Tinjauan Kondisi Sosial Ekonomi Penarik Becak di Lingkungan Universitas Sumatera Utara Chapter III VI
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek atau fenomena yang
ingin diteliti. Termasuk didalamnya unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang
berlangsung (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin
membuat gambaran secara menyeluruh mengenai tinjauan sosial ekonomi penarik
becak dilingkungan Universitas Sumatera Utara.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif melampaui berbagai tahapan
berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena
sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisanya dan kemudian
berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2009: 6).
Burhan Bungin (2001:29) menyatakan penelitian kualilatif adalah penelitian yang
sasarannya terbatas, namun dengan keterbatasan sasaran, tetapi kedalaman data/
kualitas data tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka
penelitian ini semakin berkualitas.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan Universitas Sumatera Utara (USU),
jalan Dr. T. Mansur no. 9, Kampus Padang Bulan Medan.
44
Universitas Sumatera Utara
45
3.3
Informan Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif yaitu orang yang memberi informasi
tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakannya (Idrus, 2009:91). Dalam penelitian ini peneliti menentukan
informan dengan teknik
sampling aksidental, artinya informan penelitian
ditentukan secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat duigunakan sebagai
sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber data hingga data yang dikumpulkan
oleh peneliti dirasa cukup dalam melanjutkan penelitian. (Bungin 2001: 120).
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standart data yang ditetapkan ( Sugiyono, 2005:308). Untuk
mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan peneliti, maka peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut:
1.
Data Primer (Studi Lapangan) yaitu pengumpulan data atau informasi
melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk
mencari fakta-faka yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Studi lapangan
dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
a.
Observasi, yaitu pengamatan terhadap objek dan fenomena yang berkaian
dengan penelitian. Observasi dalam hal ini ialah mengamati dan
mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan
manipulasi
atau
pengendalian,
serta
mencatat
penemuan
yang
Universitas Sumatera Utara
46
memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat
penafsiran analisis.
b.
Wawancara (interview), yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Sutopo, 2006:72)
2.
Data Sekunder (Studi Kepustakaan) yaitu teknik pengumpulan data atau
informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber
kepustakaan. Studi kepustakaan (library research) dilakukan dengan
mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, karya ilmiah, artikel dan
bahan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah dalam
penelitian ini.
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari
data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan yang kemudian dikategorikan pada
tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan
analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian (Moleong, 2007: 247).
Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis
secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik
dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan leboih ditujukan sebagai tipe
penelitian deskriptif. Kutipan hasil data sejauh mungkin akan ditampilkan untuk
Universitas Sumatera Utara
47
mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara
4.1.1
Kondisi demografi Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) terletak di Kecamatan Medan Baru,
Kelurahan
Padang Bulan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas
Universitas Sumatera Utara sekitar 122 Ha, dari total luas tersebut 100 Ha
merupakan kompleks utama dari Universitas dan sisanya adalah lahan hijau
dengan batas-batas wilayah USU, yaitu:
a. Sebelah Utara
: Medan Baru, Jl. Sei Padang
b. Sebelah Selatan
: Jl. Berdikari, Kelurahan Padang Bulan
c. Sebelah Timur
: Jl. Jamin Ginting
d. Sebelah Barat
: Jl. Pembangunan, Kecamatan Medan Selayang
4.1.2
Sejarah dan perkembangan Universitas Sumatera Utara
Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya
Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan
ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keingingan
masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan
termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansyur membuat rancangan perguruan tinggi
kedokteran. Setelah Kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd.
Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat
48
Universitas Sumatera Utara
49
clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan
kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian
sebuah universitas didaerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia
persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang
anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan Mr. Djaidin Purba.
Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh
masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa
Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirkan Fakultas Kedokteran di
jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa, diantaranya dua orang
wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat pada tahun 1954. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun
1956, dan Fakultas Pertanian pada tahun 1956.
Pada tanggal 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan
oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri
yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan
dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah
oleh Presiden Republik Indonesia. Kemudian disusul berdirinya Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1960 di Banda Aceh. Sehingga
pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara terdiri dari lima fakultas di Medan
dan dua di Banda Aceh.
Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada tahun
1961, Fakultas Sastra pada tahun 1965, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam pada tahun 1965, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
pada tahun 1982, Sekolah Pascasarjana pada tahun 1992, Fakultas Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
50
Masyarakat pada tahun 1993, Fakultas Farmasi pada tahun 2006, Fakultas
Psikologi pada tahun 2007, Fakultas Keperawatan pada tahun 2009, dan Fakultas
Kehutanan pada tahun 2014.
Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara (BHMN). Perubahan status USU dari Perguruan Tinggi Negeri menjadi
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) merupakan yang kelima di Indonesia.
Sebelumnya telah berubah status Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada,
Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000.
Setelah USU, kemudian disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).
Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan Universitas
Sumatera Utara telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru,
yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas
Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh.
Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Negeri Medan pada tahun 1964, yang sekarang berubah menjadi Universitas
Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan pada tahun 1999
yang semula adalah Politeknik USU.
Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah area
hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak ditengah Kota Medan. Zona
akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan
praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan
dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis
Universitas Sumatera Utara
51
sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU
merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas
Sumatera Utara Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi
informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan
pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa
dan tenaga pendidik.
Daftar Rektor yang pernah menjabat di Universitas Sumatera Utara (19582021) adalah Sebagai berikut:
Tabel 4.1Daftar Rektor yang Menjabat di Universitas Sumatera Utara
NO
NAMA
TAHUN
JABATAN
1
Z.A Soetan Koemala Pontas
1957-1958
Ketua Presidium
2
Prof. Dr. Ahmad Sofian
1958-1962
Presidium
3
Prof. Mr. Mahadi
1962-1964
Ketua Presidium
4
Ulung Sitepu
1964-1965
Presidium
5
Drg. Nazir Alwi
1965-1966
Rektor
6
Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A.,
1966(Mei-
Pejabat Rektor
Nov)
7
Dr. S. Harnopidjati
1966-1970
Rektor
8
Harry Suwondo, S.H,
1970-1978
Rektor
9
O. K. Harmaini, S.E.,
1978
(Mei- Ketua Rektorium
Juli)
10
Dr. A. P. Parlindungan, S.H.,
1978-1986
Rektor
11
Prof. M. Jusuf Hanfiah
1986-1994
Rektor
12
Prof.
Lubis, 1994-2010
Rektor
Chairuddin
P.
Universitas Sumatera Utara
52
D.T.M.&H., Sp.A.(K.),
13
Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
2010-2015
Rektor
2015-2016
Plt. Rektor
DTM&H, M.Sc.(CTM),
Sp.A.(K.),
14
Prof. Subhilhar, M.A., Ph.D,
15
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., 2016-2021
Rektor
M..Hum.,
Seiring perkembangan Universitas Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan
meningkatnya peradaban ilmu pengetahuan, Universitas Sumatera Utara
melahirkan beberapa Fakultas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Terdapat
15 fakultas di USU, yaitu:
1.
Fakultas Kedokteran
2.
Fakultas Hukum
3.
Fakultas Pertanian
4.
Fakultas Teknik
5.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
6.
Fakultas Kedokteran Gigi
7.
Fakultas Ilmu Budaya
8.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
9.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
10.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
11.
Fakultas Farmasi
12.
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
53
13.
Fakultas Keperawatan
14.
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
15.
Fakultas Kehutanan.
4.1.3
a.
Profil Universitas Sumatera Utara
Status Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum yang mengelola bidang akademik dan non akademik secara
otonom.
b.
Kedudukan Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara berkedudukan di Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara.
c.
Hari Jadi Universitas Sumatera Utara
Tanggal 20 Agustus 1952 ditetapkan sebagai hari jadi (Dies Natalis)
Universitas Sumatera Utara.
d.
Lambang USU
Lambang USU digunakan pada bangunan, kantor, cap, ijazah, dan segala
sesuatu yang memiliki kedudukan formal dalam hal kekuasaan, kewenangan
dan kepemilikan USU.
e.
Bendera
USU memiliki bendera berbentuk empat persegi panjang dengan warna
dasar hijau tua, ditengahnya terdapat lambang USU, dan dibawahnya
terdapat tulisan Universitas Sumatera Utara. Setiap fakultas memiliki
bendera masing-masing .
Universitas Sumatera Utara
54
f.
Himne USU dan Mars USU diperdengarkan pada upacara resmi
g.
Busana USU berupa almamater serta atribut mahasiswa
h.
Landasan Hukum Universitas Sumatera Utara
Landasan hukum terbentuknya Universitas Sumatera Utara (USU) telah
diatur dalam UUD 1945, meliputi:
a.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
b.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
c.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
d.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas
Sumatera Utara
e.
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
f.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 73 Tahun 2013
tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang
Pendidikan Tinggi.
g.
Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 35 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
h.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 13
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019
i.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 4
Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
55
j.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Perlaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah
k.
Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 4 tahun 2015 tentang
Pengelolaan Pendanaan Universitas Sumatera Utara yang tidak berasal
dari Pemerintah
l.
Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 10 Tahun 2015 tentang
Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara.
4.1.4
a.
Visi, misi, dan tujuan Universitas Sumatera Utara
Visi Universitas Sumatera Utara
Menjadi Perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai
barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia
global.
b.
1.
Misi Universitas Sumatera Utara
Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang menjadi wadah
bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya manusia
yang didasarkan pada pemberdayaan
yang mengandung semangat
demokratisasi pendidikan yang mengakui kemajemukan dengan orientasi
pendidikan yang menekankan pada aspek pencarian alternatif penyelesaian
masalah aktual berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani;
2.
Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan segala kekuatan
modernisasi dalam kehidupan masyrakat luas, yang memiliki kompetensi
Universitas Sumatera Utara
56
keilmuan, relevansi dan daya saing yang kuat, serta berperilaku
kecendekiawanan yang beretika; dan
3.
Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan, budaya
penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan
kualitas akademik dengan mengembangkan ilmu yang unggul, yang
bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyrakat luas yang lebih baik.
c.
1.
Tujuan Universitas Sumatera Utara
Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni, berdasarkan moral agama,
serta mampu bersaing ditingkat nasional dan internasional;
2.
Menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan , teknologi, humaniora, dan seni dalam lingkup nasional dan
internasional.
3.
Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya
penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat secara
inovatif agar masyarakat mampu menyelesaikan masalah secara mandiri dan
berkelanjutan; dan
4.
