leren”. Beliau inilah yang dahulu datang ke tanah Jawa sebab di Giri terdapat Kampung
Leran, dan nisan Maulana Malik Ibrahim (1419) di Gresik.
Pendukung teori Persia adalah P.A. Hoesein Djajadiningrat, Haji Muhammad Said, J.C. Van

Leur, M. Dahlan Mansur dan Haji Abu Bakar Aceh.
2.3.Peran penyebaran Islam di Nusantara
Proses persebaran pengaruh Islam di Nusantara berjalan dengan lancar. Hal itu
terbukti dari wilayah persebaran yang luas, mencakup hampir seluruh kepulauan Nusantara.
Penyebabnya antara lain sebagai tersebut :
1. Agama Islam yang menyebar di Nusantara disesuaikan dengan adat dan tradisi bangsa
Indonesia dan dalam penyebarannya dilakukan dengan damai tanpa kekerasan.
2. Agama Islam tidak mengenal sistem kasta dan menganggap semua manusia
mempunyai kedudukan yang sama di hadapan Allah SWT.
3. Upacara-upacara dalam Agama Islam sangat sederhana bila dibandingkan dengan
Agama lainnyaa.
4. Faktor politik ikut memperlancar penyebaran Agama Islam di Nusantara, yaitu
keruntuhan kerajaan Sriwijaya dan Majapahit sebagai kerajaan Budha dan Hindu di
Nusantara.
5. Syarat-syarat masuk agama Islam sangat mudah.Seseorang telah dianggap telah masuk
Islam bila ia telah mengucapkan dua kalimat syahadat
Dari faktor penyebab tersebut diatas agama Islam dapat diterima oleh bangsa

Indonesia tidak terlepas dari :
1. Peranan para pedagang.

2. Peranan para ulama/Wali
1. Peranan Pedagang
Awal penyebaran Agama Islam di Nusantara tidak lepas dari peran para pedagang.
Para pedagang yang berdatangan di Nusantara berperan sebagai pedagang dan ulama (orang
yang memahami ajaran Islam) Oleh karena itu, selain menjalankan profesi berdagang mereka
juga menyebarkan Agama Islam. Mereka amat giat memperkenalkan nilai-nilai Islam ke
seluruh penduduk. Para pedagang Gujarat, Arab, dan Persia yang datang ke Nusantara
berupaya mencari simpati dari masyarakat setempat. Melalui hubungan yang saling terbuka
diantara raja, bangsawan, pedagang dan masyarakat setempat maka terjadilah perubahan
sosial baik secara vertikal maupun horizontal.
Perubahan sosial secara vertikal ditandai dengan banyaknya pedagang Islam yang
memperoleh keuntungan dari kegiatan dagangnya. Para pedagang tersebut memiliki kekayaan
yang cukup banyak sehingga mampu meningkatkan status sosialnya. Menurut perjalanan
Tome Pires yang mengunjungi pelabuhan Tuban dan Gresik pada tahun 1514 terdapat
pedagang Islam yang kaya dan penguasa-penguasa di pelabuhan. Oleh karena itu para
pedagang di pelabuhan Tuban dan Gresik memiliki otonomi yang kuat dan disegani oleh
penguasa Majapahit. Islam dan dagang merupakan dua hal yang tidak dipisahkan pada zaman
ramainya perdagangan di perairan Nusantara abad ke-12 – ke-17.
2. Peranan Ulama/Wali
Selain para pedagang peran ulama dan Wali sangat besar dalam percepatan proses

penyebaran Islam. Mereka menyebarkan agama Islam melalui langgar, surau/madrasah.
Madrasah yang tersohor pada waktu itu seperti di Ampel, Giri, Tuban, Kudus dan Demak.
Para ulama yang sangat berjasa dalam penyebaran agama Islam di Jawa adalah Wali Sanga
atau Wali Sembilan. Wali adalah seorang Islam yang tinggi budi pekertinya dan tinggi dalam
ilmu agamanya.Wali adalah sebutan bukan nama. Disamping mempunyai peranan yang sangat
besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Wali Sanga juga berperan sebagai penasihat
raja dan pendukung raja-raja Islam yang berkuasa, bahkan ada yang menjadi raja, seperti
Sunan Gunung Jati.
Adapun nama-nama Wali Sanga berikut perjuangannya dalam penyebaran agama
Islam di berbagai daerah adalah sebagai berikut; Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel,

