Gaya Hidup Dan Pemilihan Bimbingan Belajar Bagi Siswa SMA

(1)

GAYA HIDUP DAN PEMILIHAN LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR BAGI SISWA SMA

(Studi pada Bimbingan Belajar Ganesha Operation, Sony Sugema College dan Prosus Inten)

SKRIPSI

Diajukan oleh:

Devi Sihotang (110901031)

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(2)

ABSTRAK

Perkembangan pendidikan bukan saja hanya terjadi pada pendidikan formal. Saat ini pendidikan nonformal juga mengalami perkembangan dan menjadi favorit bagi siswa. Bimbingan belajar sudah menjadi sebuah tren baru dikalangan siswa. Maraknya bimbingan belajar juga menimbulkan persaingan diantara setiap bimbingan belajar untuk dapat menarik minat siswa. Setiap siswa dengan gaya hidup yang berbeda-beda berlomba-lomba untuk memilih bimbingan belajar yang akan mereka ikuti. Tujuan dari tulisan ini adalah ingin melihat bagaimana gaya hidup siswa yang berbeda-beda mempengaruhinya dalam memilih bimbingan belajar yang diikuti oleh siswa tersebut. Siswa yang akan diteliti disini adalah siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar yang ada dikota Medan yaitu bimbingan belajar Ganesha Operation, Sony Sugema College dan Prosus Inten. Bimbingan belajar ini adalah bimbingan belajar yang saat ini menjadi favorit dan mampu menarik minat para siswa. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar oleh siswa SMA dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan observasi. Hasil penelitian yang ditemukan di lapangan adalah secara garis besar terdapat hubungan antara gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA. Namun, hubungan antara kedua variabel tersebut sangat lemah.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Pengasih, atas segala limpahan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Gaya Hidup Dan Pemilihan Bimbingan Belajar Bagi Siswa SMA”disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, doa, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnyapenulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta Bapak saya P Sihotang dan Mama saya L.A.N. Sagala yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan kesabaran serta selalu memberikan doa, pengertian, pengorbanan yang tulus, nasehat, semangat dan mendidik saya, memberikan dukungan moril dan materil kepada saya selama perkuliahan. Dukungan orangtua tidak pernah terlepas dari kehidupan penulis, dimana ketika penulis mengalami masa yang sulit orangtua selalu ada dan mengingatkan penulis untuk selalu berdoa dan dekat kepada Tuhan. Akhirnya inilah yang dapat saya berikan sebagai tanda ucapan terimakasih dan tanda bakti saya. Semoga Tuhan memberikan limpahan RahmatNya dan berkatNya kepada orang tua penulis.


(4)

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus danucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Ria Manurung, M.Si selaku dosen wali penulisdan sebagai dosen pembimbing skripsi penulis yang telah bersedia membimbing penulis sejak awal hingga akhir perkuliahan. Dimana beliau juga memberikan solusi kepada penulis ketika penulis menghadapi masalah ketika berada dilokasi penelitian.

3. Bapak Prof. RizaBuana Ismail, M.Phil,.Ph.D, selaku dosen penguji yang telah bersedia menjadi penguji skripsi ini dan telah memberi masukan-masukan dalam perbaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua Departemen SosiologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, dan selaku Ketua Penguji dalam Ujian Meja Hijau.

5. Drs. Muba Simanihuruk, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa dan Kak Bettyyang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi.

7. Saudara-saudara saya tercinta, yang selalu memberikan doa dan nasehat kepada saya, terkhusus bagi kakak saya Vera Berliana Sihotang dan Desy


(5)

Sri Rejeki Sihotang, S.E beserta adik-adik saya Juliade Sihotang dan Simon Joel Diffos Sihotang.

8. Sahabat-sahabat sosiologi tercinta, yang mulai dari awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan ini selalu menemani saya dalam suka maupun duka, Kathy Sabrina Togatorop, Fransisca Sinaga, S. Sos, Carlina Panjaitan, S.Sos, Elsa Elonika Tarigan dan Vera Novelina Sirait, atas semua dukungan dan bantuan kalian selama ini, serta kebersamaan kita yang tidak terlupakan. Semoga persahabatan kita tidak hanya sampai disini dan semoga kita selalu menjadi sebuah kisah unik untuk masa depan.

9. Teman-teman Sosiologi seperjuangan lainnya, Erawati Siagian, Ernita Siregar S.Sos, Emilia Simangunsong S.Sos, Andriani Ambarita, Silvia Purba, Angel Manihuruk, Hendrikson Siahaan, Jhon Sardo, Repita Simamora S.Sos, Yusni Malau, Defasari Simbolon, Joan Naibaho, Rio Sihombing dan teman-teman sosiologi lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang telah banyak membantu penulis dalam berdiskusi hingga penulis dapat menyelesaikan penelitian..

10.Para Respondendan khususnya pihak bimbingan belajar Ganesha Operation, Sony Sugema College, dan Prosus Inten yang telah banyak membantu memberikan informasi yang sangat dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini, serta memberikan izin bagi penulis untuk melakukan penelitian.

Penulis merasa bahwa dalam penulisan skripsi masih terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan ini.


(6)

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, harapan saya agar tulisan ini dapat berguna bagi pembacanya, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini.

Medan, November 2015 (Penulis)

Devi Sihotang NIM : 1110901031


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... ... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

1.4.1 Manfaat Teoritis... 6

1.4.2 Manfaat Praktis... ... 7

1.5 Hipotesis Penelitian... ... 7

1.6 Operasional Variabel... 8

1.7Definisi Konsep... 10

BAB II KERANGKA TEORI 2. 1 Gaya Hidup... 13

2.2 Konsumsi... 15

2.3 Pilihan Rasional... 19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1Jenis Penelitian...22


(8)

3.3.1 Populasi...23

3.3.2 Sampel... 23

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 25

3.5.1 Data Primer... 25

3.5.2 Data Sekunder... 25

3.6Teknik Analisa Data... 26

3.6.1 Analisis Tabel Tunggal... 26

3.6.2 Korelasi... 26

3.6.3 Anova... 27

3.7 Keterbatasan Peneliti... 27

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian... 29

4.1.1Ganesha Operation... 29

4.1.1.1. Sejarah Singkat Bimbingan Belajar Ganesha Operation... 29

4.1.1.2. Visi dan Misi Ganesha Operation... 30

4.1.1.3. Tujuan Bimbingan Belajar Ganesha Operation... 31

4.1.1.4. Program Belajar... 32

4.1.2.Sony Sugema College (SSC)... 36

4.1.2.1. Sejarah Singkat Bimbingan Belajar SSC... 36

4.1.2.2. Visi dan Misi Bimbingan Belajar SSC... 38

4.1.2.3. Program Belajar... 39

4.1.3. Prosus Inten... 41

4.1.3.1. Sejarah dan Profil Inten... 41


(9)

4.1.3.3. Biaya Bimbingan Belajar... 44

4.2.Hasil Penelitian... 44

4.2.1 Karakteristik Responden... 45

4.2.2. Gaya Hidup Berdasarkan Aktivitasnya... 52

4.2.3. Gaya Hidup Berdasarkan Ketertarikan/ Minat... 62

4.2.4. Gaya Hidup Berdasarkan Pendapat... 69

4.2.5. Pemilihan Bimbingan Belajar Berdasarkan Citra Bimbingan Belajar... 74

4.2.6. Pemilihan Bimbingan Belajar Berdasarkan Citra Produk ... 82

4.3. Analisa Data ... 88

4.3.1. Uji Realibilitas... 88

4.3.2. Korelasi... 90

4.3.3. Anova... 93

4.4 Pembahasan... 97

4.4.1. Gaya Hidup Siswa... 97

4.4.2. Pemilihan Bimbingan Belajar... 101

4.4.3. Gaya Hidup dan Pemilihan Bimbingan Belajar... 102

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 104

5.2 Saran ... 106

Daftar Pustaka... 108


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Jumlah Populasi Penelitian ... 23

Tabel 3.2. Penarikan Sampel Morgan... 24

Tabel 3.3.Jumlah Sampel Penelitian ... 25

Tabel 4.1.Program Bimbingan Belajar Ganesha Operation Kelas XII... 32

Tabel 4.2.Biaya Bimbingan Belajar Ganesha Operation... 36

Tabel 4.3.Biaya Bimbingan Belajar Sony Sugema College... 40

Tabel 4.4 .Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 45

Tabel 4.5.Karakteristik Responden Berdasarkan Nama Sekolah... 46

Tabel 4.6.Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan ... 47

Tabel 4.7.Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mengikuti Bimbingan Belajar...48

Tabel 4.8.Karakteristik Responden Berdasarkan Program Belajar... 49

Tabel 4.9.Karakteristik Berdasarkan Pekerjaan Orangtua... 50

Tabel 4.10.Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Orangtua.... 51

Tabel 4.11.Aktivitas Orangtua Sepulang Bekerja... 52

Tabel 4.12 .Aktivitas Responden dan Keluarga Ketika Liburan... 53

Tabel 4.13.Aktivitas Responden dalam Mengisi Waktu Luangnya... 54

Tabel 4.14.Aktivitas Responden dan Temannya Mengisi Waktu Luangnya. 55 Tabel 4.15.Gaya Hidup (Aktivitas)... 57

Tabel 4.16.Gaya Hidup (Ketertarikan/Minat)... 63

Tabel 4.17.Gaya Hidup (Pendapat)... 70

Tabel 4.18.Pemilihan Bimbingan Belajar (Citra Bimbingan Belajar)... 76

Tabel 4.19.Pemilihan Bimbingan Belajar (Citra Produk)... 83


(11)

Tabel 4.21.Uji Korelasi Berdasarkan Indikator Variabel... 90

Tabel 4.22. Test Of Homogenity Of Variances... 94

Tabel 4.23. Uji Anova... 95


(12)

ABSTRAK

Perkembangan pendidikan bukan saja hanya terjadi pada pendidikan formal. Saat ini pendidikan nonformal juga mengalami perkembangan dan menjadi favorit bagi siswa. Bimbingan belajar sudah menjadi sebuah tren baru dikalangan siswa. Maraknya bimbingan belajar juga menimbulkan persaingan diantara setiap bimbingan belajar untuk dapat menarik minat siswa. Setiap siswa dengan gaya hidup yang berbeda-beda berlomba-lomba untuk memilih bimbingan belajar yang akan mereka ikuti. Tujuan dari tulisan ini adalah ingin melihat bagaimana gaya hidup siswa yang berbeda-beda mempengaruhinya dalam memilih bimbingan belajar yang diikuti oleh siswa tersebut. Siswa yang akan diteliti disini adalah siswa SMA yang mengikuti bimbingan belajar yang ada dikota Medan yaitu bimbingan belajar Ganesha Operation, Sony Sugema College dan Prosus Inten. Bimbingan belajar ini adalah bimbingan belajar yang saat ini menjadi favorit dan mampu menarik minat para siswa. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar oleh siswa SMA dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebar kuesioner dan observasi. Hasil penelitian yang ditemukan di lapangan adalah secara garis besar terdapat hubungan antara gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA. Namun, hubungan antara kedua variabel tersebut sangat lemah.