Mewujudkan kemandirian yang adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap
tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan, baik secara nasional
maupun secara internasional.
4.1.5
Pimpinan dan pejabat Universitas Sumatera Utara
a.
Rektor dan Wakil Rektor
Universitas Sumatera Utara
57
Susunan Pimpinan Universitas Sumatera Utara adalah meliputi rektor dan
wakil rektor. Rektor sebagai pemimpin Universitas dibantu oleh wakil rektor.
b.
Majelis Wali Amanat
Majelis Wali Amanat (MWA) beranggotakan 21 orang yang mewakili unsur
Menteri, Rektor, Senat Akademik (SA). Anggota MWA diangkat dan
diiberhentikan oleh Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, MWA
diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa
jabatan.
c.
Dewan Guru Besar
Dewan Guru Besar (DGB) merupakan wadah para Guru Besar Universitas
untuk memberikan penilaian etika dan integritas moral. Dewan Guru Besar terdiri
atas seluruh Guru Besar Universitas Sumatera Utara. Dewan Guru Besar bertugas
untuk:
1)
Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pengembangan keilmuan
dan kualitas pendidikan.
2)
Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pembinaan suasana
akademik.
3)
Memberikan pertimbangan kepada Rektor dan Senat Akademik atas usul
pengangkatan Guru Besar dan doktor kehormatan (doctor honouris causa).
d.
Senat Akademik
Senat Akademik (S.A.) merupakan badan normatif tertinggi Universitas
Sumatera Utara yang mempunyai fungsi dalam kebijakan dan pengawasan
Universitas dalam bidang akademik. Keanggotaan S.A. terdiri dari :
1)
Wakil Guru Besar (WGB)
Universitas Sumatera Utara
58
2)
Wakil Dosen bukan Guru Besar (WBGB)
3)
Rektor dan Wakil Rektor
4)
Dekan dan Direktur Sekolah Pascasarjana
Dalam pelaksanaan tugas Senat Akademik dibagi kedalam empat komisi
yaitu :
1)
Komisi Kelembagaan Akademik Perencanaan dan Anggaran (KKPAP&A);
2)
Komisi Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat dan
Inovasi (KP3M&I);
3)
Komisi Pendidikan (KP);
4)
Komisi Penjaminan dan Pengawasan Mutu Akademik (KP&PMA).
4.1.5
Struktur organisasi Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu
lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu
struktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hierarki yang ada.
Universitas Sumatera Utara memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh
Rektor dan dibantu oleh Wakil Rektor, Majelis Wali Amanat, Senat Akademik,
dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
59
Bagan 4.1
Bagan Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara
Majelis Wali
Amanat
Senat
Akademik
Komite Audit
Dewan Guru
Besar
Rektor
4.1.6
Unit Penunjang
Lain
Perpustakaan
Unit pelaksana
Administrasi lain
Biro
Unit
Pengadaan
Unit Pelaksana
Akademik Lain
Unit Penjaminan
Mutu
Lembaga Pkm
Sekretaris
Universitas
Lembaga
Penelitian
Sekolah
Pascasarjana
fakultas
Badan
Usaha
Satuan Audit
Internal
Layanan dan fasilitas Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mendukung kegiatan akademik
memiliki beberapa layanan dan fasilitas yang disediakan, yaitu:
1.
Webmail Universitas Sumatera Utara
Webmail USU merupakan layanan email untuk mahasiswa dan dosen USU.
2.
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
60
Layanan perpustakaan di USU ada di setiap fakultas dan perpustakaan induk
Universitas, perpustakaan USU didirikan pada tahun 1970. Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara menempati sebuah gedung berlantai empat
dengan luas sekitar 6.090 m2 yang terletak ditengah-tengah kampus.
Gedung Perpustakaan dikelilingi areal taman dan parkir seluas sekitas 4 Ha.
Gedung perpustakaan dapat menampung sekitar 900 orang pembaca dalam
waktu yang bersamaan
3.
E-Learning
Sarana
pendukung
sebagai
suplemen
kegiatan
proses
perkuliahan/pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
4.
USU Repository
Layanan
dokumen
elektronik
berupa
laporan
penelitian,
laporan
perkuliahan, desertasi, tesis, laporan mahasiswa, buku panduan, e-journal,
dan e-archives
5.
Kantor Urusan Internasional
Layanan administrasi dan akomodasi untuk mahasiswa asing yang belajar di
Universitas Sumatera Utara.
6.
USUNETA
Layanan internet bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara
7.
Asrama
Fasilitas asrama bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara baik
mahasiswa putera maupun mahasiswa puteri.
8.
Fasilitas Olahraga
Universitas Sumatera Utara
61
Sarana berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, basket, badminton,
voli, dan lain-lain. Fasilitas ini disediakan bagi mahasiswa dan staf
Universitas Sumatera Utara.
9.
Balai Pertemuan
Fasilitas gedung untuk penyelenggaraan kegiatan, diantaranya seperti
auditorium, gelanggang mahasiswa, dan gedung Pancasila.
10.
Rumah Ibadah
Fasilitas keagamaan bagi mahasiswa yang disediakan oleh Universitas
Sumatera Utara.
11.
Kafetaria
Fasilitas kafetaria bagi mahasiswa USU
12.
Lintas USU
Bus kampus sebagai sarana transportasi gratis yang disediakan bagi seluruh
mahasiswa dan staf USU.
13.
Rumah Sakit USU
Fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, Staf/ pegawai USU maupun
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan di lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan
informan. Melalui penelitian yang dilakukakan, peneliti berhasil mengumpulkan
data maupun informasi yang berkaitan dengan judul penelitian.
Informan yang menjadi sumber informasi peneliti dalam penelitian ini
berjumlah lima orang dimana kelimanya merupakan penarik becak yang
beroperasi di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
5.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
5.1.1
Informan 1
1.
Nama
: Samsudin
2.
Jenis kelamin
: Laki-laki
3.
Usia
: 65 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan terakhir
: SD (Sekolah Dasar)
6.
Wilayah Asal
: Perbaungan
7.
Alamat
: Jalan Setiabudi
Pak Samsudin merupakan seorang penarik becak yang berpangkalan di
Pintu 1 Universitas Sumatera Utara. Menurut informasi yang diperoleh, informan
bekerja sebagai penarik becak sejak tahun 1967 dengan pendapatan berkisar Rp
70.000 per harinya. Informan menjelaskan bahwa pendapatan rata-rata Rp 70.000
62
Universitas Sumatera Utara
63
per hari, informan juga menjelaskan bahwa beliau tidak memiliki pekerjaan lain
selain menarik becak. Dengan pendapatan sebesar Rp 70.000 per harinya,
informan
hanya mampu memenuhi kebutuhan satu anak beserta istrinya.
Informan mengatakan tidak dapat menabung dengan pendapatan Rp 70.000 yang
diperolehnya setiap harinya bahkan kadang juga informan mengalami kekurangan
biaya dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Informan juga
mengatakan tidak memiliki investasi apapun selain rumah yang telah dimiliki
sendiri.
5.1.2
Informan 2
1. Nama
: Sibuloni Giawa
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 35 tahun
4. Status
: Menikah
5. Pendidikan terakhir
: SD (Sekolah Dasar)
6. Wilayah asal
: Nias Selatan
7. Alamat
: Simalingkar B
Pak Sibuloni merupakan informan yang telah menarik becak selama tujuh
tahun. Menurut pengakuan informan, bekerja sebagai penarik becak adalah pilihan
terakhir yang bisa beliau kerjakan. Dengan pendapatan sebesar Rp 30.000,
informan menanggung kebutuhan keluarga intinya beserta satu orangtua dalam
rumah yang informan sewa. Informan juga mengungkapkan bahwa tidak memiliki
tabungan berupa uang maupun barang berharga untuk menjamin masa depan.
Universitas Sumatera Utara
64
5.1.3
Informan 3
1.
Nama
: Ardin Saragi
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Usia
: 47 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan Terakhir
: SMA
6.
Asal Domisili
: Sidikalang
7.
Alamat
: Tanjung Anom
Pak Ardin Saragi seorang penarik becak yang beroperasional didepan
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang juga menyambi sebagai tukang jahit
dikediaman beliau di Tanjung Anom. Menjadi penarik becak merupakan jalan
terakhir bagi informan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Pendapatan yang
didapat informan pada hari biasa bisa mencapai 100 ribu per hari mampu
mencukupi kebutuhan sehari-hari istri beserta kedua anaknya. Informan
menuturkan bahwa penghasilan sebesar 100 ribu hanya mampu mencukupi
kebutuhan saja dan tidak dapat melakukan tabungan.Namun dengan adanya
pekerjaan sampingan sebagai penjahit, Informan mampu menabung untuk
memenuhi kewajiban informan dalam menyekolahkan kedua anaknya hingga
jenjang SMK. Informan juga menjelaskan bahwa beliau juga memiliki ternak dan
rumah yang telah dimiliki sendiri sebagai investasi untuk menutupi kekurangan
biaya dimasa yang datang.
Universitas Sumatera Utara
65
5.1.4
Informan 4
1.
Nama
: J. Sinambela
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Usia
: 62 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan Terakhir
: SMP
6.
Asal Domisili
: Tarutung
7.
Alamat
:Jalan Abdul Hakim No.39 (Kp. Susuk)
Bapak J. Sinambela seorang penarik becak yang memulai pekerjaan menarik
becak di tahun 80-an. Informan mengaku sebelum menjadi penarik becak, beliau
bekerja sebagai kuli bangunan, penjual sayuran di pasar dan menjadi pengangkat
barang dipasar-pasar. Pekerjaan-pekerjaan itu terhenti dikarenakan penglihatan
dari informan yang mulai berkurang sehingga informan tidak dapat melihat
ukuran-ukuran mebel dengan jelas dan tidak bisa melihat malam untuk
mengambil sayur untuk dijual ke pasaran. Pendapatan yang diperoleh oleh
informan dalam kesehariannya bekerja berkisar Rp 50.000. Pendapatan tersebut
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dari informan baik dari pangan,
papan, sandang hingga pendidikan anak-anaknya. Informan mengaku masih kerap
berhutang diwarung apabila kekurangan biaya dalam pemenuhan pangan.
Informan pun tidak memiliki tabungan dikarenakan semakin naiknya bahan-bahan
pokok kebutuhan hidup. Dari keterangan yang didapat, informan juga masih harus
membayar biaya sewa dari tempat tinggalnya.
