Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan) Chapter III VI

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive artinya penentuan daerah
penelitian dilakukan secara sengaja. Lokasi penelitian terpilih adalah Kecamatan
Rawang Panca Arga. Karena merupakan kecamatan dengan luas lahan, luas panen
produksi dan padi sawah terluas di Kabupaten Asahan.
Tabel 3. Luas Tanam, Luas Panen, Produksi
Padi Sawah Menurut
Kecamatan
Kecamatan
Luas Tanam
Luas Panen
Produksi
(Ha)
(Ha)
(Ton)
B. P Mandoge
Bandar Pulau
Aek Songsongan

116
102
558
Rahuning
Pulau Rakyat
125
106
580
Aek Kuasan
Aek Ledong
Sei Kepayang
4 420
5 102
27.989
Sei Kepayang Barat
Sei Kepayang Timur
Tanjung Balai
Simpang Empat
164
207

1 132
Teluk Dalam
Air Batu
Sei Dadap
Buntu Pane
Tinggi Raja
Setia Janji
1 059
1 201
6 567
Meranti
4 719
4 360
23 840
Pulo Bandring
626
651
3 560
Rawang Panca Arga
5 886

6 277
34 327
Air Joman
52
51
279
Silo Laut
384
294
1 608
Kisaran barat
Kisaran timur
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Asahan, 2016

23

Universitas Sumatera Utara

24


Desa yang dipilih sebagai lokasi penelitian adalah Desa Rawang Baru. Desa
Rawang Baru merupakan desa yang menerima bantuan sarana produksi terbanyak
khususnya pada bantuan benih dan perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan
saluran irigasi (lining).
Berdasarkan data yang diperoleh jumlah populasi petani padi sawah yang terdapat
di Desa Rawang Baru adalah 870 anggota kelompok tani. Data tersebut di peroleh
dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan.
Tabel 4. Kelompok Tani Berdasarkan Kelompok P3A Penerima Bantuan
Perbaikan Jaringan Irigasi dan Penerima Bantuan Saprodi
Kelompok Tani Desa Rawang Baru Tahun 2015
Daftar Nama
Daftar Nama Kelompok
Jumlah Anggota
P3A
Tani
Kelompok Tani
P3A Sekata
Lorong VII
51
Dembul

49
Makmur
46
Sekar Mulia
58
P3A Bersama
Sepakat
45
Sahata
49
Harapan
41
Subur
48
P3A Rawang Baru Maju
58
Mobe
70
Gabe
60

Bren
50
Bondar Tangkapan
43
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Asahan
Data di atas menujukkan kelompok tani penerima sarana produksi pertanian
berdasarkan kelompok P3A yang berjumlah 3 kelompok dengan 13 kelompok tani
dan jumlah anggota sebanyak 668 anggota.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani padi sawah menerima bantuan bantuan
sarana produksi pertanian di Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga

Universitas Sumatera Utara

25

Kabupaten Asahan. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 petani sampel. Gay
menyatakan bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada
desain penelitian yang digunakan yaitu minimal 30 sampel. Dalam penelitian ini
jumlah sampel sebanyak 50 sampel. Artinya melebihi dari batas pengambilan sampel

minimal.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode pengambilan sampel
berstrata proposional (proportionate Stratified Random Sampling) karena kondisi
populasi heterogen dan berstrata. Dalam penelitian ini kondisi populasi yang
heterogen dapat dilihat dari strata masing-masing kepemilikan luas lahan petani.
Metode pengambilan sampel berstrata proposional (proportionate Stratified
Random Sampling)

berguna untuk memperoleh sampel yang mempunyai

karakteristik spesifik dengan proporsi yang tepat sama dengan penyebaran
karakteristik dalam populasi (Black and Champion, 1999). Data dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 5. Strata Luas Lahan Petani (Ha) Petani Sampel
No.
Luas Lahan (Ha)
Jumlah Anggota
Sampel
1.

< 0,5
69
69 / 668 x 50 = 5
2.
0,5 -1
520
520 / 668 x 50 = 39
3.
>1
79
79 / 668 x 50 = 6
Jumlah
668
50

3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat 2 jenis data yang di gunakan yaitu data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada para
petani untuk memperoleh informasi dan data langsung dari keterangan petani
dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data


Universitas Sumatera Utara

26

sekunder adalah data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Asahan,
Badan Pusat Statistik, Balai Penyuluhan dan Ketahanan Pangan serta instansi
yang terkait dengan penelitian.
3.4 Metode Analisis Data
Berdasarkan hasil wawancara tidak terstruktur pada saat pra survey dengan
penyuluh pertanian, tokoh, kontak tani, ketua kelompok tani dan petani. Didapat
informasi mengenai isu yang terjadi di lapangan adalah:
1. Petani tidak menerima dengan baik varietas benih yang diberikan.
2. Petani dapat menggunakan langsung benih padi yang diberikan
3. Jumlah benih diberikan secara adil.
4. Tidak ada manfaat membayar iuran air.
5. Jumlah traktor bantuan tidak mencukupi.
6. Benih yang disemai tumbuh lebih lama.
7. Varietas benih yang diberikan adalah varietas yang biasa digunakan oleh petani
8. Lamanya proses penyaluran benih ke petani.

9. Pengairan di sawah petani lancar.
10. Petani tidak merasakan adanya manfaat pembuatan lining.
11. Pemberian bantuan langsung ke lembaga petani.
12. Banyak benih yang tidak tumbuh.
13. Terdapat tanggal kadaluarsa serta sertifikat benih.
14. Hand tractor yang diberikan diharapkan mampu membantu petani membajak
lahan petani.
15. Tingkat pertumbuhan benih sebesar 80%.

Universitas Sumatera Utara

27

16. Jumlah benih tidak memadai.
17. Masalah kekeringan menjadi faktor keterlambat untuk menanam padi.
18. Air di saluran irigasi mengalir lancar.
Berdasarkan inventarisasi isu di atas maka disusunlah pernyataan – pernyataan
yang berkaitan dengan isu. Pernyataan terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negatif. Berikut adalah tabel pernyataan positif dan pernyataan negatif
yang diperoleh berdasarkan inventarisasi isu yang terjadi di lapangan:

Tabel 6. Daftar Pernyataan Positif dan Negatif Petani Terhadap Bantuan
Sarana Produksi dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah
No.
1.
2.

3.

4.

5.

6.

7.

8

9

Pernyataan Positif

Pernyataan Negatif

Bantuan benih diberikan
melalui kelompok tani.
Jenis
bantuan
benih
diberikan adalah varietas
Ciherang.
Jumlah
benih
yang
diberikan sesuai dengan luas
lahan
Mutu bantuan benih yang
diberikan sesuai dengan
standart pabrik.
Waktu pemberian benih
sesuai kalender tanam.

Bantuan benih diberikan lama diterima
ditingkat petani.
Sebagian petani menggunakan benih
varietas lain karena dianggap lebih baik.