(13)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Gaya hidup menurut Plummer (Olivia M. Kaparang, 2013)adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup dalam hal ini berkaitan dengan bagaimana pola aktivitas yang dilakukan oleh individu khususnya dalam memanfaatkan waktu luang yang ia miliki. Setiap tindakan yang dilakukan oleh individu akan selalu berdasarkan dengan apa yang ia sukai atau sesuai dengan ketertarikannya terhadap sesuatu hal. Pendapat seseorang terhadap dunia sekitar juga dapat menentukan tindakannya dalam melakukan sesuatu. Pola tindakan inilah yang dapat menentukan pola kehidupan seseorang dan menjadikannya sebagai gaya hidupnya

Saat ini perbincangan mengenai gaya hidup selalu berkaitan sebagai suatu bentuk sikap dan perilaku individu yang mengarah pada tindakan konsumsi. Cara hidup yang dilakukan oleh setiap individu akan menunjukkan gaya hidup yang berbeda-beda. Perbedaan cara hidup tersebut dapat terlihat dari adanya perbedaan kemampuan seseorang untuk mengonsumsi apa yang ia inginkan. Tidak semua orang dapat memperoleh hal-hal yang ia inginkan. Kemampuan seseorang untuk membeli suatu barang-barang branded akan menunjukkan status sosial yang ia miliki. Perbedaan harga akan semakin


(14)

menunjukkan letak kedudukan seseorang. Mengeluarkan uang dengan jumlah yang besar untuk memenuhi keinginannya menunjukkan gaya hidup mewah yang dimiliki seseorang. Kemampuan individu dalam menghabiskan uangnya dan mengisi waktu luang yang ia miliki merupakan salah satu refleksi dari sebuah gaya hidup. Kegiatan konsumsi oleh mereka dari kelas menengah ke atas lebih cenderung berorientasi pada kebutuhan kesenangan mereka saja. Konsumsi yang mereka lakukan cenderung pada keinginan emosional dan sosial. Tindakan konsumsi secara sosial membentuk kelompok-kelompok pada masyarakat.

Gaya hidup dalam dunia pendidikan merupakan topik menarik yang sedang terjadi saat ini. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan setiap orang. Semua orangtua menginginkan anaknya agar dapat mengecap pendidikan yang terbaik. Untuk itu banyak hal yang akan diupayakan oleh orangtua agar anaknya dapat memperoleh pendidikan yang berkualitas terutama dalam hal ekonomi. Saat ini pendidikan dengan biaya yang mahal dipersepsikan masyarakat sebagai pendidikan yang berkualitas. Banyak sekolah-sekolah yang menjadi favorit adalah sekolah dengan biaya pendidikan yang mahal dan memberikan pendidikan yang berkualitas. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat ini sudah menjadi tren yang kuat sehingga mengikuti pendidikan dengan biaya mahal menjadi gaya hidup.

Pendidikan formal dengan biaya yang mahal bukan satu-satunya yang menjadi tren saat ini. Mengikuti pendidikan nonformal yaitu bimbingan belajar juga menjadi sebuah tren baru dalam dunia pendidikan saat ini.


(15)

siswa untuk dapat lulus ujian Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Ujian Nasional (UN). Semakin tingginya keinginan dan kebutuhan para siswa untuk dapat lulus dari ujian PTN dan UN, menimbulkan semakin maraknya jumlah bimbingan belajar. Ketertarikan siswa untuk mengikuti pendidikan nonformal menjadikannya menjadi sebuah kebiasaan yang harus mereka ikuti. Siswa berasumsi untuk dapat lulus dari ujian nasional dan ujian perguruan tinggi negeri maka mereka harus mengikuti bimbingan belajar sebagai suatu jalan keluar yang dapat membantu mereka untuk menghadapi ujian.Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (Ratri Dwi Mulyani; 2012) adalahbimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi masalah belajar yang dialami oleh siswa.

Hadirnya berbagai lembaga bimbingan belajar dengan nama, latar belakang, dan berbagai tawaran menarik yang bertujuan untuk membantu para siswa dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi mulai menarik minat dan perhatian para peserta didik. Lembaga bimbingan belajar ini menawarkan berbagai prediksi soal-soal yang telah disiapkan dalam menghadapi ujian masuk perguruan tinggi negeri dan ujian nasional. Sistem belajar yang diterapkan dalam bimbingan belajar ini berbeda seperti disekolah. Bimbingan belajar ini memberikan pendekatan secara emosional dengan siswa sehingga keakraban dan kedekatan antara peserta didik dan pengajar dapat tercipta dengan baik. Menggunakan sistem belajar dengan


(16)

teknik cepat tepat dalam menjawab soal merupakan kunci utama yang ingin didapatkan oleh siswa.

Seiring dengan semakin meningkatnya partisipasi siswa untuk mengikuti bimbingan belajar membuat lembaga pendidikan ini mengalami peningkatan dari segi jumlahnya. Saat ini banyak bimbingan belajar mulai berdiri dengan nama dan ciri khasnya masing-masing. Munculnya persaingan antara lembaga bimbingan belajar ini juga tidak dapat dipungkiri. Persaingan pasar mulai terjadi pada bimbingan belajar untuk menarik minat siswa dalam memilih bimbingan belajar. Hal ini dapat terlihat dariadanya klasifikasi kelas yang berbeda-beda pada setiap tingkatannya dalam program belajar.Ada bimbingan dengan kelas regular dan ada bimbingan kelas yang eksekutif.Kedua hal ini memiliki harga yang berbeda, dimana biaya eksekutif lebih mahal dari biaya regular. Untuk biaya bimbingan akan dikenakan per semester yang mencapai jutaan rupiah. Harga tersebut berbeda lagi dengan biaya pendaftaran untuk masuk ke bimbingan belajar tersebut.

Munculnya berbagai bimbingan belajar, mengangkat beberapa nama bimbingan belajar yang menjadi pilihan paling banyak diminati oleh siswa. Beberapa nama bimbingan belajar tersebut diantaranya Ganesha Operation, Medica, Quantum, Sony Sugema College, Expert, Quinn, Inten, dan sebagainya. Bimbingan belajar tersebut merupakan bimbingan belajar yang menawarkan biaya pendidikan yang dapat mencapai jutaan rupiah. Bimbingan belajar dengan berbagai kelebihan dan penawarannya masing-masing tersebut secara tidak langsung menginginkan siswa untuk menentukan pilihannya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan oleh siswa ketika hendak


(17)

memilih bimbingan belajar yang akan mereka ikuti. Siswa juga memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk memilih nama bimbingan belajar yang bisa ia ikuti. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang terklasifikasi yang menyebabkan perbedaan kemampuan masyarakat untuk mengkonsumsi.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi siswa dalam memilih bimbingan belajar yang akan mereka ikuti. Namun, keputusan tersebut tidak terlepas dari pengaruh gaya hidup yang mereka miliki. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Hawkins dan Mothersbaugh (Renny Annisa : 2014) menyatakan bahwa suatu penelitian terkait mengenai gaya hidup melalui program SRI Consulting Business Intelligence’s (SRIC-BI) VALS™ membagi tiga motivasi utama konsumen: (1) Ideals Motivation: Konsumen memilih berdasarkan kepercayaan dan prinsip mereka bukan berdasarkan perasaan dan keinginan akan pengakuan sosial. Konsumen membeli fungsi dan hal yang dapat dipercaya. (2) Achievement Motivation: Konsumen berusaha untuk mendapat posisi sosial yang jelas dan mereka sangat terpengaruh oleh tindakan, pengakuan dan opini orang lain. Konsumen membeli symbolstatus. (3) Self-expression Motivation: Konsumen berorientasi pada tindakan, berusaha untuk mengekspresikan individualitas melalui pilihan mereka. Mereka membeli pengalaman.

Pilihan siswa terhadap suatu bimbingan belajar juga dimotivasi oleh beberapa hal tersebut. Namun, dibalik motivasi tersebut banyak hal-hal lain yang akan menjadi bahan pertimbangan bagi siswa untuk menentukan pilihannya terhadap berbagai lembaga bimbingan belajar yang begitu banyak saat ini. Pilihan tersebut dapat berasal dari informasi-informasi yang mereka


(18)

terima dari lingkungan sekitar dan dapat juga berdasarkan keputusan dari orangtua siswa. Hal menarik yang menjadi fokus dari peneliti adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh gaya hidup yang dimiliki oleh siswa itu sendiri terhadap keputusannya memilih lembaga bimbingan belajar yang akan diikuti. Apakah ada alasan lain dari siswa dalam memilih lembaga bimbingan belajar yang mereka ikuti?

1.2.Perumusan masalah

Berdasarkan pemaparan diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA?

1.3.Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar bagi siswa SMA.

1.4.Manfaat penelitian 1.4.1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu sosiologi mengenai gaya hidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat penelitian sebagai berikut:


(19)

1. Menghasilkan karya ilmiah mengenai gaya hidup dan pemilihan bimbingan belajar sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam kajian lembaga pendidikan nonformal dalam era modernisasi.

2. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi dalam memahami peran dari setiap lembaga pendidikan yang ada di Indonesia dalam memenuhi kebutuhan pendidikan para generasi pelajar.

1.4.2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pijakan bagi para pengambil dan pembuat kebijakan dalam memutuskan peraturan yang berhubungan dengan dunia pendidikan. Sehingga pemerintah dapat mengetahui apa sebenarnya yang menjadi kebutuhan pendidikan yang harus dimiliki dan dipenuhi oleh negara sehingga dapat meningkatkan kualitas dunia pendidikan.

1.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ha: terdapat hubungangayahidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA


(20)

Ho: tidak terdapat hubungan gaya hidup dan pemilihan lembaga bimbingan belajar bagi siswa SMA

1.6. Operasional Variabel

Definisi dari operasional adalah hasil dari operasionalisasi. Operasionalisasi adalah sebagai proses penyederhanaan suatu konstruk kedalam tingkat konsep. Kerlinger (Black, 2009) menyatakan untuk menyusun operasional variabel adalah dengan memberikan makna pada suatu konstruk atau variabel dengan menetapkan “operasi” atau kegiatan yang diperlukan untuk mengukur konstruk atau variabel. Adapun yang menjadi variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah gaya hidup dengan indikator sebagai berikut:

a. Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam mengisi dan menghabiskan waktu luangnya. Adapun yang menjadi indikator dari aktivitas yaitu:

1. Bekerja 2. Komunitas 3. Liburan 4. Hiburan

b. Ketertarikan/ Minat adalah apa yang menjadi ketertarikan dari individu terhadap sesuatu hal. Adapun indikator dari konsep ini yaitu:

1. Keluarga 2. Pekerjaan 3. Kelas sosial 4. Rekreasi


(21)

c. Pendapat / Opini adalah apa yang mereka pikirkan terhadap dunia sekitar mereka. Adapun yang menjadi indikator dari konsep ini yaitu:

1. Budaya 2. Lingkungan 3. Ekonomi 4. Diri sendiri

Dan yang menjadi variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah pemilihan lembaga bimbingan belajar dengan indikator sebagai berikut:

1. Citra Lembaga Bimbingan Belajar

Citra bimbingan belajar adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya (Jefkins dan Yadin, 2004). Adapun indikator-indikator dari citra perusahaan adalah:

a. Alternatif pilihan program pendidikan. b. Pengajar yang profesional

c. Popularitas

d. memiliki citra sebagai salah satu lembaga pendidikan terbaik

2. Citra Produk

Citra Produk merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap suatu produk. Adapun indikator-indikator dari citra produk adalah:

a. ILP memiliki materi yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik b. Metode pembelajaran yang efektif dan efisien.