Sunan Drajad, Sunan Bonang, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria
dan Sunan Gunung Jati.
Penyebaran agama Islam di Jawa selain dilakukan oleh Wali Sanga juga dilakukan
oleh para ulama, seperti Syekh Siti Jenar (Demak), Sunan Tembayat (Klaten), Syekh
Yusuf (Banten), Sunan Geseng (Magelang), Sunan Panggung (Tegal), dan Syekh Abdul
Muhyi (Tasikmalaya), Syekh Burhanuddin (Minangkabau), Syekh Abdurrauf Al
Fanhury ( Aceh ).
Islam selain berkembang pesat di Pulau Jawa juga berkembang di pulau lainnya di
Indonesia. Dakwah Islam itu juga dilakukan oleh beberapa ulama besar, seperti; Datori

Bandang (Gowa, Makassar), Dato Sulaiman (Sulawesi Tengah dan Utara), Tuan Tunggang
ri Parangan (Kalimantan Timur) dan Penghulu Demak (Banjarmasin dan Kalimantan
Selatan).
2.4. Pemerintahan Pada Masa Islam
1. Perkembangan Kerajaan Islam di Nusantara
1. Kerajaan Samudra Pasai
Kerajaan Samudra Pasai terletak di sebelah utara Perlak di daerah Lhokseumawe
(sekarang pantai timur Aceh). Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di
Nusantara dan berdiri pada abad ke- 13 M. Wilayahnya strategis karena menghadap Selat
Malaka.
Awal berdirinya kerajaan Samudra Pasai diketahui dari batu nisan makam raja Malik
al-Saleh yang wafat tahun 1297 M. Diperkirakan bahwa Sultan Malik al-Saleh (1290-1297)
merupakan pendiri dan raja pertama kerajaan Samudra Pasai. Setelah Malik al-Saleh wafat,
kerajaan Samudra Pasai dilanjutkan oleh Sultan Muhammad Malik al-Taher (1297 – 1326 M),
Sultan Ahmad dan Sultan Zainal Abidin.
Menurut beberapa sumber sejarah, banyak pedagang dari berbagai negara berlabuh di
Pelabuhan Pasai. Pelabuhan Pasai yang sangat strategis itu dijadikan sebagai tempat untuk
transit barang-barang dari berbagai negara sebelum diekspor ke tempat lain. Kerajaan
Samudra Pasai mampu memanfaatkan ramainya perdagangan internasional yang dilakukan
oleh para pedagang Islam. Mata uang yang digunakan oleh masyarakat Samudra Pasai dalam

kegaiatan dagang ketika itu adalah mata uang emas (berita Marcopolo tahun 1292 M dan Ibnu
Batutah tahun 1326 M). Samudra Pasai telah berperan sebagai pusat penyebaran Islam ke
berbagai kawasan sekitarnya.