Benih
yang
diberikan
sekitar 80% tumbuh dengan
baik.
Ada perbaikan jaringan
irigasi dengan pembuatan
lining.
Setelah pembuatan lining
kegiatan pengairan lancar.

Jumlah benih bantuan kurang untuk
dibibitkan
Mutu bantuan benih yang diberikan
rendah (banyak benih yang tidak tumbuh)
Petani membibitkan dan menanam padi
lewat dari kalender tanam karena kendala
pengairan.
Proses tumbuh benih bantuan yang
diberikan memakan waktu yang lama.
Petani sulit menjangkau jaringan irigasi
karena letak lahan yang jauh dari irigasi.
Petani dikenakan biaya pengairan
meskipun tidak ada perubahan yang
dirasakan pada sistem pengairan.

Hand tractor yang diberikan Petani menggunakan hand tractor secara
untuk membantu membajak bergilir karena tidak cukup untuk
semua lahan petani.
mengolah lahan.

Universitas Sumatera Utara

28

Pernyataan positif dan pernyataan negatif yang telah disusun diberikan skor pada
setiap pilihan jawabannya. Pemberian skor jawaban pernyataan positif dan
pernyataan negatif menggunakan teknik penskalaan Likert. Teknik pernskalaan
Likert digunakan untuk menguji hipotesis 1 yaitu mengukur sikap petani padi
terhadap bantuan sarana produksi pertanian.
Skoring untuk setiap pernyataan dinyatakan sebagai berikut:
Tabel 7. Kategori Jawaban Pertanyaan Positif dan Negatif Sikap Petani
Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian
Kategori Jawaban
Positif
SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
KS (Kurang Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Setuju)

Skor
5
4
3
2
1

Kategori Jawaban
Negatif
SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
KS (Kurang Setuju)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Setuju)

Skor
1
2
3
4
5

Pengukuran sikap petani sampel terhadap bantuan sarana produksi pertanian dapat
digunakan dengan menggunakan rumus Likert, yaitu:

Keterangan :
T = Skor standart
x = Skor responden
x = Skor rata-rata responden
s = Deviasi standart skor kelompok
Kriteria Pengujian :
T ≥ 50 = Sikap petani sampel adalah positif
T < 50 = Sikap petani sampel negative

Universitas Sumatera Utara

29

Untuk hipotesis 2 dan 3

dianalisis dengan metode kolerasi rank Spearman.

Metode rank Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan antara dua
variabel. Variabel yang akan dianalisis adalah variabel sikap dengan variabel
umur, variabel sikap dengan variabel luas lahan, variabel sikap dengan variabel
jumlah tanggungan, variabel sikap dengan variabel tingkat pendidikan, variabel
sikap dengan variabel lama berusahatani, variabel sikap dengan variabel
produktivitas dan pendapatan. Pada penelitian ini variabel yang akan dianalisis
mempunyai tipe data ordinal dan yang lainnya data ratio. Maka diambil
penggunaan metode dengan data yang lebih rendah derajatnya, sehingga pada
kasus ini metode yang digunakan adalah korelasi rank Spearman. Dalam uji Rank
Spearman, skala data untuk kedua variabel yang akan dikorelasikan dapat berasal
dari skala yang berbeda (Skala data ordinal dikorelasikan dengan skala data
numerik) atau sama (skala data ordinal dengan skala data ordinal). Sehingga
metode analisis rank Spearman dapat digunakan dalam penelitian ini. Cara manual
untuk menghitung korelasi rank Spearman adalah sebagai berikut:
Persamaan 1 : Untuk nilai skor data tidak ada yang sama

atau
Persamaan 2 : Untuk data yang skornya ada yang sama (ties)

dan

Universitas Sumatera Utara

30

Dimana :
rs

= nilai koefisien korelasi Spearman`

di

= perbedaan setiap pasang ranking

n

= Jumlah pengamatan

t

= Jumlah data yang sama

untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t dengan
rumus:

Kriteria pengambilan keputusan:
• Jika th < tα berarti H0 diterima dan H1ditolak (tidak ada hubungan antara sikap
petani padi sawah terhadap bantuan sarana produksi pertanian dengan
pendapatan dan produktivitas petani padi di daerah penelitian).
• Jika th > t α berarti H1 diterima dan H0 ditolak (ada hubungan antara sikap
petani padi sawah terhadap bantuan sarana produksi pertanian dengan
pendapatan dan produktivitas petani padi di daerah penelitian ) (Siegel, 1994).

Universitas Sumatera Utara

31

Untuk menentukan tingkat kekuatan hubungan antara variabel, dapat dilihat
berdasarkan nilai koefisien korelasi dengan ketentuan sebagai berikut:
Koefisien
0,00-0,19
0,20 – 0,39
0,4 – 0,59
0,6 – 0,79
0,8 – 1,00
(Nanang Martono, 2010)

Kekuatan Hubungan
Sangat rendah/Sangat lemah
Rendah/Lemah
Sedang
Tinggi/Kuat
Sangat tinggi/Sangat Kuat

Dalam penelitian ini analisis rank Spearman dianalisis dengan SPSS yang akan
memudahkan dalam melakukan input data dan memperoleh output data yang lebih
akurat. Adapun kriteria pengambilan keputusan dalam analisis rank Spearman
dengan menggunakan program SPSS adalah sebagai berikut:
• H0 diterima jika nilai signifikansi yang diperoleh ≥ α=0,05 maka tidak ada
hubungan antara kedua variabel.
• H1 diterima jika nilai signifikansi ≤ α=0,05 maka ada hubungan anatara
kedua variabel.
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
Untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan penelitian maka dibuat definisi
antara lain:
1. Petani padi sawah yaitu petani yang menerima manfaat bantuan sarana

produksi pertanian di daerah penelitian.
2. Bantuan saran produksi pertanian adalah bantuan yang diberikan pemerintah
kepada petani melalui kelompok tani yang terdiri dari bantuan benih padi,

Universitas Sumatera Utara

32

perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan saluran irigasi (Lining) dan bantuan
alat mesin tani berupa pemberian hand tractor.