(22)

d. Lulusan yang berkompeten.

1.7. Definisi konsep

1.7.1.Gaya Hidup

Gaya hidup (Handoko; 2004) adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lainnya.Pola-pola tindakan ini kadang diartikan sebagai tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat sehingga menjadikannya sebagai suatu tindakan yang harus diikuti atau dilakukan untuk memperbaiki kehidupannya dalam bermasyarakat.Gaya hidup ini berkenaan dengan bagaimana tindakan individu terhadap munculnya suatu tren yang menuntut keputusan seseorang tersebut untuk melakukannya atau tidak.

1.7.2. Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar menurut Oemar Hamalik (Ratri Dwi Mulyani; 2012) adalahbimbingan yang ditujukan kepada siswa untuk mendapat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, kemampuannya dan membantu siswa untuk menentukan cara-cara yang efektif dan efisien dalam mengatasi

Pemilihan bimbingan belajar

(Y) Citra Lembaga Bimbingan Belajar

Citra Produk Gaya Hidup (X)

Aktivitas Ketertarikan Pendapat


(23)

masalah belajar yang dialami oleh siswa.Bimbingan belajar dilakukan oleh sebuah lembaga yang bertujuan untuk membantu pendidikan para siswa khususnya untuk membantu mereka dalam mempersiapkan diri menghadapi Ujian Nasional (UN) dan ujian memasuki Perguruan Tinggi Negeri (PTN). 1.7.3. Perilaku Konsumtif

Lubis (Hotpascaman: 2009) mengatakan perilaku konsumtif adalah perilaku yang tidak lagi berdasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi. Perilaku konsumtif yang terjadi saat ini bukan sekedar hanya terhadap barang tetapi juga dalam jasa dan aspek lainnya.Perilaku konsumtif karena perilaku individu yang tidak dapat mengontrol dirinya sehingga melakukan suatu tindakan yang tidak masuk akal dan tidak memiliki esensi. Perilaku konsumtif hanya sebatas untuk memenuhi keinginan dan hasrat dari individu sendiri sehingga ia akan kehilangan makna dari perilaku dan tindakannya itu sendiri.


(24)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1. Gaya hidup

Menurut Max Weber, gaya hidup merupakan persamaan status kehormatan yang ditandai dengan konsumsi terhadap simbol gaya hidup yang sama. Ketika seorang individu berada dalam suatu kelompok maka hal tersebut dapat menunjukkan status sosial yang ia miliki sama dengan individu lainnya yang ada dalam kelompok tersebut. Teman dekat atau teman bergaul seseorang pada umumnya tidak dapat terlepas dari beberapa kesamaan yang mereka miliki termasuk status sosial yang mereka miliki. Adanya perbedaan status dan gaya hidup mengakibatkan masyarakat berada dalam batasan-batasan yang begitu berbeda. Perbedaan tersebut maka setiap orang juga memiliki gaya konsumsi yang berbeda. Mereka dengan perbedaan status akan mengonsumsi simbol gaya hidup sesuai dengan kemampuan dan posisi yang mereka miliki.

Definisi lainnya menurut Plummer (Olivia M. Kaparang,2013) menyebutkan gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya (pendapat). Engel, Blackwell & Miniard (Brian Bayu Setiawan, 2014) memaparkan gambaran tentang komponen-komponen AIO sebagai berikut : Activities (aktivitas) adalah tindakan yang nyata seperti menonton suatu medium, berbelanja di toko, atau menceritakan kepada tetangga


(25)

alasan untuk tindakan tersebut jarang dapat diukur secara langsung. Interests (minat) akan semacam objek peristiwa, atau topik dalam tingkat kegairahan yang menyertai perhatian khusus maupun terus menerus kepadanya. Opinion (opini) adalah "jawaban" lisan atau tertulis yang orang berikan sebagai respons terhadap situasi sehubungan dengan peristiwa masa datang, dan penimbangan konsekuesi yang memberi ganjaran atau menghukum dari jalannya tindakan alternatif.

Teori Milieu berpendapat bahwa bukan turunan yang menetapkan sifat-sifat manusia, melainkan alam lingkungannya dimana manusia itu hidup. Teori ini juga dipengaruhi dengan paham kapitalisme bahwa kebutuhan manusia harus senantiasa terpenuhi, namun berdasarkan kenyataan bahwa kebutuhan manusia tidak akan pernah terpenuhi secara keseluruhan karena kebutuhan manusia tidak terbatas. Teori ini menjelaskan bagaimana lingkungan dengan paham kapitalisme mulai memberikan dampak bagi kehidupan individu. Ketika individu mulai masuk ke lingkungan masyarakat maka kapitalisme itu akan memasuki kehidupan mereka yaitu salah satunya melalui gaya hidup. Berbagai tawaran menarik yang diberikan oleh kapitalisme menimbulkan konsumerisme yang tinggi dalam masyarakat. Adanya hasrat manusia untuk mengonsumsi semakin menimbulkan perbedaan- perbedaan diantara mereka dimana hal ini menimbulkan tingkat konsumsi yang berbeda dari setiap masyarakat sesuai dengan status seseorang. Hal inilah yang menciptakan gaya hidup yang berbeda dalam kehidupan masyarakat tersebut tergantung seberapa besar kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya yang jauh berbeda dengan kemampuan dari masyarakat lainnya yang dapat dikatakan sangat berlebihan (over).


(26)

Chaney dalam bukunya Lifestlye (1996:92) berasumsi bahwa gaya hidup merupakan ciri dari sebuah masyarakat modern, atau biasa juga disebut modernitas. Dalam arti disini, adalah siapapun yang hidup dalam masyarakat modern akan menggunakan gagasan tentang gaya hidup untuk menggambarkan tindakannya sendiri maupun orang lain.Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.Gaya hidup pada akhirnya menjadi pembentuk identitas sosial. Dalam hal ini, secara garis besar dapat dibedakan melalui dua tahap. Tahap pertama, disampaikan dengan menggunakan pilihan-pilihan (choice). Dalam hal ini sikap dan cita rasayang merupakan karakteristik anggota kelompok sosial baru. Hal ini dapat diidentifikasi sebagai sesuatu yang penting. Dalam wacana publik kontemporer seperti artikel surat kabar, khotbah, syair, dan panduan moral cendikiawan yang terefleksi lewat sikap moral yang mengutamakan nilai. Dengan kata lain, seseorang yang akan dianggap baik jika menjalankan prinsip moral pada masyarakatnya. Tahap kedua merupakan tahap kultural. Pada tahap ini, gaya hidup yang terfokus pada kehidupan yang merupakan bagian dari aktifitas waktu luang atau komsumsi. Seseorang dalam sebuah kelompok masyarakat akan dinilai denagn cita rasa tinggi ketika mampu memanfaatkan waktu luang dengan nyaman. Nyaman disini bisa diidentifikasikan sebagai suatu ruang konsumsi yang bernilai material. Orang yang dianggap keren ketika mampu memanfaatkan waktu luangnya dengan menghabiskan uang jutaan rupiah untuk liburan keluar kota


(27)

ataupun keluar negeri. Ketika gaya hidup diekspresikan dengan cita rasa dan nilai material pada akhirnya akan berhubungan dengan karakteristik sosio struktural lainnya.

Amstrong (Kaparang, 2013),lebih jauh menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi sedangkan faktor eksternal terdiri dari kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.Faktor internal merupakan faktor yang didasarkan pada diri seseorang seberapa terbuka dirinya terhadap pengaruh yang muncul dalam dirinya yang menuntut perubahan pada kehidupannya. Faktor eksternal merupakan faktor yang muncul dari orang-orang yang ada disekeliling kita yang secara tidak kita sadari memberikan pengaruh pada individu.

2.2. Konsumsi

Dunia modern saat ini menunjukkan bahwa kebahagiaan yang diinginkan oleh masyarakat adalah apabila mereka memiliiki dan menunjukkan tanda-tanda atau barang-barang yang dipandang oleh masyarakat umum sebagai barang yang mewah.Mereka yang telah mampu untuk memiliki barang-barang mewah tersebut dianggap menjadi masyarakat yang telah menemukan kebahagiaannya.Dalam hal ini mereka yang telah mampu mencapai hal tersebut merupakan masyarakat yang berada dalam kelas sosial atas.Perbedaan dalam akses terhadap barang-barang mewah inilah yang semakin menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat


(28)

konsumsi yang terjadi antara masyarakat yang tergolong dalam kelas sosial atas dan masyarakat kelas sosial bawah.

Rasionalitas konsumen dalam sistem masyarakat telah mengalami perkembangan dan perubahan, karena mereka membeli barang bukan lagi karena kebutuhan (needs), namun lebih kepada pemenuhan hasrat (desire). Ketika hendak mengonsumsi sesuatu, individu juga harus mempertimbangkan kepuasan hasratnya yang harus terpenuhi.Konsumsi menurut Baudrillard bukan sekedar nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan atau konsumsi objek. Manusia tidak hanya ditawari apa yang mereka butuhkan (what they needed), melainkan pula apa yang mereka harapkan (what they desired). Dengan demikian, “wants” berubah secara aktif menjadi “needs”, apa yang semula sekedar menjadi keinginan berubah menjadi yang dibutuhkan.

Konsumsi berada dalam suatu pemaknaan yaitu satu manipulasi tanda dan manipulasi objek sebagai tanda. Nilai simbol dijadikan sebagai sebuah komoditas utama masyarakat untuk mengonsumsi sesuatu.Jadi, yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak adalah apabila objek tersebut telah memiliki tanda (sign) yang terbaik. Simbol atau citra yang dimiliki suatu objek tersebut layak menjadi salah satu faktor bagi mereka untuk mempertimbangkan apakah objek tersebut layak untuk dikonsumsi atau tidak. Meskipun suatu objek memiliki tujuan yang sama namun dengan semakin eksis dan dan baiknya citranya sehingga objek tersebut dapat terlihat berbeda dimata konsumen.

Saat ini banyak orang yang lebih suka membeli merek dari pada mempertimbangkan manfaat mereka ketika mengonsumsinya.Merek dapat


(29)

menentukan status sosial yang dimiliki seseorang. Mengonsumsi objek berdasarkan merek maka dapat terlihat bahwa mereka juga memperhatikan gengsi sosial.Mengonsumsi objek yang tidak memiliki citra atau merek yang tidak baik atau terkenal maka hal ini dapat dipengaruhi oleh gengsi sosial yang selalu dipertimbangkan. Mengonsumsi objek maka berarti mengonsumsi tanda dan dalam prosesnya mendefinisikan diri kita.

