Perbanyakan Trichogramma spp (Hymenoptera: Trichogrammatidae) dengan Perbandingan Jumlah Pias Inang Dan Penyinaran di Laboratorium Chapter III V

11

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Pengembangan
Tanaman Tebu, Sei Semayang dengan ketinggian tempat(± 50 meter diatas
permukaan laut). Penelitian dilakukan dari bulan April 2017 sampai Mei 2017.
Bahan dan Alat
Bahan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pias starter telur

C.cephalonica yang sudah terparasit Trichogramma spp., pias C.cephalonica yang
belum terparasit Trichogramma spp., kertas karton berwarna biru, kertas label,
kertas buram, karet gelang, lem povinal, plastik es ganepo, kertas millimeter,
kapas, klorofoam, sunlight dan sebagainya.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tabung reaksi (25 cm
x 6 cm), kain hitam, keranjang, lampu UV 36 watt, kotak penyinaran UV, kuas,
stapler, pisau mini, kain serbet, lup cahaya, botol kocok, nampan, lemari kaca dan
sebagainya.
Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial, yaitu :
Faktor I (perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias inang) :
P0 = 1 : 6 (starter : pias telur C. cephalonica)
P1 = 1 : 7 (starter : pias telur C. cephalonica)
P2 = 1 : 8 (starter : pias telur C. cephalonica)
P3 = 1 : 9 (starter : pias telur C. cephalonica)
Faktor II (lama penyinaran) :
T0 = 15 menit
T1 = 25 menit
T2 = 35 menit
Banyaknya ulangan yang akan dilakukan :
(t-1) (r-1)

≥ 15

(12-1) (r-1) ≥ 15

Universitas Sumatera Utara


12

(11) (r-1)

≥ 15

11r-11

≥ 15

11r

≥ 15+11

r

≥ 26 : 11

r


≥ 2,36

r

≥3

Banyak ulangan adalah

:3

Jumlah kombinasi perlakuan

: 4 x 3 = 12

Jumlah percobaan

: 12 x 3 = 36

Model Linear yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Lengkap :
Yij = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Ɛ(ij)

Dimana :
Yij

: nilai pengamatan pada faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j

µ

: rataan umum

Ai

: pengaruh utama dari taraf ke-i faktor A

Bj

: pengaruh utama dari taraf ke-j faktor B

ABij

: pengaruh interaksi dari faktor A ke-i dan faktor B ke-j


Ɛij

: efek sebenarnya unit eksperimen ke-i disebabkan oleh kombinasi
perlakuan ij

Pelaksanaan Penelitian
Penyediaan koloni C. cephalonica
Pias starter diperoleh dari Laboratorium Riset dan Pengembangan
Tanaman Tebu, Sei Semayang PTPN II. Dari hasil pemanenan telur
C. cephalonica berumur ≤ 24 jam diperoleh telur C. cephalonica sebagai telur
inang alternatif, lalu dipindahkan kedalam kertas karton berwarna biru berukuran
2 x 7 cm untuk membuat sebuah pias dengan luas daerah peletakkan telur
2 x 1,5 cm. Dalam 10 sampel diperoleh rata-rata telur per pias 2000 butir.

Universitas Sumatera Utara

13

Penyinaran pias telur inang

Setelah tersedianya bahan pias inang maka dilakukanlah penyinaran ultra
violet (UV) terhadap pias telur inang sebelum dipindahkan kedalam tabung
aplikasi.
Pengaplikasian
Pias starter dimasukkan ke dalam tabung reaksi (diameter 6 cm, tinggi
25 cm) yang terpisah, ditunggu selama 1 hari sampai Trichogramma spp.menetas.
Segera dimasukkan pias C. cephalonica (inang) yang sudah disinari UV 36 wattke
dalam tabung reaksi yang berisi Trichogramma spp.sesuai dengan

masing-

masing perlakuan.
Pengamatan
C. cephalonica (inang) yang telah terparasitisasi Trichogramma spp.yang
ditandai dengan berwarna hitam danpersentase telur C. cephalonica yang tidak
terparasit menetas menjadi larva diamati selama 3 hari ( hari ke 2, 3, 4 HSA).
Lama muncul (hari) parasitoid Trichogramma spp.dari telur C. cephalonica yang
terparasit dari tiap perlakuan dan persentase telur C. cephalonica yang terparasit
muncul menjadi imago parasitoid Trichogramma spp.diamati selama 4 hari (hari
ke 5, 6, 7, 8 HSA).

