RESENSI BUKU JANGAN MENANGIS WILLY Di aj
RESENSI BUKU
JANGAN MENANGIS WILLY
Di ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas XI Semester 3 Tahun Pelajaran 2011/2012
Di susun oleh:
Fitri Wulandari
Almi Bela Yusinia
SMA NEGERI 3 PURWAKARTA
Jl. Letkol Abdul Kadir No. 15 Telp. (0264) 202424 Purwakarta
41119
Blog: www.smanti-pwk.blogspot.com
smantipwk@gmail.com
Email:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ini .
Di susun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas XI semester 3
di SMAN 3 Purwakarta yang berisi tentang resensi dari novel yang
berjudul “Jangan Menangis Willy”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu
dalam
proses
penyusunan
karya
tulis
ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Nana Suryana M.M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 3
Purwakarta beserta staf Tata Usaha.
2. Dra. Rosma Sundari selaku guru yang membimbing dalam
penyusunan karya tulis ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan karya tulis ini banyak terjadi
hambatan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan karya tulis ini.
Purwakarta, November 2011
Penulis
A.
IDENTITAS
B.
LATAR BELAKANG
Judul
:
Pengarang
:
Penerbit
:
Kota Penerbit
:
Cetakan Pertama
Jumlah Halaman:
Ukuran
:
Jangan Menangis Willy
Ambhita Dhyaningrum
Tiga Serangkai
Solo, Jawa Tengah
: 2006
162 halaman
17 cm
Novel yang berjudul “Jangan Menangis Willy” ini menurut saya
banyak
mengajarkan
tentang
arti
kehidupan.
Novel
ini
memberikan pesan moral kepada kita bahwa hidup adalah
pilihan. Tetapi, apa yang kita pilih hanya Allah yang menentukan.
Selain itu, dalam novel ini hampir banyak menjelaskan tentang
masalah
umum
yang
terjadi
di
masyarakat
masyarakat
diantaranya masalah krisis ekonomi dan keadaan masyarakat
yang hanya bisa membicarakan tentang keadaan buruk orang
lain tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang itu. Selain itu,
novel ini mengajarkan bahwa setiap orang harus menyadari
bahwa
hidup
itu
adalah
sebuah
perjuangan
yang
harus
diperjuangkan untuk kebahagian dari hari dengan cara-cara yang
positif. Dan kesempurnaan fisik tidak menjamin seseorang itu
baik.
C.RINGKASAN CERITA
Latifah Nur Aini. Begitu nama lengkapnya. Dia adalah sosok
cewek yang sederhana. Hidupnya yang ditempa oleh berbagai
kesulitan hidup. Akan tetapi dia tidak putus asa dan tetap
berusaha. Dia tinggal berdua bersama adiknya Haikal yang harus
kehilangan kakinya karena kecelakaan.
Tidak seperti biasanya, kali ini Latifah sulit menghubungi
sahabatnya Keke. Ia telah mencoba berbagai cara agar dapat
berkomunikasi
dengannya.
Bahkan
dia
mencoba
untuk
menghubunginya lewat surat.
Suatu hari, Kamar Haikal terbuka ketika Latifah pulang dari
kampus. Tak ada yang membalas salam dari Latifah ketika ia
masuk rumah, sehingga Latifah berusaha mencuri pandang ke
kamar Haikal yang terbuka. Oh, rupanya Haikal sedang duduk
membaca majalah di atas tempat tidurnya. Disentuhnya ujung
jari kaki Haikal. Adiknya itu tersentak seraya membaca istighfar.
Dan ternyata Haikal sedang membaca majalah penjualan kaki
palsu. Alangkah pedihnya hati Latifah mendengar keinginan
adiknya. Dan dia berjanji akan membelikan kaki palsu untuknya
meskipun sulit baginya.
Seperti biasa, untuk mencapai rumah, Latifah harus melalui
gang-gang sempit penuh dengan rumah-rumah petak yang
berimpit-impit.
Biasanya, suasana pada waktu itu riuh dengan anak-anak yang
sedang bermain dan suara melejit dari ibu-ibu yang sedang
bergosip. Tetapi, suasana sore itu sangatlah berbeda. Latifah
yang heran mengamati suasana yang tampak lengan. Begitu
sampai di ujung kompleks, ia melihat ada keramaian.