Thorstein Veblen mengajukan sebuah istilah conspicuous consumption (konsumsi yang mencolok) untuk menunjukkan barang- barang yang kita beli dan kita pertontonkan kepada oranglain untuk menegaskan gengsi dan status kita serta menunjang gaya hidup di waktu luang. Veblen juga mengemukakan istilah pecuniary emultion (penyamaan kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan uang) dimana golongan yang tidak masuk pada leissure class berusaha menyamai perolehan dan pemakaian benda-benda tertentu dengan harapan bahwa mereka akan mencapai keadaan dengan golongan-golongan yang berada diatas mereka. Menurut Bourdieu konsumsi dianalisis sebagai bentuk pemuasan kebutuhan yang berakar secara biologis, lebih jauh Bourdieu lebih menekankan konsumsi meliputi tanda, simbol, ide dan nilai yang digunakan sebagai cara memisahkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya. Bourdieu memaknai modal bukan hanya dimaknai modal semata-mata sebagai modal yang berbentuk materi, melainkan modal merupakan sebuah hasil kerja yang terakumulasi (dalam bentuk yang “terbendakan” atau bersifat “menumbuh”-terjiwai dalam diri seseorang).Bourdieu menyebut istilah modal sosial (social capital), modal budaya (cultural capital), modal simbolik (symbolic capital).


(30)

a. Modal sosial menunjuk pada sekumpulan sumberdaya yang aktual atau potensial yang terkait dengan pemilikan jaringan hubungan saling mengenal dan/atau saling mengakui yang memberi anggotanya dukungan modal yang dimiliki bersama. Modal sosial dapat diwujudkan dalam bentuk praktis seperti pertemanan, dan bentuk terlembagakan terwujud dalam keanggotaan kelompok yang relatif terikat seperti keluarga, suku, sekolah.

b. Modal budaya merujuk pada serangkaian kemampuan atau keahlian individu, termasuk di dalamnya adalah sikap, cara bertutur kata, berpenampilan, cara bergaul, dan sebagainya.

c. Modal simbolik merupakan sebuah bentuk modal yang berasal dari jenis yang lain, yang disalahkenali bukan sebagai modal yang semena, melainkan dikenali dan diatur sebagai sesuatu yang sah dan natural. Modal simbolik ini berupa pemilihan tempat tinggal, pemilihan tempat wisata, hobi, tempat makan, dan sebagainya. Menurut Bourdieu modal simbolik merupakan sumber kekuasaan yang krusial.

Menurut Bourdieu setiap kelas memiliki sikap, selera, kebiasaan, perilaku atau bahkan modal yang berbeda.Bourdieu membedakan kelas menjadi tiga.Pembedaan ini sekali lagi didasarkan pada faktor pemilihan modal tadi.Pertama, kelas dominan, yang ditandai oleh pemilikan modal yang cukup besar. Individu dalam kelas ini mampu mengakumulasikan berbagai modal dan secara jelas mampu membedakan dirinya dengan orang lain untuk menunjukkan identitasnya. Kelas dominan juga mampu memaksakan identitasnya kepada kelas lain. Kedua, kelas borjuasi kecil. Mereka diposisikan ke dalam kelas ini karena


(31)

memiliki kesamaan sifat dengan kaum borjuasi, yaitu mereka memiliki keinginan untuk menaiki tangga sosial, akan tetapi mereka menempati kelas menengah dalam struktur masyarakat. Mereka dapat dikatakan akan lebih banyak melakukan imitasi terhadap kelas dominan. Ketiga, kelas populer.Kelas ini merupakan kelas yang hampir tidak memiliki modal, baik modal ekonomi, modal budaya maupun modal simbolik. Mereka berada pada posisi yang cenderung menerima dominasi kelas dominan, mereka cenderung menerima apa saja yang dipaksakan kelas dominan.

2.3. Pilihan Rasional

Menurut Coleman yang merupakan salah seorang yang berkiprah dalam teori pilihan rasional ini, tidak saja membahas teori ini dalam kajian mikro tetapi juga mencakup pada hal makro. Menurutnya, seseorang akan bertindak mengarah pada suatu tujuan yang ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi). Untuk mencapai tujuan tersebut individu akan mempertimbangkan berbagai hal yang akan menentukan tindakannya untuk mencapai keinginannya tersebut. Dalam hal ini individu harus memilih beberapa pilihan tindakan yang harus diambil agar lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan (goal) dan memuaskan kebutuhannya.

Lebih jauh lagi, Coleman membahas mengenai pilihan rasional ini dalam hubungan antara aktor dan sumber daya. Suatu sumber daya dibentuk dan dikontrol oleh seorang aktor. Aktor lainnya mulai tertarik dan memberikan perhatiannya pada sumber daya tersebut. Menurutnya individu-individu akan


(32)

pilihan-pilihan mereka juga terbatas. Stimulus dan pilihan ini bervariasi untuk setiap individu, bergantung pada sistem dimana individu-individu itu berada. Adanya ketertarikan tersebut maka mulai terjalin interaksi antar kedua aktor tersebut. Hubungan kedua aktor tersebut akan menimbulkan hubungan saling membutuhkan, dimana kedua aktor memiliki tujuan yang sama dan saling melengkapi meskipun mereka memiliki beberapa kepentingan lainnya yang berbeda. Namun hubungan ini selanjutnya akan membentuk hubungan saling ketergantungan diantara kedua aktor tersebut. Ada beberapa premis-premis dasar mengenai pilihan rasional yaitu:

a. Manusia memiliki seperangkat preferensi-preferensi yang bisa mereka pahami, mereka tata menurut sekala prioritas, dan dibandingkan antara satu dengan yang lain.

b. Tatanan preferensi ini bersifat transitif, atau konsisten dalam logika. Misalnya, jika seseorang lebih memilih sekolah A dibanding sekolah B, dan sekolah B dibanding sekolah C, maka orang tersebut pasti lebih memilih sekolah Adibanding sekolah C.

c. Tatanan preferensi itu didasarkan pada prinsip ‘memaksimalkan manfaat’ dan ‘meminimalkan resiko’.

d. Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang egois.

Namun, terkadang pilihan yang dilakukan oleh seorang aktor merupakan tindakan yang tak rasionalitas dan tak jarang menyimpang dari cara-cara yang ada.Tindakan ini juga cenderung menyebabkan subordinasi antara satu actor dengan aktor lainnya. Seorang aktor dalam hal ini akan merealisasikan


(33)

Economy and Society menyatakan bahwa tindakan konsumsi dapat dikatakan sebagai tindakan sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku dari individu lain yang diarahkan pada tujuan tertentu. Tindakan sosial menurut Weber terdiri dari:

a. Tindakan rasional yaitu tindakan yang berdasarkan pertimbangan yang sadar terhadap tujuan tindakan dan pilihan dari alat yang dipergunakan.

b. Tindakan rasional nilai yaitu suatu tindakan dimana tujuan telah ada dalam hubungannya dengan nilai absolut dan akhir bagi individu. c. Tindakan afektif yaitu suatu tindakan yang didominasi perasaan atau

emosi tanpa refleksi intelektual atau perencaan yang sadar seperti cinta, marah, suka dan duka.

d. Tindakan tradisional yaitu tindakan yang dikarenakan kebiasaan atau tradisi.


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan ada tidaknya hubungan dan kapasitas hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan studi korelasional, peneliti dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan yang terjadi bukan mengenai ada tidaknya efek variabel satu terhadap variabel lain yang sedang diteliti. Penelitian ini dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.Hubungan antar variabel tidak saja dalam bentuk sebab-akibat, tetapi juga hubungan timbal balik antara dua variabel.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada lembaga bimbingan belajar yang ada di Kota Medan. Beberapa nama bimbingan belajar yang ada di Medan yaitu adalah Ganesha Operation, Medica, Sony Sugema College, Quantum, Inten, O Friends, Bima, Primagama, Quin, dsb. Dari beberapa bimbingan belajar tersebut peneliti memilih beberapa bimbingan belajar sebagai lokasi penelitian. Bimbingan belajar dengan kualitas dan nama yang terkenal dikalangan para siswa menjadi alasan peneliti dalam memilih lokasi penelitian. Ada beberapa nama bimbingan belajar yang menjadi favorit dari para siswa SMA karena kualitas dari bimbingan belajar yang baik diantaranya yaitu Ganesha Operation, Sony Sugema College dan Inten.


(35)

Nama dari ketiga bimbingan belajar ini tidak asing lagi bagi para siswa yang terlihat dari jumlah siswa yang mendaftar di tempat bimbingan belajar tersebut dan memiliki beberapa cabang yang telah ada di Kota Medan.

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu atau populasi merupakan keseluruhan gejala atau satuan yang ingin diteliti.Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah mencakup seluruh siswa kelas XII yang mengikuti bimbingan belajar Sony Sugema College, Ganesha Operation, dan Prosus Inten.

Tabel 3.1.

Jumlah Populasi Penelititan

No. Nama bimbingan belajar Jumlah siswa

1. Ganesha Operation 300 orang

2. Sony Sugema College 400 orang

3. Inten 200 orang

Total 900 orang

3.3.2. Sampel

Sampel adalah suatu bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasinya. Penelitian pada sampel hanya merupakan pendekatan pada populasinya.Selalu ada resiko kesalahan dalam menarik kesimpulan untuk keseluruhan populasi. Oleh karena itu, setiap penelitian dengan menggunakan sampel akan selalu berusaha memperkecil resiko kesalahan tersebut. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah


(36)

yang akan dijadikan sebagai responden akan dipilih dengan menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak sederhana dimana setiap unsur mempunyai peluang yang sama dijadikan sampel.

Untuk memperoleh sampel yang akan diteliti maka digunakan tabel Morgan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tabel Morgan

Dari tabel diatas maka dapat diperoleh jumlah sampel dengan N= 900 yaitu 269 orang:


(37)

Tabel 3.3

Jumlah Sampel Penelitian

No. Nama bimbingan belajar Jumlah siswa

1. Ganesha Operation 81 orang

2. Sony Sugema College 100 orang

3. Inten 88 orang

Total 269 orang

3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian. Adapun yang menjadi data primer dalam penelitian ini adalah:

a. Kuesioner yaituteknik pengumpulan data dengan cara menyebarkan angket yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi.

b. Observasi yaitu pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti langsung ke lapangan dan mengamati para siswa yang mengikuti bimbingan belajar.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian.Data ini sebagai salah satu aspek pendukung keabsahan penelitian. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan melalui penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data yang diperoleh dari buku-buku ilmiah, tulisan ilmiah, jurnal, situs-situs internet, dan hasil penelitian


(38)

3.5. Teknik Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan. Dalam proses ini digunakan dengan menggunakan statistik. Fungsi dari statistik ini yaitu untuk menyederhanakan data penelitian dengan jumlah yang besar dan menjadikan dengan informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah untuk dipahami. Untuk menganalisis data dalam penelitian ini digunakan analisis data sebagai berikut:

3.5.1. Analisis Tabel Tunggal

Analisa tabel tunggal merupakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi.Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dari persentasi untuk setiap kategori.