3. Sikap petani adalah respon evaluatif atau suatu bentuk evaluasi terhadap
bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan.
4. Sikap positif adalah sikap petani menunjukkan bahwa petani menerima dengan
baik dan merasakan manfaat adanya bantuan sarana produksi pertanian.
5. Sikap negatif adalah sikap petani menunjukkan bahwa petani tidak menerima
dengan baik dan merasakan manfaat adanya bantuan sarana produksi pertanian.
6. Produksi padi adalah jumlah output atau hasil panen padi dari luas lahan petani
selama satu kali musim tanam dalam bentuk Gabah Kering Panen (GKP) yang
diukur dalam satuan kilogram (kg) dengan menggunakan bantuan sarana
produksi yang diberikan.
7. pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan selama melakukan kegiatan usahatani.
3.5.2 Batasan Operasional
1. Sampel penelitian adalah petani padi sawah yang menerima bantuan sarana
produksi pertanian.
2. Tempat penelitian adalah desa Rawang Panca Arga Kecamatan Rawang Panca
Arga Kabupaten Asahan.
3. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2017.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
SAMPEL
4.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Desa Rawang Baru merupakan desa pertanian. Maka hasil ekonomi warga dan
mata pencaharian warga sebagian besar adalah petani. Desa Rawang Baru
merupakan dataran rendah sehingga berpotensi dijadikan areal pertanian. Desa
Rawang Baru merupakan pemekaran dari Desa Rawang Lama yang terdiri dari 13
dusun.
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Desa Rawang Baru terbentuk dari 13 dusun, memiliki luas wilayah 2497 Ha atau
2,5 Km. Desa Rawang Baru berada dalam ketinggian antara ± 0 m – 50 m di atas
permukaan laut. Berada di kawasan tengah bagian Utara Kabupaten Asahan. Desa
Rawang Baru masuk dalam wilayah Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten
Asahan berjarak ± 2 Km arah dari kantor Camat Rawang Panca Arga.
Secara administratif, Desa Rawang Baru memiliki batas – batas sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatas dengan Desa Rawang Lama
Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Subur
Sebelah Timur berbatas dengan Silo Lama, Desa Bangun Sari, Desa
Banjar, Dengan Desa Pasar Lembu
Sebelah Barat berbatas dengan Desa Rawang Pasar V dan Desa Rawang
Pasar VI

33

Universitas Sumatera Utara

34

4.1.2 Kondisi Demografis
Desa Rawang Baru mempunyai jumlah penduduk 2.044 Jiwa yang terdiri dari
1.032 orang laki-laki dan 1.012 orang perempuan dan 520 kepala keluarga.
a. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Rawang Baru
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki

1.032

50,4

Perempuan

1.012

49,5

Jumlah
2.044
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

100

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin yaitu
jumlah penduduk laki – laki sebesar 1.032 jiwa (50,4%) dan jumlah penduduk
wanita sebesar 1.012 (49,5%). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
Desa Rawang Baru lebih banyak berjenis kelamin laki-laki.

Universitas Sumatera Utara

35

b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa Rawang Baru
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan
Jumlah
Jiwa
Persentase (%)
Usia 3 - 6 Tahun Yang Belum Masuk TK
91
4,4
Usia 3 - 6 Tahun Yang Sudah Masuk TK
63
3,0
Usia 7 - 18 Yang Tidak Pernah Sekolah
Usia 7 - 18 Yang Sedang Sekolah
376
18,39
Usia 18 - 56 Tahun Yang Tidak Pernah
Sekolah
Usia 18 – 56 Tahun Pernah SD Tetapi
16
0,7
Tidak Tamat SD/Sederajat
Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat
98
4,79
SMP
Jumlah Usia 12 – 56 Tahun Tidak Tamat
18
0,88
SMA
Tamat SD/Sederajat
334
16,34
Tamat SMP/Sederajat
493
24,11
Tamat SMA/Sederajat
516
25,24
Tamat D-1/Sederajat
8
0,39
Tamat D-2/Sederajat
1
0,04
Tamat D-3/ Sederajat
14
0,68
Tamat S-1/ Sederajat
16
0,78
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di
Desa Rawang Baru tergolong tinggi. Hal itu dapat dilihat dari jumlah penduduk
yang sedang sekolah sebanyak 376 jiwa (18,39%), tamat SD/Sederajat sebanyak
334 jiwa (16,34%), tamat SMP/Sederajat sebanyak 493 jiwa (24,11%), tamat
SMA sebanyak 516 jiwa (25,24%), tamat D-1/Sederajat sebanyak 8 jiwa (0,39%),
tamat D-2/Sederajat sebanyak 1 jiwa (0,04%), tamat D-3/Sederajat sebanyak 14
jiwa (0,68%) dan tamat S-1/Sederajat sebanyak 16 jiwa (0,78%).

Universitas Sumatera Utara

36

c. Ditribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan etnis di Desa Rawang Baru dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis
No.
Etnis
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1. Jawa
879
38,92
2. Batak
1.350
59,78
3. Nias
9
0,3
4. Melayu
20
0,8
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Tabel 12 di atas menunjukkan distribusi jumlah penduduk berdasarkan etnis. Etnis
Jawa sebanyak 879 (38,92%), etnis Batak sebanyak 1.350 jiwa (59,78%), etnis
Nias sebanyak 9 (0,3%) dan etnis Melayu sebanyak 20 (0,8%).
d. Ditribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di Desa Rawang Baru
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 11. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No.
Mata Pencaharian
Jumlah (Jiwa)
Persentase (%)
1. Petani
326
33,13
2. Buruh Tani
500
50,81
3. Buruh Swasta
106
10,77
4. PNS
20
2,54
5. TNI
4
0,4
6. Polri
1
0,1
7. Pedagang
15
1,52
8. Pengrajin
2
0,2
9. Peternak
10
1,01
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Universitas Sumatera Utara

37

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk Desa Rawang Panca
Arga bekerja di sektor pertanian. Hal itu dapat dilihat bahwa sebanyak 326 jiwa
(33,13%) bermata pencaharian sebagai petani. Sebanyak 500 jiwa (50,81%)
bermata pencaharian sebagai petani. Sedangkan penduduk lainnya bekerja pada
sektor lain. Seperti buruh swasta sebanyak 106 jiwa (10,77%), PNS sebanyak 20
jiwa (2,54%), TNI sebanyak 4 jiwa (0,4%), Polri sebanyak 1 jiwa (0,1%),
pedagang sebanyak 15 jiwa (1,52%), pengrajin sebanyak 2 (0,2%) dan peternak
sebanyak 10 jiwa (1,01%).
4.2 Luas Lahan Menurut Penggunaan
Luas lahan Desa Rawang Baru menurut penggunaannya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 12. Luas Lahan Menurut Penggunaan
No.
Wilayah
1.
Persawahan
2.
Tegel/ladang
3.
Pekarangan
4.
Pemukiman
5.
Perkebunan Rakyat
6.
Perkebunan Swasta
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

Luas
733 Ha
205 Ha
45 Ha
45 Ha
11 Ha
879 Ha

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa Desa Rawang Baru merupakan
wilayah pertanian. Lahan pertanian yang terdapat di desa adalah persawahan
seluas 733 Ha, tegel/ladang seluas 205 Ha, perkebunan rakyat seluas 11 Ha dan
perkebunan swasta seluas 879 Ha. Sedangkan lahan pemukiman seluas 45 Ha dan
lahan pekarangan seluas 45 Ha.