Ternyata dari sela-sela orang yang berimpitan ia
melihat
beberapa wartawan sedang menjepretkan kamera. Latifah pun
bertanya kepada seorang Ibu yang mengendong anaknya. Dan
ibu itu bilang ada anak kecil mau bunuh diri, Latifah tercengang
seraya istighfar. Dan terdengar suara menyinyir dari seorang ibu
yang mengucapkan kata-kata tidak pantas.
Akhirnya dengan rasa penasaran latifah mencoba mencari tahu
tentang anak itu. Dan ternyata, anak itu bernama Willy. Dia
terkena penyakit epilepsy. Sehingga terkadang penyakitnya
kambuh. Dan karena kekurangan biaya, Willy tidak dibawa ke
Dokter melainkan ia hanya diberi jamu-jamuan tradisional.
Keesokan harinya, ketika akan pergi ke kantor Cantik. Latifah
melalui rute yang sama dan melewati rumah Willy. Ia melihat
Willy sedang duduk sendirian, termenung di depan rumah.
Latifah jadi merasa khawatir. Latifah berjalan mendekat. Willy
terlihat lebih baik dari sebelumnya. Tak lama, datang Ummi
membawa secangkir air yang terlihat berwarna pekat. Ternyata
itu adalah jamu yang biasanya Willy minum. Di sela-sela
menemani Willy. Latifah pun bercerita tentang adiknya Haikal
tentang keadaan kakinya yang cacat. Willy pun merasa bahagia,
karena ada orang lain yang lebih menderita dari dia tetapi orang
itu tidak berputus asa.
Setelah pulang kerja. Latifah mendapatkan pesan dari Keke
bahwa sore ini dia akan datang ke rumahnya. Dan benar saja,
Keke datang
tepat waktu. Ia
menjelaskan kepada
Latifah
mengapa dia sulit dihubungi dan ia juga bercerita bahwa ia tidak
ingin melanjutkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran.
Suatu hari, Latifah melihat keramaian di rumah Willy ketika ia
lewat di depan rumahnya saat berangkat kuliah. Beberapa
tetangga yang bergerombol saling berbisik dengan ekspresi
prihatin, meskipun sebagian yang tampak mencibir.
Ternyata Ummi kedatangan Ibu Arum istri Pa Ilham yang pertama.
Latifah pun pergi ke bagian belakang rumah Willy, dan melihat
Willy sedang termenung di sudut pintu sambil memegang
perutnya yang sedang lapar. Tak lama terdengar suara tamparan
dari
dalam
rumah.
Latifah
tercengang
dan
berusaha
menenangkan Willy.
Putus asa. Dua kata itu terdengar begitu sederhana. Di dalamnya
ada kesedihan, rasa tidak percaya diri, hingga hilangnya sebuah
harapan. Padahal menurut Latifah, harapan adalah sesuatu yang
mengadung daya hidup.
Willy kecil mungkin masih terlalu muda untuk paham semua itu.
Keadaanlah yang membuat ia mengenal putus asa. Latifah
pernah merasa putus asa dengan hidupnya ketika kedua orang
tuanya meninggal, ia merasa semua telah hilang dari hidupnya.
Haikalpun pernah mengalami masa sulit sejak kehilangan kaki. Ia
menjadi anak penakutdan temperamental. Lalu, bagaimana
dengan Keke? Dia sedang mengalami masa sulit. Dia masih
bertahan dengan pilihan orang tuanya di Fakultas Kedokteran.
Suara teriakan Bibi Hindun membuyarkan lamunan Latifah. Bi
Hindun mengatakan bahwa ada seorang ibu bersama anak kecil
yang ingin bertemu dengannya, ternyata itu Ummi dan Willy.
Mereka membawa tas besar. Ummi pun bercerita, ia dan Willy
akan pergi ke kampung halamannya, Ummi berharap semoga di
sana dapat membuat hati Willy sedikit tenang. Tetapi, ini sudah
terlalu malam. Dan Bi Hindunuh menyuruh mereka untuk
menginap di rumah.
Latifah mengajak Willy untuk bertemu dengan Haikal. Sebentar
saja Haikal dan Willy sudah akrab. Mereka semalam itu langsung
ngobrol dengan asyik di kamar Haikal. Latifah yang melihat
keakraban itu merasa senang. Ia memiliki harapan yang besar
bahwa keakraban mereka dapat menumbuhkan semangat hidup
dalam diri Willy.