3.5.2. Korelasi

Korelasi merupakan suatu hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lainnya. Untuk melihat hubungan antara variabel pada penelitian ini, digunakan analisis korelasi Spearman dengan rumus sebagai berikut:

r

s

= 1

-6 �2

�3 −� Keterangan:

r : koefisien korelasi variabel X dan Y


(39)

N : jumlah sampel

3.5.3. Anova

ANOVA adalah suatu modelyangcukup komprehensif untukmendeteksi perbedaan kelompok pada variabel terikat tunggal. Teknik analisa dengan Anova hanya menguji satu variabel terikat. Analisis data ini menguji perbedaan mean pada variabel terikat untuk beberapa variabel bebas. Analisis Varians (ANOVA) digunakan untuk mencari perbedaan antar variabel.Untuk memperoleh perhitungan tersebut, maka dalam penelitian ini akan didukung dengan program software SPSS 21 sehingga diharapkan hasil yang diperoleh lebih akurat.

3.6. Keterbatasan Peneliti

Keterbatasan penelitian mencakup uraian tentang keterbatasan dan hambatan yang ditemui dalam penelitian, baik yang berkaitan dengan metode dan teknik penulisan yang digunakan, maupun keterbatasan peneliti sendiri. Keterbatasan dalam penelitian ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan pengalaman yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Selain itu, peneliti juga belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam menyajikan dan mengolah data, akan tetapi kendala tersebut dapat diatasi melalui proses bimbingan skripsi dan peneliti berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang mendukung proses penelitian ini.Walaupun terdapat berbagai keterbatasan, peneliti tetap berusaha semaksimal mungkin dalam mengumpulkan informasi dari


(40)

responden, serta informasi yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan validitasnya.

Didalam menemukan data dilapangan, peneliti juga mengalami banyak hambatan-hambatan. Hambatan tersebut dikarenakan penelitian ini dilakukan di 3 institusi pendidikan yang berbeda. Memasuki sebuah bimbingan belajar bukan hal yang mudah terutama untuk mendapatkan data mengenai bimbingan belajar. Banyak bimbingan belajar yang masih belum terbuka terhadap adanya penelitian yang muncul dari mahasiswa. Hal tersebut menyebabkan peneliti harus berusaha untuk mencari bimbingan yang mau menerima untuk dijadikan lokasi penelitian dan masih termasuk dalam kriteria pemilihan lokasi penelitian. Jumlah lokasi penelitian yang ada dalam penelitian ini yaitu 3 bimbingan belajar (Ganesha Operation, Sony Sugema College, dan Prosus Inten) yang memiliki jumlah siswa yang banyak menguras waktu peneliti untuk dapat melakukan penelitian dilokasi-lokasi tersebut.


(41)

BAB IV

HASIL DAN ANALISA DATA

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1. Ganesha Operation

4.1.1.1.Sejarah singkat Bimbingan Belajar Ganesha Operation

Ganesha Operation merupakan salah satu bimbingan belajar yang terdapat di Indonesia. Di tengah-tengah persaingan yang tajam dalam industri bimbingan belajar, pada tanggal 1 Mei 1984 Ganesha Operation didirikan di Kota Bandung oleh Ir.Bob Foster. Latar belakang pendirian lembaga ini adalah adanya mata rantai yang terputus dari link informasi Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dengan dunia Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Posisi inilah yang diisi oleh Ganesha Operation untuk berfungsi sebagai jembatan dunia SLTA terhadap dunia PTN mengenai informasi jurusan PTN (prospek dan tingkat persaingannya), pemberian materi pelajaran yang sesuai dengan ruang lingkup bahan uji seleksi penerimaan mahasiswa baru dan pemberian metode-metode inovatif dan kreatif menyelesaikan soal-soal tes masuk PTN sehingga membantu para siswa lulusan SLTA memenuhi keinginan mereka memasuki PTN.

Meskipun pada awalnya hingga tahun 1992 Ganesha Operation hanya ada di Bandung, pada tahun 1993 dibuka cabang pertama di Denpasar. Pengembangan secara serius dilakukan mulai tahun 1995.Pada tahun 1997 dibuka cabang di Medan yang di pimpin oleh Ir.Jamso Pangaribuan. Sejak itu pertumbuhan cabang-cabang Ganesha Operation mulai berkembang. Bimbingan Ganesha Operation merupakan salah satu bimbingan belajar yang memberikan pelayanan jasa


(42)

terhadap kepuasaan belajar siswa/siswinya. Memberikan pelayanan yang maksimal diharapkan bisa membantu siswa/siswi dalam belajar untuk meningkatkan hasil prestasi belajar siswa yang maksimal sesuai bakat dan minat siswa-siswi tersebut. Oleh sebab itu untuk mendukung pencapaiannya perlu layanan bimbingan belajar secara efektif oleh pendidik. Pelaksanaan bimbingan yang kontinu dan berkesinambungan serta dengan teknik-teknik atau memperhatikan prinsip-prinsip bimbingan yang ditekankan pada bimbingan belajar, memahami kemampuan diri dan pengembangan membuat perencanaan serta kemampuan.

4.1.1.2. Visi dan Misi Ganesha Operation

Adapun Visi dari Bimbingan Belajar Ganesha Operation adalah:

Ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberikan kontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan nasional, serta meningkatkan budaya belajar masyarakat.”

Adapun Misi dari Bimbingan Belajar Ganesha Operation adalah:

1. Menjadi wadah pengkajian dan pengembangan ilmu pengetahuan dasar (basic science) dengan komitmen total kepada inovasi dan kreativitas.

2. Memberikan metode yang unik dan unggul untuk menguasai basic science.

3. Mewujudkan kepuasan siswa (student satisfaction) melalui keunggulan:

a Produk jasa pendidikan yang konseptual.


(43)

c Lokasi (place) yang strategis.

d Proses pelayanan yang cepat.

e Sumber daya manusia (people) yang ramah, terampil, dan memiliki kompetisi.

f Ruangan dan lingkungan (physical evidence) yang nyaman dan asri dengan fasilitas yang lengkap.

g Informasi yang lengkap dan terpercaya

4. Menjalin kemitraan yang konstruktif dengan orangtua siswa, sekolah, perguruan tinggi dan masyarakat.

5. Memberikan kepada karyawan pekerjaan yang bermakna serta kompensasi yang memadai.

4.1.1.3 Tujuan Bimbingan Ganesha Operation Adapun Tujuan bimbingan Ganesha Operation adalah :

1. Membantu para siswa mengatasi kesulitan belajar melalui bimbingan staff pengajar yang berkualitas dan berwawasan luas dengan Buku Panduan Belajar yang lengkap dan sistematis.

2. Memberikan informasi pendidikan yang sangat lengkap baik untuk tingkat SD, SLTP, SLTA, maupun Perguruan Tinggi.

3. Memberikan strategi bersaing bagi para siswa untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga sukses memasuki SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi favorit dan terkemuka sesuai dengan minat dan kemampuan.


(44)

4. Meningkatkan prestasi siswa sehingga memperoleh nilai harian, nilai rapor, nilai Ujian Akhir Nasional, dam nilai SPMB yang lebih tinggi.

4.1.1.4. Program Belajar

Tabel 4.1

Daftar Program Belajar Bimbingan Belajar Ganesha Operation kelas XII SMA

PROGRAM KEUNGGULAN TUJUAN

Reguler

a. Belajar sesuai materi sekolah

b. Tutorial service time c. Try out berkala dan EPB

(evaluasi Prestasi belajar)

a. Sukses ulangan harian b. Sukses UTS, UAS, dan

UN

c. Terjadi peningkatan prestasi belajar

Executive

• Platinum

• Gold

• Silver

a. Jaminan lulus PTN favorit

b. Tutorial Service Time (prioritas)

c. Try Out berkala dan EPB (Evaluasi Prestasi

Belajar)

d. Kelas eksklusif

e. Cofee break dan snack (Platinum)

f. Cofee Break (Gold) g. 10 siswa/kelas

(Platinum)

h. 16 siswa/kelas (Gold) i. 20 siswa/kelas (Silver)

a. Target terjadi kenaikan prestasi belajar di sekolah

b. Lulus ke PTN favorit melalui SNMPTN, SBMPTN, Ujian Mandiri, dan jalur seleksi PTN lainnya c. Sukses UTS, UAS, dan

UN

d. Peningkatan nilai rapor

TWT a. Jaminan lulus PTN b. 20 siswa per kelas

c. Kelas homogen (khusus SMAN 1, SMAN 4, SMA St Thomas 1, SMA Sutomo 1 Medan)

d. TST (prioritas), TO, dan EPB

Lulus PTN favorit melalui SNMPTN, SBMPTN, UM, dan jalur seleksi PTN

lainnya

Alumni

• Reguler

• Executive

a. Jaminan lulus PTN (executive)

b. Belajar fokus materi SBMPTN

c. TST (prioritas Exe), TO, EPB

Lulus PTN favorit melalui SBMPTN


(45)

Fasilitas bagi siswa GO:

1. Rumus the king

Rumus khusus yang diperoleh dengan berpikir kreatif sehingga soal-soal dapat diselesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

2. M-3 (Meeting on Maximizing Motivation)

Siswa mendapatkan seminar motivasi secara berkala untuk menumbuhkan dan membangkitkan semangat belajar.

3. EPB (Evaluasi Prestasi Belajar)

Hasil Try Out dianalisis per butir soal, per bidang studi. Kelulusan siswa akan diprediksi pada evaluasi prestasi belajar ini dan saran jurusan yang bisa dimasuki akan diberikan sesuai tingkat kemampuan siswa saat ini.

4. Buku SMS (Strategi Menuju Sukses)

Inovasi terbaru yang hanya ada di GO, setiap siswa akan dipantau kemajuan belajarnya lewat sistem informasi akademik yang terpadu. Siswa dipandu melalui strategi khusus untuk mencapai cita-citanya sesuai kemampuan dan potensi yang dimilikinya.

5. Buku koding

Disusun dengan prinsip koding (konsep dasar & THE KING). Konsep dasar ini merupakan filosofi dari setiap materi pelajaran yang wajib dikuasai oleh siswa sedangkan konsep THE KING diperlukan untuk menyelesaikan soal-soal dalam


(46)

6. RAC (Reminder Attendance Control)

Setiap siswa akan mendapatkan GO Card/GO Executive (kartu magnetik untuk absensi) yang harus digesekkan pada mesin absen canggih berkamera (Realtime Attendance Record) sebagai bukti kehadiran siswa pada jadwal belajar rutin.

7. UAS/Ulum Vaganza

Merupakan pelajaran tambahan khusus menjelang UAS/Ulum. Soal yang dibahas adalah variasi soal-soal UAS/Ulum yang pernah keluar sesuai dengan asal sekolah masing-masing siswa.

8. Evaluasi VAK

Dilakukan diawal program untuk mengetahui modalitas siswa apakah visual, auditorial, atau kinestetik sehingga setiap siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.

9. GO Hi Teach

Metode belajar revolusioner yang membuat siswa berkonsentrasi penuh sehingga informasi disimpan memori jangka panjang.

10.TST (Tutorial Service Time)

Disediakan pengajar piket untuk melayani pertanyaan siswa seputar PR sekolah atau tambahan pelajaran atas permintaan siswa di luar pertemuan terjadwal. Layanan ekstra ini gratis tanpa biaya tambahan.