Universitas Sumatera Utara

38

4.3 Sarana dan Prasarana Desa Rawang Baru
Sarana dan prasarana umum Desa Rawang Baru secara garis besar adalah sebagai
berikut:
Tabel 13. Sarana dan Prasarana Desa Rawang Baru
Sarana dan Prasarana
Keterangan
Prasarana Transportasi Darat
- Jalan aspal desa
1,8 Km
- Jalan tanah
1,2 Km
- Jalan antar desa beraspal
1,5 Km
- Jembatan Beton
1 unit (Kondisi Baik)
Prasarana Air Bersih
- Penampung air hujan (PAH)
Prasarana Irigasi
- Panjang saluran primer
- Panjang saluran sekunder
- Panjang saluran tersier
Prasarana Pendidikan
- SLTA
- SLTP
- SD
- TK
Kantor Pemerintahan
- Balai Desa
Posyandu
Sarana Olahraga
- Lapangan sepak bola
Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru

12 Unit
1 Km
1 Km
3000 M
-

Unit
Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
6 unit
1 Unit

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana yang terdapat di desa
cukup baik bagi masyarakat desa. Hal ini dapat dilihat dari jalan desa yang
beraspal, jembatan beton dalam kondisi baik sehingga memudahkan akses
masyarakat. Adanya penampungan air hujan yang membantu mempermudah
akses air bersih. Adanya prasarana irigasi yang cukup sehingga dapat membantu
pengairan sawah masyarakat. Serta prasarana pendidikan dan kesehatan yang
cukup memadai.

Universitas Sumatera Utara

39

4.4 Kelembagaan Desa
Kelembagaan desa merupakan wadah partisipasi, pelayanan masyarakat desa dan
mempunyai fungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Lembaga
desa yang terdapat di Desa Rawang Baru adalah lembaga penyuluh, penyedia
sarana produksi pertanian, lembaga ekonomi, lembaga pemerintah dan lembaga
kemayarakatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 14. Kelembagaan Desa Desa Rawang Baru
Kelembagaan
Lembaga Penyuluh
1. BPK (Balai Penyuluh Pertanian)
2. PPL WKPP Rawang Baru
3. Kelompok Tani
Penyedia Sarana Produksi
- UD Tani Kasih
- UD Tani Subur
- UD Sahabat Tani
Lembaga Ekonomi
- Usaha perikanan
- Usaha peternakan
- Kelompok Simpan Pinjam
Lembaga Pemerintahan
- Aparat
- RW/Dusun
- BPD
Lembaga Kemasyarakatan
- Organisasi Perempuan
- Organisasi Pemuda
- LPM

Jumlah
1 Unit
1 Orang
16 Kelompok
1 Unit
1 Unit
1 Unit
1 Unit
10 Unit
5 Unit
16 Orang
11 Orang
7 Orang
50 Orang
5 Orang
15 Orang

Sumber: Kantor Kepala Desa Rawang Baru
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa jumlah kelompok tani Desa
Rawang Baru berjumlah 16 kelompok serta memiliki WKPP sebanyak 1 orang.
Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Rawang Panca Arga terletak di Desa
Rawang Baru sehingga dapat memudahkan dan memperlancar penyampaian

Universitas Sumatera Utara

40

informasi kepada petani karena terletak dekat dengan desa. Untuk penyediaan
sarana produksi terdapat 3 usaha dagang (UD) yang beroperasi di desa sehingga
memudahkan petani untuk memperoleh sarana produksi

yang dibutuhkan.

Lembaga ekonomi yang terdapat di desa adalah usaha peternakan, usaha perikaan
serta koperasi simpa pinjam. Lembaga ini merupakan sarana pendapatan
masyarakat di luar dari persawahan serta lembaga yang berfungsi sebagai
peminjaman modal usaha. Lembaga pemerintahan dan lembaga kemasyarakatan
merupakan lembaga pendukung untuk membantu dan melayani masyarakat serta
menjadi wadah kreativitas dan aspirasi masyarakat. Lembaga-lembaga yang
terdapat di desa merupakan lembaga yang mempengaruhi masyarakat baik dari
segi ekonomi dan sosial. Lembaga-lembaga tersebut merupakan lembaga aktif
yang dapat membantu masyarakat.
4.5 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel yang dimaksud adalah karakteristik sosial ekonomi petani
yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Karakteristik petani terdiri dari umur
petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman bertani, jumlah tanggungan petani,
dan luas lahan petani. Karakteristik sosial ekonomi petani sampel dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel
Karakteristik Sosial
No.
Ekonomi Petani
Satuan
Rentang
Sampel
Tahun
31 – 68
1. Umur
Tahun
0 – 12
2. Tingkat Pendidikan
Tahun
13 – 50
3. Pengalaman Bertani
Jiwa
0–8
4. Jumlah Tanggungan
Ha
0,24 – 3
5. Luas Lahan
Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1

Rataan
51,5
9,1
28,8
3
0,7

Universitas Sumatera Utara

41

Umur
Umur petani sampel memiliki rentang antara 31 – 68 dengan rataan sebesar 51,5
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata umur petani sampel masih tergolong
usia produktif yang masih memiliki tenaga kerja yang potensial untuk
mengusahakan usahataninya.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan petani sampel memiliki rentang antara 0 – 12 tahun dengan
rataan sebesar 9,1. Hal ini menujukkan rata-rata petani sampel merupakan tamatan
SMP. Tingkat pendidikan berhubungan dengan wawasan, pola pikir dan
pengetahuan petani terhadap teknoogi baru serta kemampuannya untuk menerima
teknologi baru.
Pengalaman Bertani
Pengalaman bertani petani sampel memiliki rentang antara 13 – 50 tahun dengan
rataan sebesar 28,8 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani petani
sampel sudah lama. Pengalaman bertani yang lama membuat petani memiliki
wawasan dan pengetahuan yang cukup mengenai usahataninya.
Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan keluarga petani sampe memiliki rentang antara 0 – 8 dengan
rataan sebesar 3 jiwa. Dari jumlah tanggungan keluarga sampel sebagaian ada
yang ikut membantu dalam kegiatan usahatani.

Universitas Sumatera Utara

42

Luas Lahan
Luas lahan petani sampel memiliki rentang antara 0,24 – 3 Ha dengan rataan
sebesar 0,7 Ha. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata petani memiliki lahan yang
luas dan sangat berpotensi untuk meningkatkan hasil produksi usahataninya.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Jenis Bantuan Sarana Produksi Pertanian yang diberikan di Daerah
Penelitian
Desa Rawang Baru merupakan desa penghasil padi sawah di Kabupaten Asahan.
Adapun kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani tidak terlepas dari
dukungan pemerintah. Dukungan pemerintah terhadap petani dapat dilihat dari
adanya bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Bantuan sarana
produksi pertanian disalurkan langsung oleh Dinas Pertanian Kabupaten Asahan
kepada petani-petani yang tergabung dalam kelompok tani. Adapun jenis bantuan
sarana produksi yang diberikan adalah:
1. Bantuan benih padi sawah Ciherang.
Kepada anggota kelompok tani diberikan bantuan benih sebagai berikut:
Tabel 16. Bantuan Benih Padi Sawah Varietas Ciherang
Nama
Nama
Luas
Varietas
Jumlah (Kg)
P3A
Kelompok Tani Lahan
Benih
Lorong VII
37
Ciherang
925
Sahata
40
Ciherang
1000
Sahata Makmur
40
Ciherang
1000
Sekar Mulia
50
Ciherang
1250
Total
167
4.175
40
38
20
20
138

Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang

1000
950
500
1000
3450

81
52
57
43
47
Total
280
Sumber: Dinas Pertanian T.A 2015

Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang
Ciherang

2025
1300
1425
1075
1175
7000

Bersama
Total

Rawang
Baru

Sepakat
Sahata
Harapan
Subur
Maju
Mobe
Gabe
Bren
Bondar
Tangkapan

43

Universitas Sumatera Utara

44

Pada data di atas dapat dilihat bahwa bantuan benih diberikan kepada Anggota
P3A. Dalam satu P3A terdiri dari 4-5 kelompok tani. Kemudian dari P3A
diberikan langsung kepada petani-petani yang tergabung dalam masing-masing
kelompok tani. Jumlah benih yang diberikan sebanyak 1 kg per rante. Jenis yang
diberikan adalah varietas Ciherang berlabel biru. Petani membayar uang sebesar
Rp 5000 per bungkus. Adapun dalam 1 bungkus benih berisi 5 kg benih padi.
2. Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran Irigasi
(Lining)
Perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan dinding saluran irigasi yang
bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi kehilangan air karena
kebocoran dan rembesan air sehingga petani tetap mendapatkan air karena parit
dapat berfungsi sebagai penyimpan air. Bantuan perbaikan jaringan irigasi dengan
pembuatan lining dilaksanakan langsung oleh Kabid Bidang Pengelolaan Lahan,
Air dan Sarana Pertanian dibawah pengawasan Dinas Pertanian Kabupaten
Asahan. Data perbaikan jaringan irigasi dengan pembetonan dinding saluran
irigasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Panjang Perbaikan Jaringan Irigasi
Nama P3A

Lokasi

Desa Rawang Baru
Kecamatan Rawang Panca
Arga
Desa Rawang Baru
P3A Bersama
Kecamatan Rawang Panca
Arga
Desa Rawang Baru
P3A Rawang
Kecamatan Rawang Panca
Baru
Arga
Sumber: Dinas Pertanian T.A 2015
P3A Sekata

Panjang Perbaikan
Jaringan Irigasi
490 Meter

394 Meter

757 Meter

Universitas Sumatera Utara

45

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa perbaikan jaringan irigasi
terpanjang pada P3A Rawang Baru. Hal itu dikarenakan luas lahan yang dimiliki
lebih luas dibandingkan luas lahan petani pada P3A Sekata dan P3A Bersama
sehingga irigasi yang mengaliri sawah petani lebih panjang jaraknya. Di mana
masing-masing P3A memiliki luas lahan yang yang berbeda-beda. Jumlah seluruh
lahan pada P3A Sekata adalah 167 Ha, P3A Bersama adalah 138 Ha dan P3A
Rawang Baru adalah 280 Ha. Seluruh P3A yang terdapat di Desa Rawang Baru
berjalan aktif. Sumber pengairan irigasi berasal dari Irigasi Serbangan. Sumber air
jaringan irigasi ini berasal dari Sungai Bunut.
3. Pemberian Bantuan Alat Mesin Tani
Pemberian bantuan alat mesin tani berupa hand tractor di berikan dengan tujuan
mempermudah petani dalam mengolah lahan. Adapun hand tractor diberikan
kepada kelompok tani dapat dilihat pada data table berikut:
Tabel 18. Bantuan Alat Mesin Tani
Jenis Alat mesin
Tahun
Tani
Dembul
Hand tractor
Harapan
Hand tractor
Subur
Hand tractor
Sahata
Hand tractor
Bondar Tangkapan
Hand tractor

Jumlah
(Unit)
1
1
1
1
1

Tahun
2012
2015
2012
2012
2012

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa hand tractor diberikan kepada
kelompok tani. Hand tractor tersebut diserah terimakan melalui perantara ketua
kelompok tani sebagai penerima.
Sarana produksi pertanian yang diberikan cukup menunjang untuk keberhasilan
meningkatkan produksi padi sawah. Pemberian bantuan sarana produksi pertanian

Universitas Sumatera Utara

46

akan mengurangi pembiayaan usahatani petani sehingga petani akan lebih
terdorong untuk meningkatkan hasil produksi.
5.2 Sikap Petani Padi Sawah terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian
Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah
Sikap petani merupakan suatu ungkapan respon petani terhadap suatu hal yang
dirasakan ataupun yang dialami petani. Sikap petani padi sawah terhadap bantuan
sarana produksi pertanian dalam upaya peningkatan produksi padi sawah dapat
dilihat dari jawaban petani terhadap penyataan-pernyataan yang diberikan.
Pernyataan yang diberikan adalah pernyataan positif dan pernyataan negatif
mengenai bantuan sarana produksi pertanian yang diberikan. Interpretasi terhadap
skor masing-masing responden dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke
dalam skor standar (Skor T). Dalam hal ini digunakan Model Skala Likert.
Perhitungan dilakukan dengan rumus :

(Azwar,1995)
Jika diperoleh nilai skor standar (T) ≥ 50, maka sikap dimunculkan positif.
Sementara jika nilai skor standar (T) < 50, maka sikap dimunculkan negatif.
Sikap petani diperoleh dari skor jawaban pernyataan positif dan negatif petani
terhadap bantuan sarana produksi yang diberikan. Adapun hasil yang diperoleh
dari jawaban petani terhadap masing-masing pernyataan dapat dilihat pada tabel
berikut:

Universitas Sumatera Utara

47

Tabel 19. Sikap Petani terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian
No.
Kategori
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Positif
24
48
1.
Negatif
26
52
2.
Jumlah
50
100
Sumber : Data Lampiran 3a
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa sikap yang paling banyak
dimunculkan petani adalah sikap negatif. Sikap negatif dimunculkan oleh 26
petani dengan persentase sebesar 52%. Artinya sikap petani terhadap bantuan
sarana produksi pertanian adalah negatif. Hal itu berarti bahwa hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa sikap petani terhadap bantuan sarana produksi adalah positif
ditolak.
Sikap negatif yang dimunculkan petani berdasarkan alasan berikut:
1. Pada Bantuan Benih Padi
- Adanya keterlambatan pencairan dana bantuan benih padi yang diterima oleh
Dinas Pertanian sehingga mengakibatkan penyaluran benih mengalami
keterlambatan.
- Adanya keterlambatan penyaluran bantuan benih oleh Dinas Pertanian kepada
petani menyebabkan pemberian bantuan benih lewat dari jadwal tanam. Benih
yang diberikan disimpan dan digunakan pada musim tanam berikutnya. Benih
padi yang disimpan dalam kurun waktu yang lama menyebabkan berkurangnya
viabilitas benih (daya tumbuh benih) sehingga benih padi banyak yang tidak
tumbuh.
- Adanya perbedaan ketepatan pemberian bantuan benih antara kelompok tani
Desa Rawang Baru dengan Desa Bangun Sari. Petani Desa Bangun Sari
mendapatkan benih sesuai dengan jadwal tanam sehingga benih dapat langsung