Perpisahan,
bagaimanapun
juga,
adalah
sesuatu
yang
menyakitkan. Begitu pun yang terjadi pada Ummi Willy. Menjalani
hidup sebagai istri kedua adalah pilihan yang rumit dan beresiko
yang tidak terbayangkan sebelumnya. Ummi Willy sebenarnya
masih cukup muda dan masih mempunyai jalan hidup yang
panjang. Kini, ia memutuskan untuk membebaskan dirinya dari
segala penderitaannya.
Latifah sedang menyapu lantai ketika Bibi Hindun tergopohgopoh datang dari warungya. Di belakangnya menyusul seorang
laki-laki yang dikenali Latifah sebagai suami Ummi Willy, Ilham!
Ummi Willy kemudian menemui suaminya di ruang tamu. Tak tau
apa yang mereka obrolkan. Tetapi, pada akhirnya mereka
memutuskan untuk tetap pergi ke Purwokerto dan kapan-kapan
Pak Ilham akan menjenguk mereka,
Keesokan harinya, teman Latifah mengatakan bahwa ada toko
yang menjual kaki palsu dengan harga yang cukup murah. Latifah
merasa
lega,
akhirnya
keinginan
adiknya
Haikal
dapat
terwujudkan. Tak lama mereka langsung pergi ke toko tersebut.
Mereka bertemu dengan Pak Dharma, pemilik toko tersebut. Dan
memutuskan untuk membelikan kaki palsu untuk Haikal.
Akhir yang melegakan. Haikal tinggal menunggu kaki palsunya
jadi. Keke menghubungi Latifah, dia menyatakan ingin menjadi
seorang PR. Willy? Belum ada kabar tentangnya. Tetapi, setiap
kali Latifah melewati rumah itu, ia merasakan kenangan itu hadir
di hatinya. Hidup adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk
disia-siakan.
D.
PENILAIAN
Unsur Intrinsik
⇝ Tema
: Hidup adalah perjuangan
⇝ Judul
: Jangan Menangis Willy
⇝ Penokohan
1. Latifah
: Sosok perempuan yang harus berusaha untuk
tetap hidup di keadaan yang sulit sebagai remaja. Tetapi,
dia tetap berusaha, tidak putus asa dan bertawakal.
2. Willy
: Anak kecil yang lugu tetapi dia terpaksa
merasakan pahitnya kehidupan di usianya yang masih kecil.
3. Haikal
: Adik Latifah yang begitu sabar walaupun
dengan kaki yang cacat tetapi dia tidak putus asa dan
selalu berlapang dada.
4. Keke
: Teman Latifah yang baik dan berusaha untuk
bias menghargai keinginan orang tuanya.
5. Ummi Willy
: Ibu Willy yang sabar.
6. Pak Ilham :
Ayah
Willy
yang
kurang
tegas
dengan
keputusannya.
7. Ibu Arum : Istri pertama Pak Ilham yang pemarah, tidak
sabar, selalu emosi.
⇝ Alur/Plot
:
Menarik
walaupun
agak
sedikit
membingungkan, karena penyusunan cerita kurang rapih.
Tetapi, secara keseluruhan cerita ini menarik untuk dibaca.
⇝ Latar/Setting
-
Waktu
:
Setelah
pulang
kerja,
sebelum
berangkat
kerja/kuliah.
-
Tempat
: Rumah Bi Hindun, Rumah Willy, Kantor Cantik,
Toko Pak
⇝ Bahasa
Damar.
: Novel ini menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti sehingga pesan moral yang terdapat pada cerita
dapat dengan mudah tersampaikan.
⇝ Amanat
:
Amanat yang terkandung pada cerita ini, diantaranya:
a. Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tidak
semudah membalikkan telapak tangan, melainkan harus
dengan usaha, berdo’a dan bertawakal. Jika hasilnya tidak
sesuai dengan apa yang kita inginkan, janganlah kecewa.
Karena Allah SWT melihat dari usaha yang kita lakukan,
bukan dari hasil yang kita dapatkan.
b. Jangan menganggap bahwa kekurangan
kita
sebagai
penghancur kehidupan, yakinlah bahwa inilah jalan yang
terbaik yang telah Allah SWT tentukan.