Peubah Amatan
Persentase parasitasi Trichogramma spp. spp
Pengamatan

dilakukan

setelah

C.

chepalonica

terparasitisasi

Trichogramma spp.yang ditandai dengan berwarna hitam.
Persentase parasitasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Universitas Sumatera Utara

14


P(par) =

a
a+b

x 100%

Dimana :
P(par) = Persentase parasitasi
a

= Jumlah telur yang terparasit tiap perlakuan

b

= Total telur dalam tiap perlakuan

Persentase telur Corcyra cephalonicaStainton. yang tidak terparasitisasi
menetas menjadi larva

Pengamatan dilakukan setelah selesai menghitung jumlah telur yang sudah
terparasit, sehingga diperoleh hasil yang tidak terparasit.
Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

P(par) =

a
a+b

x 100%

Dimana :
P(larva)= Persentase telur C. cephalonica yang tidak terparasit menetas
menjadi larva
a

= Jumlah larva yang muncul

b


= Total telur yang tidak terparasit

Lama muncul (hari) parasitoid Trichogramma spp. dari telurC. cephalonica
yang terparasit dari tiap perlakuan
Pengamatan dilakukan pada 1-3 HSP (Hari Setelah Pembongkaran),
karena setelah pembongkaran pias telur C. cephalonica yang telah terparasit

Universitas Sumatera Utara

15

dipindahkan ke tabung yang baru dan bersih untuk tempat perkembangan sampai
telur tersebut menetas.
Persentase telur CorcyracephalonicaStainton. yang terparasit muncul menjadi
imago parasitoid Trichogramma spp.
Imago yang muncul di bius dengan menggunakan kloroform untuk membuat
parasitoid tetap utuh dalam bentuknya, sehingga dapat mempermudah perhitungan
manual jumlah imagonya. Perhitugan dilakukan dengan menggunakan kertas
millimeter dengan acuan 1 kotak 1x1 mm dalam kertas millimeter berisikan


4

ekor parasitoid Trichogrammaspp. Setelah didapatkan jumlah imago kemudian
dimasukkan kedalam perhitungan, yaitu :
Persentase dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

P(par) =

a
a+b

x 100%

Dimana :
P(telur)= Persentase penetasan telur C. cephalonica yang terparasit
a

= Jumlah imago yang muncul

b

= Total telur yang terparasit

Analisis data: Persentase parasitisasi Trichogramma spp., persentase telur C.
cephalonica yang tidak terparasitisasi menetas menjadi larva,Lamamuncul
(hari) parasitoid Trichogramma spp. dari telur C. cephalonica yang terparasit
dari tiap perlakuan, Persentase telur C. cephalonica yang terparasit muncul
menjadi imago parasitoid Trichogramma spp. di antara perlakuan yang di uji
telah dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) yang menggunakan

Universitas Sumatera Utara

16

Rancangan Acak Lengkap faktorial, lalu dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%.