Universitas Sumatera Utara

48

digunakan sedangkan petani Desa Rawang Baru mendapatkan benih lewat
jadwal tanam.
- Terdapat keraguan petani pada benih yang diberikan. Varietas padi Ciherang
yang diberikan memiliki label biru serta memiliki tanggal kadaluarsa. Namun
kondisi fisik benih yang tidak bersih dan terdapat bulir benih yang tidak berisi
menyebabkan petani meragukan benih yang diberikan adalah benih padi
unggul keluaran PT Sang Hyang Seri dan Penangkar Benih.
- Ada petani yang merasa varietas benih Ciherang semakin rendah produksinya.
Hal ini dikarenakan adanya varietas padi baru yaitu Toyo Harum yang mulai
banyak dikembangkan oleh petani di Kecamatan Rawang panca Arga. Petani
melihat hasil produksi padi varietas Toyo Arum

yang lebih besar

dibandingkan dengan varietas Ciherang. Varietas Toyo Arum dapat
menghasilkan 12 ton/Ha sedangkan Ciherang 6 – 8 ton/Ha.
2. Pada Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan Pembetonan Saluran (Lining)
- Terdapat petani yang merasa tidak ada perbedaan kelancaran pengairan pada
lining yang dibuat karena letak lahan yang jauh dari saluran irigasi.
- Pembuatan lining yang belum merata mengakibatkan pengairan sawah petani
tidak efisien. Namun petani tetap menanggung iuran dana pengairan.
- Petani yang memiliki lahan yang jauh dari lining lebih membutuhkan bantuan
sumur bor dan membutuhkan bantuan mesin pompa air dari Dinas Pertanian
untuk mengatasi kekeringan pada lahan petani karena jika dilakukan
penyedotan air tanah secara swadaya membutuhkan biaya yang cukup besar.

Universitas Sumatera Utara

49

3. Pada Bantuan Alat Mesin Tani (Hand Tractor)
- Adanya monopoli kepemilikan hand tractor yang dirasakan oleh petani. Hal ini
dikarena terdapat petani yang tidak pernah menggunakan hand tractor yang
diberikan oleh pemerintah karena hand tractor tersebut dikuasai sendiri oleh
oknum kelompok tani.
- Sebagian petani merasa hand tractor yang diberikan kepada petani kurang
dirasakan fungsinya oleh petani. Hal itu di karenakan jumlah unit yang kurang
memadai untuk membajak seluruh lahan petani sehingga petani harus
menyewa dari petani lain yang memiliki hand tractor.
- Petani juga mengeluhkan pada biaya sewa hand tractor yang besarnya sama
dengan hand tractor non bantuan. Artinya tidak ada perbedaan biaya yang
dikeluarkan oleh petani jika petani menyewa atau menggunakan hand tractor
yang diberikan oleh pemerintah.
Hal itu terpolakan dalam fikiran petani bahwa buruknya bantuan sarana produksi
yang diberikan. Sehingga sikap negatif banyak dimunculkan petani pada bantuan
sarana produksi yang diberikan.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Teori mengenai ekpentasi kognitif dapat menjelaskan proses
terbentuknya sikap manusia dari situasi lingkungannya. Kepercayaan (belief)
adalah ekspentasi yang selalu mendapat konfirmasi secara konsisten. Dengan
dasar kepercayaan ini sikap individu terhadap sesuatu terbentuk. Kepercayaan
datang dari apa yang dilihat dan diketahui. Kemudian akan terbentuk suatu ide
atau gagasan mengenai sifat atau karakeristik objek (Azwar,1995). Sehingga pada

Universitas Sumatera Utara

50

pembahasan di atas dapat diketahui bahwa sikap positif dan sikap negatif petani
dimunculkan karena

petani telah melihat dan mengetahui bentuk, mutu dan

fungsi bantuan sarana yang diberikan sehingga hal tersebut membentuk sikap
petani berdasarkan penglihatan dan pengetahuan petani.
Upaya pemerintah dalam pemberian bantuan sarana produksi masyarakat
mendapat sikap positif dari sebagian petani karena petani dapat tetap bertani
meskipun dalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat memungkinkan petani untuk
tidak mengusahatanikan lahannya serta mendapat sikap negatif dari sebagian
petani yang merasa bantuan yang diberikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Pada kenyataannya kegiatan pemberian bantuan ini membantu petani dan menjadi
faktor pendorong yang baik untuk mewujudkan peningkatan produksi padi sawah
petani dan pemerintah tetap menjalankan kebijakan untuk membantu petani
sehingga akan menciptakan hubungan yang baik antara pemerintah dan petani.
Untuk melihat bagaimana pentingnya bantuan sarana produksi oleh petani maka
pada penelitian ini petani yang diteliti berdasarkan strata yang berbeda. Hal itu
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 20. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif
Berdasarkan Strata Luas Lahan
Strata
Jumlah (Orang)
Persentase
Positif
Negatif
Positif
Negatif
≤ 0,5
1
4
3,84
15,38
0,5 - 1
21
18
87,5
69,2
≥1
1
5
4,1
19,23
Total
24
26
100
100
Sumber : Data Lampiran 3a
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 5 petani dengan strata luas
lahan ≤ 0,5 yang memunculkan sikap positif sebanyak 1 (3,84%) orang dan sikap
negatif sebanyak 4 (15,38%) orang. Petani dengan luas lahan 0,5 – 1 yang

Universitas Sumatera Utara

51

memunculkan

sikap positif sebanyak 21 (87,5%) orang dan sikap negatif

sebanyak 18 (69,2%) orang sedangkan untuk petani dengan luas lahan ≥ 1 yang
memunculkan sikap positif sebanyak 1 (4,1%) orang dan sikap negatif sebanyak
5 (19,23%) orang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap petani pada bantuan
sarana produksi pertanian adalah negatif . Hal itu dapat dilihat dari banyaknya
sikap negatif

yang dimunculkan

berdasarkan strata luas lahan petani yang

berbeda-beda.
Berdasarkan data sikap petani berdasarkan strata memunculkan sikap yang
cenderung negatif. Petani yang memiliki lahan sempit banyak memunculkan sikap
negatif begitu pula pada petani yang berlahan sedang dan berlahan luas. Artinya,
sempit atau luasnya lahan yang dimiliki oleh petani tidak berhubungan dengan
memunculkan sikap positif atau negatif. Berdasarkan teori insentif pembentukan
sikap sebagai proses menimbang baik buruknya berbagai kemungkinan posisi dan
kemudian mengambil alternatif yang terbaik. Orang mengambil posisi yang akan
membawanya pada kemungkinan hasil yang terbaik, dan menolak posisi yang
akan membawanya pada hasil yang buruk atau yang tidak mungkin
mengarahkannya pada hasil yang baik.
Artinya sikap petani pada masing-masing strata luas lahan tidak didasari oleh luas
lahan yang dimiliki tetapi dari kepentingan. Bantuan sarana produksi pertanian
memiliki arti penting bagi seluruh petani. Petani akan menilai positif berdasarkan
adanya pertimbangan yang memberikan hasil yang baik dan sebaliknya. Dalam
kenyataannya sikap negatif lebih banyak dimunculkan oleh petani. Banyaknya
sikap begatif yang dimunculkan oleh petani dapat dilihat dari sikap negatif petani
terhadap bantuan benih. Sikap negatif petani terhadap bantuan benih muncul dari