(47)

Pengajar adalah lulusan PTN, profesional, dan perguruan tinggi terkemuka lainnya yang sangat berpengalaman dan terlatih menerapkan Revolusi Belajar sehingga siswa mudah mengerti materi yang diajarkan.

12.Revolusi belajar

Metode belajar sesuai dengan cara kerja otak. Optimalisasi penggunaan otak kanan dan otak kiri ditempuh dengan memperdengarkan musik klasik saat belajar, brain gym, break sesaat sesuai teori von restoff, mencatat menggunakan mind map, dan mengingat dengan metode asosiasi.

13.Parents meeting

Pertemuan rutin orangtua dan konselor GO untuk bersama-sama memantau perkembangan prestasi siswa.

14.Try out terpadu

Bertujuan melatih siswa mengerjakan soal-soal US/M, UN, UM, dan SBMPTN, sekaligus mengevaluasi tingkat kesiapan siswa menghadapi US/M, UN, UM, dan SBMPTN. Lembar jawaban TO dipindai dengan scanner terbaru sehingga dalam waktu cepat hasil Try Out dapat diumumkan. Hasil TO dapat dilihat di website GO agar dapat dibandingkan dengan peserta TO di seluruh Indonesia.


(48)

Daftar biaya bimbingan belajar:

Tabel 4.2

Daftar Biaya Bimbingan Belajar Ganesha Operation Kelas XII SMA Program

Executive Biaya normal

Biaya setelah diskon lunas 12%

Biaya setelah diskon plus-plus

5% 12 SMA

Silver Rp.9.900.000,00 Rp.8.712.000,00 Rp.8.276.400,00 12 SMA

TWT Rp.10.350.000,00 Rp.9.108.000,00 Rp.8.652.600,00 12 SMA

Gold Rp.13.750.000,00 Rp.12.100.000,00 Rp.11.495.000,00 12 SMA

Platinum Rp.18.750.000,00 Rp.16.500.000,00 Rp.15.675.000,00 Sumber: brosur Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation tahun 2015

Program Reguler

Lama

belajar s.d Biaya normal

Biaya setelah diskon lunas 12% Biaya setelah diskon plus-plus 5% 12 SMA UN 2016 Rp.6.750.000,00 Rp.4.725.000,00 Rp.4.252.000,00 12 SMA SBMPTN

2016 Rp.7.900.000,00 Rp.5.530.000,00 Rp.4.977.000,00 Sumber: brosur Lembaga Bimbingan Belajar Ganesha Operation tahun 2015

4.1.2.Sony Sugema College (SSC)

4.1.2.1.Sejarah singkat Bimbingan Belajar Sony Sugema College

Berawal dari kota Bandung, tepatnya di sebuah gedung sewaan di Jl. Dipati Ukur No. 71 Bandung, lembaga bimbingan belajar ini memulai sejarahnya. Seorang pemuda bernama Sony Sugema mengawali mimpinya dengan menjadi pengajar tunggal bagi 124 siswa kelas 3 SMU yang ingin sukses menembus Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN). Persaingan yang sangat ketat menembus UMPTN (kini menjadi Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru /SPMB) merupakan peluang bisnis yang dipandang oleh Sony Sugema memiliki prospek cerah.


(49)

Secara finansial saat itu, beliau memang hanya memiliki bekal modal sebanyak Rp. 1,5 juta. Namun bekal pengalaman dan optimisme yang digenggamnya telah memberi semangat berwirausaha yang sulit dibendung. Sebanyak 50% dari modal yang dimilikinya digunakan untuk membayar biaya sewa gedung selama satu bulan. Sisanya digunakan untuk membeli berbagai perlengkapan belajar untuk siswa, seperti kursi, meja tulis, papan tulis, dll. Modal selama satu bulan itulah yang menjadi sumber awal berdirinya perusahaan yang kini memiliki banyak pengembangan bisnis dan lembaga sosial ini.

Komitmen LBB SSC untuk memberikan pelayanan terbaik kepada siswanya telah membuahkan reputasi dan citra positif di mata masyarakat. Demi menjaga kualitas, LBB SSC selalu menyediakan guru-guru berkualitas. Setiap siswa diberi keleluasaan untuk memanfaatkan fasilitas internet secara gratis, mereka dapat pula mengikuti perkembangan pendidikan melalui situs LBB SSC yang selalu diperbaharui secara rutin.

Filosofi dasar dari Sony Sugema College adalah “The fastest solution” yang selalu kembali pada prinsip-prinsip sederhana guna memecahkan soal dalam berbagai variasi soal. The Fastest Solution, merupakan hasil pencarian terus menerus dari Tim SSC sehingga berbagai persoalan dapat dipandang dengan cara yang sangat simpel. The Fastest Solution, bukanlah hafalan rumus-rumus yang banyak dan berbeda dengan rumus-rumus umum.

Learning is fun merupakan metode pengajaran yang digunakan untuk menjembatani pemindahan konsep-konsep ilmu yang rumit dengan pedekatan-pendekatan konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan, sistem


(50)

evaluasi terpadu adalah metode evaluasi yang mengukur faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi kelulusan dan prestasi.

Learning is Fun – Belajar itu indah, filosofi ini dipilih oleh SSC karena SSC dengan staff pengajarnya yang berkualitas siap memberikan materi pelajaran yang dibantu oleh peralatan multimedia yang menampilkan presentasi grafik dan gambar. Teknologi pendidikan yang dikembangkan SSC yaitu Komputer Multimedia, Audio Visual, MIS (Management Information System). Untuk mengenali dan mengembangkan potensi siswa secara berkesinambungan dan seimbang, SSC menyediakan konsultasi siswa.

4.1.2.2.Visi dan Misi Bimbingan Belajar SSC

SSC adalah Lembaga Bimbingan Belajar dengan visi menjadi “ lembaga pendidikan yang terbaik di Indonesia” selalu memberikan layanan program bimbingan belajar yang bermutu untuk meningkatkan prestasi akademik siswa disekolah. Didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas baik staf pengajar dan karyawan membuat LBB SSC makin kokoh dimata masyarakat.

Sarana belajar untuk siswa tak luput dari pembenahan terus menerus, metodologi pengajaran terus di perbaiki dan dilayani oleh guru-guru yang tentu saja ahli dibidangnya, mereka sangat paham tentang kurikulum sekolah dan prediksi soal yang dibuatnya memiliki probalitas yang tinggi terhadap ulangan umum cawu, EBTANAS & UMPTN sekarang SPMB dengan mengacu kepada metode “ Learning Revolution” yang selama ini menjadi salah satu keunggulan SSC dibandingkan bimbingan belajar lainya. “KAIZEN” adalah jiwa semangat manajemen kami yang tidak pernah puas untuk selalu melayani siswa semakin


(51)

baik dari hari ke hari . SSC menjamin hasil yang optimal pada aktivitas belajar siswa.

LBB SSC yang terdepan dalam teknologi selalu berusaha untuk berinovasi sesuai dengan falsafah “Kaizen” yang artinya perbaikan terus menerus. Konsisten dengan komitmen tersebut:

• LBB SSC mengenalkan Try Out yang terkomputerisasi pada saat itu masih menggunakan disket dan UNDER DOS.

• LBB SSC mempelopori Audio Visual System dengan menggunakan computer.

• LBB SSC mempelopori penggunaan internet.

• LBB SSC memperbaharui Audio Visual Systemnya dengan menggunakan teknologi Flash, sehingga lebih mudah diakses dan dapat di tonton kapan saja.

• LBB SSC meluncurkan program terintegrasi dari Management Information System dan fasilitas teknologi informasi terbaru seperti WAP, SMS, dan IVR serta menghubungkan seluruh fasilitas dan outlet seluruh Indonesia yang disebut : Sistem Saraf Digital.

4.1.2.3. Program Belajar

Kelas 12 SMA khusus ITB dan kedokteran (KIK) a. Garansi program

Jika peserta program tidak diterima di ITB atau fak. Kedokteran PTN melalui seleksi PTN 2016 atau sistem penerimaan mahasiswa baru PTN 2016, maka


(52)

Jika peserta diterima di PTN non ITB atau non Fak. Kedokteran PTN melalui seleksi PTN 2016 atau sistem penerimaan mahasiswa baru PTN 2016, maka dana dikembalikan sebesar Rp.1.500.000,00.

b. Syarat pengembalian

Kehadiran peserta 85% dari seluruh pertemuan termasuk Try Out dan peserta wajib mengikuti try out SSC. Perjanjian ini diaktekan ke notaris.

c. Fasilitas ruang belajar

- Kelas ber AC, bersih dan nyaman - Kapasitas kelas 18 siswa

- Ruang diskusi buka sampai pkl.21.00 Wib d. Frekuensi pertemuan

- 3 kali seminggu sampai UN 2016

- Setiap hari setelah UN sampai SNMPTN/ SBMPTN 2016 e. Materi pembelajaran

- Belajar materi 1-3 SMA

- Pengulangan materi dan bahas soal standar seleksi PTN f. Biaya belajar

Tabel 4.3 Biaya Belajar SSC

BIAYA BELAJAR TARGET

Rp. 7.000.000,00 Cicilan pembayaran:

Cicilan 1 Rp.2 juta (dibayar setelah LULUS seleksi)

Cicilan 2 Rp. 2 juta (dibayar Nov.2015) Cicilan 3 Rp. 2 juta (dibayar Jan.2016) Cicilan 4 Rp. 1 juta (dibayar Mar.2016)

Program studi ITB dan program studi kedokteran PTN (UI, UGM, UNPAD, UNAIR, USU,

UNSRI, UNAND, UNSYAH)


(53)

Kelas 12 SMA Program Intensif Khusus (PIK) a. Garansi program

Jika peserta program tidak diterima di PTN melalui seleksi PTN 2016 atau sistem penerimaan mahasiswa baru PTN 2016, maka dana dikembalikan sebesar Rp.1.500.000,00.

b. Syarat pengembalian

Kehadiran peserta 80% dari seluruh pertemuan termasuk Try Out dan peserta wajib mengikuti Try Out SSC. Perjanjian ini diaktekan ke Notaris.

c. Frekuensi belajar

Tahap I : 2 x seminggu (Juli-Desember 2015) Tahap II : 3 x seminggu (Januari- UN 2016)

Tahap III : setiap hari setelah UN 2016- SBMPTN 2016 d. Fasilitas tambahan

- Try Out SBMPTN dan Try Out UN - Modul belajar

- Tambahan belajar persiapan khusus UN 2016 e. Biaya belajar

Rp. 4.500.000,00: pembayaran dapat dicicil 2x dan pembayaran secara cash discount Rp.500.000,00

4.1.3 Prosus INTEN

4.1.3.1. Sejarah dan Profil Inten

INTEN didirrikan tahun 1998, dengan program khusus (prosus). Berdirinya lembaga pendidikan ini tidak terlepas dari arus gerakan paralel pada akhir abad


(54)

pionir dengan model Quantum Learning-nya yang sangat luar biasa. Ia beserta berbagai penggagas pendekatan pengakaran alternatif lainnya, menjadi ilham berdirinya PROSUS INTEN.