Universitas Sumatera Utara
66
5.1.5
Informan 5
1.
Nama
: Ibu Linda Tinambunan
2.
Jenis Kelamin
: Perempuan
3.
Usia
: 40 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan Terakhir
: SPG (Setara SMK)
6.
Asal Domisili
: Siborong-borong
7.
Alamat
: Kompleks Pamen (Padang Bulan)
Ibu Linda Tinambunan merupakan wanita penarik becak pertama yang
beroperasi di kawasan kampus USU, beliau berpangkalan disekitaran Pintu 4
depan Politeknik Medan. Informan mengaku memulai pekerjaan sebagai penarik
becak sejak tahun 2006 dimana saat Fakultas Farmasi USU belum dibangun.
Pendapatan sebesar 80 ribu per harinya digunakan informan untuk
membayar biaya sekolah serta biaya sewa rumah. Sedangkan untuk konsumsi
digunakan dari pendapatan suami. Informan juga memiliki tabungan yang tidak
terisi setiap harinya, nominal lima hingga sepuluh ribu informan usahakan agar
memiliki biaya dalam perbaikan kerusakan becak yang digunakannya. Informan
juga menyatakan bahwa beliau memiliki jula-jula (semacam arisan) sesama
penarik becak perempuan yang hasilnya diharapkan mampu memenuhi kewajiban
sekolah anak-anaknya.
Informan membantah memiliki barang berharga sebagai jaminan masa
depan dikarenakan tidak pernah memikirkan untuk membeli barang tersebut.
Selain itu, informan mengaku memiliki sebidang tanah di kampung halaman yang
merupakan warisan namun, dipekerjakan kepada saudara.
Universitas Sumatera Utara
67
5.2
Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian
A.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kesempatan individu tersebut
memperoleh pekerjaan yang dapat meningkatkan sosial ekonomi. Adi (2004)
menyebutkan bahwa tingkat sosial ekonomi masyarakat dikatakan tinggi apabila
memiliki pendidikan setara Perguruan Tinggi, menengah apabila memiliki
pendidikan setara SMA dan dikatakan rendah apabila tidak bersekolah maupun
hanya memiliki pendidikan setara SD hingga SMP.
Hasil dari penelitian diketahui bahwa tiga dari lima penarik becak berstatus
sosial ekonomi rendah apabila dilihat dari tingkat pendidikan. Tiga penarik becak
yang dimaksud ialah informan 1, informan 2 dan informan 4. Informan 1 adalah
Pak Samsudin yang berpendidikan terakhir SD, keterbatasan biaya pada kala itu
menjadikan pak Samsudin tidak melanjutkan pendidikannya. Tidak memiliki
keterampilan lain serta kurangnya modal menyebabkan informan 1 bertahan
dalam pekerjaannya sebagai penarik becak. Begitu juga dengan informan 2 dan
informan 3 kurangnya keterampilan menjadikan mereka tetap bertahan menjadi
penarik becak.
Berbeda dengan ketiga informan sebelumnya, informan 3 dan informan 5
memiliki tingkat pendidikan yang masuk kedalam taraf sosial ekonomi menengah
karena memiliki pendidikan setara SMA. Namun, pendidikan tingkat menengah
tertanyata tidak selamanya menjamin kesejahteraan hidup seseorang. Informan 3
mengaku memiliki pekerjaan lain selain menjadi penarik becak yaitu menjahit,
Universitas Sumatera Utara
68
keterampilan yang dimilikinya sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan
keluarga informan.
Hal yang sama juga dialami oleh ibu Linda sebagai informan kelima yang
memiliki pendidikan terakhir SPG (sekolah keguruan setara SMA). Beliau
mengatakan bahwa tidak memiliki pekerjaan selama empat tahun setelah lulus
dari akademinya dan akhirnya kembali ke wilayah asalnya membantu oangtua
dari informan sebagai petani sawah. Bu Linda (Informan 5) menuturkan bahwa
beliau menjadi seorang penarik becak karena ingin membantu suaminya dalam
mencukupi perekonomian keluarganya.
Dilihat dari tingkat pendidikan, sosial ekonomi kedua informan tersebut
sudah mencapai tahap menengah dimana diharapkan ketiga informan tersebut
memperoleh kesempatan untuk memiliki pekerjaan yang lebih tinggi dari penarik
becak dibandingkan dengan tiga infoman lainnya yang hanya memiliki pendidikan
setara SDdan SMP yang disebut sebagai individu pada status sosial ekonomi yang
rendah. Namun, kurangnya keterampilan dan kecilnya kesempatan kerja yang ada
menjadikan ketiga informan tersebut memilih menarik becak sebagai tumpuan
ekonomi mereka.
Pekerjaan sebatas penarik becak tidak mematahkan semangat kelima
informan dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Hal ini terbukti dari hasil
wawancara dari kelima informan yang menyebutkan bahwa anak-anak mereka
telah dan akan menempuh pendidikan jenjang SMA sederajat dimana pendidikan
anak-anak dari kelima informan sudah termasuk pendidikan menengah menurut
UU No. 20 tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
69
B.
Pendapatan
Pendapatan merupakan hal yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup seseorang bahkan juga mampu
menjadi acuan dalam menentukan tinggi-rendahnya status sosial seseorang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan teori yang digunakan peneliti mencoba
mengukur tingkat sosial ekonomi penarik becak berdasarkan wawancara yang
telah dilakukan.
Informan 1 memiliki pendapatan yang tidak tetap seharinya sebesar 70 ribu
perharinya, apabila diakumulasikan maka informan 1 mampu mendapat
penghasilan sebesar Rp 1.680.000 per bulannya. Besarnya pendapatan Informan
satu sudah dikategorikan kedalam sosial ekonomi menengah. Namun, dengan
penghasilan tersebut informan 1 masih belum bisa mencukupi kebutuhan
hidupnya. Hal ini dipertegas dengan pengakuan informan 1 bahwa beliau masih
sering mengutang diwarung untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga
informan 1 dikarenakan informan 1 tidak selalu mendapatkan pendapatan sebesar
70 ribu perharinya.
“iya nak?oh, kalau gak dapat penumpang ya, kalau gak dapat penumpang
ya terpaksa ngutanglah di kede, kalau besok ada dapat ya bayar, gitu terus-terus
nak istilahnya gali lobang tutup lobang. Kalau ada (uang) bayar, kalau gak dapat
juga ya ngutang lagilah”.
Informan 2 menuturkan bahwa memiliki pendapatan Rp 30.000 dalam
seharinya dan apabila diakumulasikan maka dalam sebulan informan 2 memiliki
pendapatan sebesar Rp 720.000 . Besarnya pendapatan informan 2 menurut BPS
Universitas Sumatera Utara
70
dikategorikan kedalam sosial ekonomi rendah. Disamping itu, informan 2 juga
harus memenuhi kebutuhan keluarganya dan menurut penuturan beliau, apabila
informan 2 tidak mendapatkan sewa dalam satu harinya maka beliau harus
menunggu dan mencari sampai mendapatkan penumpang.
Informan 3, bapak Ardin mangaku memperoleh pendapatan Rp 500.000
dalam seminggu dan apabila diakumulasikan maka Pak Ardin mampu meraup
sebesar Rp 2.000.000 dalam sebulan. Besarnya pendapatan Pak Ardin sudah
termasuk sosial ekonomi menengah namun dari keterangan yang diperoleh
peneliti, Pak Ardin hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja
karena Pak Ardin juga harus membiayai kedua anaknya yang bersekolah di SMK.
Informan 4, Pak Sinambela menuturkan bahwa dalam kesehariannya
meranik becak mampu menghasilkan hingga Rp 50.000 dalam seharinya yang
apabila dihitung dalam sebulan mampu mengumpulkan hingga Rp 1.200.000.
Besarnya pendapatan Pak Sinambela masuk dalam kategori sosial ekonomi
rendah.
Informan 5, ibu Linda mengaku memperoleh pendapatan Rp 80.000 yang
apabila diakumulasikan berarti mencapai Rp 1.920.000 dalam sebulan.
Pendapatan Ibu Linda menurut BPS dalam sosial ekonomi sudah mencapai tingkat
menengah. Ibu Linda mengaku bahwa hasil dari menarik becak hanya untuk
membatu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga Ibu Linda. Namun, belum
dirasa cukup karena harus memenuhi biaya sekolah ketujuh anaknya.
Universitas Sumatera Utara
71
C.
Pemilikan Kekayaan
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga
yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang,
perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai
investasi kekayaan dan kendaraan pribadi. Peneliti akan menganalisa sosial
ekonomi penarik becak berdasarkan kepemilikan kekayaan.
Informan 1 mengaku tidak memiliki kekayaan lain seperti tabungan
maupun perhiasan. Pak Samsudin pun mengatakan bahwa apabila ia memiliki
sedikit uang maka beliau harus menyicil utang-utang yang ada diwarung, dari
penuturan pak Samsudin maka menurut kepemilikan kekayaan Pak Samsudin
dikategorikan kedalam sosial ekonomi rendah.
Sama halnya dengan informan 1, Informan 2 juga termasuk kepada sosial
ekonomi rendah berdasarkan kepemilikan kekayaan. Informan 2 mengatakan
kepada peneliti bahwa dengan penghasilan Rp 30.000 sangat mustahil baginya
untuk menabung, beliau juga mengatakan bahwa untuk kebutuhan rumah masih
belum bisa tercukupi bahkan beliau pun menuturkan bahwa kerap melakukan
peminjaman baik kepada keluarga maupun koperasi untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya beserta keluarganya.
“gak bisa menabunglah dek, menabung 30 ribu sehari dikasih, mana bisa
ditabung itu, hahaha. Mustahil lah itu dek, dirumah aja kurang apalagi ditabung.
gak ada investasi dek, rumah pun masih sewa juga. Kalau gak punya uang untuk
bayar sewa ya pinjam sama orang atau sama keluarga. Kalau gak ada juga ya
Universitas Sumatera Utara
72
terpaksa pinjam ke koperasilah. ada koperasikan? sekarang ini makin lama
makin berutang awak ini ya kan, sekarang udah makin susahlah”.
Informan 3 juga mengaku kewalahan dalam hal menabung, dikarenakan
biaya sekolah anak yang tinggi di taraf SMA, sehingga informan hanya
mengandalkan ternak yang sewaktu-waktu dapat informan jual saat membutuhkan
biaya.