Universitas Sumatera Utara

52

aspek kelembagaan daerah yang terlambat memberikan bantuan benih serta aspek
mutu benih yang tidak baik karena banyak benih yang tidak tumbuh.
Selanjutnya akan diuraikan mengenai sikap petani terhadap masing-masing jenis
bantuan yang diberikan. Hal itu dapat dilihat pada sikap petani terhadap jenis
bantuan yang diberikan.
5.2.1 Sikap Petani terhadap Bantuan Benih
Pemberian bantuan benih yang tepat (waktu, jumlah, jenis/varietas, mutu dan
tempat) memunculkan sikap positif atau sikap negatif petani melalui pernyataanpernyataan yang berkaitan dengan ketepatan pemberian bantuan benih. Hal itu
dapat dibuktikan pada tabel dibawah ini:
Tabel 21. Sikap Petani terhadap Bantuan Benih Padi Sawah
No.
Kategori
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
1.
Positif
24
48
2.
Negatif
26
52
Jumlah
50
100
Sumber : Data Lampiran 3b
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel yang diteliti
jumlah petani yang memunculkan sikap positif adalah 24 orang (48%) dan petani
yang memunculkan sikap negatif adalah 26 orang (52%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap petani terhadap bantuan sarana produksi pertanian
adalah negatif.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Maka kenyataannya sikap positif yang dimunculkan oleh petani
didasari dengan alasan tertentu yakni:

Universitas Sumatera Utara

53

1. Pemberian bantuan melalui kelompok tani merupakan cara yang tepat untuk
mempermudah dan membagi secara adil kepada setiap petani yang tergabung
pada kelompok.
2. Varietas padi sawah yang diberikan adalah varietas yang biasa digunakan oleh
petani dan merupakan varietas padi sawah yang cocok pada lokasi tanam petani.
3. Jumlah bantuan yang diberikan sesuai dengan luas lahan karena dibagi secara
merata berdasarkan luas lahan petani sehingga petani berlahan sempit, sedang dan
luas mendapatkan pembagian merata berdasarkan luas lahan yang dimiliki. .
4. Adanya pemberian bantuan benih mengurangi biaya pembelian benih.
Sedangkan sikap negatif yang dimunculkan oleh petani dapat dilihat dari aspek
kelembagaan pemerintah daerah yaitu Dinas Pertanian dan aspek mutu benih
bantuan yang diberikan. Keterlamabatan benih yang diterima ditingkat petani
disebabkan oleh keterlambatan pencairan dana bantuan benih yang diterima oleh
Dinas Pertanian sehingga hal itu mengakibatkan pada keterlambatan penyaluran
benih yang akan diberikan kepada petani. Aspek mutu juga menimbulkan sikap
negatif dari petani karena daya tumbuh benih yang tidak baik sehingga
menyebabkan banyak benih padi yang tidak tumbuh. Hal ini mengkibatkan
kekecewaan dari petani karena benih adalah input produksi yang paling penting
untuk meningkatkan hasil produksi padi. Kondisi fisik benih yang tidak bersih
serta yang mengakibatkan keraguan petani terhadap benih yang diberikan.
Hal ini yang menyebabkan munculnya sikap negatif yang dimunculkan oleh
petani. Sikap yang dimunculkan oleh petani merupakan respon yang diberikan
berdasarkan kejadian yang dirasakan dan dilihat petani. Hal itu dapat dilihat dari

Universitas Sumatera Utara

54

banyaknya petani yang memunculkan sikap negatif berdasarkan pada strata yang
berbeda-beda. Jumlah petani yang memunculkan sikap positif dan sikap negatif
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 22. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap
Negatif terhadap Bantuan Benih Padi Sawah Berdasarkan Strata
Luas Lahan
Strata
Jumlah (Orang)
Persentase
Positif
Negatif
Positif
Negatif
≤ 0,5
1
4
4,16
15,3
0,5 - 1
22
17
91,6
70,8
≥1
1
5
4,16
19,2
Total
24
26
100
100
Sumber : Data Lampiran 3b
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih
banyak memunculkan sikap negatif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 1 (4,16%)
orang bersikap positif dan 4 (15,3%) oraang bersikap negatif. Sehingga
disimpulkan sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah negatif. Petani yang
memiliki luas lahan 0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap
positif sebanyak 22 (91,6 %) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 17
(70,8%) orang. Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak
memunculkan positif. Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah
6 petani memunculkan sikap positif sebanyak 5 (17,24 %) orang dan sikap negatif
sebanyak 1 (4,76 %) orang. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha
memunculkan sikap negatif.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa hampir seluruh petani dari masingmasing strata memunculkan sikap negatif. Artinya, sikap negatif yang
dimunculkan oleh petani berdasarkan kejadian yang dialami oleh petani. Petani
yang memiliki sikap postif berarti menerima hasil terbaik dari objek sikap yang
ada sedangkan petani yang memunculkan sikap negatif tidak menerima hasil yang

Universitas Sumatera Utara

55

baik dari bantuan yang diberikan. Petani dari masing-masing strata memiliki sikap
yang cenderung sama satu sama lain yaitu sikap negatif. Petani menganggap
bahwa bantuan benih yang diberikan sangat penting bagi petani sehingga seluruh
petani dari masing-masing strata mengharapkan bantuan benih yang diberikan
serta mengharapkan bahwa dengan bantuan benih yang diberikan akan
memberikan hasil yang lebih baik. Namun, kenyataan berbeda dari harapan petani
mengakibatkan sikap negatif petani lebih banyak muncul.
5.2.2 Sikap Petani terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi dengan
Pembetonan Saluran Irigasi (Lining)
Perbaikan jaringan irigasi pada lahan petani mendapatkan respon sikap dari
masing- masing petani. Masing-masing petani memunculkan sikap positif atau
sikap negatif terhadap perbaikan jaringan irigasi berdasarkan kondisi yang petani
rasakan. Adapun sikap petani terhadap adanya bantuan perbaikan jaringan irigasi
dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 23. Sikap Petani Terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi
No.
Kategori
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Positif
28
56
1.
Negatif
22
44
2.
Jumlah
50
100
Sumber : Data Lampiran 3c
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel
terdapat 28 (56%) orang yang bersikap positif dan 22 (44%) orang yang bersikap
negatif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sikap petani pada bantuan perbaikan
jaringan irigasi adalah positif.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Alasan munculnya sikap positif petani adalah jaringan irigasi

