Gaya Hidup Dan Pemilihan Bimbingan Belajar Bagi Siswa SMA

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Gaya hidup menurut Plummer (Olivia M. Kaparang, 2013)adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana pola aktivitas yang dilakukan oleh individu khususnya dalam memanfaatkan waktu luang yang ia miliki. Setiap tindakan yang dilakukan oleh individu akan selalu berdasarkan dengan apa yang ia sukai atau sesuai dengan ketertarikannya terhadap sesuatu hal. Pendapat seseorang terhadap dunia sekitar juga dapat menentukan tindakannya dalam melakukan sesuatu. Pola tindakan inilah yang dapat menentukan pola kehidupan seseorang dan menjadikannya sebagai gaya hidupnya

Saat ini perbincangan mengenai gaya hidup selalu berkaitan sebagai suatu bentuk sikap dan perilaku individu yang mengarah pada tindakan konsumsi. Cara hidup yang dilakukan oleh setiap individu akan menunjukkan gaya hidup yang berbeda-beda. Perbedaan cara hidup tersebut dapat terlihat dari adanya perbedaan kemampuan seseorang untuk mengonsumsi apa yang ia inginkan. Tidak semua orang dapat memperoleh hal-hal yang ia inginkan. Kemampuan seseorang untuk membeli suatu barang-barang branded akan menunjukkan status sosial yang ia miliki. Perbedaan harga akan semakin


(2)

menunjukkan letak kedudukan seseorang. Mengeluarkan uang dengan jumlah yang besar untuk memenuhi keinginannya menunjukkan gaya hidup mewah yang dimiliki seseorang. Kemampuan individu dalam menghabiskan uangnya dan mengisi waktu luang yang ia miliki merupakan salah satu refleksi dari sebuah gaya hidup. Kegiatan konsumsi oleh mereka dari kelas menengah ke atas lebih cenderung berorientasi pada kebutuhan kesenangan mereka saja. Konsumsi yang mereka lakukan cenderung pada keinginan emosional dan sosial. Tindakan konsumsi secara sosial membentuk kelompok-kelompok pada masyarakat.

Gaya hidup dalam dunia pendidikan merupakan topik menarik yang sedang terjadi saat ini. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap orang. Semua orangtua menginginkan anaknya agar dapat mengecap pendidikan yang terbaik. Untuk itu banyak hal yang akan diupayakan oleh orangtua agar anaknya dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas terutama dalam hal ekonomi. Saat ini pendidikan dengan biaya yang mahal dipersepsikan masyarakat sebagai pendidikan yang berkualitas. Banyak sekolah-sekolah yang menjadi favorit adalah sekolah dengan biaya pendidikan yang mahal dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat ini sudah menjadi tren yang kuat sehingga mengikuti pendidikan dengan biaya mahal menjadi gaya hidup.

Pendidikan formal dengan biaya yang mahal bukan satu-satunya yang menjadi tren saat ini. Mengikuti pendidikan nonformal yaitu bimbingan belajar juga menjadi sebuah tren baru dalam dunia pendidikan saat ini. Lembaga bimbingan belajar hadir disebabkan adanya keinginan dari para


(3)

siswa untuk dapat lulus ujian Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Ujian Nasional (UN). Semakin tingginya keinginan dan kebutuhan para siswa untuk dapat lulus dari ujian PTN dan UN, menimbulkan semakin maraknya jumlah bimbingan belajar. Ketertarikan siswa untuk mengikuti pendidikan nonformal menjadikannya menjadi sebuah kebiasaan yang harus mereka ikuti. Siswa berasumsi untuk dapat lulus dari ujian nasional dan ujian perguruan tinggi negeri maka mereka harus mengikuti bimbingan belajar sebagai suatu jalan keluar yang dapat membantu mereka untuk menghadapi ujian.Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (Ratri Dwi Mulyani; 2012) adalahbimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa.

Hadirnya berbagai lembaga bimbingan belajar dengan nama, latar belakang, dan berbagai tawaran menarik yang bertujuan untuk membantu para siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi mulai menarik minat dan perhatian para peserta didik. Lembaga bimbingan belajar ini menawarkan berbagai prediksi soal-soal yang telah disiapkan dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri dan ujian nasional. Sistem belajar yang diterapkan dalam bimbingan belajar ini berbeda seperti disekolah. Bimbingan belajar ini memberikan pendekatan secara emosional dengan siswa sehingga keakraban dan kedekatan antara peserta didik dan pengajar dapat tercipta dengan baik. Menggunakan sistem belajar dengan


(4)

teknik cepat tepat dalam menjawab soal merupakan kunci utama yang ingin didapatkan oleh siswa.