Unsur Ekstrinsik
⇝ Nilai Agama : Cerita ini mengajarkan tentang arti kehidupan
yaitu
jangan
menyerah
dengan
keadaan
dan
jangan
memaksakan kehendak kita. Karena Allah SWT tidak akan
memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita, sesuai
dengan Q.S Al-Baqarah: 286. Dan janganlah putus asa
sebelum berusaha sesuai dengan Q.S Az-Zumar: 53. Selain itu,
kebiasaan buruk yang biasanya terjadi di masyarakat adalah
saat melihat keburukan orang lain, mereka hanya dapat
mencibirnya, dan hal itu tidak sesuai dengan al-Hadis “Orang
muslim ialah orang yang tidak suka mengganggu orang-orang
muslim dengan lisan dan tangannya”.
⇝ Nilai Budaya
: Masalah ini sangat umum di lingkungan
masyarakat. Mungkin karena pengaruh dari program televisi
sehingga ini dengan cepat terealisasikan di kehidupan seharihari.
⇝ Nilai Ekonomi
: Untuk saat ini, biasanya bagi masyarakat
menengah ke bawah kurang terperhatikan. Contohnya dalam
cerita ini, Ummi tidak memiliki biaya lebih untuk mengobati
penyakit yang diderita oleh Willy sehingga hanya diobati
dengan obat-obat sederhana,
⇝ Nilai Sosial : Untuk membantu sesama jangan dilihat dari
status sosialnya, karena di mata Allah SWT semua manusia itu
sama. Dan apa yang telah dilakukan oleh Latifah merupakan
hal yang terpuji. Walaupun dia dalam keadaan yang sulit,
tetapi
ia
masih
dapat
menolong
orang
lain
yang
membutuhkan.
E.KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN
Keunggulan:
Dari gambar bagian depan, bisa sedikit memberikan gambaran
tentang
isi
cerita
dan
sekaligus
menarik
pembaca
untuk
membacanya. Selain itu, bahasa yang digunakan cukup mudah di
mengerti sehingga pesan moral yang ada dalam cerita dapat
tersampaikan, di sertai dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Al-Hadis, dan
kata-kata mutiara dari tokoh tertentu, yang dapat menegaskan
tentang pesan moral di dalamnya.
Isi dalam cerita ini merupakan masalah umum yang ada di
sekitar kita. Sehingga, dengan cerita ini semoga saja, masyarakat
atau pembaca dapat memahami pesan moral yang tersimpan di
dalamnya dan hal positifnya disalurkan dalam kehidupan seharihari.
Kekurangan:
Penyusunan ceritanya kurang sistematis, sehingga terkadang
saat membaca membuat pembaca pusing dengan alur ceritanya.
Dan dalam cerita ini tidak dijelaskan peran serta pemerintah
yang memperhatikaan sehingga tidak terdapat nilai politik di
dalamnya.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
:
Cerita ini sangat menarik untuk dibaca karena banyak pesan
moral yang terdapat dalam cerita ini. Novel ini menceritakan
tentang sosok Latifah, walaupun dalam keadaan hidup yang
sederhana. Dia masih dapat menolong orang yang membutuhkan
pertolongan. Dalam cerita ini menunjukkan sikap Latifah yang
prihatin, sabar dan tidak mengeluh pada keadaannya.
Saran
:
Hidup dalam kerasnya kehidupan memang sulit. Tetapi, jalanlah
putus asa dan percayalah bahwa inilah jalan yang terbaik yang
Allah
SWT
tentukan.
Dan
tetaplah
bantu
orang
yang
membutuhkan kita. Jangan melihat dari status sosialnya, tapi
ingatlah bahwa kita semua sama. Dan Allah SWT, lebih mencintai
orang-orang yang selalu bersyukur dengan keadaan.
Selain itu, yakinlah suatu hari nanti kita akan mendapatkan
kebahagiaan. Karena, jika Allah sudah menentukan kehendaknya
maka sesuatu itu akan terjadi sesuai dengan Q.S Yasiin: 82.