Universitas Sumatera Utara

17

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase parasitisasi Trichogramma
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perbandingan jumlah pias
starter (Trichogrammaspp.) dengan pias telur inang alternatif (C. cephalonica)
serta lama penyinaran berpengaruh nyata terhadap persentase parasitisasi
Trichogramma terhadap pias inang (C. cephalonica) (Tabel 1).
Tabel 1. Persentase Parasitisasi (%) pada perbandingan jumlah pias starter dengan
jumlah pias inang
hsa (hari setelah aplikasi)
Perbandingan Jumlah Pias Starter
dengan Jumlah Pias Inang
1
2
3
4
1:6
0
0,238 d
0,939
0,009
1:7
0
0,273 c
0,935
0,009
1:8
0
0,314 b
0,927
0,008
1:9
0
0,481 a
0,919
0,009
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test 5%
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tingkat persentase parasitisasi
pada 1 hsa adalah 0%. Pada 1 hsa (hari setelah aplikasi) seluruh perlakuan belum
mengalami parasitisasi. Hal ini berarti parasitoid betina Trichogramma yang telah
berkopulasi sedang mengalami proses praoviposisi sebelum meletakkan telurnya
pada telur inang melalui ovipositornya. Hal ini didukung dengan pernyataan
Yunus (2005) yang menyatakan bahwa proses oviposisi diawali dengan kegiatan
praoviposisi. Imago betina yang sudah siap meletakkan telur, secara aktif
bergerak untuk mencari telur inang. Setelah menemukan sekelompok telur
inang, imago betina memeriksa kondisi telur satu per satu yaitu dengan cara
menyentuhkan antena dan palpus pada telur inang sampai mendapatkan
pilihan telur yang cocok. Telur yang terpilih akan segera diparasit, telur
parasit diinjeksikan ke dalam telur inang dengan bantuan ovipositor.

Universitas Sumatera Utara

18

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada perlakuan perbandingan jumlah pias
starter dengan jumlah pias inang berbeda nyata terhadap persentase parasitisasi.
Persentase tertinggi (0,481) terdapat pada perlakuan 1 : 9 sedangkan yang
terendah (0,238) terdapat pada perlakuan 1 : 6. Hal ini menunjukkan bahwa
pemanfaatan jumlah pias starter untuk memarasit jumlah pias inang bergantung
dari batas kemampuan parasitoid betina Trichogramma. Kegiatan oviposisi
parsitoid betina Trichogramma dalam memarasit telur C. cephalonica adalah
15-30 kali per imago betina. Hal ini didukung oleh pernyataan Corrigan & Laing
(1994) bahwa kemampuan reproduksi Trichogramma sp. dapat meningkat
atau mengalami penurunan sesuai dengan jenis inang dan jumlah betina dan
jantan pada imago Trichogramma sp. Sex ratio dari parasitoid Trichogramma
adalah 1 : 2 (jantan : betina) sehingga memungkinkan pada saat percobaan jumlah
imago betina atau jumlah jantan lebih dominan.
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada 3 hsa memliki notasi yang
menyatakan bahwa pengaruh perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias
inang adalah sangat nyata (Lampiran 3) sedangkan pada 1, 2, dan 4 hsa tidak
memiliki notasi yang menyatakan bahwa pengaruh perbandingan jumlah pias
starter dengan jumlah pias inang adalah tidak nyata. Hal ini disebabkan karena
pada 1 hsa belum tampak telur inang yang terparasitisasi (berwarna kecoklat
hitaman), pada 2 hsa masih sedikit yang terparasitisasi, dan pada 4 hsa hampir
semua

telur

telah

terparasitisasi

sehingga

memungkinkan

perhitungan

menghasilkan data tidak nyata berbeda dengan 3 hsa mempunyai data yang sangat
nyata karena tingkat parasitisasi pada 3 hsa naik secara optimal. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Knutson (2002) yang menyatakan bahwa perhitungan tingkat