Seiring dengan semakin meningkatnya partisipasi siswa untuk mengikuti bimbingan belajar membuat lembaga pendidikan ini mengalami peningkatan dari segi jumlahnya. Saat ini banyak bimbingan belajar mulai berdiri dengan nama dan ciri khasnya masing-masing. Munculnya persaingan antara lembaga bimbingan belajar ini juga tidak dapat dipungkiri. Persaingan pasar mulai terjadi pada bimbingan belajar untuk menarik minat siswa dalam memilih bimbingan belajar. Hal ini dapat terlihat dariadanya klasifikasi kelas yang berbeda-beda pada setiap tingkatannya dalam program belajar.Ada bimbingan dengan kelas regular dan ada bimbingan kelas yang eksekutif.Kedua hal ini memiliki harga yang berbeda, dimana biaya eksekutif lebih mahal dari biaya regular. Untuk biaya bimbingan akan dikenakan per semester yang mencapai jutaan rupiah. Harga tersebut berbeda lagi dengan biaya pendaftaran untuk masuk ke bimbingan belajar tersebut.

Munculnya berbagai bimbingan belajar, mengangkat beberapa nama bimbingan belajar yang menjadi pilihan paling banyak diminati oleh siswa. Beberapa nama bimbingan belajar tersebut diantaranya Ganesha Operation, Medica, Quantum, Sony Sugema College, Expert, Quinn, Inten, dan sebagainya. Bimbingan belajar tersebut merupakan bimbingan belajar yang menawarkan biaya pendidikan yang dapat mencapai jutaan rupiah. Bimbingan belajar dengan berbagai kelebihan dan penawarannya masing-masing tersebut secara tidak langsung menginginkan siswa untuk menentukan pilihannya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh siswa ketika hendak


(5)

memilih bimbingan belajar yang akan mereka ikuti. Siswa juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk memilih nama bimbingan belajar yang bisa ia ikuti. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang terklasifikasi yang menyebabkan perbedaan kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi siswa dalam memilih bimbingan belajar yang akan mereka ikuti. Namun, keputusan tersebut tidak terlepas dari pengaruh gaya hidup yang mereka miliki. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hawkins dan Mothersbaugh (Renny Annisa : 2014) menyatakan bahwa suatu penelitian terkait mengenai gaya hidup melalui program SRI Consulting Business Intelligence’s (SRIC-BI) VALS™ membagi tiga motivasi utama konsumen: (1) Ideals Motivation: Konsumen memilih berdasarkan kepercayaan dan prinsip mereka bukan berdasarkan perasaan dan keinginan akan pengakuan sosial. Konsumen membeli fungsi dan hal yang dapat dipercaya. (2) Achievement Motivation: Konsumen berusaha untuk mendapat posisi sosial yang jelas dan mereka sangat terpengaruh oleh tindakan, pengakuan dan opini orang lain. Konsumen membeli symbolstatus. (3) Self-expression Motivation: Konsumen berorientasi pada tindakan, berusaha untuk mengekspresikan individualitas melalui pilihan mereka. Mereka membeli pengalaman.

Pilihan siswa terhadap suatu bimbingan belajar juga dimotivasi oleh beberapa hal tersebut. Namun, dibalik motivasi tersebut banyak hal-hal lain yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi siswa untuk menentukan pilihannya terhadap berbagai lembaga bimbingan belajar yang begitu banyak saat ini. Pilihan tersebut dapat berasal dari informasi-informasi yang mereka


(6)

terima dari lingkungan sekitar dan dapat juga berdasarkan keputusan dari orangtua siswa. Hal menarik yang menjadi fokus dari peneliti adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh gaya hidup yang dimiliki oleh siswa itu sendiri terhadap keputusannya memilih lembaga bimbingan belajar yang akan diikuti. Apakah ada alasan lain dari siswa dalam memilih lembaga bimbingan belajar yang mereka ikuti?

1.2.Perumusan masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA?