Inti model pengajaran di PROUS INTEN mengacu pada prinsip-prinsip ilmu kognitif modern melalui penelitian mengenai otak dan kecerdasan, Emotional Intelligence (kecerdasan emosi), dan Adversity Quotient, kunci keberhasilan mencapai tujuan. Dengan demikian, PROSUS INTEN menyejatikan dirinya sebagai satu-satunya lembaga pendidikan pertama di Indonesia yang menciptakan keterampilan super kepada siswanya melalui metode terbaik dalam mengajar yang di kalangan pakar pendidikan dunia disebut “belajar sejati” atau true learning.

Sejak berdiri, PROSUS INTEN telah berhasil menghantar siswanya masuk PTN terbaik. PROSUS INTEN juga telah memperlihatkan diri sebagai satu-satunya bimbingan belajar dengan organisasi yang prima, komit dengan kerja sama tim yang sangat baik dan kompak. Standarisasi utama yang diterapkan dalam rekrutmen SDM adalah kualitas, sikap mental, akhlak, dan kepribadian sehingga mereka dikenal sebagai guru-guru yang sangat profesional, menempatkan pelayanan di atas segala-galanya dalam sebuah tanggung jawab dan kasih sayang.

4.1.3.2. Substansi Program

1. Membangun landasan yang kukuh untuk kesuksesan belajar


(55)

b membentuk keterampilan belajar sehingga siswa mengalami peningkatan yang signifikan dalam menyerap, mengingat, dan menalar;

c menanamkan konsep belajar melalui teknik-teknik belajar yang sesuai dengan cara kerja otak;

d membentuk keterampilan berpikir sehingga siswa menjadi lebih kreatif dan inovatif;

e membentuk sikap metal positif sehingga siswa akan memiliki rasa percaya diri dan menjadi kreatif;

f memunculkan keajaiban-keajaiban yang terkandung dalam diri setiap siswa

2. Meningkatkan kemampuan akademik

Dalam memnuhi tuntutan evaluasi belajar di sekolah hingga Ujian Masuk PTN, meningkatkan kemampuan kualitas akademik siswa merupakan tanggungjawab besar Inten dengan cara:

a. memberikan materi ajaran tambahan di samping materi ajaran pokok. Materi ajaran tambahan tersebut adalah konsultasi yang berkaitan dengan peletakan landasan kesuksesan belajar;

b. standar pengajaran dan pelayanan guru-guru PROSUS INTEN layak dipercaya;

c. sebagai alat evaluasi perkembangan kemampuan siswa, dalam setiap pertemuan diadakan tes harian dan secara berkala diadakan try out dengan pola evaluasi belajar di sekolah dan


(56)

d. siswa yang nilainya di bawah standar akan ditangani secara khusus (belajar personal) sehingga dapat mengejar ketertinggalan.

4.1.3.3. Biaya Bimbingan Belajar

1. bebas biaya pendaftaran dan biaya seleksi

2. uang jaminan diserahkan setelah calon peserta resmi menjadi calon PROSUS INTEN. Uang jaminan dan mekanisme pembayarannya dibicarakan dalam pertemuan/ musyawarah antara penyelenggara dan orangtua calon peserta;

3. bila ternyata ada peserta PROSUS INTEN tidak lulus dalam ujian masuk PTN 2016 atau tidak diterima di PTN, uang jaminan yang diterima penyelenggara dikembalikan 100% kepada orangtua peserta atau kepada orang yang menandatangani surat perjanjian bermaterai;

4. untuk melaksanakan program ini, penyelenggara dan orangtua peserta membuat perjanjian tertulis yang berisikan hak-hak dan kewajiban kedua belah pihak.

4.2 Hasil Penelitian

Pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah diperoleh dari hasil penelitian dengan menyebarkan angket (kuesioner) kepada siswa kelas XII SMA yang mengikuti bimbingan belajar di lembaga bimbingan belajar Ganesha Operation, Sony Sugema College dan Prosus Inten. Jumlah siswa yang menjadi


(57)

merupakan suatu upaya untuk menata dan mengelompokkan data menjadi satu bagian-bagian tertentu berdasarkan jawaban responden. Analisis data yang dimaksud adalah interpretasi langsung berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dilapangan.

Temuan penelitian dalam hal ini adalah meliputi karakteristik responden yaitu:

4.2.1. Karakteristik Responden

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kategori Frekuensi ( f ) Persentasi

1 Laki-Laki 93 orang 34,6%

2 Perempuan 176 orang 65,4%

Jumlah 269 orang 100%

Sumber: Kuesioner September, 2015

Tabel 4.4 memperlihatkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini. Dari 3 bimbingan belajar yang menjadi lokasi penelitiandari peneliti secara acak maka sampel yang ditemukan sebanyak 93 responden laki-laki (34,6%) dan 176 responden perempuan (65,4%). Perbedaan jumlah sampel antara laki-laki dan perempuan tidaklah menjadi kriteria utama yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Namun, sebagai penjelasan lebih lanjut mengenai identitas responden yang termasuk dalam penelitian ini dibutuhkan karakteristik responden berdasarkan jenis kelaminnya. Dari tabel tersebut dapat ditemukan bahwa mayoritas yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah perempuan dibandingkan dengan pria dengan perbedaan jumlah yang sangat besar.


(58)

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Nama Sekolah No. Nama Sekolah Frekuensi Persentasi

1. SMA Cahaya Medan 21 7,8%

2. SMA Harapan 1 Medan 1 0,4%

3. SMA Immanuel Medan 1 0,4%

4. SMA N 2 Rantau Utara 1 0,4%

5. SMA Negeri 1 Medan 54 20,1%

6. SMA Negeri 1 P.Batu 1 0,4%

7. SMA Negeri 10 Medan 2 0,7%

8. SMA Negeri 12 Medan 4 1,5%

9. SMA Negeri 14 Medan 1 0,4%

10. SMA Negeri 15 Medan 1 0,4%

11. SMA Negeri 17 Medan 7 2,6%

12. SMA Negeri 2 Medan 8 3,0%

13. SMA Negeri 3 Medan 7 2,6%

14. SMA Negeri 4 Medan 50 18,6%

15. SMA Negeri 5 Medan 2 0,7%

16. SMA Negeri 7 Medan 1 0,4%

17. SMA Santa Maria 2 0,7%

18. SMA St Petrus 4 1,5%

19. SMA St Thomas 1 Medan 39 14,5%

20. SMA St Thomas 2 Medan 24 8,9%

21. SMA St Thomas 3 Medan 6 2,2%

22. SMA Sutomo 1 Medan 12 4,5%

23. SMA Sutomo 2 Medan 2 0,7%

24. SMA Swasta Methodist 1 4 1,5%

25. SMA Swasta Methodist 2 12 4,5%

26. SMA WR Supratman II 1 0,4%

27. UPH College 1 0,4%

Jumlah 269 100,0%

Sumber: Kuesioner September 2015

Tabel 4.5 diatas menjelaskan mengenai karakteristik responden berdasarkan asal sekolah. Bimbingan belajar tidak hanya menerima satu sekolah saja, tetapi bimbingan belajar menerima siswa dari sekolah-sekolah yang berbeda. Bimbingan belajar yang bersifat universal dan terbuka untuk umum membuat responden dari berbagai sekolah yang berbeda mulai mendaftarkan dirinya untuk


(59)

mengikuti bimbingan belajar. Siswa yang mengikuti bimbingan belajar berasal dari sekolah negeri maupun sekolah swasta. Lokasi penelitian yang berada di 3 lokasi penelitian yaitu Ganesha Operation, Sony Sugema College dan Prosus Inten, memperoleh data sebanyak 27 sekolah yang berada di kota Medan menjadi asal sekolah dari 269 responden. Responden terbanyak dalam penelitian ini berasal dari SMA Negeri 1 Medan yaitu 54 responden (20,1%), kemudian diikuti dengan SMA Negeri 4 Medan sebanyak 50 responden (18,6%), SMA St Thomas 1 Medan 39 responden (14,5%), SMA St Thomas 2 Medan sebanyak 24 responden (8,9%), SMA Cahaya Medan sebanyak 21 responden (7,8%). Responden lainnya berasal dari sekolah SMA Sutomo 1 Medan dan SMA Swasta Methodist 2 Medan dengan jumlah responden masing-masing 12 responden (4,5%). Untuk jumlah responden terendah, dengan masing-masing 1 responden (0,4%) berasal dari sekolah SMA Harapan 1 Medan, SMA Immanuel Medan, SMA N 2 Rantau Utara, SMA Negeri 1 P.Batu, SMA Negeri 14 Medan, SMA Negeri 15 Medan, SMA Negeri 7 Medan, SMA WR Supratman II, dan UPH College.

Tabel 4.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jurusan

No. Jurusan Frekuensi Persentasi

1. IPA 184 68,4%

2. IPS 85 31,6%

Jumlah 269 100%

Sumber: Kuesioner September 2015

Tabel 4.6 diatas menjelaskan mengenai karakteristik responden berdasarkan jurusan yang mereka pilih. Dari 269 jumlah keseluruhan dari responden dengan 3 bimbingan belajar yang berbeda maka diperoleh data sebagai berikut: mayoritas


(60)

sebanyak 184 orang (68,4%) dan jurusan IPS sebanyak 85 orang (31,6%). Dari hasil temuan dilapangan ditemukan fakta bahwa siswa yang paling banyak mengikuti bimbingan belajar adalah siswa yang berasal dari jurusan IPA. Fakta tersebut ditemukan dimasing-masing 3 bimbingan belajar yang berbeda yang disebutkan langsung oleh pimpinan masing-masing dari lembaga bimbingan belajar. Bimbingan belajar SCC dengan jumlah kelas XII sebanyak 400 orang hanya memiliki 79 orang siswa kelas XII IPS. Bimbingan belajar Ganesha Operation dengan jumlah kelas 19, hanya memiliki 4 sampai 5 ruangan untuk kelas IPS. Bimbingan belajar Inten memiliki jumlah siswa XII IPS sebanyak 50 orang. Hal ini disebabkan karena mata pelajaran yang dimiliki oleh kelas IPA lebih sulit dibandingkan dengan kelas IPS.

Tabel 4.7

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Mengikuti Bimbingan Belajar No. Lama mengikuti bimbel Frekuensi Persentasi

1. < 1 tahun 135 50,2%

2. 1-2 tahun 66 24,5%

3. > 2 tahun 68 25,3%

Jumlah 269 100%

Sumber: Kuesioner September 2015

Tabel 4.7 diatas menjelaskan karakteristik responden berdasarkan lamanya mengikuti bimbingan belajar. Pilihan jawaban yang ada didalam tabel ditentukan oleh penulis untuk mempermudah mengkategorikan jawaban yang diberikan oleh responden. Responden dengan jumlah terbanyak yaitu 135 orang (50,2%) memberikan jawaban bahwa responden sudah mengikuti bimbingan belajar selama < 1 tahun. Beberapa jawaban yang diterima penulis menunjukkan bahwa banyak siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah mereka yang baru saja mendaftarkan diri pada semester ini. Pilihan jawaban lainnya diberikan


(61)

mengikuti bimbingan belajar > 2 tahun. Responden dengan pilihan jawaban tersebut adalah responden yang telah mengikuti bimbingan belajar sejak mereka SMA, SMP dan bahkan sejak SD. Responden dengan jumlah 66 orang (24,5%) telah mengikuti bimbingan belajar sejak 1-2 tahun.