Universitas Sumatera Utara

19

parasitisasi dapat diketahui pada saat telur inang telah berubah warna menjadi
coklat kehitaman yang menandakan telur inang telah terparasitisasi. Pada 3 hsa
biasanya semua telur yang telah terparasitisasi akan tampak sehingga
memungkinkan perhitungan yang optimal dibandingkan 4-5 hsa dimana pada
kedua hari tersebut munculnya telur yang terparasitisasi tidak optimal lagi.
Tabel 2. Persentase Parasitisasi (%) pada berbagai lama penyinaran
Hsa
Lama Penyinaran
1
2
3
4
15 menit
0
0,009
0,316 b
0,931
25 menit
0
0,007
0,322 b
0,938
35 menit
0
0,010
0,341 a
0,920
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test 5%
Pada Tabel 2 diketahui bahwa pada 1 hsa tingkat persentase parasitisasi
masih 0%. Hal ini disebabkan karena pada 1 hsa belum tampaknya perubahan
warna terhadap telur inang (coklat kehitaman) akibat dari parasitisasi yang
dilakukan parasitoid Trichogramma. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herlinda
(2002) yang menyatakan bahwa perubahan warna akibat proses parasitisasi adalah
berubahnya warna telur inang menjadi coklat kehitaman.
Pada Tabel 2 diketahui bahwa hanya 3 hsa yang bernotasi sedangkan yang
lainnya tidak. Hal ini disebabkan adanya kenaikan yang drastis pada 4 hsa
sedangkan tampaknya terparasitisasi telur inang pada umumnya pada 3 hsa,
sehingga pada 4 hsa telur-telur yang baru tampak perubahan warnanya tidak
terlalu drastis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Herlinda (2002) yang menyatakan
bahwa telur C. cephalonica mulai menunjukkan perubahan warna setelah dua hari
diaplikasikan atau pada hari ketiga karena adanya perkembangan

larva

Trichogramma. Perubahan warna ini semakin tampak ketika larva sudah

Universitas Sumatera Utara

20

memasuki instar 3 dan siap menjadi pupa di dalam telur inang sehingga ketika
memasuki hari ke empat perubahan warna sudah tidak begitu drastis.
Pada tabel 2 dapat diketahui bahwa persentase parasitisasi tertinggi (0,341)
terdapat pada perlakuan 35 menit sedangkan terendah (0,322) dan (0,316) terdapat
pada perlakuan 25 menit dan 15 menit. Hal ini membuktikan bahwa penyinaran
yang cukup akan memberikan nutrisi yang cukup bagi larva Trichogramma
selama proses perkembangbiakan. Kebutuhan nutrisi sangat bergantung kepada
lama penyinaran karena dapat menimbulkan telur menetas menjadi larva
C. cephalonica jika kekurangan penyinaran atau kekeringan jika kelebihan
penyinaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan Li (1994) yang menyatakan bahwa
kebutuhan nutrisi dalam perkembangbiakan massal dari telur inang alternatif
(C. cephalonica) tidak sesuai dengan kebutuhan Trichogramma untuk
berkembang yang dipengaruhi oleh lama penyinaran yang kurang dan berlebihan.
Akibat dari kurangnya lama penyinaran menyebabkan embrio berkembang lebih
cepat daripada parasitoid Trichogramma dan berlebihnya penyinaran yang
diberikan dapat merusak telur inang menjadi lebih pucat, kering dan mudah pecah
Tabel 3. Persentase Parasitisasi (%) pada interaksi perbandingan jumlah pias
starter dengan jumlah pias inang, serta lama penyinaran
Interaksi perbandingan jumlah pias starter
hsa
dengan jumlah pias inang, serta lama
1
2
3
4
penyinaran
0
1 : 6 (15 menit)
0,010
0,241 i
0,929
0
1 : 7 (15 menit)
0,008
0,264 h
0,940
0
1 : 8 (15 menit)
0,007
0,322 d
0,936
0
1 : 9 (15 menit)
0,009
0,437 c
0,919
0
1 : 6 (25 menit)
0,006
0,241 i
0,953
0
1 : 7 (25 menit)
0,008
0,281 f
0,939
0
1 : 8 (25 menit)
0,008
0,302 e
0,934
0
1 : 9 (25 menit)
0,008
0,464 b
0,926
0
1 : 6 (35 menit)
0,010
0,232 j
0,934
0
1 : 7 (35 menit)
0,010
0,274 g
0,925