1.3.Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA.

1.4.Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu sosiologi mengenai gaya hidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian sebagai berikut:


(7)

1. Menghasilkan karya ilmiah mengenai gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian lembaga pendidikan nonformal dalam era modernisasi.

2. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami peran dari setiap lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pendidikan para generasi pelajar.

1.4.2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pijakan bagi para pengambil dan pembuat kebijakan dalam memutuskan peraturan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Sehingga pemerintah dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan pendidikan yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh negara sehingga dapat meningkatkan kualitas dunia pendidikan.

1.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: terdapat hubungangayahidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA


(8)

Ho: tidak terdapat hubungan gaya hidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA

1.6. Operasional Variabel

Definisi dari operasional adalah hasil dari operasionalisasi. Operasionalisasi adalah sebagai proses penyederhanaan suatu konstruk kedalam tingkat konsep. Kerlinger (Black, 2009) menyatakan untuk menyusun operasional variabel adalah dengan memberikan makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel. Adapun yang menjadi variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah gaya hidup dengan indikator sebagai berikut:

a. Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam mengisi dan menghabiskan waktu luangnya. Adapun yang menjadi indikator dari aktivitas yaitu:

1. Bekerja 2. Komunitas 3. Liburan 4. Hiburan

b. Ketertarikan/ Minat adalah apa yang menjadi ketertarikan dari individu terhadap sesuatu hal. Adapun indikator dari konsep ini yaitu:

1. Keluarga 2. Pekerjaan 3. Kelas sosial 4. Rekreasi


(9)

c. Pendapat / Opini adalah apa yang mereka pikirkan terhadap dunia sekitar mereka. Adapun yang menjadi indikator dari konsep ini yaitu:

1. Budaya 2. Lingkungan 3. Ekonomi 4. Diri sendiri

Dan yang menjadi variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah pemilihan lembaga bimbingan belajar dengan indikator sebagai berikut:

1. Citra Lembaga Bimbingan Belajar

Citra bimbingan belajar adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya (Jefkins dan Yadin, 2004). Adapun indikator-indikator dari citra perusahaan adalah:

a. Alternatif pilihan program pendidikan. b. Pengajar yang profesional

c. Popularitas

d. memiliki citra sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik

2. Citra Produk

Citra Produk merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Adapun indikator-indikator dari citra produk adalah:

a. ILP memiliki materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik b. Metode pembelajaran yang efektif dan efisien.


(10)

d. Lulusan yang berkompeten.

1.7. Definisi konsep

1.7.1.Gaya Hidup

Gaya hidup (Handoko; 2004) adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lainnya.Pola-pola tindakan ini kadang diartikan sebagai tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat sehingga menjadikannya sebagai suatu tindakan yang harus diikuti atau dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya dalam bermasyarakat.Gaya hidup ini berkenaan dengan bagaimana tindakan individu terhadap munculnya suatu tren yang menuntut keputusan seseorang tersebut untuk melakukannya atau tidak.

1.7.2. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (Ratri Dwi Mulyani; 2012) adalahbimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi

Pemilihan bimbingan belajar

(Y)

Citra Lembaga Bimbingan Belajar

Citra Produk Gaya Hidup (X)

Aktivitas Ketertarikan Pendapat


(11)

masalah belajar yang dialami oleh siswa.Bimbingan belajar dilakukan oleh sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu pendidikan para siswa khususnya untuk membantu mereka dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) dan ujian memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN). 1.7.3. Perilaku Konsumtif

Lubis (Hotpascaman: 2009) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif yang terjadi saat ini bukan sekedar hanya terhadap barang tetapi juga dalam jasa dan aspek lainnya.Perilaku konsumtif karena perilaku individu yang tidak dapat mengontrol dirinya sehingga melakukan suatu tindakan yang tidak masuk akal dan tidak memiliki esensi. Perilaku konsumtif hanya sebatas untuk memenuhi keinginan dan hasrat dari individu sendiri sehingga ia akan kehilangan makna dari perilaku dan tindakannya itu sendiri.


(1)

terima dari lingkungan sekitar dan dapat juga berdasarkan keputusan dari orangtua siswa. Hal menarik yang menjadi fokus dari peneliti adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh gaya hidup yang dimiliki oleh siswa itu sendiri terhadap keputusannya memilih lembaga bimbingan belajar yang akan diikuti. Apakah ada alasan lain dari siswa dalam memilih lembaga bimbingan belajar yang mereka ikuti?