JANGAN MENANGIS WILLY
Di ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia Kelas XI Semester 3 Tahun Pelajaran 2011/2012
Di susun oleh:
Fitri Wulandari
Almi Bela Yusinia
SMA NEGERI 3 PURWAKARTA
Jl. Letkol Abdul Kadir No. 15 Telp. (0264) 202424 Purwakarta
41119
Blog: www.smanti-pwk.blogspot.com
smantipwk@gmail.com
Email:
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan taufik, hidayah dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ini .
Di susun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia kelas XI semester 3
di SMAN 3 Purwakarta yang berisi tentang resensi dari novel yang
berjudul “Jangan Menangis Willy”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu
dalam
proses
penyusunan
karya
tulis
ini.
Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Nana Suryana M.M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 3
Purwakarta beserta staf Tata Usaha.
2. Dra. Rosma Sundari selaku guru yang membimbing dalam
penyusunan karya tulis ini.
3. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril dan
materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis sadar bahwa dalam penyusunan karya tulis ini banyak terjadi
hambatan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran guna menyempurnakan karya tulis ini.
Purwakarta, November 2011
Penulis
A.
IDENTITAS
B.
LATAR BELAKANG
Judul
:
Pengarang
:
Penerbit
:
Kota Penerbit
:
Cetakan Pertama
Jumlah Halaman:
Ukuran
:
Jangan Menangis Willy
Ambhita Dhyaningrum
Tiga Serangkai
Solo, Jawa Tengah
: 2006
162 halaman
17 cm
Novel yang berjudul “Jangan Menangis Willy” ini menurut saya
banyak
mengajarkan
tentang
arti
kehidupan.
Novel
ini
memberikan pesan moral kepada kita bahwa hidup adalah
pilihan. Tetapi, apa yang kita pilih hanya Allah yang menentukan.
Selain itu, dalam novel ini hampir banyak menjelaskan tentang
masalah
umum
yang
terjadi
di
masyarakat
masyarakat
diantaranya masalah krisis ekonomi dan keadaan masyarakat
yang hanya bisa membicarakan tentang keadaan buruk orang
lain tanpa memikirkan bagaimana perasaan orang itu. Selain itu,
novel ini mengajarkan bahwa setiap orang harus menyadari
bahwa
hidup
itu
adalah
sebuah
perjuangan
yang
harus
diperjuangkan untuk kebahagian dari hari dengan cara-cara yang
positif. Dan kesempurnaan fisik tidak menjamin seseorang itu
baik.
C.RINGKASAN CERITA
Latifah Nur Aini. Begitu nama lengkapnya. Dia adalah sosok
cewek yang sederhana. Hidupnya yang ditempa oleh berbagai
kesulitan hidup. Akan tetapi dia tidak putus asa dan tetap
berusaha. Dia tinggal berdua bersama adiknya Haikal yang harus
kehilangan kakinya karena kecelakaan.
Tidak seperti biasanya, kali ini Latifah sulit menghubungi
sahabatnya Keke. Ia telah mencoba berbagai cara agar dapat
berkomunikasi
dengannya.
Bahkan
dia
mencoba
untuk
menghubunginya lewat surat.
Suatu hari, Kamar Haikal terbuka ketika Latifah pulang dari
kampus. Tak ada yang membalas salam dari Latifah ketika ia
masuk rumah, sehingga Latifah berusaha mencuri pandang ke
kamar Haikal yang terbuka. Oh, rupanya Haikal sedang duduk
membaca majalah di atas tempat tidurnya. Disentuhnya ujung
jari kaki Haikal. Adiknya itu tersentak seraya membaca istighfar.
Dan ternyata Haikal sedang membaca majalah penjualan kaki
palsu. Alangkah pedihnya hati Latifah mendengar keinginan
adiknya. Dan dia berjanji akan membelikan kaki palsu untuknya
meskipun sulit baginya.
Seperti biasa, untuk mencapai rumah, Latifah harus melalui
gang-gang sempit penuh dengan rumah-rumah petak yang
berimpit-impit.
Biasanya, suasana pada waktu itu riuh dengan anak-anak yang
sedang bermain dan suara melejit dari ibu-ibu yang sedang
bergosip. Tetapi, suasana sore itu sangatlah berbeda. Latifah
yang heran mengamati suasana yang tampak lengan. Begitu
sampai di ujung kompleks, ia melihat ada keramaian.