Informan 4 juga mengalami hal yang sama dengan ketiga informan
sebelumnya, Pak Sinambela mengatakan bahwa pada masa anak-anaknya belum
masuk sekolah SMA, beliau masih mampu menabung untuk pemenuhan
kebutuhan hidup nantinya. Namun, pada saat sekarang pak Sinambela mengaku
kewalahan dalam hal menabung dikarenakan kenaikan harga kebutuhan pokok
yang semakin mahal serta persaingan untuk mendapatkan penumpang dengan
transportasi online yang mengakibatkan menurunnya pendapatan dari pak
Sinambela sehingga informan tidak mampu melakukan tabungan.
Informan 5 juga memiliki simpanan walau hanya dengan nominal 5000
hingga 10.000, namun dengan tabungan tersebut digunakan untuk membayar
biaya kontrak rumah yang ditempatinya. Pengakuan bu Linda kepada peneliti
bahwa beliau juga memiliki sepetak sawah yang merupakan warisan mertua
beliau kepada suaminya. Sawah tersebutpun dikelola oleh saudaranya yang berada
dikampung halaman.
Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa kelima informan
tergolong pada tingkat sosial ekonomi rendah menurut pemilikan kekayaan
dikarenakan tidak adanya tabungan tetap yang dimiliki oleh setiap informan.
Universitas Sumatera Utara
73
D.
Tempat tinggal
Tempat tinggal yang dianalisa dalam menentukan status sosial ekonomi
ialah berdasarkan kepemilikan tempat tinggal tersebut serta kondisi bangunannya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, didapatkan bahwa Informan 2,4
dan 5 termasuk kedalam status sosial ekonomi rendah. Hal ini diperkuat dengan
pengakuan ketiga informan.
Informan 2 ”gak ada investasi dek, rumah pun masih sewa juga. Kalau
gak punya uang untuk bayar sewa ya pinjam sama orang atau sama keluarga.”
Informan 4“punya orang itu tempat tinggal saya. Saya ngontrak disitu”
“Sekarang itu biaya kontrak makin mahal, apalagi kontrakan saya dekat USUkan tiap tahun naik, sekarang udah bayar 350 ribu saya satu bulan.”
Informan 5 ”Saya ngontrak dek, dekat Gereja Pamen, tau kan? Disitu
saya bayar 4,5 juta per tahun”
Berbeda dengan informan 1 dan informan 3, kedua informan tersebut
mengaku sudah memiliki tempat tinggal sendiri dimana berdasarkan tempat
tinggal kedua informan tersebut sudah dikatakan memiliki status sosial ekonomi
menengah.
5.3
Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan ialah:
1. Keterbatasan buku yang membahas tentang becak.
Universitas Sumatera Utara
74
2. Pada saat akan melakukan wawancara, banyak penarik becak yang
tidak bersedia untuk diwawancarai.
3. Saat akan melakukan wawancara, kondisi kampus sedang libur
semester sehingga tidak banyak becak yang beroperasi.
4. Keterbatasan keempat adalah saat melakukan wawancara terdapat
beberapa becak yang mendapat penumpang, sehingga wawancara
harus berhenti dan mencari informan baru.
Universitas Sumatera Utara
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti memberikan
kesimpulan mengenai sosial ekonomi penarik becak di lingkungan Universitas
Sumatera Utara sebagai berikut:
1. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa para penarik becak hanya menyelesaikan pendidikannya di
jenjangpendidikan tingkat dasar (SD dan SMP sederajat) dan pendidikan
tingkatmenengah (SMA sederajat). Akan tetapi, setiap informan
menganggappendidikan dalam keluarga sangat penting. Hal itu terlihat
dari tidak adanya anak dari informan yang putus sekolah bahkan seluruh
informan mampu menyanggupi anak-anaknya menempuh pendidikan
menengah setara SMA.
2. Pendapatan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak semua penarik becak memiliki pendapatan yang rendah. Hasil
analisis data yang dilakukan peneliti membuktikan bahwa dua dari lima
informan memiliki penghasilan menengah diantara Rp 1.500.000,00 - Rp
2.500.000,00.
75
Universitas Sumatera Utara
76
3. Kepemilikan kekayaan
Kekayaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialahkepemilikan barang
berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti
halnya uang, perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta
kepemilikan
lahan
sebagai
investasi
kekayaan
dan
kendaraan
pribadi.Apabila mengikuti teori yang ada, maka hanya Informan 5 yang
dapat dikatakan memiliki status sosial ekonomi tinggi karena memiliki
tanah warisan yang terletak didaerah asal informan. Sedangkan keempat
informan lainnya dikatakan sosial ekonomi rendah karena dua informan
hanya memiliki simpanan/ tabungan dibawah lima juta dan dua informan
lainnya tidak memiliki rumah/tempat tinggal.
4. Tempat Tinggal
Tempat tinggaladalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina
rasa
kekeluargaan
diantara
anggota
keluarga,
tempat
berlindungkeluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga
sebagai lambangsosial. Dari wawancara yang tela dilakukan terdapat hasil
bahwa dua dari lima informan telah menyandang status sosial menengah
karena kedua nforman tersebut telah memiliki tempat tinggal sendiri.
Sedangkan tiga informan lain masih memiliki status sosial ekonomi
rendah karena masih tinggal dirumah yang mereka sewa.
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka
saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
77
1. Perlunya dukungan maupun bantuan dari pemerintah kepada masyarakat
pelaku
pekerjaan
sektor
informal
seperti
penarik
becak
dalam
meningkatkan kualitas hidup dengan mempercepat pemerataan KIS untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan KIP untuk membantu dalam
meningkatkan pendidikan anak-anak mereka.
2. Perlunya peraturan baru bagi transportasi online yang merupakan saingan
terberat penarik becak agar terciptanya sebuah sistem yang teratur dan adil
bagi seluruh pekerja yang bekerja di dalam bidang transportasi angkutan
3. Perlu diadakan sosialisasi kembali kepada masyarakat luas mengenai alat
transportasi becak sebagai ikon transportasi di kota Medan agar minat
masyarakat dalam menggunakan becak sebagai alat transportasi ini
kembali meningkat.
4. Perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan terpadu mengenai ilmu
komunikasi dan teknologi informasi kepada para penarik becak, agar para
penarik becak juga dapat bersaing dengan sistem transportasi lainnya serta
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat
5. Perlu diadakan sosialisasi mengenai peraturan berlalu lintas kepada para
penarik becak, agar sistem transportasi ini dapat melayani masyarakat
secara baik dan benar, dapat meningkatkan kenyamanan masyarakat dan
meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan alat
transportasi becak ini.
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Tipe Penelitian
Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
dengan tujuan menggambarkan atau mendeskripsikan objek atau fenomena yang
ingin diteliti. Termasuk didalamnya unsur-unsur yang ada dalam variabel
penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan ada pula produk interaksi yang
berlangsung (Siagian, 2011:52). Melalui penelitian deskriptif ini, penulis ingin
membuat gambaran secara menyeluruh mengenai tinjauan sosial ekonomi penarik
becak dilingkungan Universitas Sumatera Utara.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif melampaui berbagai tahapan
berpikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena
sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisanya dan kemudian
berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu (Bungin, 2009: 6).
Burhan Bungin (2001:29) menyatakan penelitian kualilatif adalah penelitian yang
sasarannya terbatas, namun dengan keterbatasan sasaran, tetapi kedalaman data/
kualitas data tidak terbatas. Semakin berkualitas data yang dikumpulkan, maka
penelitian ini semakin berkualitas.
3.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kawasan Universitas Sumatera Utara (USU),
jalan Dr. T. Mansur no. 9, Kampus Padang Bulan Medan.
44
Universitas Sumatera Utara
45
3.3
Informan Penelitian
Informan dalam penelitian kualitatif yaitu orang yang memberi informasi
tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan penelitian yang sedang
dilaksanakannya (Idrus, 2009:91). Dalam penelitian ini peneliti menentukan
informan dengan teknik
sampling aksidental, artinya informan penelitian
ditentukan secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat duigunakan sebagai
sampel, bila dipandang cocok sebagai sumber data hingga data yang dikumpulkan
oleh peneliti dirasa cukup dalam melanjutkan penelitian. (Bungin 2001: 120).
3.4
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utamanya adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui
teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standart data yang ditetapkan ( Sugiyono, 2005:308). Untuk
mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan peneliti, maka peneliti
menggunakan teknik sebagai berikut:
1.
Data Primer (Studi Lapangan) yaitu pengumpulan data atau informasi
melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk
mencari fakta-faka yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Studi lapangan
dapat dibedakan menjadi 3 jenis:
a.
Observasi, yaitu pengamatan terhadap objek dan fenomena yang berkaian
dengan penelitian. Observasi dalam hal ini ialah mengamati dan
mendengar perilaku seseorang selama beberapa waktu tanpa melakukan
manipulasi
atau
pengendalian,
serta
mencatat
penemuan
yang
Universitas Sumatera Utara
46
memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat
penafsiran analisis.
b.
Wawancara (interview), yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai dengan
atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Sutopo, 2006:72)
2.
Data Sekunder (Studi Kepustakaan) yaitu teknik pengumpulan data atau
informasi yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti melalui sumber
kepustakaan. Studi kepustakaan (library research) dilakukan dengan
mempelajari dan menelaah buku-buku, jurnal, karya ilmiah, artikel dan
bahan tulisan lainnya yang memiliki relevansi dengan masalah dalam
penelitian ini.
3.5
Teknik Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yaitu dengan mengkaji data yang dimulai dengan menelaah
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber data yang terkumpul, mempelajari
data, menelaah, menyusun dalam suatu satuan yang kemudian dikategorikan pada
tahap berikutnya dan memeriksa keabsahan data serta mendefenisikannya dengan
analisis sesuai dengan kemampuan daya peneliti untuk membuat kesimpulan
penelitian (Moleong, 2007: 247).
Selain itu, data-data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis
secara kualitatif, artinya untuk analisis data tidak diperlukan model uji statistik
dengan memakai rumus-rumus tertentu, melainkan leboih ditujukan sebagai tipe
penelitian deskriptif. Kutipan hasil data sejauh mungkin akan ditampilkan untuk
Universitas Sumatera Utara
47
mendukung analisis yang disampaikan, sehingga pada akhirnya dapat ditarik
kesimpulan dari hasil penelitian tersebut.