2. Kerajaan Aceh
Pendiri kerajaan ini ialah Ali Mughayat Syah (1513-1528 M). Pada masa
pemerintahannya, Aceh menyatukan kerajaan-kerajaan disekitarnya, seperti Kesultanan
Samudra Pasai, Perlak, Lamuri, Benua Tamiang dan Indera Jaya. Raja berikutnya Sultan
Alauddin Riayat Syah (1537-1568 M). Dalam masa kekuasaannya, Aceh terus berusaha
mengusir Portugis yang berkeinginan menguasai wilayahnya dan menyerang Johor yang
bersekutu dengan Portugis. Usaha membangun kebesaran Aceh lainnya adalah menjalin
hubungan dengan Turki, Persia, India dan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Kerajaan Aceh mencapai kejayaannya dibawah Pemerintahan Sultan Iskandar
Muda (1607-1636 M). Pada masa kekuasaanya, wilayah Aceh semakin luas yaitu dari pesisir
barat samudra sampai Bengkulu, pesisir timur Sumatera sampai Siale, Johar, Pahang dan
Pattani.
Sultan Iskandar Muda kemudian digantikan oleh Sultan Iskandar Thani (16361641 M). Pada masa kekuasaannya, ia lebih memperhatikan pengembangan dalam negeri
ketimbang politik ekspansi, berkembangnya studi Islam masa pemerintahan Sultan Iskandar
Thani karena didukung oleh kehadiran Nuruddin ar Raniri (seorang ahli tasawuf yang
berasal dari Gujarat, India. Nuruddin ar Raniri pernah singgah di Aceh sekitar tahun 1637 –
1644 M. Nuruddin ar Raniri banyak menulis buku tasawuf. Hasil karyanya yang terkenal
adalah Bustanus Salatin yang berisi sejarah Aceh). Setelah Sultan Iskandar Thani wafat,
kerajaan Aceh mulai mengalami kemunduran.
3. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan Kerajaan Islam pertama di Jawa. Pendirinya ialah
Raden Fatah (1478 – 1518 M). Kerajaan ini memiliki wilayah yang luas dan membentang di
pesisir utara Jawa, bekas Kerajaan Majapahit.
Setelah sebagian besar wilayah Jawa dikuasainya, Kerajaan Demak melakukan
ekspansi ke luar Jawa. Caranya, dengan menyerang Malaka yang sudah jatuh ketangan
Portugis. Pemimpin serangan itu ialah Pati Unus (1518-1521 M) dan dikenal dengan
Pangeran Sabrang Lor. Serangan itu mengalami kegagalan, karena jarak serangan terlalu
jauh dan Demak kurang memiliki persenjataan. Walaupun gagal, kerajaan Demak telah
membuktikan bahwa kerajaan Nusantara mampu melawan kekuatan bangsa Barat.Kerajaan
Demak mengalami kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Trenggono (1521-1546 M).

Pada masa pemerintahannya, Demak berusaha membendung masuknya Portugis ke Jawa.
Setelah Sultan Trenggono wafat, Demak mengalami kemunduran yang disebabkan adanya
perebutan kekuasaan dan kelemahan sistem pemerintahan di Kerajaan Demak. Kerajaan
Demak memiliki peranan besar sebagai pusat penyebaran Islam di Jawa. Demak pun
membangun masjid yang menggunakan perpaduan antara kebudayaan Jawa dan Islam.
Masjid yang dimaksud adalah Masjid Raya Demak dan Masjid Raya Kudus.

4. Kerajaaan Mataram Islam

Pendiri Kerajaan Mataram ialah Kyai Ageng Pamanahan. Setelah meninggal tahun
1575 M, Pamanahan digantikan oleh anaknya bernama Sutawijaya. Pada masa pemerintahan
Sutawijaya, wilayah kekuasaan Mataram meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur, Cirebon dan
sebagian Priangan.
Sutawijaya kemudian digantikan Mas Jolang (1511-1613 M). Pada masa
pemerintahan Mas Jolang, Mataram Islam tidak mampu memperluas wilayahnya karena
disibukkan dengan usaha mengatasi para pemberontak.
Pengganti Mas Jolang ialah Raden Rangsang (1613-1645 M) yang bergelar Sultan
Agung Hanyokrokusumo. Cita-cita perjuangan kedua pendahulunya tetap dilanjutkan sejak
tahun 1614 M, Sultan Agung mulai bergerak menaklukkan kembali daerah di pesisir utara
Jawa. Balatentara Mataram berhasil menaklukkan Lumajang, Pasuruan, Kediri, Tuban,
Pajang, Lasem, Madura, Surabaya dan Sukadana (Kalimantan). Sedangkan di daerah
pedalaman yang tidak mau tunduk kepada kerajaan Mataram Islam, yaitu Madura, Ponorogo,
Blora dan Bojonegoro. Setelah Surabaya jatuh hampir seluruh Jawa dikuasainya hanya tinggal
Cirebon, Banten dan Batavia yang belum dikuasai. Pada tahun 1628 M dan 1629 M Mataram
menyerang Batavia, namun tidak berhasil karena kurangnya persiapan logistik. Sultan Agung
adalah seorang organisator, ahli politik, ahli filsafat dan ahli sastra. Berikut ini adalah hasil
karya Sultan Agung, yaitu :
a.Tahun 1833 M, Sultan Agung menciptakan Tarikh Jawa Islam yang dimulai 1
Muharam 1043 H.
b.Mengarang buku ”sastra gending” yang berisi ajaran filsafat mengenai kesucian
jiwa.

c. Membuat buku undang-undang hukum pidana dan perdata yang diberi nama
”surya alam”.