Ternyata dari sela-sela orang yang berimpitan ia
melihat
beberapa wartawan sedang menjepretkan kamera. Latifah pun
bertanya kepada seorang Ibu yang mengendong anaknya. Dan
ibu itu bilang ada anak kecil mau bunuh diri, Latifah tercengang
seraya istighfar. Dan terdengar suara menyinyir dari seorang ibu
yang mengucapkan kata-kata tidak pantas.
Akhirnya dengan rasa penasaran latifah mencoba mencari tahu
tentang anak itu. Dan ternyata, anak itu bernama Willy. Dia
terkena penyakit epilepsy. Sehingga terkadang penyakitnya
kambuh. Dan karena kekurangan biaya, Willy tidak dibawa ke
Dokter melainkan ia hanya diberi jamu-jamuan tradisional.
Keesokan harinya, ketika akan pergi ke kantor Cantik. Latifah
melalui rute yang sama dan melewati rumah Willy. Ia melihat
Willy sedang duduk sendirian, termenung di depan rumah.
Latifah jadi merasa khawatir. Latifah berjalan mendekat. Willy
terlihat lebih baik dari sebelumnya. Tak lama, datang Ummi
membawa secangkir air yang terlihat berwarna pekat. Ternyata
itu adalah jamu yang biasanya Willy minum. Di sela-sela
menemani Willy. Latifah pun bercerita tentang adiknya Haikal
tentang keadaan kakinya yang cacat. Willy pun merasa bahagia,
karena ada orang lain yang lebih menderita dari dia tetapi orang
itu tidak berputus asa.
Setelah pulang kerja. Latifah mendapatkan pesan dari Keke
bahwa sore ini dia akan datang ke rumahnya. Dan benar saja,
Keke datang
tepat waktu. Ia
menjelaskan kepada
Latifah
mengapa dia sulit dihubungi dan ia juga bercerita bahwa ia tidak
ingin melanjutkan kuliahnya di Fakultas Kedokteran.
Suatu hari, Latifah melihat keramaian di rumah Willy ketika ia
lewat di depan rumahnya saat berangkat kuliah. Beberapa
tetangga yang bergerombol saling berbisik dengan ekspresi
prihatin, meskipun sebagian yang tampak mencibir.
Ternyata Ummi kedatangan Ibu Arum istri Pa Ilham yang pertama.
Latifah pun pergi ke bagian belakang rumah Willy, dan melihat
Willy sedang termenung di sudut pintu sambil memegang
perutnya yang sedang lapar. Tak lama terdengar suara tamparan
dari
dalam
rumah.
Latifah
tercengang
dan
berusaha
menenangkan Willy.
Putus asa. Dua kata itu terdengar begitu sederhana. Di dalamnya
ada kesedihan, rasa tidak percaya diri, hingga hilangnya sebuah
harapan. Padahal menurut Latifah, harapan adalah sesuatu yang
mengadung daya hidup.
Willy kecil mungkin masih terlalu muda untuk paham semua itu.
Keadaanlah yang membuat ia mengenal putus asa. Latifah
pernah merasa putus asa dengan hidupnya ketika kedua orang
tuanya meninggal, ia merasa semua telah hilang dari hidupnya.
Haikalpun pernah mengalami masa sulit sejak kehilangan kaki. Ia
menjadi anak penakutdan temperamental. Lalu, bagaimana
dengan Keke? Dia sedang mengalami masa sulit. Dia masih
bertahan dengan pilihan orang tuanya di Fakultas Kedokteran.
Suara teriakan Bibi Hindun membuyarkan lamunan Latifah. Bi
Hindun mengatakan bahwa ada seorang ibu bersama anak kecil
yang ingin bertemu dengannya, ternyata itu Ummi dan Willy.
Mereka membawa tas besar. Ummi pun bercerita, ia dan Willy
akan pergi ke kampung halamannya, Ummi berharap semoga di
sana dapat membuat hati Willy sedikit tenang. Tetapi, ini sudah
terlalu malam. Dan Bi Hindunuh menyuruh mereka untuk
menginap di rumah.