Tabel 4.8

Karakteristik Responden Berdasarkan Program Belajar Bimbingan Belajar No. Program belajar Frekuensi Persentasi

1. Executive 160 59,5%

2. Reguler 109 40,5%

Jumlah 269 100%

Sumber: Kuesioner September 2015

Karakteristik responden berdasarkan program bimbingan belajar dapat digambarkan seperti pada tabel 4.8 diatas. Dari 269 responden dapat diketahui jenis program bimbingan belajar yang mereka pilih. Bimbingan belajar yang berbeda memiliki nama program bimbingan belajar yang berbeda-beda. Bimbingan belajar Ganesha Operation mengklasifikasikan program bimbingan belajar mereka menjadi Executive (Gold, Silver, Platinum) dan reguler. Bimbingan belajar Sony Sugema College membaginya menjadi KIK (Program Khusus ITB dan Kedokteran) khusus IPA dan Program Intensif khusus (PIK) untuk IPA dan IPS. Khusus untuk kelas IPS hanya memiliki program belajar PIK. Sedangkan bimbingan Inten membaginya menjadi beberapa bagian menjadi reguler dan program belajar khusus (garansi dan non garansi). Dari data yang telah ditemukan dalam tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini adalah siswa yang mengikuti program executive sebanyak 160 responden (59,5%). Responden lainnya adalah siswa yang mengikuti program


(62)

Pembagian kelas seperti halnya diatas secara langsung telah membedakan responden dalam tingkatannya masing-masing berdasarkan kemampuan ekonomi mereka untuk dapat memasuki kelas executive. Kelas executive adalah kelas bagi mereka yang memiliki perekonomian yang tinggi atau status sosial yang tinggi sehingga mereka dapat menikmati fasilitas yang lebih baik yang diberikan oleh lembaga bimbingan belajar. Munculnya pembagian kelas tersebut merupakan gaya dari kapitalisme yang berusaha untuk menciptakan konsumerisme pada masyarakat. Perbedaan tingkat konsumsi inilah yang semakin menciptakan perbedaan status sosial dalam kehidupan responden.

Tabel 4.9

Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah dan Ibu No Jenis Pekerjaan Orang Tua F Persentase

Ayah Ibu Ayah Ibu

1 Pegawai BUMN 36 21 13,4% 7,8%

2 Pegawai Swasta 45 25 16,7% 9,3%

3 Wiraswasta 89 46 33,1% 17,1%

4 Pensiunan 14 - 5,2% -

5 Ibu Rumah Tangga 107 39,8%

6 Lainnya 85 70 31,6% 26%

Jumlah 269 269 100% 100%

Sumber: Kuesioner September 2015

Tabel 4.9 diatas menjelaskan mengenai karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ayah dan ibu. Dari 269 responden yang ada dalam penelitian ini maka diperoleh data sebagai berikut:responden dengan jumlah terbanyak yaitu 89 orang (33,1%) menunjukkan bahwa orangtua (ayah) responden bekerja paling banyak sebagai wiraswasta. Berbeda dengan pekerjaan orangtua (ibu) ternyata lebih banyak berprofesi sebagai ibu rumah tangga dengan 107 jawaban responden (39,8%). Pekerjaan orangtua (ayah) lainnya mencapai 85 responden (31,6%), adapun pekerjaan lainnya ini yaitu PNS (pegawai kantor, guru, dosen, dokter,


(63)

kepala sekolah), pedagang, petani, pengacara, dan TNI. Pegawai swasta menjadi profesi orangtua (ayah ) dari 45 responden (16,7%). Pekerjaan orangtua (ayah) sebagai pegawai BUMN dilakukan oleh orangtua responden dengan jumlah 36 orang (13,4%).Orangtua (ayah) responden yang sudah pensiunan berjumlah 14 (5,2%). Pekerjaan lainnya untuk orangtua (ibu) diberikan oleh 70 responden (26%) dimana yang pekerjaan ibu lainnya adalah PNS (pegawai kantor, guru SD, dosen, bidan, dokter), petani, pedagang, notaris. Pekerjaan orangtua (ibu ) dari responden lainnya adalah sebanyak 46 orangtua responden bekerja sebagai wiraswasta (33,1%), sebagai pegawai swasta berjumlah 25 orangtua responden (16,7%) dan pegawai BUMN berjumlah 21 (13,4%).

Tabel 4.10

Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan Orangtua No. Jumlah penghasilan Frekuensi Persentasi

1. Rp.1.000.000,00 - Rp.3.000.000,00 34 12,6% 2. Rp.3.000.001,00 – Rp.5.000.000,00 102 37,9% 3. Rp.5.000.001,00 – Rp.7.000.000,00 67 24,9%

4. > Rp.7.000.001,00 66 24,5%

Jumlah 269 100%

Sumber: Kuesioner September 2015

Tabel 4.10 diatas menjelaskan karakteristik responden berdasarkan penghasilan orangtua. Dari 269 siswa yang menjadi responden dalam penelitian ini diperoleh jumlah responden terbanyak yaitu 102 responden (37,9%) dengan penghasilan orangtua berkisar Rp. 3.000.001,00 – Rp. 5.000.000,00. Sebanyak 67 responden dengan persentasi 24,5% memiliki penghasilan orangtua sebesar Rp.5.000.001,00 – Rp.7.000.000,00. Penghasilan orangtua responden sebesar > Rp.7.000.001,00 yaitu 66 orang (24,5%). Responden dengan penghasilan Rp.1.000.000,00 – Rp.3.000.000,00 dinyatakan oleh 34 orang (12,6%).


(1)

c. Rp. 3.000.001,00 – Rp. 5.000.000,00 d. Rp.5.000.001,00 – Rp. 7.000.000,00 e. > Rp. 7.000.001,00

Daftar pertanyaan:

*Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang paling sesuai dengan situasi dan keadaan anda saat ini.

VARIABEL X (Gaya Hidup)

4. Apa yang dilakukan oleh orangtua anda setelah pulang bekerja? a. Melakukan pekerjaan sampingan

b. Bersantai dirumah c. Mengajari anak-anak

d. Berkumpul dengan para tetangga

e. Lainnya,... 5. Kegiatan apa yang dilakukan keluarga anda ketika liburan?

a. Jalan-jalan keluar kota b. Berbelanja

c. Jalan-jalan ke mall

d. Menghabiskan waktu dirumah

e. Lainnya,... 6. Apa yang akan anda lakukan dengan waktu luang yang anda miliki?

a. Membantu orangtua

b. Menonton TV dirumah dan tidur c. Mengikuti ekstrakulikuler disekolah

d. Berdiskusi dengan tentor di tempat bimbingan belajar

e. Lainnya,... PETUNJUK PENGISIAN:

Berilah tanda check list (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan pendapat saudara dengan keterangan sebagai berikut:

SS : Sangat Setuju TS :Tidak Setuju

S : Setuju STS :Sangat Tidak Setuju


(2)

Gaya Hidup (Aktivitas)

No Pernyataan SS S KS TS STS

7.

Salah satu aktivitas anda adalah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler/ non akademis di sekolah.

8.

Aktivitas lainnya yang anda lakukan di sekolah adalah dengan mengikuti kelompok belajar.

9.

Orangtua anda mendukung anda untuk mengikuti komunitas yang anda inginkan.

10.

Berbelanja adalah aktivitas yang anda lakukan dengan teman-teman anda di waktu luang.

11.

Orangtua anda setiap hari menyempatkan waktunya untuk membantu anda belajar di rumah.

12.

Waktu luang yang anda miliki anda lakukan di tempat bimbingan belajar. 13.

Hangout dengan teman-teman adalah aktivitas lain yang anda lakukan diwaktu luang.

Gaya Hidup (Minat)

No. Pernyataan SS S KS TS STS

14. Dorongan orangtua membuat anda berminat untuk mengikuti bimbingan belajar

15. Saya mengikuti bimbingan belajar karena informasi yang saya dapatkan dari internet atau media sosial mengenai bimbingan belajar tersebut. 16. Sosialisasi yang dilakukan oleh pihak

bimbingan belajar ke sekolah mempengaruhi keputusan anda untuk mengikuti bimbingan belajar

17. Anda tertarik untuk mengikuti bimbingan belajar karena ajakan dari teman anda.

18. Pengalaman teman-teman anda selama mengikuti bimbingan belajar membuat anda tertarik untuk mengikutinya.


(3)

Gaya Hidup (Pendapat)

No Pernyataan SS S KS TS STS

19. Pendidikan nonformal (bimbingan belajar) dengan biaya yang mahal bukan merupakan masalah bagi orangtua saya 20. Mengikuti bimbingan belajar sudah

menjadi gaya hidup baru yang modern dan up to date di kalangan siswa SMA. 21. Saat ini mengikuti bimbingan belajar

sudah menjadi tren di lingkungan sekitar anda.

22. Semakin mahal biaya bimbingan belajar menunjukkan bimbingan belajar tersebut semakin berkualitas.

23. Anda semakin yakin dan percaya diri dapat lulus UN dan PTN setelah mengikuti bimbingan belajar.

VARIABEL Y Pemilihan Bimbingan Belajar (Citra Bimbingan Belajar)

No. Pernyataan SS S KS TS STS

1. Saya memilih bimbingan belajar yang banyak diminati oleh teman sekolah saya. 2. Program bimbingan belajar dengan harga

yang mahal memengaruhi pilihan saya untuk memilih lembaga bimbingan belajar tersebut.

3. Latar belakang pendidikan tenaga pengajar sangat penting untuk anda ketahui sebelum memutuskan pilihan bimbingan belajar.

4. Tenaga pengajar yang ramah dan bersahabat merupakan salah satu unsur penting yang dapat memengaruhi pilihan saya untuk mengikuti bimbingan belajar. 5. Sayamelakukan banyak pertimbangan

sebelum memilih bimbingan belajar.

6. Biaya yang berbeda-beda yang ditawarkan oleh berbagai bimbingan belajar mempengaruhi saya untuk memilih bimbingan belajar.

7. Saya memilih bimbingan belajar yang sudah sangat terkenal di kota Medan.


(4)

Pemilihan Bimbingan Belajar (Citra Produk)

No. Pernyataan SS S KS TS STS

8. Jumlah lulusan dari suatu bimbingan belajar memengaruhi keputusan saya untuk memilih bimbingan belajar. 9. Metode belajar dengan menggunakan

teknik cepat-tepat saya gunakan ketika menjawab ujian di sekolah. 11. Metode belajar lembaga bimbingan

belajar yang berbeda-beda memengaruhi pilihan saya untuk memilih bimbingan belajar.

12. Lokasi bimbingan belajar yang strategis mempengaruhi saya untuk memilih bimbingan belajar

13. Saya membandingkan sarana dan prasarana dari beberapa bimbingan belajar yang ada sebelum memutuskan untuk memilihnya.


(5)

(6)