Universitas Sumatera Utara

56

dengan pembuatan lining memberikan manfaat untuk meningkatkan efisiensi dan
mengurangi kehilangan air karena kebocoran dan rembesan air sehingga sawah
tetap mendapatkan air karena lining berfungsi sebagai penyimpanan air. Sehingga
perbaikan jaringan irigasi dengan pembuatan lining diterima dengan baik oleh
petani. Selain itu pembangunan lining juga dapat memperlancar pengairan ke
sawah petani dibandingkan pada saat kondisi saluran dengan parit tanah.
Sikap negatif dimunculkan dengan alasan bahwa petani tidak merasakan
perbedaan pada saat irigasi telah diperbaiki. Karena letak lahan yang jauh dari
irigasi sehingga sulit untuk menjangkau irigasi. Kelancaran air mengairi sawah
petani tetap sama saat sebelum lining di buat. Namun petani tetap dibebankan
iuran dana pengairan.
Sikap positif dan sikap negatif yang dimunculkan oleh petani sampel dapat dilihat
berdasarkan strata luas lahan yang petani miliki. Hal itu dapat dilihat pada tabel
berikut ini:
Tabel 24. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif
terhadap Bantuan Perbaikan Jaringan Irigasi Berdasarkan Strata
Luas Lahan
Strata
Jumlah (Orang)
Persentase
Positif
Negatif
Positif
Negatif
≤ 0,5
3
2
10,7
9,0
0,5 - 1
22
17
78,5
77,2
≥1
3
3
10,7
13,6
Total
28
22
100
100
Sumber : Data Lampiran 3c

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih
banyak memunculkan sikap negatif. Dengan jumlah 5 petani terdapat 3 (10,7 %)
orang bersikap positif dan 2 (9,0%) orang bersikap negatif. Sehingga disimpulkan

Universitas Sumatera Utara

57

sikap dengan luas lahan ≤ 0,5 ha adalah positif. Petani yang memiliki luas lahan
0,5 – 1 ha yang berjumlah 39 petani memunculkan sikap positif sebanyak 22
(78,5%) orang dan petani dengan sikap negatif sebanyak 17 (77,2%) orang.
Sehingga petani dengan luas lahan 0,5 – 1 ha lebih banyak memunculkan sikap
positif. Sedangkan petani dengan luas lahan ≥ 1 ha yang berjumlah 6 petani
memunculkan sikap positif sebanyak 3 (10,7%) petani dan sikap negatif sebanyak
3 (13,63%) petani. Sehingga disimpulkan bahwa petani berlahan ≥ 1 ha
memunculkan kedua sikap yang sama.
Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar petani dari
masing-masing strata memunculkan sikap positif dan berdasarkan kenyataan
bahwa lining yang dibuat memberikan manfaat kepada petani dalam penggunaan
air yang efisien. Sedangkan sebagian kecil petani memunculkan sikap negatif
yang didasari pada sebagaian petani yang kurang merasakan adanya perbaikan
jaringan irigasi karena letak lahan yang lebih jauh dari sumber irigasi Sehingga
tidak ada perbedaan yang dirasakan oleh petani pada saat irigasi diperbaiki atau
tidak.
Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa sikap yang dimunculkan oleh petani tidak
berdasarkan strata luas lahan. Petani yang berlahan sempit, sedang dan luas akan
memunculkan sikap yang sesuai dengan kejadian yang dirasakan. Karena seluruh
sarana produksi pertanian yang diberikan merupakan sarana penting bagi petani
termasuk adanya pembuatan lining.
5.2.3 Sikap Petani terhadap Bantuan Alat Mesin Tani

Universitas Sumatera Utara

58

Sikap petani terhadap pemberian alat mesin tani akan membuktikan respon petani
terhadap bantuan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari sikap petani terhadap kondisi
dan kemampuan kerja hand tractor yang diberikan yang dimunculkan dengan
pernyataan positif dan pernyataan negatif. Berikut adalah data yang menunjukkan
sikap petani terhadap bantuan alat mesin tani berupa hand tractor.
Tabel 25. Sikap Petani terhadap Bantuan Alat Mesin Tani
No.
Kategori
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
Positif
29
58
1.
Negatif
21
42
2.
Jumlah
50
100
Sumber : Data Lampiran 3d

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dari 50 petani sampel yang diteliti
jumah petani yang memunculkan sikap positif adalah 29 orang (58%) dan petani
yang memunculkan sikap negatif adalah 21 orang (42%). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa sikap petani terhadap bantuan alat mesin tani adalah positif.
Teori nilai mengungkapkan peristiwa atau hal tersebut akan memiliki nilai positif
apabila sesuai dengan harapan dan akan memiliki nilai negatif apabila tidak sesuai
dengan harapan. Sikap positif yang dimunculkan oleh petani berdasarkan alasan
bahwa kondisi hand tractor yang diberikan baik dan merupakan hand tractor
yang berkualitas. Sedangkan munculnya sikap negatif didasari oleh tidak adanya
perbedaan biaya antara hand tractor yang diberikan oleh pemerintah dengan hand
tractor yang disewa dari petani lain. Petani tidak merasakan manfaat hand tractor
yang diberikan karena jumlah unit yang diberikan tidak mencukupi jika digunakan
oleh seluruh anggota kelompok tani. Selain itu, terdapat pula anggapan petani
bahwa hand tractor diberikan tidak terlihat kegunaanya oleh petani karena
dimanfaatkan secara pribadi oleh oknum kelompok tani.

Universitas Sumatera Utara

59

sikap positif dan sikap petani negatif terhadap bantuan

alat mesin tani

dimunculkan berdasarkan keadaan dan perasaan petani. Sehingga masing-masing
sikap petani berbeda-beda. Perbedaan jumlah responden terhadap masing-masing
sikap dapat dilihat berdasarkan strata. Hal itu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 26. Jumlah Petani yang Memunculkan Sikap Positif dan Sikap Negatif
terhadap Bantuan Alat Mesin Tani Berdasarkan Strata Luas
Lahan
Strata
Jumlah (Orang)
Persentase
Positif
Negatif
Positif
Negatif
≤ 0,5
3
2
10,34
9,52
0,5 - 1
23
16
79,31
76,19
≥1
3
3
10,34
14,28
Total
29
21
100
100
Sumber : Data Lampiran 3d
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa petani dengan luas lahan ≤ 0,5 ha lebih
banyak m

Dokumen yang terkait

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

1 87 69

PERUBAHAN MAKNA GONDANG NAPOSO BULUNG DI DESA RAWANG PASAR VI KECAMATAN RAWANG PANCA ARGA KABUPATEN ASAHAN.

0 4 24

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

0 0 15

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

0 0 2

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

0 0 7

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

0 0 15

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

0 0 2

Sikap Petani Terhadap Bantuan Sarana Produksi Pertanian Dalam Upaya Peningkatan Produksi Padi Sawah (Kasus : Desa Rawang Baru Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan)

0 0 51

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

0 0 18

Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Sungai Bunut Di Kecamatan Rawang Panca Arga Kabupaten Asahan

0 0 13