Universitas Sumatera Utara
48
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1
Gambaran Umum Universitas Sumatera Utara
4.1.1
Kondisi demografi Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) terletak di Kecamatan Medan Baru,
Kelurahan
Padang Bulan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Luas
Universitas Sumatera Utara sekitar 122 Ha, dari total luas tersebut 100 Ha
merupakan kompleks utama dari Universitas dan sisanya adalah lahan hijau
dengan batas-batas wilayah USU, yaitu:
a. Sebelah Utara
: Medan Baru, Jl. Sei Padang
b. Sebelah Selatan
: Jl. Berdikari, Kelurahan Padang Bulan
c. Sebelah Timur
: Jl. Jamin Ginting
d. Sebelah Barat
: Jl. Pembangunan, Kecamatan Medan Selayang
4.1.2
Sejarah dan perkembangan Universitas Sumatera Utara
Sejarah Universitas Sumatera Utara (USU) dimulai dengan berdirinya
Yayasan Universitas Sumatera Utara pada tanggal 4 Juni 1952. Pendirian yayasan
ini dipelopori oleh Gubernur Sumatera Utara untuk memenuhi keingingan
masyarakat Sumatera Utara khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Pada zaman pendudukan Jepang, beberapa orang terkemuka di Medan
termasuk Dr. Pirngadi dan Dr. T. Mansyur membuat rancangan perguruan tinggi
kedokteran. Setelah Kemerdekaan Indonesia, pemerintah mengangkat Dr. Mohd.
Djamil di Bukit Tinggi sebagai ketua panitia. Setelah pemulihan kedaulatan akibat
48
Universitas Sumatera Utara
49
clash pada tahun 1947, Gubernur Abdul Hakim mengambil inisiatif menganjurkan
kepada rakyat di seluruh Sumatera Utara mengumpulkan uang untuk pendirian
sebuah universitas didaerah ini. Pada tanggal 31 Desember 1951 dibentuk panitia
persiapan pendirian perguruan tinggi yang diketuai oleh Dr. Soemarsono yang
anggotanya terdiri dari Dr. Ahmad Sofian, Ir. Danunagoro dan Mr. Djaidin Purba.
Sebagai hasil kerjasama dan bantuan moril dan material dari seluruh
masyarakat Sumatera Utara yang pada waktu itu meliputi juga Daerah Istimewa
Aceh, pada tanggal 20 Agustus 1952 berhasil didirkan Fakultas Kedokteran di
jalan Seram dengan dua puluh tujuh orang mahasiswa, diantaranya dua orang
wanita. Kemudian disusul dengan berdirinya Fakultas Hukum dan Pengetahuan
Masyarakat pada tahun 1954. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan pada tahun
1956, dan Fakultas Pertanian pada tahun 1956.
Pada tanggal 20 November 1957, Universitas Sumatera Utara diresmikan
oleh Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Soekarno menjadi Universitas Negeri
yang ketujuh di Indonesia. Pada tahun 1959, dibuka Fakultas Teknik di Medan
dan Fakultas Ekonomi di Kutaradja (Banda Aceh) yang diresmikan secara meriah
oleh Presiden Republik Indonesia. Kemudian disusul berdirinya Fakultas
Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1960 di Banda Aceh. Sehingga
pada waktu itu, Universitas Sumatera Utara terdiri dari lima fakultas di Medan
dan dua di Banda Aceh.
Selanjutnya menyusul berdirinya Fakultas Kedokteran Gigi pada tahun
1961, Fakultas Sastra pada tahun 1965, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam pada tahun 1965, Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
pada tahun 1982, Sekolah Pascasarjana pada tahun 1992, Fakultas Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
50
Masyarakat pada tahun 1993, Fakultas Farmasi pada tahun 2006, Fakultas
Psikologi pada tahun 2007, Fakultas Keperawatan pada tahun 2009, dan Fakultas
Kehutanan pada tahun 2014.
Pada tahun 2003, Universitas Sumatera Utara berubah status dari suatu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik
Negara (BHMN). Perubahan status USU dari Perguruan Tinggi Negeri menjadi
Badan Hukum Milik Negara (BHMN) merupakan yang kelima di Indonesia.
Sebelumnya telah berubah status Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada,
Institut Teknologi Bandung, dan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2000.
Setelah USU, kemudian disusul perubahan status UPI (2004) dan UNAIR (2006).
Dalam perkembangannya, beberapa fakultas di lingkungan Universitas
Sumatera Utara telah menjadi embrio berdirinya tiga perguruan tinggi negeri baru,
yaitu Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh, yang embrionya adalah Fakultas
Ekonomi dan Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan USU di Banda Aceh.
Kemudian disusul berdirinya Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP)
Negeri Medan pada tahun 1964, yang sekarang berubah menjadi Universitas
Negeri Medan (UNIMED) yang embrionya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan USU. Setelah itu, berdiri Politeknik Negeri Medan pada tahun 1999
yang semula adalah Politeknik USU.
Kampus Universitas Sumatera Utara berlokasi di Padang Bulan, sebuah area
hijau dan rindang seluas 120 ha yang terletak ditengah Kota Medan. Zona
akademik seluas 90 ha menampung hampir seluruh kegiatan perkuliahan dan
praktikum mahasiswa. Sistem pembelajaran didukung oleh fasilitas perpustakaan
dan lebih dari 200 laboratorium. Perpustakaan menyediakan berbagai jenis
Universitas Sumatera Utara
51
sumber belajar baik dalam bentuk cetak maupun elektronik. Perpustakaan USU
merupakan salah satu yang terbaik di Indonesia saat ini. Kampus Universitas
Sumatera Utara Padang Bulan juga didukung oleh infrastruktur teknologi
informasi untuk memfasilitasi akses terhadap berbagai sumber daya informasi dan
pengetahuan untuk mendukung proses pembelajaran dan penelitian mahasiswa
dan tenaga pendidik.
Daftar Rektor yang pernah menjabat di Universitas Sumatera Utara (19582021) adalah Sebagai berikut:
Tabel 4.1Daftar Rektor yang Menjabat di Universitas Sumatera Utara
NO
NAMA
TAHUN
JABATAN
1
Z.A Soetan Koemala Pontas
1957-1958
Ketua Presidium
2
Prof. Dr. Ahmad Sofian
1958-1962
Presidium
3
Prof. Mr. Mahadi
1962-1964
Ketua Presidium
4
Ulung Sitepu
1964-1965
Presidium
5
Drg. Nazir Alwi
1965-1966
Rektor
6
Prof. Dr. S. Hadibroto, M.A.,
1966(Mei-
Pejabat Rektor
Nov)
7
Dr. S. Harnopidjati
1966-1970
Rektor
8
Harry Suwondo, S.H,
1970-1978
Rektor
9
O. K. Harmaini, S.E.,
1978
(Mei- Ketua Rektorium
Juli)
10
Dr. A. P. Parlindungan, S.H.,
1978-1986
Rektor
11
Prof. M. Jusuf Hanfiah
1986-1994
Rektor
12
Prof.
Lubis, 1994-2010
Rektor
Chairuddin
P.
Universitas Sumatera Utara
52
D.T.M.&H., Sp.A.(K.),
13
Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu,
2010-2015
Rektor
2015-2016
Plt. Rektor
DTM&H, M.Sc.(CTM),
Sp.A.(K.),
14
Prof. Subhilhar, M.A., Ph.D,
15
Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., 2016-2021
Rektor
M..Hum.,
Seiring perkembangan Universitas Sumatera Utara dari tahun ke tahun dan
meningkatnya peradaban ilmu pengetahuan, Universitas Sumatera Utara
melahirkan beberapa Fakultas untuk memenuhi kebutuhan pendidikan. Terdapat
15 fakultas di USU, yaitu:
1.
Fakultas Kedokteran
2.
Fakultas Hukum
3.
Fakultas Pertanian
4.
Fakultas Teknik
5.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
6.
Fakultas Kedokteran Gigi
7.
Fakultas Ilmu Budaya
8.
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
9.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
10.
Fakultas Kesehatan Masyarakat
11.
Fakultas Farmasi
12.
Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
53
13.
Fakultas Keperawatan
14.
Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi
15.
Fakultas Kehutanan.
4.1.3
a.
Profil Universitas Sumatera Utara
Status Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) merupakan Perguruan Tinggi Negeri
Badan Hukum yang mengelola bidang akademik dan non akademik secara
otonom.
b.
Kedudukan Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara berkedudukan di Kota Medan, Provinsi
Sumatera Utara.
c.
Hari Jadi Universitas Sumatera Utara
Tanggal 20 Agustus 1952 ditetapkan sebagai hari jadi (Dies Natalis)
Universitas Sumatera Utara.
d.
Lambang USU
Lambang USU digunakan pada bangunan, kantor, cap, ijazah, dan segala
sesuatu yang memiliki kedudukan formal dalam hal kekuasaan, kewenangan
dan kepemilikan USU.
e.
Bendera
USU memiliki bendera berbentuk empat persegi panjang dengan warna
dasar hijau tua, ditengahnya terdapat lambang USU, dan dibawahnya
terdapat tulisan Universitas Sumatera Utara. Setiap fakultas memiliki
bendera masing-masing .
Universitas Sumatera Utara
54
f.
Himne USU dan Mars USU diperdengarkan pada upacara resmi
g.
Busana USU berupa almamater serta atribut mahasiswa
h.
Landasan Hukum Universitas Sumatera Utara
Landasan hukum terbentuknya Universitas Sumatera Utara (USU) telah
diatur dalam UUD 1945, meliputi:
a.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
b.
Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
c.
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
d.
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2014 tentang Statuta Universitas
Sumatera Utara
e.
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2015 tentang Bentuk dan
Mekanisme Pendanaan Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.
f.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 73 Tahun 2013
tentang Penerapan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang
Pendidikan Tinggi.
g.
Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 35 Tahun 2014
tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja di Lingkungan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
h.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 13
Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementrian Riset, Teknologi,
dan Pendidikan Tinggi Tahun 2015-2019
i.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi No. 4
Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Universitas Sumatera Utara
55
j.
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Perlaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah
k.
Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 4 tahun 2015 tentang
Pengelolaan Pendanaan Universitas Sumatera Utara yang tidak berasal
dari Pemerintah
l.
Peraturan Majelis Wali Amanat USU No. 10 Tahun 2015 tentang
Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara.
4.1.4
a.
Visi, misi, dan tujuan Universitas Sumatera Utara
Visi Universitas Sumatera Utara
Menjadi Perguruan tinggi yang memiliki keunggulan akademik sebagai
barometer kemajuan ilmu pengetahuan yang mampu bersaing dalam tataran dunia
global.
b.