1.2.Perumusan masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA?

1.3.Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA.

1.4.Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu sosiologi mengenai gaya hidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian sebagai berikut:


(2)

1. Menghasilkan karya ilmiah mengenai gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian lembaga pendidikan nonformal dalam era modernisasi.

2. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami peran dari setiap lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pendidikan para generasi pelajar.

1.4.2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pijakan bagi para pengambil dan pembuat kebijakan dalam memutuskan peraturan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Sehingga pemerintah dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan pendidikan yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh negara sehingga dapat meningkatkan kualitas dunia pendidikan.

1.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: terdapat hubungangayahidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA


(3)

Ho: tidak terdapat hubungan gaya hidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA

1.6. Operasional Variabel

Definisi dari operasional adalah hasil dari operasionalisasi. Operasionalisasi adalah sebagai proses penyederhanaan suatu konstruk kedalam tingkat konsep. Kerlinger (Black, 2009) menyatakan untuk menyusun operasional variabel adalah dengan memberikan makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel. Adapun yang menjadi variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah gaya hidup dengan indikator sebagai berikut:

a. Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam mengisi dan menghabiskan waktu luangnya. Adapun yang menjadi indikator dari aktivitas yaitu:

1. Bekerja 2. Komunitas 3. Liburan 4. Hiburan

b. Ketertarikan/ Minat adalah apa yang menjadi ketertarikan dari individu terhadap sesuatu hal. Adapun indikator dari konsep ini yaitu:

1. Keluarga 2. Pekerjaan 3. Kelas sosial 4. Rekreasi


(4)

c. Pendapat / Opini adalah apa yang mereka pikirkan terhadap dunia sekitar mereka. Adapun yang menjadi indikator dari konsep ini yaitu:

1. Budaya 2. Lingkungan 3. Ekonomi 4. Diri sendiri

Dan yang menjadi variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah pemilihan lembaga bimbingan belajar dengan indikator sebagai berikut:

1. Citra Lembaga Bimbingan Belajar

Citra bimbingan belajar adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya (Jefkins dan Yadin, 2004). Adapun indikator-indikator dari citra perusahaan adalah:

a. Alternatif pilihan program pendidikan. b. Pengajar yang profesional

c. Popularitas

d. memiliki citra sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik

2. Citra Produk

Citra Produk merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Adapun indikator-indikator dari citra produk adalah:

a. ILP memiliki materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik b. Metode pembelajaran yang efektif dan efisien.


(5)

d. Lulusan yang berkompeten.

1.7. Definisi konsep

1.7.1.Gaya Hidup

Gaya hidup (Handoko; 2004) adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lainnya.Pola-pola tindakan ini kadang diartikan sebagai tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat sehingga menjadikannya sebagai suatu tindakan yang harus diikuti atau dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya dalam bermasyarakat.Gaya hidup ini berkenaan dengan bagaimana tindakan individu terhadap munculnya suatu tren yang menuntut keputusan seseorang tersebut untuk melakukannya atau tidak.

1.7.2. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (Ratri Dwi Mulyani; 2012) adalahbimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu

Pemilihan bimbingan belajar

(Y)

Citra Lembaga Bimbingan Belajar

Citra Produk Gaya Hidup (X)

Aktivitas Ketertarikan Pendapat


(6)

masalah belajar yang dialami oleh siswa.Bimbingan belajar dilakukan oleh sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu pendidikan para siswa khususnya untuk membantu mereka dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) dan ujian memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN). 1.7.3. Perilaku Konsumtif

Lubis (Hotpascaman: 2009) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif yang terjadi saat ini bukan sekedar hanya terhadap barang tetapi juga dalam jasa dan aspek lainnya.Perilaku konsumtif karena perilaku individu yang tidak dapat mengontrol dirinya sehingga melakukan suatu tindakan yang tidak masuk akal dan tidak memiliki esensi. Perilaku konsumtif hanya sebatas untuk memenuhi keinginan dan hasrat dari individu sendiri sehingga ia akan kehilangan makna dari perilaku dan tindakannya itu sendiri.