Latifah mengajak Willy untuk bertemu dengan Haikal. Sebentar
saja Haikal dan Willy sudah akrab. Mereka semalam itu langsung
ngobrol dengan asyik di kamar Haikal. Latifah yang melihat
keakraban itu merasa senang. Ia memiliki harapan yang besar
bahwa keakraban mereka dapat menumbuhkan semangat hidup
dalam diri Willy.
Perpisahan,
bagaimanapun
juga,
adalah
sesuatu
yang
menyakitkan. Begitu pun yang terjadi pada Ummi Willy. Menjalani
hidup sebagai istri kedua adalah pilihan yang rumit dan beresiko
yang tidak terbayangkan sebelumnya. Ummi Willy sebenarnya
masih cukup muda dan masih mempunyai jalan hidup yang
panjang. Kini, ia memutuskan untuk membebaskan dirinya dari
segala penderitaannya.
Latifah sedang menyapu lantai ketika Bibi Hindun tergopohgopoh datang dari warungya. Di belakangnya menyusul seorang
laki-laki yang dikenali Latifah sebagai suami Ummi Willy, Ilham!
Ummi Willy kemudian menemui suaminya di ruang tamu. Tak tau
apa yang mereka obrolkan. Tetapi, pada akhirnya mereka
memutuskan untuk tetap pergi ke Purwokerto dan kapan-kapan
Pak Ilham akan menjenguk mereka,
Keesokan harinya, teman Latifah mengatakan bahwa ada toko
yang menjual kaki palsu dengan harga yang cukup murah. Latifah
merasa
lega,
akhirnya
keinginan
adiknya
Haikal
dapat
terwujudkan. Tak lama mereka langsung pergi ke toko tersebut.
Mereka bertemu dengan Pak Dharma, pemilik toko tersebut. Dan
memutuskan untuk membelikan kaki palsu untuk Haikal.
Akhir yang melegakan. Haikal tinggal menunggu kaki palsunya
jadi. Keke menghubungi Latifah, dia menyatakan ingin menjadi
seorang PR. Willy? Belum ada kabar tentangnya. Tetapi, setiap
kali Latifah melewati rumah itu, ia merasakan kenangan itu hadir
di hatinya. Hidup adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk
disia-siakan.
D.
PENILAIAN
Unsur Intrinsik
⇝ Tema
: Hidup adalah perjuangan
⇝ Judul
: Jangan Menangis Willy
⇝ Penokohan
1. Latifah
: Sosok perempuan yang harus berusaha untuk
tetap hidup di keadaan yang sulit sebagai remaja. Tetapi,
dia tetap berusaha, tidak putus asa dan bertawakal.
2. Willy
: Anak kecil yang lugu tetapi dia terpaksa
merasakan pahitnya kehidupan di usianya yang masih kecil.
3. Haikal
: Adik Latifah yang begitu sabar walaupun
dengan kaki yang cacat tetapi dia tidak putus asa dan
selalu berlapang dada.
4. Keke
: Teman Latifah yang baik dan berusaha untuk
bias menghargai keinginan orang tuanya.
5. Ummi Willy
: Ibu Willy yang sabar.
6. Pak Ilham :
Ayah
Willy
yang
kurang
tegas
dengan
keputusannya.
7. Ibu Arum : Istri pertama Pak Ilham yang pemarah, tidak
sabar, selalu emosi.
⇝ Alur/Plot
:
Menarik
walaupun
agak
sedikit
membingungkan, karena penyusunan cerita kurang rapih.
Tetapi, secara keseluruhan cerita ini menarik untuk dibaca.
⇝ Latar/Setting
-
Waktu
:
Setelah
pulang
kerja,
sebelum
berangkat
kerja/kuliah.
-
Tempat
: Rumah Bi Hindun, Rumah Willy, Kantor Cantik,
Toko Pak
⇝ Bahasa
Damar.
: Novel ini menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti sehingga pesan moral yang terdapat pada cerita
dapat dengan mudah tersampaikan.
⇝ Amanat
:
Amanat yang terkandung pada cerita ini, diantaranya:
a. Untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tidak
semudah membalikkan telapak tangan, melainkan harus
dengan usaha, berdo’a dan bertawakal. Jika hasilnya tidak
sesuai dengan apa yang kita inginkan, janganlah kecewa.