1.
Misi Universitas Sumatera Utara
Menyelenggarakan pendidikan tinggi berbasis otonomi yang menjadi wadah
bagi pengembangan karakter dan profesionalisme sumber daya manusia
yang didasarkan pada pemberdayaan
yang mengandung semangat
demokratisasi pendidikan yang mengakui kemajemukan dengan orientasi
pendidikan yang menekankan pada aspek pencarian alternatif penyelesaian
masalah aktual berlandaskan kajian ilmiah, moral, dan hati nurani;
2.
Menghasilkan lulusan yang menjadi pelaku perubahan segala kekuatan
modernisasi dalam kehidupan masyrakat luas, yang memiliki kompetensi
Universitas Sumatera Utara
56
keilmuan, relevansi dan daya saing yang kuat, serta berperilaku
kecendekiawanan yang beretika; dan
3.
Melaksanakan, mengembangkan, dan meningkatkan pendidikan, budaya
penelitian dan program pengabdian masyarakat dalam rangka peningkatan
kualitas akademik dengan mengembangkan ilmu yang unggul, yang
bermanfaat bagi perubahan kehidupan masyrakat luas yang lebih baik.
c.
1.
Tujuan Universitas Sumatera Utara
Menghasilkan lulusan yang berkualitas yang mampu mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, humaniora, dan seni, berdasarkan moral agama,
serta mampu bersaing ditingkat nasional dan internasional;
2.
Menghasilkan penelitian inovatif yang mendorong pengembangan ilmu
pengetahuan , teknologi, humaniora, dan seni dalam lingkup nasional dan
internasional.
3.
Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat berbasis penalaran dan karya
penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan pemberdayaan masyarakat secara
inovatif agar masyarakat mampu menyelesaikan masalah secara mandiri dan
berkelanjutan; dan
4.
Mewujudkan kemandirian yang adaptif, kreatif, dan proaktif terhadap
tuntutan masyarakat dan tantangan pembangunan, baik secara nasional
maupun secara internasional.
4.1.5
Pimpinan dan pejabat Universitas Sumatera Utara
a.
Rektor dan Wakil Rektor
Universitas Sumatera Utara
57
Susunan Pimpinan Universitas Sumatera Utara adalah meliputi rektor dan
wakil rektor. Rektor sebagai pemimpin Universitas dibantu oleh wakil rektor.
b.
Majelis Wali Amanat
Majelis Wali Amanat (MWA) beranggotakan 21 orang yang mewakili unsur
Menteri, Rektor, Senat Akademik (SA). Anggota MWA diangkat dan
diiberhentikan oleh Menteri Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, MWA
diangkat untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali masa
jabatan.
c.
Dewan Guru Besar
Dewan Guru Besar (DGB) merupakan wadah para Guru Besar Universitas
untuk memberikan penilaian etika dan integritas moral. Dewan Guru Besar terdiri
atas seluruh Guru Besar Universitas Sumatera Utara. Dewan Guru Besar bertugas
untuk:
1)
Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pengembangan keilmuan
dan kualitas pendidikan.
2)
Memberikan masukkan kepada Rektor dalam hal pembinaan suasana
akademik.
3)
Memberikan pertimbangan kepada Rektor dan Senat Akademik atas usul
pengangkatan Guru Besar dan doktor kehormatan (doctor honouris causa).
d.
Senat Akademik
Senat Akademik (S.A.) merupakan badan normatif tertinggi Universitas
Sumatera Utara yang mempunyai fungsi dalam kebijakan dan pengawasan
Universitas dalam bidang akademik. Keanggotaan S.A. terdiri dari :
1)
Wakil Guru Besar (WGB)
Universitas Sumatera Utara
58
2)
Wakil Dosen bukan Guru Besar (WBGB)
3)
Rektor dan Wakil Rektor
4)
Dekan dan Direktur Sekolah Pascasarjana
Dalam pelaksanaan tugas Senat Akademik dibagi kedalam empat komisi
yaitu :
1)
Komisi Kelembagaan Akademik Perencanaan dan Anggaran (KKPAP&A);
2)
Komisi Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian kepada Masyarakat dan
Inovasi (KP3M&I);
3)
Komisi Pendidikan (KP);
4)
Komisi Penjaminan dan Pengawasan Mutu Akademik (KP&PMA).
4.1.5
Struktur organisasi Universitas Sumatera Utara
Struktur organisasi merupakan suatu hal yang harus dimiliki oleh suatu
lembaga untuk mencapai hasil kerja yang efisien dan efektif. Disamping itu
struktur organisasi merupakan kerangka landasan bagi pengemban tugas untuk
melaksanakan pekerjaan sesuai dengan hierarki yang ada.
Universitas Sumatera Utara memiliki struktur organisasi yang dipimpin oleh
Rektor dan dibantu oleh Wakil Rektor, Majelis Wali Amanat, Senat Akademik,
dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
59
Bagan 4.1
Bagan Struktur Organisasi Universitas Sumatera Utara
Majelis Wali
Amanat
Senat
Akademik
Komite Audit
Dewan Guru
Besar
Rektor
4.1.6
Unit Penunjang
Lain
Perpustakaan
Unit pelaksana
Administrasi lain
Biro
Unit
Pengadaan
Unit Pelaksana
Akademik Lain
Unit Penjaminan
Mutu
Lembaga Pkm
Sekretaris
Universitas
Lembaga
Penelitian
Sekolah
Pascasarjana
fakultas
Badan
Usaha
Satuan Audit
Internal
Layanan dan fasilitas Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara (USU) dalam mendukung kegiatan akademik
memiliki beberapa layanan dan fasilitas yang disediakan, yaitu:
1.
Webmail Universitas Sumatera Utara
Webmail USU merupakan layanan email untuk mahasiswa dan dosen USU.
2.
Perpustakaan Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
60
Layanan perpustakaan di USU ada di setiap fakultas dan perpustakaan induk
Universitas, perpustakaan USU didirikan pada tahun 1970. Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara menempati sebuah gedung berlantai empat
dengan luas sekitar 6.090 m2 yang terletak ditengah-tengah kampus.
Gedung Perpustakaan dikelilingi areal taman dan parkir seluas sekitas 4 Ha.
Gedung perpustakaan dapat menampung sekitar 900 orang pembaca dalam
waktu yang bersamaan
3.
E-Learning
Sarana
pendukung
sebagai
suplemen
kegiatan
proses
perkuliahan/pembelajaran bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
4.
USU Repository
Layanan
dokumen
elektronik
berupa
laporan
penelitian,
laporan
perkuliahan, desertasi, tesis, laporan mahasiswa, buku panduan, e-journal,
dan e-archives
5.
Kantor Urusan Internasional
Layanan administrasi dan akomodasi untuk mahasiswa asing yang belajar di
Universitas Sumatera Utara.
6.
USUNETA
Layanan internet bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara
7.
Asrama
Fasilitas asrama bagi mahasiswa Universitas Sumatera Utara baik
mahasiswa putera maupun mahasiswa puteri.
8.
Fasilitas Olahraga
Universitas Sumatera Utara
61
Sarana berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, basket, badminton,
voli, dan lain-lain. Fasilitas ini disediakan bagi mahasiswa dan staf
Universitas Sumatera Utara.
9.
Balai Pertemuan
Fasilitas gedung untuk penyelenggaraan kegiatan, diantaranya seperti
auditorium, gelanggang mahasiswa, dan gedung Pancasila.
10.
Rumah Ibadah
Fasilitas keagamaan bagi mahasiswa yang disediakan oleh Universitas
Sumatera Utara.
11.
Kafetaria
Fasilitas kafetaria bagi mahasiswa USU
12.
Lintas USU
Bus kampus sebagai sarana transportasi gratis yang disediakan bagi seluruh
mahasiswa dan staf USU.
13.
Rumah Sakit USU
Fasilitas kesehatan bagi mahasiswa, Staf/ pegawai USU maupun
masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini membahas mengenai data-data yang diperoleh dari penelitian yang
dilakukan di lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam dengan
informan. Melalui penelitian yang dilakukakan, peneliti berhasil mengumpulkan
data maupun informasi yang berkaitan dengan judul penelitian.
Informan yang menjadi sumber informasi peneliti dalam penelitian ini
berjumlah lima orang dimana kelimanya merupakan penarik becak yang
beroperasi di lingkungan Universitas Sumatera Utara.
5.1
Deskripsi Data Hasil Penelitian
5.1.1
Informan 1
1.
Nama
: Samsudin
2.
Jenis kelamin
: Laki-laki
3.
Usia
: 65 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan terakhir
: SD (Sekolah Dasar)
6.
Wilayah Asal
: Perbaungan
7.
Alamat
: Jalan Setiabudi
Pak Samsudin merupakan seorang penarik becak yang berpangkalan di
Pintu 1 Universitas Sumatera Utara. Menurut informasi yang diperoleh, informan
bekerja sebagai penarik becak sejak tahun 1967 dengan pendapatan berkisar Rp
70.000 per harinya. Informan menjelaskan bahwa pendapatan rata-rata Rp 70.000
62
Universitas Sumatera Utara
63
per hari, informan juga menjelaskan bahwa beliau tidak memiliki pekerjaan lain
selain menarik becak. Dengan pendapatan sebesar Rp 70.000 per harinya,
informan
hanya mampu memenuhi kebutuhan satu anak beserta istrinya.
Informan mengatakan tidak dapat menabung dengan pendapatan Rp 70.000 yang
diperolehnya setiap harinya bahkan kadang juga informan mengalami kekurangan
biaya dalam memenuhi kebutuhan pangan keluarganya. Informan juga
mengatakan tidak memiliki investasi apapun selain rumah yang telah dimiliki
sendiri.
5.1.2
Informan 2
1. Nama
: Sibuloni Giawa
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki
3. Usia
: 35 tahun
4. Status
: Menikah
5. Pendidikan terakhir
: SD (Sekolah Dasar)
6. Wilayah asal
: Nias Selatan
7. Alamat
: Simalingkar B
Pak Sibuloni merupakan informan yang telah menarik becak selama tujuh
tahun. Menurut pengakuan informan, bekerja sebagai penarik becak adalah pilihan
terakhir yang bisa beliau kerjakan. Dengan pendapatan sebesar Rp 30.000,
informan menanggung kebutuhan keluarga intinya beserta satu orangtua dalam
rumah yang informan sewa. Informan juga mengungkapkan bahwa tidak memiliki
tabungan berupa uang maupun barang berharga untuk menjamin masa depan.