Universitas Sumatera Utara

21

0
1 : 8 (35 menit)
0,011
0,318 d
0,910
0
1 : 9 (35 menit)
0,010
0,541 a
0,911
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test 5%
Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa interaksi pada 1 hsa adalah 0%. Hal
ini menunjukkan bahwa belum terdapat telur inang yang tampak telah
terparasitisasi (berwarna coklat kehitaman). Hal ini didukung oleh pernyataan
Metcalf dan Breniere (1969), pada saat larva mencapai instar tiga, telur inang
(sebagai media hidup larva parasitoid) akan berubah warna menjadi hitam karena
terbentuknyabutiran- butiran pada permukaan dalam khorion. Perubahan ini
merupakan cirikhas dari telur yang terparasit oleh Trichogramma. Hal ini juga
didukung oleh pernyataan Setiati et al. (2016) yang menyatakan bahwa
perkembangan larva Trichogramma di dalam telur inang akan memberikan efek
warna coklat kehitaman yang menandakan bahwa telur inang tersebut telah
terparasitisasi.
Dari Tabel 3 diketahui bahwa interaksi tertinggi (0,541) terdapat pada
perlakuan 1 : 9 (35 menit). Hal ini membuktikan bahwa perbandingan jumlah pias
starter dengan jumlas pias inang serta lama penyinaran sudah termasuk efisien.
Hal ini didukung oleh pernyataan Rauf (2000) menyatakan bahwa parasitisasi
Trichogamma sp. dengan tingkat parasitasi 50,4% hingga 94,8% termasuk tingkat
parasitasi tinggi. Hal yang sama didukung oleh Corrigan & Laing (1994) bahwa
kemampuan reproduksiTrichogramma sp. dapat meningkat atau mengalami
penurunan sesuai dengan jenis inang dan jumlah betina dan jantan pada imago
Trichogramma sp.

Universitas Sumatera Utara

22

Dari tabel 3 diketahui bahwa interaksi terendah (0,232) terdapat pada
perlakuan 1 : 6 (35 menit). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pias inang yang
terlalu sedikit tidak memiliki kerapatan yang padat sehingga pengaruh lama
penyinaran yang 35 menit mengakibatkan telur inang kering dan pecah. Hal ini
didukung oleh pernyataan Pabbage dan Tandiabang (2011) gangguan yang
terjadi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu ruang gerak parasitoid
tersebut dalam tabung reaksi terbatas dan letak antara kelompok telur inang
saling berdekatan sehingga inang tidak terparasit semuanya. Telur inang yang
tidak terparasit bisa menjadi larva instar-1 dan bisa menjadi telur busuk atau
telur yang tidak berkembang menjadi parasitoid atau larvapenggerek instar-1.
Hal yang sama juga didukung oleh Godfray (1994) yang menyatakan bahwa
Imago betina hanya akan meletakkan telur pada telur inang yang dianggap
layak untuk perkembangan keturunannya. Kualitas telur inang yang kurang baik
menyebabkan imago betina enggan meletakkan telur didalamnya sehingga
persentase parasitisasi rendah.
Persentase Larva Yang Muncul (%)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa persentase larva yang
muncul (%) berpengaruh nyata terhadap berbagai lama penyinaran (Tabel 4).
Tabel 4. Persentase Larva Yang Muncul (%) pada berbagai lama penyinaran
Lama Penyinaran
5 hsa
15 menit
0,477 a
25 menit
0,345 a
35 menit
0,194 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test 5%
Dari hasil pengamatan hari ke 5 setelah aplikasi (hsa) diketahui bahwa
persentase larva yang muncul (%) tertinggi (0,477) terdapat pada perlakuan 15

Universitas Sumatera Utara

23

menit. Hal ini membuktikan bahwa pemakaian lampu UV 36 watt lebih tinggi dari
pada umumnya tetapi tingginya intensitas penyinaran mempengaruhi terbunuhnya
embrio dari dalam telur inang yang akan memperhambat sistem metabolismenya .
Hal ini didukung oleh Herlinda (2002) yang menyatakan bahwa terbunuhnya
embrioC. cephalonica menyebabkan telur yangdiletakkan oleh Trichogramma
tidak ada saingan, dan larvanya dapat tumbuh dengan baik.Hal ini tercermin
darilebihtingginyatingkat parasitisasi dan persentase imago munculdaritelurinang
yangdisinar denganUV dibandingkandenganyangtidakdisinar.
Dari hasil pengamatan diketahui persentase larva yang muncul terendah
(0,194) terdapat pada perlakuan 35 menit. Hal ini akan menguntungkan proses
pembiakan massal Trichogramma karena telur yang telah teraprasitisasi tidak ada
yang mengganggu perkembangannya. Hal ini didukung oleh penyataan Herlinda
(2002) yang menyatakan bahwa apabila telurC.
dengan UV menghasilkan persentasepenetasan
penetasan

yang

tinggi

ini

cephalonica
telur

tidak diradiasi

99,67%.