Karena Allah SWT melihat dari usaha yang kita lakukan,
bukan dari hasil yang kita dapatkan.
b. Jangan menganggap bahwa kekurangan
kita
sebagai
penghancur kehidupan, yakinlah bahwa inilah jalan yang
terbaik yang telah Allah SWT tentukan.
Unsur Ekstrinsik
⇝ Nilai Agama : Cerita ini mengajarkan tentang arti kehidupan
yaitu
jangan
menyerah
dengan
keadaan
dan
jangan
memaksakan kehendak kita. Karena Allah SWT tidak akan
memberikan cobaan melebihi batas kemampuan kita, sesuai
dengan Q.S Al-Baqarah: 286. Dan janganlah putus asa
sebelum berusaha sesuai dengan Q.S Az-Zumar: 53. Selain itu,
kebiasaan buruk yang biasanya terjadi di masyarakat adalah
saat melihat keburukan orang lain, mereka hanya dapat
mencibirnya, dan hal itu tidak sesuai dengan al-Hadis “Orang
muslim ialah orang yang tidak suka mengganggu orang-orang
muslim dengan lisan dan tangannya”.
⇝ Nilai Budaya
: Masalah ini sangat umum di lingkungan
masyarakat. Mungkin karena pengaruh dari program televisi
sehingga ini dengan cepat terealisasikan di kehidupan seharihari.
⇝ Nilai Ekonomi
: Untuk saat ini, biasanya bagi masyarakat
menengah ke bawah kurang terperhatikan. Contohnya dalam
cerita ini, Ummi tidak memiliki biaya lebih untuk mengobati
penyakit yang diderita oleh Willy sehingga hanya diobati
dengan obat-obat sederhana,
⇝ Nilai Sosial : Untuk membantu sesama jangan dilihat dari
status sosialnya, karena di mata Allah SWT semua manusia itu
sama. Dan apa yang telah dilakukan oleh Latifah merupakan
hal yang terpuji. Walaupun dia dalam keadaan yang sulit,
tetapi
ia
masih
dapat
menolong
orang
lain
yang
membutuhkan.
E.KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN
Keunggulan:
Dari gambar bagian depan, bisa sedikit memberikan gambaran
tentang
isi
cerita
dan
sekaligus
menarik
pembaca
untuk
membacanya. Selain itu, bahasa yang digunakan cukup mudah di
mengerti sehingga pesan moral yang ada dalam cerita dapat
tersampaikan, di sertai dengan ayat-ayat Al-Qur’an, Al-Hadis, dan
kata-kata mutiara dari tokoh tertentu, yang dapat menegaskan
tentang pesan moral di dalamnya.
Isi dalam cerita ini merupakan masalah umum yang ada di
sekitar kita. Sehingga, dengan cerita ini semoga saja, masyarakat
atau pembaca dapat memahami pesan moral yang tersimpan di
dalamnya dan hal positifnya disalurkan dalam kehidupan seharihari.
Kekurangan:
Penyusunan ceritanya kurang sistematis, sehingga terkadang
saat membaca membuat pembaca pusing dengan alur ceritanya.
Dan dalam cerita ini tidak dijelaskan peran serta pemerintah
yang memperhatikaan sehingga tidak terdapat nilai politik di
dalamnya.
F. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
:
Cerita ini sangat menarik untuk dibaca karena banyak pesan
moral yang terdapat dalam cerita ini. Novel ini menceritakan
tentang sosok Latifah, walaupun dalam keadaan hidup yang
sederhana. Dia masih dapat menolong orang yang membutuhkan
pertolongan. Dalam cerita ini menunjukkan sikap Latifah yang
prihatin, sabar dan tidak mengeluh pada keadaannya.
Saran
:
Hidup dalam kerasnya kehidupan memang sulit. Tetapi, jalanlah
putus asa dan percayalah bahwa inilah jalan yang terbaik yang
Allah
SWT
tentukan.
Dan
tetaplah
bantu
orang
yang
membutuhkan kita. Jangan melihat dari status sosialnya, tapi
ingatlah bahwa kita semua sama. Dan Allah SWT, lebih mencintai
orang-orang yang selalu bersyukur dengan keadaan.
Selain itu, yakinlah suatu hari nanti kita akan mendapatkan
kebahagiaan. Karena, jika Allah sudah menentukan kehendaknya
maka sesuatu itu akan terjadi sesuai dengan Q.S Yasiin: 82.