Universitas Sumatera Utara
64
5.1.3
Informan 3
1.
Nama
: Ardin Saragi
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Usia
: 47 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan Terakhir
: SMA
6.
Asal Domisili
: Sidikalang
7.
Alamat
: Tanjung Anom
Pak Ardin Saragi seorang penarik becak yang beroperasional didepan
Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang juga menyambi sebagai tukang jahit
dikediaman beliau di Tanjung Anom. Menjadi penarik becak merupakan jalan
terakhir bagi informan dalam pemenuhan kebutuhan keluarga. Pendapatan yang
didapat informan pada hari biasa bisa mencapai 100 ribu per hari mampu
mencukupi kebutuhan sehari-hari istri beserta kedua anaknya. Informan
menuturkan bahwa penghasilan sebesar 100 ribu hanya mampu mencukupi
kebutuhan saja dan tidak dapat melakukan tabungan.Namun dengan adanya
pekerjaan sampingan sebagai penjahit, Informan mampu menabung untuk
memenuhi kewajiban informan dalam menyekolahkan kedua anaknya hingga
jenjang SMK. Informan juga menjelaskan bahwa beliau juga memiliki ternak dan
rumah yang telah dimiliki sendiri sebagai investasi untuk menutupi kekurangan
biaya dimasa yang datang.
Universitas Sumatera Utara
65
5.1.4
Informan 4
1.
Nama
: J. Sinambela
2.
Jenis Kelamin
: Laki-laki
3.
Usia
: 62 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan Terakhir
: SMP
6.
Asal Domisili
: Tarutung
7.
Alamat
:Jalan Abdul Hakim No.39 (Kp. Susuk)
Bapak J. Sinambela seorang penarik becak yang memulai pekerjaan menarik
becak di tahun 80-an. Informan mengaku sebelum menjadi penarik becak, beliau
bekerja sebagai kuli bangunan, penjual sayuran di pasar dan menjadi pengangkat
barang dipasar-pasar. Pekerjaan-pekerjaan itu terhenti dikarenakan penglihatan
dari informan yang mulai berkurang sehingga informan tidak dapat melihat
ukuran-ukuran mebel dengan jelas dan tidak bisa melihat malam untuk
mengambil sayur untuk dijual ke pasaran. Pendapatan yang diperoleh oleh
informan dalam kesehariannya bekerja berkisar Rp 50.000. Pendapatan tersebut
digunakan untuk pemenuhan kebutuhan keluarga dari informan baik dari pangan,
papan, sandang hingga pendidikan anak-anaknya. Informan mengaku masih kerap
berhutang diwarung apabila kekurangan biaya dalam pemenuhan pangan.
Informan pun tidak memiliki tabungan dikarenakan semakin naiknya bahan-bahan
pokok kebutuhan hidup. Dari keterangan yang didapat, informan juga masih harus
membayar biaya sewa dari tempat tinggalnya.
Universitas Sumatera Utara
66
5.1.5
Informan 5
1.
Nama
: Ibu Linda Tinambunan
2.
Jenis Kelamin
: Perempuan
3.
Usia
: 40 tahun
4.
Status
: Menikah
5.
Pendidikan Terakhir
: SPG (Setara SMK)
6.
Asal Domisili
: Siborong-borong
7.
Alamat
: Kompleks Pamen (Padang Bulan)
Ibu Linda Tinambunan merupakan wanita penarik becak pertama yang
beroperasi di kawasan kampus USU, beliau berpangkalan disekitaran Pintu 4
depan Politeknik Medan. Informan mengaku memulai pekerjaan sebagai penarik
becak sejak tahun 2006 dimana saat Fakultas Farmasi USU belum dibangun.
Pendapatan sebesar 80 ribu per harinya digunakan informan untuk
membayar biaya sekolah serta biaya sewa rumah. Sedangkan untuk konsumsi
digunakan dari pendapatan suami. Informan juga memiliki tabungan yang tidak
terisi setiap harinya, nominal lima hingga sepuluh ribu informan usahakan agar
memiliki biaya dalam perbaikan kerusakan becak yang digunakannya. Informan
juga menyatakan bahwa beliau memiliki jula-jula (semacam arisan) sesama
penarik becak perempuan yang hasilnya diharapkan mampu memenuhi kewajiban
sekolah anak-anaknya.
Informan membantah memiliki barang berharga sebagai jaminan masa
depan dikarenakan tidak pernah memikirkan untuk membeli barang tersebut.
Selain itu, informan mengaku memiliki sebidang tanah di kampung halaman yang
merupakan warisan namun, dipekerjakan kepada saudara.
Universitas Sumatera Utara
67
5.2
Pembahasan Hasil Penelitian
5.2.1 Pembahasan Hasil Penelitian
A.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi kesempatan individu tersebut
memperoleh pekerjaan yang dapat meningkatkan sosial ekonomi. Adi (2004)
menyebutkan bahwa tingkat sosial ekonomi masyarakat dikatakan tinggi apabila
memiliki pendidikan setara Perguruan Tinggi, menengah apabila memiliki
pendidikan setara SMA dan dikatakan rendah apabila tidak bersekolah maupun
hanya memiliki pendidikan setara SD hingga SMP.
Hasil dari penelitian diketahui bahwa tiga dari lima penarik becak berstatus
sosial ekonomi rendah apabila dilihat dari tingkat pendidikan. Tiga penarik becak
yang dimaksud ialah informan 1, informan 2 dan informan 4. Informan 1 adalah
Pak Samsudin yang berpendidikan terakhir SD, keterbatasan biaya pada kala itu
menjadikan pak Samsudin tidak melanjutkan pendidikannya. Tidak memiliki
keterampilan lain serta kurangnya modal menyebabkan informan 1 bertahan
dalam pekerjaannya sebagai penarik becak. Begitu juga dengan informan 2 dan
informan 3 kurangnya keterampilan menjadikan mereka tetap bertahan menjadi
penarik becak.
Berbeda dengan ketiga informan sebelumnya, informan 3 dan informan 5
memiliki tingkat pendidikan yang masuk kedalam taraf sosial ekonomi menengah
karena memiliki pendidikan setara SMA. Namun, pendidikan tingkat menengah
tertanyata tidak selamanya menjamin kesejahteraan hidup seseorang. Informan 3
mengaku memiliki pekerjaan lain selain menjadi penarik becak yaitu menjahit,
Universitas Sumatera Utara
68
keterampilan yang dimilikinya sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan
keluarga informan.
Hal yang sama juga dialami oleh ibu Linda sebagai informan kelima yang
memiliki pendidikan terakhir SPG (sekolah keguruan setara SMA). Beliau
mengatakan bahwa tidak memiliki pekerjaan selama empat tahun setelah lulus
dari akademinya dan akhirnya kembali ke wilayah asalnya membantu oangtua
dari informan sebagai petani sawah. Bu Linda (Informan 5) menuturkan bahwa
beliau menjadi seorang penarik becak karena ingin membantu suaminya dalam
mencukupi perekonomian keluarganya.
Dilihat dari tingkat pendidikan, sosial ekonomi kedua informan tersebut
sudah mencapai tahap menengah dimana diharapkan ketiga informan tersebut
memperoleh kesempatan untuk memiliki pekerjaan yang lebih tinggi dari penarik
becak dibandingkan dengan tiga infoman lainnya yang hanya memiliki pendidikan
setara SDdan SMP yang disebut sebagai individu pada status sosial ekonomi yang
rendah. Namun, kurangnya keterampilan dan kecilnya kesempatan kerja yang ada
menjadikan ketiga informan tersebut memilih menarik becak sebagai tumpuan
ekonomi mereka.
Pekerjaan sebatas penarik becak tidak mematahkan semangat kelima
informan dalam menyekolahkan anak-anak mereka. Hal ini terbukti dari hasil
wawancara dari kelima informan yang menyebutkan bahwa anak-anak mereka
telah dan akan menempuh pendidikan jenjang SMA sederajat dimana pendidikan
anak-anak dari kelima informan sudah termasuk pendidikan menengah menurut
UU No. 20 tahun 2003.
Universitas Sumatera Utara
69
B.
Pendapatan
Pendapatan merupakan hal yang diperoleh dari suatu pekerjaan yang
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan hidup seseorang bahkan juga mampu
menjadi acuan dalam menentukan tinggi-rendahnya status sosial seseorang.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dan teori yang digunakan peneliti mencoba
mengukur tingkat sosial ekonomi penarik becak berdasarkan wawancara yang
telah dilakukan.
Informan 1 memiliki pendapatan yang tidak tetap seharinya sebesar 70 ribu
perharinya, apabila diakumulasikan maka informan 1 mampu mendapat
penghasilan sebesar Rp 1.680.000 per bulannya. Besarnya pendapatan Informan
satu sudah dikategorikan kedalam sosial ekonomi menengah. Namun, dengan
penghasilan tersebut informan 1 masih belum bisa mencukupi kebutuhan
hidupnya. Hal ini dipertegas dengan pengakuan informan 1 bahwa beliau masih
sering mengutang diwarung untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga
informan 1 dikarenakan informan 1 tidak selalu mendapatkan pendapatan sebesar
70 ribu perharinya.
“iya nak?oh, kalau gak dapat penumpang ya, kalau gak dapat penumpang
ya terpaksa ngutanglah di kede, kalau besok ada dapat ya bayar, gitu terus-terus
nak istilahnya gali lobang tutup lobang. Kalau ada (uang) bayar, kalau gak dapat
juga ya ngutang lagilah”.
Informan 2 menuturkan bahwa memiliki pendapatan Rp 30.000 dalam
seharinya dan apabila diakumulasikan maka dalam sebulan informan 2 memiliki
pendapatan sebesar Rp 720.000 . Besarnya pendapatan informan 2 menurut BPS
Universitas Sumatera Utara
70
dikategorikan kedalam sosial ekonomi rendah. Disamping itu, informan 2 juga
harus memenuhi kebutuhan keluarganya dan menurut penuturan beliau, apabila
informan 2 tidak mendapatkan sewa dalam satu harinya maka beliau harus
menunggu dan mencari sampai mendapatkan penumpang.