Persentase

menyebabkanpembiakan massal parasitoid

menjadi tidak efektif dan efisien. Larva C. cephalonica yang terbentuk dapat
menurunkan

jumlah

telur

terparasit

(4.38%)

dan

imago

parasitoid

yangterbentuk (56.44%) karena larva C. cephalonica memakan telur yang
terparasit

tersebut.Selain

terbentuk

harus

itu,

dibuang

banyaknya

setiap

larva C.

cephalonica yang

harisehingga adapenambahantenagakerja

dalamproses pembiakanmassal.
Adanya gangguan dari berbagai faktor dapat menyebabkan rendahnya
tingkat parasitisasi sehingga beberapa telur inang tidak terparasit dan berkembang
menjadi larva C. cephalonica. Hal ini sesuai dengan literatur Pabbage dan

Universitas Sumatera Utara

24

Tandlabang (2011) yang menyatakan bahwa gangguan yang terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor diantaranya yaituruang gerak parasitoid tersebut dalam
tabung

reaksi

terbatas

dan

letak

antara kelompok

telur

inang saling

berdekatan sehingga inang tidak terparasit semuanya. Telur inang yang tidak
terparasit bisa menjadi larva instar-1 dan bisa menjaditelur busuk atau telur
yang tidak berkembang menjadi parasitoid atau larvapenggerek instar-1.
Persentase Imago Yang Menetas (%)
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa persentase imago yang
menetas (%) berpengaruh nyata terhadap berbagai lama penyinaran (Tabel 5).
Tabel 5. Persentase imago yang menetas (%) pada berbagai lama penyinaran
Lama Penyinaran
8 hsa
15 menit
0,92 b
25 menit
0,97 a
35 menit
0,86 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan Multiple
Range Test 5%
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa persentase imago yang menetas
tertinggi (0,97) terdapat pada perlakuan 25 menit. Hal ini menunjukkan bahwa
nutrisi pada perlakuan tersebut sangat ideal bagi proses perkembangan larva
Trcihogramma karena lama penyinaran yang diberikan tidak merusak nutrisi dari
dalam telur inang tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Nurindah (2002)
yang menyatakan bahwa lama penyinaran dalam memberikan sinar UV pada saat
pembiakan massal di Laboratorium harus sesuai dengan keadaan telur inang,
seperti adanya lama penyimpanan pada telur inang sebelum dilakukannya
penyinaran sehingga dibutuhkan waktu lebih untuk memberikan sinar UV
sehingga kandungan nutrisi di dalam telur inang tetap terjaga kualitasnya.

Universitas Sumatera Utara

25

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada perlakuan 35 menit adalah
yang terendah (0,86). Penyinaran yang berlebihan akan mengakibatkan telur tipis,
mudah pecah dan kandungan nutrisinya kering sehingga telur mudah untuk
diparasitisasi tetapi tidak bisa bertahan dalam proses perkembangbiakannya. Hal
ini didukung oleh Agritech (2012) yang menyatakan bahwa lama penyinaran
mempengaruhi kualitas telur inang sehingga perlu diberikannya waktu yang sesuai
dengan kebutuhan saja serta disesuaikan juga dengan intensitas lampu UV yang
digunakan.
Lama Muncul (hari) Imago Trichogramma
Lama munculnya imago dipengaruhi oleh kondisi ruangan yang ideal
sesuai

kriteria

pada

umumnya

dalam

melakukan

pembiakan

massal

Trichogramma. Hal ini didukung oleh pernyataan Yunus (2005) yang menyatakan
bahwa kriteria Laboratorium dalam pembiakan massal Trcihogramma harus
memenuhi beberapa faktor yaitu : suhu ruangan, kelembapan ruangan, intensitas
cahaya matahari, dan lainnya.
Tabel 6. Lama munculnya imago Trichogramma dari telur inang yang terparasit
Ulangan I
Ulangan II
Ulangan III
Perlakuan
1 HSP 2 HSP 3 HSP 1 HSP 2 HSP 3 HSP 1 HSP 2 HSP 3 HSP
P0T0