5. Kerajaan Cirebon
Awalnya Cirebon merupakan bagian dari kerajaan Pajajaran. Pada abad ke- 16,
Cirebon berkembang menjadi pelabuhan yang ramai dan pusat perdagangan di pantai Jawa
Barat bagian utara. Setelah jumlah pedagang semakin banyak dan proses Islamisasi
berkembang terus, Sunan Gunung Jati segera membentuk pemerintahan kerajaan Islam
Cirebon.
Cirebon dan Demak memiliki hubungan dekat. Secara ekonomi, pelabuhan Banten
dijadikan sebagai pelabuhan bagi perkembangan ekonomi Demak di wilayah Cirebon,
sebelum pelabuhan ini berdiri sendiri sebagai kerajaan. Adapun secara politik dan budaya,
hubungannya terjadi melalui perkawinan. Pada tahun 1524 M, Sunan Gunung Jati menikahi
saudara perempuan raja Demak. Dari perkawinan tersebut, Sunan Gunung Jati memperoleh
anak bernama Hasanuddin yang kemudian dinobatkan sebagai Sultan Banten, setelah Demak
merebut Banten dari penguasa Pajajaran. Adapun Sunan Gunung Jati, setelah meletakkan
dasar-dasar pemerintahan kesultanan Banten segera membentuk pemerintahan di Cirebon
pada tahun 1552 M. Masih ada perbedaan pendapat mengenai apakah Sunan Gunung Jati
dengan Fatahillah sama orangnya atau berbeda ? Selama ini terdapat dua versi mengenai
tokoh tersebut. Versi pertama dikemukakan oleh sejarawan Hoesien Djajadiningrat (1913)
yang merujuk pada sumber-sumber yang dikemukakan oleh catatan sejarah bangsa Portugis
dan sumber-sumber lainnya mengatakan bahwa Sunan Gunung Jati ialah sama dengan
Fatahillah, Falatehan, Tagaril, atau Syarif Hidayatullah. Versi kedua dikemukakan oleh
sejarawan Atja (1972) dan Edi S. Ekadjati (2000) mengatakan bahwa Fatahillah dan Sunan
Gunung Jati ialah dua orang yang berbeda, walaupun keduanya ialah sama-sama tokoh
penyebar Islam di Cirebon. Versi kedua ini didukung oleh Babad Cirebon dan naskah Carita
Purwaka Caruban Nagari.

2.5. Peninggalan Sejarah Islam di Indonesia
Peninggalan-peninggalan sejarah Islam di Indonesia, antara lain dalam bentuk
masjid, keraton, nisan, kaligrafi, dan karya sastra.
1. Masjid

Peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa masjid adalah seperti berikut:
Masjid Demak
Masjid ini merupakan satu-satunya peninggalan Kerajaan Islam Demak. Masjid ini
didirikan para wali pada masa pemerintahan Raden Patah. Bentuk atap bangunan masjid ini
seperti meru. Contohnya wntilan di Bali dan joglo di Jawa. Meskipun masjid ini telah
mengalami pemugaran, tetapi tidak mengubah baangunan dan bentuk aslinya. Masjid ini
terletak di tengah kota Demak sekarang dan masih dalam keadaan utuh, sehingga masih dapat
dipergunakan sebagai pusat ibadah.
Masjid Indrapura Aceh
Masjid ini di bangun pada masa pemerintahan Kerajaan Islam Aceh. Dilihat dari
bentuk atapnya, seni arsiteknya merupakan hasil perpaduan kebudayaan Islam dengan
kebudayaan Hindu di Sumatera.Masjid di Aceh. Masjid ini merupakan peninggalan kerajaan
Islam di Aceh. Bentuk atapnya bersusun dan menyerupai pura Hindu. Kenyataan ini
memeberikan gambaran bahwa Islam disebarkan dengan cara damai yaitu dengan
memadukan kebudayaan Islam dengan kebudayaan setempat.
Masjid Sunan Ampel
Masjid ini dibangun pada masa kehidupan Sunan Ampel terletak di Ampeldhenta,
Surabaya. Di sinilah Sunan Ampel memberikan pendidikan agama kepada para santrinya.
Masjid Kudus
Masjid ini dibangun pada masa kehidupan Sunan Kudus. Bangunan menara dan
pagar masjid ini menyerupai bangunan candi Hindu. Ada beberapa pendapat mengenai asalusul bentuk menara yang menyerupai candi Hindu ini. Ada pendapat yang mengatakan,
bangunan ini dikerjakan oleh arsitek Islam yang sebelumnya telah menguasai arsitek
bangunan Hindu. Ahli kebudayaan memandang, baangunan tersebut sebagai hasil perpaduan
kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya dan dengan sengaja dibentuk semacam itu.
Tahun pembuatan Masjid Kudus ini kemudian ditetapkan sebagai “Hari jadi kota Kudus”.
2. Keraton
Peninggalan sejarah Islam di Indonesia yang berupa keraton adalah seperti berikut
ini.
Keraton Kaibon (Banten)/

Keraton ini merupakan peninggalan kerajaan Islam di Banten. Kerajaan Islam Banten
didirikan oleh Faletehan setelah memisahkan diri dari Demak abad ke-16. Peninggalan ini
masih dapat kita saksikan, karena masih dalam keadaan utuh.
Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan Cirebon ini merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Islam
Cirebon. Kerajaan ini pecah menjadi dua, yaitu kasepuhan dan Kanoman. Keraton Kasepuhan
ini juga masih dapat dilihat, karena bangunannya masih berdiri tegar.

3. Makam
Peninggalan sejarah Islam yang berupa makam adalah seperti berikut:
Makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik
Maulaana Malik Ibrahim adalah wali pertama di Jawa dan berasal dari negara asing.
Ada beberapa pendapat mengenai asal mula Maulana Malik Ibrahim. Ada yang berpendapat
dari Persia, sehingga mendapat sebutan “Maulana Maghribi” yang berarti “Ulama dari Barat”.
Pendapat lain menyebutkan bahwa Maulana Malik Ibrahim berasal dari daerah Maghribi
Maroko, Afrika Utara.Makam Maulana Malik Ibrahim yang berciri khas Islam ini
berpahatkan huruf Arab dapat dijumpai di daerah Gresik. Jawa Timur.
Makam Islam di Tallo
Makam ini merupakan peninggalan sejarah Islam di Makasar dan diperkirakan
dibangun pada tahun 1616 M. Makam Islam ini sebagai bukti bahwa sejak awal abad 17 Islam
telah berkembang di Tallo, Sulawesi Selatan.
Makam Sunan Bayat di Klaten
Bantuk gapura makam Sunan Bayat seperti bangunan candi Hindu, sehingga oleh
masyarakat disebut Candi Bentar. Dari bangunan ini dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan
Islam banyak berpadu dengan kebudayaan pra-Islam.
Nisan pasa Kuburan Raja Islam
Batu nisan ini memberikan ptunjuk bahwa raja-raja nusantara memeluk agama Islam
sejak awal berkembangnya Islam di Indonesia.
2.6.Metode Pembelajaran

Dalam pembahasan ini kami menggunakan metode pembelajan kontekstual dimana
siswa diajak untuk melihat situs sejarah yang ada.
2.7. Media Pembelajaran
Dalam pembahasan ini kami menggunakan media pembelajaran visual dengan alat
sebagai berikut : proyektor, laptop, spidol, white board.
2.8. Evaluasi
Instrument : Tes Uraian
1. Masuknya agama Islam di Indonesia diantaranya terjadi melalui ?
2. Jelaskan peranan Sunan Gunungjati dalam proses awal perkembangan Agama Islam ?
3.Jelaskan faktor-faktor penyebab kerajaan Aceh dapat berkembang pesat ?