Informan 3, bapak Ardin mangaku memperoleh pendapatan Rp 500.000
dalam seminggu dan apabila diakumulasikan maka Pak Ardin mampu meraup
sebesar Rp 2.000.000 dalam sebulan. Besarnya pendapatan Pak Ardin sudah
termasuk sosial ekonomi menengah namun dari keterangan yang diperoleh
peneliti, Pak Ardin hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari saja
karena Pak Ardin juga harus membiayai kedua anaknya yang bersekolah di SMK.
Informan 4, Pak Sinambela menuturkan bahwa dalam kesehariannya
meranik becak mampu menghasilkan hingga Rp 50.000 dalam seharinya yang
apabila dihitung dalam sebulan mampu mengumpulkan hingga Rp 1.200.000.
Besarnya pendapatan Pak Sinambela masuk dalam kategori sosial ekonomi
rendah.
Informan 5, ibu Linda mengaku memperoleh pendapatan Rp 80.000 yang
apabila diakumulasikan berarti mencapai Rp 1.920.000 dalam sebulan.
Pendapatan Ibu Linda menurut BPS dalam sosial ekonomi sudah mencapai tingkat
menengah. Ibu Linda mengaku bahwa hasil dari menarik becak hanya untuk
membatu suaminya memenuhi kebutuhan keluarga Ibu Linda. Namun, belum
dirasa cukup karena harus memenuhi biaya sekolah ketujuh anaknya.
Universitas Sumatera Utara
71
C.
Pemilikan Kekayaan
Pemilikan kekayaan atau fasilitas adalah kepemilikan barang berharga
yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti halnya uang,
perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta kepemilikan lahan sebagai
investasi kekayaan dan kendaraan pribadi. Peneliti akan menganalisa sosial
ekonomi penarik becak berdasarkan kepemilikan kekayaan.
Informan 1 mengaku tidak memiliki kekayaan lain seperti tabungan
maupun perhiasan. Pak Samsudin pun mengatakan bahwa apabila ia memiliki
sedikit uang maka beliau harus menyicil utang-utang yang ada diwarung, dari
penuturan pak Samsudin maka menurut kepemilikan kekayaan Pak Samsudin
dikategorikan kedalam sosial ekonomi rendah.
Sama halnya dengan informan 1, Informan 2 juga termasuk kepada sosial
ekonomi rendah berdasarkan kepemilikan kekayaan. Informan 2 mengatakan
kepada peneliti bahwa dengan penghasilan Rp 30.000 sangat mustahil baginya
untuk menabung, beliau juga mengatakan bahwa untuk kebutuhan rumah masih
belum bisa tercukupi bahkan beliau pun menuturkan bahwa kerap melakukan
peminjaman baik kepada keluarga maupun koperasi untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya beserta keluarganya.
“gak bisa menabunglah dek, menabung 30 ribu sehari dikasih, mana bisa
ditabung itu, hahaha. Mustahil lah itu dek, dirumah aja kurang apalagi ditabung.
gak ada investasi dek, rumah pun masih sewa juga. Kalau gak punya uang untuk
bayar sewa ya pinjam sama orang atau sama keluarga. Kalau gak ada juga ya
Universitas Sumatera Utara
72
terpaksa pinjam ke koperasilah. ada koperasikan? sekarang ini makin lama
makin berutang awak ini ya kan, sekarang udah makin susahlah”.
Informan 3 juga mengaku kewalahan dalam hal menabung, dikarenakan
biaya sekolah anak yang tinggi di taraf SMA, sehingga informan hanya
mengandalkan ternak yang sewaktu-waktu dapat informan jual saat membutuhkan
biaya.
Informan 4 juga mengalami hal yang sama dengan ketiga informan
sebelumnya, Pak Sinambela mengatakan bahwa pada masa anak-anaknya belum
masuk sekolah SMA, beliau masih mampu menabung untuk pemenuhan
kebutuhan hidup nantinya. Namun, pada saat sekarang pak Sinambela mengaku
kewalahan dalam hal menabung dikarenakan kenaikan harga kebutuhan pokok
yang semakin mahal serta persaingan untuk mendapatkan penumpang dengan
transportasi online yang mengakibatkan menurunnya pendapatan dari pak
Sinambela sehingga informan tidak mampu melakukan tabungan.
Informan 5 juga memiliki simpanan walau hanya dengan nominal 5000
hingga 10.000, namun dengan tabungan tersebut digunakan untuk membayar
biaya kontrak rumah yang ditempatinya. Pengakuan bu Linda kepada peneliti
bahwa beliau juga memiliki sepetak sawah yang merupakan warisan mertua
beliau kepada suaminya. Sawah tersebutpun dikelola oleh saudaranya yang berada
dikampung halaman.
Berdasarkan pembahasan diatas disimpulkan bahwa kelima informan
tergolong pada tingkat sosial ekonomi rendah menurut pemilikan kekayaan
dikarenakan tidak adanya tabungan tetap yang dimiliki oleh setiap informan.
Universitas Sumatera Utara
73
D.
Tempat tinggal
Tempat tinggal yang dianalisa dalam menentukan status sosial ekonomi
ialah berdasarkan kepemilikan tempat tinggal tersebut serta kondisi bangunannya.
Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti, didapatkan bahwa Informan 2,4
dan 5 termasuk kedalam status sosial ekonomi rendah. Hal ini diperkuat dengan
pengakuan ketiga informan.
Informan 2 ”gak ada investasi dek, rumah pun masih sewa juga. Kalau
gak punya uang untuk bayar sewa ya pinjam sama orang atau sama keluarga.”
Informan 4“punya orang itu tempat tinggal saya. Saya ngontrak disitu”
“Sekarang itu biaya kontrak makin mahal, apalagi kontrakan saya dekat USUkan tiap tahun naik, sekarang udah bayar 350 ribu saya satu bulan.”
Informan 5 ”Saya ngontrak dek, dekat Gereja Pamen, tau kan? Disitu
saya bayar 4,5 juta per tahun”
Berbeda dengan informan 1 dan informan 3, kedua informan tersebut
mengaku sudah memiliki tempat tinggal sendiri dimana berdasarkan tempat
tinggal kedua informan tersebut sudah dikatakan memiliki status sosial ekonomi
menengah.
5.3
Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan penelitian yang telah dilaksanakan ialah:
1. Keterbatasan buku yang membahas tentang becak.
Universitas Sumatera Utara
74
2. Pada saat akan melakukan wawancara, banyak penarik becak yang
tidak bersedia untuk diwawancarai.
3. Saat akan melakukan wawancara, kondisi kampus sedang libur
semester sehingga tidak banyak becak yang beroperasi.
4. Keterbatasan keempat adalah saat melakukan wawancara terdapat
beberapa becak yang mendapat penumpang, sehingga wawancara
harus berhenti dan mencari informan baru.
Universitas Sumatera Utara
75
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, peneliti memberikan
kesimpulan mengenai sosial ekonomi penarik becak di lingkungan Universitas
Sumatera Utara sebagai berikut:
1. Tingkat Pendidikan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa para penarik becak hanya menyelesaikan pendidikannya di
jenjangpendidikan tingkat dasar (SD dan SMP sederajat) dan pendidikan
tingkatmenengah (SMA sederajat). Akan tetapi, setiap informan
menganggappendidikan dalam keluarga sangat penting. Hal itu terlihat
dari tidak adanya anak dari informan yang putus sekolah bahkan seluruh
informan mampu menyanggupi anak-anaknya menempuh pendidikan
menengah setara SMA.
2. Pendapatan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak semua penarik becak memiliki pendapatan yang rendah. Hasil
analisis data yang dilakukan peneliti membuktikan bahwa dua dari lima
informan memiliki penghasilan menengah diantara Rp 1.500.000,00 - Rp
2.500.000,00.
75
Universitas Sumatera Utara
76
3. Kepemilikan kekayaan
Kekayaan yang dimaksud dalam penelitian ini ialahkepemilikan barang
berharga yang memiliki nilai tinggi dalam suatu rumah tangga seperti
halnya uang, perhiasan, barang-barang yang bernilai jual tinggi serta
kepemilikan
lahan
sebagai
investasi
kekayaan
dan
kendaraan
pribadi.Apabila mengikuti teori yang ada, maka hanya Informan 5 yang
dapat dikatakan memiliki status sosial ekonomi tinggi karena memiliki
tanah warisan yang terletak didaerah asal informan. Sedangkan keempat
informan lainnya dikatakan sosial ekonomi rendah karena dua informan
hanya memiliki simpanan/ tabungan dibawah lima juta dan dua informan
lainnya tidak memiliki rumah/tempat tinggal.
4. Tempat Tinggal
Tempat tinggaladalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan
membina
rasa
kekeluargaan
diantara
anggota
keluarga,
tempat
berlindungkeluarga dan menyimpan barang berharga, dan rumah juga
sebagai lambangsosial. Dari wawancara yang tela dilakukan terdapat hasil
bahwa dua dari lima informan telah menyandang status sosial menengah
karena kedua nforman tersebut telah memiliki tempat tinggal sendiri.
Sedangkan tiga informan lain masih memiliki status sosial ekonomi
rendah karena masih tinggal dirumah yang mereka sewa.
6.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka
saran dari peneliti adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
77
1. Perlunya dukungan maupun bantuan dari pemerintah kepada masyarakat
pelaku
pekerjaan
sektor
informal
seperti
penarik
becak
dalam
meningkatkan kualitas hidup dengan mempercepat pemerataan KIS untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dan KIP untuk membantu dalam
meningkatkan pendidikan anak-anak mereka.
2. Perlunya peraturan baru bagi transportasi online yang merupakan saingan
terberat penarik becak agar terciptanya sebuah sistem yang teratur dan adil
bagi seluruh pekerja yang bekerja di dalam bidang transportasi angkutan
3. Perlu diadakan sosialisasi kembali kepada masyarakat luas mengenai alat
transportasi becak sebagai ikon transportasi di kota Medan agar minat
masyarakat dalam menggunakan becak sebagai alat transportasi ini
kembali meningkat.
4. Perlu diadakan sosialisasi dan pelatihan terpadu mengenai ilmu
komunikasi dan teknologi informasi kepada para penarik becak, agar para
penarik becak juga dapat bersaing dengan sistem transportasi lainnya serta
dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat
5. Perlu diadakan sosialisasi mengenai peraturan berlalu lintas kepada para
penarik becak, agar sistem transportasi ini dapat melayani masyarakat
secara baik dan benar, dapat meningkatkan kenyamanan masyarakat dan
meminimalisir angka kecelakaan lalu lintas yang melibatkan alat
transportasi becak ini.
Universitas Sumatera Utara