P1T0



P2T0



P3T0



P0T1



P1T1



P2T1



P3T1



P0T2



P1T2



P2T2



P3T2




Universitas Sumatera Utara

26

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa lama munculnya imago terjadi pada
hari ke 2 dan hari ke 3. Pada umumnya imago akan menetas pada hari ke 3 atau 8
hsa (hari setelah aplikasi) karena menurut panjang siklusnya pada hari ke 8 imago
akan menetas. Hal ini sesuai dengan literatur Yunus (2005) yang menyatakan
bahwa siklus hidup parasitoid ini sangat pendek yaitu 8-9 hari. Hal tersebut sangat
menguntungkan untuk digunakan sebagai agensia hayati dalam mengendalikan
hamaC. sacchariphagus.
Adapun imago yang muncul pada hari ke 2 biasanya dipengaruhi oleh
suhu yang ekstrim dan kelembapan yang ekstrim pada saat penelitian sehingga
memungkinkan imago menetas lebih cepat. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Agritech (2012) yang menyatakan bahwa dalam pembiakan massal Trichogramma
di Laboratorium, suhu dan kelembapan selalu dijaga untuk menstabilkan
keberlangsungan perkembangbiakan sehingga tercapainya pembiakan massal
yang optimal. Apabila suhu ekstrim seperti kemarau berkepanjangan dan hujan
berkepanjangan dapat memperlama atau mempercepat proses perkembangbiakan
Trichogramma.

Universitas Sumatera Utara

27

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.

Persentase parasitisasi tertinggi (0,481) terdapat pada perlakuan 1 : 9
sedangkan yang terendah (0,238) terdapat pada perlakuan 1 : 6.

2.

Perbandingan jumlah pias starter dengan jumlah pias inang serta lama
penyinaran berpengaruh sangat nyata terhadap persentase parasitisasi.

3.

Lama penyinaran yang efektif terhadap pembiakan massal Trichogramma di
Laboratorium adalah 25 menit, dikarenakan dapat menekan persentase larva
yang muncul dan menaikkan tingkat persentase parasitisasi serta persentase
imago yang menetas.

4.

Interaksi tertinggi (0,541) terdapat pada perlakuan 1 : 9 (35 menit) sedangkan
yang terendah (0,232) terdapat pada perlakuan 1 : 6 (35 menit).

5.

Larva yang muncul terendah (0,194) pada perlakuan 35 menit tetapi
berbanding terbalik dengan jumlah imago yang menetas (0,86) yang
merupakan terendah karena penyinaran yang terlalu lama akan menyebabkan
telur tipis, mudah pecah, dan kekeringan nutrisi sehingga perkembangan larva
Trichogramma tidak bertahan lama.

6.

Lama muncul (hari) parasitoid Trichogramma dari telur C.cephalonica yang
terparasit dari tiap perlakuan memiliki rata-rata yaitu sebesar 2.36 hari,
dengan lama muncul (hari) yang paling cepat muncul terdapat pada perlakuan
1 : 6 (15 menit) ; 1 : 7 (35 menit) ; dan 1 : 8 (35 menit) yaitu sebesar 2 hari
dan paling lama muncul terdapat pada perlakuan 1 : 6 (25 menit) yaitu
sebesar 3 hari.

Universitas Sumatera Utara

28

Saran
Perlu dilakukannya penelitian lanjut dengan difokuskannya pada lama
penyinaran sinar UV dan intensitas lampu UV dikarenakan penentuan lama
penyinaran belum menunjukkan hasil yang siginifikan terhadap jumlah larva yang
muncul dari telur yang tidak terparasitasi oleh Trichogramma.

Universitas Sumatera Utara